Anda di halaman 1dari 42

DISUSUN OLEH:

1. Rasdiana Rahma Nur


(2311 100 079)
2. Firda Dwi Hartanti
(2311 100 118) SIMULASI PERSEBARAN KONSENTRASI
DOSEN PEMBIMBING: KEBOCORAN GAS DENGAN SOFTWARE
Juwari Purwo Sutikno, S.T., M.Eng., Ph.D. NI LABVIEW
Prof. Ir. Renanto Handogo, M.S., Ph.D.

Seminar Skripsi Teknik Kimia FTI-ITS Page 1


MATERI YANG AKAN DISAMPAIKAN
Pendahuluan

Kesimpulan dan Saran 2 Tinjauan Pustaka


5

Hasil dan Pembahasan 4 3 Metodologi Penelitian

Page 2
PENDAHULUAN

Page 3
LATAR BELAKANG

Namun

Kasus kebocoran methyl mercaptan Kasus kebocoran gas di Bhopal,


di DuPont LaPorte (2015) India (1984)

Page 4
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana persebaran konsentrasi kebocoran gas pada industri kimia dan model simulasi
persebaran konsentrasinya dengan software NI Labview?

TUJUAN PENELITIAN
Mensimulasikan persebaran konsentrasi kebocoran gas di dunia industri kimia menggunakan software NI
Labview dengan luaran berupa grafik yang dapat menunjukkan radius zona tidak aman dari pusat kebocoran.

MANFAAT PENELITIAN
Dapat mengaplikasikan software NI Labview melalui simulasi untuk mengetahui radius zona aman dari pusat
kebocoran gas sehingga bisa digunakan sebagai alat untuk mengantisipasi korban jiwa akibat kebocoran gas
dengan lebih cepat.

BATASAN PERMASALAHAN
 Gas yang dipilih untuk disimulasikan adalah gas SO2
 Sumber gas tidak berpindah-pindah
Simulasi menggunakan NI Labview 2013

Page 5
TINJAUAN PUSTAKA

Page 6
LOPA (Layer of Protection)
 LOPA (Layer of Protection Analysis) adalah metode safety semi-kuantitatif untuk mengetahui tindak
penanganan terhadap bahaya yang timbul

 Tahap dalam penentuan LOPA:


1. Mencatat semua dokumentasi tentang analisis bahaya, laporan
inspeksi, dll.

2. Memfokuskan untuk spesifikasi bahaya-bahaya tersebut dalam


hazard scenario.

3. Mengidentifikasi semua penyebab awal dan menentukan frekuensi


penyebab tersebut.

4. Menentukan konsekuensi dari hazard scenario yang dibuat dalam


aspek keselamatan, lingkungan, dan ekonomi.

5. Mencatat protection layer yang dapat mengurangi dampak dari


penyebab awal.

6. Mengimplementasikan protection layer yang direkomendasikan


untuk proses industri.
(Summers, 2002)

Page 7
DISPERSION MODEL

Model Plume Model Puff

(Crowl, 2011)

Page 8
DISPERSION MODEL

Arah angin dalam koordinat x, y, dan z:

 Sumbu x menunjukkan arah yang sama dengan arah angin


(downwind direction) dari titik persebaran

 Sumbu y menunjukkan arah yang berbeda dengan arah


angin (off-wind direction)

 Sumbu z menunjukkan arah ke atas dari titik persebaran


(vertical direction)

(Crowl, 2011)

Page 9
DISPERSION MODEL

Koefisien dispersi merupakan fungsi dari kondisi atmosfer dan jarak angin dari persebaran. Kondisi atmosfer
dapat digolongkan menjadi enam kelas stabilitas seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut:

Kecepatan Radiasi matahari pada Penutupan awan

permukaan angin siang hari pada malam hari

(m/s) Kuat Sedang Ringan Overcast Clear

<2 A A–B B F F
2–3 A–B B C E F
3–4 B B–C C D E
4–6 C C–D D D D
>6 C D D D D

(Crowl, 2011)

