Anda di halaman 1dari 7

LATIHAN DASAR CPNS ANALISIS KEBUTUHAN KOMPETENSI ASN

DI KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


UPT RUTAN KELAS IIB NEGARA

Nama : I Gede Yoga Apriyagota

NIP 200304242022031004

Angkatan : XLIX

Kelompok 1

No 10

Pengertian Kompeten dan Panduan Sikap Perilakunya

Kompetensi merupakan perpaduan aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang


terindikasikan dalam kemampuan dan perilaku seseorang sesuai tuntutan pekerjaan. Sedangkan
Kompeten yang merupakan kata sifat, menggambarkan kemampuan seseorang untuk melakukan
sesuatu secara memadai, atau kapasitas mental seseorang untuk memahami suatu proses. Seseorang
dianggap kompeten, saat mereka dapat melakukan tugas tertentu.

Terkait dengan perwujudan kompetensi ASN dapat diperhatikan dalam Surat Edaran Menteri
PANRB Nomor 20 Tahun 2021 dalam poin 4, antara lain, disebutkan bahwa panduan perilaku (kode
etik) kompeten yaitu: a. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu
berubahi; b. Membantu orang lain belajar; dan c. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik. Perilaku
kompeten ini sebagaiamana dalam poin 5 Surat Edaran MenteriPANRB menjadi bagian dasar
penguatan budaya kerja di instansi pemerintah untuk mendukung pencapaian kinerja individu dan
tujuan organisasi/instansi.

Panduan Perilaku yang pertama adalah Meningkatkan Kompetensi Diri, Meningkatkan kompetensi
diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah adalah keniscayaan. Melaksanakan belajar
sepanjang hayat merupakan sikap yang bijak.
Setiap orang termasuk ASN selayaknya memiliki watak
sebagai pembelajar sepanjang hayat, yang dapat bertahan dan berkembang dalam oreintasi Ekonomi
Pengetahuan (Knowledge Economy). Pembelajar yang relevan saat ini adalah mereka yang memiliki
kemampuan untuk secara efektif dan kreatif menerapkan keterampilan dan kompetensi ke situasi baru,
di dunia yang selalu berubah dan kompleks.
Kedua, Membantu Orang Lain Belajar. Sosialisasi dan Percakapan melalui kegiatan morning
tea/coffee termasuk bersiolisai di ruang istirahat atau di kafetaria kantor sering kali menjadi ajang
transfer pengetahuan. ASN pembelajar dapat meluangkan dan memanfaatkan waktunya untuk
bersosialisasi dan bercakap pada saat morning tea/coffee ataupun istirahat kerja. Cara ini selayaknya
tidak dianggap membuang-membuang waktu. Kendatipun pembicaraan seringkali mengalir tanpa topik
terfokus, namun di dalamnya banyak terselip berbagi pengalaman kegiatan kerja, yang dihadapi
masing-masing pihak. Para pihak saling bertanya tentang pekerjaan, mereka memantulkan ide satu
sama lain, sekaligus mendapatkan saran tentang bagaimana memecahkan masalah. Perilaku berbagi
pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu aktif dalam “pasar pengetahuan” (Thomas H.& Laurence,
1998) atau forum terbuka (Knowledge Fairs and Open Forums). Dalam forum tersebut merupakan
kesempatan bagi pegawai untuk berinteraksi secara informal. Cara lain untuk membantu orang lain
melalui kegiatan aktif untuk akses dan transfer Pengetahuan (Knowledge Access and Transfer), dalam
bentuk pengembangan jejaring ahli (expert network), pendokumentasian pengalamannya/
pengetahuannya, dan mencatat pengetahuan bersumber dari refleksi pengalaman (lessons learned)
(Thomas H.& Laurence, 1998).

Selanjutnya yang terakhir ialah Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik. Kontribusi terbaik
dalam pekerjaan berbasis pengetahuan yang bertumpu pada pelatihan dan pendidikan berkelanjutan
(Aldisert, 2002). Dalam konteks ini sangat relevan jika setiap ASN dapat mengubah pola pikir pelatihan
sebagai biaya menjadi pelatihan sebagai investasi. Ketika menganggap modal manusia sebagai fondasi
nilai instansi, tidak punya pilihan selain mengambil tindakan meningkatkan aset modal insani.
Investasikan pada talenta ASN, dengan cara demikian telah meningkatkan modal organisasi dan nilai
instansi tempat ASN bekerja secara keseluruhan.

