Anda di halaman 1dari 8

Naskah Laras II Karya Dukut W.N.

“Kisah Laras dan Lain-lain”


(Laras II)
Seekor Burung Kecil nan Indah Yang hidup di Tengah Kompleksnya Masalah Rumah Tangga
Sebuah Sandiwara Komedi Karya Dukut W.N.

Pemeran
1. Pak Suryo
2. Juminten
3. Pak Lurah
4. Hansip 1
5. Asri
6. Lasmi
7. Karti
8. Jumino
9. Rejo
10. Sarmi

Catatan dari bandarnaskah.blogspot.com


Naskah ini pertama kali dipentaskan pada pentas CANGKIR 2 (Calon Anggota Kreatif Teater Nglilir) dan disutradarai sendiri oleh
Dukut W.N.
Dukut W.N. adalah seorang actor dan sutradara di Teater Nglilir Karanganyar Solo. Juga aktif di Kelompok Bandul Nusantara
Karanganyar.

UNTUK MEMENTASKAN NASKAH INI SILAKAN MENGHUBUNGI


085642172083 (DUKUT W.N.)
Atau monologisme@gmail.com

Sinopsis
Pak Suryo yang baru 2 tahun menikah dengan Juminten, ingin menghadiahkan seekor burung yang dibelinya dari seorang Tukang
Bangunan. Pak Suryo adalah orang yang pelit dan sombong, sehingga masyarakat disekitarnya sangat membecinya.
Pada suatu hari burung kesayangannya hilang, Pak Suryo yang tidak ingin ketahuan dari istrinya bahwa burungnya sedang hilang
segera bergegas melaporkan kepada Lurah. Lurah dan anak buahnya pun segera mengintrogasi para warganya yang diduga pak
Suryo mencuri burungnya. Asri, Lasmi, Karti, dan Jumino pun yang akhirnya diindikasi mencuri burung Pak Suryo Dikarenakan
mereka yang sering sliwar-sliwer depan rumah Pak Suryo, serta dikuatkan dengan dugaan Pak Suryo.
Bukanya mengungkap pencurian burung malah hal-hal lain yang tidak terduga terungkap. Lalu siapakah pencuri burungnya?

BABAK 1
Adegan 1
Tampak sebuah serambi rumah beserta kursinya. Ada juga kursi panjang di rumah itu. Didekat satu set kursi terdapat sebuah
kandang burung beserta burungnya. Dan terihat dua pembantu sedang bercakap-cakap sambil membersihkan serambi rumah.

Sarmi : Nasib-nasib, main pertama di pentas saja, jadi pembantu. Koq nggak jadi nyonya besar apa tuan putri gitu. Kan lebih
pantas!!! Hah nasib-nasib.
Rejo : Mbok diterima saja to mi. Semua itu sudah takdir dari Tuhan yang Maha Sutradara. Kamu jadi pembantu dan saya juga jadi
pembantu. Kalau kamu tidak mau terima nasib, alias tidak mau bersyukur. Kamu akan termasuk orang-orang yang kufur terhadap
nikmati Allah. Mau dianggap orang kufur.
Sarmi : Bukannya begitu jo. Masalahnya eman-eman banget kalo bakat dan kemampuan saya di bidang keaktoran itu hanya
dimanfaatkan sebagai seorang pembantu. Padahal jelas-jelas saya cocoknya jadi tokoh-tokoh yang elegan. Bukannya jadi
pembantu.
Rejo : Ya ya saya akui, kamu memang sangat berbakat.
Sarmi : Lho kamu saja juga mengakui og. Memang saya sangat berbakat.
Rejo : Ya berbakat jadi Pembantu.
Sarmi : Semprul!!! (sambil melempar sesuatu sehingga menimbulkan keributan, kemudian dari dalam rumah Suryo menegur)
Suryo : Rejo!! Sarmi!! Ada apa diluar, koq ribut-ribut.
Sarmi : Tidak apa-apa koq tuan.
Rejo : Iya tuan. Tidak ada apa-apa.
Suryo : Awas ya, kalo barang-barang itu rusak. Barang mahal semua itu. Apalagi burungnya. Awasi burungnya lho jo.
Rejo : Ya tuan. (kepada Sarmi) Eh mi, itu karena pebuatanmu. Jangan membuat berisik, nanti tuan Suryo marah lho. Biasanya jam-
jam segini tuan Suryo lagi sibuk-sibuknya menghitung duit.
Sarmi : Ya saya juga tahu, lagi ngitung duit hutang kan?
Rejo : Ya jelas emang dari manalagi, lawong rentenir. Saya sedikit prihatin terhadap Istri tuan Suryo yang cantik itu
Sarmi : ehm, ehm
Rejo : Kamu ada apa? Tersedak?
Sarmi : Saya tidak terlalu suka dengar kata cantik.
Rejo : Ya ya, kamu wanita paling cantik. Sedangkan istri tuan Suryo hanya cantik saja.
Sarmi : Nah begitu lho jo, kan enak didengarnya.
Rejo : Kamu itu. Eh mi, Istri tuan Suryo itu benar-benar baik, ramah dan suka menolong ya. Coba bayangkan kalau nggak ada
Nyonya Suryo alias Nyonya Juminten, mungkin gaji kita bakal tidak naik-naik mi.
Sarmi : Betul jo, nyonya itu amat baik. (Suryo masuk) Tapi sayang dapat istri koq Tuan Suryo yang pelit dan medit. (melihat mata
Rejo) Kenapa matamu jo, kedap-kedip kaya orang ayan. Dasar Orang Pelit!!!

