Akuntansi Biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama halnya dengan
akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, akuntansi perbankan, dan
sebagainya. Ciri utama yang membedakan akuntansi biaya dengan akuntansi yang lain adalah
kajian datanya. Akuntansi biaya mengkaji data-data biaya untuk digolongkan, dicatat, dianalisis
dan dilaporkan dalam laporan informasi akuntansi. Akuntansi secara garis besar dibagi menjadi
2 tipe, yaitu Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Manajemen. Akuntansi biaya bukan merupakan
tipe akuntansi tersendiri yang terpisah dari dua tipe akuntansi tersebut, namun merupakan
bagian dari keduanya.
Perbedaan pokok antara akuntansi keuangan dengan akuntansi manajemen terletak pada :
HARGA POKOK
Secara umum harga pokok (cost) didefinisikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk
memperoleh aktiva. Istilah harga pokok juga dapat digunakan untuk menunjukkan pengorbanan
sumber ekonomi berupa bahan baku yang dibeli dan dipakai dalam proses produksi. Misalnya
pengeluaran uang tunai untuk membayar pembelian mesin sebesar Rp. 50.000.000
pengorbanan uang sebesar Rp. 50.000.000 tersebut merupakan harga pokok mesin dan
disajikan di neraca sebagai aktiva. Begitu juga misalnya apabila sebuah perusahaan mebel
membeli bahan baku kayu untuk kebutuhan produksinya sebesar Rp. 10.000.000. Harga
pembelian tersebut merupakan harga pokok bahan baku yang dibeli dan membentuk harga
pokok persediaan bahan baku. Apabila pada bulan tersebut misalnya persediaan bahan baku
terpakai sebesar Rp. 6.000.000, ini berarti terjadi pengorbanan sumber ekonomi berupa bahan
baku untuk menghasilkan barang jadi. Pengorbanan sumber ekonomi tersebut disebut harga
pokok bahan baku yang dipakai. harga pokok ini biasanya disebut biaya bahan baku yang
membentuk harga pokok produksi. Harga pokok produksi kemudian dipertemukan dengan hasil
penjualan dari produk tersebut untuk menghitung laba (rugi) kotor.
BIAYA
Dalam arti sempit biaya (expense) didefinisikan sebagai bagian dari harga pokok yang
dikorbankan didalam usaha untuk memperoleh penghasilan
Sedangkan dalam arti luas biaya didefinisikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi yang
diukur dalam satuan mata uang yang telah terjadi dan mungkin terjadi untuk mencapai tujuan
tertentu.
RUGI
Rugi (loss) didefinisikan sebagai berkurangnya kekayaan perusahaan yang bukan terjadi karena
pengambilan modal oleh pemiliknya dan tidak ada kompensasi yang dapat diterima. Misalnya,
pengorbanan sumber ekonomi untuk menghasilkan barang jadi yang tidak dapat di tutup dari
hasil penjualan barang tersebut maka terjadi kerugian. Pemborosan pemakaian bahan baku
juga merupakan kerugian.
Secara umum dapat dikatakan kerugian terjadi apabila biaya yang dikeluarkan lebih besar
daripada pendapatan yang diterima.
PENGELUARAN
Konsep pengeluaran (expenditure) berbeda dengan biaya, harga pokok maupun rugi, meskipun
sama-sama merupakan pengeluaran. Pengeluaran tidak selalu merupakan biaya, harga pokok,
maupun rugi. Pembayaran kewajiban atau utang adalah contoh pengeluaran dan merupakan
biaya harga pokok maupun rugi. Biaya tidak selalu merupakan pengeluaran, misalnya
pembebanan biaya penyusutan.
PENGGOLONGAN BIAYA
Informasi biaya yang lengkap dibutuhkan oleh manajemen untuk tujuan-tujuan tertentu antara
lain: perencanaan, pengukuran, pengendalian dan penilaian terhadap operasi perusahaan. Oleh
karena itu, biaya yang banyak ragamnya perlu diadakan penggolongan sesuai dengan
kebutuhan manajemen. Ada beberapa cara penggolongan biaya dimana masing-masing cara
penggolongan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda (different cost for
different purpose)
Beberapa penggolongan biaya tersebut antara lain, berdasarkan :
1. Objek pengeluaran
2. Fungsi pokok dalam perusahaan
3. Hubungan biaya dengan produk yang dibiayai
4. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan volume kegiatan
5. Hubungannya dengan pusat biaya
6. Periode pembukuan
Penggolongan-penggolongan biaya tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Biaya Produksi
Biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk
dijual.