Page 10
PASQUILL-GIFFORD DISPERSION MODEL

Persamaan untuk koefisien dispersi Pasquill- Persamaan untuk koefisien dispersi Pasquill-
Gifford untuk plume model Gifford untuk puff model
Kelas stabilitas Kelas stabilitas
y (m) z (m) x atau y (m) z (m)
Pasquill-Gifford Pasquill-Gifford

Non-pemukiman: A 0,18 x0,92 0,60 x0,75


A 0,22x (1 + 0,0001x)-1/2 0,20x B 0,14 x0,92 0,53 x0,73
B 0,16x (1 + 0,0001x)-1/2 0,12x C 0,10 x0,92 0,34 x0,71
C 0,11x (1 + 0,0001x)-1/2 0,08x (1 + 0,0002x)-1/2 D 0,06 x0,92 0,15 x0,70
D 0,08x (1 + 0,0001x)-1/2 0,06x (1 + 0,0015x)-1/2 E 0,04 x0,92 0,15 x0,65
E 0,06x (1 + 0,0001x)-1/2 0,03x (1 + 0,0003x)-1
F 0,02 x0,89 0,05 x0,61
F 0,04x (1 + 0,0001x)-1/2 0,016x (1 + 0,0003x)-1
Pemukiman:
A–B 0,32x (1 + 0,0004x)-1/2 0,24x (1 + 0,001x)-1/2
C 0,22x (1 + 0,0004x)-1/2 0,20x
D 0,16x (1 + 0,0004x)-1/2 0,14x (1 + 0,0003x)-1/2
E–F 0,11x (1 + 0,0004x)-1/2 0,08x (1 + 0,0015x)-1/2 (Crowl, 2011)

Page 11
PASQUILL-GIFFORD DISPERSION MODEL

Kasus I : Plume model dengan sumber yang kontinya dan steady-state pada permukaan tanah dan gerakan angin pada
arah x dan kecepatan u konstan

Kasus II : Plume model dengan sumber yang kontinya dan steady-state pada ketinggian Hr di atas permukaan tanah
dan gerakan angin pada arah x dan kecepatan u konstan

(Crowl, 2011)

Page 12
PASQUILL-GIFFORD DISPERSION MODEL

Kasus III : Puff model dengan sumber yang kontinya dan steady-state pada permukaan tanah dan gerakan angin
pada arah x dan kecepatan u konstan

Kasus IV : Puff model dengan sumber yang kontinya dan steady-state pada ketinggian Hr di atas permukaan tanah
dan gerakan angin pada arah x dan kecepatan u konstan
2 2
𝑄𝑚 1 𝑥 − 𝑢𝑡 1 𝑦
𝐶 𝑥, 𝑦, 𝑧, 𝑡 = × exp − × exp −
(2𝜋)3/2 𝜎𝑥 𝜎𝑦 𝜎𝑧 2 𝜎𝑥 2 𝜎𝑦
2 2
1 𝑧 − 𝐻𝑟 1 𝑧 + 𝐻𝑟
× exp − + exp −
2 𝜎𝑧 2 𝜎𝑧

(Crowl, 2011)

Page 13
BUILDING DOWNWASH EFFECT
Length scale untuk aliran dan difusi di sekitar gedung:

Building Downwash Effect (PRIME Model): dimana: BS dipilih dari nilai terkecil antara Hb
(tinggi gedung) dan W (panjang
crosswind gedung), sedangkan BL
dipilih yang terbesar

Cavity/ Near-wake height:

dimana: HB : tinggi gedung


Tampak dari depan L : panjang alongwind gedung

Panjang alongwind untuk daerah cavity/ near-wake:

Tampak dari atas

Schulman, 1982 (EPA)

