Pada hari ini Senin tanggal Tiga bulan Agustus tahun Dua Ribu Dua Puluh,
kami yang bertanda tangan di bawah ini :
Dengan ini kedua belah pihak sepakat untuk mengadakan Perjanjian, dalam rangka
pelaksanaan Pekerjaan : Penyusunan Rencana Pengembangan Pariwisata
Pendukung Bromo-Tengger-Semeru Di Kabupaten Pasuruan, dengan ketentuan -
ketentuan sebagai berikut :
PASAL 1
KETENTUAN UMUM
(1) Yang dimaksud dengan Surat Perjanjian ini adalah perjanjian dimana PIHAK
KESATU mengikat PIHAK KEDUA sebagaimana pula PIHAK KEDUA telah
sepakat untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam Surat Perjanjian ini.
(2) Surat Perjanjian ini ditandatangani berdasarkan kesepakatan PIHAK KESATU dan
PIHAK KEDUA tanpa ada unsur paksaan.
PASAL 2
RUANG LINGKUP PEKERJAAN
PIHAK KESATU mengadakan kerjasama dengan PIHAK KEDUA, dengan ruang
lingkup pekerjaan, sebagai berikut :
(1) Melakukan kajian Penyusunan Rencana Pengembangan Pariwisata Pendukung
Bromo-Tengger-Semeru Di Kabupaten Pasuruan;
(2) Melakukan analisis Penyusunan Rencana Pengembangan Pariwisata
Pendukung Bromo-Tengger-Semeru Di Kabupaten Pasuruan; dan
(3) Menyusun arah kebijakan Penyusunan Rencana Pengembangan Pariwisata
Pendukung Bromo-Tengger-Semeru Di Kabupaten Pasuruan.
PASAL 3
JANGKA WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Rencana Pengembangan Pariwisata Pendukung
Bromo-Tengger-Semeru Di Kabupaten Pasuruan dilaksanakan dalam jangka waktu 120
(Seratus Dua Puluh) hari kalender sejak diterbitkannya Surat Perintah Mulai Pekerjaan
(SPMK).
PASAL 4
KEWAJIBAN PIHAK KEDUA
(1) PIHAK KEDUA wajib melaksanakan, menyelesaikan, dan memperbaiki pekerjaan
dengan ruang lingkup sebagaimana telah diatur pada Pasal 2.
(2) Menyelesaikan dan menyerahkan hasil pekerjaan kepada PIHAK KESATU sesuai
dengan batas waktu yang ditetapkan.
PASAL 5
KEWAJIBAN PIHAK KESATU
(1) PIHAK KESATU menjamin kelancaran pelaksanaan pekerjaan PIHAK KEDUA di
lokasi pekerjaan, penggunaan sarana dan prasarana sebagaimana yang
dinyatakan dalam Surat Perjanjian Kerjasama.
(2) Membayar kepada PIHAK KEDUA atas pelaksanaan pekerjaan / kegiatan
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 8 Surat Perjanjian ini.
PASAL 6
PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN PEKERJAAN
(1) Pengawasan dan pemeriksaan pelaksanaan pekerjaan ini akan dilakukan oleh
PIHAK KESATU atau PIHAK LAIN yang ditunjuk oleh PIHAK KESATU.
(2) PIHAK KEDUA harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan perintah/petunjuk
PIHAK KESATU dan atau PIHAK LAIN yang ditunjuk menurut batas-batas yang
telah ditetapkan dalam Surat Perjanjian ini.
PASAL 7
BIAYA PELAKSANAAN PEKERJAAN
(1) Jumlah nilai biaya pelaksanaan pekerjaan pada Surat Perjanjian Kerjasama ini
adalah sebesar Rp. 215.000.000 (Dua Ratus Lima Belas Juta Rupiah).
(2) Pajak-pajak yang timbul akibat perjanjian ini, ditanggung oleh PIHAK KEDUA.
(3) Biaya pelaksanaan pekerjaan ini dibebankan pada sumber dana APBD Kabupaten
Pasuruan Tahun Anggaran 2020.
PASAL 8
CARA PEMBAYARAN
(1) Pembayaran pekerjaan Penyusunan Rencana Pengembangan Pariwisata
Pendukung Bromo-Tengger-Semeru Di Kabupaten Pasuruan dilaksanakan dalam 1
(Satu) kali pembayaran/termin.
(2) Ketentuan pembayaran pekerjaan oleh PIHAK KESATU kepada PIHAK KEDUA,
dengan menyerahkan : Draf Laporan pendahuluan 10 (Sepuluh Eksemplar),
Laporan pendahuluan 5 (Lima Eksemplar), Draf Laporan Fakta Analisa 10 (Sepuluh
Eksemplar), Laporan Fakta Analisa 5 (Lima Eksemplar), Draf Laporan Akhir
sebanyak 10 (Sepuluh Eksemplar), Laporan Akhir dan Peta sebanyak 10 (Sepuluh
Eksemplar) dan CD File sebanyak 5 (lima) buah, serta Laporan
Pertanggungjawaban Penggunaan Dana sebanyak 2 (dua) eksemplar
(3) Seluruh pembayaran ditransfer ke Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur
Cabang Universitas Brawijaya Malang dengan Nomor Rekening 0041036133 atas
nama RPL 032 UB KONTRAK KERJASAMA A.
PASAL 9
KEADAAN KAHAR (FORCE MAJEURE)
(1) Yang dimaksud dalam “Keadaan Kahar” adalah suatu keadaan yang terjadi diluar
kehendak kedua belah pihak, sehingga kewajiban yang ditentukan dalam kontrak
atau Surat Perjanjian ini menjadi tidak dapat dipenuhi.
(2) Yang digolongkan “Keadaan Kahar” sebagaimana dimasksud pada ayat (1) pasal
ini adalah :
a. Peperangan;
b. Kerusuhan;
c. Revolusi;
d. Bencana alam : banjir, gempa bumi, gunung meletus, tanah longsor, wabah
penyakit, dan angin topan;
e. Pemogokan;
f. Kebakaran;
g. Gangguan lainnya.
(3) Apabila terjadi “Keadaan Kahar” PIHAK KEDUA harus memberitahukan kepada
PIHAK KESATU secara tertulis selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas)
hari setelah terjadinya “Keadaan Kahar”.
(4) Atas pemberitahuan PIHAK KEDUA tersebut, maka PIHAK KESATU dapat
menyetujui atau menolak secara tertulis adanya “Keadaan Kahar” itu dalam jangka
waktu 3 x 24 jam sejak diterimanya pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) pasal ini.
(5) Jika dalam waktu 3 x 24 jam sejak diterimanya pemberitahuan PIHAK KEDUA
kepada PIHAK KESATU tentang “Keadaan Kahar” tersebut tetapi PIHAK KESATU
tidak memberikan jawabannya, maka dianggap tidak menyetujui “Keadaan Kahar”
tersebut.
PASAL 10
AMANDEMEN PERJANJIAN
(1) Amandemen perjanjian harus dibuat dan disetujui oleh PIHAK KESATU dan
PIHAK KEDUA apabila terjadi perubahan perjanjian ini.
(2) Perubahan perjanjian dapat dilakukan apabila :
a. Perubahan pekerjaan yang disebabkan oleh sesuatu hal yang dilakukan oleh
PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA, sehingga merubah ruang lingkup
pekerjaan dalam perjanjian.
b. Perubahan jadwal pelaksanaan pekerjaan akibat adanya perubahan pekerjaan.
c. Perubahan harga perjanjian akibat adanya perubahan ruang lingkup pekerjaan
dan pelaksanaan pekerjaan.
PASAL 11
SANKSI
(1) Jika PIHAK KEDUA tidak dapat memenuhi kewajibannya sebagaimana yang telah
ditetapkan dalam pasal 4 Surat Perjanjian Kerjasama ini, maka PIHAK KEDUA
diwajibkan untuk mengembalikan dana kepada PIHAK KESATU setelah
memperhitungkan kewajiban-kewajiban yang telah dilaksanakan oleh PIHAK
KEDUA.
(2) Jika tahapan pekerjaan tidak dapat diselesaikan dalam jangka waktu pelaksanaan
pekerjaan karena kesalahan atau kelalaian PIHAK KEDUA maka PIHAK KEDUA
berkewajiban untuk membayar denda kepada PIHAK KESATU sebesar 1/1000
(satu per seribu) dari nilai Perjanjian Kerjasama untuk setiap hari keterlambatan.
(3) Pasal ini tidak diberlakukan dalam keadaan Kahar, sebagaimana dimaksud pada
pasal 9 Surat Perjanjian Kerjasama ini.
PASAL 12
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
(1) Apabila terjadi perselisihan antara PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA, maka
pada dasarnya diselesaikan secara musyawarah untuk mufakat.
(2) Jika tidak mendapatkan penyelesaikan yang layak dan memuaskan kedua belah
pihak, maka akan diselesaikan oleh “Panitia Pendamai” yang berfungsi sebagai
juri/wasit, dibentuk dan diangkat oleh kedua belah pihak, terdiri dari 3 (tiga) anggota
:
a. Seorang wakil dari PIHAK KESATU sebagai anggota;
b. Seorang wakil dari PIHAK KEDUA sebagai anggota;
c. Seorang ahli sebagai ketua, yang dipilih dan disetujui kedua belah pihak.
(3) Keputusan “Panitia Pendamai” akan mengikat kedua belah pihak, dan biaya
penyelesaian perselisihan yang dikeluarkan dibebankan secara bersama kepada
PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA.
(4) Jika keputusan sebagaimana pada ayat (3) pasal ini tidak dapat diterima oleh salah
satu pihak atau kedua belah pihak, maka perselisihan tersebut akan diteruskan
melalui Pengadilan Negeri Setempat.
RENCANA ANGGARAN BELANJA
TOTAL Rp 215,000,000
Rp 7,405,000 Rp 4,300,000 Rp 19,545,455
No. Uraian Satuan RENCANA ANGGARAN BIAYA
Kuan Jangka Harga
Ukuran Total (Rp.)
titas Waktu Satuan PAJAK PPH 21 PPH 23 PPN
PEMERINTAH KABUPATEN PASURUAN
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA)
Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Pasuruan
Jl. Raya Raci KM .9 Bangil - Pasuruan 67153
Telp. (0343) 741212, 741414 Fax. (0343) 741313
www.bappeda.pasuruankab.go.id email : bappedakabpas@gmail.com
PASURUAN 67115
9. Lingkup Materi Lingkup data dan materi yang minimal harus tertuang
dalam Dokumen Perencanaan Pengembangan
Pariwisata Pendukung Bromo-Tengger-Semeru di
Kabupaten Pasuruan meliputi :
a. Data permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat
dan pelaku usaha wisata dalam pengembangan
pariwisata pendukung Bromo-Tengger-Semeru di
wilayah Kabupaten Pasuruan.
b. Data dampak sosial, dampak ekonomi dan dampak
lingkungan akibat berkembangnya pariwisata
pendukung Bromo-Tengger-Semeru di wilayah
Kabupaten Pasuruan.
c. Data dan peta potensi, peluang dan tantangan
pengembangan destinasi wisata, sektor ekonomi
kreatif, usaha mikro dan kecil, serta sektor pendukung
wisata (hotel, guest house, transportasi, rumah
makan/restoran, pusat oleh-oleh, guide dan
masyarakat pelaku wisata).
d. Data dan peta terkait kondisi eksisting wilayah dan
rencana tata guna lahan (RTRW) wilayah
perencanaan.
e. Laporan Rencana yang memuat konsep model
pengembangan pariwisata terpadu pendukung wisata
Bromo-Tengger-Semeru di Kabupaten Pasuruan,
strategi dan arah kebijakan serta rekomendasi
pengembangan pariwisata terpadu pendukung wisata
Bromo-Tengger-Semeru di Kabupaten Pasuruan yang
dilengkapi skala prioritas, tahapan pengembangan
dan Perangkat Daerah penanggung jawab.
PENYUSUNAN
RENCANA
PENGEMBANGAN
PARIWISATA
PENDUKUNG BROMO-
TENGGER-SEMERU DI
KABUPATEN
PASURUAN
LAPORAN PENDAHULUAN
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH .......................................................................... 3
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN KEGIATAN ..................................................... 4
1.4 SASARAN ............................................................................................. 5
BAB II TELAAH PUSTAKA ............................................................................. 7
2.1 Konsep Pengembangan Pariwisata ....................................................... 7
2.2 Teori Permintaan dan Penawaran dalam Industri Pariwisata ............... 14
BAB III METODE KEGIATAN ....................................................................... 29
3.1 LINGKUP KEGIATAN .......................................................................... 29
3.2 KELUARAN ......................................................................................... 30
3.3 LOKASI PENELITIAN .......................................................................... 30
3.4 PENDEKATAN PENELITIAN.............................................................. 30
3.5 JENIS DAN SUMBER D ...................................................................... 30
3.6 ANALISA DATA ................................................................................... 32
BAB IV ORGANISASI PELAKSANA KEGIATAN .......................................... 49
Daftar Pustaka .............................................................................................. 50
LAPORAN PENDAHULUAN i
BAB I
PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN 1
Lebih lanjut tentang percepatan pembangunan ekonomi kawasan,
Peraturan Presiden no 80 tahun 2019 mengamanatkan adanya proses
pembangunan yang terpadu, terintegrasi, dan berkelanjutan sesuai dengan
Rencana Induk Pembangunan Kawasan. Dengan demikian arah
pembangunan kepariwisataan yang dimaksud akan berada dalam lingkup: 1)
industri pariwisata, 2) destinasi pariwisata,3) pemasaran dan 4) kelembagaan
kepariwisataan dengan mengutamakan karakter lokal yang telah dimiliki.
Kabupaten Pasuruan melalui Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan
Nomor 6 Tahun 2016 menekankan adanya kawasan pembangunan
pariwisata yang telah memiliki daya tarik. Seperti diamanatkan dalam
peraturan daerah tersebut, terdapat kelompok daya tarik wisaya yang menjadi
kekuatan Kabupaten Pasuruan yakni:
a) Kawasan Kabupaten Pasuruan wilayah barat yaitu Kecamatan
Sukorejo, Pandaan, Prigen dan Gempol sebagai kawasan pusat
wisata alam, budaya, buatan, religi, edukasi, belanja dan kuliner;
b) Kawasan Kabupaten Pasuruan wilayah tengah, yaitu Kecamatan
Rembang, Wonorejo, Kejayan, Pohjentrek, Gondangwetan, sebagai
kawasan industri, agro dan minat khusus;
c) Kawasan Kabupaten Pasuruan wilayah timur, yaitu Kecamatan Grati,
Lumbang, Winongan, Gondang wetan sebagai kawasan wisata alam,
industri mebel dan religi;
d) Kawasan Kabupaten Pasuruan wilayah utara yaitu Kecamatan Beji,
Bangil, Kraton, Rejoso, Lekok dan Nguling sebagai kawasan wisata
budaya, belanja, kuliner, bahari dan religi;
e) Kawasan Kabupaten Pasuruan wilayah selatan, yaitu Kecamatan
Purwosari, Purwodadi, Tutur, Tosari, Puspo dan Pasrepan sebagai
kawasan wisata alam, budaya, agro, kuliner, belanja dan edukasi.
Dengan demikian, melalui arah pembangunan yang telah ditetapkan,
pembangunan kawasan dapat terwujud dengan memposisikan BTS sebagai
daya tarik utama. Adapun ke-lima kawasan yang telah ditetapkan merupakan
pionir dalam merespon daya tarik BTS dengan memanfaatkan daya tarik lokal
yang tersedia.
Setidaknya ada tiga peranan pariwisata di kawasan BTS yaitu peranan
ekonomi, peranan sosial dan kebudayaan. Peranan ekonomi dapat
LAPORAN PENDAHULUAN 2
meningkatkan pendapatan pemerintah dan masyarakat. Peningkatan
pendapatan masyarakat dan pemerintah berasal dari pembelanjaan dan biaya
yang dikeluarkan wisatawan selama perjalanan dan persinggahannya seperti
untuk hotel, makan dan minum, cenderamata, angkutan dan sebagainya.
Pengembangan pariwisata berpengaruh positif pada perluasan peluang
usaha dan kerja. Peluang usaha dan kerja yaitu membuka peluang bagi
masyarakat tersebut untuk menjadi pengusaha hotel, wisma, restoran,
warung, angkutan dan lain-lain. Peluang usaha tersebut akan memberikan
kesempatan kepada masyarakat lokal untuk bekerja dan sekaligus dapat
menambah pendapatan untuk dapat menunjang kehidupan rumah tangganya.
Salah satu permasalahan utama masih terbatasnya pengembangan
BTS adalah terbatasnya koordinasi dan pengelolaan terpadu Kawasan BTS
secara professional. Hal ini, salah satunya dikarenakan keterlibatan berbagai
pihak baik dari pemerintah pusat melalui Kementrian kehutan, dan juga
beberapa daerah sekitar BTS dalam pengelolaan Kawasan BTS yang belum
bersinergi. Selain meningkatkan sinergitas antar pemangku kepentingan,
pemerintah Kabupaten Pasuruan sangat berkepentingan dalam upaya
pengembangan Kawasan di sekitar BTS. Oleh karena itu, diperlukan sebuah
kajian secara mendalam mengenai potensi dan pengembangan pariwisata
khusus wilayah BTS. Dimana salah satu tujuannya adalah peningkatan
perekonomian masyarakat sekitar dan juga perekonomian Kabupaten
Pasuruan. Hal ini sejalan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan
Nomor 6 Tahun 2016 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan
Daerah Tahun 2016 – 2025. Oleh karena itu, kajian mengenai
Pengembangan pariwisata khusus wilayah Bromo Tengger Semeru sangat
penting dan perlu untuk dilakukan.
LAPORAN PENDAHULUAN 3
pariwisata pendukung Bromo-Tengger-Semeru di wilayah
Kabupaten Pasuruan, serta kondisi eksisting pemanfaatan wisata
BTS oleh masyarakat ?
2. Bagaimana potensi ekonomi, lingkungan, social dan budaya di
wilayah BTS dan wilayah pendukungnya?
3. Bagaimana dampak social budaya, dampak ekonomi dan dampak
lingkungan akibat berkembangnya pariwisata pendukung Bromo-
Tengger-Semeru di wilayah Kabupaten Pasuruan?
4. Bagaimana potensi, peluang dan tantangan pengembangan
destinasi wisata, sektor ekonomi kreatif, usaha mikro dan kecil,
serta sektor pendukung wisata (hotel, guest house, transportasi,
rumah makan/restoran, pusat oleh-oleh, guide dan masyarakat
pelaku wisata) ?
5. Bagaimana konsep model pengembangan pariwisata terpadu
pendukung wisata Bromo-Tengger-Semeru di Kabupaten
Pasuruan?
6. Bagaimana strategi dan arah kebijakan serta rekomendasi
pengembangan pariwisata terpadu pendukung wisata Bromo-
Tengger-Semeru di Kabupaten Pasuruan?
LAPORAN PENDAHULUAN 4
2. Mengidentifikasi potensi ekonomi, lingkungan, social dan budaya di
wilayah BTS dan wilayah pendukungnya.
3. Mengidentifikasi dampak social budaya, dampak ekonomi dan
dampak lingkungan akibat berkembangnya pariwisata pendukung
Bromo-Tengger-Semeru di wilayah Kabupaten Pasuruan.
4. Melakukan pemetaan potensi, peluang dan tantangan
pengembangan destinasi wisata, sektor ekonomi kreatif, usaha
mikro dan kecil, serta sektor pendukung wisata (hotel, guest house,
transportasi, rumah makan/restoran, pusat oleh-oleh, guide dan
masyarakat pelaku wisata).
5. Menyusun konsep model pengembangan pariwisata terpadu
pendukung wisata Bromo-Tengger-Semeru di Kabupaten
Pasuruan.
6. Menyusun strategi dan arah kebijakan serta rekomendasi
pengembangan pariwisata terpadu pendukung wisata Bromo-
Tengger-Semeru di Kabupaten Pasuruan.