2. Biaya Pemasaran
Biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk, contoh, biaya
promosi, biaya iklan, gaji karyawan bagian yang melaksanakan kegiatan pemasaran, dan
sebagainya.
3. Biaya Administrasi dan Umum
Biaya-biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk.
Biaya Konversi
Biaya Produksi Tidak Langsung
Biaya Overhead Pabrik
Biaya Komersial
Biaya Administrasi
dan Umum
Penggolongan biaya atas dasar perilaku biaya dalam hubungannya dengan volume kegiatan
Dalam hubungannya dengan volume kegiatan, biaya dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu :
1. Biaya Tetap
Biaya yang jumlah totalnya tidak berubah atau tetap dalam kisaran volume kegiatan
tertentu. Contoh biaya tetap antara lain biaya penyusutan, biaya gaji mandor, biaya
asuransi, dsb.
2. Biaya Variabel
Biaya yang jumlah totalnya berubah secara proporsional dengan perubahan volume
kegiatan. Contoh biaya variabel antara lain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung
3. Biaya Semi Variabel
Biaya yang jumlah totalnya berubah tidak proporsional dengan volume kegiatan. Contoh
biaya semi variabel antara lain biaya lembur karyawan, biaya rekening listrik, Biaya
rekening telepon, dsb.
2. Produksi massa
Perusahaan yang berproduksi berdasarkan produksi massa melakukan pengolahan
produksinya untuk memenuhi persediaan di gudang. Umumnya produknya berupa produk
standar. Contoh perusahaan yang berproduksi massa antara lain adalah perusahaan
semen, pupuk, tekstil, farmasi dan sebagainya.
Perusahaan yang berproduksi massa, mengumpulkan harga pokok produksinya dengan
menggunakan Metode Harga Pokok Proses (process cost methods}, dimana dalam metode
ini biaya-biaya produksi dikumpulkan dalam satu periode tertentu dan harga pokok produksi
per satuan produk yang dihasilkan dalam periode tersebut dihitung dengan cara membagi
total biaya produksi untuk periode tersebut dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan
dalam periode yang bersangkutan.
Harga pokok produk yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari unsur harga
pokok produksi ditambah dengan biaya non produksi (biaya pemasaran, biaya administrasi
dan umum)
2. Variable Costing
Merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya
produksi variabel ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel. Dengan demikian harga pokok
produksi menurut metode ini terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini :
Biaya bahan baku xxxxx
Biaya tenaga kerja langsung xxxxx
Biaya overhead pabrik variabel xxxxx
Harga pokok produksi xxxxx
Harga pokok produk yang dihitung dengan pendekatan variable costing terdiri dari unsur
harga pokok produksi variabel (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik variabel) ditambah dengan biaya nonproduksi variabel (biaya pemasaran
variabel, biaya administrasi dan umum variabel) dan biaya tetap (biaya overhead pabrik
tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi dan umum tetap)
Sistem harga pokok ini dapat diterapkan pada metode harga pokok pesanan maupun
metode harga pokok proses pada perusahaan yang sudah mapan (established) dan
menggunakan teknologi maju.
21
5.0
00
Gambar 2.1. Perbedaan antara perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur dalam perhitungan
harga pokok produksi
1. Jelaskan persamaan dan perbedaan antara tipe akuntansi keuangan dan tipe akuntansi
manajemen
2. Jelaskan bahwa akuntansi biaya merupakan bagian tak terpisahkan dengan akuntansi
keuangan dan akuntansi manajemen.
3. Sebutkan tiga tujuan pokok akuntansi biaya dan Jelaskan apa yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan tersebut.
4. Apakah betul bahwa penerapan akuntansi biaya terbatas pada perusahaan manufaktur ?
Jelaskan
5. Klasifikasikan dengan memberikan tanda “√” pada kolom yang tersedia, apakah pos-pos
berikut merupakan biaya, harga pokok ataukah pengeluaran
6. Klasifikasikan dengan memberikan tanda “√” pada kolom yang tersedia, apakah biaya-biaya
berikut merupakan biaya tetap, biaya variabel atau biaya semi variabel.
