MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Pada Mata Kuliah Hadits Tarbawi
Dosen Pengampu: Drs. Asep Herdi, M.Ag.
Disusun Oleh:
Diana Mariam Ulfah PAI/ II C 1232020091
M. Daffa Fajriana PAI/ II C 1232020132
Fikri Maulana Aprizal PAI/ II C 1232020113
Tarisa Qurrata Harira PAI/ II C 1232020098
1.3. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian legalitas dan tujuan pendidikan
b. Untuk mengetahui tentang hadits yang berkaitan dengan legalitas dan tujuan
pendidikan
c. Untuk mengetahui hikmah dari legalitas dan tujuan pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Legalitas Pendidikan
Kata “legalitas” memiliki kata dasar “legal”, adalah suatu hal yang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan atau hukum. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
atau KBBI, legalitas adalah perihal keadaan sah atau keabsahan. Berarti legalitas
adalah berbicara mengenai suatu perbuatan atau benda yang diakui keberadaannya
selama tidak ada ketentuan yang mengatur.
Pengertian Asas Legalitas adalah merupakan suatu jaminan dasar bagi kebebasan
individu dengan memberi batas aktivitas apa yang dilarang secara tepat dan jelas.
Asas ini juga melindungi dari penyalahgunaan hakim, menjamin keamanan individu
dengan informasi yang boleh dan dilarang.
Pengertian Asas Legalitas (the principle og Legality) yaitu asas yang menentukan
setiap tindak pidana harus diatur terlebih dahulu oleh suatu aturan undang-undang
atau setidak-tidaknya oleh suatu aturan hukum yang telah ada atau berlaku sebelum
orang itu melakukan suatu perbuatan. Setiap orang yang melakukan tindak pidana
harus dapat mempertanggung jawabkan secara hukum perbuatannya itu.
Penuli mengambil hadits tentang legalitas pendidikan islam, dari Sunah Ibnu Majah,
yaitu:
َح َّد َثَنا ِهَش اُم ْبُن َع َّم اٍر َح َّد َثَنا َح ْفُص ْبُن ُس َلْيَم اَن َح َّد َثَنا َك ِثيُر ْبُن ِش ْنِظ يٍر َع ْن ُمَحَّمِد ْبِن ِس يِريَن َع ْن َأَنِس ْبِن َم اِلٍك َقاَل
َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َطَلُب اْلِع ْلِم َفِريَض ٌة َع َلى ُك ِّل ُم ْس ِلٍم َوَو اِض ُع اْلِع ْلِم ِع ْنَد َغْيِر َأْهِلِه َك ُم َقِّلِد اْلَخَناِزيِر
اْلَج ْو َهَر َو الُّلْؤ ُلَؤ َو الَّذ َهَب
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Ammar berkata, telah
menceritakan kepada kami Hafs bin Sulaiman berkata, telah menceritakan
bagi setiap muslim. Dan orang yang meletakkan ilmu bukan pada ahlinya,
seperti seorang yang mengalungkan mutiara, intan, dan emas ke leher babi.”
Hadits riwayat ibnu majah diatas sudah jelas bahwa menuntut ilmu merupakan
kewajiban bagi orang islam, kewajiban di sini mempunyai arti keabsahan dalam
menuntut ilmu. Oleh karena itu, secara tidak langsung agama Islam sudah melegalkan
menyelenggarakan pendidikan khusunya bagi kaum muslimin. Selain agama Islam di
negara kita Indonesia sudah mewajibkan bagi para penduduknya wajib
belajar sembilan tahun.
Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang mendasar karena setiap manusia
mempunyai hak untuk memperoleh pendidikan. Berbicara mengenai pendidikan,
tetunya tidak terlepas dengan lembaga-lembaga yang bertanggung jawab menetapkan
cita-cita atau tujuan pendidikan, isi, sistem, dan organisasi pendidikan. Lembaga-
lembaga itu meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat.
Pendidikan merupakan proses seseorang untuk mengembangkan kemampuan
sikap dan bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat, proses sosial dimana
seseorang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol
(khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau
mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang
optimum, yang di dalamnya terdapat faktor-faktor dalam penyelenggaraan
pendidikan, yaitu:
1. Faktor Tujuan
Dalam praktek pendidikan banyak sekali tujuan pendidikan yang diinginkan
oleh pendidik agar dapat dicapai oleh peserta didik baik tujuan umum, tujuan
tak sempurna/tak lengkap, tujuan sementara, tujuan perantara dan tujuan
insedental.
2. Faktor Pendidik
Kita dapat membedakan pendidikan menjadi dua kategori, pendidik menurut
kodrat yaitu orangtua dan pendidik menurut jabatan yaitu guru.
Tujuan harus bersifat stasioner artinya telah mencapai atau meraih segala yang
diusahakan. Dalam ajaran islam, seluruh aktivitas manusia bertujuan meraih
tercapainya insane yang beriman dan bertaqwa. Dengan demikian, apabila anak didik
telah beriman dan bertakwa artinya telah tercapai tujuannya. Apabila dikaitkan
dengan pendidikan islam yang bertujuan mencetak anak didik yang beriman, wujud
dari tujan itu adalah akhlak anak didik. Adapun akhlak anak didik itu mengacu pada
kurikulum yang diterapkan dalam pendidikan yang dilaksanakan di bergabai lembaga,
baik lembaga pendidikan formal maupun nonformal.
