Anda di halaman 1dari 50

K.

12
Evaporator
(50 slides)

1
Pustaka:
1. Sinott, R.K., 2005, “Chemical Engineering
Design, Coulson’s Richardsons Chemical
Engineering Series”, Vol 6, Elsevier, Ch. 10.5
10.5 Separation of dissolved solids 432
10.5.1 Evaporators
10.5.2 Crystallisation
2. Sinott, idem, Vol.2, Ch. 14.1
Topik antara lain: perpindahan panas di
evaporator, single effect evaporator, multiple
effect evaporator, dan tipe dasar alat.
2
Evaporasi & kristalisasi = proses pemisahan solid
terlarut.
Kadang untuk “menyaring” solid terlarut
digunakan filtrasi membran seperti reverse
osmosis serta mikro dan ultra filtrasi.
Evaporasi = proses penghilangan solven dari
larutan solid yang non volatil melalui penguapan
solven dalam alat evaporator.
Umumnya evaporator digunakan untuk pemekatan
larutan, biasanya sebelum kristalisasi, tapi dengan
desain khusus bisa diperoleh produk solid kering.
3
Jenis/tipe evaporator antara lain:
1. Direct-heated evaporators
2. Long-tube evaporators
3. Forced-circulation evaporators
4. Agitated thin-film evaporators
5. Short-tube evaporators.

4
1. Direct-heated evaporators
Termasuk solar pans dan alat submerged combustion.
Contoh evaporator direct heating misalnya pada
pemekatan larutan garam Glauber menggunakan sinar
matahari.
• Larutan dipompa ke kolam sedalam 3-5m untuk
dikristalkan.
• Garam yang dihasilkan diangkut oleh conveyor ke
evaporator khusus dengan gas panas yang masuk
melalui saluran tahan panas pada suhu 1,150–1,250 K
dan ke luar pada sekitar 330 K.
• Kristal garam yang meleleh oleh air kristalnya,
dikeringkan dalam aliran gas panas.
• Ternyata laju evaporasi naik dengan kedalaman larutan.5
•Submerged combustion evaporator dapat dipakai jika
kontaminasi larutan oleh hasil pembakaran dapat diterima.
•Alat submerged combustion of a gas seperti gas alam, dipakai
untuk memekatkan larutan sangat korosif, termasuk limbah
acar, asam fosfat dan asam sulfat encer.
•Figure 14.16 gambar burner untuk direct immersion dalam
larutan oleh SWINDIN(25). Kedalaman perendaman burner
ditentukan waktu absorpsi panas. Burner 50 mm dapat
direndam dalam 250 mm sedang burner 175 mm sekitar 450
mm.
•Efisiensi absorpsi panas diukur dengan beda suhu antara liquid
dan gas yang meninggalkan permukaan, praktis didapat nilai 2–
5 deg K.
•Yang paling menarik dari cara ini, selain mampu menangani
larutan korosif, ialah diperolehnya heat release yang sangat
besar dan transmisi panas ke liquid yang hampir instan,
tipikalnya 70 MW/m3. 6
Figure 14.16. Burner for submerged combustion(25)
7
2. Long-tube evaporators (Figure 10.32)
• Di sini liquid mengalir sebagai film tipis pada
dinding tube vertikal yang panjang dan
dipanaskan.
• Tipe film: rising film atau falling film.
• Alat ini berkapasitas tinggi dan cocok untuk
larutan dengan viskositas rendah.

8
Figure 10.32. Long-tube evaporators (a) Rising film (b) Falling film
9
3. Forced-circulation evaporators (Figure 10.33)
Di sini liquid dipompa melalui tube. Alat ini cocok untuk bahan
yang cenderung meng-foul permukaan transfer panas; dapat
terjadi kristalisasi dalam evaporator.

4. Agitated thin-film evaporators (Figure 10.34)


Ada alat mekanis yang menghamparkan lapis tipis larutan pada
permukaan pemanas. WipedTfilm evaporator dipakai untuk
bahan yang sangat kental dan untuk membuat produk solid.
Desain dan pemakaian evaporator tipe ini dibahas oleh
Mutzenburg (1965), Parker (1965) dan Fischer (1965).