Keterangan Biaya tetap Biaya Variabel Biaya semi variabel
Biaya bahan baku
Biaya asuransi
Biaya listrik
Penyusutan metode garis lurus
Biaya tenaga kerja langsung
Biaya sewa
Reparasi dan pemeliharaan
Gaji mandor
Bahan penolong
7. Klasifikasikan dengan memberikan tanda “√” pada kolom yang tersedia, apakah pos-pos
berikut merupakan biaya utama, biaya konversi ataukah biaya komersial
Keterangan Biaya umum Biaya Variabel Biaya semi
Biaya bahan baku variabel
8. Klasifikasikan dengan memberikan tanda “√” pada kolom yang tersedia, apakah pos-pos
berikut merupakan biaya langsung ataukah biaya tidak langsung departemen
9. Jelaskan perbedaan antara metode harga pokok pesanan dan metode harga pokok
proses
10. Jelaskan tipe produksi yang pengumpulan harga pokoknya menggunakan metode
harga pokok pesanan dan berikan contohnya.
11. Jelaskan ripe produksi yang pengumpulan harga pokoknya menggunakan metode
harga pokok proses dan berikan contohnya.
2. METODE HARGA POKOK PESANAN
Metode harga pokok pesanan adalah suatu metode pengumpulan biaya produksi untuk
menentukan harga pokok produk pada perusahaan yang menghasilkan produk atas dasar
pesanan. Tujuan dari penggunaan metode harga pokok pesanan adalah untuk menentukan
harga pokok produk dari setiap pesanan baik harga pokok secara keseluruhan dari tiap-tiap
pesanan maupun untuk per satuan.
Pengumpulan
biaya produksi
Penyimpanan
Barang Jadi
dalam Gudang Penentuan harga
pokok barang
jadi
Barang Dalam Proses Digunakan untuk mencatat pemakaian biaya bahan baku,
(Work In Process) biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik
(debet) dan harga pokok barang jadi yang di transfer ke
gudang (kredit)
Persediaan Bahan Baku Digunakan untuk mencatat harga pokok bahan baku yang
dibeli (debet) dan harga pokok bahan baku yang dipakai
dalam produksi (kredit)
Gaji dan Upah Rekening ini merupakan rekening antara (clearing account) yang
digunakan untuk mencatat
Biaya Overhead Pabrik Digunakan untuk mencatat biaya overhead pabrik yang
(BOP) sesungguhnya terjadi (debet) dan yang dibebankan kepada
produk berdasarkan tarif (kredit)
Persediaan Barang Jadi Digunakan untuk mencatat harga pokok barang jadi yang di
transfer dari bagian produksi ke bagian gudang (debet) dan
harga pokok produk yang dijual (kredit)
Jika produk diolah melalui beberapa departemen produksi, rekening Barang Dalam
Proses dapat dirinci lebih lanjut menurut departemen dan unsur biaya produksi seperti contoh berikut
ini :
Barang Dalam Proses - Biaya Bahan Baku Departemen A
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja Langsung Departemen A
Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik Departemen A
Barang Dalam Proses - Biaya Bahan Baku Departemen B
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja Langsung Departemen B
Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik Departemen B
Untuk mencatat biaya non produksi, dalam buku besar dibentuk rekening kontrol sesuai
dengan kelompok pengeluaran dari biaya itu sendiri, yaitu Biaya Administrasi dan Umum dan Biaya
pemasaran. Biaya administrasi dan umum digunakan untuk menampung biaya-biaya yang terjadi
ada fungsi administrasi dan umum, misalnya biaya yang terjadi di bagian akuntansi, bagian
personalia, bagian hubungan masyarakat, sekretariat dan bagian pemeriksa intern. Sedangkan biaya
pemasaran digunakan untuk menampung biaya-biaya yang terjadi pada fungsi pemasaran.
Contoh:
PT. Rifani berusaha dalam bidang percetakan. Semua pesanan diproduksi berdasarkan
spesifikasi dari pemesan dan biaya produksi dikumpulkan menurut pesanan yang diterima.
Pendekatan yang digunakan perusahaan dalam penentuan harga pokok produksi adalah full
costing. Untuk dapat mencatat biaya produksi, tiap pesanan diberi nomor dan setiap dokumen
sumber dan dokumen pendukung diberi identitas nomor pesanan yang bersangkutan. Pada
Bulan September 2000, PT. Rifani menerima pesanan dari PT. Rizki untuk mencetak undangan
sebanyak 2000 eksemplar lengan harga Rp 1.500 per lembar. Selain itu pada bulan itu juga PT.
Rifani menerima pesanan untuk mencetak pamflet iklan sebanyak 10.000 per lembar dari PT.
Amelia, dengan harga yang disepakati sebesar Rp. 1.000 per lembar . Amelia diberi nomor 102.
Berikut ini adalah kegiatan produksi dan kegiatan lain untuk memenuhi pesanan tersebut.
