Anda di halaman 1dari 5

LEARNING JOURNAL

Program Pelatihan : LATSAR CPNS

Angkatan : XXXVIII

Nama Mata Pelatihan : Agenda III

Nama Peserta : Pieterson, A.Md.Kep.

A. Manajemen ASN
Manejemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai ASN yang
profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik
korupsi, kolusi dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi
pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya ASN yang unggul selaras dengan
perkembangan zaman.
 Kedudukan ASN
Kedudukan atau status jabatan PNS dalam sistem birokrasi selama ini dianggap belum
sempurna untuk menciptakan birokrasi yang profesional. Untuk dapat membangun profesionalitas
birokrasi, maka konsep yang dibangun dalam UU ASN tersebut harus jelas. Berikut beberapa konsep
yang ada dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN.
a) Berdasarkan jenisnya, pegawai ASN terdiri atas ASN (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan
Perjanjian Kerja (PPPK). PNS merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu, diangkat sebagai pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian
untuk menduduki jabatan pemerintahan, memiliki nomor induk pegawai secara nasional.
Sedangkan PPPK adalah warga negara Indonesia yang memnuhi syarat tertentu, yang diangkat
oleh pejabat pembina kepegawaian berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan
instansi pemerintah untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas
pemerintahan.
b) Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan kebijakan yang
ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi
semua golongan dan partai politik. Pegawai ASN dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus
partai politik. Selain itu untuk menjauhkan birokrasi dari pengaruh partai politik, hai ini
dimaksudkan untuk menjamin keutuhan, kekompakan dan persatuan ASN, serta dapat
memusatkan segala perhatian, pikiran dan tenaga pada tugas yang dibebankan kepadanya. Oleh
karena itu dalam pembinaan karir pegawai ASN, khususnya di daerah dilakukan oleh pejabat
berwenang yaitu pejabat karir tertinggi.
c) Kedudukan ASN berada di pusat, daerah dan luar negeri. Namun demikian pegawai ASN
merupakan kesatuan. Kesatuan bagi pegawai ASN sangat penting, mengingat dengan adanya
desentralisasi dan otonomi daerah, sering terjadinya isu putra daerah yang hampir terjadi
dimana-mana sehingga perkembangan birokrasi menjadi stagnan di daerah-daerah. Kondisi
tersebut merupakan ancaman bagi kesatuan bangsa.
 Peran ASN
Untuk menjalankan kedudukan pegawai ASN, maka pegawai ASN berfungsi dan bertugas
sebagai berikut:
a. Pelaksana kebijakan publik
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk melaksanakan kebijakanyang dibuat oleh
pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Untuk itu
ASN harus mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat luas dalam menjalankan fungsi dan
tugasnya, serta harus mengutamakan pelayanan yang berorientasi pada kepentingan public.
b. Pelayan publik
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk memberikan pelayanan publik yang
profesional dan berkualitas. Pelayanan publik merupakan kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan administratif yang
diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik dengan tujuan kepuasan
pelanggan.
c. Perekat dan pemersatu bangsa
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk mempererat persatuan dan kesatuan NKRI.
ASN senantiasa setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD1945, negara dan pemerintah.
ASN senantiasa menjunjung tinggi martabat ASN serta senantiasa mengutamakan kepentingan
negara dari pada kepentingan diri sendiri, seseorang dan golongan. Dalam UU ASN disebutkan
bahwa dalam penyelengaraan dan kebijakan manajemen ASN, salah satu diantaranya asas persatuan
dan kesatuan.
 Hak dan kewajiban ASN
Hak adalah suatu kewenangan atau kekuasaan yang diberikan oleh hukum, suatu
kepentingan yang dilindungi oleh hukum, baik pribadi maupun umum. Dapat diartikan bahwa hak
adalah sesuatu yang patut atau layak diterima. Agar melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya
dengan baik , dapat meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka
setiap ASN diberikan hak. Hak ASN dan PPPK yang diatur dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang
ASN sebagai berikut;
PNS berhak memperoleh:
a) gaji, tunjangan, dan fasilitas;
b) cuti;
c) jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
d) perlindungan; dan
e) pengembangan kompetensi.
PPPK berhak memperoleh:
a) gaji dan tunjangan;
b) cuti;
c) perlindungan; dan
d) pengembangan kompetensi.
Sedangkan kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat kontraktual.
Dengan kata lain kewajiban adalah suatu yang sepatutnya diberikan.Pegawai ASN berdasarkan UU
No. 5 Tahun 2014 tentang ASN wajib:
a) Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah;
b) menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
c) melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang;
d) menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
e) melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran,dan tanggung
jawab;
f) menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan kepada
setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;
g) menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; danh. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
 Kode etik dan kode perilaku ASN
Dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN disebutkan bahwa ASN sebagai profesi berlandaskan
pada kode etik dan kode perilaku. Kode etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga
martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar
pegawai ASN.
a) melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi.
b) melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c) melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan
d) melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
e) melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yangberwenang sejauh tidak
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan
f) menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan
g) menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,efektif, dan efisien
h) menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya
i) memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yangmemerlukan
informasi terkait kepentingan kedinasan
j) tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status kekuasaan dan jabatannya untuk
mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain.
k) memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN
l) melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan mengenai disiplin Pegawai ASN.