Adegan 2
Suryo : Siapa yang pelit!?
Rejo : Modyar!!
Sarmi : Tidak tuan, itu yang pelit si Rejo. Masak tidak mau berbagi rejeki dengan saya. Eh jo ati-ati kamu termasuk orang Kufur
lho…
Suryo : Apa betul jo kamu pelit??
Rejo : Ya tuan, saya Pelit, tapi si Sarmi lebih Uthil!!
Suryo : Ah terserah kalian lah.. Eh jo ambilkan kandang burung itu. Dan kamu Sarmi, kesini saya mau memberiitahu sesuatu
kepada kalian.
Sarmi : Ya Tuan.
Suryo : (menunjukan Burung) Nah, ini saya perkenalkan keluarga baru kita, namanya Laras.
Rejo : Owh.. Laras.
Sarmi : Burung mahal ya tuan.
Suryo : Ya jelas, Laras ini adalah tipe burung yang mahal. Ya kebetulan saja, saya dapat harga murah dari seorang tukang
bangunan. Baru saya tawar sedikit mahal saja, dia langsung menerimanya. Dasar orang miskin.
Sarmi : Eh lihat tho. Orang pelit dan kikir.
Rejo : Iya iya!!
Suryo : Ada apa?
Rejo : Tidak apa-apa koq tuan. Tuan kenapa harganya bisa mahal begitu, padahal kan Cuma seekor burung.
Suryo : Laras ini jenis burung yang khusus, tidak hanya cantik dan indah bulunya, akan tetapi suaranya itu lho jo. Menentramkan
hati. Makanya burung ini mahal jo, karena burung ini bisa bernyanyi.
Rejo : Burung koq nyanyi. Berkicau tuan.
Suryo : Ini burungnya orang kaya!! Ya jelas bisa bernyanyi. Tidak seperti burung mu itu. Jangankan bernyanyi berkicau saja tidak
bisa.
Rejo : Oh.. Rupanya burungnya orang kaya pinter nyanyi tho?
Suryo : Laras.. chek chek..
Sarmi : Eh tuan namanya koq Laras, tidak nama saya saja Sarmi, atau istri tuan Juminten atau malah Si Citra yang pinter nyanyi.
Suryo : Begini mi, kamu dengarkan. Sewaktu saya membeli burung ini, pemilik burung ini berpesan supaya jangan mengganti nama
burung ini. Soalnya nama Laras ini mempunyai filosofi tersendiri katanya.
Sarmi : filosofi tuan?
Suryo : Ya filosofi, Nama Laras itu diambil dari Kata “NGLARAS” atau lebih tepatnya “GENDHING NGLARAS”. Soalnya yang punya
burung itu pernah mendapat wangsit luar biasa saat mendengar suatu tembang jawa. Atau lebih tepatnya gendhing jawa. Makanya
diambil kata itu. Laras
Sarmi : Wah cukup tinggi ya Filosofinya tuan.
Suryo : Makanya, sebagai orang yang kaya saya harus mempunyai filosofi tinggi pula. Oh ya jo, mi perlu kalian ketahui bahwa
Laras ini saya beli tanpa sepengetahuan Istri Saya.
Rejo : Lho…
Suryo : Soalnya saya mau memberi kejutan kepada Istri saya di hari ulang tahun pernikahan kami. Biar kelihatan Romantis
Rejo : Romantis koq ngasih burung.
Suryo : Apa kamu bilang!?
Rejo : Tidak tuan, ya pokoknya Romantislah. Orang kaya pokoknya selalu benarlah.
Suryo : Bagus,-bagus, saya mau melanjutkan pekerjaan saya menagih hutang dulu. Ingat!!! Pokoknya istri saya jangan sampai tahu
kalau burung ini milik saya. Katakan saja burung ini milik siapa, atau terserahlah.
Sarmi : Ya tuan, tapi tuan ada uang tutup mulutnya tidak?
Rejo : Iya tuan?
Suryo : Owh.. tentu saja, ini.. Ini untuk Rejo, ini untuk Sarmi.. Nggak usah rebutan.
Rejo & Sarmi : Makasih tuan..
Rejo : Tuan baik sekali.
Suryo : Ya sama-sama. Tapi gaji bulan ini saya potong ya. (Suryo keluar dengan diringi musik)
Rejo : Dasar pelit.
Sarmi : Sabar-sabar, tadi kamu kan bilang kita harus terima apa adanya. Kalo tidak kita akan termasuk orang-orang yang kufur
terhadap nikmat Allah.
Rejo : Sabar-sabar (Juminten masuk)

