Anda di halaman 1dari 39

A.

PENGERTIAN MATRIKS
1. Definisi Matriks

Suatu tabel sering ditemukan di sekitar kita, misalkan tabel hasil


pertandingan sementara Grup A Liga Champions UEFA, tabel kendungan zat
kimia tertentu dalam obat, tabel konversi mata uang dolar terhadap rupiah dalam
kurun waktu tertentu, dan tabel-tabel laiinya. Mengapa data tersebut disajikan
dalam bentuk tabel? Tabel dengna tujuan agar data mudah dibaca dan dimengerti.
Perhatikan data pada tabel 1.1 dan 1.2.

Tabel 1.1 Hasil pertandingan Grup A Liga Champions UEFA 2016/2017

Tim Main Menang Seri Kalah


Arsenal FC 6 4 2 0
Paris Saint German 6 3 3 0
FC
Ludogorets 6 0 3 3
FC Bale 6 0 2 4

Tabel 1.2 Perbandingan komposisi zat pada beberapa jenis pupuk

Jenis Pupuk Nitrogen Fosfat Kalium


A 1 0,5 3
B 2 1,5 5
C 3 1,5 4
D 4 2,5 6

Jika dari Tabel 1.1 dan 1.2, kepala kolom, kolom pertama dan garis pada tabel
dihilangkan, kemudian susunan lambing bilangan tersebut diberi tanda kurung
atau kurung siku, maka data-data di dalam tabel dapat disajikan seperti berikut.
Dari Tabel 1.1 diperoleh matriks berikut.
( )
6 4 20
6 3 30
6 0 33
6 02 4

Dari tebel 1.2 diperoleh matriks berikut.

( )
1 0,5 3
2 1,5 5
3 1,5 4
4 2,5 6

Susunan bilangan tersebut disebut matriks. Matriks didefinisikan sebagai susunan


berbentuk persegi panjang dari elemen-elemen yang diatur berdasarkan baris dan
kolom.

2. Notasi, Elemen, dan Ordo Matriks

Matriks dinotasikan dengan huruf kapital seperti A , B , C , dan sebagainya.


Jika elemen (entri) matriks tersebut berupa huruf, maka ditulis dengan huruf kecil.
Secara umum, sebuah matriks dengan m baris dan n kolom disajikan sebagai
berikut.

( )
a11 a12 a13 ⋯ a1 n baris ke-1
baris ke-2
a21 a22 a23 ⋯ a2 n baris ke-3
A= a a32 a33 ⋯ a3 n¿ ⋮
31
⋮ ⋮ ⋮ ⋮a baris ke-
am 1 am 2 a m 3 ¿ mn

Kolom ke-
Kolom ke-
Kolom ke- Kolom ke-
1 2 3

Dengan a ij menyatakan elemen matriks pada baris ke-i dan kolom ke- j , sehingga
dapat juga ditulis, matriks A=( aij ). Perhatikan beberapa contoh matriks berikut.
( ) ( )
2 −5 1 3 6
B= 17 6 , P= 0 −8 51 , dan T =
9 18 37 9 17
a b
c d ( )
Matriks B , P dan T tersebut memiliki ukuran yang berbeda. Ukuran matriks
disebut dengan ordo. Ordo atau ukuran suatu matriks ditentukan oleh banyaknya
baris dan kolom. Pada contoh matriks tersebut, matriks B terdiri atas 3 baris dan 2
kolom, maka ordo matriks B adalah 3 ×2 dibaca “3 kali 2”, ditulis B3 ×2. Dengan
cara yang sama, dapat dikatakan matriks P berordo 3 ×3 dan matriks T berordo
2 ×2.

Contoh:

1. Tuliskan ordo dari setiap matriks berikut.

( ) ( )
2 6 4 8 −6
a. A= −1 c. C= 13 48 −16
0
2 10 23 7

b. B= (
7 −5 −8
41 0 12 )
Penyelesaian:

( )
2 6
a. A= −1 2 baris
0
2

2 kolom

Banyak baris = 2 dan banyak kolom = 2 sehingga matriks A berordo 2 ×2


atau ditulis A2 × 2.

2 baris
b. B= ( 7 −5 −8
41 0 12 )
3 kolom
Banyak baris = 2 dan banyak kolom = 3 sehingga matriks B berordo B2 ×3,
ditulis B2 ×3.

c. Dengan cara yang sama pada a dan b, diperoleh ordo matriks C adalah
3 ×3 , ditulis C 3× 3.

( )
5 4 10 9
5 4 01 8
5 3 20 8
2. Diketahui matriks A= 5 3 11 7
5 3 02 6
5 2 21 6
5 1 04 2

Berdasarkan matriks tersebut, tentukan:


a. Banyak baris
b. Banyak kolom
c. Ordo matriks
d. Elemen-elemen pada baris ke-2
e. Elemen-elemen pada kolom ke-3
f. Elemen pada baris ke-2 dan kolom ke-3 ( a 23 )
g. Elemen pada baris ke-4 dan kolom ke-2 ( a 42 )
h. Nilai a 35
i. Nilai a 53
j. Nilai a 75

Penyelesaian:

a. Banyaknya baris adalah 7


b. Banyaknya kolom adalah 5
c. Ordo matriks A adalah 7 ×5
d. Elemen-elemen pada baris ke-2 adalah 5, 4, 0, 1, dan 8
e. Elemen-elemen pada kolom ke-3 adalah 1, 0, 2, 1, 0, 2 dan 9.
f. Elemen pada baris ke-2 dan kolom ke-3, ditulis a 23 adalah 0
g. Elemen pada baris ke-4 dan kolom ke-2, ditulis a 42 adalah 3
h. Nilai a 35 =8
i. Nilai a 53 =0
j. Nilai a 75 =2.

3. Macam-Macam Matriks

Berikut adalah jenis-jenis matriks ditinjau dari banyaknya baris dan kolom
penyusunnya.

a. Matriks baris, yaitu matriks yang hanya terdiri atas satu baris. Misalnya,
A1 ×2 =( 2 5 ) , B1 ×3=( 1 −8 25 ), dan C 1× 4 =(−2 0 14 8 ) .
b. Matriks kolom, yaitu matriks yang hanya terdiri atas satu kolom. Misalnya,

()
3

()
9
P2 ×1= ( )
2
−17
, Q3 ×1= −7 , dan R4 ×1=
8
−9
0
15
c. Matriks persegi, yaitu matriks dengan banyak baris sama dengan banyak
kolom. Misalnya,

( )
2 −1 8
(
A2 × 2= 2 −1
0 7 )
, dan T 3 ×3= 9 −6 15 .
23 4 0
d. Matriks nol, dinotasikan O , merupakan matriks yang semua elemennya nol.
Misalnya,

O1 ×2=( 0 0 ), dan O2 ×2= (00 00)


e. Matriks identitas, (satuan), dinotasikan I , yaitu matriks persegi yang elemen
diagonal utamanya 1 dan elemen lainnya nol. Misalnya,
( )
1 0 0
( )
I 2× 2= 1 0 , dan I 3× 3= 0 1 0
0 1
0 0 1
f. Matriks segitiga atas, yaitu matriks persegi yang elemen-elemennya di bawah
diagonal utama adalah nol. Misalnya,

( )
−2 2 6
(
0 7 )
B2 ×2= 2 −1 dan C 3× 3= 0 −3 4
0 0 −1
g. Matriks segitiga bawah, yaitu matriks persegi yang elemen-elemennya di atas
diagonal utama adalah nol. Misalnya,

( )
1 0 0
M 2 ×2= (
8 0
2 −5 )
, dan N 3 ×3 = 2 9 0 .
5 8 −1

4. Kesamaan Matriks

Dua matriks A dan B dikatakan sama jika ordo kedua matriks sama dan
elemen-elemennya yang seletak (bersesuaian) sama.