Pembelian Bahan Baku dan Bahan Penolong
Pada tanggal 3 September perusahaan membeli bahan baku dan bahan penolong
sebagai berikut:
Bahan Baku :
Kertas X .250 lembar @ Rp 2.000 Rp 500.000
Kertas Y 25 rim @ Rp 25.000 625.000
Jumlah bahan baku yang dibeli Rp 1.125.000
Bahan Penolong:
Macam-macam bahan penolong Rp 175.000
Jumlah total Rp 1.300.000
Bahan baku dan bahan penolong tersebut dibeli oleh Bagian Pembelian. Bahan tersebut
kemudian disimpan dalam gudang menunggu sampai saatnya dipakai dalam proses produksi
untuk memenuhi pesanan tersebut
JURNAL #1
Ada dua metode yang dapat digunakan dalam pencatatan ini, yaitu Metode Perpetual dan
Metode Phisik.
− Metode perpetual (perpetual inventory methods)
Persediaan Bahan Baku Rp 1.125.000
Persediaan Bahan Penolong 175.000
Utang Dagang Rp 1.300.000
Jurnal untuk mencatat pembebanan BOP kepada pesanan tersebut adalah sebagai berikut:
JU R N A L # 6
Barang Dalam Proses - BOP Rp 3.750.000
BOP yang dibebankan Rp 3.750.000
Misalnya BOP yang sesungguhnya terjadi (selain biaya bahan penolong Rp 200.000 dan
biaya tenaga kerja tidak langsung Rp 800.000, seperti tercatat pada jurnal # 2 dan jurnal #
4) adalah sebesar Rp 2.700.000. dengan perincian sebagai berikut:
Biaya penyusutan mesin Rp 800.000
Biaya penyusutan gedung pabrik 1.000.000
Biaya asuransi gedung dan mesin 300.000
Biaya pemeliharaan gedung dan mesin 600.000
Jumlah Rp 2.700.000
Jurnal untuk mencatat BOP yang sesungguhnya terjadi tersebut di atas adalah sebagai berikut:
JURNAL #7
BOP sesungguhnya Rp 2.700.000
Akumulasi penyusutan mesin Rp 800.000
Akumulasi penyusutan gedung 1.000.000
Persekot asuransi 300.000
Persediaan bahan bangunan dan suku cadang 600.000
Untuk mengetahui apakah BOP yang dibebankan berdasarkan tarif tidak menyimpang dan
BOP yang sesungguhnya terjadi, saldo rekening BOP yang dibebankan ditutup ke rekening
BOP sesungguhnya. Jurnal penutup tersebut adalah sebagai berikut :
JURNAL #8
BOP yang dibebankan Rp 3.730.000
BOP sesungguhnya Rp 3.750.000
Selisih BOP yang dibebankan kepada produk dengan BOP yang sesungguhnya terjadi
dalam suatu periode akuntansi ditentukan dengan menghitung saldo rekening BOP
sesungguhnya. Setelah Jurnal # 8 dibukukan, saldo rekening BOP sesungguhnya menjadi
sebagai berikut:
Debet:
jurnal #2 Rp 200.000
jurnal # 4 800.000
jurnal # 7 2..700.000
Jumlah Debet Rp 3.700.000
Kredit:
jurnal #8 Rp 3.750.000
BOP dibebankan lebih (over applied) Rp 50.000
Selisih BOP pada akhirnya dipindahkan ke rekening Selisih BOP. Jika terjadi selisih
pembebanan lebih (over applied), maka jurnal yang dibuat adalah :
BOP sesungguhnya Rp 50.000
Selisih BOP Rp 50.000
Bila kondisi sebaliknya terjadi atau terjadi selisih BOP dibebankan kurang (under applied) jurnal
yang harus dibuat adalah
Selisih BOP xxxxx
BOP sesungguhnya xxxxx
5. Pencatatan Harga Pokok Barang Jadi
Pesanan yang telah selesai di produksi di transfer ke Bagian Gudang oleh Bagian Produksi.