1.4 SASARAN
Sasaran kegiatan ini adalah tersedianya dokumen hasil Kajian
Penyusunan Perencanaan Pengembangan Pariwisata Pendukung Bromo-
Tengger-Semeru di Kabupaten Pasuruan. Secara lebih spesifik, sasaran
kegiatan ini adalah
1. Terdentifikasi dan terinventarisasinya permasalahan yang dihadapi
oleh masyarakat dan pelaku usaha wisata dalam pengembangan
pariwisata pendukung Bromo-Tengger-Semeru di wilayah Kabupaten
Pasuruan, serta kondisi eksisting pemanfaatan wisata BTS oleh
masyarakat.
2. Teridentifikasinya potensi ekonomi, lingkungan, social dan budaya di
wilayah BTS dan wilayah pendukungnya.
3. Teridentifikasinya dampak social budaya, dampak ekonomi dan
dampak lingkungan akibat berkembangnya pariwisata pendukung
Bromo-Tengger-Semeru di wilayah Kabupaten Pasuruan.
LAPORAN PENDAHULUAN 5
4. Terlaksananya pemetaan potensi, peluang dan tantangan
pengembangan destinasi wisata, sektor ekonomi kreatif, usaha mikro
dan kecil, serta sektor pendukung wisata (hotel, guest house,
transportasi, rumah makan/restoran, pusat oleh-oleh, guide dan
masyarakat pelaku wisata).
5. Tersusunnya konsep model pengembangan pariwisata terpadu
pendukung wisata Bromo-Tengger-Semeru di Kabupaten Pasuruan.
6. Tersusunnya strategi dan arah kebijakan serta rekomendasi
pengembangan pariwisata terpadu pendukung wisata Bromo-Tengger-
Semeru di Kabupaten Pasuruan.
LAPORAN PENDAHULUAN 6
BAB II
TELAAH PUSTAKA
LAPORAN PENDAHULUAN 7
barang dan jasa yang sangat kompleks, terkait dengan hubungan
kelembagaan dan individu, kebutuhan layanan, penyediaan kebutuhan
layanan, dan sebagainya.
Untuk menyamakan pemahaman mengenai istilah-istilah dan
pengertian pariwisata, di Indonesia mengacu pada Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan,
yang menyatakan bahwa Pariwisata adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya
tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.
Sedangkan wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari
kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat
sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.
Gunn (1988) mendefinisikan pariwisata sebagai aktivitas ekonomi
yang harus dilihat dari dua sisi yakni sisi permintaan (demand side)
dan sisi pasokan (supply side). Lebih lanjut dia mengemukakan bahwa
keberhasilan dalam pengembangan pariwisata di suatu daerah sangat
tergantung kepada kemampuan perencana dalam mengintegrasikan
kedua sisi tersebut secara berimbang ke dalam sebuah rencana
pengembangan pariwisata. Dari sisi permintaan misalnya, harus dapat
diidentifikasikan segmen-segmen pasar yang potensial bagi daerah
yang bersangkutan dan faktor-faktor yang menjadi daya tarik bagi
daerah tujuan wisata yang bersangkutan. Untuk itu diperlukan
penelitian pasar dengan memanfaatkan alat-alat statistik multivariat
tingkat lanjut, sehingga untuk masing-masing segmen pasar yang
sudah teridentifikasi dapat dirancang strategi produk dan layanan yang
sesuai.
LAPORAN PENDAHULUAN 8
berbagai fasilitas dan layanan yang dibutuhkan wisatawan di tempat
tujuan, seperti akomodasi, makanan, dan hiburan. Selanjutnya,
aksesabilitas mengacu pada kondisi ketersediaan transportasi dan
sarana penghubung ke tempat-tempat wisata tujuan. Terakhir, layanan
tambahan merupakan semua fasilitas dan layanan agar terciptanya
industri pariwisata berkelanjutan seperti keberlanjutan kelembagaan
pariwisata, tersedianya organisasi pengelola, tersedianya sistem
informasi dan pemasaran, hingga sistem keamanan yang handal.
LAPORAN PENDAHULUAN 10
a. Kehidupan adat dan tradisi masyarakat dan aktifitas
budaya masyarakat yang khas di suatu area/tempat,
contoh : sekaten, karapan sapi, pasola, pemakaman
Toraja, ngaben, pasar terapung, kuin, dan sebagainya;
b. Kesenian, contoh: angklung, sasando, reog, dan
sebagainya.
C. Wisata Buatan
Daya Tarik Wisata hasil buatan adalah daya tarik wisata khusus
yang merupakan kreasi artifisial (artificially created) dan kegiatan-
kegiatan manusia lainnya di luar ranah wisata alam dan wisata
budaya. Daya tarik wisata hasil buatan manusia/khusus,
selanjutnya dapat dijabarkan meliputi antara lain:
i. Fasilitas rekreasi dan hiburan/taman bertema, yaitu fasilitas
yang berhubungan dengan motivasi untuk rekreasi, hiburan
(entertainment) maupun penyaluran hobi;
ii. Fasilitas peristirahatan terpadu (integrated resort), yaitu
kawasan peristirahatan dengan komponen pendukungnya
yang membentuk kawasan terpadu;
iii. Fasilitas rekreasi dan olahraga;
Ketiga jenis Daya Tarik Wisata tersebut dapat dikembangkan
lebih lanjut dalam
Lebih lanjut, berdasarkan Rencana Induk Pengembangan
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Pasuruan Tahun 2014 –
2024, atraksi / daya Tarik wisata juga dapat dikelompokan berdasarkan
sub jenis atau kategori kegiatan wisata seperti:
a) Wisata Petualangan (Adventure Tourism);
b) Wisata Bahari (Marine Tourism);
c) Wisata Agro (Farm Tourism);
d) Wisata Kreatif (Creative Tourism);
e) Wisata Kapal Pesiar (Cruise Tourism);
f) Wisata Kuliner (Culinary Tourism);
g) Wisata Budaya (Cultural Tourism);
h) Wisata Sejarah (Heritage Tourism);
LAPORAN PENDAHULUAN 11
i) Wisata Memorial (Dark Tourism), Contoh: Ground Zero World
Trade Centre, Ground Zero Legian Bali, Merapi Pasca Letusan;
j) Wisata Ekologi (Ecotourism/Wild Tourism);
k) Wisata Pendidikan (Educational Tourism);
l) Wisata Ekstrim-Menantang Bahaya (Extreme Tourism), Contoh:
Bercanda Dengan Hiu, Bercanda Dengan Buaya;
m) Wisata Massal (Mass Tourism);
n) Wisata Pertemuan, Perjalanan Insentif, Konferensi Dan Pameran
(Meeting, Incentive, Convention, And Exhibition Tourism);
o) Wisata Kesehatan (Medical Tourism/Wellness Tourism);
p) Wisata Alam (Nature-Based Tourism);
q) Wisata Religi (Religious Tourism/Pilgrimage Tourism);
r) Wisata Budaya Kekinian (Pop Culture Tourism);
s) Wisata Desa (Rural Tourism);
t) Wisata Luar Angkasa (Space Tourism);
u) Wisata Olahraga (Sport Tourism);
v) Wisata Kota (Urban Tourism); Dan
w) Wisata Relawan (Volunteer Tourism).
LAPORAN PENDAHULUAN 12
merupakan penunjang transportasi seperti petugas operator jasa
transportasi, pelayanan kesehatan dan keamanan.
LAPORAN PENDAHULUAN 14
dan pemasaran obyek pariwisata ke pasar maupun pelaku pariwisata,
dan dari sisi permintaan melakukan kegiatan membeli dan
menggunakan barang dan jasa yang ditawarkan obyek pariwisata itu
sendiri.
KEBIJAKAN
PARIWISATA
P P
E E
E R
N M
A I
W N
A T
R A
A A
N N
PRODUK
LAPORAN PENDAHULUAN 15
3. Permintaan tertunda adalah termasuk kategori orang-orang yang dapat
melakukan perjalanan, tetapi mereka belum melakukannya karena
kekurangan informasi, fasilitas atau kombinasi dari keduanya.
Unsur-unsur penting dalam permintaan wisata adalah
wisatawan dan penduduk lokal yang menggunakan sumberdaya
(produk dan jasa) wisata. Ketersediaan sumberdaya hanya sebagai
pemicu perjalanan. Faktor lain yang turut berperan adalah aksesibilitas
yang semakin mudah pada produk dan obyek pariwisata. Oleh sebab
itu harus ada media yang menghubungkan wisatawan dengan produk
tersebut, yakni akses yang dalam hal ini berupa infrastruktur
transportasi (Mundt, 1998).
LAPORAN PENDAHULUAN 17
ketika ada produk pengganti. Misalnya wisatawan menemukan moda
transportasi yang lebih murah bagi mereka. (Camilleri, 2018)
A. Prestige Pricing
Strategi ini dilakukan untuk menarik konsumen dengan karakter
hedonic (high-end costumers) dengan cara meningkakan harga dan
kualitas untuk meningkatkan penjualan.
B. Penetration Pricing
Strategi ini dilakukan dengan set harga yang rendah dengan tujuan
penetrasi pasar, merarik konsumen, hingga meningkatkan
penjualan jangka pendek.
C. Volume Pricing
Strategi ini dilakukan dengan penetapan harga berbeda pada
konsumen dengan pembelian dalam jumlah besar. Contohnya
LAPORAN PENDAHULUAN 18
adalah penetapan harga yang lebih rendah pada permintaan
traveling dalam grp yang besar.
LAPORAN PENDAHULUAN 19
memberikan share 21% dari total wisawatan internasional. Hal ini
tentunya mendorong timbulnya segmen pariwisata baru untuk usia
lanjut (senior).
LAPORAN PENDAHULUAN 20
di tahun 2025. Fokus para milenial dalam berwisata adalah
eksplorasi, interaksi dan pengalaman emosional. Demi memenuhi
pengalaman tersebut, beberapa akomodasi baru muncul untuk
mengakomodir kebutuhan para milenial ini, yaitu dengan konsep
minimalis dan menarik (eye catching). Pelayanan kepada para
milenial berfokus pada empati dan hubungan pelanggan (customer
relation). Tren ini diharapkan lebih cepat memberikan dampak
positif terhadap pariwisata dengan dukungan percepatan
digitalisasi, karena teknologi merupakan unsur penting bagi para
milenial.
LAPORAN PENDAHULUAN 21
tingkat pendidikan yang tinggi. Generasi Z terintegrasi penuh
dengan dunia digital dan mengharapkan informasi yang real time,
pesan singkat namun kuat, sebagian besar dikirimkan melalui
gambar, video dan saluran yang memungkinkan untuk berinteraksi.
Generasi Z berbicara menggunakan emoticon yang berfungsi
menggantikan teks atau narasi. Penyedia layanan pariwisata harus
dapat ‘belajar bahasa’ Generasi Z untuk dapat berinteraksi dan
berkomunikasi dengan mereka.
C. Growing Middle Class
Kelas menengah meningkat dari 1,8 miliar pada tahun 2009
menjadi 3,2 miliar pada tahun 2020 dan diperkirakan akan
meningkat menjadi 4,9 miliar pada tahun 2030. Peningkatan kelas
menengah ini akan mengubah profl wisatawan. Mayoritas kelas
menengah berasal dari kawasan Asia Pasifk yang mewakili dua per
tiga dari populasi kelas menengah global dan berkontribusi
terhadap 59% konsumsi kelas menengah tahun 2030. Sebaliknya
populasi kelas menengah di Eropa dan Amerika Utara cenderung
stagnan. Kelas menengah memiliki kencenderungan mandiri dalam
berwisata, tidak memerlukan pemandu wisata. Ketika
merencanakan perjalanan wisata, kelas menengah cenderung
menggunakan transportasi ‘low budget’ seperti pesawat dengan
tarif murah, kereta api atau bus. Kecenderungan lain yaitu kelas
menengah meluangkan waktu untuk mencari informasi perjalanan
yang menawarkan potongan harga atau promo.
D. Emerging Destination
Pertumbuhan kelas menengah dan karakteristik kelas menengah
dalam memilih destinasi pariwisata, mendorong berkembangnya
banyak destinasi pariwisata di negara berkembang (Asia, Amerika
Selatan, Mediterania Timur, Eropa Tengah, Eropa Timur, Timur
Tengah dan Afrika). Negara- negara ini memiliki lebih banyak
kunjungan wisatawan daripada destinasi pariwisata di negara maju
(Amerika Utara, Eropa Barat, serta daerah maju di Asia dan
Pasifik). Pada tahun 1950, sebesar 97% kedatangan turis
terkonsentrasi di 15 negara tujuan, namun terjadi penurunan
LAPORAN PENDAHULUAN 22
menjadi 56% di tahun 2009. Saat ini hampir 100 negara menerima
lebih dari 1 juta kedatangan wisatawan per tahun.
E. Political Issues and Tourism
Gejolak politik dapat berdampak terhadap seluruh sektor di dalam
suatu negara, termasuk pariwisata. Kerusuhan politik di Yunani
contohnya, mempengaruhi pariwisata baik jangka panjang maupun
jangka pendek. Yunani menjadi tujuan wisata yang dihindari (travel
warning) sehingga akan menghilangkan kepercayaan investor di
masa mendatang. Isu terorisme atau peristiwa tragis juga dapat
mengakibatkan kemunduran besar. Dampaknya adalah penurunan
jumlah pengunjung internasional. Teror yang terjadi di Mesir,
Tunisia dan Thailand memiliki dampak negatif langsung terhadap
pariwisata. Selain itu, isu keamanan transportasi yang kadang
menjadi obyek serangan teroris seperti di pesawat, kereta, bandara
juga dipandang penting sehingga petugas meningkatkan
pengamanan yang berdampak pada lamanya prosedur
pemeriksaan barang.
A. Technology (R)evolution
Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi berdampak
pada pariwisata karena membentuk dan mengubah aspek
kehidupan sehari-hari. Teknologi menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dalam kehidupan. Internet telah mengubah cara
wisatawan mencari dan menjelajahi informasi, memesan dan
berwisata. Penggunaan robot, tampilan interaktif, dan smartphone
ke depannya akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
sektor pariwisata. Selama liburan, wisatawan akan mendapatkan
informasi secara real time tentang program dan kegiatan pariwisata
untuk memberikan pengalaman wisata yang lengkap sehingga
LAPORAN PENDAHULUAN 23
kepuasan wisatwan menjadi lebih besar. Pada akhirnya, hal
tersebut berdampak pada tingkat konsumsi yang meningkat dan
menimbulkan kesetiaan (loyalitas).
B. Digital Channels
Penetrasi internet mendorong dimulai dan diakhirinya kegiatan
liburan dengan internet. Dimulai dari perencanaan liburan,
mengumpulkan ide, memutuskan berlibur kemudian memberikan
liputan perjalanan dan pengalaman selama berlibur. Saat ini,
setelah berlibur, para wisatawan memberikan feedback tentang
pengalaman mereka melalui social media. Pada tahun 2013, 65%
pencarian dimulai dengan menggunakan telepon seluler dan
dilanjutkan dengan komputer.
LAPORAN PENDAHULUAN 24
Gambar 2.7. Tren Kunci Digitalisasi dalam Pariwisata
LAPORAN PENDAHULUAN 25
mulai dari perencanaan, akomodasi, aktivitas, pengalaman di hotel
dan di tempat tujuan.
LAPORAN PENDAHULUAN 26
kesehatan. Kerjasama terpadu antara sektor kesehatan dan
pariwisata akan membuka ceruk pasar baru dalam health tourism.
E. Sustainability
Pertumbuhan pariwisata yang fenomenal merupakan salah satu
penggerak sosio-ekonomi di seluruh dunia. Selain itu, pariwisata
juga memberi dampak pada pembangunan dunia, kemakmuran dan
kesejahteraan. Oleh karena itu, penyelenggaraan pariwisata perlu
dijaga keberlangsungannya. Pariwisata berkelanjutan merupakan
pariwisata yang menghormati penduduk setempat dan wisatawan
lain, warisan budaya dan lingkungan. Terdapat 3 (tiga) pilar yang
harus diseimbangkan agar pembangunan pariwisata berkelanjutan
dapat berlangsung dalam jangka panjang yaitu pilar sosial
(community), pilar lingkungan (environment) dan pilar ekonomi
(economy). Pilar pertama yaitu keberlanjutan sosialmengacu pada
isu kesejahteraan masyarakat, aset budaya, partisipasi masyarakat
LAPORAN PENDAHULUAN 27
dan kepuasan wisatawan. Pembangunan pariwisata harus
memperhatian kelestarian situs budaya, situs sejarah dan
bangunan warisan sebagai bentuk penghargaan terhadap
masyarakat sekitar. Serbuan wisatawan dapat berdampak negatif
terhadap keberlangsungan sosial di sekitar destinasi.
Pembangunan berlebihan dapat menyebabkan antipati atau
penolakan penduduk setempat terhadap pariwisata. Pilar kedua
yaitu lingkungan sebagai atraksi utama bagi wisatawan. Tidak
dapat dipungkiri fakta bahwa aktivitas pariwisataberkontribusi
terhadap produksi CO2. Misalnya, kapal pesiar setidaknya
menghasilkan 17% dari total emisi nitrogen oksida, belum termasuk
aliran limbah yang dihasilkan. Pilar ketiga yaitu ekonomi
berkelanjutan dimana pariwisata memberikan manfaat bagi semua
pemangku kepentingan yang terlibat, pendistribusian yang adil,
kesempatan kerja dan peluang penghasilan. Faktor kunci
keberlanjutan ekonomi antara lain peningkatan standar hidup,
ketersediaan waktu rekreasi, pembangunan dan kemakmuran
ekonomi, serta stabilitas politik.
LAPORAN PENDAHULUAN 28
BAB III
METODE KEGIATAN
LAPORAN PENDAHULUAN 29
Analisis identifikasi permasalahan terhadap masih
terbatasnya perkembangan wisata di daerah pendukung
BTS dari sisi internal maupun eksternal;
Analisa spasial untuk melihat potensi dan keterkaitan antar
wilayah BTS melalui pemetaan dan survey lapangan
Analisa perumusan strategis dan rekomendasi kebijakan
Pengembangan Pariwisata Pendukung Bromo-Tengger-
Semeru di Kabupaten Pasuruan
3.2 KELUARAN
Keluaran yang diharapkan dari rangkaian kegiatan kajian ini adalah
suatu hasil kajian dan analisa komprehensif sampai dengan rekomendasi bagi
penyelenggaraan pembangunan di Kabupaten Pasuruan dalam upaya
merencanakan Pengembangan Pariwisata Pendukung Bromo-Tengger-
Semeru di Kabupaten Pasuruan.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer
dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan menggunakan metode
survey, Focus Group Discussion (FGD), in depth interview kepada nara
sumber yang antara lain terdiri dari:
LAPORAN PENDAHULUAN 30
1. Dinas yang terkait, antara lain: Bappeda, Dinas parawisata, Dinas
Pekerjaan Umum dan Bina Marga, Dinas Pertanian dan lain
sebagainya.
2. Pelaku pariwisata dan masyarakat di lokasi penelitian.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait
dengan kebutuhan data sebagai berikut,
Tabel 3.1 Kebutuhan Data Sekunder dan Sumber Data
No Kebutuhan Data Sumber Data
1 Data kependudukan pada lokasi perencanaan BPS, Dinas Kependudukan
dan Catatan Sipil, Dinas
Tenaga Kerja
2 Data penggunaan lahan pada lokasi Dinas Pekerjaan Umum
perencanaan, termasuk pemanfaatan wilayah dan Bina Marga, Dinas
BTS oleh masyarakat pelaku wisata. Perhubungan
3 Data sarana prasarana wilayah : prasarana jalan,
Dinas Pekerjaan Umum
sarana transportasi, air bersih, listrik, sistem
dan Bina Marga, Dinas
telekomunikasi, sarana pengelolaan air limbah,
Perhubungan
dan sistem pengelolaan persampahan.
4 Data sector ekonomi pendukung pariwisata :
hotel/penginapan/homestay, rumah makan / Dinas Pariwisata, Dinas
restoran, pusat oleh-oleh, destinasi wisata, atraksi Industri, Dinas Koperasi
wisata, usaha mikro/kecil, usaha ekonomi kreatif dan Usaha Mikro
dan perbankan/jasa keuangan.