Contoh:

1. Perhatikan matriks-matriks berikut.

( ) ( ) (
E= 1 2 , F= 1 3 , G= 0 2 , dan H= 1 2 .
−9 8 −9 6 −9 8 −9 8 ) ( )
Manakah di antara matriks-matriks tersebut yang sama?

Penyelesaian:

Matriks yang sama adalah E dan H , karena ordo kedua matriks sama dan
elemen-elemen keduanya yang seletak sama. Oleh karena itu, dapat ditulis
E=H .

2. Tentukan nilai a dan b dari kesamaan matriks berikut.

( 40 −21 )=( 4b a1 )
Penyelesaian:

Diketahui ( 40 −21 )=( 4b a1), maka a=−2 dan b=0.


3. Tentukan nilai x , y dan z dari kesamaan dua matriks berikut.

(62z −6 8
= )(
8 z −2 2 x−4 8 3 z
2y −6 8 )
Penyelesaian:
Elemen baris ke-1 dan kolom ke-1 ( a 11) :
2 x−4=2
⇔ 2 x=6
⇔ x=3
Elemen baris ke-1 dan kolom ke-3 ( a 13 ) :
3 z=z−2
⟺ 3 z−z=−2
⟺ 2 z =−2
⟺ z=−1
Elemen baris ke-2 dan kolom ke-1 ( a 21 ) :
2 y=6 z
⟺ y=3 z
⟺ y=3 (−1 )
⟺ y=−3
Jadi, nilai x , y dan z berturut-turut adalah 3 ,−3 , dan −1.

5. Transpos Matriks

Transpos suatu matriks adalah matriks baru yang diperoleh dengan


mengubah susunan kolom suatu matriks menjadi baris dan susunan baris menjadi
T
kolom. Transpos matriks A=( aij ) dengan ordo m× n ditulis A =( aij ) dan ordonya
n × m. Misalnya, diketahui matriks A dan P sebagai berikut.
( )
1 4
( ) ( )
A= 2 −6 ⟹ A T = 2 0 dan P= 1 2 3 ⟹ PT = 2 5
0 1 −6 1 4 5 6
3 6
( )
Contoh:

( )
3 5

( )
1 −4 7
0 −1
1. Tentukan transpos dari matriks A= dan B= −9 0 5
−2 7
3 −2 1
4 −6
Penyelesaian:

( )
3 5
A= 0 −1
−2 7
⟹ A T = 3 0 −2 4(
5 −1 7 −6 )
4 −6

( ) ( )
1 −4 7 1 −9 3
T
B= −9 0 5 ⟹ B = −4 0 −2
3 −2 1 7 5 1

2. Diketahui matriks K= ( 4 x+4 y 3 x−2 y


−1 )dan L= (
12 4
−2 −1 )
. Jika K= LT .

Tentukan nilai x dan y .


Penyelesaian:
T
K= L

⟺ ( 4 x4+ y 3 x−2 y
−1
=)(
12 −2
4 −1 )
Dari kesamaan matriks tersebut diperoleh.

| |
4 x+2 y=12 × 2 8 x + 4 y=24
3 x−2 y=−2 × 1 3 x−2 y=−2
11 x=22
x=2
Substitusi nilai x=2 ke persamaan 4 x+2 y=12 .
4 x+2 y=12
⇔ 4 (2)+2 y=12
⟺ 8+ y =12
⟺ y=4
Jadi, nilai x=2 dan y=4 .

B. OPERASI PADA MATRIKS


1. Penjumlahan dan Pengurangan

Penjumlahan dan pengurangan dua matriks dapat dilakukan jika matriks


tersebut mempunyai ordo yang sama. Cara menentukan hasil penjumlahan dan
pengurangan dua matriks atau lebih adalah dengan menjumlahkan atau
mengurangkan elemen-elemen yang seletak (bersesuaian).

Tabel 1.3 Konsumsi bahan bakar campuran bensin dan solar mesin I dan II pada
dua percobaan

Bahan Percobaan I Percobaan II Total


Bakar Mesin I Mesin II Mesin I Mesin II Mesin I Mesin II
Bensin 2L 3L 1L 4L 3L 7L
Solar 1L 2L 3L 1L 4L 3L

Jika data pada tabek tersebut ditulis dalam bentuk matriks, total konsumsi
bahan bakar kedua mesin dapat dituliskan sebagai berikut.

(21 32)+(13 41 )=(1+3


2+1
)( )
3+ 4 = 3 7
2+ 1 4 3

Hasil penjumlahan menunjukkan matriks hasil penjumlahan berordo sama


dengan matriks yang dijumlahkan. Elemen-elemen pada matriks hasil
penjumlahan diperoleh dari penjumlahan elemen-elemen yang seletak pada
matriks yang dijumlahkan.
Contoh:

1. Diketahui P= ( 54 −2
10 )
, Q=(
−1 8 )
6 −2
, R=(
10
1
−2 3
0 −4 )
, S= ( 2 −3 ) , dan

T =(−1 8 ). Tentukan hasil penjumlahan matriks berikut.


a. P+Q
b. S+T
c. P+ R

Penyelesaian:

a. P+Q= ( 54 −2 ) +(
10 −1 8
6 −2
)=
( 5+6
4+(−1)
−2+(−2)
10+8
=
)(
11 −4
3 18 )
b. S+T =( 2 −3 ) + (−1 8 )=( 2+(−1) −3+8 ) =( 1 5 )

c. P+ R= (
5 −2 + 10 −2 3
4 10 1 0 −4 )( )
Kedua matriks tidak dapat dijumlahkan karena ordonya berbeda.

2. Diketahui A=
8 0 12
,(
1 5 −6 B= 0 8 −9
−6 10 7 ) (
, dan C=
5 −7 16
−15 6 7 )
. ( )
Tentukan matriks A+(B+ C) dan ( A+ B ) +C . Apakah hasil keduanya sama?

Penyelesaian:

A+ ( B+C )= ( 18 5 −6
0 12
+) ((
0 8 −9
−6 10 7
+ )(
5 −7 16
−15 6 7 ))
12 (−6+(−15) 10+6
( 18 50 −6 ) )
0+5 8+(−7) −9+16
¿ +
7 +7

¿( ) +(
−21 16 14 )
1 5 −6 5 1 7
8 0 12

( 8+(−21) 0+16
¿ 1+5
12+14 )
5+1 −6+7

¿(
−13 16 26 )
6 6 1
((
( A+ B ) +C= 1 5 −6 + 0
8 0 12
8 −9
−6 10 7 )(
+
5 −7 16
−15 6 7 )) ( )
¿
( 8+(−6)
1+ 0 5+8 −6+(−9)
0+10 12+ 7
+
−15 6)(
5 −7 16
7 )
(
¿ 1 14 −15 + 5 −7 16
2 10 19 −15 6 7)( )
¿
( 1+5
2+(−15)
14 +(−7) −15+16
10+6 19+7 )
¿ (−13
6 7 1
16 26 )
Kedua hasil penjumlahan sama, sehingga A+ ( B+C )=( A+ B ) +C .