Adegan 3
Juminten Masuk
Juminten : Lho-lho ada apa ni, ada apa to jo. Koq kelihatannya kamu sedih.
Sarmi : Nggak ada apa-apa og nya. Biasa si Rejo Akting (masuk kedalam rumah)
Juminten : Kamu ini aneh-aneh saja. Oh ya Tuan Suryo kelihatannya tadi pergi kemana jo?
Rejo : O. katanya tadi mau pergi kerumah orang untuk menagih hutang nya.
Juminten : Owh… (memanggil sarmi) Sarmi, Mi…
Sarmi : Ya nya, Ada apanya?(Menjawab dari dalam)
Juminten : Buatkan aku teh manis ya, yang cepat ya.
Sarmi : Ya nya
Juminten : Itu jo, potnya ditata yang rapi. (Tiba-tiba matanya mengarah ke kandang burung) Lho.. aneh burung siapa ini, padahal
kemarin belum ada. Masak Mas Suryo pelihara burung. Setahu saya mas Suryo orangnya pelit. Ah kelihatnnya tidak mungkin kalo
memelihara burung. (Sarmi masuk membawa minuman). Burung siapa ini jo?
Rejo : Burungnya Pak Suryo nya. (Sarmi kaget)
Sarmi : Hus…(matanya kedap-kedip)
Juminten : Masak sih, Mas Suryo melihara burung. Wah bisa-bisa burung ini tidak terawat.
Rejo : (sedikit bingung kenapa matanya sarmi kedap-kedip, lalu tersadar)
Juminten : Lho matamu kenapa to mi, matamu sakit?
Sarmi : Enggak og nya, tadi mata saya kena saos, jadi biar nggak pedas ya dikedap-kedipin, begitu nya.
Rejo : Owh.. Kebiasaanya si Sarmi emang begitu nya. Eh nya.. Ini bukan burungnya Pak Suryo.
Juminten : Lha lega aku, setidaknya burung ini tidak dirawat Mas Suryo. Kalau dirawat Mas Suryo bisa mati kelaparan burung ini.
Lalu ini burungnya siapa?
Rejo : ………..e e..
Sarmi : Burungnya Rejo, nya Namanya Laras… Rencananya mau dijual, tapi berhubung yang nawar baru 100 ribu. Terpaksa di
taruh disini dulu. Siapa tahu kalau ditaruh sini ada yang mau menawar lebih dari 100 ribu.
Rejo : Iya nya. Betul-betul. Kalo ada yang membayar lebih dari itu baru saya kasihkan. Langsung.
Juminten : Owh… Laras ini burung kamu.
Rejo : Ya semoga di taruh sini membawa peruntungan.
Juminten : Ya sudah saya pergi dulu, kalo Mas Suryo mencari saya katakan saya pergi ke rumah teman. Saya pergi dulu ya jo, mi.
Jaga rumah baik-baik.
Rejo : Ya siap nya!! (Juminten keluar)
Sarmi : Untung tadi tidak ketahuan. Kalau ketahuan, bisa-bisa bulan ini kita tidak di gaji. (Suryo masuk)

Adegan 4
Suryo : Sial-sial apes sekali hari ini. Sudah tidak ada pemasukan, malah orang-orang yang punya hutang berencana untuk
menghakimi saya (Sarmi masuk rumah). Dasar orang yang tidak tahu balas budi.
Rejo : Ada apa tuan.
Suryo : Biasalah masalah tagihan hutang. Oh ya jo, tadi Juminten sudah keluar rumah?
Rejo : tadi nyonya keluar rumah dan .. (dipotong)
Suryo : Lho lha terus masalah burung.
Rejo : Aman tuan, pokoknya nyonya tidak tahu kalau ini burung tuan. Dan sekarang nyonya baru pergi ke rumah teman.
Suryo : Bagus-bagus. Yang penting rencana saya memberi kejutan akan terlaksana. Ya sudah saya pergi ke dalam dulu untuk tidur
sejenak. Jaga Laras baik-baik. (Musik masuk, dan Suryo Masuk kamar)
Rejo : Ya tuan

BABAK 2
Adegan 1
Lampu mulai menyala perlahan. Lalu Suryo keluar dengan keadaan seperti orang yang bangun tidur. Seperti biasa Rejo menata
tanaman, dan memberisihkan halaman
Suryo : Juminten kok belum pulang juga ya. Padahal sudah jam segini lho. Aku jadi khawatir kalau terjadi sesuatu pada Juminten.
Ah semoga tidak terjadi apa-apa, Soalnya saya mau memberikan kejutan untuk Juminten. (Melihat tempat kandang burung,
ternayata burungnya tidak berada pada tempatnya) Lho dimana burung saya? Dimana Laras?? Jo!!! Rejo!!!!!!
Rejo : Ya tuan, ada apa? (menjawab dari dalam rumah)
Suryo : Mana burung saya? Mana??
Rejo : Burung tuan.
Suryo : Iya burung saya. He cepat panggil Sarmi !
Rejo : Lho apa hubungannya burung tuan dengan si Sarmi??
Suryo : Siapa tahu dia mengetahui keberadaan burung saya. Goblok
Rejo : Owh.. Sarmi cepat keluar. Di panggil tuan. Wah ternyata Sarmi suka sama burung tuan ya? (Sarmi masuk)
Sarmi : Ya tuan, ada apa kok memanggil saya?
Suryo : Kamu tahu dimana burung saya?
Sarmi : he he he, burung yang mana tuan?
Suryo : Ya burung yang tadi. Si Laras….
Sarmi : Owh… Laras to tuan.
Rejo : eh mi, emangnya tuan punya burung berapa
Sarmi : Saya kira burung yang lain..
Rejo : Burung yang lain??. (Tersadar) Ngawur kamu!! Ini masalah serius, malah bercanda.
Suryo : Sudah-sudah, sekarang Laras dimana??
Rejo : Wah saya tidak tahu tuan.
Sarmi : Saya juga tidak tahu tuan,
Suryo : haduh, berarti Laras hilang ini, atau malah dicuri orang. Wah berarti rencana saya untuk memberikan kejutan terhadap istri
saya gagal ini. Wah ini tidak bisa dibiarkan.
Rejo : Bisa gagal ya tuan ya.
Suryo : Rejo, Sarmi kesini. Sarmi kamu panggil seluruh warga yang mempunyai hutang terhadap saya. Buat bagaimana carannya
mereka datang kemari. Saya kira ini rencana buruk mereka.
Sarmi : Ya tuan..
Suryo : Dan kamu jo, panggil pak Lurah. Jangan lupa ceritakan semua kejadiannya pada Pak Lurah.
Rejo : Sekarang pak!!
Suryo : Besuk.. Ya sekarang goblok (Musik)
Rejo : Ya tuan, Ayo mi sekarang berangkat.

