Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEUTAMAAN DAN

KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Islam Disiplin Ilmu

Disusun oleh :

1. Muhammad Akmal (09120220064)

2. Muhammad Akbar AS (09120220063)

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2023

1
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Manusia diciptakan Allah dengan berbagai potensi yang dimilikinya, tentu
dengan alasan yang sangat tepat potensi itu harus ada pada diri manusia,
sebagaimana sudah diketahui manusia diciptakan untuk menjadi khalifatullah fil
ardh.
Potensi yang dimiliki manusia tidak ada artinya kalau bukan karena
bimbingan dan hidayah Allah yang terhidang di alam ini. Namun manusia tidak pula
begitu saja mampu menelan mentah-mentah apa yang dia lihat, kecuali belajar
dengan megerahkan segala tenaga yang dia miliki untuk dapat memahami tanda-
tanda yang ada dalam kehidupannya. Tidak hanya itu, manusia setelah mengetahui
wajib mengajarkan ilmunya agar fungsi kekhalifahan manusia tidak terhenti pada
satu masa saja, Dan semua itu sudah diatur oleh Allah SWT.
Menuntut ilmu merupakan kewajiban dan kebutuhan manusia. Tanpa ilmu
manusia akan tersesat dari jalan kebenaran. Tanpa ilmu manusia tidak akan mampu
merubah suatu peradaban. Bahkan dirinyapun tidak bisa menjadi lebih baik.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa rumusan masalah dalam
penulisan makalah ini, yaitu :

1. Apa pengertian belajar dan mengajar ?

2. Bagaimana pandangan umum tentang menuntut ilmu?

3. Bagaimana Etika dalam Menuntut Ilmu?

4. Mengapa menuntut ilmu (belajar) sebagai kewajiban ?

5. Apa ayat yang mewajibkan kewajiban belajar dan mengajar ?

6. Bagaiamana kaitan hadis dengan kewajiban belajar mengajar ?

3. Tujuan Pembahasan

2
Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa tujuan dalam penulisan
makalah ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui pengertian belajar dan mengajar.


2. Untuk mengetahui pandangan umum tentang menuntut ilmu.
3. Untuk mengetahui etika yang baik dalam menuntut ilmu
4. Untuk mengetahui alasan menuntut ilmu (belajar) sebagai kewajiban.
5. Untuk mengetahui ayat-ayat Al-Qur’an yang mewajibkan kewajiban
belajar dan mengajar.
4. Untuk mengetahui hadis yang mewajibkan menuntut ilmu.

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Belajar dan Mengajar


Banyak definisi yang menjelaskan tentang belajar, dari definisi yang sederhana
hingga definisi yang kompleks. Berikut ini, beberapa pendapat para ahli tentang belajar,
yaitu :
1. Dalam The Guidance of Learning Activities W.H Burton (1984) mengemukakan
bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu karena
adanya interaksi dengan individu yang lain dan individu dengan lingkungannya
sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya.
2. Gage Berlinger mendefinisikan belajar sebagai suatu proses dimana suatu organisme
berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.
3. Ernest R. Hilgard dalam Introduction to Psychology mendefinisikan belajar sebagai
suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan.1
4. Menurut Gagne (1984), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana
suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.
Menurut beberapa pendapat para ahli di atas dapat di simpulkan bahwa belajar
adalah sebuah proses yang kompleks yang di dalamnya terkandung beberapa aspek.
Aspek-aspek tersebut adalah :
1. Bertambahnya jumlah pengetahuan
2. Adanya kemampuan mengingat dan mereproduksi
3. Adanya penerapan pengetahuan
4. Menyimpulkan makna
5. Menafsirkan dan mengaitkannya dengan realitas dan adanya perubahan sebagai pribadi
Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental (psikis)
yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan
yang bersifat relatif konstan. Sedangkan seseorang dikatakan telah belajar kalau sudah
terdapat perubahan tingkah laku dalam dirinya. Sedangkan pengertian mengajar lebih
identik kepada proses mengarahkan seseorang agar lebih baik. Didalam ilmu pendidikan
Islam adalah setiap orang dewasa yang karena kewajiban agamanya bertanggung jawab
atas pendidikan dirinya dan orang lain. Atau konsekuensi dari pada pengetahuan yang
didapat.

