Anda di halaman 1dari 11

Binjai, April 2020

Nomor : Istimewa Kepada Yth :


Lampiran : 1 (Satu) Eks Kepala Dinas Kesehatan
Hal : Permohonan Tunjangan Khusus Kota Binjai
Apoteker Penanggung Jawab Di -
Gudang Farmasi Tempat

Dengan Hormat,

Sehubungan dengan diperlukannya SIPA (Surat Ijin Praktek Apoteker) dan STRA ( Surat
Tanda Registrasi Apoteker ) dalam pengadaan Obat-obatan.

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : IRA, S. Farm., Apt


NIP : 19800720 201003 2 001
Jabatan : Staf Dinas Kesehatan Kota Binjai
Mengajukan Permohonan Tunjangan Khusus sebagai Penanggung Jawab Gudang Farmasi Di
Dinas Kesehatan Kota Binjai sebesar Rp. 3.000.000,- (Tiga Juta Rupiah) perbulan, adapun
pertimbangan tersebut berdasarkan :
1) Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian Pasal 1 Point 22 dan Point 23 mengenai SIPA Yaitu :
- Surat Izin Praktek Apoteker selanjutnya diangkat SIPA adalah surat izin yang
diberikan kepada Apoteker untuk dapat Melaksanakan pekerjaan Kefarmasian
pada Apoteker atau Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
- Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan Kefarmasian dalam Distribusi atau Penyaluran
Sediaan Farmasi Pasal 14 Point 1 dan Point 3
2) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889/MENKES/PER/V/2011
tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian yaitu:
- Pasal 1 Point 1: Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian
mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, Pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusian atau penyaluran obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan
obat tradisional.
- Pasal 37 Point 1 dan 3 :
(1) Apoteker yang menjalankan Pekerjaan Kefarmasian harus memiliki sertifikat
kompetensi Profesi.
(2) Sertifikat Kompetensi profesi berlaku 5 (Lima) tahun dan dapat diperpanjang
untuk setiap 5 (Lima) tahun melalui uji kompetensi propesi apabila Apoteker
tetap akan menjalankan Pekerjaan Kefarmasian.
- Pasal 52 point 1 dan 2:
(1) Setiap Tenaga Kefarmasian yang melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian
diindonesia wajib memiliki surat izin sesuai tempat Tenaga Kefarmasian
bekerja.
(2) Surat Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa :
a. SIPA bagi Apoteker yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian di Apotek,
Puskesmas, atau Gudang Farmasi di Dinas Kesehatan;
b. SIPA bagi Apoteker yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian sebagai
Apoteker Pendamping;
c. SIK bagi Apoteker yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian difasilitas
kefarmasian diluar Apotek dan Instalasi Farmasi Rumah Sakit atau gudang
Farmasi
d. SIK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan pekerjaan
Kefasmasian pada Fasilitas Kefarmasian.

- Pasal 54 Point 1 : Apoteker sebagaimana dimaksud dalam pasal 52 ayat (2) huruf
a hanya dapat melaksanakan praktik di I (Satu) Apotik, atau Puskesmas atau
Instalasi Farmasi Rumah Sakit.

- Pasal 55 Point 1:
(1) Untuk mendapat Surat izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 Tenaga
Kefarmasian harus memiliki:
a. STRA, STRA Khusus, atau STRTTK yang masih berlaku;
b. Tempat atau ada tempat untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian atau
Fasilitas Kefarmasian atau Fasilitas Kesehatan yang memiliki izin ;dan
c. Rekomendasi dari Organisasi Profesi setempat.

Adapun tunjangan tersebut sangat dibutuhkan sebagai kewajiban Apoteker yang harus
dipenuhi untuk memperoleh memperpanjang SIPA Yaitu :
a. Apoteker wajib mengumpulkan SKP sejumlah 150 SKP dengan mengikuti seminar
Kefarmasian (Biaya Seminar minimal Rp. 250.000 /Seminar) yang nantinya akan
digunakan dalam Perpanjangan STRA (Surat Tanda Registrasi Apoteker) yang
merupakan salah satu Syarat membuat SIPA.
b. Wajib mengikuti ujian Kompetensi agar dapat menjalankan Pekerjaan Kefarmasian
(Biaya Ujian Kompetensi ± Rp. 3.500.000 ).
c. Wajib membayar iuran anggota IAI (Ikatan Apoteker Indonesia) sebesar Rp
150.000 /Tahun.
d. Untuk melakukan registrasi dalam menjalin kerja sama pembelian Obat/Alkes antara
Dinas Kesehatan dengan Distributor maka diperlukan SIPA sebagai salah satu
syaratnya.

