Anda di halaman 1dari 17

AUDIENS DAN RISET AUDIENS

PAPER PRESENTASI MANAJEMEN MEDIA

Anastasia Kristiana Dewi / 190906880


Alexander Daiva Rizky Putra / 190906957
Candika Putri Rahmawati / 190906981
Brigitta Raras A. H / 190906992
Angelita Zefanya. J. Sadukh / 190906998

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
2021
Audiens dan Riset Audiens
Tak dapat dipungkiri, konten media telah mengalami perkembangan yang pesat dan
berlangsung secara terus menerus. Dapat dilihat pengembangan berkelanjutan dari platform
digital baru yang menjadi sebuah tantangan hebat bagi manajer media elektronik maupun digital.
Seluruh riset di berbagai media membingkai audiens yang sudah terfragmentasi. Perubahan yang
dihasilkan oleh teknologi mengantarkan kita dari era media massa pada era media konsumen,
atau biasa dikenal dengan era di mana konsumen menentukan pilihan dan apa yang akan mereka
konsumsi. Sekarang audiens dapat dengan bebas tanpa dibatasi apapun mengakses informasi dari
berbagai platform digital, dengan menggunakan perangkat yang beragam pun. Hal ini pun dapat
disambungkan dengan teori Ilmu Komunikasi Uses and Gratification. Di mana asumsi dasar
teori ini adalah pengguna media atau biasa dikenal sebagai khalayak itu bersifat aktif.
Keaktifan khalayak ditandai dengan pilihan-pilihan yang mereka buat berdasarkan alasan
yang berbeda beda, yakni keluar dari aktivitas rutin, mencari informasi, mencari hiburan,
membangun hubungan sosial, dan membangun identitas pribadi (Karman, 2013, h. 94). Konten
yang dikonsumsi oleh audiens yang aktif pun didiskusikan melalui sejumlah media yang
berbeda. Penggunaan media seakan-akan menjadikan audiensnya semakin individualis, di mana
konsumen sendiri yang telah mengatur apa yang mereka ingin, mereka sudah tidak lagi dikontrol
oleh distributor. Hal ini menjadi suatu tantangan tersendiri juga bagi para pengiklan, di mana
terdapat kesulitan bagi pengiklan untuk menjangkau audiens yang sudah semakin aktif, terutama
anak-anak muda (Baker dalam Albarran, A., 2017, h.158).
Media elektronik dan digital yang tersedia saat ini semua memiliki tujuan yang sama
dalam pelaksanaannya yaitu untuk menghasilkan khalayak. Namun meski dari berbagai media
yang ada tersebut memiliki tujuan yang sama, tetapi mereka memiliki cara yang berbeda-beda
dalam mencapai tujuan tersebut. Contohnya seperti stasiun radio yang menggunakan musik dan
informasi dalam bentuk audio untuk menargetkan kelompok demografis audiens yang berbeda
dan televisi yang mendekati audiens nya lewat program-program siaran yang mereka tayangkan
dalam bentuk audio visual.
Manajer media dewasa ini harus dapat memikirkan bagaimana mereka dapat menjangkau
audiens dengan menggunakan berbagai media elektronik dan digital. Tak hanya itu, adapun yang
harus dipertimbangkan oleh manajer media adalah platform yang tepat untuk berinvestasi. Riset
audiens perlu dilakukan untuk menghadapi tantangan manajer media di masa kini. Riset audiens
dapat mengidentifikasikan pola penggunaan media baru dan perilaku audiens, serta strategi baru
untuk pengiklan dan tim marketing.
Dengan banyaknya jenis dan pilihan konten yang tersedia pada media untuk dikonsumsi
oleh audiens, penelitian merupakan hal yang penting untuk memahami tren dan pola yang
berkembang. Penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasi audiens yang memiliki potensi,
dari hal inilah seorang manajer perlu pemahaman yang jelas tentang penelitian terhadap audiens.
Riset dan analisis data audiens ini dilakukan untuk dapat menganalisis dan menginterpretasikan
data penelusuran yang berupa informasi demografis, psikografis, dan geografis yang penting
untuk kebutuhan media dalam mencapai tujuannya yaitu menghasilkan khalayak.
Riset dan Analisis Audiens
Proliferasi konten media menyebabkan meningkatnya ketergantungan pada riset sebagai
alat dalam analisis data audiens. Pengetahuan tentang audiens dalam hal penggunaan dan
preferensi konten dibutuhkan oleh struktur yang ada pada media seperti manajer media, pembuat
program, pemasar, dan pengiklan. Selain itu, mereka memanfaatkan pengetahuan mereka tentang
kebutuhan audiens, motivasi, dan karakteristik gaya hidup. Oleh karena itu, riset audiens adalah
