TAH 2d2O-2d2 4
KATA PENGANTAR
Purwadi Sutanto
NIP.196104041985031003
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL......................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................v
DAFTAR DIAGRAM................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1. Kondisi Umum Pendidikan SMA.........................................................................2
1.1.1. Akses Layanan Pendidikan...........................................................................2
1.1.1.1. Program Indonesia Pintar....................................................................4
1.1.1.2. DAK Non Fisik...................................................................................5
1.1.1.3. DAK Fisik...........................................................................................6
1.1.1.4. Bantuan Pemerintah Unit Sekolah Baru.............................................6
1.1.1.5. Bantuan Pemerintah Ruang Kelas Baru..............................................7
1.1.2. Pemerataan Mutu Pendidikan SMA..............................................................8
1.1.3. Relevansi Pendidikan Data Produktivitas...................................................11
1.1.4. Tata Kelola Pendidikan SMA.....................................................................12
1.2. Permasalahan Umum Pendidikan SMA...............................................................13
1.3. Tata Kelola Satuan Pendidikan............................................................................23
ii
3.5. Kerangka Birokrasi..............................................................................................47
BAB V PENUTUP....................................................................................................54
LAMPIRAN – LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR DIAGRAM
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu peran utama pendidikan di Indonesia adalah untuk membangun dan
mengembangkan sumber daya manusia yang diukur melalui Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi
suatu negara ditentukan salah satunya oleh tersedianya tenaga kerja yang terampil dan
produktif. Pendidikan mampu meningkatkan produktivitas tenaga kerja melalui
peningkatan pengetahuan dan keterampilan. Pendidikan di tingkat menengah mempunyai
andil besar dalam peningkatan produktivitas ini dengan memberikan pengetahuan dan
keterampilan dasar yang diperlukan oleh para calon tenaga kerja baik untuk memulai
bekerja maupun untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
1
Dalam periode yang lalu (2015—2019), Direktorat SMA telah mengimplementasikan
Nawa Cita dalam berbagai program kerja prioritasnya, seperti Program Indonesia Pintar
(PIP) serta Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Memasuki periode selanjutnya (2020
— 2024) sesuai dengan yang diamandatkan presiden dan wakil presiden Republik,
pembangunan SDM di Indonesia akan memperhatikan beberapa antisipasi mendasar.
Pertama, SDM Indonesia perlu dipersiapkan untuk menyesuaikan diri selaras dengan
perkembangan zaman. Revolusi Industri 4.0 melahirkan masyarakat kreatif dan
masyarakat pengetahuan yang akan memunculkan corak ekonomi yang diwarnai oleh
kreativitas dan inovasi insani di satu pihak dan “kesenyawaan” ekonomi dan kebudayaan
sebagai sistem simbiosis di pihak lainnya (UNESCO, 2005; World Bank, 2007).
Ketiga, pandemi Covid 19 secara masif telah mendorong perubahan signifikan pada
proses pendidikan, antara lain satuan pendidikan di hampir seluruh dunia menerapkan
moda pembelajaran jarak jauh sehingga percepatan pengimplementasian sistem digital di
satuan pendidikan menjadi satu keharusan untuk memastikan peserta didik tetap dapat
terlayani.
Renstra Direktorat SMA ini dijiwai oleh Visi dan Misi Presiden yang juga diacu dalam
Renstra Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Tahun 2020-2024.
1.1 “Mewujudkan
Kondisi Umum Indonesia MajuSMA
Pendidikan yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian
melalui terciptanya Pelajar Pancasila yang bernalar kritis, kreatif, mandiri,
1.1.1 Akses Layanan Pendidikan SMA
beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, bergotong
Salah satu indikator yang digunakan untuk melihat kondisi pendidikan SMA di
royong, dan berkebinekaan global”.
Indonesia adalah ketersediaan akses pendidikan bagi peserta didik tanpa
memandang latar belakang dan status ekonomi. Indikator tersebut sejalan dengan
Undang – Undang Dasar 1945 pada ayat 31 pasal 1 yang menyatakan bahwa
“Setiap
2
warga negara berhak mendapat pendidikan”. Direktorat SMA sebagai satuan kerja
di Kemendikbud diharapkan mampu untuk menyediakan akses pendidikan jenjang
sekolah menengah bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam kurun waktu tahun 2015-2019, berdasarkan data yang diperoleh dari Pusat
Data Statistik Pendidikan (PDSPK) yang saat ini sudah bergabung dengan
Pustekom menjadi Pusdatin, APK SM mengalami peningkatan dari tahun 2015 –
2019 seperti yang tergambar pada Diagram 1
APK SM
95 92.92
90 88.55
86.94
85
81.92
80
76.45
75
70
2015/2016 2016/2017 2017/2018 2018/2019 2019/2020
Pada tahun ajaran 2015/2016 APK SM berada di angka 76.45. APK SM tersebut
mengalami peningkatan dan pada tahun ajaran 2019/2020, APK SM berada di
angka 92,92. Capaian tersebut telah melebihi target yang ditetapkan pada renstra
yakni APK SMA/MA/SMK/Paket C sebesar 82,21. Selain APK, acuan lain yang
digunakan untuk mengukur capaian ketersediaan layanan pendidikan adalah angka
putus sekolah (APTS). APTS menunjukan tingkat putus sekolah di suatu jenjang
3
pendidikan. Berdasarkan data yang diperoleh, APTS SMA periode tahun ajaran
2015/2016 hingga 2019/2020 mengalami penurunan.
50,000 0.90%
0.78%
40,000 0.65% 0.75%
20,000 0.45%
0.33%
10,000 0.30%
15,953
0 40,454 36,419 26,864 0.15%
31,123
2015/20162016/20172017/20182018/20192019/2020
Pada tahun ajaran 2015/2016 APTS berada di angka 0,94%. APTS tersebut
mengalami penurunan dan pada tahun ajaran 2019/2020, APTS berada di angka
0,54%. Capaian tersebut telah melebihi target penurunan APTS yang ditetapkan
pada renstra yakni sebesar 0,80%.
Berdasarkan kedua hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan
akses layanan pendidikan yang memenuhi target pada Renstra Kemendikbud 2015-
2019. Capaian tersebut diperoleh melalui berbagai program yang dilaksanakan oleh
Kemendikbud dengan kerjasama yang melibatkan Kementerian/Lembaga lain yang
meliputi Program Indonesia Pintar (PIP), Dana Alokasi Khusus (Non Fisik dan
Fisik), dan Bantuan Pemerintah yang disalurkan melalui Direktorat SMA dalam
bentuk pembangunan Unit Sekolah Baru dan Ruang Kelas Baru. Berikut ini adalah
penjelasan dari masing-masing program tersebut.
