Anda di halaman 1dari 7

4.1.1.

1 Tingkat Pengangguran

Pengangguran merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi dan sulit untuk dihindari bagi
suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju, namun pada umumnya tingkat
pengangguran cenderung lebih tinggi dihadapi oleh negara-negara yang sedang berkembang.
Pengangguran merupakan keadaan dimana seseorang tidak memiliki pekerjaan, bekerja kurang dari
waktu kerja, atau sedang mencari kerja (Rafiq et al, 2010). Tingginya angka pengangguran
mempunyai dampak buruk yang dapat menimbulkan masalah sosial seperti tindakan kriminalitas
dan menurunkan kemakmuran, semakin turunnya. tingkat kemakmuran akan menimbulkan masalah
lain seperti kemiskinan (Sukimo, 2000).

Berdasarkan hasil penelitian diketahui tingkat pengangguran Provinsi Jawa Barat periode tahun
2010-2019 disajikan dalam grafik 4.4 berikut:

Berdasarkan grafik 4.4 diketahui bahwa tingkat pengangguran Provinsi Jawa Barat pada tahun 2010
adalah sebesar 10,33% Pada Februari 2010 jumlahnyamencapai 19,21 juta jiwa, bertambah 0,16 juta
jiwa dibandingkan Februari 2009 (19,05 juta orang). Jumlah penduduk yang bekerja di Jawa Barat
pada Februari 2010 mengalami peningkatandibandingkan dengan Februari tahun 2009. Pada
Februari tahun 2010, penduduk yang bekerjatercatat sebanyak 17,18 juta jiwa, bertambah 0,39 juta
jiwa dibandingkan Februari 2009 yangtercatat sebanyak 16,79 juta orang. Selama kurun waktu satu
tahun terjadi penurunan jumlah penganggur sebanyak 226 ribu jiwa, Pada Februari 2010 penganggur
Jawa Barat tercatat sebanyak 2,032 juta orang, sedangkan pada Februari2009 penganggur tercatat
berjumlah 2,258 juta orang. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Jawa Barat mengalami penurunan
sebesar 1,28 persen dari 11,85 persen

pada Februari 2009, menjadi 10,57 persen pada Februari 2010. Pada tahun 2011 memurun menjadi
9,96% Jawa Barat mengalami

penambahan jumlah angkatan kerja. Pada Februari 2011 jumlahnya mencapai 20.155.491 jiwa,
bertambah 941.134 jiwa dibandingkan Februari 2010 jumlahnya mencapai 19.214.357 jiwa Jumlah
penduduk yang bekerja di Jawa Barat pada Februari 2011 mengalami peningkatan dibandingkan
dengan Februari tahun 2010. Pada Februari tahun 2011, penduduk yang bekerja tercatat sebanyak
18.173,043 jiwa, bertambah 990.176 jiwa dibandingkan Februari 2010 yang tercatat sebanyak
17.182.807 jiwa. Selama kurun waktu satu tahun terjadi penurunan jumlah penganggur sebanyak
49.102 jiwa. Pada Februari 2011 penganggur Jawa Barat tercatat sebanyak 1.982.448 jiwa,
sedangkan pada Februari 2010 penganggur tercatat berjumlah 2.031.550 jiwa. Tingkat
Pengangguran Terbuka (IPT) Jawa Barat mengalami penurunan sebesar 0,73 persen dari 10,57
persen pada Februari 2010, menjadi 9,84 persen pada Februari 2011.