kegiatan yang sedang berlangsung di banyak industri. Dalam industri media, stasiun radio dan
televisi perlu mengetahui jenis konten yang berhasil menjangkau khalayak sasaran. Perusahaan
kabel, satelit, dan telekomunikasi perlu memahami audiens mana yang menuntut jenis layanan
tertentu. Dalam memahami audiens, perusahaan dapat melakukan riset dengan kategori berikut
(Albarran, 2017, h. 142):
a. Demographic Research Data
Riset demografi atau demographic research melayani sebagian besar kebutuhan
penelitian dari manajer media. Riset demografi yang paling baik dapat diwakili oleh data
peringkat audiens, dengan ini jumlah audiens atau pendengar dalam berbagai kategori
usia dan jenis kelamin di berbagai periode waktu, atau bagian hari dapat diperkirakan
lewat data-data yang dikumpulkan. Data radio mengukur individu, sedangkan data
televisi dilaporkan dalam hal rumah tangga serta kelompok demografis individu.
Meskipun kategori usia yang dilaporkan dalam data demografis bervariasi,
kategori tersebut secara rutin mencakup segmen berikut: 2-11 (anak-anak), 12-17
(remaja), dan kategori dewasa 18-34, 35-54, 18-49, 25-49, 18+, 35+, 50+, dan 35-64.
Ketika peringkat dilaporkan di surat kabar, radio, dan program televisi, hanya satu
kategori pemirsa (seperti dewasa 18+) yang diberikan. Kategori dewasa juga dipecah
berdasarkan jenis kelamin. Kategori tersebut memungkinkan untuk analisis kelompok
yang berbeda berdasarkan program. Manajer menggunakan kategori demografis lain
untuk melengkapi dan memperluas pengelompokan usia dan gender.
b. Psychographic Research Data
Psikografis menawarkan alternatif informasi demografis dengan berfokus pada
karakteristik konsumen dan gaya hidup seperti hobi dan aktivitas, opini, minat, nilai,
kebutuhan, dan karakteristik kepribadian. Berbasis lebih luas daripada penelitian
demografis, penelitian psikografis lebih menantang untuk ditafsirkan. Salah satu bentuk
penelitian psikografis yang populer adalah VALS, akronim untuk penelitian nilai, sikap,
dan gaya hidup, yang awalnya dikembangkan oleh SRI Associates. Penelitian VALS
didasarkan pada instrumen survei ekstensif yang dirancang untuk mengukur perubahan
gaya hidup dan nilai individu dari waktu ke waktu. VALS mengelompokkan individu ke
dalam salah satu dari delapan kategori berbeda, yang berkisar dari "Inovator", yang
mewakili rumah tangga dengan sumber daya tinggi yang sangat termotivasi, hingga
"Survivors", yang mewakili mereka yang memiliki sumber daya lebih rendah dan inovasi
yang lebih rendah.
c. Geodemographic Research
Penelitian geodemografi menggabungkan data demografi dan psikografis dengan
lokasi atau klaster geografis (menggunakan kode pos dan data sensus) untuk menentukan
selera dan preferensi audiens. Dikembangkan pada tahun 1970-an, penelitian
geodemografi digunakan dalam periklanan dan pemasaran untuk mengarahkan pesan dan
produk pada wilayah geografis tertentu. Perusahaan yang mengkhususkan diri dalam
penelitian media geodemografi termasuk PRIZM Nielsen, yang merupakan alat yang
sangat baik untuk mengatasi segmentasi, dan Tapscan (dikembangkan oleh Arbitron).
d. Geolocation Research
Geolocation data merupakan salah satu bagian dari “big data”. GPS yang ada di
berbagai perangkat atau gadget menghasilkan data yang sangat menarik bagi pemasar
dan pengiklan. Aplikasi-aplikasi yang berkaitan dengan peta pada smartphone dapat
digunakan untuk mengumpulkan data geolokasi. Data ini dapat dimanfaatkan oleh
pemasar untuk melihat ke mana konsumen pergi dan menggunakannya untuk banyak
tujuan penelitian (Stanley, 2012).
e. Big Data
Big Data merupakan sebuah konsep dengan banyak arti, dengan aplikasi
penelitian luas untuk bisnis atau industri apa pun. Big data memiliki banyak definisi,
tetapi biasanya mengacu pada kumpulan data yang terlalu besar atau kompleks untuk
dimanipulasi atau diinterogasi dengan metode standar. Dalam Albarran (2017, h. 144)
Arthur mendefinisikan sumber besar di dalam dan di luar perusahaan Anda yang
mewakili sumber untuk penemuan dan analisis yang berkelanjutan." Bertolucci
(Albarran, 2017, h. 144) mengacu pada model definisi 3-V volume tinggi, kecepatan, dan
variasi.