BABAK 3
Adegan 1
Lampu perlahan menyala terlihat Suryo yang ketiduran. Rejo masuk bersama Pak Lurah dan anak buahnya yaitu seorang Hansip
Rejo : Tuan. Tuan (Membangunkan)
Suryo : Mana burung saya. Mana Laras… Laras mana jo.
Rejo : Sabar tuan. Ini pak Lurah telah datang, sesuai dengan perintah tuan, pak Lurah sudah saya ceritakan semua tentang
permasalahannya (Sarmi Masuk)
Sarmi : Sabar para warga.. Duduk yang rapi ya. Pokoknya jika kalian tenang dan menuruti semua perintah tuan Suryo, semua
Lancar dan Beres. Ah ini tuan semua telah sesuai perintah tuan, seluruh warga yang punya utang telah dikumpulkan disini tanpa
terkecuali.
Suryo : Bagus-bagus. Sekarang langsung saja kita mulai pemeriksaannya. Pak lurah tolong di pimpin untuk melaksanakan
Interogasi kepada para warga ini. Sebelum istri saya pulang.
Lurah : Baik-baik saya akan memulai introgasi kepada para warga ini. Di karenakan para warga ini bapak curigai mencuri burung
pak Suryo kan?
Suryo : Benar pak!
Lurah : Oh ya pak, Sebelum saya melakukan interograsi setidaknya ada sesuatu nya Terlebih dahulu. Sebagai ancang-ancang.
Suryo : Uang maksud Pak Lurah
Lurah : ya uang lelah..
Suryo : Yang penting rencana saya berhasil. Ini pak.
Lurah : Bagus. Bagus. Baiklah selamat siang menjelang sore para warga yang saya cintai. Pertama-pertama marilah kita panjatkan
rasa puji syukur kita kepada Tuhan yang maha kuasa. Karena pada hari ini kita masih diberikan kenikmatan berupa sehat dan
kelonggaran waktu. Sehingga kita bisa berkumpul dsini… (dipotong suryo)
Suryo : Jangan berbelit to pak, langsung to the point saja.
Lurah : Jadi bapak mau langsung, ya tambah dulu ongkosnya.
Suryo : Ini –ini yang penting Laras ketemu.
Lurah : Nah cukup, Baiklah para warga sekaliyan. Siang hari ini saya akan memberiitahukan bahwa burung Pak Suryo hilang
(sedikit ribut). Nah sekarang saya tanya dulu, dari para warga disini siapa yang punya burung??
Hansip : (Hansip memeriksa penonton) Lho lho kok yang berdiri malah bapak-bapak..
Lurah : Ah begini maksud siapa yang pernah lihat burung.
Hansip : (Hansip memeriksa penonton) Wah pak yang berdiri malah semuanya…
Lurah : E e e… maksud saya begini, siapa yang pernah lihat burungnya Pak Suryo?? Nah begitu jelas?.
Hansip : (Hansip memeriksa penonton) Wah semakin aneh pak, yang berdiri hanya sebagian ibu-ibu.
Lurah : Lho.. begini ibu-ibu bukan burung yang itu. Tapi burung peliharaanya pak suryo. Bagaimana, siapa yang pernah lihat??
Hansip : Wah tidak ada yang berdiri malahan pak.
Lurah : Nah sudah jelas sekarang, berarti para warga ini tidak ada yang melihat apa lagi mencuri burung bapak.
Suryo : Lalu dimana Laras,?
Lurah : Begini, kira-kira Pak Suryo, apakah tidak ada seseorang yang mencurigakan yang mondar-mandir lewat sini.
Suryo : Saya tidak tahu pak, soalnya saya tidur di dalam rumah tadi.
Rejo : Oh ya tuan, tadi ada yang lewat dan mondar-mandir disini, Kalo tidak salah Bu Lasmini pak.
Lurah : Yang benar lho jo? Jangan-jangan kamu salah lihat.
Rejo : Saya yakin tadi Ibu Lasmi yang kesini. Soalnya saya sempat lihat dengan jelas, waktu saya keluar rumah. Dia langsung pergi
begitu saja.
Lurah : Wah patut di curigai ini pak Suryo!!
Suryo : Kelihatannya si Lasmini lah yang mencuri Laras pak. Sekarang seluruh warga suruh pulang saja. Mi suruh mereka pulang.
Sarmi : Nah bapak-bapak ibu-ibu sekarang boleh kembali kerumah masing-masing. Makasih bapak-bapak, ibu-ibu.
Lurah : Apa pak Suryo yakin, bahwa Lasmini yang cantik itu adalah pelakunya?
Suryo : Saya yakin pak. Rejo ambilkan tongkat saya di belakang lemari!! Biar tahu rasa si Lasmini itu.
Lurah : Sabar Pak suryo, Baiklah.. Hansip!!
Hansip : Siap pak!!
Lurah : Sekarang suruh si Lasmini kesini. Cepat.
Hansip : Siap. Laksanakan (Hansip keluar)
Lurah : Pak Suryo mengapa anda begitu yakin kalau pencurinya adalah Lasmini.
Suryo : Begini pak, saya ceritakan. Lasmini adalah mantan istri saya, yang saya ceraikan dulu. Pasti Lasmini masih menyimpan
dendam kepada saya. Dan lagi sewaktu di perjalanan, saya mengatakan bahwa saya akan menghadiahkan seekor burung untuk
Istri saya. Nah mungkin itu yang membakar api Cemburunya pak.
Lurah : Nah Itu patut di curigai.
