Anda di halaman 1dari 2

Dari film Taste The Waste kita mengetahui bahwa jumlah makanan dan bahan makanan yang mubazir

atau dibuang begitu saja memiliki jumlah yang sangat banyak. Faktor-faktor penyebabnya antara lain
makanan sudah kedaluarsa ataupun memiliki cacat dalam pengemasan. Meskipun jarang diketahui tapi
ternyata limbah organik juga memiliki dampak pada iklim dunia. Setiap kali makanan membusuk di
tempat pembuangan sampah, metana terlepas ke atmosfer, gas iklim dengan efek 25 kali lebih kuat dari
karbon dioksida. Dengan kata lain: ketika kita menyia-nyiakan setengah dari makanan kita yang
berdampak buruk pada iklim dunia.

Film ini menyajikan persepsi dan perilaku masyarakat langsung di lapangan, dengan demikian film ini
menarik karena dapat membawa fenomena-fenomena yang jarang diketahui, baik itu alam maupun
sosial kepada para penonton.

Di awal film kita juga melihat terdapat beberapa orang yang memiliki gaya hidup hemat, gaya hidup
tersebut cukup unik yaitu dengan mencari bahan makanan di tempat sampah/pembuangan. Menurut
mereka hal ini sangat berguna, karena terkadang masih terdapat beberapa sisa atau bahan makanan
yang masih bagus dan bisa dimasak di tempat sampah. Meski begitu mereka juga tetap akan berbelanja
ke supermarket meski hanya sesekali.

Beberapa cerita diatas merupakan fenomena yang terjadi di luar negeri seperti, Amerika, Spanyol, Rusia,
Jepang, Afrika serta beberapa negara lainnya. Namun bagaimana di Indonesia? Di Indonesia sendiri
sekitar 300 kg limbah makanan terus berdatangan per orang setiap tahunnya. Oleh karena itu Indonesia
menjadi kedua terbesar di dunia, dan berada di bawah Arab Saudi serta diatas Amerika. (Lidwina, A.,
2020)

Lidwina, A. (2020). Indonesia Hasilkan Limbah Makanan Kedua Terbanyak di Dunia


databoks.katadata.co.id. Diakses melalui
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/10/23/indonesia-hasilkan-limbah-makanan-
kedua-terbanyak-di -dunia#:~:text=Indonesia%20menghasilkan%20sekitar%20300%20kg,Emirat
%20Arab%20(196%20kg).

Limbah pangan/makanan telah menjadi isu global dan perhatian berbagai lembaga di bidang ketahanan
pangan dalam beberapa tahun terakhir. Pada faktanya kita harus mengakui bahwa limbah makanan juga
dapat berdampak buruk pada kehidupan masyarakat luas.

Dikutip dari Tirto.id pihak publikasi “Statistik Lingkungan Hidup 2019” telah menjabarkan perubahan
iklim akibat emisi gas rumah kaca, juga berperan atas terjadinya berbagai bencana alam di dalam negeri
seperti, kekeringan, banjir, tanah longsor dan risiko penurunan ketersediaan air yang signifikan di
sejumlah daerah terutama pulau Jawa dan Bali. Selain itu, emisi gas rumah kaca tidak hanya berperan
pada global warming tapi juga mengurangi kandungan nutrisi yang terdapat pada tumbuhan. Penelitian
ekologi yang dilakukan oleh Chunwu Zhu, Lewis H. Ziska, dkk, yang dipublikasi pada laman Science
Advances menunjukkan, beras yang terpapar karbon dioksida pada level tinggi mengandung nutrisi yang
lebih rendah dibandingkan yang ditanam sekarang ini. (Khusnulkatimah, 2020)
Khusnulkatimah, S. (2020). Darurat Sampah Makanan di Indonesia. Tirto.id. Diakses melalui
https://tirto.id/darurat-sampah-makanan-di-indonesia-f3Yn

Solusi

Anda mungkin juga menyukai