Serupa dengan penjumlahan, pengurangan matriks dapat dilakukan dengan


mengurangkan elemen-elemen yang seletak atau bersesuaian.

Contoh:

1. Diketahui P=
4 10( −1 8
,) ( 1 0 −4
, ) (
5 −2 Q= 6 −2 R= 10 −2 3 S= −1 8 4
,
18 −7 2
, ) ( )
T =( 2 −3 ), dan U =(−1 8 ) . Tentukan:
a. Q−P d. U −T
b. P−Q e. P−S
c. R−S

Penyelesaian:

(−16 −28 )−(54 −2 )=( )=(


−5 −2 )
6−5 −2− (−2 ) 1 0
a. Q−P=
10 −1−4 8−10

b. P−Q=( 5 −2 )−( 6 −2 )=
4 10 −1 8 (4−5−6(−1) −2−
10−8 ) ( 5 2 )
(−2 ) −1 0
=
c.

R−S= (101 −2 3
0 −4
− )(
−1 8 4
18 −7 2
=
1−18 )(
10−(−1 ) −2−8 3−4
=
11 −10 −1
0−(−7 ) −4−2 −17 7 −6 )( )
d. U −T =(−1 8 )−( 2 −3 )=(−1−2 8−(−3 ) )= (−3 11 )

e. P−S=
4 10 (
5 −2 − −1 8
18 −7 )( 4
2 )
Kedua matriks tidak dapat dioperasikan karena ordonya berbeda.

2. Diketahui A= (37 4 2
8 3 ) (
, B=
2 4 1
1 3 7
, C= ) (
6 6 7
3 8 8 )
. Tentukan ( A−B )−C

dan A−( B−C ). Apakah hasil keduanya sama?


Penyelesaian:

(( )( )) ( )(
( A−B )−C= 3 4 2 − 2 4 1 − 6 6 7 = 3−2 4−4 2−1 − 6 6 7 = 1 0 1
7 8 3 1 3 7 3 8 8 7−1 8−3 3−7 3 8 8 6 5 −4 )( )(

( ) (( )( )) (
A−( B−C )= 3 4 2 − 2 4 1 − 6 6 7 = 3 4 2 − −4 −2 −6 = 7 6 8
7 8 3 1 3 7 3 8 8 7 8 3 −2 −5 −1 9 13 4 )( )( )
Hasil tidak sama, sehingga ( A−B )−C ≠ A− ( B−C ) .

Secara umum , untuk setiap matriks A , B dan C yang berordo sama,


berlaku sifat-sifat operasi penjumlahan sebagai berikut.

a. Sifat asosiatif, A+ ( B+C )=( A +B)+C .


b. Sifat komutatif, A+ B=B+ A
c. Sifat penjumlahan dengan matriks nol menghasilkan matriks itu sendiri,
A+0=0+ A= A

Pada pengurangan, tidak berlaku sifat-sifat tersebut. Misalnya sifat


komutatif, tidak berlaku, sehingga A−B ≠ B− A .

2. Perkalian skalar dengan Matriks


Misalkan k suatu skalar dan A sebuah matriks, maka kA adalah sebuah
matriks yang didapat dengan cara mengalikan setiap elemen matriks A dengan
skalar k .

Contoh:

( 54 −2
1. Diketahui P=
10 )
, Q=(
−1 8 )
6 −2
, R=(
10
−10
−20
0
5
−40 )
, dan

S=(
18 −7 2 )
−1 8 4
. Tentukan:

a. 2 P c. 3 P−2 Q
2
b. R
5

Penyelesaian:

a. 2 P=2 ( 54 −2
10
= )(
2(4) 2(10)
=
)(
2(5) 2(−2) 10 −4
8 20 )
b.

( )(
2 2 2
(10) (−20) (5)
2
5
R=
5 −10 (
2 10 −20
0
5
−40
=
2
5
(−10)
5
2
(0)
)
2
5
(−40)
=
4 −8 2
−4 0 −16 )
5 5 5

c. 3 P−2 Q=3 (54 ) (


−2
10
−2
6 −2
−1 8
= )(
3 (5) 3(−2)
3(4) 3(10)
− )(
2(6) 2(−2)
2(−1) 2(8) )
¿(
12 30 ) (−2 )
15 −6 12 −4

16

¿ ( 15−12 −6−(−4)
12−(−2) 30−16 )
¿ ( 143 −2
14 )

2. Diketahui X adalah matriks berorde 2 ×2. Tentukan matriks X yang

memenuhi (−16 −28 )+ 12 X=3( 24 −5


−3 )
Penyelesaian:

(−16 −28 )+ 12 X=3( 24 −5


−3 )

1
2
X =3 ()(
2 −5

6 −2
4 −3 −1 8 )
X =( 6 −15) −( 6 −2 )
1

2 12 −9 −1 8

X =( 0 −13 )
1

2 13 −17

⟺ X =2 ( 0 −13 )=( 0 −26 )


13 −17 26 −34

3. Tentukan nilai a , b dan c jika diketahui P=(−1 0 ) (


2 3 Q= a+ 2 b+1
,
c −4 )
, dan

R= (−32 −1
8)sehingga berlaku P−2 Q=R .

Penyelesaian:
P−2 Q=R

⟺ (−12 30)−2 ( a+2c b+1


−4 ) (−3 8 )
=
2 −1

−2 ( ) =( )−(
−1 0 )
a+2 b +1 2 −1 2 3

c −4 −3 8

−2 ( ) =(
−2 8 )
a+2 b +1 0 −4

c −4

⟺ ( a+2
c −4 ) 2 (−2 8 )
b+ 1 = −1 0 −4

⟺ ( a+2
c −4 ) (−1 4 )
b+ 1 = 0 2

Dari persamaan matriks tersebut, diperoleh persamaan berikut.


a+ 2=0 ⟺ a=−2
b+1=2 ⟺ b=1
c=1
Jadi, nilai a=−2 , b=1 dan c=1 .
3. Perkalian Matriks dengan matriks

Dua matriks dapat dikalikan jika banyak kolom matriks pertama (matriks
sebelah kiri) sama dengan banyak banyak baris matriks kedua (matriks sebelah
kanan). Matriks baru hasil perkalian mempunyai ordo banyaknya baris matriks
pertama dikali banyaknya kolom matriks kedua.

Elemen-elemen hasil perkalian dua matriks diperoleh dengan


menjumlahkan hasil perkalian elemen-elemen baris pada matriks pertama dengan
elemen-elemen kolom pada matriks kedua.

