Kelas/Kelompok : 3 (Peserta Latsar CPNS Kab. Poso Angk. 126 Tahun 2023)
MANAJEMEN ASN
Manajemen ASN merupakan pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai ASN yang
profesional memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik
korupsi, kolusi dan nepotisme. Berikut beberapa konsep yang ada dalam UU nomor 5 tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara. Berdasarkan jenisnya, pegawai ASN terdiri atas:
Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi sebagai berikut:
Pelaksana kebijakan publik
Pelayan publik
Perekat dan pemersatu bangsa
Pegawai ASN bertugas:
Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas
Mempererat persatuan dan kesatuan negara kesatuan Republik Indonesia
Selanjutnya peran dari pegawai ASN: perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggara tugas
umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik
yang profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi kolusi dan nepotisme.
Hak PNS dan PPPK yang diatur dalam UU ASN sebagai berikut.
PNS berhak memperoleh:
Gaji, tunjangan, dan fasilitas
Cuti
Jaminan pensiun dan jaminan hari tua
Perlindungan
Pengembangan kompetensi
Sedangkan PPPK berhak memperoleh:
Gaji dan tunjangan
Cuti
Perlindungan
Pengembangan kompetensi
Kewajiban pegawai ASN yang disebutkan dalam UU ASN adalah:
setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945,
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan pemerintah yang sah
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang
menaati ketentuan peraturan perundang-undangan
melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan
tanggung jawab
menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan, dan tindakan kepada
setiap orang, baik di dalam maupun diluar kedinasan
menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
SMART ASN
Sesuai dengan 5 arahan presiden dalam upaya percepatan transformasi digital, pengembangan
SDM merupakan salah satu fokus presiden. Berdasarkan petunjuk khusus presiden pada Rapat
Terbatas Perencanaan Transformasi Digital, bahwa transformasi digital di masa pandemi maupun
pandemi yang akan datang akan mengubah secara struktural cara kerja, beraktivitas, berkonsumsi,
belajar, bertransaksi yang sebelumnya luring dengan kontak fisik menjadi lebih banyak ke daring
akan dihadapi oleh semua lapisan masyarakat termasuk ASN. Peserta ASN PPPK memiliki peluang
serta tanggung jawab yang sangat besar sebagai Aparatur Negara, di mana anak-anak terbaik bangsa
inilah yang memiliki peran bukan hanya bagi instansi namun lebih luas bagi Indonesia.
Presiden Jokowi juga telah menekan 5 hal yang perlu menjadi perhatian dalam menangani
transformasi digital pada masa pandemi covid-19. Literasi digital menjadi kemampuan wajib yang
harus dimiliki oleh peserta ASN PPPK dan diharapkan para peserta mampu mengikuti dan beradaptasi
dengan perubahan transformasi digital yang berlangsung sangat cepat. Peran dan tanggung jawab para
peserta SMP PPPK sangatlah besar, sehingga menggunakan gawai saja tidaklah cukup, diperlukan
kemampuan lainnya yakni literasi digital. Literasi digital memiliki empat pilar wajib yang harus
dikuasai oleh para peserta PPPK yang terdiri dari etika, keamanan, budaya, dan kecakapan dalam
media digital.
Kerangka literasi digital untuk kurikulum terdiri dari digital skill, digital culture, digital ethic,
dan digital safety. Kerangka kurikulum literasi digital digunakan sebagai metode pengukuran tingkat
kompetensi kognitif dan afektif masyarakat dalam menguasai teknologi digital. Digital skill
merupakan kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras
dan peranti lunak tik serta sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari.
Digital culture merupakan kemampuan individu dalam membaca, menguraikan,
membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka
Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari dan digitalisasi kebudayaan melalui pemanfaatan TIK.
Digital ethics merupakan kemampuan individu Dalam menyadari, mencontohkan,
menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital
dalam kehidupan sehari-hari.