Sebagai Bahan pertimbangan Bapak Dinas Kesehatan turut kami lampirkan :

1. Surat Keputusan Pengurus Daerah IAI Propinsi SUMUT tentang imbalan minimum
bulanan Apoteker Tahun 2016.
2. Pergub SUMUT No. 188.44/450/KPTS/2018 Tentang Penetapan Upah Minimum
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2019.
3. Peraturan Pemerintah No 51 tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian

Demikian Permohonan ini kami sampaikan, atas perhatian dan kebijaksanaan dari Bapak
direktur kami ucapkan terima kasih.
Pemohon
Apoteker

IRA, S.Farm, Apt


NIP. 19800720 201003 2 001
GUBERNUR ACEH

PERATURAN GUBERNUR ACEH


NOMOR :60 TAHUN 2015

TENTANG

PENETAPAN UPAH MINIMUM PROVISI ACEH


TAHUN 2016

GUBERNUR ACEH

Menimbang : a. bahwa untuk melakasanakan ketentuan pasal 45 Peraturan Pemerintah


Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan dan sesuai dengan
Kesepakatan Bersama Dewan Pengupahan pada tanggal 26 Oktober
2015, perlu menetapkan Upah Minimum Provinsi (UMP) tahun 2016
b. bahwa Peraturan Gubernur Aceh Nomor 81 Tahun 2014 tentang Upah
Minimum Provinsi Aceh Tahun 2015, sudah tidak sesuai lagi maka perlu
ditinjau kembali.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Gubernur Tentang Upah
Minimum Provinsi Aceh Tahun 2016.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah
Provinsi Aceh dan Perubahan Peraturan Pembentukan Provinsi Sumatera
Utara (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 64,
Tambahan Lemabaran Negara Republik Indonesia nomor 1103).
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Katenagakerjaan
(Lembaran Negara republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4279).
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh
( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633).
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
5. Peraturan pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan.;
6. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2013 tentang Kebijakan Penetapan
Upah Minimum dalam Rangka Keberlangsungan Usaha dan Peningkatan
Kesejahteraa pekerja;
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 7 Tahun 2013 tentang Upah
Minimum.;

MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG UPAH MINIMUM PROVINSI
ACEH TAHUN 2016

Pasal 1
Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan
1. Pekerja/Buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau
imbalan dalam bentuk lain.
2. Pemberi kerja adalah orang perorangan, pengusaha, badan hukum atau
badan-badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar
upah atau imbalan dalam bentuk lain.
3. Pengusaha adalah:
a. Orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan
suatu Perusahaan milik sendiri
b. Orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri
sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya,
c. Orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang dimaksud
dalam huruf a dan b yang berkedudukan diluar wialayah indonesia.
4. Perusahaan adalah setiap bentuk Usaha yang berbadan hukum atau tidak
yang mempekerjakan pekerja dengan tujuan mencari keuntungan atau tidak
milik orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum, baik milik swasta
maupun milik negara.
5. Upah Minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari Upah Pokok
termasuk tunjangan tetap.