5. Short-tube evaporators
Juga disebut callandria evaporator, dipakai dalam industri gula;
Lihat di Sinott Volume 2.
10
Figure 10.33. Forced-circulation evaporators
(a) Submerged tube, (b) Boiling tube 11
Figure 10.34. Horizontal wiped-film evaporator

12
Pemilihan Evaporator
Pemilihan tipe evaporator yang tepat untuk keperluan tertentu
bergantung pada:
1. Kapasitas yang diinginkan.
2. Viskositas umpan dan kenaikan viskositas selama evaporasi.
3. Sifat produk yang diinginkan; solid, slurry, atau larutan
pekat.
4. Sensitifitas panas produk.
5. Apakah bahan bersifat fouling atau non-fouling.
6. Apakah larutan cenderung berbusa.
7. Apakah dapat dipakai direct heating.
Tabel 10.35 dapat digunakan untuk memilih tipe evaporator.
13
.

14
Alat tambahan
•Pada evaporator vakum digunakan kondenser dan
pompa vakum.
•Biasanya untuk larutan aqueous digunakan steam
ejector dan jet condenser.
•Jet condenser merupakan direct-contact condenser,
yang mengkondensasikan uap melalui kontak
dengan jet dari cooling water.
•Indirect, surface condenser, digunakan jika
diinginkan agar uap yang terkondensasi terpisah
dari efluen air pendingin.
15
14.2.4. Vacuum operation
•Liquid yang sensitif memerlukan suhu rendah; ini
dapat dicapai dengan pendidihan vakum seperti di
bagian akhir dari sistem multi-effect.
•Operasi vakum menaikkan beda suhu antara uap
dan larutan yang mendidih seperti Table 14.1,
sehingga cenderung menaikkan heat flux.
•Pada saat sama, penurunan suhu didih biasanya
menyebabkan bahan lebih kental dan koefisien
transfer panas film lebih rendah.

16
•Evaporator standar yang menggunakan uap pada 135
kN/m2 dan 380 K, dengan total heat content 2,685
kJ/kg, maka pada penguapan cairan seperti air,
kapasitas vakumnya = (101.3/13.5) = 7.5 kali lebih
besar dari kapasitas pada tekanan atmosfer.
•Keuntungan kapasitas lebih sangat diperhitungkan
meski tidak ada perubahan nyata konsumsi uap pada
alat.
•Dalam praktek, kelebihan tidak sebesar itu karena
operasi pada titik didih rendah menurunkan nilai
koefisien transfer panas, dan dibutuhkan energi
tambahan untuk mencapai dan menjaga kondisi
vakum.
17
.