PIP merupakan salah satu paket kebijakan yang didasarkan pada Instruksi
Presiden Nomor 7 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Program Keluarga
Produktif, bersama dengan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) dan
Program Indonesia Sehat (PIS). Program Indonesia Pintar berbentuk bantuan
uang tunai
4
yang diberikan kepada siswa berusia 6 sampai dengan 21 tahun dari keluarga
miskin atau rentan miskin dalam membiayai pendidikannya, sehingga mereka
dapat mengakses layanan pendidikan sampai menamatkan pendidikan
menengah. Pemberian PIP kepada keluarga miskin dan rentan miskin ini adalah
untuk mendukung pemerataan layanan pendidikan dalam rangka peningkatan
akses pendidikan. Jumlah rata-rata peserta didik penerima PIP dalam kurun
waktu tahun 2015-2019 sebanyak 1.5 juta sebagaimana tertuang pada Tabel 1.
5
Tabel 2. Program BOS SMA Tahun 2015 - 2019
No Tahun Unit Cost Jumlah Siswa SMA Nilai BOS
persiswa (Rp) sebagai Perhitungan (Rp Juta)
Penerima BOS
1 2015 1.200.000 4.391.141 5.269.369
2 2016 1.400.000 4.338.466 6.073.852
3 2017 1.400.000 4.500.535 5.826.216
4 2018 1.400.000 4.624.078 6.544.731
5 2019 1.400.000 5.041.622 7.058.270
DAK Fisik
Dana DAK Fisik adalah adalah dana yang dialokasikan dalam APBN kepada
daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus fisik
yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional dalam hal
ini adalah bidang pendidikan. Di dalam DAK Fisik terdapat berbagai menu yang
dapat digunakan untuk meningkatkan akses layanan pendidikan yakni
pembangunan ruang kelas baru. Selain itu terdapat menu yang dapat digunakan
untuk meningkatkan kualitas bangunan atau fisik dari sekolah yakni rehabilitasi
serta pembangunan dan rehabilitasi berbagai bangunan di sekolah yang
menunjang proses pembelajaran. Program DAK Fisik ini dilaksanakan dengan
melibatkan Kemendikbud, Kemenkeu, Kemendagri, dan Bappenas.
Tabel 3. Alokasi DAK Tahun 2015-2019
6
pemberian bantuan adalah ketersediaan lahan oleh pemerintah daerah.
Sepanjang 2015-2019 telah dibangun 374 USB di seluruh Indonesia yang
mempu menampung peserta didik baru sebanyak 40.392 siswa. Kapasitas ini
dihitung berdasarkan ketersediaan tiga ruang kelas baru per USB. Dengan
penambahan kapasitas daya tampung ini, diharapkan lulusan SMP/MTs dapat
melanjutkan ke SMA terutama di daerah yang selama ini belum tersedia layanan
pendidikan SMA. Setiap unit sekolah baru dibangun berupa tiga ruang kelas,
satu perpustakaan, satu laboratorium, satu ruang kantor, jamban, dan gudang.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kapasitas daya tampung SMA dalam
memberikan layanan pendidikan kepada lulusan SMP/MTs, adalah dengan
program pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB). Melalui pembangunan RKB
diharapkan daya tampung SMA meningkat. Untuk itu, Direktorat SMA
memberikan bantuan kepada sekolah-sekolah yang memiliki potensi untuk
menampung peserta didik lebih banyak. Selama periode 2015-2019, Direktorat
Pembinaan SMA telah memberikan bantuan untuk membangun 9.082 unit
ruang kelas baru yang dapat menampung sedikitnya 326.952 peserta didik baru
SMA. Bantuan RKB diberikan hanya sampai tahun 2018. Sedangkan pada
tahun 2019 bantuan sejenis disalirkan melalui transfer daerah melalui DAK
Fisik. Adapun jumlah ruang kelas baru yang dibangun oleh Direktorat SMA tiap
tahun adalah sebagai berikut:
7
Tabel 5. Ruang Kelas Baru 2015-2019
Akreditasi SMA
100
84.60
%SMA Terakreditasi minimal
90 81.83 83.41
77.20 79.10
80
70
60 73.51 75.88
50
40 60.39
30 46.67
20
28.23
2015 2016 2017 2018 2019
Target Capaian
8
Terobosan yang dilakukan dalam memperbaiki kesahihan UN adalah dengan
memberlakukan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) yang telah berhasil
mendorong naiknya Indeks Integritas Ujian Nasional (IIUN). Dengan UN yang
semakin sahih dan dapat dipercaya, ukuran mutu pendidikan nasional menjadi
semakin jelas. Direktorat SMA berhasil mendorong pengadopsian UNBK di
hampir semua sekolah di Tanah Air untuk menggantikan Ujian Nasional Kertas
dan Pensil (UNKP). Data yang ditampilkan pada Diagram dibawah menunjukkan
peningkatan jumlah satuan pendidikan dan peserta UN yang menggunakan
UNBK pada jenjang SMA sederajat
9
Sumber: LKJ Kemendikbud tahun 2019
Pada Diagram 5. tampak peningkatan IIUN yang tinggi pada jenjang SMA
sederajat. Terjadi peningkatan lebih dari 30% dalam kurun waktu 4 tahun dari
2015 ke 2019, sehingga mencapai nilai 99,36%. Peningkatan IIUN di jenjang SMA
disebabkan karena penerapan UNBK di jenjang SMA hampir mendekati 100%,
dan pada tahun 2019 penerapan UNBK sudah penuh 100% yang berarti IIUN akan
menjadi 100% pula. Perbaikan integritas pelaksanaan UN mengoreksi nilai UN dan
memunculkan nilai murni yang bermanfaat dalam merancang intervensi perbaikan
mutu untuk tiap sekolah.
Upaya lain yang telah dilakukan untuk mendorong pemerataan mutu adalah
pemberlakuan sistem zonasi. Sebelumnya, ketidakmerataan mutu pendidikan dapat
disebabkan oleh adanya sekolah favorit dan sekolah tidak favorit dalam satu
daerah. Ada kepercayaan bahwa siswa yang terdaftar di satu sekolah favorit akan
menikmati layanan pendidikan yang lebih bermutu dibandingkan dengan sekolah
yang tidak favorit. Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017 berupaya mendorong
pemerataan mutu pendidikan dan mengikis pandangan yang salah mengenai
sekolah favorit dan tidak favorit.
1
didik baru (PPDB). Pemda menetapkan radius zona terdekat sesuai dengan kondisi
daerahnya. Sisa kuota sebesar 5% boleh diberikan untuk jalur prestasi, dan 5%
lainnya untuk peserta didik yang mengalami perpindahan domisili. Dengan sistem
zonasi, semua sekolah didorong untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan cara
penguatan peran pemangku kepentingan sekolah. Komite Sekolah, Musyawarah
Kerja Kepala Sekolah (MKKS), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau
Kelompok Kerja Guru (KKG) secara keseluruhan bergerak untuk memikirkan cara
yang dapat ditempuh untuk memastikan mutu sekolah setempat meningkat.