4
2. Pandangan Umum tentang Kewajiban Menuntut Ilmu
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan merupakan proses
pengubahan sikap dan tata kelakuan seseorang ataupun kelompok dalam upaya
mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan (Depdiknas, 2011). Menurut
UU No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan
diartikan sebagai usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar supaya peserta didik dapat mengembangkan potensi diri dengan aktif
untuk kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia dan keterampilan yang dibutuhkan untuk dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
(Anonim, 2012).
Menuntut ilmu merupakan salah satu bagian terpenting bagi kehidupan manusia,
tanpa adanya ilmu manusia tidak akan bisa berkembang. Menuntut ilmu juga dianggap
sebagai titik tolak dalam menumbuhkan kesadaran dalam bersikap (Ramly, 2005).
Menurut Driyakara dalam buku membangun pendidikan yang memberdayakan dan
mencerdaskan, beliau mengatakan bahwa proses menuntut ilmu merupakan proses untuk
membimbing manusia muda menjadi lebih dewasa dan lebih manusiawi.
Ilmu ialah pengetahuan yang tersusun secara sistematis yang diperoleh melalui
metode penelitian, tentang perilaku sosial, budaya, maupun gejala alam yang dapat diukur
maupun diamati (Sarjuni, 2018). Karl Pearson merumuskan di dalam bukunya Grammar
of Science bahwasannya ilmu pengetahuan merupakan lukisan keterangan yang lengkap
dan konsisten mengenai fakta pengalaman dengan istilah sederhana. Menuntut ilmu
merupakan proses ke arah yang positif.
Pendidikan Islam dapat dipahami sebagai proses transformasi ilmu yang bertujuan
untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertaqwa. Dalam Islam proses belajar
mengajar lebih dikenal dengan sebutan atTa’lim, yaitu proses ilmu pengetahuan agama
yang menghasilkan pemahaman yang baik terhadap anak didik sehingga dapat melahirkan
sikap yang positif. Yang dimaksud dengan sikap yang positif ialah ikhlas, percaya diri,
patuh, dapat berkorban dan teguh terhadap pendirian (Susanto, 2009).
Pendidikan menurut pandangan Hamka terbagi menjadi dua macam: pertama,
pendidikan jasmani, yakni ilmu untuk pertumbuhan dan kesempurnaan jasmani, kekuatan
jiwa dan akal. Kedua, pendidikan rohani, yakni ilmu untuk kesempurnaan manusia
dengan pengalaman dan ilmu yang didasarkan pada agama.kedua unsur tersebut
cenderung dapat menumbuhkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Karena
5
pendidikan dalam sarana yang tepat untuk menentukan berkembangnya kedua unsur
tersebut (Susanto, 2009)
3. Bagaimana Etika Menuntut Ilmu
Secara etimologi etika berasal dari bahasa Yunani, bentuk tunggalnya ialah ethos
yang berarti kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap dan cara berpikir. Sedangkan
bentuk jamaknya ialah ta etha yang berarti adat kebiasaan (Bertens, 2002). Secara
terminologi, etika menurut pendapat Magnis Suseno adalah bentuk usaha manusia untuk
menggunakan akal budi dan daya pikirnya untuk memecahkan suatu masalah dan
bagaimana ia harus hidup jika ia mau menjadi baik (Suseno, 1987).
Etika adalah suatu cabang ilmu filsafat yang membahas mengenai perilaku manusia. Menurut
Abdul Haq Anshari dalam bukunya yang berjudul Islamic Ethics: Concepts and Prospects, ia
meyakini bahwasannya Etika Islam merupakan suatu disiplin ilmu yang mandiri tidak pernah ada
pada hari ini. Menurutnya kita tidak pernah mendapati karya-karya yang membahas konsepnya,
menggambarkan isu-isunya dan mendiskusikan permasalahannya. Kebanyakan apa yang
ditemukan justru hanya diskusi yang dilakukan oleh berbagai kalangan penulis, dari kelompok
filusuf, teolog, ahli hukum Islam, dan ahli sufi di bidang mereka masing-masing mengenai
berbagai isu, baik itu bagian dari keilmuan mereka atau yang relevan dengan etika Islam
(Sudarsono, 1997).
Al-Zarnuji berpendapat bahwa akhlak baik dan buruk serta cara menjauhinya harus dipelajari,
agar ia bisa menjaga dan menghiasi dirinya dengan akhlak yang mulia. Menuntut ilmu dan
memahami kegunaannya dalam waktu tertentu hukumnya adalah fardu kifayah. Jika sebagian
penduduk telak melaksanakan maka gugurlah kewajiban bagi yang lainnya. Akan tetapi jika
seluruh penduduk mengabaikannya dan tidak melakukannya, maka seluruh penduduk itu
menanggung dosa. Maka dapat dikatakan, bahwa ilmu yang bersifat fardu kifayah ialah setiap
umat Islam diharuskan untuk menguasainya, seperti ilmu pengobatan, astronomi, dan lainnya
(Muhammad, 1993).
Etika menuntut ilmu menurut al-Zurnuji ialah sebagai berikut: (AlZarnuji, 2008). Pertama,
niat belajar. Niat yang sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu bukan untuk mengharap pujian
manusia, akan tetapi niat di sini hanya untuk mencari keridhoan Allah agar mendapat kebahagiaan
di dunia maupun di akhirat. Jangan sampai para penuntut ilmu salah dalam menentukan niatnya,
seperti menuntut ilmu hanya untuk mendapatkan kenikmatan dunia, kehormatan ataupun
kedudukan. Jika niatnya sudah benar, maka ia akan merasakan kenikmatan ilmu dan akan
berkurang rasa cintanya pada harta dunia. Wajib bagi para pencari ilmu untuk menata niat
mereka, karena niat merupakan pokok dari segala hal.
Kedua, memilih ilmu. Para penuntut ilmu hendaknya memilih ilmu yang paling baik dan ilmu
yang dibutuhkan untuk kehidupan agamanya untuk masa yang akan datang. Kita perlu