18
14.3. SINGLE-EFFECT EVAPORATORS
• Single-effect evaporator digunakan jika aliran rendah,
jika harga uap murah, jika harus digunakan bahan
konstruksi yang mahal seperti pada penanganan umpan
korosif dan jika uap sangat terkontaminasi sehingga
tidak dapat digunakan lagi.
• Alat single effect dapat beroperasi secara batch, semi-
batch atau continuous batch atau kontinu.
• Secara strict, alat batch butuh step filling, evaporating
dan emptying yang berurutan. Cara operasi ini jarang
digunakan karena butuh bejana yang cukup besar untuk
menampung seluruh umpan dan butuh heating element
yang cukup rendah untuk memastikan bahwa ia tidak
terbuka ketika volume diturunkan ke volume produk.
19
• Semi-batch merupakan operasi lebih umum dengan
umpan dimasukkan kontinu untuk menjaga level tetap,
sampai seluruh bahan mencapai densitas produk yang
dikehendaki.
• Batch-operated evaporator sering dengan umpan
kontinu dan, pada sedikit bagian dari siklus, suatu
pengeluaran yang kontinu. Sering umpan dari tangki
penyimpan dikembalikan sampai seluruh isi tangki
mencapai konsentrasi yang diinginkan. Evaporasi
diakhiri dengan operasi batch.
• Intinya, evaporator kontinu memiliki umpan dan
pengeluaran yang kontinu serta konsentrasi umpan dan
keluaran yang tetap/konstan.
20
•Kebutuhan panas evaporator kontinu single-effect dapat
diperoleh dari neraca massa dan energi. Jika data entalpi
atau kapasitas panas dan panas pelarutan tidak ada, maka
panas yang dibutuhkan dapat dihitung sebagai jumlah
panas yang diperlukan untuk menaikkan suhu umpan ke
suhu produk dan panas yang dibutuhkan untuk
penguapan air.
•Panas laten air diambil pada tekanan vapour head,
bukannya suhu produk, untuk mengimbangi, paling
tidak, panas pelarutan. Jika data tekanan uap dari cairan
cukup, ada cara menghitung true latent heat dari slope
garis D¨uhring dan detil oleh OTHMER(11).
•Biasanya kebutuhan panas pada operasi batch seperti
pada evaporasi kontinu. 21
•Meskipun suhu dan kadang tekanan uap akan berubah
selama siklus, yang mengakibatkan perubahan entalpi,
tapi karena entalpi uap air hanya berubah sedikit dengan
suhu, maka beda kebutuhan panas pada kontinu dan
batch hampir dapat diabaikan untuk semua keperluan
praktis.
•Variasi sifat fluida seperti viskositas dan kenaikan titik
didih memiliki efek jauh lebih besar pada transfer panas,
meski mereka hanya dapat diperkirakan melalui
perhitungan step-wise.
•Pada perkiraan suhu didih untuk alat tipe tertentu, efek
suhu pada sifat transfer panas harus diperhitungkan.
•Pada suhu rendah, evaporator tipe tertentu menunjukkan
penurunan berarti koefisien transfer panas yang sering
lebih dari cukup untuk meniadakan setiap kenaikan suhu
yang ada.
•Suhu dan beaya umpan cooling water ke condenser juga
penting di sini.
22
Example 14.1
•Evaporator single-effect digunakan untuk
memekatkan 7 kg/s larutan dari 10 ke 50% solid.
•Steam tersedia pada 205 kN/m2 dan evaporasi terjadi
pada 13.5 kN/m2.
•Jika koefisien transfer panas overall 3 kW/m2 deg K,
perkirakanlah luas muka pemanas yang dibutuhkan
dan jumlah uap yang digunakan jika umpan pada 294
K dan kondensat meninggalkan ruang pemanasan
pada 352.7 K.
•Harga Cp dari larutan 10 dan 50% ialah 3.76 dan 3.14
kJ/kg deg K.
23
Penyelesaian
Dianggap uap kering, dan jenuh pada 205 kN/m2, maka dari
Steam Tables suhu uap = 394 K, sehingga entalpi total = 2,530
kJ/kg.
Pada 13.5 kN/m2, air mendidih pada 325 K, dan, tanpa adanya
data kenaikan titik didih, maka ini akan diambil sebagai suhu
evaporasi, dengan anggapan larutan aqueous.
Entalpi steam total pada 325 K ialah 2,594 kJ/kg.
Umpan, mengandung 10% solid, harus dipanasi dari 294 ke
325 K, yakni suhu evaporasi.
Dalam umpan, massa solid kering = (7 × 10)/100 = 0.7 kg/s
dan, untuk x kg/s air dalam produk:
(0.7 × 100)/(0.7 + x) = 50
maka: x = 0.7 kg/s
Sehingga air yang harus diuapkan = (7.0 − 0.7) − 0.7 = 5.6 kg/s
24
Ringkasan:
Arus Solids Liquid Total
(kg/s) (kg/s) (kg/s)
Umpan 0.7 6.3 7.0
Produk 0.7 0.7 1.4
Evaporasi - 5.6 5.6

Gunakan datum 273 K:


Panas masuk bersama umpan = (7.0 × 3.76)(294 − 273) = 552.7 kW
Panas ke luar bersama produk = (1.4 × 3.14)(325 − 273) = 228.6 kW
Panas ke luar bersama air yang menguap = (5.6 × 2594) = 14,526 kW
Maka:
Panas ditransfer dari uap = (14,526 + 228.6) − 552.7 = 14,202 kW