Sumber Data Riset Audiens


Manager dapat mengakses berbagai riset audiens dari berbagai sumber. Berikut ini
beberapa jasa penelitian yang dapat diakses untuk mengakses riset audiens :
a. Nielsen
Nielsen adalah pemimpin lama dalam penelitian data audiens, melalui website-nya
www.nielsen.com, mereka menawarkan berbagai layanan kepada kliennya. Data TV nasional
Nielsen dikumpulkan dengan Nielsen Peoplemeter, ini adalah perangkat yang memonitor atau
memantau penonton yang menonton menggunakan set-top box dan remote control. Melalui
pengambilan sampel yang ekstensif, Nielsen memilih sampel rumah tangga yang disebut dengan
Nielsen Families. Jumlah rumah tangga atau sampel Nielsen ini dirahasiakan dan berubah setiap
tahunnya.
Kemudian, untuk layanan lokal (Nielsen local services) menggunakan kombinasi dari
peoplemeters dan diaries (metode harian) untuk mengumpulkan data. Pada metode diaries,
setiap rumah tangga atau responden akan mengisi catatan harian menonton televisi dalam
seminggu. Kemudian, catatan itu diberikan ke pihak Nielsen untuk melaporkan informasi rating
kepada kliennya. Nielsen dan Adobe saat ini juga telah bekerja sama untuk mengukur
penggunaan konten digital di online platforms,
Nielsen bersama dengan Adobe Analytics dan Adobe Primetime juga menyediakan
pemaparan secara komprehensif mengenai penggunaan media online. Mereka mengukur
penggunaan di seluruh desktop, smartphone, tablets, game consoles, dan over-the-top boxes,
seperti Apple TV atau Kindle Fire TV. Nielsen juga memiliki rencana untuk mengukur Netflix,
Amazon Prime Video, dan beberapa layanan streaming lainnya. Data tersebut tentunya akan
sangat bermanfaat bagi manajer media untuk memahami perilaku konsumen terhadap layanan
streaming dan dampaknya terhadap televisi tradisional (Albarran, 2017, h. 147). Nielsen adalah
salah satu jasa penyedia riset audiens yang digunakan di Indonesia. Mengutip dari laman CNN
Indonesia, televisi nasional berjaringan di Indonesia menjadi klien dari Nielsen (Junima, P.,
2017, September 23)
b. Rentrak
Rentrak Corporation muncul sebagai kompetitor dalam ruang TV ratings bersama dengan
Nielsen. Rentrak menggunakan data yang berasal dari set-top-boxes untuk menentukan rating
TV. Sehari-hari, Rentrak sangat bersaing dengan Nielsen dalam memberikan data. Rentrak
berkantor pusat di Portland, Oregon, dan Amerika Serikat (Albarran, 2017, h. 147).
c. comScore
comScore adalah perusahaan global yang didirikan pada tahun 1999, perusahaan ini
menyediakan pengukuran aktivitas digital. comScore memiliki tiga produk utama, yakni
Audience Analytics, Advertising Analytics, dan Enterprise Analytics. Sebagai pemain baru,
comScore mampu menetapkan dirinya sebagai sumber data penting dalam lingkungan
multiplatform (Albarran, 2017, h. 147). Melansir dari laman Kompas, bahwa Badan Ekonomi
Kreatif Indonesia (Bekraf) memilih comScore sebagai penyedia data standar untuk pengukuran
audiens online di Indonesia bersama lima asosiasi lainnya untuk tergabung dalam Indonesian
Digital Measurement Consortium. Kelima asosiasi tersebut, di antaranya Association of Asia
Pacific Advertising Media (APPAM), Asosiasi Perusahaan Pengiklan Indonesia (APPINA),
Indonesian Digital Association (IDA), Indonesian e-Commerce Association (idEA), dan
Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I) (Yusuf, O., 2016, Agustus 29)
d. Edison Research
Berkantor pusat di Somerville, New Jersey, Edison Research menawarkan berbagai
penelitian yang berkaitan dengan media. Selain, memiliki spesialisasi dalam polling pemilu AS,
perusahaan ini juga terlibat dalam riset media, survei konsumen, dan riset out-of-home. Edison
research juga menyediakan data survei untuk radio, media sosial, dan podcasting.
e. National Research Services for Radio
Dalam industri radio, terdapat jasa mengukur rating audiens yang dikenal dengan
Arbitron. Kemudian, layanan ini diakuisisi oleh Nielsen pada tahun 2013 dan mengganti nama
menjadi Nielsen Audio.Perusahaan menggunakan metode diaries (harian) untuk mengumpulkan
data dari sampel audiens.
f. Industry and Trade Associations
Industri dan Asosiasi Perdagangan juga kerap memberikan informasi dan riset mengenai
audiens. Seperti, Radio Advertising Bureau Associations (RAB), Cable Advertising Bureau
(CAB), Television Advertising Bureau (TVB), dan Interactive Advertising Bureau (IAB).
g. Consulting Firms
Perusahaan dan individu kecil juga kerap menyediakan penelitian dan konsultasi
independen di bidang media elektronik dan media sosial.
h. Internal Research Department
Departemen riset lokal atau internal hadir di dalam industri media. Departemen riset ini,
biasanya ditempatkan bersama sales department untuk menghasilkan data. Departemen riset
internal juga kerap menggunakan data dari Nielsen dan data riset lainnya yang digunakan
perusahaan tersebut. Hadirnya departemen riset internal dalam industri media tentunya sangat
penting dalam melihat audiens media dan juga perilaku konsumen.

