Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era globalisasi ini pendidikan sosiologi sangatlah penting apalagi sosiologi pendidikan islam. Dalam
kaitannya dengan hubungan sosial di lingkungan maka pendidikan sosiologi sangatlah dibutuhkan. Sebab
hubungan sosial membahas adanya iteraksi antar sesam amanusia sehingga perlu adanya pengetahuan
tentang  sosiologi pendidikan. Selain itu dalam berinteraksi antar sesama manusia juga tidak boleh
melanggar aturan ataupun norma agama yang ada. Oleh karenanya perlu pula pengetahuan tentang
sosiologi pendidikan islam.

Dari semua permasalahan itu maka dibutuhkan suatu lembaga yang mampu memberikan pengajaran
tentang hal – hal tersebut. Lembaga tersebut bisa merupakan lembaga formal maupun nonformal.

 Apabila lembaga formal maka lembaga tersebut adalah sekolah, maka sekolah atau lembaga pendidikan
tidak hanya mengajarkan tentang materi – materi pendidikan saja melainkan juga mengajarkan bagaimana
caranya berinteraksi sosial antar sesama manusia dan interaksi tersebut juga tidak melanggar norma
agama.

Dari uraian tersebut di atas, makalah ini akan membahas tentang apa pengertian sosiologi pendidikan
islam, latar belakang munculnya sosiologi pendidikan, tujuan sosiologi pendidikan islam dan pendekatan
pendekatan dalam kajian sosiologi pendidikan islam.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi sosiologi pendidikan Islam dan latar belakang munculnya sosiologi pendidikan islam ?

2.  Apa tujuan sosiologi pendidikan islam dan  pendekatan –pendekatan dalam kajian sosiologi pendidikan
islam ?

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui definisi sosiologi pendidikan Islam dan mengetahui penyebab munculnya sosiologi
pendidikan islam

2. Untuk mengetahui tujuan sosiologi pendidikan islam dan mengetahui pendekatan- pendekatan dalam
kajian sosiologi pendidikan islam.

BAB II 

PEMBAHASAN

A. Pengertian sosiologi pendidikan islam


Menurut bahasa sosiologi  adalah : pengetahuan atau ilmu tentang sifat, perilaku dan perkembangan
masyarakat.

Sedangkan menurut terminologi, definisi Sosiologi berdasarkan para pakar adalah sebagai berikut:

Sosiologi adalah studi tentang hubungan antara manusia (human relationship). (Alvin Bertrand)

Sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan, yakni
hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, baik
formal maupun material, baik statis maupun dinamis. (Mayor Polak)

Sosiologi atau ilmu masyarakat adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial, termasuk
perubahan-perubahan sosial. (Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi).

Menurut H.P. Fairchild dalam bukunya ”Dictionary of Sociology” dikatakan bahwa sosiologi pendidikan
adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental.
Jadi ia tergolong applied sociology.

Menurut Prof. DR S. Nasution,M.A., Sosiologi Pendidikan dalah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-
cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik.

 Menurut E.G Payne, Sosiologi Pendidikan ialah studi yang komprehensif tentang segala aspek pendidikan
dari segi ilmu sosiologi yang diterapkan.

Menurut Drs. Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang berusaha memecahkan
masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan sosiologis.

Sedangkan pengertian sosiologi pendidikan islam menurut  Prof. Dr. S. Nasution, M.A bahwa sosiologi
pendidikan islam yaitu ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan
untuk memperoleh perkembangan kepribadian individu yang lebih baik. Sosiologi pendidikan adalah
analisis ilmiah atau prosessocial dan pola-pola social yang terdapat dalam system pendidikan.

Dari beberapa defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sosiologi pendidikan adalah ilmu yang
mempelajari seluruh aspek pendidikan, baik itu struktur, dinamika, masalah-masalah pendidikan, ataupun
aspek-aspek lainnya secara mendalam melalui analisis atau pendekatan sosiologis.

Konsep mengenai pengertian sosiologi pendidikan Islam seperti dalam buku sosiologi pendidikan (Prof. Dr.
S. Nasution, M.A) kami menemukan sosiologi pendidikan yaitu ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-
cara mengendalikan proses pendidikan untuk memperoleh perkembangan kepribadian individu yang lebih
baik. Sosiologi pendidikan adalah analisis ilmiah atau proses social dan pola-pola social yang terdapat
dalam system pendidikan. Sosiologi pendidikan Islam adalah spesialisasi dalam ilmu sosiologi yang
mengkaji sikap dan tingkah laku masyarakat yang terlibat dalam sektor pendidikan Islam.