25
Entalpi uap terkondensasi ke luar pada 352.7 K
= 4.18(352.7 − 273) = 333.2 kJ/kg
Panas ditransfer dari 1 kg uap
= (2,530 − 333.2) = 2,196.8 kJ/kg
sehingga:
Kebutuhan uap = (14, 202/2,196.8) = 6.47 kg/s.
Karena preheating larutan dan sub-cooling dari
kondensat memberikan heat load yang kecil, maka
driving force suhu dapat diambil dari beda suhu antara
uap terkondensasi dan air terevaporasi, yaitu:
∆T = (394 − 325) = 69 deg K
sehingga: Luas transfer panas,
A = Q/U∆T (persamaan 14.1)
= 14, 202/(3 × 69) = 68.6 m2
26
14.4. MULTIPLE-EFFECT EVAPORATORS
Evaporator single effect menggunakan lebih dari 1 kg
uap untuk menguapkan 1 kg air. Ada tiga cara
meningkatkan kinerjanya, dengan penurunan
langsung konsumsi uap atau dengan menaikkan
efisiensi energi alat keseluruhan.
Cara tersebut ialah:
(a) Operasi multiple effect
(b) Rekompresi uap yang naik dari evaporator
(c) Evaporasi pada suhu rendah menggunakan heat
pump cycle.
Cara pertama dijelaskan di sini, cara kedua dan ketiga
di Section 14.5. 27
14.4.1. General principles
•Jika suatu evaporator diumpani uap pada 399 K
dengan panas total 2,714 kJ/kg, menguapkan air pada
373 K, maka setiap kg uap air hasil akan memiliki
kandungan panas total 2,675 kJ.
•Jika panas ini dibiarkan terbuang dengan
mengkondensasikan uap dalam tubular condenser
atau dalam jet condenser secara direct contact
misalnya, maka sistem tersebut menggambarkan
penggunaan uap yang sangat buruk.
•Uap hasil dapat dilewatkan alat calandria serupa, asal
suhu pendidihan pada alat kedua diturunkan sehingga
dapat dijaga adanya beda suhu yang cukup. 28
•Hal ini, dijelaskan di Section 14.2.4, dapat
dilakukan dengan menggunakan vakum pada
second effect untuk menurunkan titik didih liquid.
Ini merupakan dasar capaian sistem multiple effect
yang diperkenalkan oleh Rillieux sekitar 1830.
Untuk 3 evaporator di Figure 14.5, dengan suhu dan
tekanan berurutan tiap unit T1, T2, T3, dan P1, P2,
P3, jika liquid tidak memiliki kenaikan titik didih,
maka panas ditransfer per unit waktu setiap effect:
Effect 1 Q1 = U1.A1.∆T1, dengan ∆T1 = (T0 − T1),
Effect 2 Q2 = U2.A2.∆T2, dengan ∆T2 = (T1 − T2),
Effect 3 Q3 = U3.A3.∆T3, dengan ∆T3 = (T2 − T3). 29
Figure 14.5. Forward-feed arrangement for a triple-effect evaporator
30
Dengan mengabaikan panas yang dibutuhkan untuk
memanaskan umpan dari Tf ke T1, panas Q1
ditransfer menembusi A1 sebagai panas laten dalam
uap D1 dan dipakai sebagai uap pada 2nd effect,
maka:
Q1 = Q2 = Q3
Sehingga: U1A1∆T1 = U2A2∆T2 = U3A3∆T3 (14.7)
Jika, umumnya, setiap effect identikk, maka,
A1 = A2 = A3,
Sehingga: U1∆T1 = U2∆T2 = U3∆T3 (14.8)

31
Pada analisis ini, beda suhu setiap effect berbanding
terbalik dengan koefisien transfer panas.
Hal ini merupakan penyederhanaan, karena:
(a) panas yang dibutuhkan untuk memanaskan
umpan dari Tf ke T1 telah diabaikan
(b) liquid yang melewati stage ① ke ② membawa
panas ke second effect, dan ini bertanggung
jawab terhadap sebagian penguapan. Hal ini juga
berlaku pada third effect.