Keadaan ketenagakerjaan di Provinsi Jawa Barat pada bulan Februari 2011 ditandai dengan
peningkatan jumlah penduduk yang bekerja serta penurunan tingkat pengangguran. Pada bulan
Februari 2011, jumlah angkatan kerja mencapai 20.155.494 jiwa meningkat sebesar 941.134 jiwa
dibandingkan keadaan Februari 2010 (19.214.357 jiwa). Penduduk yang bekerja bertambah
sebanyak 990.236 jiwa dibandingkan Februari 2010. Dalam satu tahun terakhir ini, peningkatan
jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh penduduk perempuan. Penduduk perempuan yang
bekerja bertambah sebanyak 574.353 jiwa, sedangkan jumlah penduduk laki-laki yang bekerja
bertambah sebanyak 415.883 jiwa. Tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Jawa Barat dari tahun
ke tahun mengalami penurunan. Dibandingkan dengan Februari tahun 2010, pengangguran terbuka
pada Februari tahun 2011 mengalami penurunan sebanyak 49.102 jiwa dengan komposisi 9,84
persen dari total Angkatan Kerja.
Dimana pada Agustus 2011 19.356.624 orang. Jumlah penduduk yang bekerja di Jawa Barat pada
Agustus 2011 mengalami peningkatan dibandingkan dengan Agustus tahun 2010. Pada Agustus
tahun 2011 penduduk yang bekerja tercatat sebanyak 17.454.781 orang, sementara pada Agustus
tahun 2010 16.942 444 orang, bertambah 512.337 orang Selama kurun waktu satu tahun terjadi
penurunan jumlah penganggur sebanyak 49.548 orang. Pada Agustus 2010 penganggur Jawa Barat
tercatat sebanyak 1.951.391 orang, sedangkan pada Agustus 2011 penganggur tercatat berjumlah
1.901.843 orang. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Jawa Barat mengalami penurunan dibanding
Agustus 2010 sebesar 0,50 persen dan TPT Februari 2011 sebesar 0,01 persen.

Pada tahun 2012 tingkat pengangguran di Provinsi Jawa Barat kembali menurun sebesar 0,88%
menjadi 9,08% Jumlah angkatan kerja di Jawa Barat pada bulan Agustus 2012 adalah 20.150.094
orang, terjadi peningkatan dibandingkan dengan keadaan pada bulan Agustus 2011 yang pada saat
itu angkatan kerja berjumlah 19.356.624 orang. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja pun naik dari
62,27 persen pada Agustus 2011 menjadi 63,78 persen pada Agustus 2012. Dibandingkan dengan
Agustus 2011, jumlah penduduk yang bekerja juga mengalami kenaikan. Pada bulan Agustus 2012
penduduk yang bekerja tercatat sebanyak 18.321.108 orang, sementara pada Agustus tahun yang
lalu sebanyak 17.454,781 orang Pada Agustus 2011 penganggur di Jawa Barat mencapai 901.843
orang, sedangkan pada bulan Agustus 2012 tercatat penganggur sebanyak 1.828.986orang. Dengan
demikian, dalam waktu satu tahun terjadi penurunan jumlah penganggur sebanyak 72.857 orang.
Dibandingkan dengan Agustus 2011 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Jawa Barat mengalami
penurunan sebesar 0,75 persen yaitu dari 9,83 persen menjadi 9,08 persen.

Pada tahun 2013 tingkat pengangguran di Provinsi Jawa Barat naik dari sebesar 0,08% dari tahun
2012 menjadi 9,16% Pada bulan Agustus 2013 kerja berjumlah 20,284,633 orang sedangkan pada
Agustus 2012 sebanyak 20.150.094 orang, atau mengalami penambahan sebesar 134 539 orang
pada kurun waktu satu tahun. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja menurun, dari 63,78 persen pada
Agustus 2012 menjadi 63,01 persen pada Agustus 2013. Jumlah penduduk yang bekerja di Jawa
Barat pada Agustus 2013 juga mengalami peningkatan dibandingkan dengan Agustus 2012. Pada
bulan Agustus 2013 penduduk bekerja tercatat sebanyak 18.413.984 orang, mengalami kenaikan
92.876 orang dibandingkan Agustus tahun yang lalu sebanyak 18.321.108 orang. atau meningkat
0,51 persen. Selama kurun waktu satu tahun, tercatat penambahan jumlah penganggur sebanyak
41.663 orang Pada Agustus 2012 penganggur di Jawa Barat 1.828.986 orang, sedangkan pada bulan
Agustus 2013 tercatat penganggur sebanyak 1.870.649 orang. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Jawa Barat mengalami peningkatan sebesar 0,14 persen dari 9,08 persen pada Agustus 2012,
menjadi 9,22 persen pada Agustus 2013. Penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja di Provinsi
Jawa Barat pada bulan Agustus 2013 adalah lapangan usaha perdagangan (25,63 persen) diikuti
lapangan usaha Jawa Barat (21.27 persen) dan pertanian (19,93 persen). Jika dibandingkan dengan
keadaan Agustus 2012, jumlah penduduk yang bekerja di lapangan usaha perdagangan bertambah
0,55 persen, di lapangan usaha Jawa Barat mengalami peningkatan 0,18 persen, sedangkan di
lapangan usaha pertanian berkurang 1,72 persen.

