P.bio 2
Semester 4
0310182091
2. Komponen Darah
Darah dapat berada dalam sistem pembuluh khusus (misalnya darah mamalia) atau
mungkin mengalir secara bebas diantara sel-sel tubuh (misalnya hemoliraf pada insekta).
Akan tetapi, karena darah pada hewan tingkat tinggi (vertebrata) lebih kompleks, maka
komponen-komponennya menjadi kajian utama dalam fisiologi peredaran. Secara garis
besar komposisi darah terdiri atas komponen cairan berupa plasma dan komponen selular
berupa sel-sel darah (hemosit).
A. Plasma Darah
Plasma merupakan cairan matriks dimana sel-sel darah tersuspensi. Secara umum,
penyusun plasma adalah air yang mengandung ion-ion dan molekul organik terlarut seperti
protein. Kadar air dalam plasma mencapai 92%, protein 8-9% dan garam-garam anorganik
0,9%. Protein yang terdapat dalam plasma adalah serum albumin, serum globulin dan
fibrinogen.
Adapun substansi organik yang lain kecuali protein dan garam anorganik adalah
garam amonium, urea, asam urat, kreatinin, kreatin, asam amino, xantin, hypoxantin;
kelompok lipid seperti fosfolipid, kolesterol; karbohidrat seperti glukosa; dan gas-gas
terlarut seperti oksigen, nitrogen, karbondioksida; substansi-substansi lain seperti hormon,
enzim-enzim dan lain-lain. Sebagai contoh, konsentrasi protein dalam plasma ubur-ubur
sekitar 0,5g/l, sedangkan pada beberapa spesies vertebrata kadarnya mencapai 80g/l. Hal
tersebut mungkin berhubungan erat dengan pola osmotik (osmotic lifestyle) masing-masing
hewan.
Ubur-ubur merupakan kelompok osmokonformer yang mana cairan tubuhnya
memiliki nilai osmolaritas hampir sama dengan lingkungan eksternal, sedangkan vertebrata
adalah osmoregulator yang tetap mempertahankan osmolaritas cairan tubuhnya dalam batas
yang lebih rendah. Dengan demikian, tekanan osmotik koloid merupakan satu faktor yang
mempengaruhi pergerakan air dan osmolaritas cairan tubuh hewan. Protein plasma selain
sebagai pengatur tekanan osmotik darah juga berperan dalam regulasi kesetimbangan
fisiologis lainnya. Protein plasma dapat membantu mengatur kesetimbangan pH darah,
protein plasma darah juga menyebabkan darah menjadi agak kental sehingga dapat
mempertahankan tekanan darah yang penting dalam efisiensi kerja jantung. Selain itu,
protein plasma darah merupakan bahan dasar pembuat trefon yang akan menjadi bahan
makanan bagi jaringan yang ditumbuhkan dalam kultur medium. Globulin dalam plasma
berperan sebagai protein penolak yang dapat melawan antigen yang masuk ke dalam tubuh.
Protein plasma juga berfungsi sebagai protein cadangan seandainya protein dalam makanan
berkurang. Selain itu, protein plasma terlibat dalam menstabilkan darah, globulin dan
fibrinogen mempengaruhi sel darah merah untuk saling berlekatan membentuk reuleoux.
D. Trombosit
Trombosit ini bertanggung jawab terhadap pembekuan dalam darah. Trombosit ini
ialah pecahan sel yang terlibat atas pembekuan darah. Trombosit diproduksi pada waktu sel
yang besar, megakaryocytes dipecah jadi kepingan, setiap satu sel tersebut akan memuat
2000 hingga 3000 trombosit. Trombosit biasanya berwujud disk dan kecil yang berukuran
kurang lebih 2 sampai 4 mikrometer.Pada waktu semisal jari kita terkena benda tajam atau
sejenis pisau lalu berdarah, trombosit tertarik menuju tempat luka dan akan membentuk
semacam penyumbat yang melengket. Trombosit ini kemudian melepaskan sinyal, yang tak
hanya menarik trombosit lain, namun juga mengaktifkan sebuah sinyal yang mengkonversi
fibrinogen atau protein larut air yang terdapat di dalam plasma darah menjadi fibrin atau
protein yang tak dapat larut dalam air.
Fibrin lalu membentuk benang – benang yang akan memperkuat penyumbat
trombosit, supaya mencegah kehilangan darah yang semakin banyak.Pembuatan bagian –
bagian darah asalnya dari sel induk (stem cells). Pada sel darah yang dewasa, biasanya sel
diproduksi pada tulang sum-sum. Macam – macam sel darah merah akan berkembang
dalam beberapa tahap sel induk menuju sel darah atau disebut trombosit. Sel darah putih
misalnya seperti lymphocytes tak dewasa hanya pada tulang sum-sum, namun tumbuh juga
di kelenjar getah gening. Pada saat sel – sel selesai tumbuh, ia akan melepaskan ke
peredaran darah. Dan sejumlah senyawa messenger akan mengatur produksi sel – sel darah.
Hormon erythropoietin, yang telah diproduksi di ginjal, akan mendorong produksi sel – sel
darah merah, sedangkan cytokine menstimulasikan produksi sel – sel darah putih.