Dengan demikian, orang tua siswa tidak lagi berebut masuk ke sekolah yang
dianggap favorit dan alokasi sumber daya dapat dibagikan secara adil bagi setiap
sekolah, tidak hanya sekolah favorit. Upaya-upaya tersebut merupakan dilakukan
untuk memastikan mutu pendidikan di seluruh Indonesia merata dan pembangunan
SDM nasional memiliki mutu yang memadai. Permasalahan tentunya masih
dijumpai di tengah usaha-usaha yang telah dikerjakan, sebagaimana dijelaskan
selanjutnya.
1
Tabel 6. Sekolah dan Siswa Yang Mengikuti Program
Kewirausahaan
Tata kelola pendidikan SMA yang baik diperlukan untuk memastikan adanya
kesetaraan dan kepastian/ keterjaminan layanan pendidikan SMA. Tata kelola
pendidikan SMA tidak terlepas dari unsur pembiayaannya. Tanggung jawab atas
pembiayaan pendidikan menengah di Indonesia merupakan tanggung jawab
bersama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat.
1
Dit SMA menggunakan Data Pokok Pendidikan (Dapodik) sistem pendataan
online yang memuat data satuan pendidikan, peserta didik, pendidik dan tenaga
kependidikan, dan substansi pendidikan yang bersumber dari satuan pendidikan.
Dapodik diciptakan untuk mewujudkan basis data tunggal sehingga tercipta tata
kelola data pendidikan yang terpadu guna membantu pembuatan kebijakan
berdasarkan data yang bersifat realtime. Dapodik telah digunakan dalam
menetapkan berbagai kebijakan pengelolaan pendidikan SMA, antara lain untuk
menentukan Dana Alokasi Khusus Fisik dan Non Fisik (BOS).
1
Penduduk Usia > 15 Tahun antara kelompok pengeluaran yang tertinggi (Kuintil
5) dan terendah (Kuintil 1) sebagaimana terlihat pada tabel berikut:
1
Diagram 6. Proporsi Kecamatan yang tidak Mempunyai SM Tahun 2019
Sedangkan angka rasio jumlah lulusan SMP terhadap ruang kelas yang
tersedia di kelas X sekolah menengah (SMA dan SMK) mampu menampung
rata-rata 42% dari lulusan SMP
1
Tabel 10. Rasio Jumlah Lulusan SMP Terhadap Ketersediaan Jumlah Rombongan Belajar
(Rombel) dan Ruang Kelas di Kelas X SM
Rasio
Rasio Rombel
SMP SM Lulusan
Lulusan
SMP
No Provinsi SMP Terhadap Terhadap
Lulusan Rombel Rombel Ruang
Siswa Rombel Ruang
Baru Kelas Kelas X
SMP SMP X Kelas X Kelas X SM (SMA/SMK)
1 Prov. D.K.I. Jakarta 122.100 3.816 131.395 3.650 53.564 0,96 0,44
2 Prov. Jawa Barat 580.671 18.146 621.464 17.263 218.754 0,95 0,38
3 Prov. Banten 138.711 4.335 157.673 4.380 54.202 1,01 0,39
4 Prov. Jawa Tengah 389.859 12.183 422.046 11.723 150.339 0,96 0,39
5 Prov. D.I. Yogyakarta 42.648 1.333 50.344 1.398 21.079 1,05 0,49
6 Prov. Jawa Timur 406.821 12.713 461.255 12.813 161.012 1,01 0,40
7 Prov. Aceh 62.982 1.968 63.290 1.758 33.086 0,89 0,53
8 Prov. Sumatera Utara 214.293 6.697 241.428 6.706 92.522 1,00 0,43
9 Prov. Sumatera Barat 69.142 2.161 88.258 2.452 32.193 1,13 0,47
10 Prov. Riau 83.781 2.618 93.125 2.587 35.316 0,99 0,42
11 Prov. Kepulauan Riau 24.642 833 28.521 792 10.521 0,95 0,43
12 Prov. Jambi 41.177 1.287 45.681 1.269 18.514 0,99 0,45
13 Prov. Sumatera Selatan 113.786 3.556 116.542 3.237 40.963 0,91 0,36
14 Prov. Kepulauan Bangka
19.288 603 19.586 544 7.136 0,90 0,37
Belitung
15 Prov. Bengkulu 28.059 877 29.623 823 16.247 0,94 0,58
16 Prov. Lampung 101.073 3.159 105.652 2.935 36.634 0,93 0,36
17 Prov. Kalimantan Barat 74.376 2.324 73.870 2.052 24.779 0,88 0,33
18 Prov. Kalimantan
34.838 1.089 33.738 937 14.287 0,86 0,41
Tengah
19 Prov. Kalimantan
39.232 1.226 46.340 1.287 16.365 1,05 0,42
Selatan
20 Prov. Kalimantan Timur 50.323 1.573 54.839 1.524 20.147 0,97 0,40
21 Prov. Kalimantan Utara 9.784 306 9.710 270 3.499 0,88 0,36
22 Prov. Sulawesi Utara 39.841 1.245 39.194 1.088 19.209 0,87 0,48
23 Prov. Gorontalo 16.384 512 18.501 513 7.278 1,00 0,44
24 Prov. Sulawesi Tengah 42.645 1.333 43.641 1.212 17.718 0,91 0,42
25 Prov. Sulawesi Selatan 126.560 3.955 127.100 3.531 53.166 0,89 0,42
26 Prov. Sulawesi Barat 20.513 641 20.101 559 8.302 0,87 0,40
27 Prov. Sulawesi Tenggara 42.103 1.316 44.576 1.238 19.984 0,94 0,47
28 Prov. Maluku 31.620 988 31.799 883 14.512 0,89 0,46
29 Prov. Maluku Utara 19.877 621 19.897 553 9.344 0,89 0,47
30 Prov. Bali 66.165 2.068 64.188 1.783 20.929 0,86 0,32
31 Prov. Nusa Tenggara
58.366 1.824 63.542 1.765 24.326 0,97 0,42
Barat
32 Prov. Nusa Tenggara
103.425 3.232 104.577 2.905 36.803 0,90 0,36
Timur
33 Prov. Papua 36.767 1.149 34.896 969 14.267 0,84 0,39
34 Prov. Papua Barat 14.243 445 15.418 429 6.617 0,96 0,46
1
Tabel 11. Rasio Jumlah Lulusan SMP Terhadap Ketersediaan Jumlah Rombongan
Belajar (Rombel) dan Ruang Kelas di Kelas X SMA