Lebih lanjut, pada tahun 2014 tingkat pengangguran di Provinsi Jawa Barat menurun sebesar 0,71%
menjadi 8,45%. Tercatat dari Agustus 2013 hingga Agustus 2014, ada peningkatan jumlah angkatan
kerja sebesar 385,529 orang. Hal tersebut sesuai dengan peningkatan jumlah penduduk yang bekerja
di Jawa Barat yang hingga Agustus lalu mencapai 19.230.943 orang. Tenaga kerja yang terserap di
lapangan usaha perdagangan sebanyak 25,62% Keterserapan tenaga kerja adalah di bidang usaha
industri yang mencapai 20,29%, disusul bidang pertanian 19,87% Kondisi tersebut berbanding
terbalik dengan tahun lalu periode yang sama dimana terjadi penurunan di lapangan usaha industri
dan pertanian
Rata-rata angkatan kerja tersebut hanya berpendidikan SD ke bawah (49.24%). Pekerja yang
mengenyam pendidikan Diploma I ke atas hanya sekitar 8,55%. Mereka yang kebanyakan berstatus
sebagai buruh/karyawan sebanyak 8.163.001 orang. Kondisi lain ketenagakerjaan di Jawa Barat yang
berhasil didata oleh BPS adalah tingkat pengangguran terbuka (TPP) cukup tinggi didominasi oleh
mereka yang berpendidikan SMP ke atas. Sedangkan TPT untuk tamatan SD ke bawah hanya 4,48%

Kemudian pada tahun 2015 tingkat pengangguran di Provinsi Jawa Barat naik sebesar 0,27% dari
tahun sebelumnya menjadi 8,72% Penurunan jumlah angkatan kerja. Pada bulan Agustus 2015
angkatan kerja berjumlah 20.586.356 ong, sedangkan pada Agustus 2014 sebanyak 21.006.139
orang, atau mengalami penurunan sebesar 419.783 orang pada kurun waktu satu tahun. Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja menurun, dari 62,77 persen pada Agustus 2014 menjadi 60,34 persen
pada Agustus 2015. Jumlah penduduk yang bekerja di Jawa Barat pada Agustus 2015 juga
mengalami penurunan dibandingkan dengan Agustus 2014.

Pada bulan Agustus 2015 penduduk yang bekerja tercatat sebanyak 18.791.482 orang, mengalami
penurunan 439.461 orang dibandingkan Agustus tahun yang lalu sebanyak 19.230.943 orang, atau
menurun 2,28 persen. Selama kurun waktu satu tahun, tercatat kenaikan jumlah penganggur
sebanyak 19.678 orang Pada Agustus 2014 penganggur di Jawa Barat 1.775.196 orang, sedangkan
pada bulan Agustus 2015 tercatat penganggur sebanyak 1.794.874 orang. Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) Jawa Barat mengalami kenaikan sebesar 0,27 persen dari 8,45 persen pada Agustus
2014, menjadi 8,72 persen pada Agustus 2015

Penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Barat pada bulan Agustus 2015
adalah lapangan usaha Perdagangan, Rumah Makan, dan Jasa Akomodasi (27,15%) diikuti lapangan
usaha Industri (21,00%), Pertanian, Perkebunann, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan (16,47%),
dan Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan (16,21%). Jika dibandingkan dengan keadaan
Agustus 2014, jumlah penduduk yang bekerja di lapangan usaha Perdagangan, Rumah Makan, dan
Jasa Akomodasi dan Industri masingmasing meningkat sebesar 3,54 persen dan 1,09 persen.
Sebaliknya lapangan usaha Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan dan Jasa
Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan masing-masing menurun secara signifikan, yaitu sebesar
18,99 persen dan 7,47 persen

Pada tahun 2016 tingkat pengangguran di Provinsi Jawa Barat kembali naik dari tahun sebelumnya
dimana kenaikannya sebesar 0,17% menjadi 8,89% Pada tahu 2017 tingkat pengangguran di Provinsi
Jawa Barat menunum sebesar 0,67% menjadi 8,22%. Diperkirakan terdapat 1.899.707 orang yang
berstatus sebagai pengangguran. Jumlah pengangguran meningkat sebesar 23.783 orang
dibandingkan periode setahun sebelumnya (Februari 2015) yang sebanyak 1.875.924 orang.