Harga pokok pesanan yang telah selesai diproduksi ini dihitung dari informasi biaya yang
dikumpulkan dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan. (lihat gambar 2.5)
Misalnya dari contoh diatas pesanan # 101 telah selesai di produksi, maka dari kartu harga
pokoknya (lihat gambar 2.5) akan dapat dihitung biaya produksi yang telah dikeluarkan
untuk pesanan yang bersangkutan. Harga pokok pesanan #101 dihitung sebagai berikut:
Jurnal untuk mencatat harga pokok barang jadi (pesanan # 101) adalah sebagai berikut:
JURNAL # 10
Persediaan Barang Jadi Rp 1.680.000
Barang Dalam Proses - Biaya Bahan Baku Rp. 430.000
Barang Dalam Proses - Biaya TK Langsung 500.000
Barang Dalam Proses – BOP 750.000
Gambar 2.5 Hubungan Rekening Kontrol BDP dan Kartu Harga Pokok
6. Pencatatan Harga Pokok Barang Dalam Proses
Pada akhir periode kemungkinan terdapat pesanan yang belum selesai diproduksi. Biaya
yang telah dikeluarkan untuk pesanan tersebut dapat dilihat dalam kartu harga pokok
(gambar 2.5) yang bersangkutan. Kemudian dibuat jurnal untuk mencatat persediaan
barang dalam proses dengan mendebet rekening Persediaan Barang Dalam Proses dan
mengkredit rekening Barang Dalam Proses.
Misalnya dari contoh diatas, pesanan # 1 0 2 pada akhir periode akuntansi belum selesai
dikerjakan. Harga pokok pesanan #102 dihitung dengan menjumlahkan biaya-biaya
produksi yang telah dikeluarkan sampai dengan akhir bulan September 2000 yang telah
dicatat dalam kartu harga pokok pesanan (lihat gambar 2.5).
Jurnal untuk mencatat harga pokok pesanan yang belum selesai adalah sebagai berikut:
JURNAL # 11
Persediaan Barang Dalam Proses Rp 5.525.000
Barang Dalam Proses - Bkya Bahan Baku Rp. 525.000
Barang Dalam Proses - Biaya TK Langsung Rp. 2.000.000
Barang Dalam Proses - BOP Rp. 3.000.000
JURNAL # 12
Harga Pokok Penjualan Rp 1.680.000
Persediaan Barang Jadi Rp. 1.680.000
SOAL LATIHAN
1. Jelaskan siklus kegiatan usaha perusahaan dagang dan jelaskan siklus kegiatan akuntansi I:
biayanya
2. Jelaskan siklus kegiatan usaha perusahaan manufaktur dan jelaskan siklus kegiatan akuntansi
biayanya
3. Gambarkan hubungan antara siklus siklus kegiatan perusahaan manufaktur dengan siklus akuntansi
biayanya.
4. Gambarkan siklus akuntansi biaya dengan menggunakan hubungan rekening-rekening buku besar
5. Sebutkan karakteristik usaha perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan 5.
6. Sebutkan karakteristik metode harga pokok pesanan
7. Gambarkan hubungan antara rekening kontrol dengan rekening pembantu
8. Berikut adalah data dan informasi dari PT. Rifani yang menerapkan Job Order Costing
A. Persediaan 1 Januari 2001
Bahan Baku
Bahan Baku Unit Harga Per unit Total
X 2.000 200 Rp. 400.000
Y 5.000 100 500.000
Total 7.000 - Rp. 900.000
B. Ikhtisar transaksi yang berhubungan dengan produksi selama bulan Januari 2001
adalah sebagai berikut:
1. Bahan Baku
a. Pembelian (2/10,n/30)
Bahan baku X 25.000 unit @ Rp 210 Rp. 5.250.000
Bahan baku Y 40.000 unit @ Rp 105 Rp. 4.200.000
Pembelian Bahan Penolong Rp. 250.000
b. Pemakaian bahan baku dan bahan penolong (metode FIFO) :
Bahan baku
Unit
Pesanan
Bahan Baku X Bahan Baku Y
Job #401.858 3.000 5.000
Job #402.859 2.500 4.000
Job #301.860 12.500 17.500
Job #410.861 7.000 15.000
Total 25.000 41.500
Pemakaian Bahan Penolong Rp 200.000
2. Total Gaji dan upah yang berhubungan dengan kegiatan produksi selama bulan Januari
2001
a. Total gaji dan upah Rp 6.000.000 : dari jumlah ini dipotong untuk disetorkan pada
hal-hal berikut : Pajak Penghasilan 5 %, Iuran premi Jamsostek 2 % dan Iuran
dana pension 10 %
b. Distribusi gaji dan upah, sebagai berikut : Gaji tenaga kerja tidak langsung 35 %
dari total gaji dan upah, sedangkan upah tenaga kerja langsung 65 % yang
didistribusikan ke Job # 401.858 : 2P %,Job # 402.859 : 15 %,Job # 301.860 : 30
% , dan Job # 410.861 sebesar 35 °/T
c. Atas gaji dan upah tersebut, maka perusahaan juga harus menanggung iuran
Jamsostek dan dana pensiun, masing-masing sebesar 5 % untuk premi
Jamsostek dan 15 % dari total gaji dan upah untuk iuran dana pensiun
3. BOP sesungguhnya yang terjadi selain daripada biaya pemakaian bahan penolong dan
yang berhubungan dengan gaji dan upah, untuk periode Januar1 2001 Rp 3.225.000
4. BOP dibebankan dengan tarif 150 % dari Upah Langsung
5. Job nomor 858,859 dan 860 telah selesai, karen? ini diselesaikan kartu harga pokoknya
6. Barang jadi hasil job # 858 dan # 859 karena merupakan pesanan, telah dikirim
kepada pemesannya. Harga jual yang disepakati adalah 160 % dari Harga Pokoknya.