32
•Panas laten yang dibutuhkan untuk menguapkan 1 kg air
pada ①, hampir sama dengan panas yang diperoleh dari
kondensasi 1 kg uap pada T0.
•Jadi 1 kg uap masuk ke ① menguapkan 1 kg air di ①.
Kemudian, 1 kg uap dari ① menguapkan sekitar 1 kg
uap di ②. Jadi, dalam sistem N effects, 1 kg uap masuk
first effect akan menguapkan seluruh sekitar N kg liquid.
•Ini memberi gambaran sederhana, tapi menunjukkan hal
yang menarik dari sistem multiple-effect yaitu
diperolehnya penguapan yang jauh lebih banyak per kg
uap dibanding single-effect.
•Ekonomi sistem, diukur dari kg air teruapkan per kg uap
terkondensasi, meningkat dengan jumlah effect.
33
Air menguap setiap efek sebanding Q, karena panas laten
hampir tetap.
Maka kapasitas total:
Q = Q1 + Q2 + Q3
= U1A1∆T1 + U1A2∆T2 + U3A3∆T3 (14.9)
Jika diambil koefisien rata-rata Uav, maka:
Q = Uav(∆T1 + ∆T2 + ∆T3)A (14.10)
dianggap area tiap efek sama.
Single-effect evaporator beroperasi dengan beda suhu ∑∆T,
dan koefisien rata-rata Uav, akan memiliki kapasitas sama,
Q = UavA∑∆T.
Tampak bahwa kapasitas sistem multiple-effect sama seperti
single effect yang beroperasi pada beda suhu total yang sama
dan area A yang sama dengan alat multiple-effect.
Keunggulan sistem multiple-effect ialah penggunaan uap
yang lebih baik, meski untuk mencapainya butuh capital
outlay yang jauh lebih tinggi oleh peningkatan jumlah alat
serta perlengkapannya. 34
14.4.2. The calculation of multiple-effect systems
•Pada persamaan di Section 14.4.1, bermacam
asumsi penyederhanaan telah diambil yang kini
dipakai lanjut pada perhitungan sistem multiple-
effect.
•Khususnya distribusi suhu dalam sistem dan area
transfer panas yang dibutuhkan pada tiap efek
telah dapat ditentukan.
•Caranya dicontohkan di Example 14.2 yang pada
pokoknya berdasar karya HAUSBRAND(12).

35
Example 14.2A (Forward-feed)
•Larutan 4 kg/s (14.4 tonne/hour), mengandung 10% solid
diumpankan pada 294 K ke 1st effect alat triple-effect.
•Larutan 50% solid dikeluarkan dari 3rd effect, pada
tekanan 13 kN/m2 (∼0.13 bar). Larutan dianggap
memiliki panas spesifik 4.18 kJ/kg K dan tidak memiliki
kenaikan titik didih.
•Saturated dry steam pada 205 kN/m2 diumpankan ke
heating element pada 1st effect, dan kondensat
dikeluarkan pada suhu uap tiap efek seperti Figure 14.5.
•Jika ketiga alat memiliki area sama, perkirakan areanya,
beda suhu dan kebutuhan uap.
•Heat transfer coefficient dapat dianggap 3.1, 2.0 dan 1.1
kW/m2 K untuk 1st, 2nd, dan 3rd effect. 36
Penyelesaian 1
•Penyelesaian tepat tidak diperlukan atau dimungkinkan,
karena selama operasi evaporator, variasi level liquid,
misalnya, akan mengubah koefisien transfer panas
sehingga juga mengubah distribusi suhu.
•Perlu asumsi nilai koefisien transfer panas meskipun,
seperti catatan sebelumnya, ini hanya pendekatan dan nilai
sebenarnya akan berdasar pengalaman praktis dengan
larutan serupa pada tipe evaporator serupa.
•Suhu dry saturated steam pada 205 kN/m2 = 394 K.
•Pada tekanan 13 kN/m2 (0.13 bar), titik didih air ialah 325
K, sehingga beda suhu total ∑∆T = (394 − 325) = 69 deg K.