Page 14
BUILDING DOWNWASH EFFECT

Panjang crosswind untuk daerah cavity/ near-wake: Konsentrasi daerah far-wake:

untuk 0 < x ≤ R

untuk R < x < L + LR


dimana x adalah jarak
Antara sumber dan
gedung

Konsentrasi daerah near-wake:

Schulman, 1982 (EPA)

Page 15
SOFTWARE NI LABVIEW 2013

LabView atau Laboratory Virtual Instrumentation Engineering Workbench merupakan suatu program untuk
bahasa pemrograman visual yang dikembangkan oleh National Instrument (NI). Tujuan dari program ini adalah
mengotomatisasi penggunaan alat ukur dan proses di dalam suatu penelitian.

Visualisasi dari data pengukuran merupakan elemen kunci dari hampis semua aplikasi LabVIEW. Pada
berbagai kasus, data pengukuran lebih mudah dimengerti ketika digrafikkan pada plot 2 dimensi (2D) atau 3
dimensi (3D).

Page 16
METODOLOGI PENELITIAN

Page 17
METODOLOGI PENELITIAN
Start

Mengambil data-data dari tinjauan pustaka

Memilih permodelan matematis untuk persebaran


konsentrasi dari kebocoran gas

Membuat algoritma dari model matematis

tidak Simulasi & validasi


program
ya
Mengaji hasil analisa dan membuat kesimpulan

End

Page 18
HASIL DAN PEMBAHASAN

Page 19
SISTEM PENELITIAN
Equation:
• Pasquill-Gifford model

Input :
• Wind Velocity
• Atmospheric condition Output :
• Selection area • Concentration
• Height • Stability Class
• Flow rate gas • Graphic of distance vs concentration
• Maximum Allowable Level • Data Record of the graphic
• Building Dimension • Statement (Danger / Safe)
NI LABVIEW

Page 20
VALIDASI PROGRAM
 Program simulasi divalidasi menggunakan program CALPUFF
 Data input untuk validasi:
• Rural area, moderate day, kecepatan angin 5 m/s
• Ketinggian stack gas 10 m, flowrate gas 1 g/s

Grafik Perbandingan Hasil Simulasi pada NI Labview dengan CALPUFF untuk


Plume Model

Page 21
VALIDASI PROGRAM
Grafik Perbandingan Hasil Simulasi pada NI Labview dengan CALPUFF
untuk Puff Model

Page 22
KASUS YANG DICOBAKAN PADA SIMULASI

Pada simulasi yang dilakukan didapatkan grafik dengan data yang diambil dari contoh soal di buku “Chemical Process
Safety”, Crowl & Louvar, sebagai berikut:
•Meteorogical data : Overcast day, urban area
•Gas data : SO2, flowrate is 80 g/s
•Source height : 15 m
•Maximum allowable concentration : 3 × 10-4 g/m3 (OSHA, 2013)
For building downwash data:
•Building height : 50 m
•Distance from stack to building : 20 m
•Building length along the flow (L) : 30 m
•Building width cross the flow (W) : 30 m

Kasus di atas dicobakan pada plume model dan puff model dengan variabel kecepatan angin 3 m/s; 4 m/s; dan 8 m/s.
Tiap model terdiri dari dua simulasi, yaitu tanpa building downwash effect dan dengan building downwash effect.
Untuk puff model, ditentukan waktu persebaran selama 60 detik.