Penduduk setengah penganggur meningkat menjadi 1.722.119 orang pada Februari 2016 dari
sebelumnya 1.544.712 orang pada Februari 2015, atau bertambah sebanyak 177.407 orang. Hal yang
sama terjadi pada jumlah orang yang bekerja paruh waktu, yaitu meningkat dari 2.869.659 orang
menjadi 3.079.234 orang pada Februari 2016.

Sebagian besar angkatan kerja di Jawa Barat berpendidikan SD ke bawah, yaitu sebesar 41,88
persen, sedangkan yang tamat perguruan tinggi hanya 7,77% Pada Februari 2016, pekerja dengan
jumlah jam kerja di atas 35 jam per minggu sebanyak 15.475.759 orang (76,32%), sedangkan yang
bekerja kurang dari 15 jam per minggu mencapai 1.133.016 orang (5,59%).

Pada tahun 2018 tingkat pengangguran di Provinsi Jawa Barat naik tipis damana kenaikannya
sebesar 0,01% menjadi 8,23% Jumlah angkatan kerja meningkat sebanyak 0,13 juta orang Jumlah
penduduk bekerja meningkat sebanyak 0.19 juta orang Jumlah penganggur turun sebanyak 0,06 juta
orang. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengalami penurunan sebesar 0,78 persen poin.
TPT mengalami penurunan sebesar 0,33 persen poin

Kemudian pada tahun 2019 tingkat pengangguran di Provinsi Jawa Barat menurun menjadi 8,04%.
Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2019 sebanyak 23.80 juta orang, naik 1,17 juta orang dibanding
Agustus 2018. Sejalan dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang juga meningkat sebesar
2,15 persen poin dari 62,92 persen pada Agustus 2018. Dalam setahun terakhir, TPT turun menjadi
7,99 persen pada Agustus 2019 dari 8,17 pada tahun sebelumnya. Dilihat dari tingkat pendidikan,
TPT untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) masih mendominasi diantara tingkat pendidikan lain
yaitu sebesar 14,53 persen.

4.1.1.2 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan tujuan perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Dalam
hal ini pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dan suatu perekonomian dalam satu periode ke
periode selanjutnya. Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari
negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya
(Todaro, 2006).

Pertumbuhan ekonomi sering dikaitkan dengan pembangunan ekonomi Pembangunan ekonomi


adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang seringkali diukur dengan
tinggi rendahnya pendapatan rill per kapita 2 Tujuan utama dari pembangunan nasional yaitu
menaikkan pendapatan nasional dan juga meningkatkan produktivitas (Suparmoko, 1992)

Berdasarkan hasil penelitian diketahui pertumbuhan ekonomi Provinsi

Jawa Barat periode tahun 2010-2019 disajikan dalam grafik 4.1 berikut

Berdasarkan grafik 4.1 diketahui bahwa pada tahun 2010 laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa
Barat adalah sebesar 6,20%. Dimana laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Jawa Barat secara quarter to
quarter (q-t-q) dari sisi lapangan usaha pada triwulan IV tahun 2010 adalah minus 1,21 persen.
Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor jasa-jasa yaitu sebesar 9,05 persen, disusul oleh sektor
konstruksi dengan pertumbuhannya sebesar 8,47 persen, kemudian sektor pengangkutan dan
komunikasi sebesar 6,56 persen. Sedangkan sektor yang mengalami pertumbuhan paling rendah
adalah sektor pertanian, yaitu mencapai minus 19,80 persen. Sedangkan dari sisi penggunaan,
pertumbuhan positif terjadi pada komponen konsumsi rumahtangga termasuk lembaga non-profit
(0,25%), konsumsi pemerintah (29,51%). Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) (0.85%), dan
ekspor (2,58%). Sedangkan komponen perubahan inventori mengalami pertumbuhan negatif yaitu
sebesar minus 3,61 persen.