Digital safety merupakan kelompok user dalam mengenali, mempolakan, menerapkan,
menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran perlindungan data pribadi dan keamanan
digital dalam kehidupan sehari-hari.
Literasi digital sering kita anggap sebagai kecakapan menggunakan internet dan media
digital. Namun begitu, acapkali ada pandangan bahwa kecakapan penguasaan teknologi adalah kecap
kecakapan yang paling utama. Padahal literasi digital adalah sebuah konsep dan praktik yang bukan
sekadar menitikberatkan pada kecakapan untuk menguasai teknologi. Lebih dari itu, literasi digital
juga banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital dalam melakukan proses media C
media digital yang dilakukan secara produktif. Seorang pengguna yang kecakapan literasi digital yang
bagus tidak hanya mampu mengoperasikan alat melainkan juga mampu bermedia digital dengan
penuh tanggung jawab.
Terdapat dua poros yang membagi setiap domain kompetensi. Poros pertama, yaitu domain
kapasitas ‘single-kolektif’ memperlihatkan rentang kapasitas literasi digital sebagai kemampuan
individu untuk mengakomodasi Kebutuhan individu sepenuhnya kemampuan individu untuk
berfungsi sebagai bagian dari masyarakat kolektif/society. Sementara itu, poros berikutnya adalah
domain ruang ‘informal-formal’ yang memperlihatkan ruang pendekatan dalam penetapan kompetensi
literasi digital. Ruang informal ditandai dengan pendekatan yang cair fleksibel, dengan instrumen
yang lebih menekankan pada kumpulan individu sebagai sebuah kelompok komunitas/masyarakat.
Sedangkan ruang formal ditandai dengan pendekatan yang lebih terstruktur dilengkapi instrumen yang
lebih menekankan pada kumpulan individu sebagai “warga negara digital”. Blok blok kompetensi
semacam ini memungkinkan kita melihat kekhasan setiap modul sesuai dengan domain kapasitas dan
ruangannya. Digital skill (cakap bermedia digital) merupakan dasar dari kompetensi literasi digital
berada di domain ‘single-informal’
Digital culture (budaya bermedia digital) sebagai wujud kewarganegaraan digital dalam
konteks keindonesiaan berada pada domain ‘kolektif-formal’ dimana kompetensi digital individu
difungsikan agar mampu berperan sebagai warga negara dalam batas-batas formal yang berkaitan
dengan hak kewajiban dan tanggung jawab dalam ruang ‘negara’
Digital ethics (etis bermedia digital) sebagai panduan berperilaku terbaik di ruang digital
membawa individu untuk bisa menjadi bagian masyarakat digital, berada di domain ‘kolektif-
informal’. Digital safety (aman bermedia sosial) sebagai panduan bagi individu agar dapat
menjaga keselamatan dirinya pada domain ‘single-formal’ karena sudah menyentuh permen
instrumen hukum positif.
Dunia digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita. Berbagai fasilitas dan aplikasi
yang tersedia pada gawai sering kita gunakan untuk mencari informasi bahkan solusi dari
permasalahan kita sehari-hari. Durasi penggunaan internet harian masyarakat Indonesia hingga tahun
2020 tercatat tinggi yaitu 7 jam 59 menit. Bahkan menurut hasil survei asosiasi penyelenggara jasa
internet Indonesia tahun 2020, selama pandemi covid-19 mayoritas masyarakat Indonesia mengakses
internet lebih dari 8 jam sehari. Pola kebiasaan buruk baru untuk belajar dan bekerja dari rumah
secara daring ikut membentuk perilaku kita berinternet. Literasi digital menjadi kemampuan wajib
yang harus dimiliki oleh masyarakat untuk saling melindungi hak digital setiap warga negara.
Akhirnya kita sebagai ASN wajib memiliki kemampuan dan menggunakan media digital
dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan sehingga tidak melukai harkat dan martabat sebagai ASN.
Oleh karena itu kita harus senantiasa belajar untuk menjadi ASN yang smart.