Page 23
PLUME MODEL TANPA BUILDING
DOWNWASH EFFECT

Tampilan input panel simulasi plume model tanpa


building downwash effect

Page 24
PLUME MODEL TANPA BUILDING
DOWNWASH EFFECT

Grafik konsentrasi plume model terhadap jarak pada downwind direction


(sumbu x) tanpa building downwash effect

Page 25
PLUME MODEL TANPA BUILDING
DOWNWASH EFFECT

Grafik konsentrasi plume model terhadap jarak pada crosswind direction


(sumbu y) tanpa building downwash effect

Page 26
PLUME MODEL TANPA BUILDING
DOWNWASH EFFECT

Grafik konsentrasi plume model terhadap jarak pada vertical direction


(sumbu z) tanpa building downwash effect

Page 27
PLUME MODEL TANPA BUILDING
DOWNWASH EFFECT

Tampilan input panel simulasi plume model dengan


building downwash effect

Page 28
PLUME MODEL DENGAN BUILDING
DOWNWASH EFFECT

Grafik konsentrasi plume model terhadap jarak pada downwind direction


(sumbu x) dengan building downwash effect

Page 29
PLUME MODEL DENGAN BUILDING
DOWNWASH EFFECT

Grafik konsentrasi plume model terhadap jarak pada crosswind direction


(sumbu y) dengan building downwash effect

Page 30
PLUME MODEL DENGAN BUILDING
DOWNWASH EFFECT

Grafik konsentrasi plume model terhadap jarak pada vertical direction


(sumbu z) dengan building downwash effect

Page 31
PUFF MODEL TANPA BUILDING
DOWNWASH EFFECT

Tampilan input panel simulasi puff model tanpa building


downwash effect

Page 32
PUFF MODEL TANPA BUILDING
DOWNWASH EFFECT

Grafik konsentrasi puff model terhadap jarak pada downwind direction


(sumbu x) tanpa building downwash effect

Page 33
PUFF MODEL TANPA BUILDING
DOWNWASH EFFECT

Grafik konsentrasi puff model terhadap jarak pada crosswind direction


(sumbu y) tanpa building downwash effect

Page 34
PUFF MODEL TANPA BUILDING
DOWNWASH EFFECT
Grafik konsentrasi puff model terhadap jarak pada vertical direction
(sumbu z) tanpa building downwash effect

Page 35
PUFF MODEL DENGAN BUILDING
DOWNWASH EFFECT

Tampilan input panel simulasi puff model dengan


building downwash effect

Page 36
PUFF MODEL DENGAN BUILDING
DOWNWASH EFFECT

Grafik konsentrasi puff model terhadap jarak pada downwind direction


(sumbu x) dengan building downwash effect

Page 37
PUFF MODEL DENGAN BUILDING
DOWNWASH EFFECT

Grafik konsentrasi puff model terhadap jarak pada crosswind direction


(sumbu y) dengan building downwash effect

Page 38
PUFF MODEL DENGAN BUILDING
DOWNWASH EFFECT
Grafik konsentrasi puff model terhadap jarak pada vertical direction
(sumbu z) dengan building downwash effect

Page 39
KESIMPULAN DAN SARAN

Page 40
KESIMPULAN
• Dengan simulasi ini, persebaran konsentrasi gas diprediksi dengan cepat sehingga antisipasi jika ada bahaya
kebocoran bisa cepat dilakukan.
• Plume model dan puff model memiliki persebaran gas yang berbeda. Pada persebaran tanpa building downwash
effect, konsentrasi plume model maksimum pada jarak yang lebih dekat dibandingkan dengan puff model.
• Plume model pada jarak arah downwind, semakin besar kecepatan angin maka semakin kecil jaraknya.
Sedangkan untuk puff model pada jarak arah downwind, semakin besar kecepatan anginn maka semakin besar
jaraknya.
• Dengan software NI LabVIEW ini, persebaran konsentrasi dapat diprediksi dengan cepat dan mudah
penggunaannya (user friendly).

SARAN
• Persebaran konsentrasi gas akan terlihat lebih baik lagi dengan grafik tiga dimensi (3D) dan empat dimensi (4D).
• Pada alat-alat industri kimia, perlu ditambahkan alat bantu berupa sensor deteksi gas yang akan dihubungkan
dengan program ini di NI Labview untuk memudahkan pekerja dalam memprediksi persebaran konsentrasi gas
dan antisipasi bahaya yang terjadi.

Page 41
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai