Anda di halaman 1dari 11

Makalah ilmu pendidikan islam

Profesionalisme dalam pendidikan islam

Dosen pembimbing : Mudrikatul arafah, m.pd

Disusun oleh : Alvi syahrin alkariman

Imam kurniawan
A.     Latar Belakang

Kegiatan pendidikan merupakan kegiatan yang sangat penting, karena pendidikan tersebut jika
dilihat secara lebih detail tidak hanya membina aspek kognitifnya saja, akan tetapi juga membina
aspek afektif seseorang. Maka dari itu pendidikan harus diselenggarakan secara sistematis agar
pendidikan tersebut dapat mencapai tujuan yang dicita-citakan. 3Terlebih lagi pendidikan islam,
pendidikan islam membina anak didik tidak hanya segi jasmaniahnya saja akan tetapi juga
membina segi rohaniah. Pendidikan Islamiah memberikan penekanan yang lebih kepada
keimanan, kerohanian dan akhlak. Namun begitu, dalam masa yang sama aspek-aspek kehidupan
manusia dan lain-lain seperti pendidikan jasmani, akal dan kemahiran tidak diabaikan.
Pendidikan juga memerlukan kepada pendidik yang hendaklah memahami konsep dan matlamat
dan sekiranya baik pendidikannya maka baiklah kehidupannya dan sebaliknya.

Pendidikan dari segi individu ialah pengembangan potensi-potensi pendidikan diri manusia
yang terpendam dan tersembunyi. Ini karena manusia mempunyai berbagai bakat dan
kemampuan yang mana jika kita bijak menggunakannya, maka hal itu akan memberi peluang
yang menguntungkan. H. Horne menegaskan pendidikan ialah proses abadi bagi menyesuaikan
perkembangan diri manusia dari segi jasmani, alam, aqliah, kebebasan dan perasaan manusia
terhadap Tuhan.Namun begitu, pendidikan dari kaca mata Islam, Ustadz Uthman al-
Muhammady menjelaskan tujuan pendidkan dalam Islam sebagaimana jelas dalam al-Quran dan
Sunnah dan lain-lain sumber muktabar ialah untuk membawa seseorang Muslim atau masyarakat
Islam untuk menyerupai dan merealisasi atau menyqdari perkara-perkara yang sebenarnya sama
ada dalam akidah, ibadah dan sistem akhlak untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Oleh karena itu, untuk mencapai tahap pembangunan yang menyeluruh dalam individu, ia
perlu melalui proses pendidikan yang terus-menerus  yang mana bermula ketika dilahirkan dan
berakhir ketika kita mati. Pendidikan berteraskan Islam yang menganjurkan kepada penghayatan
ilmu, pencernaan ilmu naqliah dan aqliah. Pendidikan Islam bukan hanya menjalankan proses
ta`lim tetapi mencakupi proses ta’dib dan tarbiah. Proses ta’dib adalah proses pencernaan adab
dengan sifat dalam dan luar, di samping berfungsi melahirkan keperibadian yang luhur dan jiwa
yang murni. Proses tarbiah pula mencakupi segala bentuk latihan imaniah, aqliah, jinsiah,
ijtima`iah, jismiah dan ruhiah. Manakala ta`lim pula ialah menyampaikan ilmu berdasarkan
ketepatan konsep dengan kehendak ilmu yang diajar.

Pendidikan Islam ini juga melahirkan bukan sekadar warganegara yang baik tetapi juga insan
yang saleh. Sebagai insan yang saleh ia akan mengenalpasti iman dan kufur antara makruf dan
munkar, antara falah dan khusran. Sebagai insan yang saleh juga dirinya mengetahui akan
hakikat manusia sebagai hamba Allah dan khalifah yang sentiasa bersifat ridwanallah dan
khashiatullah.

Dalam bahasa Arab ada beberapa istilah untuk pendidikan antaranya perkataan ta`lim sesuai
dengan firman Allah (s.w.t.):Yang bermaksud: “Dan Allah mengajar kepada Adam segala nama,
kemudian Allah berfirman kepada malaikat beritahulah aku nama-nama semua itu jika kamu
benar.”(al-Baqarah 2:31). Perkataan tarbiah juga digunakan untuk pendidikan. Firman Allah
dalam surah Isra’: Yang bermaksud: “Hai Tuhanku, sayangilah kedua-dua mereka sebagaimana
mereka mendidikku sewaktu kecil”.(al-Isra’ 17:24). Di samping itu perkataan ta’dib digunakan
untuk maksud pendidikan seperti sebuah Hadist (s.a.w.) yang berbunyi: Yang bermaksud:”Allah
mendidikku, maka Ia memberikan kepadaku sebaik-baik pendidikan”.Para sarjana Islam telah
mentakrifkan tujuan pendidikan yaitu memberi pertumbuhan yang seimbang terhadap sakhsiah
yang sempurna melalui latihan rohani, intelek dan diri manusia itu sendiri.

Dari sini, pendidikan hendaklah memberikan perkembangan manusia dalam semua aspek iaitu
rohani, akal, daya fikir, jasmani, ilmu Sains, ilmu bahasa dan merangsang semua aspek ini ke
arah kebaikan dan pencapaian kesempurnaan. Matlamat akhir pendidkan Islam adalah terletak
pada penyerahan langsung kepada Allah (s.w.t.).

Jika kita melihat rumusan tujuan dari pendidikan islam, maka kita akan menemukan banyak
sekali pendapat yang mengatakan tujuan pendidikan islam tersebut. Akan tetapi dari berbagai
pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa tujuan pendidikan islam adalah untuk
mendidik manusia agar menjadi insan kamil. Sedangkan untuk mencapai tujuan tersebut
dibutuhkan berbagai elemen yang harus koheren dan profesional. Dan keprofesionalisasian
merupakan hal yang mendasar yang harus ada dalam suatu kegiatan agar kegiatan tersebut dapat
berhasil dengan baik. Demikian juga mengenai pendidikan islam, agar tujuan pendidikan islam
dapat dicapai dan juga kegiatan pendidikan dapat berjalan dengan baik, maka pendidikan islam
haruslah profesional.

Maka dari itu, kami akan membahas mengenai profesionalisme dalam pendidikan islam yang
kami ambil dari berbagai referensi yang kami temukan dan juga berdasarkan pengetahuan yang
kami miliki.

B.     Makna Profesionalisme

Profesionalisme adalah faham yang mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh
orang yang profesional. Orang yang profesional ialah orang yang memiliki profesi. Profesi
adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian tertentu.

Menurut Muhtar Lutfi, ada 8 kriteria yang harus dipenuhi oleh sebuah pekerjaan agar dapat
disebut sebagai profesi, yaitu:

1. Panggilan hidup yang sepenuh waktu

Profesi adalah pekerjaan yang menjadi panggilan hidup seseorang yang dilakukan sepenuhnya
serta berlangsung dalam waktu yang lama bahkan seumur hidup

2. Pengetahuan dan kecakapan/keahlian.

Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan atas dasar pengetahuan dan kecakapan / keahlian
khusus yang dipelajari.

3. Kebakuan yang universal.


Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan menurut teori, prinsip, prosedur dan anggapan dasar
yang sudah baku secara umum (universal) sehingga dapat dijadikan pegangan atau pedoman
dalam pemberian pelayanan terhadap mereka yang membutuhkan.

4. Pengabdian

Profesi adalah pekerjaan terutama sebagai pengabdian pada masyarakat bukan untuk mencari
keuntungan secara material/finansial bagi diri sendiri.

5. Kecakapan diagnotis dan kompetensi aplikatif.

Profesi adalah pekerjaan yang mengandung unsur-unsur kecakapan diagnostis dan kompetensi
aplikatif terhadap orang atau lembaga yang dilayani.

6. Otonomi

Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan secara otonomi atas dasar prinsip-prinsip atau norma-
norma yang ketetapannya hanya dapat diuji atau dinilai oleh rekan-rekan se Profesi.

7. Kode etik.

Profesi adalah pekerjaan yang mempunyai kode etik yaitu norma-norma tertentu sebagai
pegangan atau pedoman yang diakui serta dihargai oleh masyarakat.

8. Klien

Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan untuk melayani mereka yang membutuhkan pelayanan
(klien).

Sedangkan Rochman Natawidjaya mengemukakan beberapa kriteria tentang ciri-ciri suatu


profesi,

1. Ada standar untuk kerja yang baku dan jelas


2. Ada lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan pelakunya dengan program dan
jenjang pendidikan serta memiliki standar akademik yang memadai dan bertanggung
jawab terhadap pengembangan ilmu pengetahuan yang melandasi Profesi itu.
3. Ada organisasi yang mewadahi para pelakunya untuk mempertahankan dan
memperjuangkan eksistensi dan kesejahteraannya.
4. Ada sistem imbalan terhadap jasa pelayanannya.
5. Ada pengakuan masyarakat terhadap pekerjaan itu sebagai suatu Profesi.

Kemudian secara panjang lebar menurut T. Raka Joni  ada 5 ciri keprofesian yang lazim serta
penerapannya  di dalam bidang pendidikan di tanah air.
1. Profesi itu diakui oleh masyarakat dan pemerintah dengan adanya bidang layanan tertentu
yang hanya dapat dilakukan oleh kelompok pekerja yang dikategorikan sebagai suatu
Profesi.
2. Pemilikan sekumpulan ilmu yang menjadi landasan sejumlah tehnik serta prosedur kerja.
3. Diperlukan persiapan yang sengaja dan sistematis sebelum orang melaksanakan
pekerjaan Profesional. Dengan kata lain pekerjaan Profesional mempersejaratkan
pendidikan yang sistematis yang berlangsung relatif lama.
4. Adanya mekanisme untuk melakukan penyaringan secara efektif, sehingga hanya mereka
yang dianggap kompeten yang dibolehkan bekerja memberikan layanan ahli yang
dimaksud.
5. Diperlukan organisasi Profesi disamping untuk melindungi kepentingan anggotanya dari
saingan yang datang dari luar kelompok, juga berfungsi untuk meyakinkan supaya para
anggotanya menyelenggarakan layanan ahli terbaik yang bisa diberikan demi
kemaslahatan para pemakai layanan.

Apakah dengan merumuskan beberapa ciri diatas lalu dapat diambil kesimpulan bahwa bidang
keguruan bukan merupakan suatu Profesi di negara kita? Apabila hanya diterapkan kriteria
Profesionalisasi di atas terhadap keadaan dewasa ini, maka jawabnya jelas bahwa bidang
keguruan belum merupakan Profesi dalam arti yang sepenuhnya. Akan tetapi, apabila kita
memusatkan kepedulian pada kebutuhan akan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi dan
diperlukan untuk melestarikan keyakinan bangsa dan negara, maka penanganan layanan
pendidikan mulai dari perencanaan sampai dengan penyelenggaraannya dari hari ke hari mutlak
mensyaratkan tenaga-tenaga Profesional.

Penyiapan generasi muda melalui sistem magang sudah tidak memadai lagi untuk bertahan
dalam abad informasi ini. Sebaliknya penyiapan menjemput hari esok sekarang ini membutuhkan
guru-guru yang benar-benar memiliki ketanggapan yang berlandaskan kearifan terhadap
kemungkinan masalah-masalah yang dihadapi masyarakat yang akan datang. Hanya kepada
guru-guru yang Profesional, masa depan bangsa dan negara dapat dipercaya.

C.     Karakteristik Profesionalisme

Dari sekian banyak kriteria profesi yang diuraikan diatas , agaknya ada 2 kriteria pokok, yaitu:
1. merupakan panggilan hidup, 2. keahlian. Kriteria panggilan hidup sebenarnya mengacu pada
pengabdian (dedikasi). Kriteria keahlian mengacu kepada mutu pelayanan. Sedangkan kriteria
yang lainnya merupakan kriteria untuk memperkuat keahlian dan memperjelas dedikasi. Dengan
demikian dedikasi dan keahlian itulah ciri utama suatu bidang Profesi, dan jika demikian maka
jelaslah islam mementingkan Profesi.

Pekerjaan / Profesi menurut islam harus dikerjakan karena Allah. Jadi Profesi dalam islam harus
dijalani karena merasa bahwa itu adalah perintah Allah. Dalam kenyataannya pekerjaan itu
dilakukan untuk orang lain, tetapi niat yang mendasarinya adalah perintah Allah.

Dalam Islam setiap pekerjaan harus dilakukan secara Profesional, dalam arti dilakukan secara
benar. Rasulullah mengatakan bahwa ”bila suatu urusan dikerjakan oleh orang yang  tidak ahli,
maka tunggulah kehancurannya”. Kehancuran dalam hadist ini dapat diartikan secara terbatas
dan luas.

Diartikan terbatas jika seorang guru mengajar tidak dengan keahlian, maka yang hancur adalah
murid. Sedangkan dalam arti luas, murid-murid itu kelak nantinya akan mempunyai murid lagi,
kemudian murid-murid itu nantinya akan berkarya dan keduanya dilakukan tidak dengan benar,
karena telah dididik dengan cara yang tidak benar, maka akan timbullah kehancuran.

Maka benarlah apa yang dikatakan oleh Nabi, ”setiap pekerjaan (urusan ) harus dilakukan oleh
orang yang ahli”. Oleh karena itu dalam hal ini guru memiliki banyak tugas, diantaranya tugas
Profesi, tugas kemanusiaan dan tugas dalam bidang kemasyarakatan.

Guru adalah orang yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu guru
harus betul-betul membawa siswanya kepada tujuan yang ingin dicapai. Guru harus mampu
mempengaruhi siswanya. Guru harus berpandangan luas dan kriteria bagi guru ialah ia harus
memiliki kewibawaan. Guru yang memiliki kewibawaan berarti memiliki kesungguhan suatu
kekuatan. Sesuatu yang dapat memberikan kesan dan pengaruh.

Setiap orang yang akan melaksanakan tugas guru harus punya kepribadian. Disamping punya
kepribadian yang sesuai dengan ajaran islam, guru adalah seorang yang seharusnya dicintai dan
disegani oleh muridnya. Penampilannya dalam mengajar harus meyakinkan dan tindak-
tanduknya akan diikuti oleh muridnya. Guru merupakan tokoh yang akan ditiru dan diteladani.
Dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik guru juga harus mau dan rela ikut serta
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi siswa.

Akan tetapi setiap guru mempunyai pribadi masing-masing. Sesuai ciri-ciri pribadi yang mereka
miliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang guru dari guru lainnya. Kepribadian
sebenarnya adalah suatu masalah yang abstrak, hanya dapat dilihat lewat penampilan, ucapan,
tindakan, cara berpakaian dan dalam menghadapi persoalan. Zakiah Darajat mengatakan bahwa
kepribadian yang sesungguhnya adalah abstrak, sukar dilihat, atau diketahui secara nyata, yang
dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya dalam segala segi dan aspek kehidupan, seperti
dalam tindakan, ucapan, cara bergaul, berpakaian dan dalam menghadapi persoalan. Oleh karena
itu seorang guru harus memiliki persyaratan sebagai berikut:

1. Dari segi kualifikasi: guru perlu memiliki kelayakan akademik yang tidak sekedar
dibuktikan dengan gelar atau ijazah, tetapi harus ditopang oleh kualitas diri yang unggul.
2. Dari segi kepribadian: guru perlu memiliki kepribadian yang tinggi yang dihiasi dengan
akhlak yang mulia dalam segala perilakunya.
3. Dari segi pembelajaran: guru perlu memahami teori dan praktek pendidikan dan
kurikulum.
4. Dari segi sosial: guru sebagai pendidik harus memiliki kepekaan sosial, karena guru
adalah satu elemen masyarakat yang memiliki sumber daya berbeda kualitasnya
dibanding dengan elemen masyarakat yang lain.
5. Dari segi religius: guru perlu memiliki komitmen keagamaan yang tinggi agar bisa
diterapkan dalam kehidupannya.
6. Dari segi psikologis: guru perlu memiliki kemampuan mengenal perkembangan jiwa
anak, baik intelektual, emosional maupun spiritual.
7. Dari segi strategi: guru perlu memperkaya diri dengan berbagai metode, pendekatan, dan
tehnik pembelajaran yang lebih memiliki kehandalan dalam menghantarkan peserta didik
mencapai tujuan pembelajaran.

Sikap dan karakteristik guru yang sukses mengajar secara efektif dapat diidentifikasikan dengan
cara:

1. Respek dan memahami dirinya serta dapat mengontrol dirinya (emosi stabil).
2. Antusias dan bergairah terhadap bahan, kelasnya dan seluruh pengalaman pengajarannya.
3. Berbicara dengan jelas dan komunikatif (dapatmengkomunikasikan idenya terhadap
siswa)
4. Memperhatikan perbedaan individual siswa.
5. Memiliki banyak pengetahuan, inisiatif, kreatif dan banyak akal.
6. Menghindari kekerasan dan ejekan terhadap siswanya.
7. Menjadi teladan bagi siswanya.

Sedangkan kriteria keberhasilan mendidik yaitu:

1. Memiliki sikap suka belajar.


2. Tahu tentang cara belajar
3. Memiliki rasa percaya diri
4. Mencintai prestasi tinggi
5. Memiliki etos kerja
6. Puas akan sukses yang dihadapi
7. Produktif dan kreatif

Sedangkan guru yang sukses dalam mengajar biasanya memahami siswanya melalui kegiatan-
kegiatan:

1. Mengobservasi peserta didik dalam berbagai situasi, baik di dalam kelas maupun diluar
kelas.
2. Menyediakan waktu untuk mengadakan pertemuan dengan peserta didiknya sebelum,
selama dan setelah sekolah.
3. Mencatat dan mengecek pekerjaan para peserta didik dan memberikan komentar yang
membangun.
4. Mempunyai catatan peserta didik.
5. Membuat tugas dan latihan untuk kelompok.
6. Memberikan kesempatan khusus bagi peserta didik yang memiliki kemampuan berbeda.

Mengajar dengan sukses mengusahakan agar isi kata pelajaran bermanfaat bagi kehidupan
anak dan dapat membentuk kepribadiannya. Ini tercapai bila dalam mengajar itu diutamakan
pemahaman, wawasan, inisiatif dan kerjasama dengan mengembangkan kreatifitas.
Profesionalisme guru kiranya merupakan kunci pokok kelancaran dan kesuksesan proses
pembelajaran di sekolah. Karena hanya guru yang profesional yang bisa menciptakan situasi
aktif anak didik dalam kegiatan pembelajaran. Guru yang profesional diyakini mampu
mengantarkan anak didik dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan, mengelola dan
memadukan perolehannya dan memecahkan persoalan yang berkaitan dengan pengetahuan sikap
dan nilai maupun ketrampilan hidupnya.

Selain persyaratan profesional diatas, guru juga disarankan memiliki kepekaan emosional
sehingga ia merasa senang dalam menjalankan profesinya. Guru dalam bekerja didorong oleh
hati nuraninya untuk mendidik anak didik.

Panggilan  hati nurani guru merupakan dasar kejiwaan yang harus melekat pada guru untuk
melakukan kegiatan pembelajaran dan pendidikan. Profesionalisme guru dalam konteks
pembelajaran lebih pada strategi guru dalam mendesain strategi pembelajaran di kelas maupun
diluar kelas. Ada beberapa hal yang harus dijalankan guru yang profesional berkaitan dengan
strategi pembelajaran, yaitu:

1. Mengidentifikasi perubahan tingkah laku serta kepribadian sesuai dengan yang


diharapkan.
2. Memilih sistem pendekatan pembelajaran yang berdasarkan aspirasi dan pandangan
hidup masyarakat.
3. Memilih dan menetapkan metode dan tehnik pembelajaran yang dianggap paling tepat
dan efektif dalam pencapaian tujuan pendidikan.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standart
keberhasilan untuk dapat menjadi pedoman dalam melakukan evaluasi.

Sedangkan profesionalisme guru yang berkaitan dengan pendekatan pembelajaran bisa


diklasifikasikan ke dalam 3 hal yaitu:

1. Model pembelajaran yang meliputi guru menyampaikan dan anak didik menerima materi
pelajaran.
2. Pembelajaran aktif yang berpusat pada anak didik dan guru sebagai fasilitator, korektor,
inspirator, motivator, inisiator, mediator, superviisor dan evaluator. Sehingga dapat
menciptakan suasana yang interaktif antara guru dan anak didik dalam proses
pembelajaran.
3. Pengelolaan kelas yang meliputi pendekatan klasikal, kelompok dan individual dan
sasaran pembelajaran yang meliputi pendekatan pengalaman, pembiasaan, emosional,
rasional dan fungsional.

Apapun alasan yang diajukan dalam konteks profesionalisme guru, kiranya etos kerja keguruan
dan mutu produk kerja perlu ditingkatkan. Prestasi anak didik memasuki dunia kerja profesional
merupakan barometer keberhasilan kinerja profesional keguruan dan kependidikan di sekolah.
D.     Aplikasi Profesionalisme Dalam Pendidikan Islam

Untuk meningkatkan mutu sekolah-sekolah islam, yang terpenting ialah penerapan


profesionalisme di sekolah-sekolah. Bagaimana menerapkan profesionalisme di sekolah-sekolah
islam sekarang ini? Untuk menerapkan profesionalisme dalam pengelolaan pendidikan agaknya
dapat diikuti sekurang-kurangnya pertimbangan pemikiran berikut ini:

1. Adanya profesionalisme pada  tingkat yayasan.

Biasanya sekolah islam dibawah pengelolaan dan tanggung jawab yayasan. Yayasan tidak selalu
hanya mengurus sekolah, kadang-kadang yayasan juga membuat kegiatan lain sperti mengurus
rumah sakit, panti asuhan, koperasi, sekolah dan lain-lain. Dalam hal ini pengurus yayasan tidak
harus profesional dalam semua bidang garapan itu. Disini pengurus yayasan cukup memenuhi
syarat 1 saja, yaitu rasa pengabdian yang besar kepada masyarakat.