Kebutuhan Kompetensi Untuk Dapat Melaksanakan Tugas Jabatan Dengan Baik ( Baik
Yang Berupa Pengetahuan, Ketrampilan Maupun Sikap)

Sesuai Permenpan dan RB Nomor 38 tahun 2017 tentang Standar Jabatan ASN, telah ditetapkan
bahwa setiap pegawai perlu kompeten secara Teknis, Manajerial, dan Sosial Kultural. Dalam ketentuan
tersebut kebutuhan kompetensi untuk masing-masing jabatan telah ditentukan standarnya, yang dalam
hal ini menjadi fondasi dalam penentuan berbagai kebutuhan pengelolaan kepegawaian, antara lain,
pengembangan kompetensi pegawai. Hak pengembangan tersebut meliputi pengembangan kompetensi
teknis, kompetensi manajerial, dan kompetensi sosial kultural.
Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati,
diukur dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan;

Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat


diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi; dan

Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat
diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat
majemuk dalam hal agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai,
moral, emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi oleh setiap pemegang Jabatan untuk memperoleh
hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi dan Jabatan.

Latar Belakang

Rumah Tahanan Negara (disingkat rutan) adalah tempat orang yang ditahan sementara
atau dikenakan hukuman kurungan. Rutan juga merupakan tempat pelaksanaan teknis di
bidang penahanan untuk kepentingan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang
pengadilan. Secara struktural, rutan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor
Wilayah Departemen Kehakiman yang saat ini berubah menjadi Kementerian Hukum dan
HAM RI.

Rutan dan tata kerjanya dijelaskan dalam Keputusan Menteri Kehakiman Republik
Indonesia Nomor M.04-PR.07.03 Tahun 1985 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah
Tahanan Negara dan Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara dan Berdasarkan Keputusan
Menteri Kehakiman R.I No.02-PK.04.10 Tahun 1990 tertanggal 10 April 1990 Tentang pola
Pembinaan Narapidana dan Tahanan serta, Petunjuk Pelaksana dan Petunjuk Teknis No. E76-
UM.01.06 Tahun 1986 tertanggal 17 Pebruari 1985 Tentang Perawatan Tahanan dan dalam
Peraturan Menteri Hukum dan HAM R.I No. M.01.PR.07-10 Tahun 2005, Rumah Tahanan Negara
Berkedudukan Sebagai Unit Pelaksana Teknis yang Melaksanakan Tugas Pokok Departemen
Hukum dan HAM R.I.. Selanjutnya, pelaksanaan tugas rutan diatur dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat -Syarat dan Tata Cara
Pelaksanaan Wewenang, Tugas, dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan. Pelaksanaan
fungsi pemeliharaan keamanan dan tata tertib rutan diatur dalam Peraturan menteri Hukum
dan HAM Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2015 tentang Pengamanan pada Lembaga
Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara.
Selanjutnya, Tugas rutan adalah melaksanakan perawatan terhadap tersangka atau
terdakwa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Disamping itu,
Rutan memiliki empat fungsi dalam menyelenggarakan tugasnya, yaitu:

1. Melakukan pelayanan tahanan


2. Melakukan pemeliharaan keamanan dan tata tertib rutan
3. Melakukan pengelolaan rutan
4. Melakukan urusan tata usaha

Uraian Jabatan

Peran petugas pengamanan pada Rutan sangat penting. Petugas pengamanan merupakan bagian
dari satuan pengamanan Rutan yang memiliki tugas melakukan pencegahan, penindakan,
penanggulangan dan pemulihan gangguan keamanan. Pengamanan Rutan bertujuan untuk
mewujudkan lingkungan Rutan yang aman, tentram dan teratur guna tercapainya tujuan strategis
pemasyarakatan. Disamping itu, tugas berat yang sangat mulia diemban oleh petugas pengamanan
dimana tidak semua orang bisa dan sanggup menjaga, membina serta mengawasi ratusan hingga
ribuan para napi/tahanan yang ada didalam sebuah Rutan/Lapas. Apalagi kalau kita lihat dari data
sekarang ini dimana seluruh Rutan/Lapas di seluruh Indonesia melebihi kapasitas (overcrowding)
sehingga dari segi perbandingan antara jumlah petugas jaga dengan yang dijaga sangatlah tidak
masuk akal. Sehingga kita sebagai Petugas Pemasyarakatan tidak hanya petugas pengamanan,
namun semua yang menjadi keluarga besar pemasyarakatan harus memiliki mental yang kuat serta
jiwa raga yang sehat agar bisa menjalankan tugas mulia itu dengan baik dan lancar.