6
mendahulukan ilmu tauhid dan ma’rifat beserta dalilnya. Para penuntut ilmu juga harus bersabar
dalam menuntut ilmu dan tabah dalah menghadapi berbagai macam cobaan. AlZarnuji
menganjurkan kepada para penuntut ilmu agar selalu bermusyawarah dalam segala hal. Karena
ilmu merupakan perkara yang sanagt penting dan juga sulit. Maka dengan bermusyawarah akan
memudahkan pelaksanaannya.
Ketiga, menghormati guru. Termasuk menghormati ilmu adalah dengan menghormati guru.
Para penuntut ilmu juga hendaknya selalu memperhatikan catatannya, yakni dengan selalu
menulis. Para penuntut ilmu juga harus menghormati guru mereka, dengan memperhatikan
dengan perhatian penuh terhadap ilmu yang disampaikan oleh guru, walaupun telah diulang
seribu kali penyampaiannya.
Keempat, bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Para penuntut ilmu harus bersungguh-
sungguh dalam mencari ilmu dan mengulangi pelajarannya pada malam hari. Kesungguhan yang
kuat merupakan pangkal kesuksesan.
4. Alasan Menuntut Ilmu (Belajar)
Menuntut ilmu merupakan kewajiban dan kebutuhan manusia. Tanpa ilmu manusia
akan tersesat dari jalan kebenaran. Tanpa ilmu manusia tidak akan mampu merubah
suatu peradaban. Bahkan dirinya pun tidak bisa menjadi lebih baik. Karena menuntut
ilmu merupakan sesuatu yang sangat penting dan merupakan kewajiban bagi setiap
muslim. Dari uraian tadi sudah menjadi keseharusan dalam menuntut ilmu.

a) Awal Perintah Membaca

Mengingat hal diatas sangat tepat jika wahyu pertama turun kepada nabi SAW
mengisyaratkan tentang perintah membaca (menuntut ilmu). Yakni Surat Al Alaq
ayat 1:

“Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan.”


Kata Iqra’ terambil dari kata kerja kara’a yang pada mulanya berarti menghimpun.
Apabila kita merangkai huruf kemudian mengucapkan rangkaian tersebut maka kita
sudah menghimpunnya yakni membacanya. Dengan demikinan, realisasi perintah
tersebut tidak mengharuskan adanya suatu teks tertulis sebagai objek bacaan, tidak
pula harus diucapkan sehingga terdengar oleh orang lain. Karena dalam kamus-
kamus ditemukan aneka ragam arti dari kata tersebut adalah bisa menyampaikan,
menela’ah, membaca, meneliti, mendalami.
5. Ayat-ayat Yang Menjelaskan Kewajiban Menuntut Ilmu

7
a) Tafsiran surat Al-Alaq 1- 5

Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.(Al-Alaq:1-5)
Bahwa Nabi Muhammad saw. mendatangi gua Hira’ untuk tujuan beribadah
beberapa hari, beliau kembali kepada istrinya (Siti Khadijah) untuk mengambil bekal
secukupnya. Hingga pada suatu hari di dalam gua, beliau dikejutkan oleh malaikat
pembawa wahyu Ilahi. Malaikat berkata kepadanya, “Bacalah!” beliau menjawab
“saya tidak bisa membaca”. Perawi mengatakan bahwa untuk kedua kalinya malaikat
memegang Nabi dan menekan-nekannya hingga Nabi kepayahan dan setelah itu
dilepaskan. Malaikat berkata lagi kepadanya, “Bacalah!” kemudian Nabi menjawab
dengan jawaban yang sama.
Kemudian Nabi kembali ke rumah Khadijah dengan keadaan gemetar seraya
mengatakan “Selimutilah aku, Selimutilah aku”. Khadijah menyelimuti beliau hingga
rasa takutnya hilang, lalu beliau berkata “Aku merasa khawatir terhadap diriku”.
Khadijah menjawab”Jangan, gembiralah! Demi Allah, Sesungguhnya engkau adalah
orang yang menyambungkan silaturahim, benar dalam berkata, menanggung beban,
gemar menyuguhi tamu dan gemar menolong orang yang tertimpa bencana.
Kemudian Khadijah mengajak Nabi untuk menemui Waraqh ibnu Naufal ibnu
‘Abdill-‘Uzza (anak paman Khadijah) dan menceritakannya.
Sesungguhnya Zat Yang Menciptakan makhluk mampu membuatmu
membaca, sekalipun engkau tidak pernah belajar membaca sebelumnya. Allah
menciptakan manusia dari segumpal darah, kemudian membekalinya dengan
kemampuan berfikir, sehingga bisa menguasai seluruh makhluk di bumi. Perintah
membaca diulang-ulang, sebab membaca tidak bisa meresap kedalam jiwa, melainkan
setelah berulang-ulang dan dibiasakan. Hal ini agar manusia menyadari bahwa dirinya
diciptakan dari sesuatu yang hina, hingga ia mencapai kesempurnaan kemanusiaannya
dengan pengetahuan tentang hakekat segala sesuatu. 3 Surat Al-Alaq tema utamanya
adalah pengajaran kepada Nabi Muhammad SAW. serta penjelasan tentang Allah

