Anda di halaman 1dari 4

Geografi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Peta Bumi

Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan, persamaan, dan perbedaan


antarruang di Bumi.[1] Pusat kajian geografi adalah
hubungan manusia dan lingkungannya. Secara umum, geografi terbagi menjadi dua
cabang keilmuan yaitu geografi fisik dan geografi manusia. Setelah tahun 1945,
geografi lebih diarahkan ke ilmu sosial dan mengutamakan kajian tentang geografi
manusia.[2] Geografi memiliki konsep-konsep penting yang digunakan untuk memahami
hubungan, bentuk, dan fungsi peristiwa alam dan peristiwa sosial. [3]

Asal-usul istilah[sunting | sunting sumber]


Erastothenes merupakan tokoh yang pertama kali menggunakan istilah geografi. Kata
geografi berasal dari gabungan kata dalam bahasa Yunani yaitu kata geo dan
graphein. Geo berarti bumi dan graphein berarti tulisan atau lukisan, sehingga geografi
diartikan sebagai tulisan tentang bumi. Dalam artian yang lebih luas, geografi diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari tentang bumi. Bumi yang dimaksud tidak hanya
berkenaan dengan bentuk fisiknya saja, melainkan meliputi semua gejala dan proses
alam yang terjadi beserta gejala dan proses kehidupannya. Gejala dan proses
kehidupan ini juga membahas tentang kehidupan para penghuni bumi
yaitu tumbuhan, hewan, dan manusia. Istilah geografi mulai dikenal dan menyebar luas
di kalangan cendekiawan pada abad ke-1 M.[4]

