Anda di halaman 1dari 6

Algorithms as The New Editor

Mata Kuliah Desain Media

Oleh Kelompok 13:


Antonia Rosita 190906923
Yohana Reni 190906984
Laurensius Novian 190906873

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
Algoritma
Algoritma merupakan sebuah urutan langkah-langkah logis dan sistematis untuk mencari suatu
solusi dari suatu permasalahan yang telah terjadi. Langkah-langkah tersebut diantaranya seperti
perhitungan, pemrosesan data, dan penalaran otomatis yang akan di instruksikan ke sebuah
pemroses atau processor untuk dipahami dan dikerjakan. Processor dapat berupa komputer,
mesin, robot dan sebagainya. Terdapat hal yang harus diperhatikan dalam algoritma, yaitu kata
kunci. Dengan adanya kata kunci, sebuah pencarian dapat dicari dengan mudahnya melalui
algoritma tersebut.

Algoritma dan Jurnalisme


Algoritma membantu para jurnalis dalam mengidentifikasi konten apa saja yang dipilih oleh
pembaca, bagaimana konten itu didistribusikan, dan yang paling penting untuk menentukan
target pasarnya dan kapan konten tersebut akan ditayangkan. Selain itu, algoritma juga dapat
mengetahui ketertarikan pembaca dalam memilih konten, sehingga algoritma dapat digunakan
oleh seorang jurnalis untuk menentukan kebutuhan para pembacanya.

Aftenposten
Espen Egil Hansen merupakan seorang CEO sekaligus Kepala Editor dari surat kabar
Aftenposten, Norwegia. Berikut hasil wawancara dengan Hansen

1. Apa ekspektasi anda ketika anda mulai memikirkan algoritma untuk Aftenposten?
“Kami ingin memastikan bahwa data algoritma yang kami dapatkan sesuai dengan
tradisi jurnalistik yang sudah menjadi bagian dari kami. Dari data algoritma yang kami
dapatkan, terdapat pertanyaan dari pembaca bahwa berita penting apa yang terjadi dan
perlu pembaca ketahui. Maka, dari data algoritma tersebut, kami dapat memenuhi
kebutuhan pembaca dengan menyajikan informasi dengan cara yang lebih baik dan lebih
cerdas dari sebelumnya.”
2. Jadi, Algoritma anda menyediakan layanan untuk para pembaca, kan?
“Tepat sekali. Ini semua adalah tentang cara membuat layanan yang lebih baik untuk para
pembaca kami. Kamu melakukannya ketika kamu mengkombinasikan data kami dengan
jurnalisme dan produk pengetahuan kami. Kami dapat menyajikan kepada pembaca kami
cerita yang penting atau relevan sejak terakhir mereka mengunjungi kami, cerita tentang
topik yang tidak biasa mereka baca. Kami ingin menutup kesenjangan antara apa yang
orang orang ketahui dengan apa yang ingin mereka ketahui dan kami ingin menantang
mereka.”
3. Lalu apa yang membuat algoritma aftenposten ini berbeda?
“Kebanyakan konten algoritma dibuat dengan satu tujuan yaitu untuk mengoptimalkan
keterlibatan pengguna. Algoritma kami mengkombinasikan dengan penilaian dan sinyal
editorial. Kami ingin menggunakan algoritma dan teknologi untuk menciptakan
pengalaman berita yang lebih baik dan pada akhirnya lingkungan sosial yang lebih baik.”
4. Bagaimana cara anda melakukannya?
“Setiap cerita aftenposten memiliki beberapa data penting yang menyertainya, khususnya
pada nilai berita dan nilai seumur hidup. Diibaratkan sebuah sendok yang besar
memungkinkan untuk mendapatkan nilai berita “5” sedangkan kemacetan lalu lintas
mendapatkan nilai berita “1” . Seperti halnya cerita Trump yang memenangkan pemilu,
memungkinkan untuk mendapatkan nilai seumur hidup dalam jangka waktu yang
“panjang”, namun mendapatkan kemacetan lalu lintas dalam jangka waktu yang
“pendek”. Kemenangan Trump tidak akan berubah begitu banyak, tetapi kepadatan lalu
lintas diharapkan akan menjadi cerita yang berkembang.”
5. Siapa yang mengontrol algoritma?
“Sinyal yang menjadi komponen paling penting dalam mengatur algoritma diatur oleh
ruang berita. Tim produk kami bekerja dengan editor dan jurnalis untuk menentukan
bagaimana seharusnya menimbang sinyal yang berbeda. Sebagai pimpinan editor, saya
harus mampu mengkomunikasikan tujuan editorial kami dan menerapkan mekanisme
kontrol. Saya suka mengatakan algoritma adalah editor baru dan yang akan
mengendalikannya adalah pimpinan redaksi yang baru.”
6. Bagaimana anda melihat ruang berita berkembang dengan penggunaan algoritma?
“Kami akan melihat lebih banyak editor terlibat dengan cara praktis menggunakan
algoritma ini. Yang paling penting adalah bahwa algoritma akan mengubah desain,
memberi dimensi baru. Ini akan menjadi sebuah lompatan yang besar dari kertas ke
digital. Algoritma akan mempengaruhi desain dan juga mempengaruhi kepemimpinan
seorang editorial.
Eirik Wisnes sebagai editor pengembangan aftenposten. Dia bekerjasama dengan Eapen Egil
Hansen dan tekah terlibat dalam penggunaan algoritma koran. Berikut hasil wawancara dengan
Eirik:
“Kemungkinan tidak terbatas”
Mungkin hal yang paling penting tentang produk baru kami yang didorong oleh data dan
algoritma yang membuat kita melakukan pekerjaan jangka panjang. Kami sekarang dapat
mengembangkan produk kami dan cara kami dalam mendistribusikan berita lebih cepat dari
sebelumnya. Dengan mengkombinasikan wawasan kita tentang kebutuhan pengguna, data kita,
dan penilaian editorial kita kemungkinannya hampir tidak terbatas.