8
dalam sifat dan perbuatan-Nya, dan bahwa Dia adalah sumber ilmu pengetahuan.
Menurut Al-Baiqa’i tujuan utamanya adalah perintah kepada manusia untuk
menyembah Allah SWT. sang pencipta Yang Maha Kuasa, sebagai tanda syukur
kepada-Nya.
Kata iqra’ terambil dari kata kerja qara’a yang pada mulanya berarti
menghimpun. Iqra’ digunakan dalam arti membaca, menelaah, menyampaikan dan
sebagainya. Dan karena objeknya bersifat umum, objek kata tersebut mencakup
segala yang dapat terjangkau, baik itu merupakan bacaan suci yang bersumber dari
Tuhan maupun bukan, baik ia menyangkut ayat-ayat tertulis maupun yang tidak
tertulis. Perintah iqra’ mencakup telaah terhadap alam raya, masyarakat dan diri
sendiri, serta bacaan tertulis maupun tidak.4 Jika dikaitkan dengan kewajiban belajar
mengajar, maka terdapat beberapa titik temu sebagai berikut:
 Dalam surat ini, Muhammad SAW berperan sebagai seorang murid sebab
beliau adalah orang yang mencari suatu petunjuk dengan jalan kontemplasi
dengan semangat yang tinggi. Kesimpulannya sebagai seorang murid harus
mempunyai semangat mencari ilmu dan mengawalinya dengan upaya
penyucian jiwa, sehingga muncul dalam dirinya sikap tawadhu yang akan
memudahkan dirinya dalam pembelajaran.
 Malaikat dalam surat ini berperan sebagai guru yang bertugas mengajar nabi
Muhammad SAW, jibril AS tidak begitu saja memberikan pengajaran kepada
Rasulullah, tetapi ia memberi pertanyaan dengan tujuan agar beliau betul-betul
menyadari bahasa dirinya dalam keadaan terjaga. Sehingga ketika Muhammad
menerima pengajaran tersebut beliau akan merasa yakin bahwa apa yang
diterimanya merupakan kebenaran. Jika dikaitkan dengan pendidikan disini
terlihat bahwa inti dari peristiwa tersebut adalah menuntut agar seorang guru
tidak langsung memberikan pengajaran kepada murid. Terlebih dahuli guru
harus mencairkan suasana sehingga memudahkan murid dalam mencerna
pelajaran yang disampaikan oleh seorang guru.
b) Tafsiran surat Al-Ghaasyiyah ayat 17-20