7. Job # 860 membuat 100 unit barang jadi kode 301.860 ; harga jual ditetapkan dengan
memperhitungkan laba kotor sebesar 40 % dari harga jualnya (dibulatkan keatas dalam
rupiah penuh) ; dalam bulan januari telah terjual sejumlah 76 unit
8. Persediaan awal barang jadi telah terjual semuanya. Harga jualnya ditetapkan dengan
memperhitungkan laba kotor sebesar 50 % dari harga pokoknya.
9. BOP sesungguhnya dibandingkan dengan BOP yang dibebankan untuk menghitung
under/over applied (dibebankan kurang/lebih) untuk bulan Januari 2001
Instruksi :
a) Siapkan Kartu Harga Pokok (job cost sheet) yang diperlukan
b) Catat transaksi yang terjadi ke jurnal, termasuk perhitungan harga pokok barang jadi,
yang terjual dan harga jual
c) Bukukan ke akun masing-masing
d) Hitung under/over applied factory overhead bulan Januari 2001
e) Hitung laba kotor yang diperoleh perusahaan untuk bulan Januari 2001
3. Biaya Bahan Baku
Menurut standar akuntansi yang diterima umum, semua biaya yang terjadi untuk memperoleh
bahan baku dan untuk menempatkannya dalam keadaan siap untuk diolah, merupakan unsur
harga pokok bahan baku yang dibeli. Harga pokok bahan baku terdiri dari harga beli yang
tercanturn dalam faktur penjual ditambah biaya angkutan, biaya pembelian lain serta biaya yang
dikeluarkan untuk menyiapkan bahan baku tersebut dalam keadaan siap untuk diolah.
Pencatatan biaya bahan baku dapat dilakukan dengan metode mutasi persediaan atau metode
persediaan fisik. Dalam proses produksi tidak semua produk akan menghasilkan produk seperti
yang telah ditentukan, ada kalanya proses produksi menghasilkan sisa bahan maupun produk
yang rusak yang memerlukan pengelolaan dan pencatatan yang sesuai.
Biaya angkutan diperlakukan sebagai tambahan Harga Pokok Bahan Baku yang
Dibeli
Berdasarkan cara ini alokasi biaya angkutan kepada masing-masing jenis bahan baku yang
dibeli dapat didasarkan pada :
a. Perbandingan kuantitas tiap jenis bahan baku yang dibeli
Pembagian ini hanya dapat dilakukan jika bahan baku tersebut memiliki satuan
ukuran yang sama atau satuan ukurannya dapat disamakan.
Contoh 1.
Sebuah perusahaan membeli 3 jenis bahan baku senilai Rp 6.000.000. Biaya
angkutan yang dibayar untuk ketiga jenis bahan baku tersebut sebesar Rp
300.000. Misalnya kuantitas masing-masing bahan tersebut, bahan A 400 Kg,
bahan B 250 Kg dan bahan C 350 Kg. Pembagian biaya angkutan kepada tiap jenis
bahan adalah sebagai berikut:
Berat Alokasi biaya
% angkutan
Jenis Bahan Baku Kg
(1) : 1.00 (2) x Rp. 300.000
(1) (2) (3)
A 400 40 Rp 120.000
B 250 25 75.000
C 350 35 105.000
1.000 100 Rp 300.000
b. Perbandingan harga faktur tiap jenis bahan baku yang dibeli Contoh 2.