Ada bebrapa unsur aktifitas pendidikan, aktifitas pendidikan tidak berlangsung bila tidak ada unsur
pendidikan. Pertama yang memberi dan yang menerima, kedua unsur belum menjadi sama pendidikan bila
belum ada unsur ketiga yaitu berniat baik dari yang memberi bagi yang perkembangan atau kepentingan
yang menerima. Agar anak pandai, agar orang menjadi ahli, agar orang berkepribadian luhur.
TujuanBangunan teoritis kepandidikan Islam itu akan berdiri tegak di atas pondasi pandangan dasar yang
telah digariskan oleh Tuhan dalam kitab suci wahyu. Wahyunya dalam kitab suci terus berkembang sesuai
dengan tuntutan masyarakat yang menuju masa depan yang maju dan sejahtera apabila Islam telah
diyakini dan diamalkan betul oleh umat manusia maka Islam dapat digunakan sebagai sarana pem
berdayaan manusia yang bersifat Islami. Walaupun masyarakat sekarang beraneka ragam kultur dan
strukturnya.
Makalah Sosiologi Pendidikan Islam

Oleh: Rabian Syahbana

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dihadapkan kepada masalah sosial yang tak
dapat dipisahkan dalam kehidupan. Masalah sosial ini timbul sebagai akibat dari hubungannya
dengan sesama manusia lainnya dan akibat tingkah lakunya. Masalah sosial ini tidaklah sama antara
masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya karena adanya perbedaan dalam tingkat
perkembangan kebudayaannya, sifat kependudukannya, dan keadaan lingkungan alamnya.
[1] Sosiologi memberikan informasi ke dalam dunia pendidikan tentang nilai-nilai yang berlaku di
masyarakat. Sedangkan pendidikan Islam mempunyai peran aktif dalam menciptakan generasi yang
mampu berinteraksi sosial dengan baik. Pendidikan Agama Islam mengenalkan kepada peserta didik
tentang nilai-nilai yang terdapat dalam Agama Islam

Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan memiliki lapangan penyelidikan, sudut


pandangan, metode, dan susunan pengetahuan. Obyek penelitian sosiologi adalah tingkah
laku manusia dalam kelompok. sudut pandangannya ialah memandang hakikat masyarakat
kebudayaan, dan individu secara ilmiah. Sedangkan susunan pengetahuan dalam sosiologi
terdiri atas konsep-konsepdan prinsip-prinsip mengenai kehidupan kelompok sosial,
kebudayaannya, dan perkembangan pribadi. Salah satu ini yang mendapat perhatian
sosiologi ialah penelitian mengenai tata sosial. Menurut F.G. Robbins, sosiologi pendidikan
adalah sosiologi khusus yang tugasnya menyelidiki struktur dan dinamika proses
pendidikan. Yang termasuk dalam pengertian struktur ini ialah teori dan filsafat
pendidikan, sistem kebudayaan, struktur kepribadian dan hubungan kesemuanya itu
dengan tata sosial masyarakat.[2] Keberhasilan dalam pendidikan agama Islam tidak hanya
bisa ditentukan dengan struktur nilai yang disimbolkan dengan angka, melainkan lebih
ditentukan oleh kehidupan interaksi sosial sehari-hari yang terjadi di sekolah, baik antar
masyarakat, sekolah maupun antara sekolah dengan masyarakat sekitar dengan nilai-nilai
keIslaman.

Proses sosial biasanya menghasilkan keadaan dan struktur sosial yang sama sekali baru.
Proses sosial menciptakan dan menghasilkan perubahan mendasar.[3]Sosiologi mempunyai
kontribusi penting bagi pendidikan Agama Islam dalam kaitannya dengan penerapan agama dalam
kehidupan bermasyarakat. Sesungguhnya studi sosiologi sangat penting untuk dibahas karena
berguna untuk umat Islam.

PEMBAHASAN

A.    Definisi Sosiologi Pendidikan Islam

Awal abad 20, sosiologi mempunyai peranan penting dalam pemikiran pendidikan,
sehingga lahirlah sosiologi pendidikan. Sebagaimana akhir abad 19, psikologi mempunyai
pengaruh besar dalam dunia pendidikan, sehingga lahirlah suatu disiplin baru yang disebut
psikologi pendidikan. Wilds dalam Abu Ahmadi mengatakan sosiologi pendidikan dan
psikologi pendidikan mempunyai peranan yang kontemporer bagi pemikiran pendidikan.
Apabila soiologi pendidikan memandang segala pendidikan dari sudut struktur sosial
masyarakat, maka psikologi pendidikan memandang gejala pendidikan dari sudut
perkembangan pribadi. Tugas pendidikan menurut sosiologi ialah memelihara kehidupan
dan mendorong kemajuan masyarakat. Pada umumnya kaum pendidik dewas ini
memandang tujuan akhir pendidikan lebih bersifat sosiolistis daripada individualistis.[4]

Ditinjau dari segi etimologinya istilah sosiologi pendidikan terdiri atas dua
perkataan yaitu sosiologi dan pendidikan. maka sepintas saja telah jelas bahwa di dalam
sosiologi pendidikan itu yang menjadi maslaah sentralnya ialah aspke-aspek sosiologi di
dalam pendidikan. di dalam sosiologi pendidikan itu akan berlaku dan bekerjasama antara
prinsip-prinsip sosiologis dan rinsip-prinsip paedagogis besera ilmu-ilmu bantuannya,
misalnya psikologika (ilmu psikologi pendidikan)/ atau secara konkrit, bahwa di dalam
sosiologi pendidikan itu bukan saja terdapat sosiologi ataupun pendidikan, tetapi
terdapatlah sosiologi ataupun pendidikan, yang merupakan suatu ilmu yang baru ialah
kerjasama antara keduanya, dengan mempergunakan prinsip-prinsip sosiologi di dalam
seluruh proses pendidikan meliputi metode, organisasi sekolah, evaluasi pelajaran dan
kegiatan-kegiatannya.[5]