SMP SMA Rasio Rasio
Rombel Lulusan
Lulusan SMP
Lulusan Rombel Siswa Rombel Ruang SMP Terhadap
No Provinsi Baru Terhadap Ruang
Rombel
SMP SMP Kelas Kelas X Kelas X Kelas X
X SMA SMA
1 Prov. D.K.I. Jakarta 122.100 3.816 56.271 1.563 24.452 0,41 0,20
2 Prov. Jawa Barat 580.671 18.146 236.215 6.562 88.249 0,36 0,15
3 Prov. Banten 138.711 4.335 69.849 1.940 24.212 0,45 0,17
4 Prov. Jawa Tengah 389.859 12.183 144.412 4.011 54.706 0,33 0,14
5 Prov. D.I. Yogyakarta 42.648 1.333 19.625 545 8.571 0,41 0,20
6 Prov. Jawa Timur 406.821 12.713 185.897 5.164 70.940 0,41 0,17
7 Prov. Aceh 62.982 1.968 43.742 1.215 23.632 0,62 0,38
8 Prov. Sumatera Utara 214.293 6.697 130.301 3.619 47.861 0,54 0,22
9 Prov. Sumatera Barat 69.142 2.161 52.919 1.470 20.432 0,68 0,30
10 Prov. Riau 83.781 2.618 55.576 1.544 21.001 0,59 0,25
11 Prov. Kepulauan Riau 24.642 833 16.845 468 5.882 0,56 0,24
12 Prov. Jambi 41.177 1.287 26.684 741 10.576 0,58 0,26
13 Prov. Sumatera Selatan 113.786 3.556 71.887 1.997 26.980 0,56 0,24
14 Prov. Kepulauan Bangka 19.288 603 9.947 276 3.649 0,46 0,19
Belitung
15 Prov. Bengkulu 28.059 877 18.212 506 7.238 0,58 0,26
16 Prov. Lampung 101.073 3.159 53.121 1.476 21.426 0,47 0,21
17 Prov. Kalimantan Barat 74.376 2.324 45.945 1.276 16.098 0,55 0,22
18 Prov. Kalimantan 34.838 1.089 20.716 575 8.731 0,53 0,25
Tengah
19 Prov. Kalimantan 39.232 1.226 24.879 691 9.209 0,56 0,23
Selatan
20 Prov. Kalimantan Timur 50.323 1.573 26.237 729 9.524 0,46 0,19
21 Prov. Kalimantan Utara 9.784 306 5.902 164 2.215 0,54 0,23
22 Prov. Sulawesi Utara 39.841 1.245 21.361 593 9.788 0,48 0,25
23 Prov. Gorontalo 16.384 512 11.176 310 3.886 0,61 0,24
24 Prov. Sulawesi Tengah 42.645 1.333 27.511 764 9.945 0,57 0,23
25 Prov. Sulawesi Selatan 126.560 3.955 79.257 2.202 31.507 0,56 0,25
26 Prov. Sulawesi Barat 20.513 641 10.317 287 3.881 0,45 0,19
27 Prov. Sulawesi Tenggara 42.103 1.316 32.016 889 13.802 0,68 0,33
28 Prov. Maluku 31.620 988 24.078 669 10.538 0,68 0,33
29 Prov. Maluku Utara 19.877 621 13.959 388 5.941 0,62 0,30
30 Prov. Bali 66.165 2.068 30.377 844 10.608 0,41 0,16
31 Prov. Nusa Tenggara 58.366 1.824 35.144 976 14.086 0,54 0,24
Barat
32 Prov. Nusa Tenggara 103.425 3.232 69.431 1.929 24.621 0,60 0,24
Timur
33 Prov. Papua 36.767 1.149 22.361 621 8.637 0,54 0,23
34 Prov. Papua Barat 14.243 445 9.849 274 4.289 0,62 0,30
1
Merujuk pada tabel diatas bahwa di jenjang SMA rasio jumlah lulusan SMP
terhadap ketersediaan rombel dan ruang kelas di kelas X SMA untuk masing-
masing provinsi sebesar 53%, sedangkan rasio untuk ruang kelas sejumlah 23%.
1
Diagram 8. Capaian Akreditasi SMA/SMLB Tahun 2015-2019
1
d) Gejala memudarnya karakter siswa dan semangat kebangsaan
Meningkatnya kasus-kasus penyalahgunaan narkotika, perkelahian antar
pelajar dan antar kelompok masyarakat, serta pergaulan bebas, dapat
ditafsirkan sebagai gejala memudarnya pemahaman, penghayatan dan
pengamalan nilai-nilai karakter yang bersumber dari budaya bangsa. Hal
ini menjadi perhatian yang sangat penting bagi dunia pendidikan.
Demikian pula halnya dengan semangat kebangsaan yang dirasakan
menurun. Hal ini dapat dilihat dari semakin menurunnya perilaku saling
menghargai keragaman, toleransi, etika, moral dan gotong• royong, yang
menjadi jati diri bangsa.
Kedua hal tersebut disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya perubahan
dalam tatanan kehidupan dan perilaku akibat perubahan teknologi, serta
era globalisasi.
4 Pendidik dan a. Pengendalian formasi pen-didik, Pemindahan pendidik dan Pemindahan pen-
Tenaga pemindahan pendidik, dan tenaga kependidikan lintas didik dan tenaga
Kependidikan pengembangan karier pendidik daerah kabupaten/kota kependidikan dalam
b. Pemindahan pendidik dan tenaga dalam 1 (satu) daerah daerah kabupaten/
kependidikan lintas daerah provinsi kota.
provinsi
2
No Sub Urusan Pemerintah Pusat Daerah Provinsi Daerah
Kabupaten/Kota
2
pembinaan bahasa dan sastra yang penuturnya lintas daerah kabupaten/kota
dalam 1 (satu) daerah provinsi.
Sub urusan lain yang tidak tercantum dalam Undang-undang No 23 Tahun 2014,
seperti pendanaan, dan lain lain, pembagian wewenangnya dapat dilakukan
berdasarkan kesepakatan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi
serta pemerintah daerah kabupaten/kota berdasarkan kondisi masing-masing
daerah. Meskipun ada pembagian wewenang pusat, provinsi dan kabupaten/kota
terkait tenaga pendidik dan kependidikan serta bahasa dan sastra, di jenjang
Pendidikan Menengah tidak menjadi tupoksi Direktorat SMA.