5 Data kelembagaan pendukung pariwisata : desa
wisata, kelompok sadar wisata (Pokdarwis), jasa
Dinas Pariwisata
guide, travel agent, kelompok budaya, event
budaya dan wisata.
6 Data dampak social, budaya, ekonomi dan
lingkungan akibat pengembangan pariwisata di Dinas Pariwisata
wilayah BTS dan sekitarnya.
7 Data potensi, peluang dan tantangan
pengembangan destinasi wisata, sektor ekonomi
kreatif, usaha mikro dan kecil, serta sektor
Dinas Pariwisata
pendukung wisata (hotel, guest house,
transportasi, rumah makan/restoran, pusat oleh-
oleh, guide dan masyarakat pelaku wisata).
8 Data spasial atau peta (skala 1 : 5.000 atau 1 :
25.000) : peta kondisi eksisting wilayah
perencanaan, peta pengembangan wilayah
Bappeda
perencanaan, peta dasar (wilayah perencanaan),
peta rencana tata guna lahan (RTRW), dan peta
jaringan jalan
Sumber : Hasil Pemikiran, 2020
LAPORAN PENDAHULUAN 31
3.6 ANALISA DATA
LAPORAN PENDAHULUAN 32
Kabupaten Pasuruan
Matrik QSPM untuk menyusun
Bagaimana strategi dan arah strategi dan arah kebijakan
kebijakan serta rekomendasi serta rekomendasi
6 pengembangan pariwisata terpadu pengembangan pariwisata
pendukung wisata Bromo-Tengger- terpadu pendukung wisata
Semeru di Kabupaten Pasuruan? Bromo-Tengger-Semeru di
Kabupaten Pasuruan
Dari tabel diatas, penjelasan masing – masing analisa data adalah sebagai
berikut
1. Analisa Deskriptif
LAPORAN PENDAHULUAN 33
variabel lain ke dalam tabel-silang yang sudah ada sehingga menjadi
sebuah tabel tiga-jalan.
3. Analisa Spasial
LAPORAN PENDAHULUAN 34
telah mencakup penggambaran secara keruangan (spasial) sehingga
pengguna dapat dengan lebih mudah dalam memperoleh maupun
menganlisa informasi lebih lanjut.
Untuk keperluan analisis spasial ini dibutuhkan data spatial sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan. Beberapa data spasial yang
dibutuhkan seperti : Peta Jalan (line); Sungai (line) dan Land zone
(pertanian, Pariwisata, urban, rural dan konservasi) dengan tipe
polygon. Data-data spasial diatas yang diperoleh dari
BAKOSURTANAL digunakan sebagai data dasar untuk melakukan
analisis seperti buffer, union, merge, intersect, clip dan operasi query.
Terdapat dua model dalam data spasial, yaitu model data raster
dan model data vektor. Keduanya memiliki karakteristik yang berbeda,
selain itu dalam pemanfaatannya tergantung dari masukan data dan
hasil akhir yang akan dihasilkan. Model data tersebut merupakan
representasi dari obyek-obyek geografi yang terekam sehingga dapat
dikenali dan diproses oleh computer.
Model data vektor merupakan model data yang paling banyak
digunakan, model ini berbasiskan pada titik (points) dengan nilai
koordinat (x,y) untuk membangun obyek spasialnya. Obyek yang
dibangun terbagi menjadi tiga bagian lagi yaitu berupa titik (point), garis
(line), dan area (polygon). Titik merupakan representasi grafis yang
paling sederhana pada suatu obyek. Titik tidak mempunyai dimensi
tetapi dapat ditampilkan dalam bentuk simbol baik pada peta maupun
dalam layar monitor. Contoh : Lokasi Fasilitasi Kesehatan, Lokasi
Fasilitas Kesehatan, dll. Garis merupakan bentuk linear yang
menghubungkan dua atau lebih titik dan merepresentasikan obyek
dalam satu dimensi. Contoh : Jalan, Sungai, dll. Poligon merupakan
representasi obyek dalam dua dimensi.Contoh : Danau, Persil Tanah,
dll.
LAPORAN PENDAHULUAN 35
Gambar 3.1 Kategori Model Data Vektor
LAPORAN PENDAHULUAN 36
(Simple Data) yang merupakan representasi data yang
mengandung tiga jenis data (titik, garis, poligon) secara
sederhana. Sedangkan Data Tingkat Tinggi (Higher Data
Level), dikembangkan lebih jauh dalam melakukan
pemodelan secara tiga dimensi (3 Dimensi/3D). Model
tersebut adalah dengan menggunakan TIN (Triangulated
Irregular Network).
Region, merupakan sekumpulan poligon, dimana masing-
masing poligon tersebut dapat atau tidak mempunyai
keterkaitan diantaranya akan tetapi saling bertampalan
dalam satu data set.
Dymanic Segmentation, adalah model data yang dibangun
dengan menggunakan segmen garis dalam rangka
membangun model jaringan (network).
4. Analisa QSPM
LAPORAN PENDAHULUAN 37
matriks-matriks itu telah sesuai dengan segala ukuran dan tipe organisasi,
sehingga dapat dipakai untuk membantu para ahli strategi dalam
mengidentifikasi, megevaluasi, dan memilih strategi-strategi yang paling tepat.
Tahapan dalam model F.R. David yang akan digunakan dalam kegiatan ini
dapat digambarkan dalam bagan berikut.
LAPORAN PENDAHULUAN 38
3. Pemberian rating (nilai) antara 1 sampai 4 bagi masing-masing faktor yang
memiliki nilai:
1. 1 = di bawah rata-rata 2. 3 = di atas rata-rata
3. 2 = rata-rata 4. 4 = sangat bagus
Rating mengacu efektivitas strategi organisasi. Dengan demikian nilainya
didasarkan pada kondisi yang ada.
4. Pengalian nilai bobot dengan nilai rating-nya dari masing-masing faktor
untuk menentukan nilai skor critical success factor.
5. Penjumlahan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi organisasi
yang dinilai. Nilai skor total 4,0 mengindikasikan bahwa organisasi
merespon dengan cara yang luar biasa terhadap peluang-peluang yang
ada dan menghindari ancaman-ancaman di pasar industrinya. Sementara
itu, skor total 1,0 menunjukkan bahwa organisasi tidak memanfaatkan
peluang-peluang yang ada atau tidak menghindari ancaman-ancaman
eksternal.
Tabel 3.1. Matiks EFE
Faktor Strategi Rating
Bobot (A) Skor (A x B)
Eksternal (B)
Kekuatan:
1
2
:
n
Kelemahan:
1
2
:
n
Total
LAPORAN PENDAHULUAN 39
terkait pengembangan wisata BTS dan wilayah pendukung. Data dan
informasi aspek internal dapat digali dari beberapa fungsional organisasi,
misalnya dari aspek manajemen, keuangan, SDM, pemasaran, sistem
informasi, dan produksi. Menurut Umar (2008), tahapan kerja matriks IFE,
yaitu:
1. Daftar critical success factors (faktor-faktor utama yang mempunyai
dampak penting pada kesuksesan atau kegagalan usaha) untuk aspek
internal kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses).
2. Penentuan bobot (weight) dari critical success factor tadi dengan skala
yang lebih tinggi dari yang berprestasi tinggi dan begitu pula sebaliknya.
Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,0. Nilai bobot dicari dan dihitung
berdasarkan rata-rata jawaban.
3. Pemberian rating (nilai) antara 1 sampai 4 bagi masing-masing faktor yang
memiliki nilai:
1 = di bawah rata-rata 3 = di atas rata-rata
2 = rata-rata 4 = sangat bagus
Jadi rating mengacu pada kondisi organisasi, sedangkan bobot mengacu
pada kriteria yang telah disepakati.
4. Pengalian nilai bobot dengan nilai rating-nya dari masing-masing faktor
untuk menentukan nilai skornya.
5. Penjumlahan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi organisasi
yang dinilai. Nilai rata-rata adalah 2,5; jika nilainya di bawah 2,5 maka
menandakan bahwa secara internal adalah lemah. Sedangkan nilai yang
berada di atas 2,5 menunjukkan posisi internal yang kuat. Matriks EFE
dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Matiks IFE
Rating
Faktor Strategi Internal Bobot (A) Skor (A x B)
(B)
Kekuatan:
1
2
:
n
LAPORAN PENDAHULUAN 40
Kelemahan:
1
2
:
n
Total
Matriks SWOT
Matriks Strength-Weaknesses-Opportunities-Threat (SWOT) merupakan
matching tool yang penting untuk membantu mengembangkan empat tipe
strategi, yaitu strategi SO (Strength-Opportunity), strategi WO (Weakness-
Opportunity), strategi ST (Strength-Threat), dan strategi WT (Weakness-
Threat). Keempat tipe strategi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Strategi SO (Strength-Opportunitiy), strategi ini menggunakan kekuatan
internal pemerintah daerah untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar
pemerintah daerah.
Strategi WO (Weakness-Opportunity), strategi bertujuan untuk
memperkecil kelemahan-kelemahan internal pemerintah daerah terkait
pengembangan wisata BTS dan wilayah pendukung dengan memanfaatkan
peluang-peluang eksternal.
Strategi ST (Strength-Threat), melalui strategi ini pemerintah daerah
berusaha untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-
ancaman eksternal.
Strategi WT (Weakness-Threat), strategi ini merupakan taktik untuk
bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal serta menghindari
ancaman.
LAPORAN PENDAHULUAN 41
Stengths-S Weaknesses-W
1. 1.
IFAS
2. 2.
3. Catatlah kekuatan- 3. Catatlah kelemahan-
Kosong kekuatan internal kelemahan internal
. organisasi . organisasi
. .
EFAS
9. 9.
10. 10.
Opportunities-O Strategi SO Strategi WO
1. 1. 1.
Daftar kekuatan Daftar untuk memperkecil
2. Catatlah peluang- 2. untuk meraih 2. kelemahan dengan
peluang eksternal
3. yang ada 3. keuntungan dari 3. memanfaatkan keuntungan
peluang yang ada dari peluang yang ada
. . .
. . .
9. 9. 9.
10. 10. 10.
Treaths-T Strategi ST Strategi WT
1. 1. 1. Daftar untuk memperkecil
Daftar kekuatan
2. Catatlah ancaman- 2. untuk menghindari 2. kelemahan dan
ancaman eksternal menghindari ancaman
3. yang ada 3. ancaman 3.
. . .
. . .
9. 9. 9.
10. 10. 10.
LAPORAN PENDAHULUAN 42
Tabel 3.3.Beberapa unsur dan variabel dalam Analisis SWOT Parawisata
Unsur Variabel
Atraksi Alam Lokasi, jumlah, mutu, masalah, dan daya
tarik
Atraksi budaya Lokasi, jenis, jumlah, mutu, masalah, daya
tarik
Dampak Lingkungan yang Perubahan lingkungan fisik, ekologis, daya
Potensial dukung
Aksesibilitas Daya angkut, akses, mutu, frekuensi,
ongkos
Pasar Daerah asal, tipe perjalanan, tipe kegiatan
Usaha Jasa Mutu, kesesuaian dengan pasar, masalah
lain
Informasi Wisata Mutu peta, buku panduan wisata,
pemaparan, akurasi dan autensitas
informasi
Promosi Efektivitas advertensi, publisitas,
kehumasan, insentif, moda promosi
Organisasi dan Kelembagaan Organisasi terkait, hubungan kerja,
kemitraan, teamwork pengembangan
wisata BTS dan wilayah pendukung
Komitmen Pelaku Wisata Dukungan dari berbagai sektor, sikap
publik dan masyarakat lokal terhadap
pengembangan wisata BTS dan wilayah
pendukung
LAPORAN PENDAHULUAN 43
tertimbang EFAS pada sumbu y. Pada sumbu x, total rata-rata tertimbang dari
1,0 hingga 1,99 dianggap rendah; nilai dari 2,0 hingga 2,99 adalah
menengah; dan nilai dari 3,0 hingga 4,0 adalah tinggi. Demikian pula dengan
sumbu y, total rata-rata tertimbang dari 1,0 hingga 1,99 dianggap rendah; nilai
dari 2,0 hingga 2,99 adalah menengah; dan nilai dari 3,0 hingga 4,0 adalah
tinggi.
II III
Kuat I Grow and Build Hold and
Lemah
VIII IX
VII Harvest or Harvest or
1,0
Hold and Divestiture Divestiture
Maintain
LAPORAN PENDAHULUAN 44
Matriks Quantitative Strategies Planning (QSPM)
Menurut David (2004:308), QSPM adalah alat yang
direkomendasikan bagi para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan
strategi alternatif secara objektif, berdasarkan key success factors internal
dan eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya. Teknik ini termasuk dalam
tahap III dari kerangka kerja analisis perumusan strategi. Teknik ini secara
objektif mengindikasikan alternatif strategi mana yang terbaik.
QSPM menggunakan input dari analisis tahap I dan hasil pencocokan
dari analisis tahap II, untuk menentukan secara objektif di antara alternatif
strategi. Mekanismenya yaitu penggabungan matriks EFE, matrik IFE yang
membentuk tahap I; dengan matriks SWOT, matriks IE yang membentuk
tahap II. Hasil dari penggabungan ini akan menghasilkan informasi yang
dibutuhkan untuk membuat QSPM.
Secara konsep, seperti yang dikemukakan David (2004:309), QSPM
menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi berdasarkan seberapa
jauh faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal dimanfaatkan atau
diperbaiki. Daya tarik relatif dari masing-masing strategi dalam satu set
alternatif dihitung dengan menentukan pengaruh kumulatif dari setiap faktor
keberhasilan kunci internal dan eksternal. Jumlah set alternatif yang
dimasukkan dalam QSPM tidak dibatasi, tetapi hanya strategi dalam set yang
sama dapat dievaluasi satu sama lain.
Keunggulan QSPM adalah bahwa set strategi dapat dievaluasi secara
bertahap atau bersama-sama. Selain itu teknik ini menyusun stategi untuk
mengintegrasikan faktor internal dan eksternal yang relevan ke dalam proses
keputusan. Dengan demikian teknik ini dapat meminimalkan kemungkinan
terabaikannya suatu faktor kunci atau pemberian bobot yang tidak sesuai.
Walaupun pengembangan QSPM membutuhkan sejumlah keputusan
subjektif, perumusan keputusan kecil selama proses akan memperbesar
kemungkinan bahwa keputusan strategis final adalah yang terbaik bagi
organisasi. QSPM dapat dapat diaplikasikan untuk hampir semua tipe
organisasi (organisasi kecil/besar, berorientasi laba/nirlaba).
Di sisi lain, QSPM juga memiliki keterbatasan. Seperti alat analisis
untuk memformulasikan strategi lainnya, QSPM juga membutuhkan intituitive
judgement yang baik. Metode ini selalu membutuhkan penilaian intuitif dan
LAPORAN PENDAHULUAN 45
asumsi yang berdasar. Peringkat dan nilai daya tarik membutuhkan
keputusan yang penuh pertimbangan, walaupun telah didasarkan pada
informasi yang objektif. Keterbatasan lainnya yaitu metode ini hanya dapat
bermanfaat sebagai informasi pendahuluan dan analisis pencocokan yang
mendasari penyusunannya.
Komponen-komponen utama dari suatu QSPM terdiri dari factors,
strategic alternative, weights, attractiveness score, total atractiveness score,
dan sum total atracctiveness score (David, 2004). Matriks QSPM disajikan
pada Tabel 3.4, sedangkan penjelasan mengenai langkah-langkah
pengembangan suatu QSPM adalah sebagai berikut:
LAPORAN PENDAHULUAN 46
berdasarkan peran faktor tersebut terhadap setiap alternatif
strategi. Batasan nilai AS adalah 1 = tidak menarik, 2 =
agak menarik, 3 = secara logis menarik, 4 = sangat
menarik.
Tahap 5 : Penghitungan Total Attractiveness Score (TAS) dengan
mengalikan bobot dengan AS.
Tahap 6 : Perhitungan jumlah seluruh TAS untuk setiap alternatif
strategi. Dari beberapa nilai TAS yang didapat, nilai TAS
dari alternatif strategi yang tertinggilah yang menunjukkan
bahwa alternatif strategi itu menjadi pilihan utama. Nilai
TAS terkecil menunjukkan bahwa alternatif strategi ini
menjadi pilihan terakhir.
LAPORAN PENDAHULUAN 47
Gambar 3.5. Alur Kegiatan
Analisis
1,5 ptDeskriptif
Identifikasi Kondisi Geografis Mendeskripsikan berbagai kondisi
umum yang mempengaruhi
pengembangan wisata BTS dan
Identifikasi Kondisi Sosial wilayah pendukung ke depan seperti
kondisi geografis, sosial, demografi dan
ketenagakerjaan, infrastruktur, dan
capaian kondisi ekonomi beberapa
Identifikasi demografi dan tahun terakhir.
Studi Studi
Pendahuluan Literatur ketenagakerjaan Strategi dan Konsep
pengembangan pariwisata
Analisis QSPM pendukung Bromo-Tengger-
Identifikasi Kondisi Sarana dan Semeru
menyusun strategi dan arah kebijakan
Prasarana serta rekomendasi pengembangan
pariwisata terpadu pendukung wisata
Identifikasi Arah dan Kebijakan
Bromo-Tengger-Semeru di Kabupaten
Masalah pengembangan pariwisata
Pasuruan
pendukung Bromo-Tengger-
Semeru
Identifikasi Kondisi Ekonomi
Analisis Spasial
Identifikasi:
Analisis cost effectiveness
1. Data dampak social, budaya, Rencana terpadu
ekonomi dan lingkungan melihat dampak social budaya, dampak
2. Data potensi, peluang dan pengembangan pariwisata
tantangan pengembangan destinasi ekonomi dan dampak lingkungan akibat pendukung Bromo-Tengger-
wisata, sektor ekonomi kreatif, berkembangnya pariwisata pendukung Semeru
usaha mikro dan kecil, serta sektor
Input pendukung wisata Bromo-Tengger-Semeru di wilayah
3. Data kelembagaan pendukung
pariwisata
Kabupaten Pasuruan LAPORAN PENDAHULUAN 61
Proses 4. Data sector ekonomi pendukung
pariwisata
Output
BAB IV
ORGANISASI PELAKSANA KEGIATAN
Bulan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
2 Penyusunan Laporan
Pendahuluan
3 Seminar Laporan Pendahuluan
(Diskusi)
4 Pengumpulan Data (primer dan
sekunder)
5 Kompilasi dan tabulasi data
6 Penyusunan Laporan Kemajuan/
Fakta Analisa
7 Seminar Laporan Kemajuan/
Fakta Analisa (Diskusi)
8 Penyusunan Draft Laporan Akhir
9 Seminar Draft Laporan Akhir
(Diskusi)
10 Penyusunan Laporan Akhir
11 Penyelesaian Kegiatan
LAPORAN PENDAHULUAN 49
Daftar Pustaka
Yoeti, O. A. (2008). Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta: PT. Percetakan
Penebar Swadaya.
Camilleri, A. M. (2018). Travel Marketing, Tourism Economics and the Airline Product.
Switzerland: Springer.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2025.