Sosiologi menurut beberapa ahli. Charles A. Ellwood: sosiologi pendidikan adalah


ilmu pengetahuan yang mempelajari/menuju untuk melahirkan maksud hubungan-
hubungan antara semua pokok-pokok masalah antara proses pendidikan dan proses sosial
(education sociology is the science which aims to reveal the connections at all points
between the educative process and the sosial process). Dr. Ellwood: sosiologi pendidikan
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang proses belajar dan mempelajari
antara orang yang satu dengan orang yang lain (education sosciology should be centered
about the process of inter-learning-learning from one another). E.B. Reuter: sosiologi
pendidikan mempunyai kewajiban untuk menganalisa evolusi dari lemaga-lembaga
pendidikan dalam hubungannya dengan perkembangan manusia, dan dibatasi oleh
pengaruh-pengaruh dari lembaga pendidikan yang menentukan kepribadian sosial dari
tiap-tiap individu. Jadi prinsipnya antara individu dengan lembaga-lembaga sosial itu
selalu saling pengaruh-mempengaruhi (process of sosial interaction).[6]

Sosialisasi adalah soal belajar. Di dalam proses sosialisasi individu belajar tingkah
laku, kebiasaan, serta pola-pola kebudayaan lainnya, juga keterampilan-keterampilan
sosial seperti berbahasa, bergaul, berpakaian, cara makan, dan sebagainya.[7] Sosiologi
Pendidikan Islam terdiri dari tiga kata, yaitu Sosiologi yang diartikan sebagai “Ilmu yang
mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, terutama di dalamnya perubahan-
perubahan sosial”.[8] Menurut Prof. DR. S. Nasution, M.A., Sosiologi Pendidikan adalah
ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk
mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik. Sedangkan menurut F.G. Robbins
dan Brown, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu yang membicarakan dan menjelaskan
hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta
mengorganisasikan pengalaman.[9]

August Comte berpendapat bahwa sosiologi merupakan ilmu pengetahuan kemasyarakatan


umum yang merupakan hasil terakhir dari perkembangan ilmu pengetahuan. Sosiologi harus
dibentuk melalui pengamatan yang cermat atas fenomena-fenomena sosial nyata yang terjadi dalam
masyarakat. Sosiologi bukanlah ilmu yang dibentuk dengan spekulasi-spekulasi dan hayalan-hayalan,
tetapi sosiologi merupakan ilmu yang lahir dari proses perkembangan ilmu pengetahuan dan ilmu itu
didasarkan atas fakta-fakta sosial, ilmu itu dapat diobservasi dan diverifikasi. Fakta-fakta sosial
tersebut perlu diteliti dengan menggunakan metodologi yang tepat untuk menjelaskannya.
Pengetahuan sosial atau sosiologi bermula dari suatu kesan yang muncul dalam pemikiran manusia
sebagai hasil dari penggunaan panca-inderanya mengenai fakta-fakta sosial yang berbeda dengan
keyakinan dan kepercayaan yang biasanya muncul dari proses pemahaman dan pengamalan doktrin-
doktrin keagamaan. Pengetahuan sosial sebagaimana pengetahuan lainnya bertujuan untuk
memperoleh suatu kepastian serta menghilangkan dari prasangka, spekulasi dan hayalan.
Pegetahuan sendiri tidak semuanya ilmu, hanya pengetahuan yang tersusun secara sistematis yang
dapat disebut ilmu. Sosiologi merupakan bidang ilmu yang muncul dari tradisi filsafat positivisme,
yang merupakan aliran filsafat yang hendak membebaskan manusia dari pengaruh takhayul, mitos
dan dogma-dogma yang tak terjangkau panca-indera manusia. positivisme meletakkan pengetahuan
yang sahih adalah pengetahuan yang didasarkan pada fakta objektif.[10]
Sosiologi pendidikan Islam merupakan disiplin ilmu yang berusaha untuk
mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan
kepribadian individu agar lebih baik sesuai dengan ajaran agama Islam, dan mengatur
bagaimana seorang individu berhubungan dengan individu yang lain sesuai dengan kaidah-
kaidah Islam yang akan mempengaruhi individu tersebut dalam mendapatkan serta
mengorganisasikan kehidupannya.

B.     Sejarah Sosiologi Pendidikan Islam

Suatu ilmu sekurang-kurangnya dapat dirumuskan dalam dua cara: (1) suatu ilmu adalah
suatu kerangka pengetahuan yang tersusun dan teruji yang diperoleh melalui suautu penelitian
ilmiah; (2) suatu ilmu adalah suatu metode untuk menemukan suatu kerangka pengetahuan yang
tersusun dan teruji. Kedua cara tersebut kurang lebih menyatakan hal yang sama. Bila rumusan
pertama kita terima, maka sosiologi adalah suautu ilmu sejauh sosiologi mengembangkan suautu
kerangka pengetahuan yang tersusun dan teruji yang didasarkan pada penelitian ilmiah. Sejauh
sosiologi meninggalkan mitos, dongeng dan angan-angan, dan mendasarkan kesimpulannya pada
bukti-bukti ilmiah maka sosiologi adalah suautu ilmu. Bila ilmu kita definisikan sebagai suautu
metode penelaahan, maka sosiologi adalah suatu ilmu sejauh sosiologi menggunakan metode
penelaahan ilmiah. Semua gejala alamiah dapat ditelaah secara ilmiah, jika kita bersedia
menggunakan metode ilmiah. Segala jenis perilaku, apakah perilaku atom, binatang atau remaja,
adalah suautu bidang yang cepat untuk penelaahan ilmiah.[11]