Suryo : Betul pak, Dasar Lasmini. (Hansip masuk bersama Lasmini)
Adegan 2
Hansip : Lapor pak, ini si Lasmini telah saya bawa. Laporan selesai.
Lurah : Bagus hansip. Lasmini. Walau badan kamu seksi tapi saya tidak menyangka, kamu melakukan perbuatan tercela.
Lasmini : Apa maksud pak Lurah??
Lurah : Janganlah berpura-pura kamu Las, kamu tadi mondar-mandir disini kan?
Lasmini : Benar pak Lurah.. saya tadi mondar-mandir disini, tapi…(dipotong)
Suryo : Nah sudah jelas kan pak!! Dia pencuri burung saya.(Rejo Masuk)
Rejo : Ini pak tongkatnya.
Lurah : Sabar pak Suryo. Sabar..
Lasmini : Lho.. lho ada apa ini. Kok saya mau dipukuli, emangnya saya salah apa??
Lurah : Begini las, mengakulah, kamu yang telah mencuri burungnya Pak Suryo kan?
Lasmini : Burungnya Suryo?? Idih sudah bosan kali pak, buat apa saya mencuri burung orang pelit dan kikir ini.
Lurah : Malah bercanda.
Suryo : Sudah lah pak, biar saya yang bertanya. He las, kamu mencuri burung saya karena kamu cemburu kan. Kamu tidak suka
melihat saya menghadiahkan Burung itu kepada Istri saya.
Lasmini : Cemburu???
Suryo : Ya Cemburu, karena kau telah ku cerai 2 tahun yang lalu. Dan sekarang saya menikah dengan si Juminten.
Lasmini : Owh.. Eh Suryo, dengar saya ini bukan wanita yang sok usil dengan urusan orang lain ya. Dan lagi aku ini cukup laris
bahkan sangat laris. Untuk itu aku sangat senang ketika kau ceraikan. Apa enaknya jadi istri mu. Suryo yang terkenal pelit, medit.
Mengambil beras untuk masak saja ditunggui. Cuih.. Sekarang malah banyak pria-pria yang jauh lebih tampan mengejar-ngejar
saya. Termasuk pak Lurah.
Lurah : ehem ehem. Sebentar-sebentar kenapa kamu malah berbicara seperti to Las?
Lasmini : Biar-biar semua orang tahu Bahwa Suryo adalah orang yang pelit, dan amat kikir.
Lurah : Oh Sudah.. Berarti kamu tidak mencuri burung pak Suryo?
Lasmini : Tidak pak, tadi saya mondar-mandir di Sini dikarenakan saya ingin mengambil Tas dan pakain saya yang dua tahun lalu
tertinggal di rumah ini, tapi tidak jadi pak lurah.
Lurah : O o o Begitu ya. Pak Suryo dapat disimpulkan bahwa Lasmini bukan pencuri Laras.
Suryo : Apa benar kamu tidak mencuri??
Lasmini : Sumpah, walau disamber geledek.. Saya tidak mencuri. Lagian buat apa mencuri burungnya orang pelit.
Lurah : Sudah-sudah. Oh ya Las, apakah kamu tidak melihat orang-orang yang mencurigakan sebelum kamu?
Lasmini : Oh ya pak Lurah, kalau tidak salah sebelum saya datang kesini, tadi saya melihat si Asri mondar-mandir. Seperti orang
ketakutan pak.
Suryo : Lalu bagaimana dengan burung yang ada disini?
Lasmini : Semenjak saya datang kesini memang sudah tidak ada burung.
Lurah : Apa tidak kamu tidak salah lihat las?
Lasmini : Saya yakin bahwa yang saya lihat disini tadi, adalah Asri Pak!!
Lurah : Asri ya, Hansip!!!
Hansip : Siap pak!!
Lurah : Tolong panggilkan si Asri kesini!!
Hansip : Laksanakan!!!!!
Rejo : Aduh…
Sarmi : Kenapa kamu jo? Kok kamu seperti orang kejatuhan meteor saja.
Rejo : Tidak ada apa-apa mi!! Perasaan saya tidak enak.
Suryo : Nah Sudah jelas.. Rejo ambilkan pisau di Dapur!
Rejo : Ya tuan.
Lurah : Lho lho mau apa kamu Suryo, dengan pisau?
Suryo : Saya sudah yakin pak, bahwa Asri adalah pencuri Laras.
Lurah : Kenapa kamu bisa seyakin itu Pak Suryo?
Suryo : Yang pertama, dia juga telah saya beritahu tentang rencana saya memberii kejutan kepada istri saya. Dan kelihatannya dia
tidak begitu senang terhadap rencana saya.
Lurah : Terus..
Suryo : Alasan yang kedua adalah menurut si Lasmini dia mondar-mandir disini. Itu semakin menguatkan dugaan saya
Lurah : O ya yaTerus
Suryo : Dan alasan yang paling kuat adalah. Dia adalah mantan pacar saya. Saya tidak jadi menikahinya dikarenakan saya lebih
tertarik kepada Juminten. Dan mungkin itulah yang menyebabkan dia begitu ingin mengagalkan rencana saya itu Pak. Karena dia
masih sakit hati terhadap saya.
Lasmini : Dasar lelaki mata jelalatan…
Sarmi : Sudah to Bu Lasmini
Lasmini : Biar semua orang tahu, tidak hanya pelit dan kikir. Suryo juga seorang yang matanya jelalatan.
Lurah : Lasmini janganlah kamu memperkeruh suasana. Pak Suryo apakah bapak yakin bahwa Asrilah pencurinya.
Suryo : Saya tidak pernah seyakin ini. (Hansip dan Asri masuk)

