Anda di halaman 1dari 10

KONTRAK RINCI

Antara

PT PLN (PERSERO)

Dengan

PT. MULYA JATRA

No. 0391.Pj-KR/DAN.01.03/F04100000/2023

Tentang

PEKERJAAN REHABILITASI TRAFO


UP3 PASURUAN

Kontrak rinci ini dibuat dan disepakati di Kota Pasuruan pada hari Rabu tanggal Dua Puluh
Delapan bulan Desember tahun Dua Ribu Dua Puluh Tiga (28/12/2023), oleh dan antara:

I. PT PLN (PERSERO), suatu Perseroan Terbatas yang didirikan berdasarkan Akta Nomor 169
tanggal 30 Juli 1994 dibuat dihadapan Notaris Sutjipto, S.H. di Jakarta, sebagaimana telah
diubah dan terakhir dengan Akta Nomor 04 tanggal 5 Agustus 2011 dibuat oleh Notaris Lenny
Janis Ishak di Jakarta, yang dalam hal ini diwakili oleh M. ABDUL BASYID N.F. selaku
Manager PT. PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Jawa Timur UP3 Pasuruan, Berdasarkan
Keputusan General Manager PT. PLN (persero) Unik Induk Distribusi Jawa Timur Nomor
0055.K/GM/2022 Tanggal 30 September 2022 Tentang Pemberian Kuasa dan Wewenang
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi
Jawa Timur dengan demikian bertindak untuk dan atas nama Perseroan tersebut diatas, yang
selanjutnya dalam PERJANJIAN ini disebut sebagai PIHAK PERTAMA.

II. PT MULYA JATRA, suatu perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan Akta Nomor
03 tanggal 28 Pebruari 2006 dibuat dihadapan Notaris Ny. Hj. YUIDA, SH dengan
akta perubahan terakhir nomor 05 tanggal 03 Desember 2020 notaris IHENY
SAVITRI, SH, M.Kn berkedudukan di Jl. Kertajaya VII Raya / 40 Surabaya, yang
dalam hal ini diwakili oleh Ir. MASHUD YUSUF, MT, selaku Direktur Utama dengan
demikian bertindak untuk dan atas nama Perseroan tersebut diatas, yang selanjutnya
dalam PERJANJIAN ini disebut sebagai PIHAK KEDUA .

Menindaklajuti :
1. Perjanjian Kesepakatan Harga Satuan (KHS) No. 0803.Pj/DAN.01.03/D04000000/2022
tanggal 13 September 2022.
2. Nota Dinas Manager Permintaan Kontrak rinci No. 1537/DAN.01.03/Manager/2023
tanggal 28 Desember 2023.
Maka disusunlah kontrak rinci dengan ketentuan sebagai berikut:

PIHAK PERTAMA
PIHAK KEDUA

-
111
Pasal 1
Lingkup Pekerjaan

1. Lingkup pekerjaan sesuai dengan Kesepakatan Harga Satuan (KHS) No.


0803.Pj/DAN.01.03/D04000000/2022 tanggal 13 September 2022.
2. Volume pekerjaan terlampir.

Pasal 2
Nilai Pekerjaan

1. Nilai Pekerjaan untuk Kontrak rinci ini sebesar Rp. 117.461.821,- ( Seratus tujuh belas juta
empat ratus enam puluh satu ribu delapan ratus dua puluh satu rupiah).
2. Nilai sesuai ayat 1 Pasal 2 sudah termasuk PPN 11 %.

Pasal 3
Lokasi Pekerjaan

1. Lokasi pekerjaan PT PLN UP3 Pasuruan.

Pasal 4
Direksi dan Pengawas Pekerjaan

Dalam pekerjaan ini ditunjuk sebagai Direksi Pekerjaan Asman Jaringan dan Pengawas pekerjaan
yang bertugas membantu Direksi Pekerjaan adalah Team Leader Pemeliharaan / Pegawai yang di
tunjuk oleh Direksi Pekerjaan.

Pasal 5
Jangka waktu pelaksanaan

1. Jangka waktu Pelaksanaan Pekerjaan adalah 28 Desember 2023 s/d 28 Maret 2024.
2. Jangka Waktu pelaksanaan Pekerjaan bisa di perpanjang sesuai kesepakatan dengan
memperpanjang jangka waktu Jaminan pelaksanaan.