Badri Yatim dalam Beni Ahmad berpendapat bahwa prinsip perilaku beragama yang
berpatokan pada perilaku kolektif adalah wujud lain dari adanya solidaritas kelompok, baik secara
mekanis maupun organis. Ibnu Khaldun (1333-1406 M) sebelum lahirnya Auguste Comte, melahirkan
teori tentang solidaritas, yakni ashobiyah  yang mencoba menerjemahkan makna bahwa manusia
beriman begaikan jasad yang satu, kaljasad al-wahid. Teori ini melahirkan sikap toleransi dalam
kehidupan kelomp masyarakat sehingga lahir pula konsep Tasamuh dalam Islam. Artinya, toleransi
yang dibangun di atas prinsip Takaful al-ijtima’. Teori ini menjadi landasan utama dalam
menganalisis tindakan masyarakat beragama, baik sebagao bagian dari murni masyarakat maupun
anggota sebuah instuisi. Rujukan utamanya adalah sabda Rasulullah SAW “bahwa orang beriman
bagaikan bangunan, satu sama lain saling menguatkan” (Al-Mukminu Kalbunyan yasyuddu ba’dhuhu
ba’dhan). Setiap individu adalah anggota dari suautu kelompok. tetapi tidak setiap warga dari suautu
masyarakat hanya menjadi anggota dari satu kelompok tertentu, ia bisa menjadi anggota lebih dari
satu kelompok sosial.[12]

Saat ini fakta menunjukkan bahwa masyarakat mengalami perubahan yang sangat
cepat, progresif, dan sering menunjukkan gejala desintegratif (berkurangnya kesetiaan
terhadap nilai-nilai umum), jika nilai-nilai umum saja sudah tidak diperhatikan lagi,
apalagi dengan nilai-nilai agama. Perubahan sosial yang cepat juga menimbulkan cultural
lag(ketinggalan kebudayaan akibat adanya hambatan-hambatan), yang menjadi sumber
masalah-masalah dalam sosial masyarakat. Masalah-masalah sosial juga dialami dunia
pendidikan. Oleh karena itu, para ahli sosiologi diharapkan mampu menyumbangkan
pemikirannya untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental.[13]

Kenyataan menunjukkan bahwa masyarakat mengalam perubahan sosial yang sangat cepat,
maju dan memperlihatkan gejala desintegratif. Perubahan sosial yang cepat itu meliputi berbagai
kehidupan, dan merupakan masalah bagi semua instuisi sosial, seperti: industri, agama,
perekonomian, pemerintahan, keluarga, perkumpulan-perkumpulan dan pendidikan. maslaah sosial
dalam masyarakat itu juga dirasakan oleh dunia pendidikan. masalah pendidikan dalam keluarga,
pendidikan di sekolah, dan pendidikan dalam masyarkat merupakan refleksi masalah-masalah sosial
dalam masyarkat.[14]

Sosiologi pendidikan merupakan suatu disiplin yang menjadi perhatian, baik ahli sosiologi
maupun ahli pendidikan, dan keduanya telah memebrikan kontribusi berharga. Ada beberapa
wilayah permasalahan, yang kiranya lebih baik diteliti oleh ahli-ahli sosiologi. Tetapi ada juga wilayah
permasalahan lainnya yang lebih baik ditangani oleh ahli pendidikan atau tenaga kependidikan, dan
keduaya telah memberikan kontribusi berharga. Ada beberapa wilayah permasalahan, yang kiranya
lebih baik diteliti oleh ahli-ahli sosiologi. Tetapi ada juga wilayah permasalahan lainnya yang lebih
baik ditangani oleh ahli pendidikan atau tenaga kependidikannya. Yang terpenting, pada keadaan
dan tingkat manapun, hendaknya semua upaya penelitian dilakukan secara terarah dan terkendali,
dan dengan mengggunakan metodologi yang ampuh.[15]

C.    Tujuan Sosiologi Pendidikan Islam

Tujuan pendidikan menurut George S. Herington mengemukakan lima macam tujuan


daripada sosiologi pendidikkan, ialah:[16]

1.      To understand the role of the reacher in the community and the schol asa an instrument of sosial
progress and sosial factors affecting school.

2.      To understand the democratic ideologies, our culture and economic and sosial trends in relation to
both formal and informal educational agencies.

3.      To understand sosial and their effects upon individuals.

4.      To sosialize the curriculum, and

5.      To us techiques of research and critical thingkig to achieve these aims.

Tujuan sosiologi pendidikan di Indonesia sendiri ialah:[17]


1.      Berusaha memahami peranan sosiologi daripada kegiatan sekolah terhadap masyarakat, terutama
apabila sekolah ditinjau dari segi kegiatan intelektual.