• Tugas Kesatuan Pengamanan Rutan

Kesatuan Pengamanan Rutan mempunyai tugas menjaga keamanan dan ketertiban Rutan.

• Fungsi Kesatuan Pengamanan Rutan

A.Melakukan penjagaan dan pengawasan terhadap narapidana / anak didik

B.Melakukan pemeliharaan dan tata tertib

C.Melakukan pengawalan pemerimaan, penempatan dan pengeluaran narapidana / anak didik

D.Melakukan pemeriksaan terhadap pelanggaran keamanan

E.Membuat laporan harian dan berita acara pelaksanaan pengamanan


• Peran dalam menjalankan Tugas dan Fungsi Kesatuan Pengamanan Rutan yaitu:
❖ Kesatuan Pengamanan Rutan dipimpin oleh seorang Kepala dan Membawahi Petugas
Pengamanan Rutan
❖ Kepala Kesatuan Pengamanan Rutan berada dibawah dan bertanggung jawab langsung
kepada Kepala Rutan.

Kompetensi Yang Harus Dimiliki

Kerusuhan rutan dapat disebabkan oleh banyak hal yang berbeda, tetapi kerusuhan biasanya
dimaksudkan untuk memaksa perubahan di dalam rutan atau mengungkapkan keluhan. Beberapa
penyebab umum kerusuhan rutan meliputi: tanggapan yang buruk atau tidak ada tanggapan
terhadap keluhan dan permintaan narapidana, atau kebutuhan narapidana lainnya yang tidak
terpenuhi, kecenderungan kerusuhan dari beberapa narapidana atau kegagalan untuk menanggapi
insiden narapidana ke narapidana, kegagalan untuk mengendalikan barang selundupan, seperti
obat- obatan, alkohol, senjata dan peralatan, penegakan aturan yang tidak konsisten oleh staf rutan
atau aturan yang tidak jelas; manajemen rutan yang buruk atau pergantian staf yang sering, garis
wewenang dan tanggung jawab administratif yang tidak jelas atau berubah, administrator tingkat
tinggi yang tidak tersedia untuk narapidana dan staf, kurangnya program atau kegiatan yang berarti
bagi narapidana, tekanan dan efek kepadatan penduduk, aktivitas geng, ketegangan rasial atau
ketegangan lain antara kelompok rutan.

Menguasai kompetensi teknis substansi keamanan dan ketertiban untuk menghindari timbulnya
atau adanya ancaman yang akan mengganggu rutan bagi petugas pengamanan pemasyarakatan,
serta memiliki kemampuan yang baik dalam mempertahankan diri apabila sewaktu-waktu ada
kejadian yang menimpa diri mereka sendiri ataupun kejadian yang terjadi diluar kendali kita
bersama karena bukan suatu hal yang tidak mungkin bisa terjadi suatu kerusuhan ataupun
kekacauan di dalam Rutan.

Selain latihan bela diri, pelatihan teknik pengamanan kerusuhan dilakukan agar para petugas
baru (CPNS) dan seluruh anggota jaga bisa mengetahui bagaimana dan cara apa saja yang
dilakukan apabila terjadi suatu kekacauan/kerusuhan didalam rutan.
Kompetensi Yang Sudah Dimiliki

Bela diri Boxing/Tinju dimana dapat mempertahankan diri apabila sewaktu-waktu ada kejadian
di luar kendali serta membantu meminimalisir hal-hal yang berkaitan dengan keamanan, maupun
kerusuhan yang ada di rutan. Kemampuan Baris-Berbaris yang dapat menumbuhkan sikap jasmani
yang tegap dan tangkas, rasa disiplin, serta tanggung jawab. Menumbuhkan sikap jasmani yang
tegap dan tangkas mengarahkan pertumbuhan tubuh agar sehat secara jasmani serta dapat
menjalankan berbagai tugas pokok dengan sempurna. Menumbuhkan rasa persatuan, yakni rasa
senasib dan sepenanggungan serta ikatan yang terjalin diperlukan untuk menjalankan tugas.
Menumbuhkan sikap disiplin, artinya mengutamakan kepentingan tugas dibanding kepentingan
sendiri. Menumbuhkan rasa tanggung jawab, yaitu berani untuk bertindak, mengambil risiko yang
sifatnya menguntungkan tugas, dan tidak melakukan tindakan yang bisa merugikan atau
menimbulkan risiko untuk diri sendiri.