Menggunakan Data Audiens


Melalui riset tentunya akan membantu manajer dalam mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan utama konten dan pesaing mereka. Manajer harus memahami terminologi rating dan
kemampuan dalam menginterpretasikan data. Dua istilah yang paling umum digunakan dalam
penelitian audiens untuk media elektronik adalah rating dan share. Rating adalah perkiraan
jumlah orang yang menonton suatu program tertentu. Mengutip dari CNN Indonesia, rating
merupakan jumlah orang yang menonton televisi per menit dan dipresentasikan (Junima, P.,
2017, September 23). Formula umum dalam menentukan rating adalah:

atau yang dinyatakan dengan cara lain yakni,


Secara sederhana, perhitungan rating adalah jumlah penonton atau audiens dibagi dengan
total populasi penonton atau pendengar. Jika sebuah program televisi memiliki rating 10, ini
berarti 10 persen dari total penduduk diperkirakan menonton program tersebut. Sementara, share
digunakan untuk membandingkan dan melihat performa suatu siaran dengan stasiun kompetitor
di jam yang sama. Share lebih berfokus kepada jumlah penonton pada program A dibandingkan
dengan program B, C, D di jam tayang yang sama. Perhitungan share ini dilakukan dengan
jumlah penonton suatu program dibagi dengan jumlah orang yang saat itu sedang menonton
televisi.
Selain rating dan share, ada beberapa istilah lain yang dapat digunakan dalam memahami
data audiens (Albarran, 2017, h. 152-153) , diantaranya:
1. Average quarter-hour (AQH) persons
Memperkirakan jumlah orang yang mendengarkan siaran radio yang setidaknya 5 menit
dalam 15 menit. Misalnya AQH sebuah stasiun radio ada pada angka 15.000 dari jam 7.00
hingga jam 11.00 maka artinya audiens dalam sebuah stasiun radio rata-rata sebanyak 15.000
selama seperempat jam dalam jangka waktu tersebut.
2. Average quarter-hour rating
Audiens yang termasuk dalam AQH dinyatakan sebagai persentase dari total populasi. Rating
diperoleh dari perbandingan AQH persons dengan jumlah calon pendengar di pasar.
Misalnya nilai AQH persons-nya pada 15.000 dan jumlah calon pendengar di pasar ada
300.000 maka rating AQH akan menjadi 15.000/300.000=5%. Perkiraan ini digunakan untuk
mengukur MSA dan DMA (The Nielsen Company, 2013).
3. Average quarter-hour share
Audiens yang termasuk dalam AQH dinyatakan sebagai persentase dari total audiens yang
benar-benar mendengarkan. Misalnya jika ada 150.000 orang yang mendengarkan semua
stasiun radio pada rentang waktu pukul 7.00 hingga 11.00 maka AQH share-nya menjadi
15.000/150.000=10%.
4. Cume persons
Biasanya dikenal sebagai perkiraan jumlah individu yang dapat dijangkau oleh stasiun radio,
atau direpresentasikan sebagai audiens kumulatif stasiun radio. Cume Persons merupakan
perhitungan terkait jumlah pendengar yang setidaknya mendengarkan stasiun radio selama 5
menit berturut-turut, kapanpun waktunya dan dalam minggu tertentu.
5. Cume rating
Cume rating diartikan sebagai estimasi pencapaian stasiun, atau dengan kata lain, cume
persons diekspresikan sebagai persentase dari total populasi dalam seminggu. Seperti
misalnya, jika ada 60.000 cume persons dari jumlah populasi 300.000 orang, maka cume
ratingnya akan menjadi 60.000/300.000, yang hasilnya adalah 20% atau 20.
6. Time spent listening (TSL)
TSL merupakan estimasi jumlah waktu rata-rata orang mendengarkan radio.
7. Turnover
Istilah turnover merupakan berapa banyak khalayak benar-benar mengganti (saluran) dalam
periode waktu tertentu.