2
4. Memerdekakan pedagogi, kurikulum, dan asesmen yang sebelumnya
dikendalikan oleh konten menjadi berbasis kompetensi dan nilai-nilai
5. Memerdekakan pendekatan pedagogi yang sebelumnya bersifat pukul rata
(one size fits all) menjadi berpusat pada pelajar dan personalisasi
6. Memerdekakan pembelajaran yang sebelumnya yang didominasi oleh
pembelajaran secara manual/tatap muka, menjadi pembelajaran yang
difasilitasi oleh teknologi
7. Memerdekakan program-program pendidikan yang sebelumnya
dikendalikan oleh pemerintah, menjadi program yang dapat bekerjasama
dengan industri
8. Memerdekakan pendidikan yang sebelumnya dibebani oleh peraturan dan
perangkat administrasi menjadi bebas untuk berinovasi
9. Memerdekakan ekosistem pendidikan yang sebelumnya dikendalikan
pemerintah, menjadi ekosistem yang diwarnai oleh otonomi dan partisipasi
aktif (agency) semua pemangku kepentingan
2
d) Keikutsertaan guru dan Komite Sekolah dalam pengelolaan BOS Reguler
2
program-
2
program pendidikan secara tepat sasaran, dibutuhkan data yang cepat,
lengkap, valid, akuntabel dan terus up to date. Dengan ketersediaan data
yang cepat, lengkap, valid, akuntabel dan up to date tersebut, maka proses
perencanaan, pelaksanaan, pelaporan dan evaluasi kinerja program-program
pendidikan nasional dapat dilaksanakan dengan lebih terukur, tepat sasaran,
efektif, efisien dan berkelanjutan.
Dapodik digunakan dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan penentuan
lokus bantuan sarana prasarana dan DAK fisik; dasar perhitungan dalam
pemberian dana BOS oleh dinas provinsi, sebagai acuan dalam menetapkan
penerima program PIP, dan sebagai instrumen utama pengukuran program
zonasi, serta pemetaan mutu pendidikan. Melihat penggunaan Dapodik yang
begitu besar, kualitas dari Data Pendidikan menjadi salah satu hal yang perlu
diperhatikan oleh satuan pendidikan yaitu:
(1) Proses penginputan dan pemutakhiran Data pendidikan dilakukan oleh
satuan pendidikan dan dikirimkan secara daring melalui sistem informasi
Data pendidikan, dimulai pada awal semester sampai dengan akhir
semester.
(2) Data wajib diperbaharui setiap kali ada perubahan Data pada Entitas Data.
(3) Pemutakhiran Data dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
semester.
2
BAB II
Direktorat SMA, Ditjen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mendukung Visi
dan Misi Presiden untuk mewujudkan Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA)
yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila
yang bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan
berakhlak mulia, bergotong royong, dan berkebinekaan global.
Selaras dengan perwujudan visi dan misi Presiden tersebut, Direktorat Sekolah
Menengah Atas (SMA) sesuai dengan tugas dan kewenangannya, berkomitmen
untuk menciptakan Pelajar Pancasila yang merupakan perwujudan pelajar
Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Keenam ciri tersebut dijabarkan
sebagai berikut:
1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia
Pelajar Indonesia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak
mulia adalah pelajar yang berakhlak dalam hubungannya dengan Tuhan Yang
Maha Esa. Ia memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta menerapkan
pemahaman tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Ada lima elemen kunci
beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia: (a) akhlak
2
beragama; (b) akhlak pribadi; (c) akhlak kepada manusia; (d) akhlak kepada
alam; dan (e) akhlak bernegara.
2. Berkebinekaan global
Pelajar Indonesia mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya,
dan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain, sehingga
menumbuhkan rasa saling menghargai dan kemungkinan terbentuknya budaya
baru yang positif dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa. Elemen
kunci dari berkebinekaan global meliputi mengenal dan menghargai budaya,
kemampuan komunikasi interkultural dalam berinteraksi dengan sesama, dan
refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan.
3. Bergotong royong
Pelajar Indonesia memiliki kemampuan bergotong royong, yaitu kemampuan
untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar
kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah dan ringan. Elemen-
elemen dari bergotong royong adalah kolaborasi, kepedulian, dan berbagi.
4. Mandiri
Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu pelajar yang bertanggung
jawab atas proses dan hasil belajarnya. Elemen kunci dari mandiri terdiri dari
kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi serta regulasi diri.
5. Bernalar kritis
Pelajar yang bernalar kritis mampu secara objektif memproses informasi baik
kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai
informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya.
Elemen-elemen dari bernalar kritis adalah memperoleh dan memproses
informasi dan gagasan, menganalisis dan mengevaluasi penalaran, merefleksi
pemikiran dan proses berpikir, dan mengambil keputusan.
6. Kreatif
Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang
orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Elemen kunci dari kreatif
terdiri dari menghasilkan gagasan yang orisinal serta menghasilkan karya dan
tindakan yang orisinal.
2
Gambar 2. Profil Pelajar Pancasila
Keenam karakteristik ini terwujud melalui penumbuhkembangan nilai-nilai budaya
Indonesia dan Pancasila, yang adalah fondasi bagi segala arahan pembangunan
nasional. Dengan identitas budaya Indonesia dan nilai-nilai Pancasila yang berakar
dalam, masyarakat Indonesia ke depan akan menjadi masyarakat terbuka yang
berkewargaan global - dapat menerima dan memanfaatkan keragaman sumber,
pengalaman, serta nilai-nilai dari beragam budaya yang ada di dunia, namun
sekaligus tidak kehilangan ciri dan identitas khasnya.
Untuk mencapai Visi Direktorat SMA Tahun 2020-2024, maka perlu disusun Misi
Direktorat SMA 2020-2024 sebagai berikut:
2
pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota,
lembaga pendidikan, lembaga swadaya masyarakat, lembaga penelitian,
lembaga pengabdian kepada masyarakat, dunia usaha, dunia industri,
yayasan, perguruan tinggi, dan sebagainya. Kesemuanya diperlukan untuk
memberikan dukungan dan kontribusi nyata dalam berbagai bentuk
program dan/atau kegiatan atau bantuan lainnya dalam mendukung
transformasi dan reformasi pengelolaan pendidikan SMA.