Pasal 2
Upah Minimum Provinsi (UMP) Aceh Tahun 2016 ditetapkan sebesar Rp.
2,118.500,; (Dua Juta Seratus Delapan Belas Ribu Lima Ratus Rupiah),
Pasal 3
Upah Minimum Provinsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 merupakan upah
bulanan terendah dengan waktu kerja 7 jam perhari atau 40 jam perminggu bagi
sistem kerja 6 hari perminggu dan 8 jam perhari atau 40 jam perminggu bagi
sistem kerja 5 hari perminggu.
Pasal 4
Perusahaan yang telah memberikan Upah lebih tinggi dari keuntungan
sebagaimana yang dimaksudkan dalam pasal 2, dilarang mengurangi atau
menurunkan upah sesuai dengan ketentuan pasal 15 Peraturan Menteri Tenaga
Kerja Nomor 7 Tahun 2013 tentang Upah Minimum.
Pasal 5
Upah Minimum Provinsi (UMP) berlaku bagi pekerja/ buruh lajang dengan masa
kerja kurang dari 1 (Satu) Tahun.
Pasal 6
Pengusaha dilarang membayar Upah lebih rendah dari upah minimum
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2
Pasal 7
Bagi Pengusaha yang tidak mampu membayar upah Minimum sebagaimana
dimaksud dalam pasal 5 dapat mengajukan penangguhan.
Pasal 8
Upah bagi pekerja/Buruh dengan masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih
dirundingkan secara Bipartit antara pekerja/buruh atau serikat pekerja Serikat
Buruh dengan pengusaha diperusahaan yang bersangkutan.
Pasal 9
Pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas kesepakatan anatara pengusaha
dengan pekerja/buruh atau SP/SB tidak boleh lebih rendah dari ketentuan
Perundang-undangan.
Pasal 10
Dalam hal kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 lebih rendah atau
bertentangan dengan ketentuan Perundang-Undangan, kesepakatan tersebut batal
demi hukum dan pengusaha wajib membayar upah pekerja/buruh menurut
ketentuan Perundang-undangan.
Pasal 11
Peraturan Gubernur ini berlaku bagi seluruh pekerja/buruh dan karyawan baik di
Perusahaan Swasta, BUMN,BUMD dan Usaha-Usaha sosial lainnya.
Pasal 12
Pengawasan Terhadap pelaksanaan Peraturan Gubernur ini dilakukan oleh
Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan.
Pasal 13
Dengan berlakunya Peraturan gubernur ini, maka Peraturan Gubernur Aceh
Nomor 81 Tahun 2014 tanggal 30 Oktober 2014 tentang Upah Minimum Provinsi
Aceh Tahun 2015 (Berita Daerah Aceh Tahun 2014 Nomor 6) dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 14
Peraturan Gubernur Aceh ini mulai berlaku pada tanggal 1 januari 2016

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan


Gubernur ini dengan penempatannnya dalam Berita Daerah Aceh.
Ditetapkan di Banda Aceh
Pada tanggal, 30 Oktober 2015
17 Muharram 1437
GUBERNUR ACEH

ZAINI ABDULLAH

Diundangkan di Banda Aceh


Pada tanggal, 30 Oktober 2015
17 Muharram 1437

SEKRETARIS DAERAH ACEH

DERMAWAN

BERITA DAERAH ACEH TAHUN 2015 NOMOR 60

NANI IRIANI, SH., M.Kn


NOTARIS / PPAT

SK. MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA


NO. AHU - 100 AH 02.01 TAHUN 2008

SK. KEPALA BADAN PERTAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA


NO. 3- XVII - PPAT - 2009 - TGL 8 APRIL 2009

AKTA
NOMOR : 13

TANGGAL : 23 JANUARI 2013

PERJANJIAN KERJA SAMA

PIHAK PERTAMA : NYONYA SYARIFAH FITRIA ULFA

PIHAK KEDUA : TUAN HASBY QURAISY

PERJANJIAN KERJA SAMA

Nomor 13

- Pada hari ini, Jum'at tanggal 23 (dua puluh tiga) januari 2015 (dua ribu lima belas) pukul
14:36 WIB (Empat Belas Lewat Tiga Puluh Enam MenitWaktu indonesia barat). .....

- Hadir dihadapan saya, NANI IRIANI, Sarjana Hukum, Magister kenotariatan, Notaris di
Kabupaten Nagan Raya, dengan dihadiri oleh saksi-saksi yang saya, Notaris, kenal dan yang
nama-namanya akan disebut pada akhir akta ini,

I. Nyonya SYARIFAH FITRIA ULFA. Lahir di Parom. pada tanggal 28 (Dua Puluh
Delapan) Februari 1985 (Seribu Sembilan Ratus Delapan Puluh Lima), warga negara
indonesia, Pegawai Negeri Sipil, bertempat tinggal di Jalan Bakti Pemuda Lorong
Bahagia No 03 Desa Seuneubok. Kabupaten Aceh Barat, Pemegang Kartu Tanda
Penduduk Nomor 1105018602850003, untuk sementara berada diKabupaten Nagan
Raya.

Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak sebagai Apoteker Penanggung Jawab
Instalasi Farmasi demikian berdasarkan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA)
Nomor : 19850228/STRAUSU-2012/227588. tanggal 30 (Tiga Puluh) Mei 2012 (Dua
Ribu Dua Belas), yang dikeluarkan oleh Komite Farmasi Nasional, fhoto copy surat
mana dijahitkan pada minit akta ini............................................................................,,,,..

untuk selanjutnya disebut................................................................................................

............................................................Pihak Pertama........................................................

II. Tuan HASBI QURAISY, lahir disengkang, pada tanggal 2 (dua) Maret 1964 (Seribu
Sembilan Ratus Enam Puluh Empat). Warga Negara Indonesia, Pegawai Negeri Sipil,
bertempat tinggal digampong Kuta Paya, Kecamatan Seunangan, Kabupaten Nagan
Raya, Pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor1115020203640002.............................