Market Terminology
Terminologi pasar adalah istilah lain yang dikenal untuk mewakili pasar fisik dalam
industri radio dan televisi yang digunakan untuk mendefinisikan pasar media secara geografis.
Istilah-istilah yang ada di dalam terminologi pasar adalah sebagai berikut:
1. Designated Market Area (DMA)
DMA atau diartikan sebagai area pasar yang ditunjuk, disebut juga sebagai pasar media di
wilayah Amerika Serikat yang digunakan untuk menentukan pasar televisi dan radio (Ground
Truth, 2021). Wilayah DMA adalah sekelompok kabupaten yang membentuk wilayah
geografis eksklusif dimana pasar stasiun televisi lokal mendominasi total jam tayang. DMA
ditentukan oleh Nielsen Company dan memiliki dampak pada biaya iklan di area tertentu.
Semakin tinggi jumlah audiens di DMA tertentu maka biaya iklan akan semakin tinggi. Maka
penting untuk mempertimbangkan potensi peluang dan biaya dengan pemahaman DMA yang
ditargetkan (Albarran, 2017, p. 154).
2. Metro
Mendefinisikan metro sedikit lebih rumit daripada hanya sekedar mengartikannya sebagai
daerah di kota besar, dalam memahaminya kita harus melihat bagaimana pasar media
didirikan untuk televisi dan radio. Metro sendiri merupakan istilah untuk wilayah geografis
yang terdiri dari kombinasi dua atau lebih divisi metropolitan atau dapat dikatakan Metro
adalah wilayah sentral (Albarran, 2017, p.155). Kawasan Metro tidak dapat menjadi
perwakilan pasar TV yang dilayani oleh sekelompok stasiun TV. Misalnya saja kita
menyebut Jakarta sebagai wilayah metro karena posisinya sebagai ibukota Indonesia,
sedangkan di sekitar Jakarta sendiri terdapat wilayah-wilayah seperti Bodetabek (Bogor,
Depok, Tangerang, Bekasi). Siaran pemberitaan media lokal dan pusat akan selalu lebih
terpusat memberitakan siaran tentang wilayah metro, meskipun dalam siaran lokal mereka
juga memberitakan terkait pemberitaan lokal.

A Word Regarding Samples


Sampel digunakan untuk memperoleh informasi rating dalam perusahaan media. Sering
kali dalam penelitian media digunakan beberapa prosedur random sampling, dimana setiap
anggota populasi yang diteliti memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih dan diwakili dalam
penelitian. Data yang diperoleh dalam random sampling dapat digunakan perusahaan untuk
memperkirakan preferensi menonton atau mendengarkan dari khalayak yang lebih luas. Selain
random sampling, penggunaan sampel non-probabilitas juga sewaktu-waktu digunakan dalam
penelitian kualitatif seperti dalam FGD, pengujian auditorium, dan sebagainya dalam rangka
membatasi generalisasi data ke populasi yang lebih besar.
Di dalam perusahaan media yang melakukan sampling demi mendapatkan privilege
terkait perkiraan audiens yang menonton dan mendengarkan selalu ada toleransi kesalahan yang
terjadi atau yang dinamakan dengan sampling error. Toleransi kesalahan standar perkiraan ini
dinyatakan dalam persentase yang dipengaruhi oleh ukuran sampel dan penafsiran dalam interval
tertentu yang biasanya ditetapkan pada angka 95%. Angka 95 dapat diartikan 95 dari 100 kali
ada keyakinan bahwa hasilnya berada dalam kisaran tertentu. Contohnya ketika sebuah program
TV memiliki rating 9, dengan standard error pada 1,5 yang berarti peringkat sebenarnya dalam
total populasi ada pada kisaran 7,5 dan 10,5. Ketika penggunaan ukuran sampling yang besar dan
interval kepercayaan yang tinggi maka standard error-nya akan lebih rendah.