Tabel 13. Tujuan Direktorat Sekolah Menengah Atas (SMA) Tahun 2020-2024
Tujuan Indikator Kinerja Tujuan Target*
Meningkatnya perluasan akses Jumlah provinsi dengan nilai kinerja 20
afirmasi jenjang Pendidikan sekolah (scorecard minimum 75
SMA serta percepatan Wajib (kategori tinggi)
Belajar 12 Tahun
Meningkatnya mutu satuan Persentase satuan pendidikan 20%
Pendidikan pada jenjang jenjang SMA nilai scorecard
Sekolah Menengah Atas minimum 75 (kategori tinggi)
Meningkatnya kualitas Persentase siswa dengan nilai 61,2 %
pembelajaran pada jenjang Asesmen Kompetensi (Literasi)
Sekolah Menengah Atas memenuhi kompetensi minimum
Persentase siswa dengan nilai 30,1%
Asesmen Kompetensi (Numerasi)
memenuhi kompetensi minimum
Meningkatnya Karakter Persentase satuan pendidikan yang 50%
Peserta Didik pada jenjang memiliki lingkungan kondusif
Sekolah Menengah Atas dalam pembangunan karakter
3
Tujuan Indikator Kinerja Tujuan Target*
Persentase data pokok pendidikan 96%
Terwujudnya pengelolaan
jenjang SMA yang akurat,
pendidikan yang partisipatif,
terbarukan dan berkelanjutan
transparan dan akuntabel pada
Skor SAKIP Direktorat SMA A
pada jenjang Sekolah
Nilai Kinerja Anggaran Direktorat 85
Menengah Atas
SMA
*Tahun 2024
Dalam rangka pencapaian visi, misi dan tujuan yang dicanangkan, Direktorat
Sekolah Menengah Atas (SMA) menetapkan sasaran untuk periode 2020-2024
sebagai berikut:
3
2.5. Tata Nilai Direktorat Sekolah Menengah Atas (SMA)
Pelaksanaan misi dan pencapaian visi, tujuan dan sasaran memerlukan penerapan
tata nilai yang sesuai dan mendukung. Tata nilai merupakan dasar sekaligus arah
bagi sikap dan perilaku seluruh pegawai Direktorat SMA dalam menjalankan tugas
membangun pendidikan dan kebudayaan. Berikut ini tata nilai yang menjadi fokus
utama dalam Rencana Strategis Direktorat SMA Tahun 2020-2024:
1. Integritas
Nilai kreatif dan inovatif bermakna memiliki daya cipta dan kemampuan untuk
menciptakan hal baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah
dikenal sebelumnya, baik berupa gagasan, metode, atau alat. Indikator dari
nilai kreatif dan inovatif adalah:
a. Memiliki pola pikir, cara pandang, dan pendekatan yang variatif terhadap
setiap permasalahan, serta mampu menghasilkan karya baru
3
b. Selalu melakukan penyempurnaan dan perbaikan berkala dan berkelanjutan
c. Bersikap terbuka dalam menerima ide-ide baru yang konstruktif
d. Berani mengambil terobosan dan solusi dalam memecahkan masalah
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam bekerja secara
efektif dan efisien
f. Tidak merasa cepat puas dengan hasil yang dicapai
g. Tidak bersikap tertutup terhadap ide-ide pengembangan
h. Tidak monoton
3. Inisiatif
Inisiatif adalah kemampuan bertindak melebihi yang dibutuhkan atau yang
dituntut dari pekerjaan. Pegawai Direktorat SMA sewajarnya melakukan
sesuatu tanpa menunggu perintah lebih dahulu dengan tujuan untuk
memperbaiki atau meningkatkan hasil pekerjaan serta menciptakan peluang
baru atau menghindari timbulnya masalah. Indikator dari nilai inisiatif adalah:
4. Pembelajar
3
c. Berbagi pengetahuan atau pengalaman dengan rekan kerja
d. Memanfaatkan waktu dengan baik
e. Suka mempelajari hal yang baru
f. Rajin belajar atau bertanya atau berdiskusi
5. Menjunjung Meritokrasi
6. Terlibat Aktif
a. Terlibat langsung dalam setiap kegiatan untuk mendukung visi dan misi
Kementerian
b. Memberikan dukungan kepada rekan kerja
c. Peduli dengan aktifitas lingkungan sekitar (tidak apatis)
d. Tidak bersifat pasif. sekedar menunggu perintah
3
7. Tanpa Pamrih
Nilai tanpa pamrih memiliki arti bekerja dengan tulus ikhlas dan penuh
dedikasi. Pegawai Direktorat SMA yang memiliki nilai tanpa pamrih maka
tidak memiliki maksud yang tersembunyi untuk memenuhi keinginan dan
memperoleh keuntungan pribadi. Selain itu, pegawai Direktorat SMA
memberikan inspirasi, dorongan, dan semangat bagi pihak lain untuk
senantiasa berusaha menghasilkan karya terbaiknya sesuai dengan tujuan
bersama. Indikator nilai tanpa pamrih adalah:
3
BAB III
ARAH KEBIJAKAN STRATEGI, KERANGKA REGULASI
DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
Arah Kebijakan dan Strategi Rencana strategis (Renstra) Direktorat SMA Tahun
2020-2024 berfokus pada kebijakan Merdeka Belajar sebagai pedoman bagi
pembangunan SDM dalam menata dan memaksimalkan bonus demografi yang
menjadi kunci tercapainya bangsa maju yang berkeadilan sosial, seperti yang dicita-
citakan oleh para Pendiri Bangsa.
3
a) Peningkatan kompetensi kepemimpinan, kolaborasi antar elemen masyarakat,
dan budaya;
b) Peningkatan infrastruktur serta pemanfaatan teknologi di seluruh satuan
Pendidikan SMA;
c) Perbaikan pada kebijakan, prosedur, dan pendanaan Pendidikan; dan
d) Penyampaian kurikulum, pedagogig, dan asesmen.
Perubahan yang diusung oleh kebijakan Merdeka Belajar akan terjadi pada karegori:
(1) ekosistem pendidikan; (2) guru; (3) pedagogi; (4) kurikulum; dan (5) sistem
penilaian.
“Terwujudnya
Visi Indonesia
tersebut dijalankan maju
dalam yang berdaulat,
9 (sembilan) mandiri,
misi yang dansebagai Nawacita
dikenal
berkepribadian,
Kedua. Nawacita dalam periode berlandaskan
2020-2024 adalah gotong royong”
sebagai berikut:
RPJMN memberikan penjelasan lebih lanjut tentang lima arahan utama Presiden
sebagai strategi dalam pelaksanaan misi Nawacita, termasuk di antaranya arahan
tentang pembangunan SDM:
3
berkualitas dan berdaya saing, dan (2) revolusi mental dan pembangunan
kebudayaan. Pembangunan Manusia dilakukan berlandaskan pada Tiga Pilar
pembangunan, yaitu Layanan Dasar dan Perlindungan Sosial, Produktivitas, dan
Pembangunan Karakter.
3
5) Penguatan tata kelola pendidikan pada Ditjen PAUD, Dikdas,
dan Dikmen.