37
Pendekatan pertama.
Dianggap: U1∆T1 = U2∆T2 = U3∆T3 (persamaan 14.8),
masukkan nilai U1, U2 dan U3 dan ∑∆T = 69 deg K
menghasilkan:
∆T1 = 13 deg K,
∆T2 = 20 deg K,
∆T3 = 36 deg K.
Karena umpan dingin, maka butuh nilai ∆T1 lebih besar dari
yang diberikan oleh analisis ini. Dianggap bahwa ∆T1 = 18 deg
K, ∆T2 = 17 deg K, ∆T3 = 34 deg K.
Jika panas laten ialah λ0, λ1, λ2 and λ3, maka dari Steam Tables:
Untuk uap ke 1: T0 = 394 K dan λ0 = 2,200 kJ/kg
Untuk uap ke 2: T1 = 376 K dan λ1 = 2,249 kJ/kg
Untuk uap ke 3: T2 = 359 K dan λ2 = 2,293 kJ/kg
T3 = 325 K dan λ3 = 2,377 kJ/kg 38
Dianggap kondensat keluar pada suhu uap, maka neraca
panas pada tiap efek dapat ditulis:
Effect 1:
D0λ0 = GFCp(T1 − Tf ) + D1λ1,
atau 2,200 D0 = 4 × 4.18(376 − 294) + 2,249 D1
Effect 2:
D1λ1 + (GF − D1)Cp(T1 − T2) = D2λ2, or 2,249 D1 + (4 −
D1)4.18(376 − 359) = 2,293 D2
Effect 3:
D2λ2 + (GF − D1 − D2)Cp(T2 − T3) = D3λ3,
atau 2,293 D2 + (4 − D1 − D2)4.18(359 − 325) = 2,377 D3
dengan GF = mass flowrate dari larutan yang
diumpankan ke sistem, dan Cp kapasitas panas spesifik
liquid, yang dianggap tetap.
39
Neraca massa pada evaporator:
Solids Liquor Total
(kg/s) (kg/s) (kg/s)
Feed 0.4 3.6 4.0
Product 0.4 0.4 0.8
Evaporation 3.2 3.2

40
Menggunakan persamaan sebelumnya dan fakta bahwa
(D1 + D2 + D3) = 3.2 kg/s, maka evaporasi tiap alat yaitu,
D1 ≈ 0.991, D2 ≈ 1.065, D3 ≈ 1.144, D0 ≈ 1.635 kg/s.
Area permukaan tiap calandria yang dibutuhkan untuk
mentransfer panas yang dibutuhkan pada beda suhu yang
diberikan dapat diperoleh dari:
A1 = D0λ0/U1∆T1
= (1.635 × 2,200)/(3.1 × 18) = 64.5 m2
A2 = D1λ1/U2∆T2
= (0.991 × 2,249)/(2.0 × 17) = 65.6 m2
A3 = D2λ2/U3∆T3
= (1.085 × 2,293)/(1.1 × 34) = 65.3 m2

41
•Tiga area terhitung hampir sama, sehingga
asumsi beda suhu yang diambil hampir tepat.
•Dalam praktek, ∆T1 akan sedikit lebih tinggi
karena A1 merupakan area terkecil.
•Patut dicatat bahwa berdasar perhitungan ini,
ekonomi diberikan oleh e = (3.2/1.635) = 2.0.
•Jadi, alat triple effect yang bekerja pada kondisi
ini memberikan penurunan pemakaian uap
dibanding single effect, meskipun tidak terlalu
tinggi secara ekonomi.

42
•Cara sederhana penyelesaian evaporasi multiple
effect diberikan oleh STORROW(13), khususnya
berguna untuk sistem dengan sejumlah besar efek
karena dapat menghilangkan keharusan
penyelesaian banyak persamaan simultan.
•Pada dasarnya cara ini hanya bergantung pada
penentuan nilai pendekatan kuantitas panas yang
merupakan bagian kecil dari keseluruhan.
•Example 14.2A kini diselesaikan dengan cara ini.