LAPORAN PENDAHULUAN 50
BADAN PERENCANAAN FAKULTAS EKONOMI DAN
PEMBANGUNAN DAERAH BISNIS UNIVERSITAS
KABUPATEN PASURUAN BRAWIJAYA
PENYUSUNAN RENCANA
PENGEMBANGAN PARIWISATA PENDUKUNG
BROMO – TENGGER – SEMERU
DI KABUPATEN PASURUAN
LAPORAN AKHIR 0
DAFTAR ISI
LAPORAN AKHIR i
BAB V Identifikasi Potensi Ekonomi, Lingkungan, Sosial dan Budaya di Wilayah
Pariwisata Pendukung Bromo Tengger Semeru ......................................................... 76
5.1 Potensi Ekonomi Pariwisata Pendukung BTS ................................................... 76
5.1.1 Kecamatan Tutur............................................................................................. 76
5.1.2 Kecamatan Tosari ........................................................................................... 78
5.1.3 Kecamatan Puspo ........................................................................................... 79
5.1.4 Kecamatan Purwodadi .................................................................................... 79
5.1.5 Kecamaan Purwosari ...................................................................................... 80
5.1.6 Kecamatan Sukorejo ....................................................................................... 81
5.2 Potensi Lingkungan Pariwisata Pendukung BTS .............................................. 81
5.2.1 Kecamatan Tutur............................................................................................. 81
5.2.2 Kecamatan Tosari ........................................................................................... 83
5.2.3 Kecamatan Puspo ........................................................................................... 84
5.2.4 Kecamatan Purwodadi .................................................................................... 84
5.2.5 Kecamaan Purwosari ...................................................................................... 85
5.2.6 Kecamatan Sukorejo ....................................................................................... 86
5.3 Potensi Sosial Pariwisata Pendukung BTS ....................................................... 86
5.3.1 Kecamatan Tutur............................................................................................. 86
5.3.2 Kecamatan Tosari ........................................................................................... 87
5.3.3 Kecamatan Puspo ........................................................................................... 87
5.3.4 Kecamatan Purwodadi .................................................................................... 88
5.3.5 Kecamaan Purwosari ...................................................................................... 88
5.3.6 Kecamatan Sukorejo ....................................................................................... 89
5.4 Potensi Budaya Pariwisata Pendukung BTS .................................................... 89
5.4.1 Kecamatan Tutur............................................................................................. 89
5.4.2 Kecamatan Tosari ........................................................................................... 90
5.4.3 Kecamatan Puspo ........................................................................................... 90
5.4.4 Kecamatan Purwodadi .................................................................................... 91
5.4.6 Kecamatan Sukorejo ....................................................................................... 92
BAB VI Analisis Dampak Sosial Budaya Ekonomi dan Lingkungan dalam
Pengembangan Pariwisata Pendukung Bromo Tengger Semeru .............................. 93
6.1 Dampak Ekonomi dari Pengembangan Pariwisata Pendukung BTS ............... 93
6.1.1 Kecamatan Tutur............................................................................................. 93
6.1.2 Kecamatan Tosari ........................................................................................... 95
6.1.3 Kecamatan Puspo ........................................................................................... 96
6.1.4 Kecamatan Purwodadi .................................................................................... 96
6.1.5 Kecamaan Purwosari ...................................................................................... 97
6.1.6 Kecamatan Sukorejo ....................................................................................... 98
LAPORAN AKHIR ii
6.2 Dampak Lingkungan Akibat Pengembangan Pariwisata Pendukung BTS ...... 99
6.2.1 Kecamatan Tutur............................................................................................. 99
6.2.2 Kecamatan Tosari ......................................................................................... 101
6.2.4 Kecamatan Purwodadi .................................................................................. 103
6.2.5 Kecamaan Purwosari .................................................................................... 103
6.3 Dampak Sosial Akibat Pengembangan Pariwisata Pendukung BTS ............. 105
6.3.1 Kecamatan Tutur........................................................................................... 105
6.3.2 Kecamatan Tosari ......................................................................................... 107
6.3.3 Kecamatan Puspo ......................................................................................... 107
6.3.4 Kecamatan Purwodadi .................................................................................. 108
6.3.5 Kecamaan Purwosari .................................................................................... 109
6.3.6 Kecamatan Sukorejo ..................................................................................... 109
6.4 Dampak Budaya Akibat Pengembangan Pariwisata Pendukung BTS ........... 110
6.4.1 Kecamatan Tutur........................................................................................... 110
6.4.2 Kecamatan Tosari ......................................................................................... 112
6.4.3 Kecamatan Puspo ......................................................................................... 112
6.4.4 Kecamatan Purwodadi .................................................................................. 113
6.4.5 Kecamaan Purwosari .................................................................................... 113
6.4.6 Kecamatan Sukorejo ..................................................................................... 114
BAB VII Pemetaan Potensi, Peluang dan Tantangan Pengembangan Pariwisata
Pendukung Bromo Tengger Semeru ......................................................................... 115
7.1 Pemetaan Potensi, Peluang dan Tantangan Pengembangan Pariwisata
Kecamatan Tutur .................................................................................................... 116
7.2 Pemetaan Potensi, Peluang dan Tantangan Pengembangan Pariwisata
KecamatanTosari ................................................................................................... 118
7.3 Pemetaan Potensi, Peluang dan Tantangan Pengembangan Pariwisata
Kecamatan Puspo .................................................................................................. 119
7.4 Pemetaan Potensi, Peluang dan Tantangan Pengembangan Pariwisata
Kecamatan Purwodadi ........................................................................................... 121
7.5 Pemetaan Potensi, Peluang dan Tantangan Pengembangan Pariwisata
Kecamatan Purwosari ............................................................................................ 122
7.6 Pemetaan Potensi, Peluang dan Tantangan Pengembangan Pariwisata
Kecamatan Sukorejo .............................................................................................. 124
BAB VIII Kesimpulan & Saran ................................................................................... 126
9.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 126
9.2 Saran ................................................................................................................ 126
Daftar Pustaka ........................................................................................................... 127
LAPORAN AKHIR iv
Tabel 6.1 Analisa Destinasi Wisata dan Dampak Ekonomi ........................................ 94
Tabel 6.2 Analsis Destinasi Wisata dan Dampak Ekonomi ........................................ 95
Tabel 6.3 Analsisi Destinasi Wisata dan Dampak Ekonomi ....................................... 96
Tabel 6.4 Analisis Destinasi Wisata dan Dampak Ekonomi ....................................... 97
Tabel 6.5 Analisis Destinasi Wisata dan Dampak Ekonomi ....................................... 97
Tabel 6.6 Analisis Destinasi Wisata dan Dampak Ekonomi. ...................................... 99
Tabel 6.7 Analisis Destinasi Wisata dan Dampak Lingkungan di Kecamatan Tosari.
.................................................................................................................................... 102
Tabel 6.8 Analisis Dampak Lingkungan Akibat Adanya Destinasi Wisata ............... 102
Tabel 6.9 Analisis Dampak Lingkungan Keberadaan Destinasi Wisata ................... 103
Tabel 6.10 Analisis Dampak Lingkungan Adanya Keberadaan Destinasi Wisata di
Kecamatan Purwosari ................................................................................................ 104
Tabel 6.11 Analisis Dampak Lingkungan Adanya Keberadaan Destinasi Wisata di
Kecamatan Sukorejo.................................................................................................. 104
Tabel 6.12 Analsis Dampak Sosial Akibat Adanya Destinasi Wisata di Kecamatan
Tutur ........................................................................................................................... 105
Tabel 6.13 Analisis Dampak Sosial Keberadaan Destinasi Wisasta di Kecamatan
Tosari ......................................................................................................................... 107
Tabel 6.14 Analisis Dampak Sosial Keberadaan Destinasi Wisata di Kecamatan
Puspo ......................................................................................................................... 107
Tabel 6.15 Analisis Dampak Sosial Keberadaan Destinasi Wisata di Kecamatan
Purwodadi .................................................................................................................. 108
Tabel 6.16 Analisis Dampak Sosial Keberadaan Destinasi Wisata di Kecamatan
Purwosari ................................................................................................................... 109
Tabel 6.17 Analisis Dampak Sosial Keberadaan Destinasi Wisata di Kecamatan
Purwodadi .................................................................................................................. 110
Tabel 6.18 Analisis Dampak Budaya Keberadaan Destinasi Wisata di Kecamatan
Tutor ........................................................................................................................... 110
Tabel 6.19 Analisis Dampak Budaya Keberadaan Destinasi Wisata di Kecamatan
Tosari ......................................................................................................................... 112
Tabel 6.20 Analisis Dampak Sosial Keberadaan Destinasi Wisata di Kecamatan
Purwodadi .................................................................................................................. 112
Tabel 6.21 Analisis Dampak Budaya Keberadaan Destinasi Wisata di Kecamatan
Purwodadi .................................................................................................................. 113
Tabel 6.22 Analisis Dampak Budaya Keberadaan Destinasi Wisata di Kecamatan
Purwosari ................................................................................................................... 113
Tabel 6.23 Analisis Dampak Budaya Keberadaan Destinasi Wisata di Kecamatan
Sukorejo ..................................................................................................................... 114
LAPORAN AKHIR v
DAFTAR GAMBAR
LAPORAN AKHIR vi
BAB I
PENDAHULUAN
LAPORAN AKHIR 1
Lebih lanjut tentang percepatan pembangunan ekonomi kawasan,
Peraturan Presiden no 80 tahun 2019 mengamanatkan adanya proses
pembangunan yang terpadu, terintegrasi, dan berkelanjutan sesuai dengan
Rencana Induk Pembangunan Kawasan. Dengan demikian arah
pembangunan kepariwisataan yang dimaksud akan berada dalam lingkup: 1)
industri pariwisata, 2) destinasi pariwisata,3) pemasaran dan 4) kelembagaan
kepariwisataan dengan mengutamakan karakter lokal yang telah dimiliki.
Kabupaten Pasuruan melalui Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan
Nomor 6 Tahun 2016 menekankan adanya kawasan pembangunan
pariwisata yang telah memiliki daya tarik. Seperti diamanatkan dalam
peraturan daerah tersebut, terdapat kelompok daya tarik wisaya yang menjadi
kekuatan Kabupaten Pasuruan yakni:
a) Kawasan Kabupaten Pasuruan wilayah barat yaitu Kecamatan
Sukorejo, Pandaan, Prigen dan Gempol sebagai kawasan pusat
wisata alam, budaya, buatan, religi, edukasi, belanja dan kuliner;
b) Kawasan Kabupaten Pasuruan wilayah tengah, yaitu Kecamatan
Rembang, Wonorejo, Kejayan, Pohjentrek, Gondangwetan, sebagai
kawasan industri, agro dan minat khusus;
c) Kawasan Kabupaten Pasuruan wilayah timur, yaitu Kecamatan Grati,
Lumbang, Winongan, Gondang wetan sebagai kawasan wisata alam,
industri mebel dan religi;
d) Kawasan Kabupaten Pasuruan wilayah utara yaitu Kecamatan Beji,
Bangil, Kraton, Rejoso, Lekok dan Nguling sebagai kawasan wisata
budaya, belanja, kuliner, bahari dan religi;
e) Kawasan Kabupaten Pasuruan wilayah selatan, yaitu Kecamatan
Purwosari, Purwodadi, Tutur, Tosari, Puspo dan Pasrepan sebagai
kawasan wisata alam, budaya, agro, kuliner, belanja dan edukasi.
Dengan demikian, melalui arah pembangunan yang telah ditetapkan,
pembangunan kawasan dapat terwujud dengan memposisikan BTS sebagai
daya tarik utama. Adapun ke-lima kawasan yang telah ditetapkan merupakan
pionir dalam merespon daya tarik BTS dengan memanfaatkan daya tarik lokal
yang tersedia.
Setidaknya ada tiga peranan pariwisata di kawasan BTS yaitu peranan
ekonomi, peranan sosial dan kebudayaan. Peranan ekonomi dapat
LAPORAN AKHIR 2
meningkatkan pendapatan pemerintah dan masyarakat. Peningkatan
pendapatan masyarakat dan pemerintah berasal dari pembelanjaan dan biaya
yang dikeluarkan wisatawan selama perjalanan dan persinggahannya seperti
untuk hotel, makan dan minum, cenderamata, angkutan dan sebagainya.
Pengembangan pariwisata berpengaruh positif pada perluasan peluang
usaha dan kerja. Peluang usaha dan kerja yaitu membuka peluang bagi
masyarakat tersebut untuk menjadi pengusaha hotel, wisma, restoran,
warung, angkutan dan lain-lain. Peluang usaha tersebut akan memberikan
kesempatan kepada masyarakat lokal untuk bekerja dan sekaligus dapat
menambah pendapatan untuk dapat menunjang kehidupan rumah tangganya.
Salah satu permasalahan utama masih terbatasnya pengembangan
BTS adalah terbatasnya koordinasi dan pengelolaan terpadu Kawasan BTS
secara professional. Hal ini, salah satunya dikarenakan keterlibatan berbagai
pihak baik dari pemerintah pusat melalui Kementrian kehutan, dan juga
beberapa daerah sekitar BTS dalam pengelolaan Kawasan BTS yang belum
bersinergi. Selain meningkatkan sinergitas antar pemangku kepentingan,
pemerintah Kabupaten Pasuruan sangat berkepentingan dalam upaya
pengembangan Kawasan di sekitar BTS. Oleh karena itu, diperlukan sebuah
kajian secara mendalam mengenai potensi dan pengembangan pariwisata
khusus wilayah BTS. Dimana salah satu tujuannya adalah peningkatan
perekonomian masyarakat sekitar dan juga perekonomian Kabupaten
Pasuruan. Hal ini sejalan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan
Nomor 6 Tahun 2016 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan
Daerah Tahun 2016 – 2025. Oleh karena itu, kajian mengenai
Pengembangan pariwisata khusus wilayah Bromo Tengger Semeru sangat
penting dan perlu untuk dilakukan.
LAPORAN AKHIR 4
2. Mengidentifikasi potensi ekonomi, lingkungan, social dan budaya di
wilayah BTS dan wilayah pendukungnya.
3. Mengidentifikasi dampak social budaya, dampak ekonomi dan
dampak lingkungan akibat berkembangnya pariwisata pendukung
Bromo-Tengger-Semeru di wilayah Kabupaten Pasuruan.
4. Melakukan pemetaan potensi, peluang dan tantangan
pengembangan destinasi wisata, sektor ekonomi kreatif, usaha
mikro dan kecil, serta sektor pendukung wisata (hotel, guest house,
transportasi, rumah makan/restoran, pusat oleh-oleh, guide dan
masyarakat pelaku wisata).
5. Menyusun konsep model pengembangan pariwisata terpadu
pendukung wisata Bromo-Tengger-Semeru di Kabupaten
Pasuruan.
6. Menyusun strategi dan arah kebijakan serta rekomendasi
pengembangan pariwisata terpadu pendukung wisata Bromo-
Tengger-Semeru di Kabupaten Pasuruan.
1.4 SASARAN
Sasaran kegiatan ini adalah tersedianya dokumen hasil Kajian
Penyusunan Perencanaan Pengembangan Pariwisata Pendukung Bromo-
Tengger-Semeru di Kabupaten Pasuruan. Secara lebih spesifik, sasaran
kegiatan ini adalah
1. Terdentifikasi dan terinventarisasinya permasalahan yang dihadapi
oleh masyarakat dan pelaku usaha wisata dalam pengembangan
pariwisata pendukung Bromo-Tengger-Semeru di wilayah Kabupaten
Pasuruan, serta kondisi eksisting pemanfaatan wisata BTS oleh
masyarakat.
2. Teridentifikasinya potensi ekonomi, lingkungan, social dan budaya di
wilayah BTS dan wilayah pendukungnya.
3. Teridentifikasinya dampak social budaya, dampak ekonomi dan
dampak lingkungan akibat berkembangnya pariwisata pendukung
Bromo-Tengger-Semeru di wilayah Kabupaten Pasuruan.
LAPORAN AKHIR 5
4. Terlaksananya pemetaan potensi, peluang dan tantangan
pengembangan destinasi wisata, sektor ekonomi kreatif, usaha mikro
dan kecil, serta sektor pendukung wisata (hotel, guest house,
transportasi, rumah makan/restoran, pusat oleh-oleh, guide dan
masyarakat pelaku wisata).
5. Tersusunnya konsep model pengembangan pariwisata terpadu
pendukung wisata Bromo-Tengger-Semeru di Kabupaten Pasuruan.
6. Tersusunnya strategi dan arah kebijakan serta rekomendasi
pengembangan pariwisata terpadu pendukung wisata Bromo-Tengger-
Semeru di Kabupaten Pasuruan.
LAPORAN AKHIR 6
BAB II
TELAAH PUSTAKA
LAPORAN AKHIR 7
barang dan jasa yang sangat kompleks, terkait dengan hubungan
kelembagaan dan individu, kebutuhan layanan, penyediaan kebutuhan
layanan, dan sebagainya.
Untuk menyamakan pemahaman mengenai istilah-istilah dan
pengertian pariwisata, di Indonesia mengacu pada Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan,
yang menyatakan bahwa Pariwisata adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya
tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.
Sedangkan wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari
kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat
sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.
Gunn (1988) mendefinisikan pariwisata sebagai aktivitas ekonomi
yang harus dilihat dari dua sisi yakni sisi permintaan (demand side)
dan sisi pasokan (supply side). Lebih lanjut dia mengemukakan bahwa
keberhasilan dalam pengembangan pariwisata di suatu daerah sangat
tergantung kepada kemampuan perencana dalam mengintegrasikan
kedua sisi tersebut secara berimbang ke dalam sebuah rencana
pengembangan pariwisata. Dari sisi permintaan misalnya, harus dapat
diidentifikasikan segmen-segmen pasar yang potensial bagi daerah
yang bersangkutan dan faktor-faktor yang menjadi daya tarik bagi
daerah tujuan wisata yang bersangkutan. Untuk itu diperlukan
penelitian pasar dengan memanfaatkan alat-alat statistik multivariat
tingkat lanjut, sehingga untuk masing-masing segmen pasar yang
sudah teridentifikasi dapat dirancang strategi produk dan layanan yang
sesuai.
LAPORAN AKHIR 10
a. Kehidupan adat dan tradisi masyarakat dan aktifitas
budaya masyarakat yang khas di suatu area/tempat,
contoh : sekaten, karapan sapi, pasola, pemakaman
Toraja, ngaben, pasar terapung, kuin, dan sebagainya;
b. Kesenian, contoh: angklung, sasando, reog, dan
sebagainya.
C. Wisata Buatan
Daya Tarik Wisata hasil buatan adalah daya tarik wisata khusus
yang merupakan kreasi artifisial (artificially created) dan kegiatan-
kegiatan manusia lainnya di luar ranah wisata alam dan wisata
budaya. Daya tarik wisata hasil buatan manusia/khusus,
selanjutnya dapat dijabarkan meliputi antara lain:
i. Fasilitas rekreasi dan hiburan/taman bertema, yaitu fasilitas
yang berhubungan dengan motivasi untuk rekreasi, hiburan
(entertainment) maupun penyaluran hobi;
ii. Fasilitas peristirahatan terpadu (integrated resort), yaitu
kawasan peristirahatan dengan komponen pendukungnya
yang membentuk kawasan terpadu;
iii. Fasilitas rekreasi dan olahraga;
Ketiga jenis Daya Tarik Wisata tersebut dapat dikembangkan
lebih lanjut dalam
Lebih lanjut, berdasarkan Rencana Induk Pengembangan
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Pasuruan Tahun 2014 –
2024, atraksi / daya Tarik wisata juga dapat dikelompokan berdasarkan
sub jenis atau kategori kegiatan wisata seperti:
a) Wisata Petualangan (Adventure Tourism);
b) Wisata Bahari (Marine Tourism);
c) Wisata Agro (Farm Tourism);
d) Wisata Kreatif (Creative Tourism);
e) Wisata Kapal Pesiar (Cruise Tourism);
f) Wisata Kuliner (Culinary Tourism);
g) Wisata Budaya (Cultural Tourism);
h) Wisata Sejarah (Heritage Tourism);
LAPORAN AKHIR 11
i) Wisata Memorial (Dark Tourism), Contoh: Ground Zero World
Trade Centre, Ground Zero Legian Bali, Merapi Pasca Letusan;
j) Wisata Ekologi (Ecotourism/Wild Tourism);
k) Wisata Pendidikan (Educational Tourism);
l) Wisata Ekstrim-Menantang Bahaya (Extreme Tourism), Contoh:
Bercanda Dengan Hiu, Bercanda Dengan Buaya;
m) Wisata Massal (Mass Tourism);
n) Wisata Pertemuan, Perjalanan Insentif, Konferensi Dan Pameran
(Meeting, Incentive, Convention, And Exhibition Tourism);
o) Wisata Kesehatan (Medical Tourism/Wellness Tourism);
p) Wisata Alam (Nature-Based Tourism);
q) Wisata Religi (Religious Tourism/Pilgrimage Tourism);
r) Wisata Budaya Kekinian (Pop Culture Tourism);
s) Wisata Desa (Rural Tourism);
t) Wisata Luar Angkasa (Space Tourism);
u) Wisata Olahraga (Sport Tourism);
v) Wisata Kota (Urban Tourism); Dan
w) Wisata Relawan (Volunteer Tourism).