( ac db )( eg hf )=( ac ∙∙ e+e+bd ∙∙ gg a ∙ f +b ∙ h
c∙f +d∙h )

Contoh:

1. Tentukan hasil perkalian kedua matriks berikut.

()
8
a. ( ) ( )
1 2
3 4
dan
5 6
7 8
b. (
2 −4 7
5 6 3
dan −1
10
)
Penyelesaian:

a. (13 24)( 57 68)=( 13((55))++2(7)


4(7)
1 ( 6 )+2( 8)
3 ( 6 ) +4 (8)
=
)(
5+14 6+ 16
15+28 18+ 32
=
19 22
43 50)( )
)( )(
8
b. ( 2 −4 7
5 6 3
−1 =
10
2 ( 8 ) + (−4 ) (−1 ) +7(10)
5 ( 8 )+ 6 (−1 )+ 3(10)
=
16+ 4+70
40−6+30
=
90
64 )( )( )

2. Jika matriks A= (30 −26 ), tentukan nilai A . 2

Penyelesaian:
2
A = A ∙ A= (03 )(
−2 0 −2
6 3 6 )
¿
( 03( 0( )0+)+(−26(3)) (3) 0 (−2 ) +(−2)(6)
3 (−2 )+ 6(6) )
(
¿ 0−6 0−12
0+18 −6+36 )
¿ ( −6 −12
)
18 30

3. Diketahui matriks A=
2 −1
3 5
dan B=
0 4
−2 6 ( )
. Tentukan matriks AB dan ( )
BA . Apakah matriks AB=BA ?

Penyelesaian:

AB= ( 23 −15 )(−20 46 )


¿
( 2 ( 0 )+(−1)(−2) 2 ( 4 )+(−1)6
3 ( 0 ) +5(−2) 3 ( 4 )+ 5(6) )
¿( 0−10
0+2
12+30 )
8−6

¿(
−10 42)
2 2

(
BA= 0 4 2 −1
−2 6 3 5 )( )
¿
( 0 ( 2 ) + 4(3) 0 (−1 )+ 4 (5)
−2 ( 2 ) +6 (3) −2 (−1 ) +6(5) )
¿ (−40+12
+18
0+ 20
2+30 )
¿ ( 1214 2032)
Dari jawaban tersebut, dapat disimpulkan bahwa AB≠ BA (tidak komutatif).
Perhatikan kembali syarat perkalian dua matriks. Hasil kali dua matriks A
dengan ordo m× n dan matriks B dengan ordo n × p adalah sebuah matriks C= AB
yang berordo m× p.

Am × n ∙ Bn × p=Cm × p

Contoh:

( )
4 7
1. Diketahui P= (2 0 1 ), Q= ( ) (
5
−3
, R=
2 −1
3 5
, S=
1 0
0 1 ) ( )
, T= 0 8 ,
−5 −3

()
2
dan U = −9 . Tentukan matriks tersebut.
1
a. PU c. RT
b. UP d. SQ

Penyelesaian:

( )
2
a. PU =( 2 0 1 ) −9 =( 2 ( 2 ) +0 (−9 ) +1(1) )=( 4+0+ 1 )=( 5 )
1

() ( )( )
2 2( 2) 2 (0) 2(1) 4 0 2
b. UP= −9 ( 2 0 1 )= (−9 ) ( 2 ) (−9 )( 0 ) (−9)(1) = −18 0 −9
1 1( 2) 1 (0) 1(1) 2 0 1

)( )
4 7
c. RT = (
2 −1
3 5
0 8
−5 −3
Tidak dapat dikalikan karena banyaknya kolom matriks pertama dengan
banyaknya baris matriks kedua tidak sama.

( )
2 1
2. Diketahui matriks A= ( 2 3
1 −5
, B= ) (
4 8
6 −1 )
, dan C= −2 5 . Tentukan
4 7
matriks C ( A+ B )
Penyelesaian:
A+ B= (21 −53 )+( 46 −18 )=(67 11
−6 )

( )(
2 1
C ( A+ B ) = −2 5 6 11
4 7
7 −6 )

( )
2 (6 ) +1(7) 2 ( 11 ) +1(−6)
¿ −2 ( 6 ) +5(7) −2 ( 11 ) +5(−6)
4 ( 6 ) +7(7) 4 ( 11 ) +7 (−6)

¿ (−12+
12+7
35
22−6
¿
¿ 24+ 49 ¿ 44−42 ¿ ¿ )
( )
19 16
¿ 23 −52
73 2

3. Diketahui matriks X = (51 37 ) dan Y =(27 −5


10 )
. Tentukan matriks ( XY −Y )T .

Penyelesaian:

XY = (15 37)(27 −5
10 )
¿
( 15(( 22)) +3+7 (7)
(7)
1 (−5 ) +3(10)
5 (−5 ) +7(10) )
¿( 10+49 −25+70 )
2+21 −5+30

¿(
59 45)
23 25

XY −Y = ( 2359 2545)−( 27 −5
10 )

¿(
52 35 )
21 30

Jadi, matriks ( XY −Y ) =(
52 35 ) ( 30 35 )
T
21 30 = 21 52
T
.
Jika A , B dan C adalah matriks-matriks yang memenuhi syarat-syarat
perkalian matriks, maka pada perkalian matriks berlaku sifat-sifat berikut.

a. Bersifat asosiatif, A ( BC )=( AB ) C


b. Bersifat distributive terhadap penjumlahan, A ( B +C ) =AB+ AC dan
( B+C ) A=BA+ CA .
c. Perkalian suatu matriks dengan matriks identitas ( I ) menghasilkan matriks itu
sendiri, AI =IA =A .

C. DETERMINAN DAN INVERS MATRIKS


1. Determinan Matriks Berordo Dua dan Berordo Tiga

Determinan A dinyatakan dengan det ( A ) atau | A|. Matriks yang memiliki

determinan hanya matriks persegi. Misalkan dikethui matriks A= ( ac bd).


Determinan A didefinisikan sebagai berikut.

|ac bd|=ad−bc
det ( A )=

Determinan matriks berordo tiga dapat dihitung dengan beberapa cara,


salah satunya dengan aturan Sarrus. Langkah-langkah menemukan determinan
matriks berordo tiga dengan aturan Sarrus adalah sebagai berikut.

a. Letakkan kolom pertama dan kedua di sebelah kanan garis vertikal dari
determinan.
b. Jumlahkan hasil kali unsur-unsur yang sejajar diagonal utama dengan hasil
kali unsur-unsur yang sejajar diagonal utama pada arah kanan, kemudian
dikurangi dengan hasil kali unsur-unsur yang terletak sejajar dengan diagonal
samping.
( )
a11 a12 a13
Misalkan diketahui matriks A= a21 a22 a23 . Perhatikan skema
a31 a32 a33

menghitung determinan berordo tiga dengan aturan Sarrus berikut.

| |
a11 a 12 a13
det ( A)=| A|= a21 a 22 a23
a31 a 32 a33

| |
a11 a12 a 13 a11 a12
¿ a21 a22 a 23 a21 a22
a31 a32 a 33 a31 a32

¿ ( a 11 a22 a 33+ a12 a23 a31+ a13 a21 a32 )−¿

( a 31 a22 a 13 +a32 a23 a 11+a 33 a21 a 12 )


Cara lain menghitung determinan matriks berordo tiga adalah dengan
menghilangkan salah satu baris dan kolom matriks tersebut berdasarkan ekspansi
baris atau kolomnya, sehingga menjadi determinan berordo dua. Cara ini
memungkinkan determinan berordo tiga baris atau kolom. Cara ini
memungkinkan determinan berordo tiga diselesaikan dengan banyak model.