Oleh karena itu dibutuhkan seseorang yang profesional untuk bisa mengelola sebuah yayasan
dalam setiap bidang garapan dan seseorang ini sebaiknya tidak merangkap jabatan sebagai
pengurus atau kepala sekolah. Dikarenakan ia harus memikirkan perkembangan sekolah dari satu
sekolah menjadi banyak sekolah dan pemikirannya itu akan lebih luas jika tidak terlibat dalam
persoalan-persoalan rutin yang biasanya selalu ada di setiap sekolah.

2. Menerapkan profesionalisme pada tingkat pimpinan sekolah

Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah memilih kepala sekolah yang benar, profesional
dengan keahliannya sehingga nantinya dapat diharapkan meningkatkan mutu guru.

3. Menerapkan profesionalisme pada tingkat tenaga pengajar.

Contohnya pelatihan yang diselenggarakan oleh sekolah sendiri. Misalnya untuk sekian orang
guru Bahasa Inggris diberi kursus tambahan dengan mendatangkan guru dari luar atau salah
seorang guru yang ada yang dianggap paling ahli untuk memberikan pelajaran.

4. profesionalisme tenaga tata usaha sekolah

Tata usaha sekolah harus mampu memberikan pelayanan selengkap-lengkapnya terhadap kepala
sekolah, guru, murid dan orang tua murid atau wali.

Hambatan  utama dalam menerapkan profesionalisme di sekolah ialah: kurangnya biaya,


demikian pendapat umum dikalangan pengelola sekolah islam. Oleh karena itu sekolah islam
banyak yang rendah mutunya, akan tetapi tidak semua sekolah islam seperti itu.
D.     Kesimpulan

Profesionalisme adalah faham yang mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh
orang yang profesional. Orang yang profesional ialah orang yang memiliki profesi. Profesi
adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian tertentu. Pekerjaan / Profesi
menurut islam harus dikerjakan karena Allah. Jadi Profesi dalam islam harus dijalani karena
merasa bahwa itu adalah perintah Allah. Dalam kenyataannya pekerjaan itu dilakukan untuk
orang lain, tetapi niat yang mendasarinya adalah perintah Allah. Dalam Islam setiap pekerjaan
harus dilakukan secara Profesional, dalam arti dilakukan secara benar.

Setiap orang yang akan melaksanakan tugas guru harus punya kepribadian. Disamping punya
kepribadian yang sesuai dengan ajaran islam, guru adalah seorang yang seharusnya dicintai dan
disegani oleh muridnya. Penampilannya dalam mengajar harus meyakinkan dan tindak-
tanduknya akan diikuti oleh muridnya. Guru merupakan tokoh yang akan ditiru dan diteladani.
Dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik guru juga harus mau dan rela ikut serta
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi siswa.

Dalam penerapan profesionalisme dalam pendidikan harus ada nya profesionalisme dalam
tingkat yayasan, kepala sekolah, tenaga pengajar, dan tata usaha sekolah

E.     Daftar pustaka

Abudin, Nata. 2012.


Kapita Selekta Pendidikan Islam
. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Abudin, Nata. 2010.
Ilmu Pendidikan Islam
. Jakarta : Kencana Prenada Media. A.Suradi. 2017.
Islamic Education in Facing the Phenomena of Globalization.
Jurnal Al-Idarah. Vol 7 no 2 (Online). Diakses 10 maret 2019, 09:09 Ahmad Tafsir, 2006.
Filsafat Pendidikan Islam, Integrasi Jasmani,Rohani dan Kalbu memanusiakan manusia
, Bandung : PT Remaja Rosda Karya.
 
Ahmad, Tafsir. 2013.
Ilmu Pendidikan Islam
. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Dyah Sarwiti & Andarwati,Sri winarti. 2014. Strategi
Kepala Sekolah dalam  Meningkatkan Profesionalisme Guru.
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia, Vol 1  No 2. 2014 (online). Diakses 22 Februari 2019,
18:35

Anda mungkin juga menyukai