3
Berdasarkan implementasi kebijakan program merdeka belajar tersebut, maka arah
kebijakan dan strategi yang akan dilakukan oleh Direktorat SMA sebagaimana
tertera pada tabel berikut :
Tabel 15. Arah Kebijakan dan Strategi Direktorat SMA
4
Kebijakan Strategi yang Dilakukan
4
Objective : peningkatan kualitas tata kelola sekolah dalam domain
pengelolaan BOS, pemenuhan sarana prasarana, kualitas pembelajaran dan peserta didik dala kerangka kebijakan merdeka belajar
Penyusunan
Penyusunan rencana pemenuhan kebutuhan sarana dan prasana SMA per Provinsi Identifikasi Sekolah-sekolah
prosedur operasi standar pengelolaan dana BOS SMA yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel. penggerak di jenjang Pendidikan SMA
Penyusunan norma dan standar bagi guru untuk memahami dan memperdalam metode- metode penilaian dan evaluasi proses pembelajaran sis
Penyusunan norma dan standar kerjasama antara SMA penggerak dan SMA lainnya
Penyusunan norma
Penyusunan prosedur operasi standar pelaksanaan program Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik Sub Bidang SMA
dan standar peningkatan kualitas layanan peserta didik untuk pengelolaan sekolah ramah anak di SMA
Penyusunan prosedur operasi standar pelaporan dana BOS SMA
Identifikasi kerjasama antara organisasi Pendidikan dan SMA untuk peningkatan kualitas pengelolaan Pendidi
Penyusunan norma dan standar bagi guru dan mengembangkan instrumen penilaian untuk mengevaluasi kemampuan 4C siswa SMA
Penyusunan evaluasi kinerja pengelolaan program Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik Sub Bidang SMA (performance score card)
Penyusunan norma dan standar peningkatan kualitas layanan peserta didik untuk program- program peningkatan kualitas layanan peserta didik lainnya
Penyusunan norma dan standar kerjasama antara organisasi Pendidikan dengan SMA
Penyusunan prosedur operasi standar validasi data untuk alokasi dana BOS SMA
Backward mapping peningkatan kualitas hasil belajar siswa, Caldwell & Spinks
(1998) The Self Managing School
Gambar 7. Strategi & Kunci Keberhasilan Implementasi Kebijakan Merdeka Belajar
4
Strategi untuk keberhasilan Merdeka Belajar pada jenjang pendidikan SMA, adalah
sebagai berikut:
a) Merubah cara kita berfikir (visi, belief, dan perilaku), seluruh stakeholders
Pendidikan dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya seharusnya mempunyai
tujuan bersama, yaitu memberikan layanan Pendidikan yang berkualitas bagi
siswa SMA;
b) Penguatan kapasitas kepala sekolah dan guru, tentang kepemimpinan kepala
sekolah (e.g., sebagai pemimpin instruksional), tata kelola sekolah
(perencanaan, pembiayaan, pengembangan guru), pengembangan kualitas
kurikulum, pembelajaran dan assessmen pada satuan Pendidikan jenjang SMA;
c) Budaya organisasi sekolah yang demokratis, menghilangkan budaya birokratis
(ABS), kepala sekolah sebagai pemilik otoritas tunggal pada satuan Pendidikan
jenjang SMA.
4
Urgensi Pembentukan berdasarkan
Arah Kerangka Regulasi dan/atau
No Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian,
Kebutuhan Regulasi
dan Penellitian
kemampuan dan kewenangan masing-
masing menanggung biaya investasi,
biaya operasional, beasiswa, dan/atau
bantuan biaya pendidikan bagi satuan
pendidikan menengah yang
diselenggarakan oleh Pemerintah atau
pemerintah daerah sesuai aturan.
7 Permendikbud No. 36 tahun 2014 SMA merupakan kewenangan
tentang Pedoman Pendirian, Pemerintah Provinsi. Oleh karena itu,
Perubahan dan Penutupan Satuan pendirian, perubahan, dan penutupan
Pendidikan Dasar dan Menengah. satuan pendidikan SMA, merupakan
kewenangan Pemerintah Provinsi
8 Permendikbud No. 159 Tahun 2014 Evaluasi kurikulum tertuang dalam
tentang Evaluasi Kurikulum Permendikbud No. 159 Tahun 2014
tentang Evaluasi Kurikulum. Dalam
praktiknya, Evaluasi Kurikulum
dilakukan terhadap empat hal pokok,
yakni (1) Evaluasi pengembangan
Dokumen Kurikulum; (2) evaluasi
Implementasi Kurikulum; (3) Evaluasi
Hasil Kurikulum; dan (4) evaluasi
Dampak Kurikulum. Berdasarkan
evaluasi terhadap keempat hal inilah
diambil kebijakan perubahan kurikulum
9 Permendikbud No. 28 tahun 2016 Peraturan menteri tersebut merupakan
tentang Sistem Penjaminan Mutu salah satu payung hukum bagi satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah pendidikan dalam melaksanakan
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan di
Satuan Pendidikan.
10 Permendikbud No. 75 Tahun 2016 Komite Sekolah tidak diperkenankan
tentang Komite Sekolah melakukan pungutan
11 Permendikbud Nomor 22 Tahun Aturan ini dikeluarkan sebagai amanat
2016 tentang Standar Proses Undang-undang dan juga mengacu pada
Pendidikan Dasar dan Menengah Standar Proses
12 Permendikbud No 20,21,22 dan 23 Keempat peraturan menteri ini tidak
Tahun 2016 tentang Standar dapat dilepaskan dari adanya upaya
Kompetensi Lulusan, Standar Isi, revisi Kurikulum 2013 yang saat ini
Standar Proses dan Standar Penilaian sedang diterapkan di beberapa sekolah
sasaran. Dengan kata lain, keempat
peraturan menteri ini pada dasarnya
merupakan landasan yuridis bagi
penerapan kurikulum 2013 yang telah
direvisi.
13 Permendikbud Nomor 14 tahun 2018 Permendikbud Nomor 14 tahun 2018
Tentang Penerimaan Peserta Didik ini bertujuan untuk merevitalisasi
Baru TK SD SMP SMA SMK dan pelaksanaan PPDB pada satuan
Sederajat pendidikan formal agar berlangsung
4
Urgensi Pembentukan berdasarkan
Arah Kerangka Regulasi dan/atau
No Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian,
Kebutuhan Regulasi
dan Penellitian
secara lebih objektif, akuntabel,
transparan, nondiskriminatif, dan
berkeadilan sehingga dapat
meningkatkan akses layanan
pendidikan.
14 Permendikbud Nomor 20 tahun 2019 Beberapa perubahan yang dilakukan
tentang Perubahan atas Peraturan mengenai kuota peserta didik
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan berdasarkan zona ditetapkan paling
Nomor 51 Tahun 2018. sedikit 80% dari daya tampung
Sekolah. jalur prestasi paling banyak
15% dan Jalur perpindahan tugas orang
tua/wali paling banyak 5%. Selain itu,
Permendikbud ini juga menyatakan
calon peserta didik hanya dapat
memilih
satu jalur dari tiga jalur pendaftaran
PPDB.