Perhatikan skema model berdasarkan ekspansi baris pertama berikut.

| |
a11 a12 a13
a
|
a a a
| |
a a
det ( A )=| A|=¿ a21 a22 a23 =a11 22 23 −a12 21 23 + 21 22 ¿
a31 a32 a33
a 32 a33 a31 a33 a31 a 32 || |
Perhatikan pula skema model berdasarkan ekspansi kolom pertama berikut.

| |
a11 a12 a13

a31 a32 a33


a
|
a
a 32 a33
a a
a32 a33 | |
a a
det ( A )=| A|=¿ a21 a22 a23 =a11 22 23 −a21 12 13 + a31 12 13 ¿
a22 a23 | | |
Contoh:
( )
−1 2 −3
1. Tentukan determinan matriks P= 5 −2
−4 3
dan matriks(Q= 0 5 −4
1 4 0
)
Penyelesaian:

| |
det ( P )=|P|=¿ 5 −2 =5 ( 3 )− (−2 )(−4 )=15−8=7 ¿
−4 3

| |
−1 2 −3 −1 2
det (Q )=|Q|=¿ 0 5 −4 0 5 ¿
1 4 0 1 4

¿ ( (−1 ) ( 5 ) ( 0 ) +2 (−4 )( 1 ) + (−3 ) ( 0 ) ( 4 ) )−(1 ( 5 )(−3 )+ 4 (−4 ) (−1 ) +0(0)(2))

¿ ( 0−8+0 ) −(−15+16+0 )

¿−8−1=−9

Cara lain dengan ekspansi baris dan kolom berdasarkan baris pertama.

| |
−1 2 −3
0 5 −4 =−1
1 4 0
5 −4
4 0
−2
0 −4
1 0 |
+(−3)
0 5
1 4 | | | | |
¿ (−1 ) ( 0−(−16) )−2 ( 0−(−4 ) ) + (−3 )( 0−5 )

¿−16−8+15=−9

2. Tentukan nilai x dari persamaan berikut.

| |
x−1 1 3
a. |3x 2
−5 1 |
=2 x−3 b. −1 2 −4 =5
3x 2 5

Penyelesaian:

a. |−53 x 21|=2 x−3


⟺ 3 x−(−10 ) =2 x−3
⟺ 3 x+ 10=2 x−3

⟺ x=−13

| |
x−1 1 3
b. −1 2 −4 =5
3x 2 5
⟺ ( x−1 ) ( 2 )( 5 ) +1 (−4 ) (3 x ) +3 (−1 ) (2 )−3 x ( 2 ) ( 3 )−2 (−4 ) ( x −1 )−5 (−1 )( 1 ) =5
⟺ ( x−1 ) (10 )−12 x−6−18 x +8 ( x−1 ) +5=5
⟺ 10 x−10−12 x−6−18 x+ 8 x−8+5=5
⟺−12 x=24
⟺ x=−2

3. Manakah yang termasuk matriks singular dan matriks nonsingular

a. A=
2 4
3 6 ( ) b. B= (
4 −10
−2 −5 )
Penyelesaian:
a. det ( A )=2 ( 6 ) −4 (3)=12−12=0
Determinannya ¿ 0 , sehingga A disebut matriks singular.
b. det ( B ) =4 (−5 )−(−2 ) (−10 )=−20−20=−40
Determinannya ≠ 0, sehingga B disebut matriks nonsingular.

2. Adjoin Matriks Berordo Dua dan Berordo Tiga

Misalkan matriks A= ( ac bd). Adjoin A ditulis adj A dan didefinisikan


sebagai berikut.

Adj ( A ) = (−cd −b
a )
Sebelum mendefinisikan adjoin matriks berordo tiga, perhatikan penjelasan
mengenai minor dan kofaktor berikut.

Pengertian Minor, Kofaktor, dan Adjoin


( )
a b c
Jika A= d e f , maka minor dari matriks A dinyatakan oleh minor a ij
g h i
atau M ij, didefinisikan sebagai determinan submatriks setelah baris ke-i dan
kolom ke- j pada matriks A dihilangkan. Minor dari matriks A tersebut antara lain
adalah sebagai berikut.

 Baris ke-1 dan kolom ke-1 dihilangkan sehingga diperoleh matriks (he fi ).
( )
a b c
Jadi, minor a 11=|M 11|= | |
e f =ei−fh
h i
. d e f
g h i

 Baris ke-1 dan kolom ke-2 dihilangkan sehingga diperoleh matriks ( dg fi )


( )
a b c
Jadi, minor a 12=|M 12|= ( )
d f
g i
=di−fg. d e f
g h i

 Baris ke-1 dan kolom ke-3 dihilangkan sehingga diperoleh matriks ( dg eh)
( )
a b c
Jadi, minor a 13=|M 13|= ( )
d e =dh−eg
g h
d e f
g h i

 Baris ke-2 dan kolom ke-1 dihilangkan sehingga diperoleh matriks (bh ci )
( )
a b c
Jadi, minor a 21=|M 21|= ( )
b c
h i
=bi−ch. d e f
g h i

 Baris ke-2 dan kolom ke-2 dihilangkan sehingga diperoleh matriks ( ag ci )


( )
a b c
Jadi, minor a 22=|M 22|= ( )
a c
g i
=ai−cg. d e f
g h i

 Baris ke-2 dan kolom ke-3 dihilangkan sehingga diperoleh matriks ( ag bh)
( )
a b c
( )
Jadi, minor a 23=|M 23|=
a b =ah−bg
g h
d e f
g h i

 Baris ke-3 dan kolom ke-1 dihilangkan sehingga diperoleh matriks (be cf )
( )
a b c
( )
Jadi, minor a 31=|M 31|=
b c
e f
=bf −ce . d e f
g h i

 Baris ke-3 dan kolom ke-2 dihilangkan sehingga diperoleh matriks ( ad cf )


( )
a b c
( )
Jadi, minor a 32=|M 32|=
a c
d f
=af −cd . d e f
g h i

 Baris ke-3 dan kolom ke-3 dihilangkan sehingga diperoleh matriks ( ad be )


( )
a b c
( )
Jadi, minor a 33=|M 33|=
a b
d e
=ae−bd . d e f
g h i

Contoh:

( )
−1 4 0
Tentukan minor dari matriks A= 5 −2 −1
−3 6 3

Penyelesaian:

Minor dari matriks A adalah sebagai berikut.