Pasal 6
Sanksi atau Denda
1. Ketentuan sanksi/denda pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan Kesepakatan Harga Satuan
(KHS) No. 0803.Pj/DAN.01.03/D04000000/2022 tanggal 13 September 2022.
2. Ketentuan sanksi K3 sesuai dengan Kesepakatan Harga Satuan (KHS) No.
0803.Pj/DAN.01.03/D04000000/2022 tanggal 13 September 2022.

PIHAK PERTAMA
- PIHAK KEDUA
111
Pasal 7
Tata Cara Pembayaran

1. Pembayaran atas pekerjaan akan dilaksanakan oleh PIHAK PERTAMA setelah


diterimanya Surat Permintaan Pembayaran bermaterai kepada PIHAK KEDUA atas
pekerjaan yang telah diserah terimakan kepada PIHAK PERTAMA sesuai ketentuan
perjanjian/kontrak.

2. PIHAK KEDUA wajib untuk menyampaikan dokumen-dokumen sebagaimana di rinci di


bawah, sebagai persyaratan dilakukannya pembayaran pekerjaan oleh PIHAK
PERTAMA:
a. Surat Permintaan Pembayaran
b. Kuitansi rangkap 3 (tiga), 1 (satu) asli bermeterai dan 2 (dua) copy
c. Faktur/e-Faktur Pajak rangkap 3 (tiga), 1 (satu) asli dan 2 (dua) copy
d. Serita Acara Serah Terima Barang (BASTS) yang ditandatangani oleh PIHAK
PERTAMA dan PIHAK KEDUA
e. Serita Acara Pemeriksaan Barang (BAPB)
f. Dokumentasi Pekerjaan (Foto)
g. Surat Jaminan Barang sesuai masa garansi
h. Fotocopy PKP dan NPWP
i. Serita acara perhitungan dan pemotongan denda (bila ada) yang ditandatangani
oleh Pengguna Barang/Jasa dan Penyedia Barang/Jasa
j. Copy Perjanjian/Kontrak KHS dan Kontrak Rinci.

3. Pembayaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini akan dilakukan oleh PIHAK
PERTAMA dengan cara pemindahbukuan ke dalam rekening bank PIHAK KEDUA
sebagaimana berikut:
Nomor Rekening : 140-000-4867694
Nama Bank : Mandiri
Atas Nama : PT. Mulya Jatra
4. Pada saat pembayaran oleh PIHAK PERTAMA, jika ada kewajiban PIHAK KEDUA tentang
denda, tentang tanggung jawab dan ganti rugi yang menjadi tanggung jawab PIHAK
KEDUA sebagaimana diatur dalam perjanjian ini, Para Pihak setuju dan sepakat untuk
melakukan pemotongan langsung dari jumlah permohonan penagihan pembayaran dari
PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA.
5. Pembayaran denda dan ganti rugi harus dibayar oleh PIHAK KEDUA setelah dilakukan
perhitungan dan berita acara telah dibuat dan ditandatangani oleh PIHAK PERTAMA dan
PIHAK KEDUA. Apabila pembayaran denda dan ganti rugi yang harus dibayar oleh PIHAK
KEDUA tersebut lebih besar dari tagihan PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA maka
pembayaran kekurangan denda dan ganti rugi tersebut dibayar secara tunai oleh PIHAK
KEDUA kepada PIHAK PERTAMA atau diperhitungkan dalam tagihan PIHAK KEDUA
kepada PIHAK PERTAMA berikutnya.
6. Biaya untuk pemindahbukuan dimaksud menjadi beban dan tanggung jawab PIHAK
KEDUA dan akan diperhitungkan dalam jumlah tagihan PIHAK KEDUA kepada PIHAK
PERTAMA.
- PIHAK PERTAMA
111 PIHAK KEDUA
Pasal 8
Sumber Anggaran

1. Pekerjaan ini dibiayai dengan sumber dana SKKI : 01/DJT-PSR/2023 - Keandalan,


PRK : 2023.DJBT.2.006, WBS : I.5111.23.09.0201.006.13.
.
Pasal 9
WANPRESTASI

(1) Selain wanprestasi yang telah diatur dalam Perjanjian, maka setiap wanprestasi yang
dilakukan PIHAK KEDUA akan mengikuti ketentuan dibawah ini. Setiap peristiwa sebagai
berikut merupakan suatu peristiwa wanprestasi PIHAK KEDUA (“Peristiwa Wanprestasi
PIHAK KEDUA”), yaitu :
a. Peristiwa Wanprestasi PIHAK KEDUA Yang Tidak Dapat Diperbaiki oleh PIHAK KEDUA
adalah sebagai berikut:
1) PIHAK KEDUA terbukti melakukan tindak pidana antara lain adanya
pemalsuan surat/dokumen, praktek korupsi, penyuapan, pemberian gratifikasi,
persekongkolan, kecurangan dan pemalsuan yang berkaitan dengan proses
pengadaan, pelaksanaan Perjanjian dan pelaksanaan Pekerjaan.