Sejarah[sunting | sunting sumber]
Geografi klasik[sunting | sunting sumber]
Pengetahuan tentang geografi telah dikenal sejak zaman Yunani Kuno. Pada masa
itu, mitologi masih memberikan banyak pengaruh terhadap pengetahuan tentang bumi.
Pengaruh mitologi berkurang setelah ilmu alam mulai berkembang sejak abad ke-6 SM.
Dasar ilmu alam dan ilmu pasti mulai membentuk pengetahuan tentang bumi.
Penyelidikan tentang bumi mulai memanfaatkan logika.[5] Pada masa sebelum masehi,
para filsuf dan sejarawan menjadi pembentuk pandangan dan paham tentang geografi.
Penjelasan-penjelasan tentang geografi masih bersifat sejarah, sedangkan penjelasan
tentang sejarah bersifat geografi. Selain itu, tulisan tentang pembuatan peta bumi atau
lukisan masih terbatas pada daerah-daerah tertentu. Pada masa sebelum masehi,
pengetahuan geografi hanya diberikan kepada hal-hal yang dapat diukur menggunakan
ilmu matematika.[6] Penjelasan tentang ruang di muka bumi sebagian besar
digambarkan oleh para pelancong. Konsep yang diberikan didasari oleh kejadian
bersejarah yang dialami secara langsung atau melalui pengamatan langsung. Selain
itu, penjelasan geografi juga mulai membahas tentang gejala dan ciri-ciri alam dan
manusia sebagai penghuni alam. Penjelasan yang diberikan oleh para pelancong masih
bersifat membandingkan daerah asal mereka dan daerah lain yang memiliki perbedaan
yang jelas.[7]
Geografi abad pertengahan[sunting | sunting sumber]
Pada akhir abad pertengahan, penjelasan-penjelasan tentang geografi masih berupa
hasil laporan perjalanan. Laporan ini terbagi menjadi laporan perjalanan darat dan
laporan perjalanan laut.[8] Pengetahuan tentang geografi diperoleh dari catatan
perjalanan dari para pedagang yang melakukan perdagangan antarnegara dan antar
benua. Selain itu, pengetahuan geografi juga diperoleh melalui para pasukan perang
yang melakukan ekspansi ke wilayah negara atau kerajaan lain. Catatan perjalanan
darat yang cukup memberikan banyak informasi tentang geografi adalah catatan
perjalanan Via Appia. Catatan ini menjelaskan tentang jalur perjalanan darat
antara Roma dan Capua pada tahun 950 M. Catatan lain yang juga memberi informasi
tentang geografi adalah catatan perjalanan Jalur Sutra. Catatan ini menjelaskan tentang
jalur perjalanan darat dari Tiongkok hingga ke Timur Tengah pada masa abad
pertengahan. Catatan-catatan perjalanan ini kemudian disebarluaskan ke berbagai
negara atau kerajaan, sehingga terjadi berbagai kegiatan yang bertujuan untuk
menemukan wilayah baru yang belum dikenal sama sekali. [9]
Geografi masa renaisans[sunting | sunting sumber]
Pada masa renaisans, pengetahuan geografi mengalami perkembangan pesat karena
adanya gerakan pembaharuan di bidang seni dan filsafat. Munculnya
paham Protestanisme juga menjadi penyebab berkembangnya pengetahuan geografi
yang berhubungan dengan humanisme dalam agama. Para sarjana memperoleh
keleluasaan dalam mengemukakan pendapatnya tentang keadaan dunia. Para
pelancong sudah tidak lagi hanya ingi mengetahui keadaan geografi secara fisik, tetapi
memiliki tujuan-tujuan tertentu di dalam perjalanannya. Para pelancong mencoba untuk
menemukan daerah baru yang dapat memberikan sumber keuntungan secara ekonomi.
Pencarian keuntungan ini dilakukan dengan membentuk daerah koloni atau melakukan
perdagangan. Para pelancong juga memiliki tujuan yang berkaitan dengan keagamaan.
Sambil berdagang atau membentuk koloni, mereka juga menyebarkan agama yang
diyakininya kepada daerah-daerah baru. Tujuan ini dianggap sebagai tugas suci dalam
rangka pengembangan ajaran agama. Selain itu, pengetahuan tentang wilayah baru
juga dapat diperoleh karena adanya peperangan. Keinginan untuk mencari keuntungan
ekonomi dan penyebaran agama dapat menimbulkan konflik sosial pada berbagai
kepentingan-kepentingan yang berbeda. Perbedaan kepentingan ini kemudian
menimbulkan konflik yang memicu terjadinya peperangan untuk memperebutkan
pengaruh kekuasaan.[10]
Sifat penulisan geografi masih bersifat deskriptif meskipun penemuan geografi telah
dilakukan dengan tujuan-tujuan ekonomi, agama, dan kekuasaan. Selain itu,
penjelasan-penjelasan yang diberikan belum ditulis dengan memperhatikan gejala yang
teramati. Para pelancong juga melakukan perjalanan menjelajahi daerah baru untuk
dijadikan sebagai petualangan. Hasil petualangan tersebut kemudian digunakan untuk