Artinya : “Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia

9
diciptakan. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?. Dan gunung-gunung bagaimana
ia ditegakkan?. Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?.”(Al- Gaasyiyah:17-20)
Allah berfirman guna memperintahkan kepada para abdinya untuk
memperhatikan makhluk-makhluknya yang menunjukkan kepada kekuasaan dan
keagungannya: maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia
diciptakan? Unta dikemukakan karena dia merupakan ciptaan yang menakjubkan,
susunan tubuhnya sungguh memikat. Dan unta itu sendiri mempunyai kekuatan dan
kekokohan yang luar biasa. Dia ditundukkan untuk menanggung beban yang berat dan
menuntun kusir yang payah, dapat dimakan, bulunya dapat digunakan, dan susunya
dapat diminum. Dan langit, bagaimana dia di tinggikan? Yaitu bagaimana Allah
Ta’ala meninggikan langit dari bumi, ini merupakan peninggian yang sangat agung.
Dan gunung-gunung bagaimana dia di tegakkan? Yaitu dengan menjadikannya
tertancap sehingga menjadi kokoh. Dan teguh sehingga bumi menjadi tidak miring
bersama penghuninya: dan telah menjadikan berbagai macam manfaat dan barang-
barang tambang padanya.
Dan bumi bangaimana dia dihamparkan? Yaitu bagaimana dia dibentangkan,
dipanjangkan dan dihamparkan. Maka ayat ini mengingatkan orang-orang arab badui
tentang apa yang sering disaksikan oleh mereka berupa unta, langit, gunung, dan bumi
agar mereka dapat mengambil pengajaran dari semua ini tentang kekuasaan dia yang
telah menciptakan. Dan bahwa Dia adalah Rabb Yang Maha pencipta, pemilik, dan
pengatur. Dialah yang tidak ada tuhan selain Dia semata.5 Seseorang yang melakukan
pembelajaran haruslah bersikap tabah dan kuat dalam menjalani prosesnya, karena
kemanfaatan dalam menjalani ketabahan tersebut sangatlah banyak, diantaranya untuk
kemaslakhatan umum. Ketika seseorang sudah memiliki ilmu yang tinggi secara tidak
langsung dia juga mempunyai pemikiran yang tinggi dari orang-orang pada umumnya
sebagaimana seseorang yang sudah mempunyai ilmu dan iman akan menjadi kokoh
dan teguh dalam pendiriannya kepada dasar-dasar yang dikembalikan kepada Al-
qur’an dan hadits yang telah menjadi berbagai macam manfaat untuk seorang muslim,
ketika seseorang sudah memiliki ilmu, seseorang tersebut akan mengakui dari semua
ilmu yang telah diambil semua berasal dari Allah.
Apakah kaum musyrikin mengingkari apa yang telah Kami ceritakan kepada
mereka tentang hari kebangkitan dan apa yang berkaitan dengannya tentang
kebahagiaan dan kesengsaraan ? Tidakkah mereka memperhatikan perihal kejadian
binatang unta yang menakjubkan dan selalu ada dihadapan mereka serta selalu
10
mereka pergunakan pada setiap kesempatan ? Jika mereka mau memikirkan perihal
penciptaan unta tersebut, niscaya mereka akan mendapatkan bahwa di dalam
penciptan unta terdapat suatu keajaiban diantara binatang-binatang lain. Unta yang
bertubuh besar, berkekuatan prima serta memiliki ketahanan yang tinggi dalam
menanggung lapar dan dahaga. Unta sangat tahan dalam melakukan kerja berat,
berjalan di terik matahari sahara tanpa berhenti dan menempuh perjalanan sepanjang
ribuan kilometer, sehingga binatang ini patut menyandang gelar istimewa sebagai
perahu sahara.
Ciri khas lain dari unta adalah wataknya yang penurut, baik anak kecil
maupun dewasa. Iapun tetap bersabar disakiti oleh keduanya. untuk memberi makan
kepadanya, cukuplah apa yang ada di padang penggembalaan berupa daun- daunan
dan pohon berduri. Di kalangan orang Arab, unta di anggap sebagai binatang yang
menakjubkan, karena mereka sudah kenal betul dengan watak dan tabiatnya.
Ayat ini dipaparkan dalam kalimat istifham (bertanya) yang mengandung pengertian
sanggahan terhadap keyakinan kaum kuffar dan sekaligus merupakan celaan atas
sikap keingkaran mereka kepada hari kebangkitan. Sanggahan tersebut berupa
argumen dengan dassar-dasar ilmu pengetahuan islam yang didapatkan orang
muslim dari Rasulnya, sehingga secara tidak langsung terjadi proses belajar
mengajar sebagai landasan orang muslim, baik itu ilmu pengetahuan, filsafat, dan
ilmu-ilmu lainnya.
Apakah mereka tidak memperhatikan kejadian langit yang terangkat demikian
tingginya tanpa memakai tiang penyangga ? Dengan demikian, seseorang yang
menginginkan derajat yang tinggi di sisi Allah , maka ia wajib menuntut ilmu
setinggi-tingginya. Apakah mereka tidak memperhatikan kepada kejadian gunung-
gunung, bagaimana gunung- gungung tersebut di pancangkan sedemikian kokohnya
sehingga tidak goyah atau goncang? Demikian juga seperti orang yang sudah
memiliki ilmu pengetahuan maka ia mempunyai landasan yang kuat, dan tidak
terpengaruh oleh hal-hal yang bertentangan. Dan dengan dihamparkannya bumi
sedemikian rupa, ia sangat cocok untuk kebutuhan para penghuninya. Mereka bisa
memanfaatkan apa-apa yang ada di permukaan bumi dan apa-apa yang ada di dalam
perut bumi berupa aneka jenis tambang dan mineral yang memberi faedah bagi
kehidupan mereka Dengan demikian, ibarat manusia yang sudah mempunyai ilmu
ataupun iman dengan landasan yang kuat, ilmu tersebut dapat digunakan atau
dimanfaatkan ilmunya dengan baik.
11
Jika mereka yang ingkar dan ragu mau menggunakan akalnya untuk
memikirkan seluruh kejadian-kejadian itu (penciptaan Allah) maka mereka akan
mengetahui bahwa kesemuanya itu diciptakan dan dipelihara oleh Yang Maha Agung
dan Maha Kuasa. Mereka juga akan mengetahui, bahwa ia mampu menghidupkan
kembali manusia setelah kematiannya kelak dihari kiamat dan dia mampu
menghidupkan manusia tanpa seorangpun mengetahui caranya. Oleh sebab itu,
hendaknya ketidaktahuan mereka terhadap hakikat hari kiamat tidak dijadikan alasan
untuk mengingkarinya.
Allah sengaja memaparkan semua ciptaannya secara khusus, sebab bagi orang
yang berakal dan mau belajar tentu akan mau memikirkan apa-apa yang ada
disekitarnya. Seseorang akan mau mempelajari bagaimana memperhatikan unta yang
dimilikinya. Pada saat ia mengangkat pandangannya ke atas–ia melihat langit. Jika ia
memalingkan pandangannya ke kiri dan ke kanan, tampak di sekelilingnya gunung-
gunung. Dan jika meluruskan pandangannya atau menunduk, ia akan melihat bumi
yang terhampar. Bagi orang-orang arab dalam kesehariannya mereka tentu akan
melihat kesemuanya itu.
Sebab itu Allah memerintahkan mereka agar mau belajar memikirkan seluruh
kejadian benda-benda di alam semesta. Dengan seperti itu manusia dapat mempelajari
hal-hal yang telah diciptakan oleh Allah dari penciptaan yang fakta. Manusia dapat
melihat lalu menggerakkan otaknya untuk berfikir bagaimana Allah menciptakan
semuanya semesta alam. Apabila mereka telah mempelajari dan memperhatikan
semua tentang ciptaan Allah dengan seksama, tentu mereka akan mengakui bahwa
penciptanya dapat membuktikan manusia pasti akan kembali pada hari kiamat nanti,
dengan bertujuan beriman kepada Allah.
c) Tafsiran surat Ali Imran ayat 190 -191

Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu)