M 11=|−26 −13 |=−2 ( 3) −(−1)( 6 )=−6+ 6=0⟹ C =(−1)11


1+1
M 11=( 1 ) ( 0 )=0

M 12=|−35 −13 |=5 ( 3 )−(−1) (−3)=15−3=12 ⟹C =(−1) 12


1+2
M 12=(−1 )( 12 )=−12

M 13=|−35 −26 |=5 ( 6)−(−2) (−3) =30−6=24 ⟹ C =(−1) 13


1+3
M 13= (1 ) ( 24 )=24
M 21= |64 03|=4 ( 3) −0 ( 6)=12−0=12⟹ C =(−1) 21
2 +1
M 21=(−1 ) ( 12 )=−12

M 22=|−1
−3 3|
0
=(−1 )( 3 )−0 (−3 ) =−3+0=−3 ⟹C =(−1 ) 22
2+2
M 22=( 1 )(−3 ) =−3

M 23= |−1
−3 6|
4
=(−1 )( 6 )−4 (−3 )=−6+12=6 ⟹ C =(−1 ) 23
2+3
M 23 =(−1 )( 6 )=−6

M 31=|−24 −10 |=4 (−1)−0(−2 )=−4 +0=−4 ⟹C =(−1) 31


3+1
M 31=( 1 ) (−4 )=−4

M 32= |−15 −10 |=(−1) (−1)−5 ( 0) =1−0=1⟹ C =(−1) 32


3+2
M 32=(−1 ) ( 1 )=−1

M 33= |−15 −24 |=(−1 )(−2)−5( 4) =2−20=−18 ⟹C =(−1) 33


3+3
M 33=( 1 ) (−18 )=−18

Jika minor a ij atau |M ij| menyatakan minor ke-ij dari matriks A , maka
kofaktor ke-ij dari matriks A , dinyatakan dengaan C ij, didefinisikan sebagai
berikut.

C ij =(−1 )i+ j|M ij|

Matriks yang elemen-elemennya merupakan kofaktor dari suatu matriks disebut


matriks kofaktor. Sementara itu, transpos dari matriks kofaktor disebut adjoin dari
A dan dinyatakan dengan adj ( A ) .

Matriks kofaktor dari matriks pada contoh dalam menentukan minor dari matriks
A tersebut adalah sebagai berikut.

( )( )
C 11 C12 C 13 0 −12 24
=
C 21 C22 C 23 −12 −3 −6
C 31 C32 C 33 −4 −1 −18

Adjoin adalah transpos dari matriks kofaktor, sehingga adjoin dari matriks A
tersebut adalah sebagai berikut.
( )
0 −12 24
Adj ( A ) = −12 −3 −6
−4 −1 −18

( )
a11 a12 a13
Berdasarkan penjelasan tersebut, adjoin matriks A= a21 a22 a23 dapat
a31 a32 a33

dituliskan sebagai berikut.

( )
| | | || |
a22 a 23
a32 a 33

a12 a13
a32 a33
a12 a13
a22 a23

Adj ( A ) = − | || | | |
a21 a 23
a31 a 33
a11 a13
a31 a33

a11 a13
a21 a23

| | | || |
a21 a 22
a31 a 32

a11 a12
a31 a32
a11 a12
a21 a22

Contoh:

Tentukan adjoin dari matriks berikut.

( )
−2 0 5
a. A= ( −2 1
5 4 ) b. A= 1 4 −1
4 −2 3

Penyelesaian:

a. Adj ( A ) = (−54 −1
2 )

( )
|−24 −13 | −|−20 53| |04 −15 |
Adj ( A ) = −|
4 3 | | 4 3| | 1 −1|
1 −1 −2 5 − −2 5
b.

|14 −24 | −|−24 −20 | |−21 04|


( )
12−2 −( 0−(−10 ) ) 0−20
¿ −( 3− (−4 ) ) −6−20 −( 2−5 )
−2−16 −( 4−10 ) −8−0

( )
10 −10 −20
¿ −7 −26 3
−18 −4 −8

3. Invers Matriks Berordo Dua dan Berordo Tiga

Misalkan A dan B adalah matriks persegi yang berordo sama sedemikian


sehingga hasil kali AB=BA , dengan I matriks identitas. Matriks B adalah invers
dari A dan sebaliknya, dituliskan B= A−1 atau A=B−1.

Contoh:

Diketahui matriks P= ( 43 −7
−5)dan Q= (
−5 7
−3 4 )
. Tunjukkan bahwa kedua matriks

tersebut saling invers.

Penyelesaian:

PQ= ( 43 )(
−7 −5 7
−5 −3 4
= )(
−20+21 28−28
−15+15 21−20
=
1 0
0 1 )( )
( )( )(
QP= −5 7 4 −7 = −20+21 35−35 = 1 0
−3 4 3 −5 −12+12 21−20 0 1 )( )
Oleh karena PQ=QP=I , maka P=Q−1 dan Q=P−1. Jadi, kedua matriks tersebut
saling invers.

Diketahui matriks A= ( ac bd ). Invers matriks A adalah


−1
A =
1
det ( A )
adj ( A ) =
1
ad−bc
d −b
−c a ( )
dengan det ( A ) =ad−bc ≠ 0

Misalkan A adalah matriks persegi. Secara umum, invers dari matriks A


didefinisikan sebagai berikut.

−1
A =
1
det ( A )
adj ( A ) =
1 d −b
ad−bc −c a ( )
dengan det ( A ) ≠ 0.

Contoh:

Tentukan invers dari matriks berikut.

( )
−3 1 2
a. A= (
−4 7
−3 5 ) c. C= 0 2 −4
4 −2 0

b. B= (
−5 10
2 −4 )
Penyelesaian:

−1 1
a. A = adj ( A )
det ( A )

¿
1 5 −7
(−4 )( 5 )−7 (−3 ) 3 −4( )
¿
1 5 −7
−20+21 3 −4 ( )
(
¿ 5 −7
3 −4 )
b. det ( B )=(−5 )(−4 ) −10 ( 2 ) =20−20=0. Oleh karena determinannya sama
dengan nol, maka matriks B tidak memiliki invers.

| |
−3 1 2 −3 1
c. det ( C )= 0 2 −4 0 2
4 −2 0 4 −2
¿ ( (−3 ) ( 2 ) ( 0 ) +1 (−4 )( 4 ) +2 ( 0 ) (−2 ) )−( 4 ( 2 ) ( 2 )+ (−2 )(−4 )(−3 ) +0 ( 0 )( 1 ) )
¿ ( 0+ (−16 ) +0 ) −( 16+ (−24 ) +0 )
¿−16+8=−8

( )
|24 −40 | |−21 20| |12 −42 |
adj ( C )= −|
4 0 | | 4 0|
−|
0 −4|
0 −4 −3 2 −3 2

|04 −22 | −|−34 −21 | |−30 12|

( )
0−8 −( 0− (−4 ) ) −4−4
¿ −( 0−(−16 ) ) 0−8 −( 12−0 )
0−8 −( 6−4 ) −6−0

( )
−8 −4 −8
¿ −16 −8 −12
−8 −2 −6

1
C−1= adj ( C )
det ( C )

( )( )
−8 −4 −8 1 0,5 1
1
¿ −16 −8 −12 = 2 1 1,5
−8
−8 −2 −6 1 0,25 0,75

Jika diketahui matriks P yang memiliki invers P−1 sehingga P P−1=I ,


maka tidak ada matriks lain, misalnya Q , yang memenuhi PQ=I . Dengan kata
lain, invers suatu matriks jika ada adalah tunggal. Selain itu, pada matriks berlaku
sifat berikut.