Dengan menggunakan contoh 1 diatas pembelian bahan baku senilai Rp 6.000.000
tersebut terdiri dan Bahan A Rp 2.500.000/Bahan B Rp 3.000.000 dan Bahan C Rp
500.000, Biaya angkutan untuk ketiga jenis bahan tersebut Rp 300.000. Jika biaya
angkutan tersebut dibagikan atas dasar perbandingan harga faktur tiap jenis bahan
baku, harga pokok tiap jenis bahan baku akan dibebani dengan tambahan biaya
angkutan sebesar Rp 0,05 (yaitu Rp 300.000 dibagi Rp 6.000.000)
Jenis Bahan Baku Harga Faktur Pembagian Harga Pokok
Biaya Angkutan Bahan Baku
(1) x 0,05 (1) + (2)
(1) (2) (3)
A Rp 2.500.000 Rp 125.000 Rp 2.625.000
B Rp 3.000.000 Rp 150.000 Rp 3.150.000
C Rp 500.000 Rp 25.000 Rp 525.000
Rp 6.000.000 Rp 300.000 Rp 6.300.000
c. Biaya angkutan diperhitungkan dalam Harga Pokok Bahan Baku yang dibeli
berdasarkan tarif yang ditentukan di muka
Untuk menyederhanakan perhitungan harga pokok bahan baku, biaya angkutan
dibebankan kepada bahan baku yang dibeli atas dasar tarif yang ditentukan di muka
(predetermined rate). Perhitungan tarif dilakukan dengan menaksir biaya angkutan
yang akan dikeluarkan dalam tahun anggaran tertentu. Taksiran biaya angkutan ini
kemudian dibagi dengan dasar yang akan digunakan untuk mengalokasikan biaya
angkutan tersebut. Pada saat terjadi pembelian bahan baku. Harga bahan baku harus
ditambah dengan biaya angkutan sebesar tarif yang telah ditentukan. Biaya
angkutan yang sesungguhnya dikeluarkan dicatat dalam rekening biaya angkutan.
Jurnal untuk mencatat pembebanan biaya angkutan atas dasar tarif dan biaya
angkutan yang sesungguhnya terjadi adalah sebagai berikut:
a) Pembebanan biaya angkutan kepada bahan baku yang dibeli.
b) Pencatatan biaya angkutan yang sesungguhnya
c) Pencatatan selisih biaya angkutan yang dibebankan dengan biaya angkutan yang
sesungguhnya.
Contoh 3.
Biaya angkutan yang diperkirakan akan dikeluarkan pada tahun 2001 adalah sebesar Rp
1.500.000 dan jumlah bahan baku yang diangkut diperkirakan sebanyak 50. 000 Kg.
Jadi tarif biaya angkutan untuk tahun 2001 adalah sebesar Rp.30 per Kg bahan baku
yang diangkut. Perhitungan dan jumlah bahan baku yang dibeli serta alokasi biaya
angkutan atas dasar tarif tersebut disajikan dibawah ini
Pembagian Harga Pokok
Jenis Bahan Kg Harga Faktur Biaya Angkutan Bahan Baku
Baku (1) x Rp. 30 (2) + (3)
(1) (2) (3) (4)
A 25.000 Rp 7.500.000 Rp 750.000 Rp 8.250.000
B 15.000 Rp 6.000.000 Rp 450.000 Rp 6.450.000
C 10.000 Rp 4.000.000 Rp 300.000 Rp 4.300.000
Rp 17.500.000 Rp 1.500.000 Rp 19.000.000
Jika misalnya biaya angkutan yang sesungguhnya dibayar dalam tahun 2001 adalah
sebesar Rp 1. 425.000, maka jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
a) Jurnal pembelian bahan baku
Persediaan bahan baku Rp 17.500.000
Utang dagang Rp 17.500.000
b) Jurnal pembebanan biaya angkutan atas dasar tarif
Persediaan bahan baku Rp 1.500.000
Biaya angkutan Rp 1.500.000
c) Jurnal pencatatan biaya angkutan yang sesungguhnya terjadi
Biaya angkutan Rp 1.425.000
Kas Rp 1.425.000
d) Jurnal penutupan saldo rekening biaya angkutan ke rekening harga pokok
penjualan
Biaya angkutan Rp. 75.000
Harga pokok penjualan Rp 75.000
Apabila saldo rekening biaya angkutan tidak material, selisih tersebut ditutup
langsung ke rekening harga Pokok Penjualan
Dengan cara ini, biaya angkutan tidak diperhitungkan sebagai tambahan harga pokok
bahan yang dibeli, namun diperlakukan sebagai unsur BOP. Pada awal tahun
anggaran, jumlah biaya angkutan yang akan datang ditaksir. Jumlah taksiran biaya
angkutan ini diperhitungkan sebagai unsur BOP dalam penentuan tarif BOP. Biaya
angkutan yang sesungguhnya kemudian dicatat dalam sebelah debet rekening BOP
sesungguhnya.
Bahan penolong ini bukan bahan baku utama, namun keberadaannya diperlukan
dalam proses produksi. Biasanya bahan penolong ini tidak dapat diikuti jejak biayanya
ke dalam masing-masing produksi. Oleh karena itu, pemakaian bahan penolong ini
dimasukkan ke dalam biaya overhead pabrik.