3. Sirkulasi Darah
Hewan harus mampu melaksanakan aktivitas transportasi nutrien, gas, dan produk
sisa metabolisme serta molekul-molekul padat atau cair di dalam tubuhnya. Mekanisme
pengangkutan melalui komponen darah telah dipaparkan dalam bab tentang fisiologi darah,
sedangkan dalam sistem kardiovaskular ini akan dibahas mengenai mekanisme bekerjanya
aliran darah tersebut yang melibatkan banyak unit-unit fisiologis yang tercakup sebagai
sistem sirkulasi. Pada hewan-hewan tingkat rendah, unit-unit dari sistem sirkulasinya belum
spesifik seperti hewan tingkat tinggi, akan tetapi konsep kerjanya tetap sama atau hampir
sama. Kelompok hewan yang belum memiliki organ-organ spesifik dalam sistem
sirkulasinya disebut dengan kelompok yang belum terspesialisasi. Pada Cnidaria dan cacing
pipih misalnya, sistem sirkulasi dilakukan dengan mekanisme gastrovaskular yang berperan
sekaligus sebagai sistem pencernaan dan sistem sirkulasi internal dengan cara difusi
sederhana.
Pada hewan-hewan tingkat tinggi baik invertebrata maupun vertebrata terdapat unit-
unit spesifik dari sistem sirkulasi yang menjamin keberlangsungan prosesnya. Ada tiga unit
penting dari sistem sirkulasi yaitu:
A. Darah yang berperan aktif dalam aliran dan transportasi substansi.
B. Jantung sebagai pemompa darah dan regulator yang sistematis.
C. Pembuluh-pembuluh darah sebagai saluran dari pergerakan komponen darah.
Kompleksitas struktural dan fungsional dari ketiga unit tersebut sangat bervariasi
antar kelompok hewan sesuai dengan tingkat kemajuannya dalam konteks evolusi dan
adaptasi.
Ada lima ciri spesifik dari sistem sirkulasi tertutup ini terutama pada hewan tingkat tinggi
yaitu:
1. Terdapat pemisahan fungsi dari masing-masing organ tubuh yang termasuk ke
dalam sistem sirkulasi.
2. Terdapat sistem pembuluh arteri yang berperan sebagai reservoir tekanan sekaligus
mendorong darah ke kapiler.
3. Terdapat dinding kapiler darah yang sangat tipis sehingga memudahkan
perpindahan substansi dari darah dalam kapiler ke cairan jaringan di ruang antar sel
untuk selanjutnya memasuki sel.
4. Tekanan darah di kapiler tertentu (di glomerolus pada ginjal vertebrata) cukup
tinggi sehingga memungkinkan berlangsungnya ultrafiltrasi di ginjal.
5. Terdapat sistem limfa yang penting dalam proses pengembalian cairan dari ruang
antar sel ke pembuluh darah.
Atas dasar hal tersebut maka sirkulasi tertutup dibagi atas dua yaitu sistem sirkulasi tunggal
dan sistem sirkulasi ganda.
1. Sistem sirkulasi tunggal (closed single circulation)
Pada tipe ini, darah akan meninggalkan jantung melalui ventrikel, terus melewati
insang dan mengalami oksigenasi dengan mekanisme difusi pertukaran O2-CO2 di insang,
dan selanjutnya mengalir ke seluruh tubuh dimana terdapat jaringan atau sel-sel yang akan
memakai oksigen dan kemudian kembali lagi ke jantung. Dengan demikian, dalam sekali
siklus peredaran, darah hanya terdiri atas satu lintasan saja yaitu dari jantung ke insang dan
ke seluruh tubuh untuk selanjutnya kembali ke jantung yang juga berarti bahwa selama
beredar darah hanya sekali melewati jantung. Contoh hewan dengan sistem sirkulasi tipe ini
adalah kelompok Pisces. Terdapat suatu ketidakefisienan sistem sirkulasi tipe tertutup yaitu
karena hilangnya tekanan darah yang dipompakan oleh jantung setelah darah melewati
insang. Konsekuensi dari keadaan tersebut adalah terciptanya aliran darah ke seluruh tubuh
dengan arus yang relatif lamban (sluggish flow) karena gradien tekanan yang menjadi
pendorong darah dalam beredar telah mengalami reduksi secara signifikan.
Goenarso, Darmadi, dkk. 2019. Fisiologi Hewan. Tangerang Selatan: CV Karya Indonesia.
Santoso, Putra. 2009. Buku Ajar Fisiologi Hewan. Padang: Universitas Andalas.
Rousdy, Diah Wulandari, Riza Linda. 2018. Hematologi perbandingan hewan vertebrata:
lele (Clarias batracus), Katak (Rana sp.), Kadal (Eutropis multifasciata), Merpati
(Columba livia) dan Mencit (Mus musculus). Bioma. Vol 7, No 1, April 2018.
N, Ulupi, T. T. Ihwantoro. 2014. Gambaran Darah Ayam kampung dan Ayam Petelur
Komersial Pada Kandang Terbuka di Daerah Tropis. Jurnal Ilmu Produksi dan
Teknologi Hasil Peternakan. Vol 01, No 1, Januari 2014.