2) PIHAK KEDUA terbukti melakukan pelanggaran atas peraturan internal PIHAK


PERTAMA terkait anti-fraud.

3) Berdasarkan putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap,


PIHAK KEDUA dinyatakan dalam keadaan pailit, pembubaran, likuidasi atau
diberikan penundaan pembayaran hutang yang menyebabkan PIHAK KEDUA tidak
dapat melakukan kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini.

4) Penyedia terbukti dikenakan Sanksi Daftar Hitam sebelum penandatanganan


Perjanjian.

b. Peristiwa Wanprestasi PIHAK KEDUA Yang Dapat Diperbaiki oleh PIHAK KEDUA adalah
sebagai berikut:
1) PIHAK KEDUA mengalihkan Pekerjaan baik sebagian atau seluruhnya atau hak
atau kewajiban yang diatur dalam Perjanjian ini tanpa persetujuan tertulis dari PIHAK
PERTAMA;

2) Apabila denda yang diatur dalam Perjanjian ini tidak dibayar oleh PIHAK KEDUA
kepada PIHAK PERTAMA.

3) PIHAK KEDUA tidak memenuhi kewajibannya sesuai ketentuan yang diatur dalam
Perjanjian ini.

(2) Dalam hal terjadi Peristiwa Wanprestasi Yang Tidak Dapat Diperbaiki oleh PIHAK KEDUA
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a Pasal ini, maka PIHAK PERTAMA akan
mengakhiri Perjanjian ini dengan memberikan surat pengakhiran Perjanjian kepada PIHAK
KEDUA.

PIHAK PERTAMA
- PIHAK KEDUA
111
(3) Dalam hal terjadi Peristiwa Wanprestasi yang Dapat Diperbaiki oleh PIHAK KEDUA
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b Pasal ini, PIHAK PERTAMA berhak mengakhiri
Perjanjian ini dengan memberikan surat peringatan, dengan ketentuan sebagai berikut :

a. PIHAK PERTAMA akan memberikan peringatan tertulis pertama kepada PIHAK KEDUA
dengan perintah pemulihan wajib diselesaikan oleh PIHAK KEDUA dalam waktu 10 Hari
Kalender setelah tanggal diterimanya peringatan PIHAK PERTAMA oleh PIHAK KEDUA dan
PIHAK KEDUA wajib menyampaikan pemberitahuan tertulis yang wajib dilengkapi dengan
bukti pendukung kepada PIHAK PERTAMA bahwa pemulihan atau perbaikan tersebut akan,
sedang, atau telah dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA.

b. Apabila PIHAK KEDUA tidak menyelesaikan pemulihan atau perbaikan dalam waktu 10 Hari
Kalender sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a Pasal ini, maka PIHAK PERTAMA
akan memberikan peringatan tertulis kedua kepada PIHAK KEDUA dengan perintah
pemulihan wajib diselesaikan oleh PIHAK KEDUA dalam waktu 10 Hari Kalender setelah
tanggal diterimanya peringatan oleh PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA wajib menyampaikan
pemberitahuan tertulis yang wajib dilengkapi dengan bukti pendukung kepada PIHAK
PERTAMA bahwa pemulihan atau perbaikan tersebut akan, sedang atau telah dilaksanakan
oleh PIHAK KEDUA.

c. Apabila PIHAK KEDUA tidak menyelesaikan pemulihan atau perbaikan dalam waktu 10 Hari
Kalender sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b Pasal ini, maka PIHAK
PERTAMA akan memberikan peringatan tertulis ketiga kepada PIHAK KEDUA dengan
perintah pemulihan wajib diselesaikan oleh PIHAK KEDUA dalam waktu 10 Hari Kalender
setelah tanggal diterimanya peringatan dan PIHAK KEDUA wajib menyampaikan
pemberitahuan tertulis yang wajib dilengkapi dengan bukti pendukung kepada PIHAK
PERTAMA bahwa pemulihan atau perbaikan tersebut akan, sedang atau telah dilaksanakan
oleh PIHAK KEDUA.

d. Apabila PIHAK KEDUA tidak menyelesaikan pemulihan atau perbaikan dalam


waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c Pasal ini, maka PIHAK PERTAMA
mengakhiri Perjanjian ini.