Adegan 3
Asri : Assalamu’alaikum.
Lurah : Walaikumsalam
Asri : Ada apa tho pak, kok memanggil saya disini. Padahal saya lagi berdagang lho pak.
Lurah : Kalau begitu Langsung saja, Sri apakah kamu tadi siang mondar-mandir disini?
Asri : Iya pak Lurah..
Lurah : Nah sekarang sudah ada gambaran yang jelas..
Hansip : Wah tampaknya kasus akan segera selesai.
Lurah : Ha ha ha betul-betul.. tadi sampai mana ?
Asri : Sampai mondar-madir
Lurah : Ya ya Sri katakan semuanya dengan jujur dan bertanggung jawab. Dan kalau kamu ketahuan berbohong kamu akan
mendapatkan masalah besar. Mengerti kamu!!
Asri : Ya Pak lurah.
Lurah : Begini, setelah mondar-mandir dari sini, apa yang kamu lakukan..
Asri : Saya membakarnya (dipotong Suryo)
Suryo : Apa!!! Membakarnya.. (Rejo masuk)
Lurah : Betul kamu membakarya??
Asri : Betul pak, malah saya injak-injak setelah saya bakar.
Rejo : Ini tuan pisaunya..
Suryo : mana pisaunya. Ini tidak bisa dibiarkan.
Lurah : Sabar-sabar to Pak Suryo!! Hansip bantu ini.
Hansip : Siap Pak!!
Asri : Ada apa tho ini!!! kok tiba-tiba Mas Suryo ingin menusuk saya.
Lurah : Begini Sri, katakan dengan jujur saya kamu yang telah mencuri burung laras kan?. Dan kamu tadi telah membakarnya kan?
Asri : Mencuri burung??
Suryo : halah jangan sok tidak tahu. Kamu mencuri dan membakar Laras karena menyimpan dendam kepada saya kan? Karena
dulu saya tidak jadi menikahimu gara-gara saya lebih memilih Juminten.
Asri : Mas Suryo apa-apaan ini? Saya tidak pernah mencuri burung.
Suryo : Halah jangan mengelak. Katakan kau yang telah mencuri dan membakar burung saya kan?
Lurah : Sabar-sabar. Hentikan Pak Suryo. Sri apakah kamu membakar Laras, burung peliharaannya Pak suryo?
Asri : Tidak pak. Saya tidak membakar Laras. tapi…
Lurah : Tapi apa, ayo cepat katakan..
Asri : Saya takut mengatakannya pak.
Lurah : Halah tidak usah takut, ada saya. Pak Lurah.
Asri : Yang saya bakar itu adalah surat cinta pak. Surat cinta dari Rejo. Soalnya Rejo tadi pagi menembak saya. Saya takut kalau
Sarmi melihatnya makanya tadi saya tampak takut, lalu membakarnya Surat Cintanya.
Sarmi : Rejo!!!!!!!!!!!!!!!
Rejo : Ada apa?? Emangnya kenapa, saya masih single og.
Hansip : he hehe sudah, ini masalah serius.
Asri : Pak lurah sedikit meralat perkataan Mas Suryo, bahwa saya tidak mempunyai rasa dendam terhadap Mas Suryo. Karena dulu
saya lah yang telah memutus hubungan itu sendiri. Jadi buat apa saya dendam.
Lasmi : Owh rahasia Suryo terbongkar, jadi tidak Suryo yang memutus hubungan. Kasihan Suryo.
Lurah : Emangnya ada alasan apa kamu memutuskan hubungan dengan Suryo? Apakah karena Pak Suryo pelit!!
Asri : Bukan itu pak. Tapi… tapi…. Saya malu mengatakannya Pak!!
Lurah : Ada apa lagi tadi takut, sekarang malu. Ayo cepat katakan sebelum saya mati penasaran!!
Asri : e e e segini panjangnya pak!!
Lurah : Apanya??
Asri : Itunya
Hansip : Bicara yang jelas..
Rejo : Iya. Apanya yang panjang segitu???
Asri : anu….
Lurah : Ayo cepat..
Asri : Ekor pak.
Lurah : Ha???? Ekor
Asri : Iya ekor Mas Suryo!! (semua tertawa)
Suryo : Apa maksud perkataanmu itu sri??
Lurah : Tenang pak tenang. Ayo dilanjutkan.
Asri : Kata orang-orang setiap malam jum’at kliwon ekornya tambah panjang. Itulah yang membuat saya memutuskan hubungan
dengan Mas suryo. Saya tidak suka ekor
Lasmini : Terbongkar lagi. Sudah pelit, kikir, matanya jelalatan dan punya ekor lagi.
Suryo : Apa maksud perkataanmu Lasmi.
Lasmini : Tidak apa-apa.
Suryo : Pak lurah!! Seharusnya tugas pak lurah disini adalah mencari burung saya. Kenapa malah bongkar-bongkar rahasia orang.
He Sri katakan saja kau lah yang mencuri burung saya. Karena hanya kau yang mondar-mandir di sini sebelum Lasmini.
Asri : Jangan-jangan menuduh begitu Mas. Perlu diketahui mas, saya itu orang yang amat geli jika melihat burung. Memang tadi
saya mondar-mandir disini, tapi sebelum saya ada juga yang lewat sini.
Lurah : Siapa sri?
Asri : Jumino pak. Ditambah lagi Jumino juga bawa senapan angin kesayangannya.
Rejo : Oh ya pak lurah, aku ingat si Jumino pernah berkata kalo istrinya nyidam sate burung.
Lurah : Wah patut di curigai itu. Ngomong-ngomong ternyata orang hamil masih suka burung juga tho??
Suryo : Nah ini dia!! Ini dia!! Pasti dia,,, dasar Komplotan
Lurah : Komplotan??
Suryo : Benar Pak Lurah. Pelakunya pasti dia si Jumino dan istrinya si Karti!!
Lurah : Apa kamu yakin Pak Suryo??
Suryo : Saya tidak pernah seyakin ini pak. Dan keyakinan saya lebih kuat dari pada tadi. Sudah jelas. Semua sudah jelas pak
Lurah.
Lurah : Apa alasanmu menuduh mereka berdua.
Suryo : Begini. Yang pertama si Karti. Dulu tanahnya saya ambil karena terlampau besar bunga dari hutangnya. Dan Kelihatannya
dia masih menyimpan dendam kepada saya. Yang kedua si Karti juga merupakan orang yang saya beritahu rencana kejutan untuk
istri saya. Ketika saya ceritakan tentang rencananya saya, malah dia mengatakan ingin memakan burung saya. Sudah jelaskan
Pak!!
Lurah : Lalu si Jumino apa alasannya?
Suryo : Nah yang si Jumino malah yang lebih jelas. Soalnya dulu pacarnya dia saya rebut, yaitu Juminten yang sekarang jadi Istri
saya. Padahal keduanya sudah lima tahun menjalani pacaran. Saya kira dia juga masih menyimpan dendam kepada saya.
Sekarang panggil mereka Pak Lurah.
Lurah : Ya ya Saya kira alasanmu cukup kuat untuk memanggil mereka. Hansip!!!!
Hansip : Siap pak Lurah..
Lurah : Kita selesaikan sekarang, Panggil Jumino dan Karti kesini. Segera!!
Hansip : Siap Pak!!
Suryo : Rejo!!!!!!
Rejo : Siap tuan. Suruh ambil senjata apa lagi tuan,
Suryo : Sekarang saatnya mengambil senjata pamungkas. Ambilkan saya Gobang.
Rejo : Gobang???
Suryo : Iya gobang, senapan angin Jumino akan kalah melawan gobang pusaka saya. Cepat ambilkan.!!
Rejo : Siap tuan!
Lurah : Sabar-sabar.. Pak. Jangan bertindak bodoh.
Suryo : Sudah lah pak.. Ini sudah puncak kemarahan saya.. bapak jangan menghentikan saya lagi. (Jumino dan Karti Masuk)