LAPORAN AKHIR 12
merupakan penunjang transportasi seperti petugas operator jasa
transportasi, pelayanan kesehatan dan keamanan.
KEBIJAKAN
PARIWISATA
P P
E E
E R
N M
A I
W N
A T
R A
A A
N N
PRODUK
LAPORAN AKHIR 15
3. Permintaan tertunda adalah termasuk kategori orang-orang yang dapat
melakukan perjalanan, tetapi mereka belum melakukannya karena
kekurangan informasi, fasilitas atau kombinasi dari keduanya.
Unsur-unsur penting dalam permintaan wisata adalah
wisatawan dan penduduk lokal yang menggunakan sumberdaya
(produk dan jasa) wisata. Ketersediaan sumberdaya hanya sebagai
pemicu perjalanan. Faktor lain yang turut berperan adalah aksesibilitas
yang semakin mudah pada produk dan obyek pariwisata. Oleh sebab
itu harus ada media yang menghubungkan wisatawan dengan produk
tersebut, yakni akses yang dalam hal ini berupa infrastruktur
transportasi (Mundt, 1998).
LAPORAN AKHIR 17
ketika ada produk pengganti. Misalnya wisatawan menemukan moda
transportasi yang lebih murah bagi mereka. (Camilleri, 2018)
A. Prestige Pricing
Strategi ini dilakukan untuk menarik konsumen dengan karakter
hedonic (high-end costumers) dengan cara meningkakan harga dan
kualitas untuk meningkatkan penjualan.
B. Penetration Pricing
Strategi ini dilakukan dengan set harga yang rendah dengan tujuan
penetrasi pasar, merarik konsumen, hingga meningkatkan
penjualan jangka pendek.
C. Volume Pricing
Strategi ini dilakukan dengan penetapan harga berbeda pada
konsumen dengan pembelian dalam jumlah besar. Contohnya
LAPORAN AKHIR 18
adalah penetapan harga yang lebih rendah pada permintaan
traveling dalam grp yang besar.
LAPORAN AKHIR 19
memberikan share 21% dari total wisawatan internasional. Hal ini
tentunya mendorong timbulnya segmen pariwisata baru untuk usia
lanjut (senior).
LAPORAN AKHIR 20
pengalaman tersebut, beberapa akomodasi baru muncul untuk
mengakomodir kebutuhan para milenial ini, yaitu dengan konsep
minimalis dan menarik (eye catching). Pelayanan kepada para
milenial berfokus pada empati dan hubungan pelanggan (customer
relation). Tren ini diharapkan lebih cepat memberikan dampak
positif terhadap pariwisata dengan dukungan percepatan
digitalisasi, karena teknologi merupakan unsur penting bagi para
milenial.
LAPORAN AKHIR 21
Generasi Z berbicara menggunakan emoticon yang berfungsi
menggantikan teks atau narasi. Penyedia layanan pariwisata harus
dapat ‘belajar bahasa’ Generasi Z untuk dapat berinteraksi dan
berkomunikasi dengan mereka.
C. Growing Middle Class
Kelas menengah meningkat dari 1,8 miliar pada tahun 2009
menjadi 3,2 miliar pada tahun 2020 dan diperkirakan akan
meningkat menjadi 4,9 miliar pada tahun 2030. Peningkatan kelas
menengah ini akan mengubah profl wisatawan. Mayoritas kelas
menengah berasal dari kawasan Asia Pasifk yang mewakili dua per
tiga dari populasi kelas menengah global dan berkontribusi
terhadap 59% konsumsi kelas menengah tahun 2030. Sebaliknya
populasi kelas menengah di Eropa dan Amerika Utara cenderung
stagnan. Kelas menengah memiliki kencenderungan mandiri dalam
berwisata, tidak memerlukan pemandu wisata. Ketika
merencanakan perjalanan wisata, kelas menengah cenderung
menggunakan transportasi ‘low budget’ seperti pesawat dengan
tarif murah, kereta api atau bus. Kecenderungan lain yaitu kelas
menengah meluangkan waktu untuk mencari informasi perjalanan
yang menawarkan potongan harga atau promo.
D. Emerging Destination
Pertumbuhan kelas menengah dan karakteristik kelas menengah
dalam memilih destinasi pariwisata, mendorong berkembangnya
banyak destinasi pariwisata di negara berkembang (Asia, Amerika
Selatan, Mediterania Timur, Eropa Tengah, Eropa Timur, Timur
Tengah dan Afrika). Negara- negara ini memiliki lebih banyak
kunjungan wisatawan daripada destinasi pariwisata di negara maju
(Amerika Utara, Eropa Barat, serta daerah maju di Asia dan
Pasifik). Pada tahun 1950, sebesar 97% kedatangan turis
terkonsentrasi di 15 negara tujuan, namun terjadi penurunan
menjadi 56% di tahun 2009. Saat ini hampir 100 negara menerima
lebih dari 1 juta kedatangan wisatawan per tahun.
LAPORAN AKHIR 22
E. Political Issues and Tourism
Gejolak politik dapat berdampak terhadap seluruh sektor di dalam
suatu negara, termasuk pariwisata. Kerusuhan politik di Yunani
contohnya, mempengaruhi pariwisata baik jangka panjang maupun
jangka pendek. Yunani menjadi tujuan wisata yang dihindari (travel
warning) sehingga akan menghilangkan kepercayaan investor di
masa mendatang. Isu terorisme atau peristiwa tragis juga dapat
mengakibatkan kemunduran besar. Dampaknya adalah penurunan
jumlah pengunjung internasional. Teror yang terjadi di Mesir,
Tunisia dan Thailand memiliki dampak negatif langsung terhadap
pariwisata. Selain itu, isu keamanan transportasi yang kadang
menjadi obyek serangan teroris seperti di pesawat, kereta, bandara
juga dipandang penting sehingga petugas meningkatkan
pengamanan yang berdampak pada lamanya prosedur
pemeriksaan barang.
A. Technology (R)evolution
Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi berdampak
pada pariwisata karena membentuk dan mengubah aspek
kehidupan sehari-hari. Teknologi menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dalam kehidupan. Internet telah mengubah cara
wisatawan mencari dan menjelajahi informasi, memesan dan
berwisata. Penggunaan robot, tampilan interaktif, dan smartphone
ke depannya akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
sektor pariwisata. Selama liburan, wisatawan akan mendapatkan
informasi secara real time tentang program dan kegiatan pariwisata
untuk memberikan pengalaman wisata yang lengkap sehingga
kepuasan wisatwan menjadi lebih besar. Pada akhirnya, hal
tersebut berdampak pada tingkat konsumsi yang meningkat dan
menimbulkan kesetiaan (loyalitas).
LAPORAN AKHIR 23
Gambar 2.6 Tren Utama Teknologi yang Mempengaruhi Pariwisata
Sumber: Tourism Megatrend: 10 Things You Need to Know about The
Future of Tourism (Howarth HTL)
B. Digital Channels
Penetrasi internet mendorong dimulai dan diakhirinya kegiatan
liburan dengan internet. Dimulai dari perencanaan liburan,
mengumpulkan ide, memutuskan berlibur kemudian memberikan
liputan perjalanan dan pengalaman selama berlibur. Saat ini,
setelah berlibur, para wisatawan memberikan feedback tentang
pengalaman mereka melalui social media. Pada tahun 2013, 65%
pencarian dimulai dengan menggunakan telepon seluler dan
dilanjutkan dengan komputer.
LAPORAN AKHIR 24
Gambar 2.7. Tren Kunci Digitalisasi dalam Pariwisata
Sumber: Sumber: Tourism Megatrend: 10 Things You Need to Know
about The Future of Tourism (Howarth HTL)
LAPORAN AKHIR 25
mulai dari perencanaan, akomodasi, aktivitas, pengalaman di hotel
dan di tempat tujuan.
LAPORAN AKHIR 26
kesehatan. Kerjasama terpadu antara sektor kesehatan dan
pariwisata akan membuka ceruk pasar baru dalam health tourism.
E. Sustainability
Pertumbuhan pariwisata yang fenomenal merupakan salah satu
penggerak sosio-ekonomi di seluruh dunia. Selain itu, pariwisata
juga memberi dampak pada pembangunan dunia, kemakmuran dan
kesejahteraan. Oleh karena itu, penyelenggaraan pariwisata perlu
dijaga keberlangsungannya. Pariwisata berkelanjutan merupakan
pariwisata yang menghormati penduduk setempat dan wisatawan
lain, warisan budaya dan lingkungan. Terdapat 3 (tiga) pilar yang
harus diseimbangkan agar pembangunan pariwisata berkelanjutan
dapat berlangsung dalam jangka panjang yaitu pilar sosial
(community), pilar lingkungan (environment) dan pilar ekonomi
(economy). Pilar pertama yaitu keberlanjutan sosialmengacu pada
isu kesejahteraan masyarakat, aset budaya, partisipasi masyarakat
dan kepuasan wisatawan. Pembangunan pariwisata harus
LAPORAN AKHIR 27
memperhatian kelestarian situs budaya, situs sejarah dan
bangunan warisan sebagai bentuk penghargaan terhadap
masyarakat sekitar. Serbuan wisatawan dapat berdampak negatif
terhadap keberlangsungan sosial di sekitar destinasi.
Pembangunan berlebihan dapat menyebabkan antipati atau
penolakan penduduk setempat terhadap pariwisata. Pilar kedua
yaitu lingkungan sebagai atraksi utama bagi wisatawan. Tidak
dapat dipungkiri fakta bahwa aktivitas pariwisataberkontribusi
terhadap produksi CO2. Misalnya, kapal pesiar setidaknya
menghasilkan 17% dari total emisi nitrogen oksida, belum termasuk
aliran limbah yang dihasilkan. Pilar ketiga yaitu ekonomi
berkelanjutan dimana pariwisata memberikan manfaat bagi semua
pemangku kepentingan yang terlibat, pendistribusian yang adil,
kesempatan kerja dan peluang penghasilan. Faktor kunci
keberlanjutan ekonomi antara lain peningkatan standar hidup,
ketersediaan waktu rekreasi, pembangunan dan kemakmuran
ekonomi, serta stabilitas politik.
LAPORAN AKHIR 28
BAB III
METODE KEGIATAN
LAPORAN AKHIR 29
pendukung BTS;
Analisis identifikasi permasalahan terhadap masih
terbatasnya perkembangan wisata di daerah pendukung
BTS dari sisi internal maupun eksternal;
Analisa spasial untuk melihat potensi dan keterkaitan antar
wilayah BTS melalui pemetaan dan survey lapangan
Analisa perumusan strategis dan rekomendasi kebijakan
Pengembangan Pariwisata Pendukung Bromo-Tengger-
Semeru di Kabupaten Pasuruan
3.2 KELUARAN
Keluaran yang diharapkan dari rangkaian kegiatan kajian ini adalah
suatu hasil kajian dan analisa komprehensif sampai dengan rekomendasi bagi
penyelenggaraan pembangunan di Kabupaten Pasuruan dalam upaya
merencanakan Pengembangan Pariwisata Pendukung Bromo-Tengger-
Semeru di Kabupaten Pasuruan.
LAPORAN AKHIR 30
3.5 JENIS DAN SUMBER DATA
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer
dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan menggunakan metode
survey, Focus Group Discussion (FGD), in depth interview kepada nara
sumber yang antara lain terdiri dari:
1. Dinas yang terkait, antara lain: Bappeda, Dinas parawisata, Dinas
Pekerjaan Umum dan Bina Marga, Dinas Pertanian dan lain
sebagainya.
2. Pelaku pariwisata dan masyarakat di lokasi penelitian.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait
dengan kebutuhan data sebagai berikut,
LAPORAN AKHIR 32
makan/restoran, pusat oleh-oleh, usaha mikro dan kecil, serta
guide dan masyarakat pelaku wisata) sektor pendukung wisata
?
Analisis deskriptif mengenai
Bagaimana konsep model
pengembangan pariwisata
pengembangan pariwisata terpadu
5 terpadu pendukung wisata
pendukung wisata Bromo-Tengger-
Bromo-Tengger-Semeru di
Semeru di Kabupaten Pasuruan?
Kabupaten Pasuruan
Matrik QSPM untuk menyusun
Bagaimana strategi dan arah strategi dan arah kebijakan
kebijakan serta rekomendasi serta rekomendasi
6 pengembangan pariwisata terpadu pengembangan pariwisata
pendukung wisata Bromo-Tengger- terpadu pendukung wisata
Semeru di Kabupaten Pasuruan? Bromo-Tengger-Semeru di
Kabupaten Pasuruan
Dari tabel diatas, penjelasan masing – masing analisa data adalah sebagai
berikut
1. Analisa Deskriptif
LAPORAN AKHIR 33
kelompok (antara lain mean dan varians) pada data yang bukan
kategorikal.
LAPORAN AKHIR 34
3. Analisa Spasial
LAPORAN AKHIR 35
dalam layar monitor. Contoh : Lokasi Fasilitasi Kesehatan, Lokasi
Fasilitas Kesehatan, dll. Garis merupakan bentuk linear yang
menghubungkan dua atau lebih titik dan merepresentasikan obyek
dalam satu dimensi. Contoh : Jalan, Sungai, dll. Poligon merupakan
representasi obyek dalam dua dimensi.Contoh : Danau, Persil Tanah,
dll.
LAPORAN AKHIR 36
lunak (software) SIG yang berbeda-beda. Non-topologi
digunakan dalam menampilkan atau memproses data
spasial yang sederhana dan tidak terlalu besar ukuran
filenya.
Model data vektor dalam topologi lebih jauh lagi dapat
dikembangkan dalam dua kategori, yaitu Data Sederhana
(Simple Data) yang merupakan representasi data yang
mengandung tiga jenis data (titik, garis, poligon) secara
sederhana. Sedangkan Data Tingkat Tinggi (Higher Data
Level), dikembangkan lebih jauh dalam melakukan
pemodelan secara tiga dimensi (3 Dimensi/3D). Model
tersebut adalah dengan menggunakan TIN (Triangulated
Irregular Network).
Region, merupakan sekumpulan poligon, dimana masing-
masing poligon tersebut dapat atau tidak mempunyai
keterkaitan diantaranya akan tetapi saling bertampalan
dalam satu data set.
Dymanic Segmentation, adalah model data yang dibangun
dengan menggunakan segmen garis dalam rangka
membangun model jaringan (network).
4. Analisa QSPM
LAPORAN AKHIR 37
industri, antar-organisasi, dan antar-situasi. Terdapat beberapa model
perumusan strategi generik dan strategi utama, yaitu model Wheelen dan
Hunger, model Michael P. Porter, dan model F.R. David. Kegiatan ini akan
menggunakan model F.R. David. Berdasarkan model ini penentuan strategi
utama dilakukan melalui tiga tahapan (three-stage) kerangka kerja dengan
matriks sebagai model analisisnya. Perangkat atau alat yang berbentuk
matriks-matriks itu telah sesuai dengan segala ukuran dan tipe organisasi,
sehingga dapat dipakai untuk membantu para ahli strategi dalam
mengidentifikasi, megevaluasi, dan memilih strategi-strategi yang paling tepat.
Tahapan dalam model F.R. David yang akan digunakan dalam kegiatan ini
dapat digambarkan dalam bagan berikut.
LAPORAN AKHIR 38
dalam hal ini pemerintah daerah yang terkait dengan pengembangan
wisata BTS dan wilayah pendukung.
2. Penentuan bobot (weight) dari critical success factor tadi dengan skala
yang lebih tinggi dari yang berprestasi tinggi dan begitu pula sebaliknya.
Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,0. Nilai bobot dicari dan dihitung
berdasarkan rata-rata industrinya.
3. Pemberian rating (nilai) antara 1 sampai 4 bagi masing-masing faktor yang
memiliki nilai:
1. 1 = di bawah rata-rata 2. 3 = di atas rata-rata
3. 2 = rata-rata 4. 4 = sangat bagus
Rating mengacu efektivitas strategi organisasi. Dengan demikian nilainya
didasarkan pada kondisi yang ada.
4. Pengalian nilai bobot dengan nilai rating-nya dari masing-masing faktor
untuk menentukan nilai skor critical success factor.
5. Penjumlahan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi organisasi
yang dinilai. Nilai skor total 4,0 mengindikasikan bahwa organisasi
merespon dengan cara yang luar biasa terhadap peluang-peluang yang
ada dan menghindari ancaman-ancaman di pasar industrinya. Sementara
itu, skor total 1,0 menunjukkan bahwa organisasi tidak memanfaatkan
peluang-peluang yang ada atau tidak menghindari ancaman-ancaman
eksternal.
LAPORAN AKHIR 39
n
Total
LAPORAN AKHIR 40
Tabel 3.3. Matiks IFE
Rating
Faktor Strategi Internal Bobot (A) Skor (A x B)
(B)
Kekuatan:
1
2
:
n
Kelemahan:
1
2
:
n
Total
Matriks SWOT
Matriks Strength-Weaknesses-Opportunities-Threat (SWOT) merupakan
matching tool yang penting untuk membantu mengembangkan empat tipe
strategi, yaitu strategi SO (Strength-Opportunity), strategi WO (Weakness-
Opportunity), strategi ST (Strength-Threat), dan strategi WT (Weakness-
Threat). Keempat tipe strategi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Strategi SO (Strength-Opportunitiy), strategi ini menggunakan kekuatan
internal pemerintah daerah untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar
pemerintah daerah.
Strategi WO (Weakness-Opportunity), strategi bertujuan untuk
memperkecil kelemahan-kelemahan internal pemerintah daerah terkait
pengembangan wisata BTS dan wilayah pendukung dengan memanfaatkan
peluang-peluang eksternal.
Strategi ST (Strength-Threat), melalui strategi ini pemerintah daerah
berusaha untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-
ancaman eksternal.
Strategi WT (Weakness-Threat), strategi ini merupakan taktik untuk
bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal serta menghindari
ancaman.
LAPORAN AKHIR 41
Stengths-S Weaknesses-W
1. 1.
IFAS
2. 2.
3. Catatlah kekuatan- 3. Catatlah kelemahan-
Kosong kekuatan internal kelemahan internal
. organisasi . organisasi
. .
EFAS
9. 9.
10. 10.
Opportunities-O Strategi SO Strategi WO
1. 1. 1.
Daftar kekuatan Daftar untuk memperkecil
2. Catatlah peluang- 2. untuk meraih 2. kelemahan dengan
peluang eksternal
3. yang ada 3. keuntungan dari 3. memanfaatkan keuntungan
peluang yang ada dari peluang yang ada
. . .
. . .
9. 9. 9.
10. 10. 10.
Treaths-T Strategi ST Strategi WT
1. 1. 1. Daftar untuk memperkecil
Daftar kekuatan
2. Catatlah ancaman- 2. untuk menghindari 2. kelemahan dan
ancaman eksternal menghindari ancaman
3. yang ada 3. ancaman 3.
. . .
. . .
9. 9. 9.
10. 10. 10.
LAPORAN AKHIR 42
Tabel 3.4. Beberapa unsur dan variabel dalam Analisis SWOT Parawisata
Unsur Variabel
Atraksi Alam Lokasi, jumlah, mutu, masalah, dan daya
tarik
Atraksi budaya Lokasi, jenis, jumlah, mutu, masalah, daya
tarik
Dampak Lingkungan yang Perubahan lingkungan fisik, ekologis, daya
Potensial dukung
Aksesibilitas Daya angkut, akses, mutu, frekuensi,
ongkos
Pasar Daerah asal, tipe perjalanan, tipe kegiatan
Usaha Jasa Mutu, kesesuaian dengan pasar, masalah
lain
Informasi Wisata Mutu peta, buku panduan wisata,
pemaparan, akurasi dan autensitas
informasi
Promosi Efektivitas advertensi, publisitas,
kehumasan, insentif, moda promosi
Organisasi dan Kelembagaan Organisasi terkait, hubungan kerja,
kemitraan, teamwork pengembangan
wisata BTS dan wilayah pendukung
Komitmen Pelaku Wisata Dukungan dari berbagai sektor, sikap
publik dan masyarakat lokal terhadap
pengembangan wisata BTS dan wilayah
pendukung
LAPORAN AKHIR 43
1,0 hingga 1,99 dianggap rendah; nilai dari 2,0 hingga 2,99 adalah
menengah; dan nilai dari 3,0 hingga 4,0 adalah tinggi. Demikian pula dengan
sumbu y, total rata-rata tertimbang dari 1,0 hingga 1,99 dianggap rendah; nilai
dari 2,0 hingga 2,99 adalah menengah; dan nilai dari 3,0 hingga 4,0 adalah
tinggi.