(4) Dalam hal PIHAK KEDUA telah melakukan pemulihan atau perbaikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf d Pasal ini, dan pemulihan atau perbaikan tersebut disetujui oleh PIHAK
PERTAMA maka peringatan tertulis yang telah diterbitkan tersebut tidak akan diperhitungkan
sebagai pemberian Peringatan yang berkelanjutan atau tidak berlaku kumulatif pada
pemberian Peringatan berikutnya.

(5) Atas setiap pengakhiran dari Perjanjian ini, seluruh kewajiban-kewajiban masing-masing
PIHAK berdasarkan Perjanjian ini wajib berhenti, kecuali:

a. Sehubungan dengan kewajiban-kewajiban pembayaran yang ditimbulkan dari tindakan-


tindakan yang diambil sebelum pengakhiran tersebut ( termasuk namun tidak terbatas
pada hak normatif Pekerja PIHAK KEDUA );

b. Sebagaimana ditentukan lain dalam Perjanjian ini;

c. Pengakhiran tersebut tidak akan mengurangi setiap hak atas ganti rugi atau setiap
perbaikan lainnya yang mungkin dimiliki oleh masing-masing PIHAK berdasarkan
Perjanjian ini.

(6) Dalam hal terjadi Peristiwa Wanprestasi PIHAK KEDUA, maka PIHAK KEDUA akan
dikenakan hukuman/denda sesuai ketentuan
- Perjanjian ini.
111
PIHAK PERTAMA
PIHAK KEDUA
(7) PIHAK PERTAMA akan memberlakukan hukuman daftar hitam (blacklist) bagi setiap
pengakhiran Perjanjian yang disebabkan karena wanprestasi PIHAK KEDUA sebagaimana
diatur lebih lanjut dalam ketentuan yang berlaku pada PIHAK PERTAMA.

(8) Terhadap Pengakhiran Perjanjian ini, PARA PIHAK sepakat untuk tidak memberlakukan
ketentuan Pasal 1266 dan Pasal 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Pasal 10
INTEGRITAS DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
(1) Sehubungan dengan Perjanjian dan hal-hal, dokumen-dokumen, kegiatan-kegiatan, dan
transaksi-transaksi yang dimaksud dalam atau terkait dengan Perjanjian ini PARA PIHAK
menyepakati tidak akan melakukan tindakan-tindakan yang mengakibatkan terjadinya
ketidakwajaran dalam pelaksanaan Perjanjian ini termasuk namun tidak terbatas pada
tindakan penipuan, penggelapan, pemerasan, kolusi, penyuapan, gratifikasi, korupsi,
kecurangan, pemalsuan dan tindakan lain yang tidak sesuai dengan etika bisnis yang baik
serta bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku termasuk mengenai
pemberantasan tindak pidana korupsi, pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
pencucian uang, penerapan praktek Good Corporate Governance pada Badan Usaha
Milik Negara (BUMN), termasuk peraturan yang mengatur mengenai tata kelola anti
penyuapan yang berlaku di lingkungan PIHAK PERTAMA.

(2) PARA PIHAK menyepakati bahwa Perjanjian ini dilaksanakan dengan itikad baik, tidak saling
mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung guna memenuhi keinginannya,
menerima serta bertanggungjawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan
kesepakatan PARA PIHAK, menghindari serta mencegah terjadinya konflik kepentingan
(conflict of interest), menghindari serta mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi
dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain, dan tidak menerima, tidak
menawarkan atau tidak menjanjikan untuk memberi atau menerima hadiah, imbalan
berupa apa saja kepada siapapun yang diketahui atau patut diduga berkaitan dengan
pelaksanaan Perjanjian ini.