Konsep system merit dalam pengelolaan ASN

Sistem merit pada dasarnya adalah konsepsi dalam manajemen SDM yang menggambarkan
diterapkannya obyektifitas dalam keseluruhan semua proses dalam pengelolaan ASN yakni pada
pertimbangan kemampuan dan prestasi individu untuk melaksanakan pekerjaanya (kompetensi dan
kinerja).

Sistem merit adalah kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi
dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit,
agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau kondisi kecatatan”.
pelaksanaan sistem merit dalam beberapa komponen pengelolaan ASN sebagaimana di atas
khususnya dalam
1. penyusunan dan penetapan kebutuhan (perencanaan kebutuhan pegawai/planning).
2. penilaian kinerja (monitoring dan penilaian)
3. pengembangan kompetensi.
4. Promosi
5. Mutasi
6. Penghargaan.
B. SMART ASN
 Literasi Digital
Kompetensi literasi digital tidak hanya dilihat dari kecakapan menggunakan
media digital (digital skills) saja, namun juga budaya menggunakan digital
(digital culture), etis menggunakan media digital (digital ethics), dan aman
menggunakan media digital (digital safety).

Digital Skill Kemampuan mengetahui, memahami,


dan menggunakan perangkat keras dan
piranti lunak TIK serta sistem operasi
digital dalam kehidupan sehari hari.
Digital Culture Kemampuan membaca, menguraikan,
membiasakan, memeriksa, dan
membangun wawasan kebangsaan,
nilai pancasila dan Bhineka Tunggal Ika
dalam keseharian dan digitalisasi
kebudayaan melalui pemanfaatan TIK
Digital Ethics Kemampuan menyadari, mencontohkan,
menyesuaikan diri, merasionalkan,
mempertimbangkan, dan
mengembangkan tata kelola etika digital
dalam kehidupan sehari-hari
Digital Safety Kemampuan mengenali, mempolakan,
menerapkan, menganalisis, menimbang
dan meningkatkan kesadaran
perlindungan data pribadi dan
keamanan digital dalam kehidupan
sehari-hari

 Tiga tantangan dalam menimbang urgensi penerapan etika bermedia


digital :

1. Penetrasi internet yang sangat tinggi dalam kehidupan sehari-hari


masyarakat Indonesia. Bukan hanya jumlah dan aksesnya yang bertambah,
durasi penggunaannya pun meningkat drastis
2. Perubahan perilaku masyarakat yang berpindah dari madia konvensional ke
media digital. Karakter media digital yang serba cepat dan serba instan,
menyediakan kesempatan tak terbatas dan big data, telah mengubah
perilaku masyarakat dalam segala hal, mulai dari belajar, bekerja,
bertransaksi, hingga berkolaborasi.

3. Intensitas orang berinteraksi dengan gawai semakin tinggi. Situasi pandemi


COVID-19 yang menyebabkan intensitas orang berinteraksi dengan gawai
semakin tinggi, sehingga memunculkan berbagai isu dan gesekan. Semua
ini tak lepas dari situasi ketika semua orang berkumpul di media guna
melaksanakan segala aktivitasnya, tanpa batas.

 8 Prinsip Praktek Digital


1. Menyediakan pelayanan inklusif dan responsif yang mendorong pekerjaan
digital maupun aktivitas pembelajaran
2. Menyertakan aspek kesejahteraan digital dalam kebijakan yang sudah ada,
khususnya yang berkaitan dengan kebijakan aksesibilitas dan inklusi
3. Menyediakan lingkungan fisik dan daring yang aman. Prinsip ini termasuk
penyediaan pencahayaan ruangan yang memadai, akses WiFi, dsb dan
memastikan setiap individu mematuhi peraturan mengenai kesehatan dan
keselamatan.
4. Mematuhi petugas yang bertanggung jawab mengenai aktivitas digital
(misalnya penanggung jawab aktivitas digital di kantor maupun dalam
aktivitas belajar di sekolah).
5. Penuhi tanggung jawab etik dan hukum yang berhubungan dengan
aksesibilitas, kesehatan, kesetaraan, dan inklusi (misalnya peraturan
ketenagakerjaan mengenai lembur, UU ITE, dsb)
6. Menyediakan pelatihan, kesempatan belajar, pendampingan, dan bantuan
partisipasi dalam kegiatan digital (misalnya peningkatan kapasitas
kemampuan digital bagi pekerja maupun siswa)
7. Memahami potensi dampak positif maupun negatif dari aktivitas digital pada
kesejahteraan individu
8. Menyediakan sistem, perlengkapan, dan konten digital yang inklusif dan
mudah diakses

 4 Kesejahteraan Digital

 Hak dan Kewajiban dalam dunia Digital


1. Akses dan tidak diskriminatif
2. Kebebasan berekspresi dan mendapatkan informasi
3. Kebebasan berkumpul, berkelompok, dan partisipasi
4. Perlindungan privasi dan data.
5. Pendidikan dan literasi.
6. Perlindungan terhadap anak.
7. Hak mendapatkan pertolongan terhadap pelanggaran hak asasi.

Anda mungkin juga menyukai