Pada tahun 2011 laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat adalah 6,50% Sedangkan laju
pertumbuhan ekonomi triwulan IV/2011 dibandingkan dengan PDRB triwulan IV/2010 (y on y)
mengalami pertumbuhan sebesar 6,65 persen. Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan year on year
didorong oleh peningkatan seluruh sektor kecuali sektor pertambangan dan penggalian serta sektor
Jasa-jasa yang mengalami penurunan sebesar masing-masing (-8,01%) dan (-2,61%). Dari sisi
penggunaan, pertumbuhan y-on-y didorong oleh pertumbuhan konsumsi rumahtangga termasuk
konsumsi lembaga non-profit (5,87%). konsumsi pemerintah (10,85% ), PMTB (13,24%), perubahan
inventori (23,25%). dan ekspor (3,83%).

Pada tahun 2012 laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat adalah sebesar 6,50%.
Perekonomian Jawa Barat yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada
Triwulan 1-2012 mencapai Rp. 228,26 triliun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan 2000
mencapai Rp. 88,23 triliun. Dari sisi lapangan usaha, tiga sektor yang berkontribusi utama dalam
struktur perekonomian Jawa Barat pada triwulan 1-2012 adalah Sektor Jawa Barat Pengolahan
(36,32%), Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran (23,20%), serta Sektor Pertanian-Perkebunan-
Peternakan-Kehutanan-Perikanan (12,49%) Sementara dari sisi penggunaim, sebagian besar PDRB
Provinsi Jawa Barat digunakan untuk konsumsi rumah tangga termasuk lembaga non-profit sebesar
59,67 persen, ekspor 35,22 persen, dan PMTB 17,87 persen,

Lebih lanjut pada tahun 2013 laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat adalah sebesar 6,33%
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2013 tumbuh sebesar 6.06 persen dibandingkan
dengan tahun 2012. Pertumbuhan terjadi pada hampir semua sektor ekonomi kecuali Sektor
Pertambangan dan Penggalian yang mengalami penurunan sebesar 0,66 persen.

Pada tahun 2014 laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat adalah sebesar 5,09%.
Perekonomian Jawa Barat tahun 2014 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 1.387.3 triliun dan PDRB perkapita mencapai Rp 30,14
juta. Ekonomi Jawa Barat tahun 2014 tumbuh 5,07 persen, melambat dibanding tahun 2013 yang
tumbuh sebesar 6,33 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha
Informasi dan Komunikasi sebesar 17,47 persen. Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai
oleh Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 14,83 persen. Ekonomi Jawa Barat triwulan IV-2014
bila dibandingkan triwulan IV-2013 (y-on-y) tumbuh sebesar 5,46 persen melambat bila
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 6,34 persen. Ekonomi Jawa Barat
triwulan IV-2014 mengalami kontraksi 0,64 persen bila dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q).
Dari sisi produksi, hal ini disebabkan oleh efek musiman pada lapangan usaha Pertanian, Kehutanan
dan Perikanan yang tumbuh minus 28.26 persen, selain itu Pertambangan dan Penggalian
terkontraksi 9,67 persen serta Penyediaan Akomodasi Makanan dan Minuman terkontraksi 4.42
persen. Dari sisi pengeluaran disebabkan oleh Komponen Konsumsi Rumah Tangga tumbuh
melambat 0,24 persen.

Sedangkam pada tahun 2015 laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat adalah sebesar 5,05%
dan pada tahun 2016 laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat adalah sebesar 5,66% Data
Badan Pusat statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat mencatat pertumbuhan ekonomi (LPE) Jawa Barat
triwulani III 2016 terhadap triwulan III 2015 tumbuh 5,76 persen secara year-on-year (yoy). Angka ini
meningkat jika dibanding periode yang sama pada 2015 sebesar 5,02 persen, LPE Jawa Barat juga
tumbuh di atas LPE Nasional yang hanya 5,02 persen. Dimana dari sisi produksi, pertumbuhan
tertinggi dicapai lapangan usaha informasi dan komunikasi, yakni 13,66 persen. Sedangkan dari sisi
pengeluaran dicapai komponen ekspor barang dan jasa yang tumbuh 13,08 persen.