Hujair AH Sanaky menyebut istilah tujuan pendidikan islam dengan visi dan misi
pendidikan islam. Menurutnya, bahwa pendidikan islam telah memiliki visi dan misi
yang ideal , yaitu rahmatan lil’alamin. Selain itu, sebenarnya konsep dasar filosofis
pendidikan islam lebih mendalam dan menyangkut persoalan hidup multi
dimensional, yaitu pendidikan yang tidak terpisahkan dari tugas kekhalifahan manusia
, atau lebih khusus lagi sebagai penyiapan kader-kader khalifah dalam rangka
membangun kehidupan manusia yang makmur, dinamis, harmonis, dan lestari.
Sebagaimana diisyaratkan oleh allah dalam al-qur’an.
Munzir hitami berpendapat bahwa tujuan pendidikan tidak terlepas dari tujuan
hidup manusia biarpun dipengaruhi oleh berbagai budaya, pandangan hidup, atau
keinginan-keinginan lainnya. Ini bila dilihat dari ayat-ayat Al qur’an ataupun hadis
yang mengisyaratkan tujuan hidup manusia yang sekaligus menjadi
tujuan pendidikan.
Tujuan pendidikan islam yang dikemukakan oleh Ibnu Khaldun yang dirangkum
dan disimpulkan oleh Athiyyah al-Abrasyi dalam kitabnya al-Tarbiyah al-Islamiyyah
wa Falasifatuha merupakan tujuan pendidikan yang mengarah pada tujuan akhirat dan
dunia, tujuan akhirat bahwa tujuan pendidikan islam diarahkan dan diorientasikan
pada kehidupan untuk beramal dan mendekatkan pada Tuhan, jadi tujuan pendidikan
bisa dikatakan untuk jangka panjang, namun demikian juga pendidikan jangka pendek
yang ada di dunia ini juga diperhatikan. Jadi tujuan pendidikan yang ada di dunia ini
bagaimana manusia dapat menjalani hidupnya dengan baik dengan mendapatkan
pekerjaan dan penghidupan yang layak untuk memperoleh dan meraih tujuan jangka
panjang yaitu yang ada di akhirat kelak. Dengan begitu manusia mendapat dua
kebahagiaan yang diperoleh di dunia dengan menjalani kehidupan yang layak dan
bahagia dan bisa beramal menurut ajaran agama untuk bekal kehidupan yang abadi
dan selama-lamanya.
َح َّد َثَنا ِهَش اُم ْبُن َع َّم اٍر َح َّد َثَنا َح ْفُص ْبُن ُس َلْيَم اَن َح َّد َثَنا َك ِثيُر ْبُن ِش ْنِظ يٍر َع ْن ُمَحَّمِد ْبِن ِس يِريَن َع ْن َأَنِس ْبِن َم اِلٍك َقاَل
َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َطَلُب اْلِع ْلِم َفِريَض ٌة َع َلى ُك ِّل ُم ْس ِلٍم َوَو اِض ُع اْلِع ْلِم ِع ْنَد َغْيِر َأْهِلِه َك ُم َقِّلِد اْلَخَناِزيِر
اْلَج ْو َهَر َو الُّلْؤ ُلَؤ َو الَّذ َهَب
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Ammar berkata, telah
menceritakan kepada kami Hafs bin Sulaiman berkata, telah menceritakan kepada
orang yang meletakkan ilmu bukan pada ahlinya, seperti seorang yang
mengalungkan mutiara, intan, dan emas ke leher babi.”
) ُك ْن َعاِلًم ا َاو ُم َتَع ِّلًم ا َاو ُم ْسَتِم ًعا َاو ُمِح ًّبا َو اَل َتُك ْن َخ اِم ًسا َفُتْهِلَك (رواه البيهقي:َقاَل الَّنِبُّي صلى هللا عليه وسلم
َم ْن َس َلَك َطِرْيًقا َيْلَتِم ُس ِفْيِه ِع ْلًم ا َس َّهَل ُهللا ِبِه َطِر ْيًقا ِإَلى اْلَج ّن
Artinya: “barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka
Allah Swt. akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)
Tujuan pendidikan islam diarahkan pada upaya transformasi dan internalisasi ilmu
pengetahuan dan nilai-nilai pada diri peserta didik melalui pertumbuhan dan
pengembangan potensi fitrahnya, guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan
hidup dalam segala aspeknya. Sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan islam
adalah terbentuknya insan kamil (conscience), yaitu manusia yang dapat
menyelaraskan kebutuhan hidup jasmani-rohani, struktur kehidupan dunia-akhirat,
keseimbangan pelaksanaan fungsi manusia sebagai hamba-khalifah Allah dan
keseimbangan pelaksanaan trilogi hubungan manusia. Akibatnya, proses pendidikan
islam yang dilakukan dapat menjadikan peserta didik hidup penuh bahagia, sejahtera,
dan penuh kesempurnaan (Farabi, 2020)
BAB III
PENUTUPAN
3.1. Kesimpulan
Legalitas dan tujuan Pendidikan berada dalam ranah yang berbeda namun saling
berkaitan. Legalitas Pendidikan merujuk pada keabsahan dan kepatuhan suatu sistem
Pendidikan terhadap hukum dan regulasi yang berlaku di suatu negara atau wilayah.
Sedangkan tujuan Pendidikan adalah serangkaian tujuan yang diinginkan dalam
proses Pendidikan untuk mencapai hasil tertentu baik itu secara individu maupun
secara sosial.