Anda di halaman 1dari 5

Pathogenesis Kandidiasis Kutis

Candida adalah jamur yang dapat hidup secara komensal di banyak lokasi
tubuh manusia. Beberapa mekanisme adaptif yang berbeda membantu Candida
bertahan hidup di daerah tubuh yang beragam. Ini juga berhubungan dengan
kemampuan C. albicans untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan pH berbeda
yang dibuktikannya dengaan kemampuannya menginfeksi banyak bagian tubuh,
seperti kulit, membran mukosa, organ interna bahkan dalam khasus infeksi berat
dapat ditemukan pada aliran darah. Dipercaya dalam penelitian tingkat gen bahwa C.
Albicans memiliki susunan genetik yang dapat diekspresikan dalam keadaan tertentu
sesuai dengan PH lingkungan yang ditempatinya.

Faktor virulensi penting lainnya adalah kemampuan Candida untuk menempel


pada jaringan inang. Protein Hwp yang dimiliki C. albicans dapat membentuk
perlekatan pada jaringan inang. Kemampuan bentuk ragi (yeast) untuk menempel
pada epitel di bawahnya merupakan langkah pertama dalam produksi hifa dan
penetrasi jaringan.

Lebih lanjut mekanisme patologis C. albicans dibagi ke beberapa tahapan (1)


sekresi hidrolase, (2) molekul yang memediasi adhesi dengan invasi bersamaan ke
dalam sel inang, (3) transisi ragi ke hifa, (4 ) pembentukan biofilm, (5) penginderaan
kontak dan tigmotropisme, (6) peralihan fenotipik, dan (7) berbagai atribut fungi.
Spesies Candida juga menghasilkan protease yang berkontribusi terhadap
patogenisitas.

Sebenarnya spesies Candidia memiliki patogenitas yang relatif rendah dengan


baiknya sistem imun tubuh dan perawatan diri yang baik (kompetisi flora normal
yang seimbang), namun jika 2 hal ini terdapat gangguan (misal pasien dengan
imunocompremise, perawatan diri yang buruk, atau penggunaan
antibiotik/Corticosteroid yang tidak bijak) maka memberikan celah bagi Candida
dapat menginfeksi bagian tubuh tertentu.

Gambaran Klinis

Candida kutis biasanya dapat menginfeksi di daerah perianal, menyebar ke


perineum dan, pada kasus yang parah, paha atas, perut bagian bawah, dan punggung
bawah. Maserasi mukosa anus dan kulit perianal sering merupakan manifestasi klinis
pertama. Papula bersisik bergabung untuk membentuk lesi yang berbatas tegas,
terkikis dengan batas bergigi. Kerah sisik yang menjorok dan dasar eritematosa dapat
terlihat. Vesicopustula lembek dengan lesi satelit di sekitar plak intertriginosa primer
juga merupakan karakteristik dan mewakili lesi primer.

Gambar 1 Gambar 2

Gambaran Cadidiasis bisa berbeda beda tergantung dari lokasi infeksi namun
terdapat kita dapat menduga adanya Intertrigo candida (Gambar 1) biasanya muncul
sebagai ruam maserasi yang sangat gatal, merah muda cerah dengan papula dan
pustula satelit. Erosio interdigitalis blastomycetica (kandidiasis interdigitalis)
bermanifestasi sebagai hiperhidrosis dan maserasi dan menyukai kulit antara jari
ketiga dan keempat.
Dalam kasus kronik bisa didapatkan Paronikia candida yang terdapat pada
lipatan kuku proksimal yang menjadi eritematosa dan bengkak kronis, dengan
hilangnya kutikula, distrofi kuku, dan onikolisis (lihat gambar 2). Hal ini biasanya
dapat dibedakan secara klinis dari paronikia akut, yang disebabkan oleh
Staphylococcus aureus dan muncul dengan pembentukan abses proksimal. Ini bisa
menjadi sekunder untuk infeksi bakteri dengan Pseudomonas, yang menampilkan
perubahan warna hijau di bawah kuku. Persiapan kalium hidroksida (KOH) sangat
membantu dan kemungkinan menunjukkan yeast candida.

Diagnosis

Untuk mendiagnosis candidiasis cutis adalah dengan memperhatikan


manifestasi klinis yang dimiliki pasien dengan melihat bentuk lesi yang terdapat pada
kulit yang terinfeksi. Biasanya manifestasi yang muncul sebagai ruam maserasi yang
sangat gatal, merah muda cerah diikuti papula bersisik bergabung untuk membentuk
lesi yang berbatas tegas, terkikis dengan batas bergigi. Kerah sisik yang menjorok
dan dasar eritematosa dapat terlihat. Vesicopustula lembek dengan lesi satelit di
sekitar plak intertriginosa primer juga merupakan karakteristik dan mewakili lesi
primer. (lihat gambar 1)

Studi Laboratorium

Pewarnaan KOH adalah metode termudah dan paling hemat biaya untuk
mendiagnosis kandidiasis kulit, tetapi penggunaannya tidak cukup tanpa adanya bukti
klinis pendukung lainnya. Kultur dari pustula utuh, jaringan biopsi kulit, atau kulit
yang mengalami deskuamasi dapat membantu mendukung diagnosis.
Pemeriksaan mikroskopis kerokan kulit yang dibuat dengan pewarna putih
calcofluor adalah cara sederhana untuk mendeteksi ragi dan pseudohifa C albicans. C
albicans berikatan secara nonspesifik dengan polisakarida yang ditemukan di dinding
sel jamur dan menghasilkan warna cerah yang berbedadalam pola karakteristik
organisme bila dilihat di bawah mikroskop fluoresensi.

Temuan histologis

Spesimen biopsi kulit yang diwarnai dengan pewarnaan asam-Schiff periodik


menunjukkan hifa yang tidak bersepta. Kehadiran hifa nonseptated memungkinkan
kandidiasis kulit untuk dibedakan dari tinea. Secara klasik, neutrofil terlihat di
stratum korneum.

Tatalaksana

Obat pilihan pertama adalah antifungi golongan Azol. Golongan ini adalah
sekelompok agen antimikotik sintetik dengan spektrum aktivitas yang luas. Obat
utama yang tersedia termasuk ketoconazole, miconazole, fluconazole, itraconazole,
dan econazole. Mekanisme kerja azol adalah menghalangi sintesis ergosterol, sterol
utama dalam membran sel jamur. Penipisan ergosterol mengubah fluiditas membran
sel dan mengubah kerja enzim yang berhubungan dengan membran. Hal ini
mengakibatkan penghambatan replikasi dan penghambatan transformasi bentuk ragi
candida menjadi hifa, yang merupakan bentuk parasit invasif dan patogen.

Alternatif selanjutnya adalah Nistatin dan amfoterisin yang merupakan


poliena, yang aktif melawan beberapa jamur tetapi memiliki sedikit tindakan pada sel
mamalia dan tidak ada tindakan pada bakteri. Mereka mengikat membran sel dan
mengganggu permeabilitas dan fungsi transportasi. Antibiotik ini bertindak sebagai
ionofor dan menyebabkan kebocoran kation.
Dan juga perlu diedukasi kepada pasien untuk selalu menjaga kulit selalu
bersih dan kering untuk mencegah terjadi nya infeksi berulang. Pada bayi tindakan
praktis yang dapat diberikan adalah pakaian dan popok agar teteap selalu kering dan
tidak lembab. Pengeringan udara, penggantian popok yang sering, dan penggunaan
bedak bayi dan pasta seng oksida adalah tindakan pencegahan yang memadai.

Anda mungkin juga menyukai