Akurasi Rating Media


Adalah suatu hal yang penting untuk memperhatikan terkait ketepatan dari data audiens
yang mereka ikuti, sebagaimana penelitian apapun itu yang dilakukan oleh periset firma
profesional atau konsultan. Setiap vendor riset media yang sah itu mendapatkan akreditasi dari
Dewan Pemeringkat Media (Media Rating Council). Menurut Albarran, A. (2017, h. 155).
Dewan Pemeringkat Media merupakan sebuah organisasi riset profesional yang diambil dari
beberapa bidang terkait media. Ketika seorang manajer media ingin menggunakan jasa riset
profesional baik itu berasal dari sebuah firma maupun individual, hal yang perlu diperhatikan
adalah pengecekan terhadap referensi dan klien sebelumnya dari firma maupun konsultan
individual tersebut.
Di lain sisi, tak bisa dipungkiri bahwasannya untuk melakukan riset membutuhkan biaya
yang sangat banyak. Misalnya Nielsen, pemimpin global dari segala riset audiens dan rating,
pelayanannya bisa menghabiskan jutaan dolar untuk klien di pasar utama mereka. Dengan
demikian, hal yang terpenting untuk menjadi pegangan dari manajer media adalah
mempertimbangkan mengenai return of investment yang didapatkan dalam menjalankan suatu
riset. Apakah dengan melakukan riset terkait rating dan data audiens, dapat membuahkan hasil
yang setimpal dengan biaya yang telah dikeluarkan atau tidak? Namun bukan berarti riset tidak
penting untuk dilakukan, melainkan sebaliknya. Dalam lingkungan media yang secara cepat
berubah, riset yang baik menjadi sangat penting untuk mempertahankan posisi kompetitif dalam
market.

Analisis media sosial


Dalam analisis media sosial, dapat dikatakan memiliki cara yang unik dan cukup canggih
dalam mengukur audiens. Media sosial sendiri memiliki sejumlah besar alat analitik di
dalamnya. Alat analitik yang terdapat di dalam media sosial dalam mengukur audiens bahkan
platformnya cukup spesifik. Seperti misalnya Facebook menyediakan ringkasan dari kunjungan
terhadap halaman; informasi jumlah pengunjung baru, berapa banyak orang yang menyukai
halaman yang kita buat, dan jumlah postingan dinding atau komen, yang kemudian dapat
dibandingkan dengan insight minggu sebelumnya. Di aplikasi YouTube pun dapat secara
konsisten memberikan update terkait jumlah pengunjung yang menonton video yang diunggah.
Kemudian, sudah cukup banyak blog yang menawarkan software maupun layanan web yang
dapat dipasang untuk menganalisa traffic pengunjung. Salah satunya yang dikenal adalah Google
Analytics. Google Analytics merupakan layanan analitik web gratis yang disediakan oleh
Google, di mana layanan ini digunakan untuk mengubah wawasan mengenai audiens menjadi
keuntungan yang nyata (Information Resources Management Association, 2018, h.639).
Terdapat beberapa fitur yang ada di Google Analytics yaitu, terdapat alat untuk
memvisualisasikan data seperti dasbor dan kartu skor untuk melihat perubahan data dari waktu
ke waktu. Dengan menggunakan Google Analytics, pengguna yang melakukan riset terhadap
halaman web mereka akan mendapatkan laporan khusus terkait data yang berbasis pada analisis
segmentasi audiens berdasarkan demografis, geografis, interest, perangkat, dan sebagainya.
Menurut Albarran, A. (2017, h. 156), manajer tertarik pada jenis-jenis data seperti berikut
ketika mengevaluasi terkait upaya media sosial:
a). Pengguna atau pengikut baru
b). Waktu yang dihabiskan oleh pengguna dalam platform media sosial. Hal tersebut dapat
menghasilkan informasi terkait berapa lama orang mengakses suatu platform media sosial,
dan berkaitan dengan konten yang diunggah di media sosial (konten seperti apa yang terakhir
kali diakses/ atau pengguna menghabiskan banyak waktu menikmatinya)
c). Konten yang ditinjau di platform dapat juga menentukan, audiens menyukai konten
seperti apa, apa yang kurang disukai, atau bahkan yang tidak dianggap menarik.
d). Traffic sources dapat memberi tahu manajer media terkait bagaimana pengguna dapat
menemukan situs kita
e). Lokasi dari pengguna pun dapat memberitahu manajer terkait berapa banyak pengunjung
traffic yang berasal dari daerah lokal, regional, nasional, dan bahkan ranah global.