12
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha
suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. (Ali Imran 190-191)
Maksudnya yaitu pada ketinggian dan keluasan langit dan juga pada
kerendahan bumi sertapada kepadatannya. Dan juga tanda- tanda kekuasaan- Nya
yang terdapat pada ciptaan- Nya yang dapat dijangkau oleh indra manusia pada
keduanya (langit dan bumi), baik yang berupa: bintang-bintang, komet, daratan dan
lautan, pegunungan, dan pepohonan, tumbuh- tumbuhan, tanaman, buah-
buahan,binatang, barang tambang, serta berbagai macam warna dan aneka ragam
makanan dan bebauan.
Silih bergantinya malam dan siang, yakni, silih bergantinya, susul
menyusulnya, panjang pendeknya. Terkadang ada dalam yang lebih panjang dan
siangnya yang pendek. Lalu masing- masing menjadi seimbang. Setelah itu, salah
satunya mengambil masa dari yang lainnya, sehingga yang terjadi pendek menjadi
lebih panjang, dan yang diambil menjadi pendek yang sebelumnya panjang. Terdapat
tanda- tanda bagi orang- orang yang berakal (Ulul Albab), Semuanya itu merupakan
ketetapan Allah yang Maha perkasa lagi Maha mengetahui, dan hanya mereka yang
mempunyai akal yang sempurna lagi bersih, yang mengetahui hakikat banyak hal
secara jelas dan nyata.
Orang yang berakal (Ulul Albab) adalah orang yang melakukan dua hal yaitu
tazakkur yakni mengingat Allah, dan tafakkur yakni memikirkan (ciptaan Allah).
Imam Abi al- Fida Ismail mengatakan bahwa orang yang berakal adalah orang-orang
yang akalnya sempurna dan bersih yang dengannya dapat ditemukan berbagai
keistimewaan dan keagungan mengenai sesuatu, tidak seperti orang buta dan gagu
yang tidak dapat berfikir.
Dengan melakukan dua hal tersebut ia sampai kepada hikmah yang berada di
balik proses mengingat (tazakkur) dan berfikir (tafakkur), yaitu mengetahui,
memahami dan menghayati bahwa di balik fenomena alam dan segala sesuatu yang
ada di dalamnya menunjukkan adanya Sang Pencipta Allah SWT.
Muhammad Abduh mengatakan bahwa dengan merenungkan penciptaan
langit dan bumi, pergantian siang dan malam akan membawa manusia menyaksikan
tentang keesaan Allah, yaitu adanya aturan yang dibuat- Nya serta karunia dan
berbagi manfaat yang terdapat di dalamnya. Hal ini memperlihatkan kepada fungsi
13
akal sebagai alat untuk mengingat dan berfikir. “Orang- orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring, merupakan penyifatan
tentang Ulul Albab dari Allah.”Sebagaimana hadits yang diriwayatkan Imam Al-
Bukhari dan Imama Muslim dari ‘Imran bin Hushain, bahwa Rasulullah SAW
bersabda yang artinya:“Shalatlah dengan berdiri, jika kamu tidak mampu, maka
lakukanlah sambil duduk, jika kamu tidak mampu, maka lakukanlah sambil
berbaring”.
Dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi, maksudnya,
mereka memahami apa yang terdapat pada keduanya (langit dan bumi) dari
kandungan hikmah yang menunjukkan kekuasaan Allah. Sungguh Allah mencela
orang yang tidak mengambil pelajaran tentang makhluk-makhluk-Nya yang
menunjukkan kepada dzat-Nya, sifat-Nya, syari’at-Nya, kekuasaan-Nya.
Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia- sia, maksudnya
Engkau tidak menciptakan semuanya ini dengan sia- sia, tetapi dengan penuh
kebenaran, agar Engkau memberikan balasan kepada orang- orang yang beramal
buruk terhadap apa- apa yang telah mereka kerjakan dan juga memberikan balasan
orang- orang yang beramal baik dengan balasan yang lebih baik (Surga). Maha suci
Engkau,Yakni ungkapan penyucian manusia kepada Allah dari perbuatan sia-sia dan
penciptaan yang bathil.
Maka peliharalah kami dari siksa neraka, Wahai Rabb yang menciptakan
makhluk ini dengan sungguh-sungguh dan adil. Wahai dzat yang jauh dari
kekurangan, aib dan kesia- siaan, peliharalah kami dari adzab Neraka dengan daya
dan kekuatan-Mu. Dan berikanlah taufik kepada kami dalam menjalankan amal shalih
yang dapat mengantarkan kami ke Surga serta menyelamatkan kami dari adzab- Mu
yang sangat pedih.
Intinya surat Ali Imran ayat 190-191 adalah Semua ciptaan Allah sebagai
wujud kekuasaan- Nya dapat dijadikan objek pembelajaran dan ilmu pengetahuan.
d) Tafsiran surat At-Taubah ayat 122

Artinya : Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).

14
mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya.
Pemahaman terhadap ayat ini hubungannya dengan pengembangan ilmu
pengetahuan tersebut amat erat dengan pendidikan, khususnya untuk memperdalam
ilmu pengetahuan. “Mengapa tidak pergi dari setiap golongan diantara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan tentang agama”. Artinya,
menganjurkan dengan gencarnya, untuk memperdalam pengetahuan agama, sehingga
manusia dapat memperoleh manfaat untuk dirinya sendiri dan orang lain.
Disebutkan dalam tafsir al-mishbah ayat ini menuntun kaum muslim untuk
membagi tugas dengan menegaskan bahwa tidak sepatutnya bagi orang-orang
mukmin yang selama ini dihancurkan agar bergegas menuju medan perang. Mereka
pergi semua ke medan perang sehingga tidak tersisa lagi yang melaksanakan tugas-
tigas lain. Jika memang tidak ada panggilan yang bersifat mobilisasi umum. Maka
mereka tidak pergi dari setiap golongan, yakni kelompok besar diantara mereka
beberapa orang dari golongan itu untuk bersungguh- sungguh memperdalam
pengetahuan tentang agama sehingga mereka dapat memperoleh manfaat untuk diri
mereka dan untuk orang lain dan juga untuk memberi peringatan kepada kaum
mereka yang menjadi anggota pasukan yang ditugaskan Rasulullah SAW itu apabila
nanti telah selesainya tugas mereka yakni anggota pasukan itu telah kembali kepada
mereka yang ,memperdalam pengetahuan itu, supaya mereka yang jauh dari
Rasulullah SAW karena tugasnya dapat berhati-hati dan menjaga diri mereka.
e) Tafsir Surat Al-Ankabut ayat 19-20