2.      Untuk memahami seberapa jauhkah guru dapat membina kegiatan sosial anak didiknya untuk
mengembangkan kepribadian anak.

3.      Untuk mengetahui pembinaan Pancasila dan kebudayaan nasional Indonesia di lingkungan


pendidikan dan pengajaran.

4.      Untuk mengadakan integrasi kurikulum pendidikan dengan masyarakat sekitarnya agar supaya
pendidikan mempunyai kegunaan praktis di dalam masyarkat, dan negara seluruhnya.

5.      Untuk menyelidiki faktor-faktor kekuatan masyarakat, yang bisa menstimulir pertumbuhan dan
perkembangan kepribadian anak.

6.      Memberi sumbangan yang positif terhadap perkembangan ilmu pendidikan.

7.      Memberi pegangan terhadap penggunaan prinsip-prinsip sosiologi untuk mengadakan sosiologi


sikap dan kepribadian anak didik.

Sosiologi pendidikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang interaksi di antara
individu-individu dan kelompok-kelompok dengan kelompok, atau dengan perkataan lain secara
khusu sosiologi pendidikan itu membicarakan, melukiskan dan menerangkan instuisi-instuisi,
kelompok-kelompok, sosial, dan proses sosial, hubungan atau relasi sosial di mana di dalam dan
dengannya manusia memperoleh dan mengorganisir pengalaman-pengalamannya. Jadi sosiologi
pendidikan tidak hanya terbatas pada studi di sekolah saja, tetapi lebih luas lagi ialah mencangkup
instuisi-instuisi sosial dengan batasan sepanjang pengaruh daripada totalitas milieuktural terhadap
perkembangan kepribadian anak. Sosiologi pendidikan mempunyai approach sosiologi pendidikan.
[18]

Tujuan sosiologi pendidikan Islam dapat dirumuskan sebagai berikut: [19]

1.      Menganalisis proses sosialisasi anak, baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dalam hal
ini harus diperhatikan pengaruh lingkungan dan kebudayaan masyarakat terhadap perkembangan
pribadi anak.

2.      Menganalisis perkembangan dan kemajuan sosial. Banyak pakar yang beranggapan bahwa
pendidikan memberikan kemungkinan yang besar bagi kemajuan masyarakat, karena dengan
memiliki ijazah atau gelar yang semakin tinggi, maka akan mampu menduduki jabatan yang lebih
tinggi pula yang juga akan menghasilkan penghasilan yang lebih banyak sehingga kesejahteraan
sosialpun tercapai. Di samping itu, banyaknya pengetahuan dan keterampilan dapat
mengembangkan aktivitas dan kreatifitas sosial.

3.      Menganalisis status pendidikan dalam masyarakat. Berdirinya suatu lembaga pendidikan dalam
masyarakat sering disesuaikan dengan tingkatan daerah di mana lembaga pendidikan itu berada.
Sebagai contoh, perguruan tinggi didirikan di tingkat propinsi atau kabupaten yang cukup animo
mahasiswanya serta tersedia dosen yang bonafid.

4.      Menganalisis partisipasi orang-orang terdidik/berpendidikan dalam kegiatan sosial. Peranan warga


yang berpendidikan sering menjadi ukuran tentang maju dan berkembangnya kehidupan
masyarakat. Sehingga sebaiknya warga yang berpendidikan tidak segan-segan berpartisipasi aktif
dalam kegiatan sosial, terutama dalam memajukan kepentingan masyarakat. Mereka harus mampu
menjadi motor penggerak dari peningkatan taraf hidup sosial.

5.      Membantu menentukan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan nasional harus sesuai dengan
falsafah hidup bangsa (Indonesia; Pancasila). Dinamika tujuan pendidikan nasional terletak pada
keterkaitannya dengan GBHN yang tiap 5 (lima) tahun sekali ditetapkan dalam sidang umum MPR,
dan disesuaikan dengan era pembangunan yang ditempuh, serta kebutuhan masyarakat dan
kebutuhan manusia.

6.      Menurut E.G. Payne, sosiologi pendidikan bertujuan memberikan latihan-latihan yang efektif


kepada guru-guru dalam bidang sosiologi.

7.      Memahami hubungan antar manusia di sekolah serta struktur masyarakat.

Dalam referensi lain disebutkan, bahwa tujuan sosiologi pendidikan terdiri dari
beberapa konsep berikut:[20]

1.      Sosiologi pendidikan sebagai analisis proses sosialisasi

Yaitu mengutamakan proses bagaimana kelompok-kelompok sosial mempengaruhi


kelakuan seorang individu. Francis Brown mengemukakan bahwa “sosiologi pendidikan
memperhatikan pengaruh keseluruhan lingkungan budaya sebagai tempat dan cara
individu memperoleh dan mengorganisasi pengalamannya”.

2.      Sosiologi pendidikan sebagai analisis kedudukan pendidikan dalam masyarakat

L. A. Cook mengutamakan fungsi lembaga pendidikan dalam masyarakat dan


menganalisis hubungan sosial antara sekolah dengan berbagai aspek masyarakat, seperti
menyelidiki hubungan antara masyarakat pedesaan dengan sekolah rendah atau
menengah. Juga meneliti fungsi sekolah sehubungan dengan struktur status sosial dalam
lingkungan masyarakat tertentu.