Studi Kasus
1. Program The Newsroom - NET TV
Pada tanggal 19 Mei 2018, NET TV meluncurkan program terbarunya yang bertajuk The
Newsroom. Program tersebut hadir dengan format dokumenter yang menceritakan
kejadian-kejadian dibalik layar jurnalis NET TV dalam melaporkan suatu peristiwa. Berdasarkan
pernyataan dari Production Assistant The Newsroom (dalam Indrajati & Ruliana, 2020, h. 72)
bahwa program The Newsroom dibuat karena maraknya citizen journalism, yang sesuai dengan
minat masyarakat Indonesia dalam membagikan informasi atau menjadi jurnalis. Dengan
demikian The Newsroom hadir untuk memenuhi minat dan kebutuhan masyarakat terkait suatu
profesi yang diminati oleh banyak orang. Dalam perencanaan menyusun program The
Newsroom, tim NET TV telah melakukan riset awal terkait audiens dan promosi program.
Adapun target audiens yang ditentukan oleh NET TV adalah masyarakat dengan kelompok usia
17 sampai dengan 29 tahun. Waktu tayang dari program ini juga ditentukan dengan melihat
prime time target audiens mereka. Pada akhirnya, mereka menetapkan waktu tayang The
Newsroom adalah setiap hari sabtu pukul 11.00 WIB. Promosi program The Newsroom pun
dilakukan melalui berbagai kanal, salah satunya media sosial. Tim produksi NET TV juga
menjelaskan bahwa mereka memfokuskan promosi program pada media sosial karena mereka
yakin pada tahun yang akan datang akan terdapat lebih banyak orang yang melihat media sosial.
Oleh karena itu, promosi program ini harus disesuaikan dengan perubahan tersebut agar dapat
mencapai target audiens yang diinginkan (Indrajati & Ruliana, 2020, h. 73). Setelah menyusun
perencanaan program pra produksi, program The Newsroom pun diproduksi dan ditayangkan.
Namun, prosesnya tidak berhenti disana, pada saat penayangan, program The Newsroom
akan melalui tahap pengawasan dan evaluasi program. Pada tahap ini, tim produksi akan
memberikan survei indeks kualitas penayangan pada KPI, memantau ketertarikan masyarakat
melalui laporan riset rating, dan NET TV juga memanfaatkan media sosialnya untuk melihat
tanggapan dari penonton terkait program The Newsroom (Indrajati & Ruliana, 2020, h. 74).
Namun demikian, berdasarkan data yang diberikan oleh Nielsen setelah satu tahun program The
Newsroom ditayangkan, program tersebut mengalami peningkatan serta penurunan rating.
Selain itu, audiens yang menyaksikan program tersebut juga sedikit melenceng dari target
audiens yang telah ditetapkan di awal. Dalam data yang diberikan Nielsen, rating tertinggi yang
didapatkan oleh The Newsroom adalah 0,5. Sedangkan rata-rata rating program tersebut adalah
0,4. Angka tersebut termasuk ke dalam kategori rating yang rendah. Kemudian terkait
karakteristik audiens yang menonton, sebagian besar adalah kelompok masyarakat dengan usia
40 sampai dengan 49 tahun. Di mana kelompok tersebut tidak sesuai dengan target audiens
program ini, yaitu 17 sampai dengan 29 tahun (Indrajati & Ruliana, 2020, h. 76).
Berdasarkan kasus di atas, kelompok melihat bahwa dalam menentukan target audiens
suatu perusahaan tidak bisa hanya melihat dari segi demografi (dalam kasus ini usia), tetapi juga
perlu melihat kebiasaan yang dimiliki oleh target audiens tersebut. Misalnya, dalam hal ini
kelompok masyarakat dengan usia 17 sampai dengan 29 tahun. Dikutip dari Kompas.com (2021,
September 15), kelompok usia 17 sampai dengan 29 tahun memiliki kecenderungan sebesar 46%
untuk menonton tayangan televisi atau film melalui handphone atau layanan video streaming.
Dalam upayanya menjangkau pasar NET TV menyalurkan programnya melalui Youtube dengan
menampilkan potongan adegan yang kemudian jika penonton ingin melihat kelanjutannya dapat
diakses melalui Zulu.id.
2. Tinjauan Komprehensif terkait audience share
Studi kasus kedua di ambil dari artikel yang diterbitkan oleh Forbes berjudul “Nielsen:
Streaming Video Audience Share Is Higher Than Broadcast TV” yang diterbitkan pada 17 Juni
2021. Artikel tersebut berisi tentang tinjauan komprehensif terkait lanskap video yang dirilis oleh
Nielsen untuk pertama kalinya. Pada tinjauan tersebut Nielsen membandingkan total audience
share TV kabel, TV siaran, dan video streaming. Visualisasi data (The Gauge) memungkinkan
Streaming Meter mereka memperluas pengukurannya dari 800 rumah tangga menjadi 14.000
rumah tangga. People Meter Nielsen dengan 96.000 sampel dari di seluruh negeri, mengukur