(3) PIHAK KEDUA menyatakan, menjamin dan berkomitmen kepada PIHAK PERTAMA bahwa
dalam melaksanakan Perjanjian akan mematuhi ketentuan hukum yang berlaku termasuk
namun tidak terbatas pada peraturan perundang-undangan terkait anti korupsi, anti pencucian
uang serta kebijakan PIHAK PERTAMA mengenai anti-fraud dan tata kelola anti-penyuapan
seperti:

(a) menerapkan 4 No’s:

i. No bribery, menghindari suap menyuap dan pemerasan,


ii. No gift, menghindari hadiah atau gratifikasi yang bertentangan dengan
peraturan yang berlaku,

- PIHAK PERTAMA
111 PIHAK KEDUA
iii. No kickback, menghindari komisi, tanda terima kasih baik dalam bentuk uang
atau bentuk lainnya,

iv. No luxurious hospitality, menghindari jamuan yang berlebihan;

(b) mengikuti prosedur uji kelayakan berbasis integritas (integrity due diligence) yang
diterapkan PIHAK PERTAMA;

(c) mengikuti program sosialisasi sistem manajemen anti-penyuapan yang dilaksanakan


PIHAK PERTAMA yang dapat diwakili oleh pegawai PIHAK KEDUA yang ditunjuk untuk
mewakili perusahaan PIHAK KEDUA;

(d) menandatangani dan melaksanakan pakta integritas PIHAK KEDUA;

(e) melaporkan insiden fraud melalui Whistle Blowing System PLN.

(4) PIHAK PERTAMA akan melakukan audit terkait tagihan pembayaran dan dokumen
pembukuan serta pencatatan PIHAK KEDUA ketika terdapat indikasi
ketidakwajaran berupa overcharge atau overprice dari tagihan yang disampaikan
oleh P I H A K KEDUA kepada PIHAK PERTAMA, dimana tujuan pelaksanaan
audit tersebut untuk memastikan kesesuaian tagihan PIHAK KEDUA dengan
ketentuan yang berlaku termasuk kesesuaian dengan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 Perjanjian ini

(5) Pelaksanaan audit sebagaimana dimaksud pada ayat (4) pasal ini, dilakukan sebagai
berikut:

a. Atas biaya PIHAK PERTAMA;


b. Dilakukan dengan pemberitahuan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kalender sebelum
pelaksanaan audit yang disampaikan PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA;
c. Pelaksanaan audit dilaksanakan paling lambat dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja,
dilanjutkan dengan pembuatan pelaporan audit oleh P I H A K P E R T A M A paling
lambat dalam 3 (tiga) hari kerja;
d. Penyelesaian pembayaran (settlement/adjusment) dilakukan paling lambat dalam
30 (tiga puluh) hari kalender setelah PIHAK PERTAMA memaparkan laporan hasil
audit kepada PIHAK KEDUA;
e. PIHAK PERTAMA dapat menunjuk pihak lain untuk melakukan audit;
f. PIHAK KEDUA wajib mengizinkan perwakilan PIHAK PERTAMA dan menyediakan
dokumen dan data yang diperlukan;
g. Permintaan dan penyampaian dokumen dan data audit dilaksanakan pada jam
kerja PIHAK KEDUA;
h. Apabila terdapat Kerjasama antara PIHAK KEDUA dengan Pihak Ketiga yang
berkaitan dengan Pelaksanaan Perjanjian ini, maka PIHAK KEDUA wajib memastikan
dan menuangkan ketentuan mengenai hak akses PIHAK PERTAMA terhadap
dokumen dan data milik Pihak Ketiga dalam Perjanjian antara PIHAK KEDUA dengan
Pihak Ketiga tersebut.
- PIHAK PERTAMA
111 PIHAK KEDUA
i. PARA PIHAK termasuk perwakilannya, akan menjaga kerahasiaan informasi non-
publik yang diperoleh dari pelaksanaan audit tersebut.
(6) Dalam pelaksanaan audit terhadap tagihan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) P a s a l i n i , PIHAK PERTAMA berhak melakukan penundaan pembayaran atas tagihan
pembayaran tersebut atau dapat melakukan pembayaran melalui suatu rekening khusus
(Escrow Account) yang dibuat oleh PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA yang beban
biayanya menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA sampai dilakukan penyesuaian
pembayaran.
(7) Dalam hal dilakukan audit sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan/atau pelaksanaan
penundaan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (6) Pasal ini, PIHAK KEDUA
wajib untuk tetap melaksanakan kewajibannya sesuai Perjanjian ini.
(8) Dalam rangka penerapan tata kelola yang baik (Good Corporate Governance) di lingkungan
PIHAK PERTAMA, jika dalam proses pelaksanaan Perjanjian ini PIHAK KEDUA mengetahui
adanya tindakan kecurangan, pelanggaran peraturan atau hukum, konflik kepentingan,
penyuapan/gratifikasi maupun kelakuan tidak etis yang dilakukan oleh pegawai PIHAK
PERTAMA, agar melaporkan melalui Whistle Blower System dengan media antara lain
telepon, SMS, Whatsapp ke 08119861901, atau email ke wbpln@pln.co.id.
(9) PIHAK KEDUA yang menurut penilaian PIHAK PERTAMA sehubungan dengan
pelaksanaan Perjanjian ini terbukti melakukan larangan-larangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ayat (2) dan/atau ayat (3) Pasal ini, dapat dikenakan sanksi-sanksi dari PIHAK
PERTAMA sebagai berikut:
(1) Pemutusan Perjanjian;
(2) Apabila dilakukan Pemutusan Perjanjian, maka Jaminan Pelaksanaan dicairkan dan
disetorkan ke rekening PIHAK PERTAMA (apabila ada); dan
(3) Pengenaan daftar hitam sesuai ketentuan yang berlaku di lingkungan PIHAK
PERTAMA.