Sumber laju pertumbuhan (source of growth/SOG) secara yoy dari sisi lapangan usaha yang
memberikan andil pertumbuhan terbesar adalah lapangan usaha industri pengolahan, yaitu 1,96
persen. Sedangkan dari sisi pengeluaran, andil positif terhadap pertumbuhan adalah komponen
ekspor barang dan jasa sebesar 4,65 persen.

Pada bidang investasi, total realisasi investasi penanaman modal asing dan penanaman modal dalam
negeri periode Januari sampai dengan September 2016 di Jawa Barat, yaitu Rp 111,405 triliun atau
meningkat Rp 7,931 triliun dari periode yang sama pada 2015. Ini telah mencapai 104,12 persen dari
jumlah target investasi berdasarkan PMDB, yaitu Rp 107 triliun.

Pada tahun 2017 laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat adalah sebesar 5,33%
Perekonomian Jawa Barat tahun 2017 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDRB) atas
dasar harga berlaku mencapai Rp 1.786,09 triliun dan PDRB perkapita mencapai Rp. 37,18 juta.
Faktor pendorong pertumbuhan ekonomi pada tahun 2017 adalah Pertama nilai ekspor yang
meningkat tercatat pada kuartal III nilai ekspor telah mencapai 43,38 miliar dollar Amerika Serikat
hingga kuartal III atau lebih baik 10,44 persen dibanding tahun sebelumnya. Hal ini juga disebabkan
oleh perbaikan harga komoditas utamanya minyak dan gas bumi. Selain itu, lanjut Kecuk, realisasi
belanja negara mengalami pertumbuhan dari sebelumnya Rp 2.082,9 triliun menjadi Rp 2.133 triliun
di tahun ini. Kenaikan ini disebabkan oleh adanya peningkatan belanja pegawai dan belanja modal.
Selain itu, dari sisi konsumsi, ada perbaikan di penjualan mobil yang angkanya 270.525 unit atau
bertumbuh 7,79 persen dibanding tahun sebelumnya. Hal yang sama juga terjadi pada penjualan
semen sebesar 19,32 juta ton, atau naik 28,91 persen.

Lebih lanjut pada tahun 2018 laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat adalah sebesar 5,66%
Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai olch Lapangan Usaha Real Estate sebesar 9,64
persen. Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi
LNPRT sebesar 16,38 persen. Dimana Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga merupakan
unit institusi yang melakukan kegiatan produksi, konsumsi dan akumulasi aset. Keberadaannya
diakui oleh hukum atau masyarakat, terpisah dari orang atau entitas lain yang memiliki atau
mengendalikan. Bentuk organisasi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) yaitu:
organisasi kemasyarakatan (Ormas) dan partai politik, organisasi sosial (Orsos), organisasi profesi
(Orprof), perkumpulan sosial/kebudayaan/olah raga/hobi, lembaga swadaya masyarakat (LSM),
lembaga keagamaan, organisasi bantuan kemanusiaan/beasiswa.

Sedangkan pada tahun 2019 laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat adalah sebesar 5,07%
melambat dibanding tahun 2018 sebesar 5,66 persen (y-on-y). Dari sisi produksi, pertumbuhan
tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Jasa Real Estate sebesar 9,54 persen. Dari sisi Pengeluaran
dicapai oleh Komponen Ekspor Barang dan Jasa yang tumbuh 6,97 persen. Ekonomi Jawa Barat
triwulan IV-2019 bila dibandingkan triwulan IV- 2018 (y-on-y) tumbuh sebsar 4,11 persen, melambat
bila dibandingkan dengan triwulan III-2019 yang tumbuh sebesar 5,15 persen.