Adegan 4
Jumino : Assalamu’alaikum
Lurah : Walaikumsalam (Rejo Masuk)
Rejo : Ini Gobangnya tuan.
Suryo : Bagus.. He jumino mana burungnya??
Jumino : Lho koq Mas Suryo sudah tahu kalo saya bawa sate burung?
Suryo : Sate burung??
Jumino : Iya sate burung. Nah ini sate burung khusus Mas suryo, ya soalnya ini juga burung khusus. Dan yang istri saya
memasaknya khusus untuk Mas suryo.
Karti : Iya mas, burung ini katanya burung tipe mahal, makanya sayang kalo saya makan sendiri, Nah lalu saya kepikiran untuk
menghadiahkan kepada Mas Suryo.
Suryo : Laras.. Laras.. Sekarang engkau jadi sate. Malang nian nasib dikau Laras. Jumino sekarang kau harus bertanggung jawab
terhadap perbuatanmu!!
Jumino : Tanggung jawab??
Lurah : Sabar-sabar… he Hansip tolong ini lho..
Suryo : Sudahlah jangan menghentikan saya Pak.. Dia telah membunuh Laras burung saya.
Jumino : Tunggu dulu, saya membunuh burung Mas Suryo!!
Suryo : ya burung peliharaanya saya.
Jumino : Saya tidak membunuh burung mas Suryo!!
Suryo : Ah jangan mengelak kau Jum..
Lurah : Sabar-sabar… Kita perlu mendengar penjelasan dari Jumino dulu. Jangan main hakim sendiri. Suryo, kamu bisa dipenjara
gara-gara ini.
Suryo : Baiklah..
Lurah : Jumino, sekarang langsung saja.. Apakah kamu membunuh burung Pak suryo dan menyatenya???
Jumino : Ah tidak pak Lurah, semua burung yang saya tembak berasal sari hutan sebelah.
Lurah : benar kamu tidak bohong.
Jumino : Benar pak, masak sih kami tega melakukan itu terhadap Mas Suryo.
Lurah : Lho seharusnya kamu tega. Karena Suryo telah merebut Juminten, wanita yang telah kamu pacari selama lima tahun.
Apalagi istrimu yang tanahnya diambil oleh Suryo.
Karti : owh masalah itu ya pak. Kami sudah melupakannya. Sejujurnya saya sudah melupakannya sejak dulu, semenjak saya
mendapatkan suami yang baik seperti Mas Jumino ini. Dan lagi Mas Jumino juga hidupnya sudah mapan, jadi saya tidak perlu
mempunyai tanah yang banyak lagi.
Jumino : Saya juga telah berterima kasih kepada Mas Suryo, karena telah menyadarkan saya untuk tidak menikahi si Juminten.
Makanya saya hari ini menghadiahkan sate burung ini.
Lurah : Disadarkan dari apa kamu jum oleh suryo??
Jumino : Katanya Mas Suryo, Juminten itu orangnya kena panyakit ayan yang bersifat menular. Dan sudah stadium 4.
Rejo : Oh nyonya kena penyakit ayan tho??
Sarmi : Aku nggak tahu jo, wah kasihan ya nyonya.
Asri : Eh –eh.. Juminten itu setahu saya orang yang sehat, bahkan paling sehat diantara teman saya. Tidak mungkin dia kena
penyakit ayan. Saya yakin itu pasti berita bohong.
Lasmini : Berarti sudah jelas,
Asri : Apanya yang sudah jelaas..
Lasmini : Fitnah.., Terbongkar lagi kan Suryo. Ternyata seorang Suryo itu Pelit, kikir, matanya jelalatan, punya ekor dan Licik
Pula….
Suryo : Awas jaga mulutmu itu Las…
Lasmini : Biar saja, lagi pula saya sudah bukan istrimu lagi.
Sarmi : Sabar bu Lasmini… Sabar..
Lurah : Sekarang malah terbongkar semua. Jadi selama ini kamu Pelit, kikir dan licik ya.
Suryo : Sudah, sudah.. Pak Lurah itu saya bayar untuk mencari burung saya, sekarang bukannya malah bongkar-bongkar rahasia
saya.
Lurah : Lha ternyata malah terbongkar semua ha ha ha
Suryo : Sudah –sudah semuanya diam, sekarang dimana burung saya. (Juminten Masuk)