menambah pengetahuan tentang bumi. Pada masa ini juga terjadi perkembangan pesat
tentang konsep geografi yang bersifat matematis. Para sarjana mulai memperoleh
keleluasaan karena pengaruh gereja mulai berkurang. Para sarjana di bidang ilmu alam
mulai memperoleh penemuan-penemuan yang bertentangan dengan
tafsiran gereja terhadap Alkitab.[11] Pengetahuan geografi mulai dipelajari secara
mendalam sejak adanya penemuan-penemuan oleh para sarjana ilmu alam abad ke-17
M. Tokoh-tokoh yang berpengaruh yaitu Isaac Newton (1629-1695), Robert
Boyle (1627-1691), dan Christiaan Huygens (1629-1695). Masyarakat mulai
mempelajari gejala-gejala yang berhubungan dengan gunung dan pegunungan, arus
laut, dan angin.[12] Geografi masih dikaitkan dengan sejarah dan astronomi hingga abad
ke-18 M. Selain itu, pemaknaan geografi masih bersifat sederhana dan hanya diartikan
sebagai pengetahuan tentang bumi.[13]
Geografi modern[sunting | sunting sumber]
Pada akhir abad ke-18 M, mulai berkembang pandangan tentang geografi sebagai
suatu disiplin ilmiah. Selain itu, geografi juga mulai dipandang sebagai pengetahuan
yang dapat dimanfaatkan secara praktis.[14] Sebaliknya, paham tentang geografi
manusia mengalami kemunduran di kalangan para sarjana pada masa awal dan
pertengahan abad ke-19 M. Kemunduran pengetahuan terjadi di Eropa Barat,
khususnya di Inggris dan Berlin. Di Inggris, ilmu tentang geografi manusia tidak
berkembang setelah Alexander Maconochie mengundurkan diri dari pekerjaannya
sebagai ilmuwan geografi manusia. Di Universitas Berlin, geografi manusia tidak
mengalami perkembangan. Penyebabnya adalah tidak adanya penerus dari ilmuwan
geografi bernama Carl Ritter yang wafat pada tahun 1859. Pada akhir abad ke-19 M,
ilmu tentang geografi lebih dipusatkan kepada pengetahuan geologi dan metode ilmiah
yang berkaitan dengan geologi. Kajian yang dilakukan lebih mengutamakan tentang
iklim, tumbuhan, dan hewan, serta bentang alam. [15]
Di Amerika Serikat, ilmu geografi mengalami perkembangan pesat di kalangan
ilmuwan ilmu terapan. Bentang alam dan sumber daya air mulai dipelajari oleh John
Wesley Powell (1834-1902). Pengetahuan ini kemudian digunakan untuk mengetahui
penggunaan tanah di suatu tempat dengan sebaik-baiknya. Konservasi sumber daya
juga mulai diperhatikan dan dikaji oleh George Perkins Marsh (1801-1882). Marsh
mengemukakan pandangannya tentang konservasi sumber daya dalam pendahuluan
bukunya yang berjudul Man and Nature, or Physical Geography as Modified by Human
Action (1864). Marsh mengembangkan pemikiran Alexander von Humboldt dan Ritter
untuk mengemukakan pemikirannya tentang pengaruh manusia terhadap kerusakan
alam.[16]
Geografi mutakhir[sunting | sunting sumber]
Pada pertengahan abad ke-20 M. para ilmuwan geografi mulai meneliti geografi dengan
menggunakan analisis spasial. Pusat kajian geografi berada dalam
ranah deskripsi dan sintesis aspek fisik dan sosial suatu wilayah. Para ahli geografi
kemudian menggunakan pemahaman matematis hubungan spasial untuk memperoleh
wawasan baru tentang geografi. khususnya lokasi geografis kota dan interaksinya.
Selain itu, terjadi perkembangan dalam geografi manusia. Penyelidikan tentang
geografi manusi sudah tidak memiliki tujuan tertentu melainkan
menggunakan penelitian ilmiah. Pendekatan yang digunakan dalam meneliti ialah teori-
teori ekonomi neoklasik dengan
konsep marxisme, feminisme, pascakolonialisme dan post-modernisme.[17]
Pada masa ini, geografi telah digunakan untuk menyelesaikan berbagai masalah yang
dihadapi oleh manusia. Geografi sebagai bidang keilmuan kemudian mulai
digabungkan dengan berbagai disiplin ilmiah lainnya. Selain itu, penelitian geografi juga
telah mempergunakan metode statistik dan metode kuantitatif serta memanfaatkan
penggunaan piranti komputer untuk mengolah dan menganalisa data. [18] Pengadaan
data geografi juga telah menggunakan citra satelit sehingga informasi yang diperoleh
menjadi lebih tepat dan akurat. Penggunaan citra satelit dalam kajian penelitian
geografi dipelopori oleh para geograf Amerika Serikat dan Swedia pada tahun 1960
dengan menerapkan metode kuantitatif. Citra satelit digunakan pada geografi fisik dan
cabang geografi lainnya dengan bantuan piranti komputer. Penggunaan citra satelit ini
kemudian diterapkan di berbagai negara maju. [19]

Anda mungkin juga menyukai