Artinya : dan Apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan


(manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya
yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Katakanlah: "Berjalanlah di (muka)

15
bumi, Maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari
permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Surat al-Ankabut ayat 19-20, menjelaskan tentang kewajiban yang seharusnya
dijalankan umat Islam untuk mengadakan perjalanan, dalam arti penelitian di muka
bumi ini. Sehingga umat Islam dapat menemukan suatu kesimpulan dengan cara
mengambil I'tibar baik atas penciptaan alam, hingga sejarah perjalanan manusia dan
alam di masa lampau. Apa yang diperoleh dari penelaahan itu, kemudian akan
dijadikan bahan refleksi dalam meniti kehidupan di dunia yang akan
mengantarkannya selamat dalam kehidupan di akhirat kelak.
Allah SWT menyuruh Nabi Muhammad SAW untuk menerangkan kepada
kaumnya yang kafir agar kiranya mereka berjalan di atas bumi ini sambil
merenungkan bagaimana bumi ini diciptakan pada awalnya dan kemudian
dikembalikan lagi sebagaimana pada awal kejadiannya; dari ada kemudian tidak ada,
kemudian manusia dibangkitkan kembali; dari tidak ada menjadi ada dan dari ada
dikembalikan lagi kepada ada, yaitu pada hari kebangkitan yang dikenal dengan
yaumu al Ba’tsi. Semua itu harus di yakini bahwa tak seorangpun dapat
melakukannya, kecuali Allah SAW Yang Maha Kuasa.
6. Hadits-Hadits
Ilmu merupakan kunci untuk menyelesaikan segala persoalan, baik persoalan yang
berhubungan dengan kehidupan beragama maupun persoalan yang berhubungan dengan
kehidupan duniawi. Ilmu diibaratkan dengan cahaya, karena ilmu memiliki pungsi
sebagai petunjuk kehidupan manusia, pemberi cahaya bagi orang yang ada dalam
kegelapan.
Orang yang mempunyai ilmu mendapat kehormatan di sisi Allah dan Rasul-Nya.
Banyak ayat Al-Qur’an yang mengarah agar umatnya mau menuntut ilmu, seperti yang
terdapat dalam QS : Al-Mujadalah ayat 11 :

Artinya: Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-

16
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat dan Allah Maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan. (Q.s. al-Mujadalah : 11)
Selain itu banyak hadits Nabi Saw yang mendorong agar umat Islam bersungguh-
sungguh dalam menuntut ilmu. Di bawah ini terdapat hadits Nabi Saw yang berkenaan
dengan kewajiban menuntut ilmu diantaranya:
a) Hadits tentang keharusan meniru orang yang banyak ilmu

Artinya :
Dari Abdullah bin Mas’ud r.a. Nabi Muhamad pernah bersabda :”Janganlah ingin
seperti orang lain, kecuali seperti dua orang ini. Pertama orang yang diberi Allah
kekayaan berlimpah dan ia membelanjakannya secara benar, kedua orang yang
diberi Allah al-Hikmah dan ia berprilaku sesuai dengannya dan mengajarkannya
kepada orang lain (HR Bukhari).
Hadits di atas mengandung pokok materi yaitu seorang muslim harus merasa
iri dalam beberapa hal. Memang iri atau perbuatan hasud adalah perbuatan yang
dilarang dalam ajaran Islam, tetapi ada dua hasud yang harus ada pada diri seorang
muslim, yaitu pertama menginginkan banyak harta dan harta itu dibelanjakan di jalan
Allah seperti dengan berinfaq, shadaqah dan lainnya. Harta ini tidak digunakan untuk
berbuat dosa dan maksiat kepada Allah, kedua menginginkan ilmu seperti yang
dimiliki orang lain, kemudian ilmu itu diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, juga
diajarkan kepada orang lain dengan ikhlash.
Hukum mencari ilmu itu wajib, dengan rincian, pertama hukumnya menjadi
fardhu ‘ain untuk mempelajari ilmu agama seperti aqidah, fiqih, akhlak serta Al-
Qur’an. Ilmu-ilmu ini bersipat praktis, artinya setiap muslim wajib memahami dan
mempraktekkan dalam pengabdiannya kepada Allah. Fardu ‘ain artinya setiap orang
muslim wajib mempelajarinya, tidak boleh tidak.
Dan kedua hukumnya menjadi fardu kifayah untuk mempelajari ilmu
pengetahuan umum seperti : ilmu sosial, kedokteran, ekonomi serta teknologi. Fardu
Kifayah artinya tidak semua orang dituntut untuk memahami serta mempraktekkan

17
ilmu-ilmu tersebut, boleh hanya sebagian orang saja.
Kewajiban menuntut ilmu ini ditegaskan dalam hadits nabi, yaitu :