Adegan 5
Juminten : Ada apa ini koq rame-rame, tumben mas suryo ngundang banyak tamu. E e Pak lurah juga ada tho?? Jumino, Karti,
mbak Lasmini, dan Asri… Sarmi kok tamunya tidak di berikan minum??
Sarmi : Kata tuan tidak usah nyonya.
Suryo : Juminten, dari mana saja kamu…
Juminten : Dari Rumah teman mas, Oh ya jo. Ini uang untukmu. Laras sudah terjual dengan harga 5 Juta. 50 kali lipat dari tawaran
sebelumya, lumayan lah..
Rejo : Waduh!!!!
Suryo : Kamu menjual Laras????
Juminten : Iya mas, kasihan kan si Rejo. Masak katanya burungnya itu di tawar seharga 100 ribu. Padahal ternyata laku sampai 5
juta, Sini. Ini lima jutanya
Suryo : Haduh.. haduh… Mana jo uangnya.. Ini uang saya. Lawong itu burung saya.
Juminten : Lho burungnya Mas Suryo ya.
Suryo : Wah gagal memberikan kejutan, ah setidaknya saya dapat uang. Tak apalah
Lasmini : ehm ehem, saya mau meminta bagian
Suryo : bagian???
Lasmini : Iya. Soalnya dulu ketika saya bercerai baju-baju saya masih tertinggal dirumah ini dan tidak boleh diambil. Sekarang saya
tidak mau bajunya . tapi saya mau mentahnya saja. 1 Juta. Mana!!!!
Juminten : Baju???
Suryo : Sudahlah kau tidak perlu tahu, Ini..
Asri : Mas Suryo, sebelumnya maaf. Karena tadi saya di panggil kesini padahal sebenarnya saya harus berdagang. Karena
meninggalkan perkerjaan saya jadi rugi hari ini. Untuk itu saya minta ganti rugi.
Suryo : Berapa???
Asri : Cuma 1 juta mas.
Lurah : Kasihkan saja.. Apa nggak malu dilihat istrimu.
Suryo : Ini!!!
Jumino : Ehem. Ehem, begini mas. Sebenarnya saya tidak terima atas tindakan mas kepada saya, yaitu melakukan kebohongan.
Oleh karena itu setidaknya ada uang, untuk mengikhlaskan masalah tersebut. Begitu juga istri saya dengan masalah tanahnya.
Suryo : Berapa??
Jumino : Masing-masing satu juta mas.
Lurah : sudah kasihkan saja, apa tidak malu dilihat istrimu.
Suryo : Ini.!!! 2 juta.
Lurah : Dan terakhir, sebenarnya ini diluar jam kerja saya, saya bela-belain untuk melaksanakan tugas ini. Untuk itu setidaknya ada
uang lrmbur untuk saya dan Anak buah saya.
Suryo : ini 1 juta..!!
Lurah : Ikhlas???
Suryo : Ikhlas??
Lurah : Alhamdulillah..
Juminten : Alhamdulillah.. mas suryo sudah Berubah
Suryo : apes apes.. dari pagi belum dapat setoran, dan sekarang kehilangan 5 juta. Setidaknya masih ada hutang-hutang dari
masyarakat.
Sarmi : E e beginii tuan, mengenai utang warga.
Suryo : Ada pa dengan hutang warga??
Sarmi : Karena tuan menyuruh agar mendatangkan warga. Walau pakai cara apa saja, akhirnya saya menjanjikan hutangnya Lunas
jika mereka datang tuan. Akhirnya semua warga yang punya hutang terhadap tuan, semua datang.
Suryo : Aduh… aduh.. apes apes..
Lasmini : sudah.. setidaknya Mas Suryo telah membuat banyak orang senang, ya tidak? Insya Allah akan mendapatkan pahala dari
yang kuasa.
Juminten : Sebenarnya saya tidak tahu permasalahannya, tapi saya amat bangga Mas Suryo sudah jadi orang yang Dermawan.
Saya kira itu karena Laras.. Burung pembawa berkah.
Suryo : Ini gara-gara Laras.. ya gara Burung itu. Juminten dimana burung itu sekarang, saya akan membelinya walau dengan harga
berapapun (sambil memegang gobang).
Juminten : Ya paling sekarang sudah sampai di Jakarta. Soalnya tadi naik pesawat bersama yang orang membelinya.
Suryo : apa??? LARAS………………

BLACK OUT

Anda mungkin juga menyukai