Pasal 11
KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN (K-2)

Dalam pelaksanaan pekerjaan maka aspek keselamatan menjadi sangat penting.Ruang lingkup
keselamatan ketenagalistrikan meliputi keselamatan umum, keselamatan kerja, keselamatan
instalasi dan keselamatan lingkungan. Untuk itu secara garis besar pada setiap pelaksanaan
pekerjaan, pelaksana harus memperhatikan dan melaksanakan diantaranya adalah sebagai
berikut
1. Menerapkan Standar Operation Prosedure (SOP) pada kegiatan pekerjaan.
2. Pihak pelaksana harus memperhatikan masalah Keselamatan Ketenagalistrikan (K-2).
3. Berusaha menghindari terjadinya kecelakaan dengan mentaati aturan – aturan tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
4. Briefing singkat mengenai SOP pekerjaan yang akan dilaksanakan.
5. Check list SDM yang melaksanakan pekerjaan (kondisi fisik jasmani dan rohani) check list
peralatan kerja dan Alat Pelindung Diri (APD).
6. Dokumentasi sebelum, selama dan setelah pelaksanaan pekerjaan berupa foto dokumentasi.

PIHAK PERTAMA
- PIHAK KEDUA
111
Pasal 12
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K-3)

Dalam pelaksanaan pekerjaan, maka aspek K3 menjadi sangat penting.


Vendor harus memperhatikan dan melaksanakan diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Vendor wajib mematuhi keselamatan dan kesehatan kerja dilingkungan PT. PLN (Persero);
2. Seluruh pekerja wajib memiliki dan menerapkan standard operasional prosedur (SOP) dan
instruksi kerja (IK) pekerjaan;
3. Seluruh SOP/IK dan tempat/ lokasi bekerja harus melalui proses identifikasi bahaya dan
pengendalian resiko (IBPR) terlebih dahulu. Tabel Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Resiko
atau disingkat juga HIRAC (hazad Identification Risk Assesment Control) dijadikan sebagai
lampiran kontrak; lihat lampiran
4. Sesuai hasil IBPR/ HIRAC apabila pekerjaan dan atau tempat kerja didapati berpotensi bahaya
tinggi, sangat tinggi, fatal dan seterusnya wajib mengisi Job Safety Analyst (JSA) dan Working
Permit (Ijin Kerja);
5. Menyediakan APD (Alat Pelindung Diri) secara lengkap dan layak;
6. Peralatan kerja maupun peralatan proteksi harus lengkap dan aman;
7. Untuk pekerjaan dan area kerja beresiko tinggi wajib menggunakan menerapkan buddy sistem
(tidak boleh bekerja atau masuk area kerja seorang diri);
8. Wajib menerapkan BPJS;
9. Wajib menggunakan sistem lock out dan tag out pada pekerjaan beresiko tinggi.

Pasal 13
LAIN - LAIN

1. PT. MULYA JATRA dalam pelaksanaan pekerjaannya wajib mematuhi semua ketentuan
dalam Perjanjian Kesepakatan harga Satuan (KHS) No. 0803.Pj/DAN.01.03/D04000000/2022
tanggal 13 September 2022.

2. Segala bentuk perubahan didalam kontrak rinci ini akan dibuatkan amandemen / addendum.

3. Kontrak rinci ini dibuat rangkap 3 dengan Meterai cukup.

PIHAK KEDUA PIHAK


PERTAMA
PT. MULYA JATRA
DIREKTUR UTAMA PT. PLN (Persero) UP3
PASURUAN
MANAGER

Ir. MASHUD YUSUF MT

M. ABDUL BASYID N.F

-
111 PIHAK PERTAMA
PIHAK KEDUA
-
111

Anda mungkin juga menyukai