Sisa bahan diperlakukan sebagai pengurang biaya bahan baku dari pesanan tertentu
Jika sisa bahan terjadi karena karakteristik proses pengolahan pesanan tertentu, maka hasil
penjualan sisa bahan dapat diidentifikasikan dengan pesanan tersebut. Jurnal yang dibuat pada
saat penjualan sisa bahan adalah :
Kas/Piutang Dagang xxxxx
Barang dalam Proses - Biaya Bahan Baku xxxxx
Contoh 4
Bagian produksi menyerahkan 2.000 Kg sisa bahan ke bagian gudang. Sisa bahan tersebut
ditaksir dap at laku dijual Rp 7.500 per kg. Sampai akhir periode akuntansi, sisa bahan
tersebut laku dijual seb anyak 1.500 Kg dengan harga jual Rp 9.000 per Kg.
Jika hasil penjualan sisa bahan diperlakukan sebagai penghasilan diluar usaha, jurnal
yang diper lukan adalah sebagai berikut :
Seandainya 50 unit produk yang rusak tersebut tidak rusak, maka harga pokok produk A
adalah Rp 3.500 (3.675.000 : 1050). Harga pokok produk rusak dibebankan kepada
produk yang baik, sehingga harga pokok produk yang baik adalah Rp 3.675 per unit
( 3.675.000 : 1000)
Jika produk rusak tersebut laku dijual, maka hasil penjualan produk rusak dikurangkan dari
biaya produksi yang seluruhnya telah dibebankan kepada produk yang baik. Jurnal
untuk mencatat nilai jual produk rusak dan pengurangan biaya produksi pesanan yang
bersangkutan adalah sebagai berikut :
Total Biaya Biaya Persatuan Harga Pokok
Elemen Harga Pokok Produk Produksi (1) : 1.050 Produk Rusak
(1) (2) (3) = (2) x 50
Biaya Bahan Baku Rp 675.000 Rp 643 Rp 32.150
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 1.200.000 Rp 1.143 Rp 57.150
BOP Rp 1.800.000 Rp 1.714 Rp 85.700
Rp 3.675.000 Rp 3.500 Rp 175.000
Jurnal pencatatan biaya produksi pesanan tersebut dan biaya pengerjaan kembali produk cacat
adalah sebagai berikut:
1. Pencatatan biaya produksi
Barang Dalam Proses - Biaya Bahan Baku Rp 1.250.000
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja Langsung 1.500.000
Barang Dalam Proses - BOP 2.250.000
Persediaan Bahan Baku Rp 1.250.000
Gaji dan Upah 1.500.000
BOP dibebankan 2.250.000
SOAL LATIHAN
1. Sebutkan pengertian dari biaya bahan baku dan berikan contohnya
2. Yang membentuk harga pokok bahan baku yang dibeli tidak hanya dari harga pembelian
bahan yang tercantum dalam faktur saja. Sebutkan biaya-biaya lain yang juga
diperhitungkan dalam harga pokok bahan baku yang dibeli
3. Ada dua perlakuan terhadap biaya angkutan yang dikeluarkan dalam pembelian bahan
baku. Sebutkan dan jelaskan kedua macam perlakuan terhadap biaya angkutan tersebut.
4. Sebutkan dan jelaskan dua metode pencatatan biaya bahan baku yang dipakai dalam
produksi.
5. Jelaskan pengertian dari scrap material dan perlakuan akuntansinya
6. Jelaskan pengertian dari defective goods dan perlakuan akuntansinya
7. PT. Amelia menerima pesanan 5.000 satuan produk X. Biaya produksi yang dikeluarkan
untuk mengolah produk tersebut adalah :'biaya bahan baku Rp 2.500.000, biaya tenaga
kerja langsung Rp 3.000.000 dan BOP dibebankan atas dasar tarif 150 % biaya tenaga
kerja langsung. Setelah pengolahan 5.000 unit produk X itu selesai, ternyata terdapat 400
unit produk cacat yang secara ekonomis masih dapat diperbaiki lagi. Biaya-biaya
pengerjaan kembali 400 satuan produk cacat tersebut terdiri dari biaya tenaga kerja
langsung Rp 600.000 dan BOP pada tarif yang biasa digunakan.
Berdasarkan data diatas, Buatlah jurnal yang diperlukan, apabila produk cacat tersebut
merupakan:
a) Merupakan hal yang tidak biasa terjadi (tidak normal)
b) Merupakan hal yang sering terjadi (normal)