3.      Sosiologi pendidikan sebagai analisis interaksi sosial di sekolah dan antara sekolah dengan
masyarakat

Menganalisis pola-pola interaksi sosial dan peranan sosial dalam masyarakat sekolah
dan hubungan orang-orang di dalam sekolah dengan kelompok-kelompok di luar sekolah.
Juga menyelidiki hubungan dan partisipasi guru dalam kegiatan masyarakat. Peranan
tenaga pengajar di sekolah yang dapat menambah wawasan tentang kelompok-kelompok
sosial dalam sekolah.

4.      Sosiologi pendidikan sebagai alat kemajuan dan perkembangan sosial

Para ahli menganggap bahwa pendidikan sosial merupakan bidang studi yang
memberi dasar bagi kemajuan sosial dan pemecahan masalah-masalah sosial. Pendidikan
dianggap sebagai badan yang mampu memperbaiki masyarakat, alat untuk mencapai
kesejahteraan atau kemajuan sosial. Sedangkan sekolah dapat dijadikan sebagai alat
kontrol sosial yang membawa kebudayaan ke puncak yang setinggi-tingginya.

5.      Sosiologi pendidikan sebagai dasar untuk menentukan tujuan pendidikan

Beberapa ahli memandang bahwa sosiologi pendidikan sebagai alat untuk


menganalisis tujuan pendidikan secara objektif. Mereka mencoba mencapai suatu filsafat
pendidikan berdasarkan analisis masyarakat dan kebutuhan manusia.

6.      Sosiologi pendidikan sebagai sosiologi terapan

Sosiologi pendidikan merupakan aplikasi sosiologi terhadap masalah-masalah


pendidikan, misalnya kurikulum. Sosiologi bukan ilmu murni, akan tetapi merupakan ilmu
terapan yang diterapkan untuk mengendalikan pendidikan. Para ahli sosiologi pendidikan
menggunakan segala sesuatu yang diketahui dalam bidang sosiologi dan pendidikan yang
kemudian dipadukan dalam suatu ilmu baru dengan menerapkan prinsip-prinsip sosiologi
kepada seluruh proses pendidikan.

7.      Sosiologi pendidikan sebagai latihan bagi petugas pendidikan

Menurut F.G. Robbins dan Brown, sosiologi pendidikan merupakan ilmu yang
membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu
untuk mendapatkan serta mengorganisasikan pengalamannya. Sosiologi pendidikan
mempelajari kelakuan sosial serta prinsip-prinsip untuk mengontrolnya. Sedangkan
menurut E.G. Payne tujuan utama dari sosiologi pendidikan adalah memberikan latihan
yang serasi dan efektif kepada guru-guru, para peneliti dan orang-orang lain yang menaruh
perhatian kepada pendidikan sehingga dapat memberikan sumbangannya kepada
pemahaman yang lebih mendalam tentang pendidikan.

D.    Bidang Kajian Sosiologi Pendidikan Islam

Sosiologi dapat memilih berbagai metode dalam melaksanakan kajiannya. Tentu saja
metode yang dipilihnya disesuaikan dengan prosedrur, alat dan desain penelitian yang digunakan.
Jenis penelitian harus sesuai dengan metode yang dipilih. Begitu juga prosedur dan alat yang
digunakan harus sesuai dengan metode penelitian yang digunakan. Maka metode , prosedur, dan
instrumen yang digunakan dalam penelitian sosiologi harus sejalan dan mempunyai kesesuaian.
Apabila salah satu dari tiga aspek tadi tidak ada kesesuaian, penelitian itu akan mengalami kesulitan
yang serius.[21]

Masalah-masalah yang diselidiki sosiologi pendidikan atau bidang kajian sosiologi


pendidikan meliputi pokok-pokok antara lain:[22]

1.      Hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam masyarakat, yang meliputi:

a.       Fungsi pendidikan dalam kebudayaan

b.      Hubungan antara sistem pendidikan dengan proses kontrol sosial dan sistem kekuasaan

c.       Fungsi sistem pendidikan dalam proses perubahan sosial dan kultural, atau usaha
mempertahankan status quo

d.      Hubungan pendidikan dengan sistem tingkat/status sosial

e.       Fungsi sistem pendidikan formal bertalian dengan kelompok rasial, kultural, dan sebagainya

2.      Hubungan antar manusia di dalam sekolah, dalam hal ini yang menjadi kajian yaitu menganalisis
struktur sosial di dalam sekolah. Pola kebudayaan di dalam sistem sekolah berbeda dengan apa yang
terdapat di dalam masyarakat di luar sekolah. Bidang yang dapat dipelajari antara lain:

a. Hakikat kebudayaan sekolah, sejauh ada perbedaannya dengan kebudayaan di luar sekolah

b. Pola interaksi sosial atau struktur masyarakat sekolah, yang meliputi berbagai hubungan antara
berbagai unsur di sekolah, kepemimpinan dan hubungan kekuasaan, stratifikasi sosial dan pola
interaksi informal.

3.      Pengaruh sekolah terhadap kelakuan dan kepribadian semua pihak di sekolah, jadi yang
diutamakan adalah aspek proses pendidikan itu sendiri, bagaimana pengaruh sekolah terhadap
murid. Seperti peranan sosial guru, hakikat kepribadian guru, pengaruh kepribadian guru terhadap
kelakuan anak, dan fungsi sekolah dalam sosialisasi murid.