II III
Kuat I Grow and Build Hold and
Lemah
VIII IX
VII Harvest or Harvest or
1,0
Hold and Divestiture Divestiture
Maintain
LAPORAN AKHIR 44
Matriks Quantitative Strategies Planning (QSPM)
Menurut David (2004:308), QSPM adalah alat yang
direkomendasikan bagi para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan
strategi alternatif secara objektif, berdasarkan key success factors internal
dan eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya. Teknik ini termasuk dalam
tahap III dari kerangka kerja analisis perumusan strategi. Teknik ini secara
objektif mengindikasikan alternatif strategi mana yang terbaik.
QSPM menggunakan input dari analisis tahap I dan hasil pencocokan
dari analisis tahap II, untuk menentukan secara objektif di antara alternatif
strategi. Mekanismenya yaitu penggabungan matriks EFE, matrik IFE yang
membentuk tahap I; dengan matriks SWOT, matriks IE yang membentuk
tahap II. Hasil dari penggabungan ini akan menghasilkan informasi yang
dibutuhkan untuk membuat QSPM.
Secara konsep, seperti yang dikemukakan David (2004:309), QSPM
menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi berdasarkan seberapa
jauh faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal dimanfaatkan atau
diperbaiki. Daya tarik relatif dari masing-masing strategi dalam satu set
alternatif dihitung dengan menentukan pengaruh kumulatif dari setiap faktor
keberhasilan kunci internal dan eksternal. Jumlah set alternatif yang
dimasukkan dalam QSPM tidak dibatasi, tetapi hanya strategi dalam set yang
sama dapat dievaluasi satu sama lain.
Keunggulan QSPM adalah bahwa set strategi dapat dievaluasi secara
bertahap atau bersama-sama. Selain itu teknik ini menyusun stategi untuk
mengintegrasikan faktor internal dan eksternal yang relevan ke dalam proses
keputusan. Dengan demikian teknik ini dapat meminimalkan kemungkinan
terabaikannya suatu faktor kunci atau pemberian bobot yang tidak sesuai.
Walaupun pengembangan QSPM membutuhkan sejumlah keputusan
subjektif, perumusan keputusan kecil selama proses akan memperbesar
kemungkinan bahwa keputusan strategis final adalah yang terbaik bagi
organisasi. QSPM dapat dapat diaplikasikan untuk hampir semua tipe
organisasi (organisasi kecil/besar, berorientasi laba/nirlaba).
Di sisi lain, QSPM juga memiliki keterbatasan. Seperti alat analisis
untuk memformulasikan strategi lainnya, QSPM juga membutuhkan intituitive
judgement yang baik. Metode ini selalu membutuhkan penilaian intuitif dan
LAPORAN AKHIR 45
asumsi yang berdasar. Peringkat dan nilai daya tarik membutuhkan
keputusan yang penuh pertimbangan, walaupun telah didasarkan pada
informasi yang objektif. Keterbatasan lainnya yaitu metode ini hanya dapat
bermanfaat sebagai informasi pendahuluan dan analisis pencocokan yang
mendasari penyusunannya.
Komponen-komponen utama dari suatu QSPM terdiri dari factors,
strategic alternative, weights, attractiveness score, total atractiveness score,
dan sum total atracctiveness score (David, 2004). Matriks QSPM disajikan
pada Tabel 3.5 sedangkan penjelasan mengenai langkah-langkah
pengembangan suatu QSPM adalah sebagai berikut:
LAPORAN AKHIR 46
strategi. Batasan nilai AS adalah 1 = tidak menarik, 2 =
agak menarik, 3 = secara logis menarik, 4 = sangat
menarik.
Tahap 5 : Penghitungan Total Attractiveness Score (TAS) dengan
mengalikan bobot dengan AS.
Tahap 6 : Perhitungan jumlah seluruh TAS untuk setiap alternatif
strategi. Dari beberapa nilai TAS yang didapat, nilai TAS
dari alternatif strategi yang tertinggilah yang menunjukkan
bahwa alternatif strategi itu menjadi pilihan utama. Nilai
TAS terkecil menunjukkan bahwa alternatif strategi ini
menjadi pilihan terakhir.
LAPORAN AKHIR 47
Gambar 3.4. Alur Kegiatan
Analisis
1,5 ptDeskriptif
Identifikasi Kondisi Geografis Mendeskripsikan berbagai kondisi
umum yang mempengaruhi
pengembangan wisata BTS dan
Identifikasi Kondisi Sosial wilayah pendukung ke depan seperti
kondisi geografis, sosial, demografi dan
ketenagakerjaan, infrastruktur, dan
capaian kondisi ekonomi beberapa
Identifikasi demografi dan tahun terakhir.
Studi Studi
Pendahuluan Literatur ketenagakerjaan Strategi dan Konsep
pengembangan pariwisata
Analisis QSPM pendukung Bromo-Tengger-
Identifikasi Kondisi Sarana dan Semeru
menyusun strategi dan arah kebijakan
Prasarana serta rekomendasi pengembangan
pariwisata terpadu pendukung wisata
Identifikasi Arah dan Kebijakan
Bromo-Tengger-Semeru di Kabupaten
Masalah pengembangan pariwisata
Pasuruan
pendukung Bromo-Tengger-
Semeru
Identifikasi Kondisi Ekonomi
Analisis Spasial
Identifikasi:
Analisis cost effectiveness
1. Data dampak social, budaya, Rencana terpadu
ekonomi dan lingkungan melihat dampak social budaya, dampak
2. Data potensi, peluang dan pengembangan pariwisata
tantangan pengembangan destinasi ekonomi dan dampak lingkungan akibat pendukung Bromo-Tengger-
wisata, sektor ekonomi kreatif, berkembangnya pariwisata pendukung Semeru
usaha mikro dan kecil, serta sektor
Bromo-Tengger-Semeru di wilayah LAPORAN AKHIR 48
Input pendukung wisata
3. Data kelembagaan pendukung Kabupaten Pasuruan
pariwisata
Proses 4. Data sector ekonomi pendukung
pariwisata
Output
BAB VI
Identifikasi Permasalahan dalam Pengembangan Pariwisata Pendukung
Bromo Tengger Semeru
LAPORAN AKHIR 49
BT. Wilayah ini memiliki karakter khas berupa padang pasir, serta ekologi alam
pegunungan dan budaya masyarakat setempat (Suku Tengger). Oleh sebab itu
kawasan ini merupakan destinasi wisata yang khas dan menarik untuk
ditingkatkan pengembangan destinasi wisatanya.
Kawasan BTS beriklim tropis, dengan suhu udara rata-rata 21 - 31 derajat
Celcius. Potensi ketersediaan air di Kawasan BTS saat ini bergantung pada air
permukaan berupa sungai yang merupakan bagian dari Wilayah Sungai Brantas,
Wilayah Sungai Welang Rejoso, Wilayah Sungai Pekalen Sampean dan Wilayah
Sungai Bondoyudo Bedadung. Kawasan BTS dikelilingi oleh beberapa aktif
sehingga termasuk dalam kawasan rawan bencana gunung api.
Kemudian, sektor unggulan di Kawasan BTS adalah potensi-potensi wisata
yang beragam dan menyebar, baik wisata alam dan wisata budaya. Pertama,
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TN BTS) memiliki potensi sumber daya
alam yang menonjol, seperti keberadaan flora langka yang menarik dan endemic,
ekosistem yang khasm gunung berapi yang aktif, habitat satwa migran,
fenomena/gejala alam yang unik dan menakjubkan seperti kaldera di dalam
kaldera, ranu/danau yang sangat luas dan indah di atas pegunungan, keunikan
Kaldera Tengger dengan laut pasirnya. Kedua, terdapat sukuk lokal yang
merupakan warisan budaya khas dan adat istiadat yakni masyarakat Suku
Tengger.
Berkaitan dengan keunikan suku tengger, terdapat tradisi budaya yang
melembaga di masyarakata (terutama masyarakat Tengger), seperti: Karo,
Yadnya Kasodo, Entas-entas, Unan-unan, Pujan Mubeng, dan lain-lain. Selain itu,
permukiman Suku Tengger yang memiliki ciri khas khusus sehingga bisa
dijadikan sebagai objek tujuan wisata yang memuliki arsitektur vernacular.
LAPORAN AKHIR 50
Gambar 4.1. Arah Pengembangan Pariwisata Pendukung BTS Kab. Pasuruan
LAPORAN AKHIR 51
b. Kawasan Kabupaten Pasuruan wilayah tengah, yaitu Kecamatan
Rembang, Wonorejo, Kejayan, Pohjentrek, Gondangwetan, sebagai
kawasan industri, agro dan minat khusus dengan memperhatikan
pengembangan ruang terbuka hijau;
c. Kawasan Kabupaten Pasuruan wilayah timur, yaitu Kecamatan Grati,
Lumbang, Winongan, Gondang wetan sebagai kawasan wisata alam,
industri mebel dan religi dengan tetap memperhatikan konservasi
pengembangan ruang terbuka hijau;
d. Kawasan Kabupaten Pasuruan wilayah utara yaitu Kecamatan Beji, Bangil,
Kraton, Rejoso, Lekok dan Nguling sebagai kawasan wisata budaya,
belanja, kuliner, bahari dan religi dengan memperhatikan pengembangan
ruang terbuka hijau; dan
e. Kawasan Kabupaten Pasuruan wilayah selatan, yaitu Kecamatan
Purwosari, Purwodadi, Tutur, Tosari, Puspo dan Pasrepan sebagai
kawasan wisata alam, budaya, agro, kuliner, belanja dan edukasi dengan
memperhatikan pengembangan ruang terbuka hijau dan kawasan lindung.
LAPORAN AKHIR 52
dasarnya merupakan fasilitas yang tersedia di sekitar obyek wisata yang
menunjang atraksi dari pariwisata yang disediakan. Ketiga, accessibility pada
dasarnya merupakan isu konektivitas yang menghubungkan antara
penyelenggara pariwisata dengan pengunjung/wisatawan. Keempat, ancillary
services merupakan seluruh penunjang untuk memperkuat atraksi, amenitas, dan
aksesabilitas pariwisata di mana komponen ini bergantung dari keberadaan
pengelola yang mampu memberikan tawaran produk/jasa penunjang yang dapat
memberikan pendapatan tambahan.
LAPORAN AKHIR 53
Destinasi Wisata Attraction Amenities Accesibility Ancillary Services
Agro Bunga Menikmati Fasilitas penunjang Akses jalan Dikelola oleh
Krisan dan panorama seperti air bersih, perseorangan/swasta
memadai
Paprika perkebunan listrik dan namun tawaran
Memetik dan pengelolaan sampah kegiatan pendukung
(Wisata membeli bunga lengkap pariwisata yang
perkebunan) dan paprika berpotensi
menambah
pendapatan masih
sebatas pameran
atau festival yang
bersifat tidak
terjadwal
Agro Wisata Petik Menikmati Fasilitas penunjang Akses jalan Dikelola oleh
Apel panorama seperti air bersih, perseorangan/swasta
memadai
perkebunan listrik dan namun tawaran
(Wisata Petik Memetik dan pengelolaan sampah kegiatan pendukung
Apel, Panorama membeli apel lengkap pariwisata yang
Alam) berpotensi
menambah
pendapatan masih
sebatas pameran
atau festival yang
bersifat tidak
terjadwal
Bhakti Alam Menikmati Fasilitas penunjang Akses jalan Sudah memiliki paket
panorama seperti air bersih, wisata terintegrasi
memadai
(Wisata perkebunan listrik dan dengan produk
Perkebunan, Menikmati pengelolaan sampah utama yakni
Outbond, panorama lengkap pertanian
Penginapan, perkebunan
Peternakan) Edukasi
berbasis
pertanian
Outbond
Bukit Flora Edukasi Fasilitas penunjang Akses jalan Sudah memiliki paket
berbasis flora seperti air bersih, wisata terintegrasi
memadai
(Wisata Outbond listrik dan dengan produk
Penginapan, Menikmati pengelolaan sampah utama yakni berbasis
Outbond, Taman panorama alam lengkap flora
Bunga)
Agro Wisata Wisata kuliner Fasilitas penunjang Akses jalan Dikelola oleh
Oemah Tutur dan oleh – oleh seperti air bersih, perseorangan
memadai
Menikmati listrik dan dengan tawaran
panorama alam pengelolaan sampah tambahan berupa
lengkap oleh -oleh khas lokal
Kedai Susu KPSP Wisata kuliner dan Fasilitas penunjang Akses jalan Menawarkan paket
“Setia Kawan” oleh – oleh produk seperti air bersih, wisata berbasis
memadai
susu serta olahan listrik dan peternakan dan
LAPORAN AKHIR 54
Destinasi Wisata Attraction Amenities Accesibility Ancillary Services
nya pengelolaan sampah edukasi
lengkap
Omah Kopi Wisata kuliner Fasilitas penunjang Akses jalan Dikelola oleh
berbasis kopi seperti air bersih, perseorangan
memadai
listrik dan dengan tawaran
pengelolaan sampah tambahan berupa
lengkap oleh -oleh khas lokal
Wisata Bukit Menikmati Tempat Parkir Akses jalan kurang Pengelola masih
Suwati panorama alam kurang memadai menyediakan tempat
memadai
Toilet dan parkir yang terbatas
tempat Ibadah
tidak ada
Tidak ada
pengelolaan
sampah
Wisata Gunung Menikmati Tempat Parkir Akses jalan kurang Pengelola masih
Lawangan panorama alam kurang memadai menyediakan tempat
memadai
Toilet dan parkir yang terbatas
tempat Ibadah
tidak ada
Tidak ada
pengelolaan
sampah
Wisata Gunung Menikmati Tempat Parkir Akses jalan kurang Pengelola masih
Tanggung panorama alam kurang memadai menyediakan tempat
memadai
Toilet dan parkir yang terbatas
tempat Ibadah
tidak ada
Tidak ada
pengelolaan
sampah
Wisata Gunung Menikmati Tempat Parkir Akses jalan kurang Pengelola masih
Gendhis panorama alam kurang memadai menyediakan tempat
memadai
Toilet dan parkir yang terbatas
tempat Ibadah
tidak ada
Tidak ada
pengelolaan
sampah
LAPORAN AKHIR 55
Kemudian, focus group discussion dan wawancara mendalam dilakukan
dalam rangka menghimpun masalah dan menganalisis akar masalah terkait
pengembangan pariwisata pendukung BTS di Kecamatan Tutur. Hasil anaisis
disampaikan pada tabel identifikasi akar masalah sebagai berikut:
LAPORAN AKHIR 56
Sebagai wilayah agrowisata potensial, kecamatan Tutur sudah memililiki
destinasi wisata basis hasil – hasil komoditas pertanian yang cukup dikenal luas.
Kendala pengembangan yang terjadi sejauh ini berujung pada kurang terintegrasi
nya pemasaran antar destinasi wisata, sehingga kegiatan masih bersifat sewaktu
waktu saja dan bukan merupakan kegiatan regular yang sifat nya rutin. Dengan
adanya hub yang menghubungkan antar destinasi wisata secara tematik serta
informasi yang terpusat dengan akses 1 pintu diharap bisa menyelesaikan
permasalahan ini secara perlahan serta kemudian menambah kunjungan
wisatawan secara gradual.
Adapun destinasi wisata yang secara penuh mengandalkan alam seperti
pegunungan atau bukit mengalami permasalahan yang berujung pada belum
adanya perencanaan bisnis baik jangka pendek hingga panjang. Akibatnya jmlah
pengunjung cenderung stagnan, tidak ada tambahan usaha penunjang
pariwisata, dan kesejahteraan masyarakat tidak terangkat dengan adanya
wisatawan. Sesuai dengan uraian akar masalah diatas, maka dapat digambarkan
dalam fishbone analysis sebagai berikut
LAPORAN AKHIR 57
4.2.2 Kecamatan Tosari
Kecamatan Tosari dicirikan oleh keberadaan desa wisata yakni Desa
Podokoyo dan Desa Wonokitri. Secara umum, kedua desa menawarkan daya
Tarik berbasis alam dan hasil – hasil pertanian. Lebih lanjut, Desa Podokoyo
dicirikan dengan adat budaya suku Tengger yang masih kental dengan dalam
kehidupan masyarakat dan juga diterapkan oleh pelaku wisata dalam
menawarkan jasa pada wisatawan. Dengan salam khas suku Tengger (Hong Ulun
Basuki Langgeng), Kecamatan Tosari menawarkan konsep wisata berbasis adat
suku Tengger yang menjadi pembeda dengan destinasi wisata baik di Kabupaten
pasuruan maupun wisata lainnya di Indonesia.
LAPORAN AKHIR 58
Tabel 4.4 Masalah Pengembangan Wisata Kecamatan Tosari
No Temuan Identifkasi Permasalahan Akar Masalah
1 Adanya calo wisata sehingga membuat Konflik sosial yang masih perlu diselesaikan
iklim wisata kurang kondusif dengan pendekatan adat dan budaya
2 Promosi dan Pemasaran Pariwisata yang 1. Promosi dilakukan masih secara individual
masih belum optimal oleh masing – masing destinasi wisata baik
melalui word of mouth, media sosial
ataupun website
2. Masih terbatasnya kemampuan promosi
dan pemasaran beberapa pengelola
destinasi wisata
3. Masih belum optimalnya pembinaan
Kelompok Sadar Wisata atau pengelola
wisata khususnya perihal pengembangan
pemasaran dan promosi
4. Aplikasi terpadu wisata belum beroperasi
dan masih berupaya dikembangkan
3 Adanya kompetisi antar desa wisata Belum adanya tema pariwisata terintegrasi
sehingga tiap desa wisata bisa melakukan
penguatan sesuai tema wisata masing –
masing
Sebagai wilayah dengan adat istiadat dan budaya kental suku Tengger,
Kecamatan Tosari sesungguhnya sudah memiliki daya tawar tersendiri bagi calon
wisatawan. Permasalahan pengembangan destinasi wisata sejauh ini adalah
berujung pada pemasaran yang belum optimal karena dilakukan secara
tradisional. Meskipun demikian, pengembangan destinasi wisata cukup progresif
dengan kunjungan dari wisatawan nusantara yang cukup banyak dan rutin.