Contoh:

Diketahui matriks A= (23 57) dan B=(15 163 ). Buktikan ( AB ) −1 −1 −1


=A B .

Penyelesaian:

( )( )(
AB= 2 5 1 3 = 2+25 6+80 = 27 86
3 7 5 16 3+35 9+112 38 121 )( )
1
( AB )−1= adj ( AB )
det ( AB )

¿
1
(
121 −86
27 (121 ) −86 ( 38 ) −38 27 )
¿
1 121 −86
3.267−3.268 −38 27 (=
121 −86
−38 27 )( )
A−1=
1
( 7 −5 = 1
2 ( 7 ) −5 (3 ) −3 2 )
7 −5 = −7 5
14−15 −3 2 3 −2 ( )( )
−1
B =
1
(
16 −3
1 (16 )−3 ( 5 ) −5 1
=
1 16 −3
16−15 −5 1 )=
16 −3
−5 1 ( )( )
−1
B A =
−1
(−5
16 −3 −7 5
1 3 −2)(
=
−122−9 80+6
35+3 −25−2
=)(
−121 86
38 −27 )( )
Diperoleh ( AB )−1=B1 A−1. Terbukti.

4. Menyelesaikan Persamaan Matriks Dengan Matriks Invers

Misalkan diketahui persamaan matriks AP=B dengan A adalah matriks persegi


yang memiliki invers, maka matriks P dapat ditentukan dengan mengalikan kedua
ruas dari sebelah kiri dengan A−1.

AP=B

−1 −1
⟺ A AP=A B

⟺ IP=A−1 B

−1
⟺ P= A B

Dengan cara yang sama, diketahui persamaan matriks PA=B dengan A matriks
nonsingular, matriks P dapat ditentukan dengan mengalikan kedua ruas dari
sebelah kanan dengan A−1.
PA=B

−1 −1
⟺ PA A =B A

⟺ PI =B A−1

−1
⟺ P=B A

Contoh:

Tentukan matriks X dari persamaan matriks berikut.

a. (−23 −35 ) X=(−14 02 )


X(
−3 1 ) ( 2 −3 −5 )
−2 1 1 1 0
b. =

Penyelesaian:

a. Berdasarkan (−23 5 ) (
−3 X= 4 0
−1 2 )
diperoleh persamaan AX=B, sehingga

−1
X =A B .

X=
1
(
−2 −3 4 0
−10+9 3 5 −1 2 )( )
¿−1 (−12+2
20−3
0−4 )
0+6

¿ ( −17 −6 )
10 2

b. Berdasarkan X
−3 1 (
−2 1 = 1 1 0
2 −3 −5 )( )
diperoleh persamaan XA=B,

sehingga X =B A−1.
Oleh karena itu banyak kolom matriks B tidak sama dengan banyak baris
matriks A−1, maka B A−1 tidak dapat diselesaikan. Jadi, tidak ada matriks X
yang memenuhi persamaan matriks tersebut

D. Menyelesaikan Sistem Persamaan Linear


1. Menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dengan Menggunakan
Matriks Invers dan Determinan

Sistem persamaan linear dua variabel dapat diselesaikan dengan


menggunakan matriks invers atau determinan (aturan Cramer). Langkah-langkah
untuk menentukan himpunan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel
dengan menggunakan matriks invers adalah sebagai berikut.

a. Tulislah sistem persamaan ke dalam bentuk perkalian matriks, sehingga


diperoleh persamaan matriks. Misalkan diketahui sistem persamaan ax +by =c
dan px+ qy=r . Sistem persamaan tersebut dapat dinyatakan ke dalam bentuk
persamaan matriks AX=B berikut.

( ap bq)( xy )=(cr)

b. Selesaikan persamaan matriks tersebut. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa


jika AX=B, maka X =A −1 B . Sehingga matriks X dapat ditentukan.

Contoh:

1. Tentukan nilai x dan y dari sistem persamaan linear dua variabel berikut.

{53 xx+3+2 y=4


y =3
Penyelesaian:

Sistem persamaan {53 xx+3+2 y=4


y =3
disajikan dalam bentuk matriks berikut.

(53 32)=( 43 )
Perkalian matriks tersebut berbentuk AX=B dengan

( ) ()
A= 5 3 , X = x , dan B= x .
3 2 y y ()
−1
A =
1
5 ( 2 )−3 ( 3 ) (
−3 5
= ) (
2 −3 1 2 −3
1 −3 5
= )(
2 −3
−3 5 )
( xy )= A −1
B=( 2 −3 )( 4 )=( 8−9 )=( −1)
−3 5 3 −12+15 3
Jadi, nilai x=−1 dan y=3 memenuhi sistem persamaan linear dua variabel
tersebut.

2. Adi, Bayu, dan Candra membeli baju dan kaus di toko pakaian. Adi membeli
3 baju dan 2 kaus seharga Rp 280.000,00. Bayu membeli 1 baju dan 3 kaus
dengan harga Rp 210.000,00. Jika Candra membeli 6 baju dan 5 kaus,
tentukan besar uang yang harus Candra bayarkan.

Penyelesaian:
Permasalahan tersebut diterjemahkan ke dalam model matematika dengan
memisalkan harga setiap baju adalah x rupiah dan harga setiap kaus adalah y

rupiah, sehingga sistem persamaan {3xx+3+2y=210.00


y=280.00
.

Sistem persamaan tersebut jika dibuat ke dalam bentuk matriks menjadi

(31 23)( xy )=( 280.000


210.000)
.

Perkalian matriks tersebut berbentuk AX=B dengan A=


1 3
, ( ) ()
3 2 X= x
y
dan

B= (280.000
210.000 )
.

−1
A =
1
( 3 −2
3 ( 3 ) −2 ( 1 ) −1 3 )
¿ (
1 3 −2
7 −1 3 )
X= ( xy)= A B −1

¿ (
7 −1 3 )( 210.000 )
1 3 −2 280.000
¿
(
1 3 ( 280.000 )+(−2)(210.000)
7 (−1 ) ( 280.000 ) +3(210.000) )
¿ (
1 840.000−420.000
7 −280.000+630.000 )
¿ ( 420.000 )
1
7 350.000

¿(
50.000)
60.000

Harga sebuah baju adalah Rp 60.000 dan harga sebuah kaus adalah Rp 50.000.
Harga 6 baju dan 5 kaus ¿ ( 6 ×60.000 )+ (5 × 50.000 )
¿ 360.000+250.000
¿ 610.000

Jadi, besar uang yang harus Candra bayarkan adalah 610.000

Selain menggunakan matriks invers, penyelesaian sistem persamaan linear


dua variabel dapat ditentukan dengan menggunakan determinan atau aturan
Cramer. Langkah-langkah penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel
dengan menggunakan aturan Cramer adalah sebagai berikut.

a. Tulislah sistem persamaan ke dalam bentuk perkalian matriks sehingga


diperoleh persamaan matriks.
Misalkan diketahui sistem persamaan ax +by =c dan px+ qy=r . Sistem
persamaan tersebut dapat dinyatakan ke dalam bentuk persamaan matriks
AX =B berikut.