4.      Sekolah dalam masyarakat, yaitu menganalisis pola interaksi sekolah dengan kelompok sosial dalam
masyarakat di sekitarnya, meliputi:

1.      Pengaruh masyarakat atas organisasi sekolah

2.      Analisis proses pendidikan yang terdapat dalam sistem-sistem sosial dalam masyarakat luar sekolah

3.      Hubungan antara sekolah dan masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan

4.      Faktor-faktor demografi dan ekologi dalam masyarakat yang bertalian dengan organisasi sekolah,
yang perlu untuk memahami sistem pendidikan dalam masyarakat serta integrasinya di dalam
keseluruhan kehidupan masyarakat.
E.     Pendekatan-Pendekatan Sosiologi Pendidikan Islam

Dalam kajian Sosiologi Pendidikan kita akan menggunakan beberapa pendekatan


(Approach) yaitu:

1.      Pendekatan Indvidu (The Individu Approach)

Yaitu pendekatan yang memperhatikan faktor individu secara utuh meliputi watak,
intelegensi, psikologi, dan kemampun psikomotorik. Untuk dapat mengerti tata kehidupan
masyarakat (kelompok) perlu dibahas tata kehidupan individu yang menjadi pembentuk
mayarakat itu, jikalau kita dapat memahami tingkah laku individu satu persatu bagaimana
cara berfikirnya, perasaannya, kemampuannya, perbuatnnya, sikapnya dan sebagainya
atau tegasnya watak individu, bagaimana mefasilitasi individu, begitulah seterusnya. Maka
akhirnya dapat dimengerti bagaimana kelompok (masyarakat), dilihat dari tingkah laku
masyarakat seluruhnya sampai pada tingkah laku Negara ( misalnya kepribadian Negara).
[23]

Individu sebagai titik tolak ditentukan atau di pengaruhi oleh dua macam faktor
intern dan extern. Faktor intern meliputi faktor-faktor biologis dan psikologis, sedangkan
faktor extern mencakup faktor-faktor lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Maka
didalam approach individu menitik beratkan kepada faktor-faktor biologis dan psikologis
yang mendeterminir tingkah laku seseorang. Kedua faktor itulah yang primer sedangkan
faktor lingkungan sekitar fisik dan sosial merupakan faktor sekunder.[24]

2.      Pedekatan Sosial (The Sosial Approach)

Yaitu pendekatan yang memperhatikan faktor lingkungan sebagai lingkungan


tinggal induvidu dalam perkembangannya. Titik pangkal dari Approach Sosial ialah
masyarakat dengan berbagai lembaganya, kelompok-kelompok dengan berbagai aktivitas.
Secara konkrit Approach Sosial ini membahas aspek-aspek atau komponen dari pada
kebudayaan manusia, misalnya keluarga, tradisi, adat istiadat, moralitas, norma-norma
sosialnya dan sebagainya. Tingkah laku individu dapat dipahami dengan memahami tingkah
laku masyarakatnya.[25] Misalnya, pada waktu lahir dengan pertolongan bidan, atau dukun
bayi, upacara-upacara yang dilakukan untuk si bayi, apabila anak sudah mulai bicara diajar
tatakrama keluarga dan masyarakat. Misalnya bagimana cara makan dan minum,
bagaimana cara berpakain dan sebagainya. Semua menjalankan bahwa generasi muda
harus bertingkah laku sesuai dengan pola tingkah laku yang dikehendaki oleh masyrakat
atau dengan perkataan lain di kondisikan oleh kebudayaan masyarakat. Jadi kalau
masyarakat mengizinkan perkawinan poligami maka individu-individunya juga berpoligami.
Lebih luas lagi karena Indonesia mengembangkan falsafah hidup Pancasila, maka
seluruh warga negara harus mengembangkan paham Pancasila. Kalau pemerintah
menganut demokrasi pancasila maka seluruh warga negara harus mengerti dan
mengamalkan demokrai pancasila. Jika ada warga yang tidak mau mengamalkan pancasila,
negara akan menindak mereka, oleh karena mereka diangggap menyeleweng dari pola
tingkah laku yang harus dikembangkan oleh masyarakat.

Approach Sosial tentulah mempunyai kelemahan, sebab betapapun homogennya


suatu masyarakat, betapa kuatnya tata cara di situ masih juga kita dapati individualitas
jadi anggota masyarakat, artinya ciri-ciri tingkah laku manusia perseorangan masih dapat
dilihat juga. Mengapa demikian karena tiap-tiap individu mempunyai watak dan
kepribadiannya masing-masing, individualitas manusia tetap masih ada tidak jarang juga
kesegeraman tingkah laku pada masyarakat-masyarakat yang kuat tata caranya dianggap
sebagai paksaan terhadap individu-individunya, mereka merasa kurang bebas, mereka
ingin keluar dari belenggu adat istiadat masyarakat.[26]

Jadi pendekatan sosial ini titik beratnya terletak pada masyarakat dan pengaruh
geografis jadi tingkah laku manusia itu ditentukan oleh faktor fisik dan kultural. Jadi
dengan demikian, maka bertitik pangkal kepada berbagai individu yang berinteraksi, dan
dengan interksi sosial itu akan menunjukkan segi sosialnya makluk manusia, sudah barang
tentu dalam hal ini manusia selalu mengadakan penyesuain diri dengan lingkungannya.