“Tujuan Berita yang lebih baik”


Dari awal kami ingin menggunakan algoritma yang berbeda dengan platform media besar
lainnya. Kami ingin menggunakan teknologi ini tidak hanya untuk mengoptimalkan keterikatan
dan keuntungan tetapi untuk menciptakan tujuan berita yang lebih baik bahkan lebih penting.
Kami juga berfikir ini merupakan strategi terbaik untuk kami dalam jangka waktu yang lama.

“Dukungan penilaian manusia”


Kami menggunakan data dan mesin bukan sebagai pengganti penilaian manusia, tetapi untuk
mendukung penilaian manusia dan waktu luang yang dapat digunakan dalam pertanyaan dan
masalah yang lebih yang tidak dapat diselesaikan oleh mesin.”

Proses bagaimana algoritma bekerja dalam Aftenposten


Pada awalnya, setiap hari kami memikirkan untuk melayani ratusan ribu kepintaran dan
keakuratan pelaporan orang Norwegia yang membantu mereka berpartisipasi dalam demokrasi
kami dan dapat memungkinkan mereka untuk membuat keputusan atas hidup mereka dan
komunitas mereka sendiri.

Frode dan Anna adalah dua tipikal pembaca aftenposten. Pada minggu biasa Frode mengunjungi
kami 2 kali, sedangkan Anna 20 kali. Frode melihat antara 15 headline dan hanya membaca 1
artikel sedangkan Anna membaca 300 headline dan membaca 15 artikel. Ini merupakan sebuah
tantangan yang besar untuk menciptakan sebuah produk yang mampu menutupi kebutuhan Frode
dan Anna.
Selama satu minggu aftenposten mengunggah cerita yang penting dan dapat dinikmati setiap
harinya. Anna yang merupakan seorang pecinta atau pecandu berita sering mengunjungi kami
setiap harinya dengan berbagai alat yang berbeda. Namun, Frode mengunjungi kami pada hari
senin kemudian kembali mengunjungi kami di hari minggu.

Hal ini menjadi sebuah masalah karena Anna yang setiap saat mengunjungi kami akan
mendapatkan dihadapkan dengan berita yang serupa dan akan merasa tidak mendapatkan sesuatu
yang baru, Di satu sisi lainnya yaitu Frode yang tidak setiap saat mengunjungi kami (Senin dan
Minggu) akan tertinggal cerita yang tayang di hari selasa sampai sabtu namun dia akan
mendapatkan hal yang baru saat ia kembali mengunjungi kami. Sayangnya , dia akan
mendapatkan pandangan yang hanya sekilas tentang berita yang kami tawarkan.

Hal ini menjadikan tantangan frekuensi. Bagaimana cara kami menunjukan cerita baru kepada
pembaca yang mengunjungi kami setiap waktu dan bagaimana kami menampilkan konten yang
terbaik dan paling relevan pada pengguna yang jarang mengunjungi kami.

Kelebihan dan Kekurangan Jurnalisme menggunakan Sistem Algoritma


Algoritma dalam pengaplikasian nya di dunia jurnalistik tidak sepenuhnya berdampak baik
kepada media, namun bisa berdampak buruk bagi dunia jurnalistik itu sendiri.
Aftenposten membuat halaman depan yang lebih relevan menggunakan sinyal untuk
pembaca kami dengan tipe konten yang mereka baca dan suka. Dengan menggunakan sistem
algoritma maka pembaca Aftenposten meningkat sebesar 12%, sehingga dapat dikatakan bahwa
sistem algoritma ini bisa membuat sebuah konten menjadi semakin disukai oleh pembaca. Dari
sisi ini algoritma menjadi suatu keuntungan tersendiri bagi media karena dapat menambahkan
tingkat konsumen.
Disisi lain, algoritma juga memiliki kelemahan bahwa algoritma bisa menurunkan
kualitas berita. Pers akan lebih cenderung untuk membuat konten berita yang lebih disukai
publik bukan konten berita yang penting untuk publik. Isu-isu terbaru yang lebih digandrungi
publik akan lebih dikejar oleh pers, sehingga berita tersebut dapat lebih banyak dikunjungi oleh
publik. Akhirnya berita yang dibuat dan ditampilkan akan cenderung dianggap clickbait dan
justru akan menurunkan kualitas dari berita tersebut.

Daftar Pustaka

--. ASMI: Industri Media Tiba-tiba Ikuti Cara Kerja Algoritma yang Seringkali Ganggu Kualitas.
(2021, Februari 8). tribun news umum, pp.
https://www.tribunnews.com/nasional/2021/02/08/amsi-industri-media-tiba-tiba-harus-ikuti-cara-
kerja-algoritma-yangseringkali-ganggu-kualitas?page=3.

Gracia, M. (2019). The Story. New York: Thane & Prose.

Anda mungkin juga menyukai