Penetapan tema wisata budaya dapat lebih memperkuat iklim pariwisata di masa
yang akan datang. Sehingga, uraian akar masalah diatas dapat digambarkan
dengan fishbone analysis sebagai berikut
LAPORAN AKHIR 59
Gambar 4.3 Fishbone Analysis Destinasi Wisata di Kecamatan Tosari
LAPORAN AKHIR 60
Tabel 4.5 Gambaran Kondisi Destinasi Wisata Kecamatan Puspo Berdasarkan 4A
Destinasi Wisata Attraction Amenities Accesibility Ancillary Services
Desa Puspo Menikmati Sarana dan Akses jalan Memiliki Tourism
panorama alam prasarana memadai Information
Destinasi wisata pendukung Centre,
Bukit red flower pariwisata meskipun belum
Wisata berbasis memadai beroperasi
pertanian dan Memiliki Terdapat
peternakan susu homestay dan pedagang lokal
sapi rest area yang menjadi
pusat oleh - oleh
Dikelola oleh
BUMDes yang
mengembangka
n sektor usaha
terkait wisata
Desa Keduwung Wisata adat Belum memiliki Akses jalan Belum dikelola
Tengger di mana homestay kurang memadai secara optimal
terdapat (dalam tahap
kelompok suku pengembangan)
Tengger tertua
(tetua adat)
Terdapat rumah
adat suku
Tengger
Terdapat pura
tempat
beribadah
Air Terjun Rambut Menikmati Fasilitas Akses jalan Belum dikelola
Moyo keindahan alam pendukung kurang memadai secara optimal,
belum memadai masih di kelola
oleh kelompok
masyarakat
secara swadaya
LAPORAN AKHIR 61
Tabel 4.6 Masalah Pengembangan Wisata Kecamatan Puspo
No Temuan Identifkasi Permasalahan Akar Masalah
1 Perkembangan wisata yang cenderung 1. Kesadaran dan optimisme masyarakat
stagnan meskipun memiliki lokasi yang masih rendah tentang potensi pariwisata di
cukup strategis Kecamatan Puspo secara keseluruhan
2. Tingkat keamanan yang kurang terjaga
bagi wisatawan
3. Desa maupun destinasi wisata belum
dikelola secara optimal karena baik
BUMDes maupun POKDARWIS masih
dalam tahap perintisan
2 Sarana pendukung pariwisata yang 1. Belum menjadikan kecamatan Puspo dan
relative tidak memadai sebagai wisata desa wisata potensial sebagai prioritas
pendukung BTS pembangunan dalam jangka Panjang
sehingga memiliki perencanaan yang jelas
2. Belum adanya alokasi untuk pengadaan
maupun pembangunan infrastruktur
pariwisata karena prospek pariwisata yang
masih cenderung rendah
LAPORAN AKHIR 62
Gambar 4.4 Fishbone Analysis Destinasi Wisata di Kecamatan Puspo
LAPORAN AKHIR 63
Tabel 4.7 Gambaran Kondisi Destinasi Wisata Kecamatan Purwodadi Berdasarkan
4A
Destinasi Wisata Attraction Amenities Accesibility Ancillary Services
Kebun Raya Wisata edukasi Fasilitas Akses jalan Belum ada
Purwodadi tumbuhan dan pendukung memadai upaya
lingkungan hidup seperti air, listrik, penyediaan jasa
drainase sangat tambahan wisata
memadai dari pihak
Terdapat pengelola
penginapan dan karena ketatnya
aula namun aturan
masih jarang konservasi
digunakan tumbuhan
Desa Tambaksari Wisata alam, Fasilitas Akses jalan kurang Sudah dikelola
budaya dan pendukung memadai oleh
religi seperti, listrik, POKDARWIS
Wisata Edukasi drainase cukup dan Desa
(Alpukat memadai dengan
Organik) Ketersediaan air jangkauan
Wisata buatan bersih menjadi kerjasama dan
Arjuno Deep kendala diwaktu mitra yang
Adventure padat cukup luas
pengunjung
Homestay
tersedia
sejumlah 58 unit
dengan kondisi
yang baik
LAPORAN AKHIR 64
penunjuk jalan sesuai dengan tema – tema
destinasi wisata pariwisata karena prospek
pariwisata yang masih cenderung rendah
2. Kurangnya kesadaran dan partisipasi
masyarakat lokal dalam memajukan desa
dan destinasi wisata
LAPORAN AKHIR 65
4.2.5 Kecamatan Purwosari
Kecamatan Purwosari memiliki beberapa pilihan wisata yang potensial
sebagai pendukung BTS. Pertama, dari segi potensi wisata edukasi, tedapat Unit
Peternakan Aliansi (UPTD Budidaya Ternak), Eduwisata Kembang Kuning, dan
Wisata Edukasi dan Resort Kebun Pak Budi. Kemudian, terdapat wisata buatan
Saygon Park dan Rafting Kali Jempingan di Desa Sumberjo. Adapun desa wisata
juga dimiliki kecamatan purwosari yakni Desa Kertosari yang merupakan desa
wisata berdasarkan ketetapan Bupati Kab. Pasuruan. Namun pengelolaan yang
belum optimal membuat desa wisata ini belum memberikan banyak tawaran
sebagai desa wisata yang berbasis produk – produk pertanian.
Desa Kertosari Potensi wisata Belum memiliki Akses jalan Merupakan salah
berbasis hasil homestay memadai satu desa wisata
pertanian Belum memiliki dengan yang
akomodasi ditetapkan
pemerintah Kab.
Pasuruan namun
belum dikelola
secara optimal
Eduwisata Wisata Edukasi Sarana dan Akses jalan kurang Dikelola secara
Kembang Kuning Pertanian prasarana memadai perorangan dan
Beberapa pendukung masih minim
wahana atraksi seperti listrik, air, adanya barang
buatan seperti pengelolaan dan jasa
flying fox dan sampah tambahan yang
river-tubing memadai disediakan bagi
Akomodasi pengunjung
masih terbatas
Wisata Edukasi Wisata edukasi Sarana, Akses jalan kurang Dikelola secara
dan Resort Kebun berbasis prasarana, dan memadai professional oleh
pertanian akomodasi perseorangan/sw
LAPORAN AKHIR 66
Destinasi Wisata Attraction Amenities Accesibility Ancillary Services
Pak Budi Wahana lengkap asta
permainan dan Sudah memiliki
outbond paket wisata
edukasi
Rafting Kali Wahana River Sarana, Akses jalan kurang Dikelola oleh
Jempingan di Tubing prasarana, dan memadai perseorangan
Desa Sumberjo Menikmati akomodasi
pemandangan (restoran dan
alam caffee) cukup
lengkap
LAPORAN AKHIR 67
pariwisata yang direncanakan baik jagka pendek maupun jangka panjang.
Meskipun demikian, wilayah ini sudah didukung oleh beberapa destinasi yang
dikelola secara professional oleh pihak swasta sehingga di masa yang akan
datang, penguatan desa wisata dan UPA menjadi kunci akan keberhasilan
kecamatan Purwosari sebagai pusat wisata edukasi. Berdasarkan uraian diatas,
dapat secara ringkas digambarkan dalam fishbone analysis sebagai berikut.
LAPORAN AKHIR 68
yakni Wisata Kebun Kurma yang dikelola oleh pihak swasta sehingga menjadi
ikon unik bagi kecamatan Sukorejo.
Wisata Kebun Wisata edukasi Sarana, Akses jalan kurang Dikelola secara
berbasis prasarana dan memadai professional oleh
Kurma
tanaman kurma akomodasi perseorangan/swast
Agrowisata memadai a
kurma
Wahana
permainan
keluarga
LAPORAN AKHIR 69
Kecamatan Sukorejo termasuk baru mendeklarasikan diri sebagai wilayah
penunjang wisata. Meskpun demikian, potensi agrowisata sudah tampak dengan
keberadaan rencana brand “The City of Matoa” dan wisata petik kurma yang tidak
dimiliki wilayah lain di Indonesia. Oleh karena itu, dengan pemusatan
pembangunan bisnis pariwisata, Sukorejo akan menjadi pendamping kecamatan
Tutur sebagai pusat Agrowisata Kecamatan Tutur. Berdasarkan uraian identifkasi
masalah diatas dapat disimpulkan dalam fishbone analyasis sebagai berikut
LAPORAN AKHIR 70
melibatkan masyarakat secara luas. Namun demikian, ragam keterampilan
pariwisata sumber daya lokal seringkali menjadi kendala sehingga
pendampingan dan bimbingan dari dinas terkait sangat dibutuhkan. Selain
itu, tingkat artisipasi masyarakat sangat beragam terkait pembangunan
wisata yang sedang dijalankan sehingga dalam kondisi tertentu,
pemerintah telah menjalakan upaya pembelakan dan pendampingan
namun tidak direspon secara penuh oleh masyarakat. Oleh karena itu,
local leadership dan kewirausahaan menjadi kunci penting pengembangan
destinasi wisata yang dikelola secara dominan oleh pemerintah.
b. Swasta
Merupakan pihak pengelola destinasi wisata yang berasal dari pihak privat
sehingga motif utama nya merupakan protif generating. Meski demikian,
paradigma manajemen entitas bisnis privat telah berevolusi pada
pendekatan kemasyarakatan sehingga swasta seringkali tetap berupaya
melibatkan masyarakat sekitar meskipun dalam jumlah tertentu.
Keuntungan pengelolaan privat adalah profesionalisme SDM yang tinggi
sehingga melahirkan manajemen destinasi wisata yang efisien dan
berkelanjutan.
c. Masyarakat.
Merupakan pihak pengelola destinasi wisata yang berasal dari inisiatif
masyarakat sebagai bentuk kepedulian terhadap perkembangan
kepariwisataan lokal. Dikarenakan merupakan inisiatif masyarakat,
pendanaan juga dilakukan secara swadaya sehingga daya dukung
investasi dan pengembangan destinasi wisata cenderung sangat kecil.
Pada tipe ini, masyarakat pengelola di Kab. Pasuruan selalu menemui
kendala terkait Batasan pendanaan dan infrastruktur pendukung. Konflik
horizontal juga sering terjadi di mana terdapat resistensi masyarakat akibat
rasa ketidak percayaan dan ketimpangan sosial-ekonomi yang cukup
tinggi.
Pola SDM dan Tata Kelola destinasi wisata di 6 kecamatan Kab. Pasuruan
(Kec. Tosari, Tutur, Puspo, Purwodadi, Purwosari, dan Sukorejo) berdasarkan
LAPORAN AKHIR 71
hasil Focus Group Discussion dan wawancara dapat dikelompokan menjadi 2
pola. Pertama adalah pola dominasi pemerintah sebagai berikut:
Gambar 4.8. Pola SDM dan Tata Kelola dengan Dominasi Pemerintah
Pemerintah
(Pemerintah
Kabupaten,
BUMDes dan
Pokdarwis)
Masyarakat
Swasta
(UMKM Lokal
(Investor) dan penyedia
jasa pendukung)
Tabel 4.13 Identifikasi Kondisi Pengelolaan Destinasi Wisata yang Dikelola Oleh
Pemerintah
No Kecamatan Destinasi Wisata Kondisi Pengelolaan
1 Tutur Wisata Bukit Suwati, Wisata Gunung Kurang berkembang
Lawang, Wisata Gunung Tanggun, disebabkan oleh pola
Wisata Gendhis, dan Desa Kalipucung pengelolaan yang tradisional
dan masih fokus pada
kekayaan alam tanpa ada
fasilitas penunjang pariwisata
lainnya
LAPORAN AKHIR 72
No Kecamatan Destinasi Wisata Kondisi Pengelolaan
2 Tosari Desa Podokoyo dan Desa Wonokitri Pengelolaan destinasi wisata
sudah cukup berkembang
namun perlu terus mendapat
bimbingan khususnya
mengenai promosi ,
pemasaran, serta perbaika
infrastruktur penunjang
3 Puspo Desa puspo dan Desa Keduwung Kurang berkembang karena
masih merintis pembentukan
pengelola
4 Purwodadi Desa Tambaksari Pengelolaan destinasi wisata
sudah cukup berkembang
namun perlu terus mendapat
bimbingan khususnya
mengenai promosi ,
pemasaran, serta perbaika
infrastruktur penunjang
5 Purwosari Unit Peternakan Aliansi Tata kelola masih menjadi
hambatan karena bentuk
kelembagaan belum sesuai
untuk menunjang bisnis
pariwisata, meskipun memiliki
kualitas SDM yang baik
Desa Kertosari Kurang berkembang karena
sempat terjadi konflik
kepengelolaan
6 Sukorejo Desa Wonokerto Kurang berkembang karena
masih baru mendeklarasikan
diri sebagai desa wisata
LAPORAN AKHIR 73
Gambar 4.9. Pola SDM dan Tata Kelola dengan Dominasi Swasta
Swasta
Masyarakat
(UMKM Pemerintah
Lokal)
Tabel 4.14 Identifikasi Kondisi Pengelolaan Destinasi Wisata yang Dikelola Oleh
Swasta
No Kecamatan Destinasi Wisata Kondisi Pengelolaan
1 Tutur Agro Durian Montong, Agro Bunga Dikelola secara professional
Krisan dan Paprika, Agro Wisata Petik baik oleh swasta maupun
Apel, Bhakti Alam, Bukit Flora, Agro koperasi
Wisata Oemah Tutur, Omah Kopi,
Kedai Susu KPSP “Setia Kawan”, dan
Wisata Kampung Susu
2 Purwodadi Kebun raya Purwodadi Dikelola secara professional,
namun masih fokus pada
konservasi tumbuhan
3 Purwosari Eduwisata Kembang Kuning, Wisata Dikelola secara profesional
Edukasi dan Resort Kebun Pak Budi,
Rafting Kali Jempingan di Desa
LAPORAN AKHIR 74
No Kecamatan Destinasi Wisata Kondisi Pengelolaan
Sumberjo, Saygon Park
4 Sukorejo Wisata Kebun Kurma Dikelola secara profesional
Tabel 4.15 Permasalahan Pengembangan Wisata dari Segi SDM dan Tata Kelola
Temuan Identifkasi Permasalahan Akar Masalah
Pola dominasi pemerintah
Kurangnya kapasitas dan keterampilan 1. Beberapa pengelola wisata masih baru dan
SDM khususnya mengenai pengelolaan bahkan di beberapa detinasi belum terbentuk
wisata secara professional, 2. Kesadaran dan optimisme masyarakat wisata
pengembangan bisnis pariwisata, dan yang masih rendah sehingga enggan
serta pemasaran destinasi wisata berpartisipasi dalam pengembangan sektor
pariwisata
Pola dominasi swasta
Pola Pemasaran yang kurang efektif 1. Belum adanya pemasaran pariwisata yang
meskipun sudah dilakukan secara terintegrasi di Kabupaten pasuruan sehingga
professional sehingga jumlah pengunjung upaya yang sejauh ini dilakukan masih bersifat
selalu berfluktuatif individual bahkan saling berkompetisi satu sama
lain
2. Belum memiliki paket wisata yang secara rutin
ditawarkan pada calon wisatawan
Tampak bahwa permasalahan dari sisi Tata Kelola dan SDM bagi destinasi
wisata yang dikelola oleh pemerintah adalah pada kemampuan dan keterampilan
bisnis pariwisata yang masih terbatas. Constrain pengembangan SDM adalah
pada minat untuk mengembangkan diri karena perasaan pesimis bagi masyarakat
untuk menjadikan sektor pariwisata sebagai usaha utama.
Adapun bagi pengelola dari pihak swasta, kesulitan pengembangan adalah
pada upaya mendapatkan wisatawan secara rutin. Meskipun upaya pemasaran
mayoritas sudah dilakukan secara professional, namun kegiatan tersebut
dilakukan secara individual sehingga belum menjadi top of mind bagi calon
wisatawan.
LAPORAN AKHIR 75
BAB V
Identifikasi Potensi Ekonomi, Lingkungan, Sosial dan Budaya di Wilayah
Pariwisata Pendukung Bromo Tengger Semeru
Agro Bunga Krisan dan Paprika Wisata Bunga Krisan dan Paprika langsung dari
(Wisata perkebunan) kebun
Komoditas unggulan adalah bunga krisan dan
LAPORAN AKHIR 76
Destinasi Wisata Potensi Ekonomi
tanaman hortikultura paprika
Agro Wisata Petik Apel Wisata petik apel langsung dari kebun
(Wisata Petik Apel, Panorama Alam) Komoditas unggulan adalah perkebunan apel
Agro Wisata Oemah Tutur Menyajikan berbagai macam makanan khas dari
Kecamatan Tutur. (seperti rumah makan)
Kedai Susu KPSP “Setia Kawan” Menjual berbagai produk olahan susu yang didapat
dari desa-desa yang ada di Kecamatan Tutur
LAPORAN AKHIR 77
atraksi wisata yang disediakan untuk wisatawan seperti di mana keseluruhan
berbasis alam dan hasil produksi pertanian desa. Ditunjang oleh keberadaan
homestay dan pusat oleh – oleh membuat Desa ini semakin menjadi destinasi
wisata potensial untuk lebih dikembangkan lagi di mana yang akan datang.
LAPORAN AKHIR 78
5.1.3 Kecamatan Puspo
Kecamatan Puspo memiliki potensi yang cukup banyak namun belum
kembangkan secara optimal. Sebagaimana kecamatan Tutur dan Puspo,
Kecamatan Puspo memiliki kelimpahan produk pertanian khususnya sayur dan
buah – buahan. Meskipun belum menjadikan kegiatan pertanian sebagai bagian
dari pariwisata, secara ekonomi, Kecamatan Puspo dapat menjadi wilayah
penopang yang berkontribusi menjadi pemasok komoditas oleh – oleh hasil
pertanian derta olahan nya.
Air Terjun Rambut Moyo Terdapat kios umkm sebelum ke obyek wisata
Red Flower Puspo Terdapat kios umkm dan oleh-oleh di dalam obyek
wisata
LAPORAN AKHIR 79
Tabel 5.4 Potensi Ekonomi Pariwisata Kecamatan Purwodadi
Destinasi Wisata Potensi Ekonomi
Kebun Raya Purwodadi Terdapat outlet produk Kebun Raya Purwodadi
Wisata Edukasi dan Resort Kebun Pak Budi Memiliki komoditas unggulan pada sektor perkebunan
seperti buah-buahan.
Menyediakan oleh-oleh khas dan produk umkm asli
Kabupaten Pasuruan
LAPORAN AKHIR 80
5.1.6 Kecamatan Sukorejo
Kecanatan Sukorejo memiliki potensi ekonomi yang sangat khas yakni
komoditas Matoa dan Kurma yang akan dibalut dalam tema agrowisata. Meskipun
terbilang baru sebagai pelaku wisata, Kecamatan Sukorejo khususnya melalui
Desa Wonokerto mempersiapkan diri untuk menjadi the city of matoa. Selain itu,
produk kurma beserta komoditas olahan nya juga sudah disiapkan sehingga satu
– satunya pilihan untuk agrowisata Kurma adalah di wilayah Kecamatan Sukorejo.
Agro Bunga Krisan dan Paprika Panorama dan Suasana Alam Pedesaan
LAPORAN AKHIR 81
Destinasi Wisata Potensi Lingkungan
(Wisata perkebunan) Kesuburan Tanah
Kedai Susu KPSP “Setia Kawan” Pemanfaatan tempat yang mungkin bisa dijadikan rest
area
Lokasi berada di pusat kecamatan
LAPORAN AKHIR 82
Destinasi Wisata Potensi Lingkungan
Desa Kalipucang Panorama Pegunungan dan Suasana Alam Pedesaan
Memiliki destinasi wisata alam yaitu Bukit Tumang,
Sumber Nyonya, dan 7 Sumber Telaga
LAPORAN AKHIR 83
5.2.3 Kecamatan Puspo
Kecamatan Pusp yang letaknya berdekatan dengan Kecamatan Tosari dan
Tutur juga memiliki karakteristi potensi lingkungan yang serupa. Kondisi
lingkungan yang masih asri dan menjadi daya Tarik lingkungan bagi wisatawan.
Selain itu, terdapat destinasi wisata air terjun Rambut Moyo yang dapat
dimanfaatkan sebagai wahana wisata buatan. Namun demikian potensi tersebut
belum dimanfaatkan akibat pengelolaan yang tidak optimal oleh pengelola wisata
air terjun yang dimaksud.
Air Terjun Rambut Moyo Panorama Pegunungan dan Suasana Alam Pedesaan
Konservasi Air dan pemanfaatan sumber mata air
LAPORAN AKHIR 84
Tabel 5.10 Potensi Lingkungan Pariwisata Kecamatan Purwodadi
Destinasi Wisata Potensi Lingkungan
Kebun Raya Purwodadi Konservasi Tanaman
Pusat kajian dan penelitian tumbuhan
LAPORAN AKHIR 85
5.2.6 Kecamatan Sukorejo
Potensi lingkungan di Kecamatan Sukorejo khususnya di desa Wonokerto
adalah memiliki tanah yang subur sehingga menghasilkan manga dan beberapa
produk pertanian yang sangat melimpah. Selain itu, terdapat wisata kebun kurma
di mana telah di set sedemikan rupa agar sesuai untuk budidaya dan konservasi
tanaman kurma.
