Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS

MEWUJUDKAN PROFESIONALISME ASN

YANG BERKOMPETEN

DISUSUN OLEH :

BILLY RICARDO
CPNS LATSAR ANGKATAN : LI
ABSEN I

RUTAN KELAS IIB LANDAK


JULI 2022
MEWUJUDKAN PROFESIONALISME ASN
YANG BERKOMPETEN

Disadari isu penguatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) termasuk aspek pengembangan
SDM memanglah penting. Hal ini tercermin dari prioritas pembangunan nasional jangka menengah ke
4, tahun 2020-2024, berfokus pada penguatan kualitas SDM, untuk sektor keAparaturan,
pembangunan diarahkan untuk mewujudkan birokrasi berkelas dunia. Wujud birokrasi berkelas dunia
tersebut dicirikan dengan apa yang disebut dengan SMART ASN, yaitu ASN yang memiliki
kemampuan dan karakter meliputi: integritas, profesinal, hospitality, networking, enterprenership,
berwawasan global, dan penguasaan IT dan Bahasa asing.

Penguatan kualitas ASN tersebut sejalan dengan dinamika lingkungan strategis diantaranya
VUCA dan disrupsi teknologi, fenomena demografik (demographic shifting), dan keterbatasan
sumberdaya. Keadaan ini merubah secara dinamis lingkungan pekerjaan termasuk perubahan karakter
dan tuntutan keahlian (skills). Kenyataan ini menutut setiap elemen atau ASN di setiap instansi
selayaknya meninggalkan pendekatan dan mindset yang bersifat rigit peraturan atau rule based dan
mekanistik, cenderung terpola dalam kerutinan dan tidak adapatif dengan zamannya. ASN diharapkan
memiliki sifat dan kompetensi dasar, utamanya: inovasi, daya saing, berfikir kedepan, dan adaptif
Sifat dan kompetensi dasar ini krusial untuk mewujudkan Instansi Pemerintah yang responsif dan
efektif.

Dikaitkan dengan profesionalisme ASN, setiap ASN perlu berlandaskan pada aspek merit,
sesuai dengan latar belakang kualifikasi (antara lain pendidikan, pengalaman, dan pelatihan),
kompeten (sesuai dengan kompetensi teknis, manajerial, dan social kultural) dan memiliki bukti
kinerja yang sesuai serta memiliki kepatuhan pada etika kerja (nilai-nilai Dasar ASN, dan kode etik
ASN). Seiring dengan telah ditetapkannya ASN Branding dan nilai-nilai dasar ASN, yaitu: “Bangga
Melayani Bangsa” dan nilai dasar BerAkhlak (Beroreintasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten,
Harmonis, Loyal, Kolaboratif, dan Adaptif), setiap ASN perlu mengamalkan nilai-nilai tesebut dalam
pekerjaannya.

Pengertian yang sama juga digunakan dalam konteks ASN, kompetensi adalah deskripsi
pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang diperlukan dalam melaksanakan tugas jabatan (Pasal 1
PermenpanRB Nomor 38 Tahun 2017), dan kompetensi menjadi faktor penting untuk mewujudkan
pegawai profesional dan kompetitif. Dalam hal ini ASN sebagai profesi memiliki kewajiban mengelola
dan mengembangkan kompetensi dirinya, termasuk mewujudkannya dalam kinerja.
Pendekatan pengembangan kompetensi ASN sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ASN
Nomor 5 Tahun 2014, dapat diuraikan sebagaimana dalam Gambar 4.2 tentang Sistem Pengembangan
Kompetensi ASN.

Gambar 4.2
Sistem Pengembangan Kompetensi ASN

Uraian Jabatan Kesatuan Pengamanan Rutan

Kesatuan Pengamanan Rutan ini dipimpin oleh seorang kepala yang membawahi Petugas Pengamanan
Rutan. Kesatuan ini bertugas untuk melakukan pemeliharaan keamanan dan ketertiban rutan. Untuk
menyelenggarakan tugas tersebut, Kesatuan Pengamanan Rutan mempunyai fungsi :

• Melakukan administrasi keamanan dan ketertiban rutan,


• Melakukan penjagaan dan pengawasan terhadap tahanan,
• Melakukan pemeliharaan keamnan dan ketertiban rutan,
• Melakukan penerimaan, penempatan, dan pengeluaran tahanan, serta memonitor keamanan dan
tata tertib tahanan pada tingkat pemeriksaan.
• Membuat laporan dan berita acara pelaksanaan pengamanan dan ketertiban.

Peran dalam menjalankan Tugas dan Fungsi Kesatuan Pengamanan Rutan yaitu:

• Kesatuan Pengamanan Rutan dipimpin oleh seorang Kepala dan Membawahi Petugas
Pengamanan Rutan.
• Kepala Kesatuan Pengamanan Rutan berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Kepala Rutan.
Sistem keamanan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas), Rumah Tahanan Negara (Rutan), dan Cabang
Rutan pada dasarnya merupakan suatu kegiatan untuk mewujudkan kehidupan dan penghidupan yang
teratur, aman, dan tentram (vide: Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor: PAS
416.PK.01.04.01 Tahun 2015 tentang Standar Pencegahan Gangguan Keamanan dan Ketertiban Lapas
dan Rutan). Terciptanya keamanan dan ketertiban di Lapas dan Rutan merupakan syarat utama
terselenggaranya pelaksanaan Sistem Pemasyarakatan.