( ap bq)( xy )=(cr)
b. Tentukan penyelesaiannya.
det ( A 1 ) det ( A 2 )
x= , y= , dengan det ( A ) ≠ 0.
det ( A ) det ( A )
A j adalah matriks yang diperoleh dengan cara mengganti elemen-elemen di
kolom ke- j ( j=1 ,2 ) dari matriks A dengan elemen-elemen di dalam matriks

B= (cr ).
Contoh:

Gunakan aturan Cramer untuk menentukan himpunan penyelesaian sistem


persamaan linear berikut.

{5 xx+3 y =5
+2 y=−14

Penyelesaian:

Bentuk perkalian matriks dari sistem persamaan linear tersebut adalah

(15 32)( xy )=(−14


5
).
Dari persamaan matriks tersebut, diperoleh

( ) | |
A= 1 3 ⟹ det ( A )= 1 3 =1 ( 2 ) −3 (5 )=2−15=−13
5 2 5 2

A1= (−14
5
)2 ⟹ det ( A )=|−14
3 5
2|
3
=5 ( 2 )−3 (−14 ) =10+42=52
1

A2= (15 5
−14 )
⟹ det ( A2 ) =
1 5
5 −14 | |
=1 (−14 )−5 ( 5 )=−14−25=−39

det ( A 1 ) 52
x= = =−4
det ( A ) −13

det ( A 2 ) −39
y= = =3
det ( A 1 ) −13

Jadi, himunan penyelesaian dari sistem persamaan tersebut adalah { (−4,3 ) }.


2. Menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel dengan Menggunakan
Matriks Invers dan Determinan

Serupa dengan menentukan penyelesaian sistem persamaan linear dua


variabel, penyelesaian sistem persamaan linear tiga variabel dapat ditentukan
dengan menggunakan matriks invers dan determinan (aturan Cramer).

Langkah-langkah menyelesaikan sistem persamaan linear tiga variabel


dengan menggunakan matriks invers adalah sebagai berikut.

a. Tulislah sistem persamaan ke dalam bentuk perkalian matriks sehingga akan


diperoleh persamaan matriks.
Misalkan diketahui sistem persamaan tiga variabel
ax +by +cz =d , kx+ly +mz=n, dan px+ qy+ rz=s. Persamaan tersebut dapat
dinyatakan ke dalam bentuk persamaan matriks AX=B berikut.

( )( ) ( )
a b c x d
k l m y = n
p q r z s
b. Selesaikan persamaan matriks tersebut.
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa jika AX =B, maka X =A −1 B . Sehingga
matriks X dapat ditentukan.

Bagaimana menentukan penyelesaian sistem persamaan linear tiga


variabel dengan menggunakan determinan atau aturan Cramer?

Misalkan diketahui sistem persamaan tiga variabel

ax +by +cz =d , kx +ly+ mz=n, dan px+ qy+ rz=s, dapat ditulis menjadi
persamaan matriks AX=B berikut.

( )( ) ( )
a b c x d
k l m y = n
p q r z s

Penyelesaian sistem persamaan linear tiga variabel tersebut adalah sebagai


berikut.
det ( A 1 ) det ( A 2 ) det ( A 3 )
x= , y= , z= , dengan det ( A ) ≠ 0
det ( A ) det ( A ) det ( A )

A j adalah matriks yang diperoleh dengan cara mengganti elemen-elemen di

()
d
kolom ke- j ( j=1 ,2 , 3 ) dari matriks A dengan elemen-elemen matriks B= n .
s

Contoh:

1. Tentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linear berikut dengan


menggunakan matriks invers.

{
x+ 4 y =−17
3 x+ y−z=2
−2 x +5 y=−31
Penyelesaian:

{
x+ 4 y =−17
Sistem persamaan linear 3 x+ y−z=2 dapat ditulis ke dalam bentuk
−2 x +5 y=−31
matriks sebagai berikut.

( )( ) ( )
1 4 0 x −17
3 1 −1 y = 2
−2 5 0 z −31
AX =B
−1
⟺ X =A B

()( )( )
−1
x 1 4 0 −17
⟺ y = 3 1 −1 2
z −2 5 0 −31

| |
1 4 0 1 4
det ( A )= 3 1 −1 3 1 =0+ 8+0−0+5−0=13
−2 5 0 −2 5
( )
|51 −10 | −|45 00| |41 −10 |
adj ( A ) = −|
−2 0 | |−2 0|
−|
3 −1|
3 −1 1 0 1 0

|−23 15| −|−21 45| |13 41|


( )( )
0+ 5 0 −4−0 5 0 −4
¿ −(0−2) 0 −(−1−0 ) = 2 0 1
15+ 2 −( 5+8 ) 1−12 17 −13 −11

−1 1
A = adj A
det ( A )

( )
5 0 −4
1
¿ 2 0 1
13
17 −13 −11

( )
5 −4
0
13 13
2 1
¿ 0
13 13
17 −11
−1
13 13

()( )( )
−1
x 1 4 0 −17
y = 3 1 −1 2
z −2 5 0 −31

( )
5 −4
0
13 13

( )( )
−17 3
2 1
¿ 0 2 = −5
13 13
−31 2
17 −11
−1
13 13

Jadi, himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linear tersebut adalah


{ ( 3 ,−5 ,2 ) } .
2. Tentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linear tiga variabel
berikut dengan menggunakan aturan Cramer.

{
−x−2 y+ 3 z =3
2 x−5 y=−18
−4 x−6 z=10

Penyelesaian:
Bentuk perkalian matriks sistem persamaan linear tiga variabel tersebut adalah

( )( ) ( )
−1 −2 3 x 3
2 −5 0 y = −18 . Dari bentuk tersebut, diperoleh
−4 0 −6 z 10

( ) | |
−1 −2 3 −1 −2 3 −1 −2
A= 2 −5 0 ⟹ det ( A )= 2 −5 0 2 −5
−4 0 −6 −4 0 −6 −4 0
¿−30+0+0−60−0−24=−114

( ) | |
3 −2 3 3 −2 3 3 −2
A1= −18 −5 0 ⟹ det ( A 1 )= −18 −5 0 −18 −5
10 0 −6 10 0 −6 10 0
¿ 90+ 0+0+150−0+216=456

( ) | |
−1 3 3 −1 3 3 −1 3
A2= 2 −18 0 ⟹ det ( A 2 )= 2 −18 0 2 −18
−4 10 −6 −4 10 −6 −4 10
¿−108+0+60−216−0+36=−228

( ) | |
−1 −2 3 −1 −2 3 −1 −2
A3 = 2 −5 −18 ⟹ det ( A 3 )= 2 −5 −18 2 −5
−4 0 10 −4 0 10 −4 0
¿ 50−144 +0−60−0+40=−114

det ( A 1 ) 456 det ( A 2 ) −228 det ( A 3 ) −114


x= = =−4, y= = =2, dan z= = =1.
det ( A ) −114 det ( A ) −114 det ( A ) −114

Jadi, himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linear tiga variabel


tersebut adalah { (−4 , 2 ,1 ) } .

Anda mungkin juga menyukai