Agro Bunga Krisan dan Paprika Sifat Gotong Royong Masyarakat masih ada yang
(Wisata perkebunan) ditunjukkan dengan adanya panen dan tanam bareng
secara bersamaan
Agro Wisata Petik Apel Sifat Gotong Royong Masyarakat masih ada yang
(Wisata Petik Apel, Panorama Alam) ditunjukkan dengan adanya panen dan tanam bareng
LAPORAN AKHIR 86
Destinasi Wisata Potensi Sosial
secara bersamaan
LAPORAN AKHIR 87
Tabel 5.15 Potensi Sosial Pariwisata Kecamatan Puspo
Destinasi Wisata Potensi Sosial
Desa Puspo Sifat Gotong Royong Masyarakat masih ada yang
ditunjukkan dengan adanya panen dan tanam bareng
secara bersamaan
Sifat Kekeluargaan masyarakat masih kuat meskipun
wisatawan bukan bagian dari keluarga
LAPORAN AKHIR 88
kegiatan gotong royong juga diimplementasikan khususnya pada saat
penanaman dan panen mengingat mayoritas penduduk merupakan petani.
LAPORAN AKHIR 89
Desa Kalipucang sendiri masih banyak ditemukan budaya tradisional seperti
jaranan, bantengan, dan pencak silat.
LAPORAN AKHIR 90
kegiatan Upacara Pujan, Upacara Hasil Bumi, Upacara Adat Unan-Unan, Tari
Sodor, Tari Ujung, dan Gending Surobalen.
LAPORAN AKHIR 91
Tabel 5.23 Potensi Budaya Pariwisata Kecamatan Purwosari
Destinasi Wisata Potensi Budaya
Desa Kertosari Tradisi Sedekah Bumi
LAPORAN AKHIR 92
BAB VI
Analisis Dampak Sosial Budaya Ekonomi dan Lingkungan dalam
Pengembangan Pariwisata Pendukung Bromo Tengger Semeru
LAPORAN AKHIR 93
Tabel 6.1 Analisa Destinasi Wisata dan Dampak Ekonomi
Destinasi Wisata Dampak Ekonomi
Air Terjun Coban Waru Membuka lapangan pekerjaan
(Wisata Panorama Pegunungan) Membuka kios UMKM sebagai penunjang pariwisata
Kedai Susu KPSP “Setia Kawan” Membuka lapangan pekerjaan dan menambah
penghasilan bagi KSP dan anggota
Mampu mencptakan produk olahan susu dan branding
produk oleh-oleh khas kecamatan Tutur
LAPORAN AKHIR 94
Destinasi Wisata Dampak Ekonomi
Wisata Gunung Gendhis Membuka lapangan pekerjaan dan menambah
penghasilan bagi masyarakat sekitar
LAPORAN AKHIR 95
Berdasarkan tabel analisa diatas, menunjukkan ada dua desa yang
menjadi destinasi wisata, desa Podokoyo dan Desa Wonokitri. Masing-masing
memiliki dampak ekonomi yang baik bagi masyarakat sekitar. Beberapa dampak
ekonomi yang dapat dirasakan masyarakat adalah terciptanya lapangan kerja,
peningkatan taraf hidup dari penghsilan yang diterima, dan terciptanaya UMKM
serta ekonomi kreatif yang ada di masing-masing desa.
LAPORAN AKHIR 96
wisata yang seringkali dikunjungi adalah kebun raya purwodadi. Berikut uraian
mengenai tujuan destinasi wisata sekaligus dampak ekonomi yang ditimbulkan.
Hasil uraian tabel diatas menunjukkan bahwa adanya dua destinasi wisata
yang ada di Kecamatan Purwodadi sangat memiliki dampak ekonomi yang luas,
terutama untuk penciptaan lapangan kerja. Sehingga, warga sekitar lokasi wisata
terserap untuk bekerja di tempat wisata tersebut. Selain itu, dapat pula
menciptakan produk unggulan dan UMKM.
LAPORAN AKHIR 97
Destinasi Wisata Dampak Ekonomi
Wisata Edukasi dan Resort Kebun Pak Budi Membuka lapangan pekerjaan dan menambah
penghasilan bagi masyarakat sekitar
Menciptakan branding produk olahan komoditas yang
ada di Kebun Pak Budi.
Menyediakan stand khusus UMKM bagi masyarakat
sekitar.
Rafting Kali Jempingan di Desa Sumberjo Membuka lapangan pekerjaan dan menambah
penghasilan bagi masyarakat sekitar
Menciptakan branding produk jasa Rafting di Desa
Sumberjo.
LAPORAN AKHIR 98
Tabel 6.6 Analisis Destinasi Wisata dan Dampak Ekonomi.
Destinasi Wisata Dampak Ekonomi
Desa Wonokerto Membuka lapangan pekerjaan dan menambah
penghasilan bagi masyarakat sekitar
Menciptakan branding produk olahan komoditas Matoa
dan Mangga yang ada di Desa Wonokerto.
Hasil dari uraian tabel diatas menunjukkan bahwa dengan adanya dua
destinasi wisata tersebut masyarakat merasakan manfaat secara ekonomi begitu
besar. Salah satu manfaatnya adalah terciptanya lapangan kerja dan peningkatan
taraf hidup masyarakat serta terciptanya produk unggulan yang bisa
dikembangkan.
Harapannya, keenam Kecamatan yang menjadi daerah pengembangan
wisata dapat memanfaatkan potensi yang ada di wilayahnya. Sehingga tidak
hanya bermanfaat bagi masyarakat sekitar, namun juga manfaat bagi kabupaten
Pasuruan lewat terserapnya PAD dari destinasi wisata maupun sumber-sumber
pendapatan daerah lain yang sah.
LAPORAN AKHIR 99
Destinasi Wisata Dampak Lingkungan
Air Terjun Coban Waru (+) Lingkungan mejadi terjaga karena adanya
(Wisata Panorama Pegunungan) konservasi
(-) banyak sampah di aliran sungai
Agro Bunga Krisan dan Paprika (+) Observasi lahan dapat terjaga
(Wisata perkebunan) (-) Penggunaan pestisida berlebihan akan merusak
tanah dan lingkungan
Kedai Susu KPSP “Setia Kawan” (+) Observasi lahan dapat terjaga
Wisata Edukasi dan Resort Kebun Pak Budi (+) Observasi lahan dapat terjaga
Rafting Kali Jempingan di Desa Sumberjo (+) Observasi lahan dapat terjaga
(-) Perlu adanya pengelolaan sampah agar tidak
mencemari lingkungan dan aliran sungai
Berdasarkan hasil uraian diatas, hanya wisata edukasi dan resort kebun
pak budi yang tidak memiliki dampak negatif terhadap lingkungan. Destinasi
wisata yang lain memerlukan tindakan preventif untuk menanggulangi dampak
negatif pada lingkungan seperti, pencegahan terjadinya longsor, pemeliharaan
dan pengolahan limbah sampah yang baik.
7.2.6 Kecamatan Sukorejo
Kecamatan terakhir yakni Kecamatan Sukoreja dengan dua destinasi
wisata yang dimiliki oleh kecamatan tersebut. Destinasi wisata tersebut memiliki
dampak lingkungan positif maupun negatif. Berikut uraian penjelasan mengenai
dampak lingkungan keberadaan destinasi wisata di Kecamatan Sukorejo.
Tabel 6.12 Analsis Dampak Sosial Akibat Adanya Destinasi Wisata di Kecamatan
Tutur
Destinasi Wisata Dampak Sosial
Air Terjun Coban Waru Muncul organisasi kepemudaan dan lembaga
(Wisata Panorama Pegunungan) swadaya masyarakat untuk mengelola daya tarik
wisata
Agro Bunga Krisan dan Paprika Muncul Paguyuban wisata petik krisan dan paprika
(Wisata perkebunan) Adanya relasi atau hubungan dengan luar daerah
terkait promosi dan branding
Wisata Kampung Susu Adanya relasi atau hubungan dengan luar daerah
(Peternakan Sapi Perah) terkait promosi dan branding
Agro Wisata Oemah Tutur Adanya relasi atau hubungan dengan luar daerah
terkait promosi dan branding
Kedai Susu KPSP “Setia Kawan” Adanya relasi atau hubungan dengan luar daerah
terkait promosi dan branding
Hasil dari uraian penjelasan dalam tabel, dampak sosial yang ditimbulkan
dapat berupa terbangunnya relasi dengan luar daerah untuk kegiatan promosi
dan brandin, terbentuknya pokdarwis, dan muncul lembaga swadaya masyarakat
yang terbentuk atas kesamaan ingin mengembangkan destinasi wisata.
Air Terjun Rambut Moyo Muncul Pokdarwis dan kelompok sadar lingkungan
Adanya relasi atau hubungan dengan luar daerah
terkait promosi dan branding
Uraian pada tabel diatas menjelaskan bahwa tiga destinasi yang ada di
Kecamatan Puspo menciptakan dampak sosial yang positif. Beberapa dampak
sosial tersebut seperti, adanya relasi yang tidak hanya terjalin di internal destinasi
wisata namun juga eksternal, masyarakat lebih terbuka, dan memunculkan
kelompok yang sadar akan wisata (Pokdarwis).
Wisata Edukasi dan Resort Kebun Pak Budi Adanya relasi atau hubungan dengan luar daerah
terkait promosi dan branding
Rafting Kali Jempingan di Desa Sumberjo Muncul Pokdarwis dan kelompok sadar lingkungan
Adanya relasi atau hubungan dengan luar daerah
terkait promosi dan branding (kerja sama)
Dapat dilihat pada tabel diatas, kebanyakan dari adanya destinasi wisata di
Kecamatan Purwosari membuat munculnya pokdarwis dan kelompok yang sadar
akan lingkungan. Selain itu karena adanya relasi atau hubungan dengan luar
daerah membantu juga dalam kegiatan wisata karena menopang kegiatan
promosi/branding.
Agro Durian Montong Budaya menanam dan panen durian bisa dijadikan
(Wisata perkebunan) sebagai budaya
Agro Bunga Krisan dan Paprika Budaya menanam dan panen Krisan dan Paprika bisa
(Wisata perkebunan) dijadikan sebagai budaya
Agro Wisata Petik Apel Budaya menanam dan panen apel bisa dijadikan
(Wisata Petik Apel, Panorama Alam) sebagai budaya
Wisata Kampung Susu Budaya perah susu tradisional bisa dijadikan sebagai
(Peternakan Sapi Perah) budaya
Budaya untuk menjaga lingkungan
Agro Wisata Oemah Tutur Memasukkan unsur budaya tradisional dan budaya
modern
Kedai Susu KPSP “Setia Kawan” Memasukkan unsur budaya tradisional dan budaya
modern
Hasil dari tabel diatas menunjukan bahwa dampak budaya yang terjadi ialah
kebanyakan budaya untuk menjaga lingkungan dan menghormati leluhur yang
ada. Selain itu terdapat beberapa kegiatan panen yang dapat dijadikan budaya
seperti yang terdapat di beberapa desa, kegiatan perah susu yang terdapat di
salah satu desa pun dapat dijadikan budaya.
Desa Keduwung Budaya untuk menjaga lingkungan dan menghormati leluhur yang ada
Budaya yang ada di Desa Keduwung mampu dijadikan sebagai story
board
Air Terjun Rambut Moyo Budaya untuk menjaga lingkungan dan menghormati leluhur yang ada
Budaya yang ada di Air Terjun Rambut Moyo mampu dijadikan
sebagai story board
Rafting Kali Jempingan di Desa Sumberjo Budaya untuk menjaga lingkungan dan menghormati
leluhur yang ada
Kekuatan
1. Memiliki destinasi agrowisata yang
sudah dikelola secara professional
dengan dukungan sarana,
Kelemahan
prasarana, dan akses yang
1. Beberapa destinasi belum dikelola
memadai
secara optimal dan hanya
2. Memiliki desa wisata yang sudah
mengandalkan keindahan alam
berkembang
2. Promosi dan pemasaran pariwisata
3. Memiliki variasi produk pertanian
dilakukan secara tradisiional dan
unggulan yang banyak mulai dari
individual
pangan, holtikultura, perternakan,
3. Masih terbatasnya integrasi wisata
dan perkebunan
4. Memiliki destinasi wisata
pegunungan yang memiliki
segmentasi wisatawan tersendiri
Strategi S-O Strategi W-O
Peluang:
1. Merancang paket agrowisata yang 1. Merancang struktur organisasi dan
1. Dukungan Perpres no 80
terpusat di tutur dengan didukung rencana bisnis pariwisata khususnya
tahun 2019 terkait
oleh destinasi sejenis lainnya baik di pagi pengelola yang
pengembangantema
Kecamatan Tutur ataupun menggantungkan wisata pada
agrowisata yakni wisata
kecamatan sekitar kondisi alam semata
berbasis kawasan
2. Merancang atraksi wisata tambahan 2. Melakukan promosi dan marketing
agropolitan
yang sesuai dengan kondisi alam secara terpusat di Kabupaten
2. Banyaknya jasa yang
dan lngkungan masing – masing Pasuruan tentant agrowisata Tutur
dapat ditawarkan pagi
destinasi wisata
wisatawan pendaki
3. Membuka kerjasama dengan
gunung
komunitas UMKM agar memiliki
3. Terdapat komunitas
tawaran produk oleh – oleh yang
UMKM di Kabupaten
semakin variative
Pasuruan yang secara
4. Menjalin kerjasama dengan
akitf membina dan
komunitas porter atau tour guide
memasarkan produk
sehingga memberikan nilai tambah
anggotanya
pada destinasi wisata pegunungan
IFAS
Faktor Strategi Internal Bobot (A) Rating (B) Skor (A x B)
Kekuatan:
1. Memiliki destinasi agrowisata
yang sudah dikelola secara
professional dengan
dukungan sarana, prasarana,
dan akses yang memadai
2. Memiliki desa wisata yang
sudah berkembang
3. Memiliki variasi produk
pertanian unggulan yang
Kelemahan:
1. Beberapa destinasi belum
dikelola secara optimal dan
hanya mengandalkan
keindahan alam
2. Promosi dan pemasaran
pariwisata dilakukan secara
tradisiional dan individual
Total
EFAS
Kelemahan:
1. Sarana dan prasarana
pariwisatayang kurang
memadai pada destinasi
wisata bukit dan gunung
2. Infrastruktur akses belum
memadai di beberapa lokasi
destinasi wisata
Total
IFAS
Faktor Strategi Internal Bobot (A) Rating (B) Skor (A x B)
Kekuatan:
1. Memiliki desa wisata yang
sudah berkembang
2. Memiliki daya tarik berupa
keunikan adat dan budaya
suku Tengger
3. Memiliki hasil pertanian
khususnya holtikultura dan
perkebunan yang melimpah
4. Memiliki usaha ekonomi
kreatif berbasis kesenian lokal
Kelemahan:
Promosi dan pemasaran
pariwisata dilakukan secara
tradisiional dan individual
Total
Kelemahan:
1. Adanya konflik sosial (calo)
yang membuat iklim bisnis
pariwisata kurang kondusif
2. Infrastruktur akses kurang
memadai
3. Persepsi bahwa kondisi
keamanan yang rawan bagi
wisatawan
Total
EFAS
Kelemahan:
1. Sarana dan prasarana
pariwisata yang kurang
memadai
2. Infrastruktur akses belum
memadai di beberapa titik
3. Persepsi bahwa kondisi
keamanan yang rawan bagi
wisatawan
Total
Kelemahan
Kekuatan
1. Belum dipasarkan secara luas
1. Memiliki destinasi wisata yang
sebagai destinasi wisata
sudah dikenal cukup luas (Kebun
2. Masih terbatasnya kegiatan yang
raya Purwodadi)
melibatkan masyarakat secara luas
2. Memiliki desa wisata yang sudah
berkembang
Peluang: Strategi S-O Strategi W-O
1. Dukungan Perpres no 80 1. Mengembangkan paket agrowisata 1. Melakukan promosi dan marketing
tahun 2019 terkait terintegrasi dengan kecamatan Tutur secara terpusat di Kabupaten
pengembangan tema 2. Pengembangan jasa tambahan Pasuruan tentang terkait agro wisata
agrowisata yakni wisata pariwisata seperti akomodasi 2. Ikut berpartisipasi dalam komunitas
berbasis kawasan penginapan, penyedia makanan – UMKM Kabupaten Pasuruan
agropolitan minuman, ataupun menjadi pusat sehingga menjadi ajang pemasaran
2. Terdapat komunitas pendidikan dan pelatihan bagi destinasi wisata
UMKM di Kabupaten
Pasuruan yang secara
akitf membina dan
memasarkan produk
anggotanya
IFAS
Faktor Strategi Internal Bobot (A) Rating (B) Skor (A x B)
Kekuatan:
1. Memiliki destinasi wisata yang
sudah dikenal cukup luas
(Kebun raya Purwodadi)
2. Memiliki desa wisata yang
sudah berkembang
Kelemahan:
1. Belum dipasarkan secara luas
sebagai destinasi wisata
2. Masih terbatasnya kegiatan
yang melibatkan masyarakat
secara luas
Total
Kelemahan:
1. Aturan pusat yang sangat
kompleks mengenai
konservasi tanaman
sehingga sulit untuk
mengembangkan bisnis
pariwisata (khusus keun
raya purwodasi)
2. Akses jalan yang kurang
memadai untuk menuju desa
wisata
3. Desa wisata memiliki
kesulitan penyediaan air
bersih
Total
IFAS
Faktor Strategi Internal Bobot (A) Rating (B) Skor (A x B)
Kekuatan:
1. Memiliki daya tarik pariwisata
edukasi pertanian yang
dikelola secara professional
2. Memiliki destinasi wisata
buatan yang cukup
mengakomodasi segmentasi
keluarga sehingga
mendukung tema wisata
edukasi
3. Memiliki variasi produk
pertanian unggulan yang
banyak mulai dari holtikultura,
perternakan, dan perkebunan
4. Kebanyakan destinasi wisata
memiliki hubungan yang baik
dengan masyarakat sekitar
Kelemahan:
1. Terdapat destinasi wisata
yang belum memiliki rencana
bisnis pariwisata dalam jangka
pendek, menengah maupun
panjang
2. Desa wisata belum memiliki
SDM pariwisata yang
professional
3. Promosi dan pemasaran
pariwisata dilakukan individual
Total
EFAS
Total
Kelemahan
Kekuatan 1. Desa wisata belum memiliki
Memiliki daya Tarik agrowisata yang rancangan bisnis pariwisata
sangat unik yakni kebun matoa dan 2. Belum terpublikasi secara luas
kurma karena seluruh destinasi wisata baru
dirintis
Peluang: Strategi S-O Strategi W-O
1. Dukungan Perpres no 80 1. Mengembangkan paket agrowosata 1. Bekerjasama dengan kecamatan
tahun 2019 terkait terintegrasi dengan kecamatan Tutur Tutur (khususnya pihak desa) dalam
pengembangantema 2. Pengembangan atraksi / wahana merancang bisnis agrowisata
agrowisata yakni wisata wisata tambahan di desa terintegrasi
berbasis kawasan 3. Bekerjasama dengan komunitas 2. Bekerjasama dengan komunitas
agropolitan UMKM untuk mengembangkan jasa UMKM untuk memasarkan destinasi
2. Desa mendeklarasikan akomodasi penyedia makanan dan wisata secara lebih luas melalui
diri untuk fokus menjadi minuman sebagai usaha penunjang produk olahan kurma dan Matoa
desa wisata pariwisata sekitar
3. Melakukan kerjasama
dengan komunitas
UMKM untuk pengadaan
pusat oleh - oleh
IFAS
Faktor Strategi Internal Bobot (A) Rating (B) Skor (A x B)
Kekuatan:
Memiliki daya Tarik agrowisata
yang sangat unik yakni kebun
matoa dan kurma
Kelemahan:
1. Desa wisata belum memiliki
rancangan bisnis pariwisata
2. Belum terpublikasi secara luas
karena seluruh destinasi
wisata baru dirintis
Total
Kelemahan:
1. Sarana dan prasarana
pariwisata yang kurang di
desa wisata
2. Infrastruktur akses jalan
yang belum memadai di
beberapa desa wisata
Total
9.1 Kesimpulan
Pengembangan destinasi wisata perlu adanya kerjasama dari seluruh pihak tidak
hanya dukungan dari pemerintah, tetapi peran masyarakat atau komunitas lokal
perlu dilakukan. Berdasarkan uraian kajian yang telah dilakukan, kesimpulan dari
kajian ini adalah :
9.2 Saran
Saran yang dapat diajukan dalam kajian ini adalah
Camilleri, A. M. (2018). Travel Marketing, Tourism Economics and the Airline Product.
Switzerland: Springer.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2025.