Penanganan gangguan keamanan dan ketertiban yang memadai dapat mencegah dari segala hal
potensial yang menyebabkan terjadinya suasana tidak kondusif di Lapas dan Rutan. Ada beberapa tata
cara yang didasari SOP untuk mencegah terjadinya gangguan keamanan, seperti tata cara pelaksanaan
apel, inspeksi, investigasi dan rekonstruksi, kontrol, penempatan dalam rangka
pengamanan, pengawalan, pengawasan komunikasi, pengendalian lingkungan, penggeledahan,
penggunaan kekuatan, penguncian, serta penjagaan.

Secara definitif, penjagaan merupakan salah satu bentuk kegiatan pengamanan terhadap orang dan
fasilitas guna mencegah gangguan keamanan dan ketertiban. Dalam pelaksanaannya, penjagaan pada
Lapas dan Rutan dilakukan oleh regu pengamanan yang bertugas. (vide: Pasal 10 ayat (2) Peraturan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Permenkumham) RI No. 33 Tahun 2015). Adapun sasaran
area penjagaan oleh regu pengamanan dilakukan di pintu gerbang halaman, pintu gerbang utama, pintu
pengamanan utama, ruang kunjungan, lingkungan blok hunian, blok hunian, dan pos menara atas
(vide: Pasal 10 ayat (1) Permenkumham RI No. 33/2015).

Keseluruhan area sasaran penjagaan mempunyai SOP masing-masing sebagai acuan baku dan pedoman
dalam pelaksanaan tugas penjagaan di Lapas dan Rutan. SOP penjagaan dilaksanakan dengan penuh
tanggung jawab oleh petugas Pemasyarakatan dan menjadi prosedur tetap di seluruh Lapas dan Rutan
di Indonesia.

Kompetensi dan ketrampilan yang harus dimiliki

Keterampilan merupakan suatu upaya untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang di
berikan perusahaan kepada seorang pegawai dengan baik dan maksimal. Keterampilan sangat
di butuhkan bagi seorang pegawai yang sudahmenduduki jabatan tersebut. Menurut Spencer
dan Spencer (1993) keterampilan adalah kemampuan mengerjakan tugas fisik atau mental
tertentu. Kompetensi mental atau keterampilan kognitif termasuk berpikir analitis dan
konseptual.
Kesatuan Pengamanan Rutan dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawab harus terampil
melakukan pekerjaan, Petugas Pengamanan Rutan di wajibkan untuk terampil dalam
menggunakan teknologi informasi dan juga terampil dalam menggunakan senjata api serta
terampil dalam ilmu bela diri. Bahwa dalam penyelesaian tugas, tanggung jawab dan
penyelesaian masalah perlu adanya keterampilan dalam mengelola informasi agar tugas yang di
emban dapat berjalan dengan maksimal. Keterampilan adalah kemampuan mengerjakan tugas
fisik atau mental tertentu. Kompetensi mental atau keterampilan kognitif termasuk berpikir
analitis dan konseptual. Keterampilan sangat di butuhkan bagi seorang pegawai yang sudah
menduduki jabatan tersebut. Keterampilan Kesatuan Pengamanan Rutan di Rutan Kelas II B
Landak sudah melakukan keterampilan yang baik itu dari segi pelaksanaan tugas, Tanggung
jawab, pemberian informasi dan penyelesaian masalah. Keterampilan sangat dibutuhkan,
mengingat yang diawasi adalah narapidana dengan jumlah yang sangat banyak. Oleh karena itu
seringkali perlu di berikan pelatihan khusus seperti penggunaan senjata api dan bela diri.

Kompetensi dan ketrampilan yang sudah dimiliki

Kesatuan Pengamanan Rutan dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawab harus terampil
melakukan pekerjaan, Petugas Pengamanan Rutan di wajibkan untuk terampil dalam
menggunakan teknologi informasi dan juga terampil dalam menggunakan senjata api serta
terampil dalam ilmu bela diri. Dalam hal ini ketrampilan yang sudah dimiliki khususnya penulis
adalah beladiri dan sedikit kemampuan menggunakan teknologi informasi, jadi perlu lagi
belajar.

Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT)

Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) merupakan program yang dirancang untuk dapat
meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan pemahaman kerja (pegawai) terhadap
keseluruhan lingkungan kerjanya. Untuk memahami tugas danfungsi Petugas Pemasyarakatan
di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Makassar, Petugas Pemasyarakatan diwajibkan mengikuti
pendidikan dan pelatihan (DIKLAT), contohnya Diklat pengamanan tingkat dasar, diklat
pembimbing kemasyarakatan, dan sebagainya. Untuk memahami tugas dan fungsi petugas
pemasyarakan diperlukan adanya pendidikan dan pelatihan (DIKLAT), bahwa dalam faktor
pendukung berupa Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) terhadap kapabilitas petugas
pemasyarakatan itu sangat perlu untuk ditingkatkan lagi agar petugas bisa lebih baik lagi dalam
menjalankan tugas dan fungsinya.
Strategi Tindak lanjut atas hasil analisis Kebutuhan individu

Perlu adanya pendidikan dan pelatihan (DIKLAT), bahwa dalam faktor pendukung berupa
Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) terhadap kapabilitas petugas pemasyarakatan itu sangat
perlu untuk ditingkatkan lagi agar petugas bisa lebih baik lagi dalam menjalankan tugas dan
fungsinya.

Anda mungkin juga menyukai