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat berada pada kisaran angka 5 persen. Ini karena adanya
risiko perlambatan ekonomi global yang tidak diperkirakan di awal tahun 2019. Hal tersebut
disebabkan tidak adanya faktor faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2019. Terlebih
lagi, adanya pergantian seperti Presiden dan Wakil Presiden, lalu pergantian menteri memerlukan
penyesuaian. Kemudian adanya trade war atau perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China
yang tak kunjung mereda turut memperparah kondisi tersebut. Hal ini tidak hanya berdampak pada
Provinsi Jawa Barat secara khusus namun juga perekonomian Indonesia dan juga pada perdagangan
seluruh negara termasuk negara maju.

4.1.1.3 Perkembangan Tingkat Upah di Indonesia

Upah Minimum Provinsi (UMP) adalah upah minimum yang berlaku untuk seluruh kabupaten/kota
di satu provinsi (Sumarsono, 2009:181). Sedangkan menurut Gilarso (2001:211), upah disebut juga
tarif balas karya rata-rata yang berlaku umum dalam masyarakat untuk segala macam pekerjaan.
Tingkat upah ini dapat di perhitungkan per jam, hari, minggu, bulan, atau tahun. Perkembangan rata
rata UMR di Indonesia dari tahun 2005 sampai 2017 dapat dilihat pada gambar berikut:

Kenaikan rata-rata UMR di Indonesia dari tahun 2005-2017

mengindikasikan bahwa tenaga kerja di Indonesia semakin baik. Jika pendapatan yang diperoleh
masyarakat meningkat, maka kesejahteraan masyarakat pun akan meningkat. Hal ini dikarenakan
perusahaan bersedia meningkatkan pembayaran kepada tenaga kerja atas hasil kerjanya sesuai
dengan bidang masing-masing. Bagi perusahaan yang akan menambah atau mengurangi tenaga
kerja dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya biaya yang dikeluarkan untuk menambah tenaga
kerja dan nilai tambah output yang dihasilkan dengan tambahnya tenaga kerja. Hal ini mengingat
bahwa suatu perusahaan di asumsi hanya mempunyai tujuan mencapai keuntungan yang optimal,
yang diperoleh perusahaan dari penerimaan perusahaan yang lebih besar dari pengeluarannya. Cara
yang dilakukan adalah dengan mengkombinasikan berbagai faktor produksi (input) untuk
menghasilkan output yang maksimal.

42 Pembahasan

421 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Tingkat Pengangguran di Provinsi Jawa Barat Tahun
2010-2019

Hasil regresi menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi mempunyai hubungan positif
namun tidak signifikan terhadap Tingkat Pengangguran di Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2019,
hubungan yang positif tidak signifikan ini tidak sesuai dengan hipotesis awal penelitian yang
menyataka bahwa Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh negatif terhadap Ting Pengangguran di
Provinsi Jawa Barat talum 2010-2019

Hasil penelitian tidak sesuai dengan hipotesis pemilis sans sesasi deng penelitian Anwar (2017)
dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa varie Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh tidak
signifikan dengan nilai 0,427 serta Pengangguran di Kabupaten Gowa

Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Ba periode Tahun 2010-2019
belum mampu menyerap tenaga kerja. Dilihat dan sektor yang paling mendominasi adalah sektor
industri pengolahan, hal ini lebi disebabkan karena besarnya sumbangan Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Barat. Untuk dapat melihat
kemampuan suatu sektor ekonomi dalam menyerap tenaga kerja dan ju sekaligus sebagai tolak ukur
kemajuan perekonomian suatu daerah, dapat dilihat melalui pendekatan distribusi sektoral, yaitu
sektor primer, yang terdiri dari sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian. Sedangkan
sektor sekunder, terdiri dari sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih serta sek
bangunan. Sektor tersier terdiri dari sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan
dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan, jasa perusahan, dan sektor jasa.

Menurut Kuncoro (2003) Pertumbuhan dengan distribusi atau redibus dari pada hakikatnya
mengajarkan NSB agar tidak hany manusatkan perhatian pada pertumbuhan ekonomi
(memperbesar "ke? pembangunan) namun juga mempertimbangkan bagamana distrib
pembangunan tersebut. Dengan kata lain pertumbuhan ekonoms di Jews B akan berhasil jika diikuti
dengan pertumbuhan ekonomi yang menta dan Kota Kabupaten serta diikuti juga dengan
penyerapan tenaga kerja.

Anda mungkin juga menyukai