43
Penyelesaian 2
•Dari Figure 14.5 tampak bahwa untuk umpan GF ke first
effect, uap D1 dan liquor (GF − D1) diumpankan ke
depan, ke second effect.
•Pada first effect, sebagian uap terkondensasi untuk
menaikkan suhu umpan ke titik didihnya dan sebagian
untuk efek evaporasi.
•Pada second effect, uap terbentuk lebih lanjut terutama
hasil kondensasi uap dari first effect dan sebagian kecil
oleh flash vaporization dari larutan pekat yang
diumpankan ke depan.
•Karena jumlah uap terbentuk oleh yang terakhir ini
biasanya hanya sedikit, maka hanya dapat diperkirakan,
pendekatan.
•Demikian pula, uap terbentuk oleh flash evaporation di
3rd effect hanya bagian kecil dari total dan hanya perlu
perhitungan pendekatan. 44
Pembentukan uap oleh flash vaporisation—perhitungan
pendekatan
Jika panas ditransfer pada tiap efek sama, maka:
U1∆T1 = U2∆T2 = U3∆T3 (persamaan 14.8)
atau: 3.1∆T1 = 2.0∆T2 = 1.1∆T3
Suhu uap = 394 K. Suhu dalam kondenser = 325 K.
sehingga: ∑∆T = (394 − 325) = 69 deg K
Terhitung: ∆T1 = 13 deg K, ∆T2 = 20 deg K, ∆T3 = 36 deg K
Nilai ∆T ini akan valid jika umpan kira-kira pada titik didihnya.
Perhitungan beda suhu untuk alokasi fakta bahwa umpan masuk
pada suhu lingkungan, memberikan:
∆T1 = 18 deg K ∆T2 = 18 deg K ∆T3 = 33 deg K
Dan suhu pada tiap efek ialah:
T1 = 376 K T2 = 358 K dan T3 = 325 K
45
Total evaporasi (D1 + D2 + D3) didapat dari neraca massa:
Solids Liquor Total
(kg/s) (kg/s) (kg/s)
Feed 0.4 3.6 4.0
Product 0.4 0.4 0.8
Evaporation 3.2 3.2
Sebagai pendekatan, dianggap evaporasi sama di setiap
efek, atau D1 = D2 = D3 = 1.07 kg/s, sehingga panas laten
vaporisasi flash pada 2nd effect ialah:
4.18(4.0 − 1.07)(376 − 358) = 220.5 kW
Dan panas latent pada flash vaporisation pada 3rd effect:
4.18(4.0 − 2 × 1.07)(358 − 325) = 256.6 kW
46
Perhitungan beda suhu final
Perhitungan berikut sangat disederhanakan dengan
anggapan bahwa panas laten vaporasi sama untuk semua
suhu pada sistem multiple-effect, karena pada kondisi ini
kondensasi 1 kg uap menghasilkan pembentukan 1 kg uap.
Maka: pada 394 K, panas laten = 2,200 kJ/kg
pada 325 K, panas laten = 2,377 kJ/kg
Nilai rata-rata, λ = 2,289 kJ/kg
Jumlah panas ditransfer di setiap effect (Q1, Q2, Q3) dan
pada kondenser (Qc) dihubungkan oleh:
Q1 − GFCp(T1 − Tf ) = Q2 = (Q3 − 220.5) = (Qc − 220.5 −
256.6)
atau: Q1 − 4.0 × 4.18(394 − ∆T1 − 294) = Q2 = (Q3 −
220.5) = (Qc − 477.1) kW
47
Total evaporasi = (Q2 + Q3 + Qc)/2289 = 3.2 kg/s
Maka: Q2 + (Q2 + 220.5) + (Q2 + 477.1) = 7325 kW
atau: Q2 = 2209 kW
Q3 = 2430 kW
dan: Q1 = 2209 + 4.0 × 4.18(394 − ∆T1 − 294)
= (3881 − 16.72∆T1) kW
Masukkan ke persamaan transfer panas:
3881 − 16.72∆T1 = 3.1A∆T1, atau A∆T1 = (1252 −
5.4∆T1) m2K
2209 = 2.0A∆T2, atau A∆T2 = 1105 m2K
2430 = 1.1A∆T3, atau A∆T3 = 2209 m2K
Lanjut: ∆T1 + ∆T2 + ∆T3 = 69 deg K
48
Nilai ∆T1, ∆T2, ∆T3 kini dipilih melalui trial and
error sampai didapat nilai A yang sama pada tiap
efek:
∆T1 A1 ∆T2 A2 ∆T3 A3
(deg K) (m2) (deg K) (m2) (deg K) (m2)
18 64.2 18 61.4 33 66.9
19 60.5 17 65.0 33 66.9
18 64.2 17.5 63.1 33.5 65.9
18 64.2 17 65.0 34 64.9
Area terhitung pada baris terakhir, hampir sama,
sehingga asumsi beda suhu dapat diterima, maka:
Penggunaan uap = (Q1/2,289) = (3,580/2,289) =
1.56 kg/s
Ekonomi = (3.2/1.56) ≈ 2.0 kg/kg.
49
•Perhitungan area pada sistem multiple-effect
relatif langsung untuk satu atau dua susunan,
tetapi akan sangat melelahkan jika harus
menggunakan range kondisi operasi yang luas.
•Untungnya perhitungan dapat dilakukan dengan
komputer, dan bisa mengacu ke karya STEWART
and BEVERIDGE(14).

50

Anda mungkin juga menyukai