15 Permendikbud No. 43 Tahun 2019 Penyelenggaraan UN adalah Badan
tentang Penyelenggaraan Ujian yang Standar Nasional Pendidikan (BSNP)
diselenggarakan Satuan Pendidikan bekerjasama dengan instansi terkait
dan Ujian Nasional. untuk mengukur pencapaian
kompetensi lulusan
2. membangun struktur organisasi yang tepat fungsi, tepat proses dan tepat
ukuran untuk menghindari duplikasi fungsi dan meningkatkan efektivitas dan
efisiensi Direktorat SMA dalam melaksanakan program-programnya; dan
4
Berikut ini adalah struktur organisasi dan anggaran berdasarkan Tugas Pokok dan
Fungsi dari Direktorat Sekolah Menengah Atas berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2020 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 45 Tahun
2019 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan Dan
Kebudayaan.
a. perumusan kebijakan di bidang peserta didik, sarana prasarana, tata kelola, dan
penilaian pada sekolah menengah atas dan pendidikan layanan khusus pada
sekolah menengah atas;
b. perumusan standar di bidang peserta didik, sarana prasarana, tata kelola, dan
penilaian pada sekolah menengah atas dan pendidikan layanan khusus pada
sekolah menengah atas;
c. pelaksanaan kebijakan penjaminan mutu di bidang peserta didik, sarana
prasarana, tata kelola, dan penilaian pada sekolah menengah atas dan
pendidikan layanan khusus pada sekolah menengah atas;
d. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang peserta didik,
sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada sekolah menengah atas dan
pendidikan layanan khusus pada sekolah menengah atas;
4
e. fasilitasi penyelenggaraan di bidang peserta didik, sarana prasarana, tata
kelola, dan penilaian pada sekolah menengah atas dan pendidikan layanan
khusus pada sekolah menengah atas;
f. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peserta didik, sarana
prasarana, tata kelola, dan penilaian pada sekolah menengah atas dan
pendidikan layanan khusus pada sekolah menengah atas;
g. penyiapan pemberian izin penyelenggaraan sekolah menengah atas yang
diselenggarakan perwakilan negara asing atau lembaga asing;
h. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang peserta didik, sarana prasarana,
tata kelola, dan penilaian pada sekolah menengah atas dan pendidikan layanan
khusus pada sekolah menengah atas; dan
i. pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat.
4
Terdapat tiga sasaran utama yang harus dicapai Direktorat SMA melalui program
reformasi birokrasi yakni, birokrasi yang bersih dan akuntabel, birokrasi yang
kapabel, dan pelayanan publik yang prima. Birokrasi yang bersih dan akuntabel
ditunjukan oleh indeks perilaku anti korupsi, nilai SAKIP, dan Opini BPK.
Birokrasi yang kapabel ditunjukan oleh indeks kelembagaan, indeks sistem
pemerintahan berbasis elektronik, dan indeks profesionalitas ASN. Sedangkan
pelayanan publik yang prima ditunjukan oleh indek pelayanan publik meliputi
kualitas, akses, dan kepatuhan peraturan.
Selain itu, upaya yang telah dilakukan oleh Direktorat SMA antara lain pimpinan
berperan sebagai role model dalam pelaksanaan Pembangunan Wilayah Bebas dari
Korupsi; memiliki POS yang mengacu pada proses bisnis instansi dan telah
diterapkan serta dievaluasi; melakukan monitoring pelaksanaan kebijakan berupa
instrumen yang menjaring informasi terkait keterbukaan informasi publik yaitu
melalui penjaringan informasi dan evaluasi efektivitas penggunaan laman, media
sosial, serta media cetak Direktorat SMA; mengikuti assessmen yang dilakukan
oleh Biro SDM untuk semua pegawai dalam rangka mengetahui kompetensi setiap
pegawai; memiliki penetapan kinerja individu yang terkait dengan perjanjian
kinerja organisasi; pimpinan selalu terlibat secara langsung pada saat penyusunan
dokumen perencanaan seperti Renstra, Program Kerja, dan Action Plan;
membangun lingkungan pengendalian organisasi dengan mengusulkan TIM SPI
dan SPIP; mengimplementasikan kebijakan pengaduan masyarakat; survey
kepuasan pelanggan telah dilaksanakan pada setiap kegiatan workshop/bimbingan
teknis untuk mengetahui sejauh mana stakeholder memberikan penilaian terhadap
layanan yang diberikan oleh Direktorat SMA. Meningkatkan pelaksanaan
reformasi birokrasi di delapan area perubahan yaitu manajemen perubahan,
deregulasi kebijakan, organisasi, tata laksana, SDM aparatur, akuntabilitas,
pengawasan, dan pelayanan publik.
profil RB.
5
BAB IV
Dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh Direktorat SMA yang selaras
dengan pencapaian tujuan dan target Kemendikbud, Direktorat SMA menetapkan
target kinerja sebagaimana tercantum pada tabel sebagai berikut
5
Selanjutnya, untuk mendukung tercapainya indikator kinerja yang sudah ditetapkan
dalam Renstra Direktorat SMA, kegiatan-kegiatan utama yang akan dilakukan
sebagai intervensi untuk mencapai sasaran.
5
Anggaran
No Indikator Kinerja Kegiatan
2020 2021 2022 2023 2024
5
Anggaran
No Indikator Kinerja Kegiatan
2020 2021 2022 2023 2024
Layanan Dukungan
5627.970 55.052.666.000 39.849.999.000 41.045.498.970 42.276.863.939 43.545.169.857
Manajemen Satker
5
BAB V
PENUTUP
5
Lampiran I: Matriks Kinerja Direktorat Sekolah Menengah Atas (SMA) Tahun 2020-2024
1
Program/ Sasaran Program (Outcome)/Sasaran kegiatan (Output)/Indikator
Satuan 2020 2021 2022 2023 2024
Kegiatan (IKSS,IKP,IKK)
IKK Jumlah SMA yang menjadi Sekolah Penggerak sekolah - 650 1.300 1.950 2.600
Persentase SMA yang memiliki nilai kinerja sekolah (Score Card) minimal 75 % - 5,0 10,0 15,0 20,0
IKK
(Kategori Sangat Tinggi)
Persentase siswa SMA dengan nilai Asesmen Kompetensi (Literasi) memenuhi % 53,0 55,0 58,0 60,0 63,0
IKK
kompetensi minimum
Persentase siswa SMA dengan nilai Asesmen Kompetensi (Numerasi) memenuhi % 26,5 27,4 28,3 29,2 30,1
IKK
kompetensi minimum
Persentase SMA yang menggunakan peralatan TIK (komputer) dalam proses % 73,84 76,06 78,34 80,69 83,11
IKK
pembelajaran
IKK Persentase SMA yang memiliki lingkungan kondusif dalam pembangunan karakter % 30 35 40 45 50
IKK Persentase data pokok pendidikan SMA yang akurat, terbarukan dan berkelanjutan % 95,10 95,20 95,30 95,40 95,50