Artinya :
Mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi muslimin dan muslimat” (HR. Ibnu Abdil
Bari)
Secara jelas dan tegas hadits di atas menyebutkan bahwa menuntut ilmu itu
diwajibkan bukan saja kepada laki-laki, juga kepada perempuan. Tidak ada perbedaan
bagi laki-laki ataupun perempuan dalam mencari ilmu, semuanya wajib. Hanya saja
bahwa dalam mencari ilmu itu harus tetap sesuai dengan ketentuan Islam.
Kewajiban menuntut ilmu waktunya tidak ditentukan sebagimana dalam
shalat, tetapi setiap ada kesempatan untuk menuntutnya, maka kita harus menuntut
ilmu. Menuntut ilmu tidak saja dapat dilaksanakan di lembaga-lembaga formal, tetapi
juga dapat dilakukan lembaga non formal. Bahkan, pengalaman kehidupanpun
merupakan guru bagi kita semua, di mana kita bisa mengambil pelajaran dari setiap
kejadian yang terjadi di sekeliling kita. Begitu juga masalah tempat, kita dianjurkan
untuk menuntut ilmu dimana saja, baik di tempat yang dekat maupun di tempat yang
jauh, asalkan ilmu tersebut bermanfaat bagi kita. Nabi pernah memerintahkan kepada
umatnya untuk menuntut ilmu walaupun sampai di tempat yang jauh seperti negeri
China.
Selain itu menuntut ilmu itu tidak mengenal batas usia, sejak kita terlahir
sampai kita masuk kuburpun kita senentiasa mengambil pelajaran dalam kehidupan,
dengan kata lain Islam mengajarkan untuk menuntut ilmu sepanjang hayat dikandung
badan. Sebagaimana tercantum dalam hadits nabi :

Artinya: “Carilah ilmu dari buaian sampai liang lahat”(HR. Muslim)


b) Hadits yang menjelaskan keutamaan orang yang menuntut ilmu
Rasulullah bersabda tentang keutamaan menuntut ilmu sebagai berikut :

18
Artinya: Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan
memudahkan baginya jalan ke surga (HR Muslim)
Hadits di atas memberi gambaran bahwa dengan ilmulah surga itu akan
didapat. Karena dengan ilmu orang dapat beribadah dengan benar kepada Allah Swt
dan dengan ilmu pula seorang muslim dapat berbuat kebaikan. Oleh karena itu orang
yang menuntut ilmu adalah orang yang sedang menuju surga Allah.
Mencari ilmu itu wajib, tidak mengenal batas tempat, dan juga tidak mengenal
batas usia, baik anak-anak maupun orang tua. Kewajiban menuntut ilmu dapat
dilaksanakan di sekolah, pesantren, majlis ta’lim, pengajian anak-anak, belajar
sendiri, penelitian atau diskusi yang diselenggrakan oleh para remaja mesjid.
Ilmu merupakan cahaya kehidupan bagi umat manusia. Dengan ilmu,
kehidupan di dunia terasa lebih indah, yang susah akan terasa mudah, yang kasar akan
terasa lebih halus. Dalam menjalankan ibadah kepada Allah, harus dengan ilmu pula.
Sebab beribadah tanpa didasarkan ilmu yang benar adalah sisa-sia belaka. Oleh
karena itu dengan mengamalkan ilmu di jalan Allah merupakan ladang amal (pahala)
dalam kehidupan dan dapat memudahkan seseorang untuk masuk ke dalam surga
Allah.
Allah sangat mencintai orang-orang yang berilmu, sehingga orang yang berilmu yang
didasarkan atas iman akan diangkat derajatnya oleh Allah, sebagaimana firman-Nya
di atas dalam Q.S Al-Mujadallah : 11
Keutamaan lainnya dari ilmu adalah dapat mencapai kebahagiaan baik di
dunia ataupun di akhirat. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits nabi :

Artinya: Barangsiapa yang menginginkan kehidupan dunia, mak ia harus memiliki


ilmu, dan barang siapa yang menginginkan kehidupan akhirat maka itupun harus
dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan keduanya maka itupun harus
dengan ilmu (HR. Thabrani)
Kebahagian di dunia dan akhirat akan dapat diraih dengan syarat memiliki ilmu yang
dimanfa’tkan. Manfa’at ilmu pengetahun bagi kehidupan manusia, antara lain :
 Ilmu merupakan cahaya kehidupan dalam kegelapan, yang akan
membimbimg manusia kepada jalan yang benar
19
 Orang yang berilmu dijanjikan Allah akan ditinggikan derajatnya menjadi
orang yang mulia beserta orang-orang yang beriman
 Ilmu dapat membantu manusia untuk meningkatkan taraf hidup menuju
kesejahteraan, baik rohani maupun jasmani
 Ilmu merupakan alat untuk membuka rahasia alam, rahasia kesuksesan hidup
baik di dunia maupun di akhirat.

20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Belajar merupakan suatu proses kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar
bukan hanya mengiat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami
perubahan perilaku dari pengalaman.
2. Mengajar lebih identik kepada proses mengarahkan seseorang agar lebih baik.
3. Seorang muslim dibolehkan merasa iri dalam hal pertama melihat orang yang
mempunyai harta kemudian menafkahkan hartanya di jalan Allah, dan kedua, orang
yang mempunyai ilmu kemudian diamalkan dan diajarkan kepada orang lain.
4. Menuntut ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan, dari
mulai sejak lahir sampai sebelum masuk kubur.
5. Ilmu yang harus dicari adalah ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum yang
bermanfaat.
6. Kewajiban orang yang memiliki ilmu adalah mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari dan mengajarkannya kepada orang lain.

B. SARAN
Demikianlah makalah dari kami, pembahasan tentang Kewajiban Belajar dan Mengajar.
Dan kami merasa bahwasanya masih terdapat kekurangan dalam penyajian makalah
kami ini. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua. Amin.

21
DAFTAR PUSTAKA

www.academia.edu
www.coursehero.com
www.scribd.com
www.uin-antasari.ac.id
www.radenfatah.ac.id

22

Anda mungkin juga menyukai