3.      Pendekatan Interksi (The Intraction approach)

Yaitu pendekatan dengan memperhatikan pola hubungan antara individu dalam


lingkungannya. Di dalam pendekatan interaksional kita memperhatikan faktor-faktor
individu dan sosial. Dimana individu dan masyarakat saling mempengaruhi dalam hubungan
timbal balik antara individu dan masyarakat. Yang mana interaksi yang terjadi mempunyai
kekuatan saling membentuk dan mempengaruhi dalam rangka saling menyempurnakan.
[27] Approach Individu memberi dasar adanya individualitas watak dan kepribadian
individu-individu perseorangan sedangkan approach sosial terutama dengan studi
sosiologinya memberi landasan arah dan perkembanagan watak dan kepribadian individu-
individu dalam kontak dengan individu individu lainya, kontak antara masyarakat satu
dengan yang lain, kontak antara negara satu dengan negara yang lain. Studi Sosiologi
menegaskan setiap individu itu dilahirkan dan dibesarkan oleh masyarakat serta individu-
individu itu dalam hidupnya di masyarakat selalu mengidentifikasikan dirinya dengan pola
tingkah laku dan kebudayaan masyarakat.

Dan situasi Interaksi adalah situasi hubungan sosial. Maka dapat dikatakan bahwa
manusia itu memasyarakatkan diri, atau dengan perkataan lain manusia membudayakan
diri, dan permasyarakatan pembudayaan ini tidak akan habis-habisnya sampai akhir
zaman.

Macam-macam Interaksi Sosial:[28]

1.      Dilihat dari sudut subjeknya, ada tiga macam Interaksi Sosial yaitu:

a.       Interaksi antara orang perorangan

b.      Interaksi antar orang dengan kelompoknya dan sebaiknya

c.       Interaksi antar kelompok

2.      Dilihat dari segi caranya, ada 2 macam interksi sosial:

a.       Interksi langsung (Dirrect Interction) yaitu interaksi fisik, seperi berkelahi, hubungan
seks/kelamin dan sebagainya.

b.      Interksi simbolik (Symbolik Interaction), yaitu interakasi dengan mempergunakan bahasa


(lisan/tertulis) dan simbol-simbol lain (isyarat) dan lain sebagainya.

3.      Menurut bentuknya, Selo Sumardjan membagi interaksi menjadi empat, yaitu:

a.       Kerjasama (coopertion)

b.      Persaingan (competition)

c.       Pertikaian (conflict)

d.      Akomodasi (accomodation) yaitu bentuk penyelesaian dari pertikaian

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan,  Jakarta: Rineka Cipta, 2007.

Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2000.

Dadang Kahmad, Sosiologi Agama,  Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.

M. Elly Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar,  Jakarta: Kencana, 2008.

Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar, Teori dan Konsep Ilmu Sosial, Bandung: PT Rineka
Aditama, 2009.

Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, Sosiologi Jilid I Edisi Keenam, Jakarta: Erlangga, 1984.

Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola,


2000.
Piötr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial,  Jakarta: Prenada, 2010.

Syarifuddin Jurdi, Sosiologi Islam Elaborasi Pemikiran Sosial Ibn Khaldun, Yogyakarta: Teras,


2008.

S. Nasution, M. A, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004.

[1] Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar, Teori dan Konsep Ilmu Sosial, (Bandung: PT Rineka
Aditama, 2009), Hal.6.

[2] Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan,  (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), Hal. 3.

[3] Piötr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial,  (Jakarta: Prenada, 2010), Hal. 16.

[4] Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan.,  Hal. 1.

[5] Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan.,   Hal. 5-6.

[6] Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan.,  Hal 6-7.

[7] S. Nasution, M. A, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), Hal. 126

[8] Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola,


2000).

[9] Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), Hal. 45.

[10] Syarifuddin Jurdi, Sosiologi Islam Elaborasi Pemikiran Sosial Ibn Khaldun, (Yogyakarta: Teras,


2008), Hal. 1-2.

[11] Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, Sosiologi Jilid I Edisi Keenam, (Jakarta: Erlangga, 1984),   Hal.
14.

[12] M. Elly Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar,  (Jakarta: Kencana, 2008), Hal. 99.

[13] Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan., Hal.  46.

[14] Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan,  Hal. 14.

[15] Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan., Hal. 21.

[16] Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan.,  Hal. 9-10.

[17] Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan., Hal. 10.

[18] Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan., Hal. 11.

[19] Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan., Hal. 51-53

[20] S. Nasution, Sosiologi Pendidikan., Hal. 2-4.

[21] Dadang Kahmad, Sosiologi Agama,  (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Hal. 9-10.


[22] S. Nasution, Sosiologi Pendidikan., Hal.  6-7

[23] Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan., Hal. 26.

[24] Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan.,  Hal. 30.

[25]Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan.,  Hal. 40

[26] Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan., Hal. 43.

[27] Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan., Hal. 46.

[28] Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendiddikan, Hal. 32-33.

Anda mungkin juga menyukai