Menurut keterangan dalam hal ini bertindak sebagai Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Nagan Raya demikian berdasarkan Surat Keputusan Bupati Nagan Raya Nomor
: PEG.821.2/220/2011 tanggal 10 (Sepuluh) Maret 2011 (Dua Ribu Sebelas) fhoto copy
surat mana dijahitkan pada mimit akta ini......................................................................
untuk selanjutnya disebut................................................................................................
............................................................Pihak Kedua.......................................................

- Para penghadap dikenal oleh saya, Notaris, berdasarkan identitas yang diberikan oleh
para penghadap kepada saya, Notaris.............................................................................

- para penghadap yang bertindak sebagaimana tersebut menerangkan dengan ini


membuat suatu perjanjian Kerja sama, sehubungan dengan tugas pengabdianprofesi
dari Pihak Pertama dengan bertanggung jawab seperuhnya terhadap Pengelolaan
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Nagan Raya (IFRS) yang menggunakan
sarana dari Pihak Kedua, maka kedua belah pihak telah saling setuju dan mufakat untuk
membuat suatu Perjanjian Kerja Sama dengan memakai syarat-syarat dan Ketentuan-
Ketentuan sebagai berikut:..............................................................................................

............................................................Pasal 1..................................................................

- Pihak Pertama dan Pihak Kedua telah sepakat untuk memenuhi ketentuan dan
perjanjian Pendirian Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Nagan Raya (IFRS)
sebagaimana terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor:
284/MENKES/PER/III/2007, tentang tata cara pemberian Izin Apotik, serta peraturan
perundang-undanganlain yang berlaku............................................................................

............................................................Pasal 2..................................................................

-Pihak Kedua menyediakan Sarana Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah
Nagan Raya (IFRS) yang antara lain terdiri dari Bangunan, Perlengkapan Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Nagan Raya (IFRS), perbekalan kesehatan
dibidang Farmasi yang kesemuanya itu adalah milik dan/atau berada dalam penguasaan
dari Pemerintah Daerah Kabupaten Nagan Raya............................................................

............................................................Pasal 3..................................................................

- Pengelolaan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Nagan Raya (IFRS)
dilakukan oleh Pihak Pertama sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004, ditetapkan dijakarta atas nama Menteri
Kesehatan Republik Indonesia........................................................................................

............................................................Pasal 4..................................................................

Sehubungan dengan kewenangan yang diberikan oleh Pihak Kedua kepada Pihak
Pertama tersebut diatas, maka Pihak Kedua akan memberikan insentif kepada Pihak
Pertama sebesar Rp. 3.000.000,- (Tiga Juta Rupiah) perbulan.....................................

............................................................Pasal 5..................................................................

- Pengelolaan Keuangan dan Administrasi keuangan Instalasi Farmasi Rumah Sakit


Umum Daerah Nagan Raya (IFRS) diselenggarakan oleh Badan Layanan Umum
Rumah Sakit Umum Daerah Nagan Raya.......................................................................

............................................................Pasal 6..................................................................

- Penyususnan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja (RAPB) pada setiap tahun,
ditetapkan secara bersama-sama oleh Pihak Pertama dan Pihak Kedua..........................

............................................................Pasal 7..................................................................

- Kedua belah pihak sepakat bahwa penyusunan Rencana Anggaran pendapatan dan
Belanja (RAPB) Tahunan yang dimaksud pada pasal 6 dalam akta ini dilakukan dengan
mempertimbangkan kelancaran pelaksanaan pengelolaan Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Umum Daerah Nagan Raya (IFRS) dan pelayanan kepada masyarakat................

............................................................Pasal 8..................................................................

- Apa bila timbul perbedaan pendapat atau perselisihan dianatar keduaa belah pihak,
maka perbedaan pendapat atau perselisihan itu sedapat mungkin diusahakan
penyelesaiannya dengan cara kekeluargaan dan musyawarah untuk mufakat akan tetapi
bila masih juga tidak terdapat
Penghadap dan saksi-saksi, maka akta ini ditanda tangani oleh para penghadap, saksi-saksi
dan saya, notaris........................................................................................................................
- Dilangsungkan dengan tanpa memiliki perubahan..................................................................

- Minit akta ini telah ditanda tangani sebagaimana mestinya....................................................

- Dikeluarkan sebagai SALINAN yang sama bunyinya...........................................................

Notaris di Nagan Raya

NANI IRIANI, SH. M.Kn

Anda mungkin juga menyukai