Kompetensi Yang Perlu Dikembangkan

Tujuan Penyelenggaraan Pelatihan ini dapat meningkatkan kompetensi teknis subtansi


keamanan dan ketertiban bagi petugas pengamanan pemasyarakatan yang akan berperan dan
melaksanakan tugas dan fungsi pengamanan di Lapas ataupun Rutan. Tidak luput dari
kesiapsiagaan diri, disiplin, dan juga sikap bertanggung jawab sehingga dapat mengedepankan
Integritas dalam bekerja dan menjadi pembina yang baik guna memiliki mental sebagai penjaga
tahanan yang kuat dan tidak goyah kepada godaan pelanggaran-pelanggaran yang mungkin dapat
terjadi. Begitu juga halnya dalam pelaksanaan tugas diharapkan bisa menjadikan petugas yang
memegang teguh nilai-nilai PASTI meliputi Profesionalisme, Akuntabel, Sinergi, Transparan, dan
Inovatif dalam menjalankan tugas dan fungsi sebagai penjaga tahanan disamping bisa
mempertahankan diri serta memahami dan siaga apabila terjadi hal-hal diluar kendali.

Model Pengembangan Kompetensi Yang Perlu Dilakukan

Dengan diterbitkan Permenkumham No. 42 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Pelatihan


Teknis Pemasyarakatan, anggota penjaga tahanan diberi pelatihan untuk meningkatkan
kompetensinya dengan mengikuti Pelatihan Teknis Petugas Pengamanan Tingkat Dasar.
Diharapkan dengan pelatihan dimaksud dapat menghasilkan petugas pengamanan yang mampu
melakukan pengamanan pada Lapas ataupun Rutan sesuai dengan peraturan dan SOP yang berlaku.
Melalui Penguatan Mental Dengan Pelatihan Kesamaptaan, dan Teknik Pengamanan
Kerusuhan.

Strategi Tindak Lanjut Atas Hasil Analisis Kebutuhan Individu

Kegiatan pelatihan Melalui Penguatan Mental Dengan Pelatihan Kesamaptaan, dan


Teknik Pengamanan Kerusuhan ini bertujuan meningkatkan dan mengembangkan kompetensi
SDM yang menyeluruh dan merata di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM Republik
Indonesia. Khususnya diklat keamanan menjadi sangat penting bagi petugas/anggota jaga terkait
sarana pengamanan yang notabene merupakan “istri kedua” petugas/anggota jaga dalam
melaksanakan tugas dan fungsi (tusi) di lapangan sehingga mampu menerapkan dan menganalisis
teknik dan strategis pengamanan sesuai dengan sarana pengamanan yang ada secara cepat,
responsive dan terkoordinasi.

Diklat yang dilaksanakan bisa dibagi menjadi 2 tahapan, online course dan offline course
(implementation action plan). Pada online course, peserta diklat mengikuti pre-test, unduh materi,
diskusi materi, post-test, evaluasi tenaga pengajar, evaluasi penyelenggaraan pelatihan dan
pelaporan tugas implementasi action plan. Sementara offline course bagi peserta yaitu
melaksanakan implementasi action plan terkait materi yang sudah diberikan peserta untuk
diaplikasikan pada kegiatan lapangan di Rutan yakni dengan Pelatihan Kesamaptaan dan Teknik
Pengamanan Kerusuhan yang dilakukan oleh seluruh petugas/anggota jaga pengamanan
khususnya Penguatan Mental serta Fisik dalam meredam kerusuhan yang mungkin terjadi melalui
skill saat menggunakan senjata api dan alat pendukung lainnya yang didampingi oleh Kepala Rutan
serta Kepala Kesatuan Pengamanan Rutan. Hasil pelaksanaan implementasi action plan ini
mengacu dalam rangka memenuhi pasal 50 UU No 12 tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan dan
memenuhi Pasal 47 PP No 58 tahun 1999 tentang Syarat-Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan,
Wewenang, Tugas dan Tanggung Jawab, maka di pandang perlu untuk melaksanakan tugas
keamanan dan ketertiban di Rutan Kelas IIB Negara. Bahwa keamanan dan ketertiban yang
kondusif di dalam Blok Hunian WBP dan Rutan merupakan syarat utama mendukung terwujudnya
keberhasilan kegiatan perawatan dan pembinaan WBP.melalui diklat tersebut.

Anda mungkin juga menyukai