siaran dan televisi jaringan kabel. Data awal yang meliputi bulan Mei 2021 memperlihatkan
video streaming (mencakup SVOD dan AVOD) menyumbang 26% audience share. Angka
tersebut memiliki selisih 1% dengan audience share siaran televisi biasa yang menyumbang 25%
audience share. Audience share tertinggi disumbang oleh TV kabel (mencakup televisi yang
didukung dengan iklan dan langganan premium) sebesar 39%. Sedangkan, 9% sisanya
dikategorikan sebagai “lainnya” yang mencakup penggunaan video game. Persentase tersebut
merupakan persentase audiens yang mengakses layanan video streaming, siaran biasa, dan
televisi kabel melalui televisi.
Nielsen meyakini bahwa apabila audience share layanan video streaming dapat lebih
besar lagi jika akses streaming melalui layar (handphone, tablet, dan sebagainya) disertakan
dalam perhitungan. Laporan tersebut didasarkan pada total penayangan (2+ orang) dan hari
siaran (pukul 6 pagi sampai dengan 6 pagi) dalam satu bulan. Nielsen berencana untuk merilis
laporan ini setiap bulan dan dimungkinkan untuk mengelompokkan audiens secara demografis,
market breaks (geografis, kelas sosial, dan sebagainya), dan waktu. Laporan berkelanjutan ini
diharapkan dapat berguna untuk melihat tren yang dapat digunakan untuk melihat perubahan
menonton audiens berdasarkan demografi.
Laporan tersebut juga dapat berguna untuk mengukur popularitas program musiman,
siklus berita yang meningkat, dan film yang dirilis secara teatrikal yang tersedia secara online.
Saat ini, audience share layanan video streaming tertinggi dipegang oleh Netflix dan Youtube
sebesar 6%. audience share layanan video streaming lainnya juga meningkat. Adapun alasan
Nielsen ingin merilis laporan terkait lanskap video antara TV kabel, TV siaran, dan video
streaming adalah Nielsen menyadari bahwa lanskap televisi yang terus berubah seiring
berkembangnya zaman, sehingga dibutuhkan strategi yang baik untuk beradaptasi dan
berdinamika di dalamnya. Selain itu, perubahan lanskap televisi yang terus berlangsung juga
menciptakan audiens yang semakin terfragmentasi (Adgate, 2021, Juni 17).
Berdasarkan materi di atas tentang Nielsen, data yang dikeluarkan akan sangat membantu
perusahaan media dalam memahami konsumennya. Tidak hanya itu, adanya data audiens dari
video streaming akan meningkatkan kompetisi di antara perusahaan media. Hal ini dikarenakan
data tersebut akan sangat membantu dalam proses menentukan audiens dan memposisikan
program di benak audiens. Hal ini juga akan memengaruhi pengiklan dalam memilih media yang
tepat untuk memasang iklan, dengan harapan dapat menghasilkan return of investment
setidaknya wajar.
DAFTAR PUSTAKA
Albarran, A. B. (2017). Management of Electronic and Digital Media. Sixth Edition. USA:
Cengage Learning.
Adgate, Brad. (2021, Juni 17). Nielsen: Streaming Video Audience Share Is Higher Than
Broadcast TV. Forbes.com. Diakses dari
https://www.forbes.com/sites/bradadgate/2021/06/17/nielsen-streaming-video-audience-s
hare-is-higher-than-broadcast-tv/?sh=1a29c1782c0e.
Ground Truth. (2021). Designated Market Area. Diakses pada 12 Oktober 2021 dari
https://www.groundtruth.com/glossary_term/what-are-designated-market-areas/.
Indrajati, S. F. & Poppy Ruliana. (2020). Strategi Program Acara The Newsroom NET TV dalam
Meningkatkan Rating Program. Medium, 7(2), 66-77. Diakses dari
https://journal.uir.ac.id/index.php/Medium/article/view/4841.
Information Resources Management Association. (Ed.). (2018). Digital Marketing and
Consumer Engagement Concepts, Methodologies, Tools, and Applications [eBook
edition]. IGI Global.
https://www.google.co.id/books/edition/Digital_Marketing_and_Consumer_Engagemen/
MTdCDwAAQBAJ?hl=en&gbpv=0.
Juniman, P. (2017, September 23). Mengulik Nielsen, Perusahaan Penghitung Rating Televisi.
CNNIndonesia. Diakses pada 12 Oktober 2021 dari
https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20170922131852-220-243328/mengulik-nielsen-
perusahaan-penghitung-rating-televisi.
Kompas.com. (2021, September 15). Lahir di Era Digital, Ini Perbedaan Kebiasaan Gen Z dan
Milenial Saat Terkoneksi Secara Digital. Kompas.com. Diakses pada 13 Oktober 2021
dari
https://lifestyle.kompas.com/read/2021/09/15/171300220/lahir-di-era-digital-ini-perbedaa
n-kebiasaan-gen-z-dan-milenial-saat.
Karman. (2013). Riset Penggunaan Media dan Perkembangannya Kini. Jurnal Studi Komunikasi
dan Media, 17(1), 93-111. Diakses pada 12 Oktober 2021 dari
http://dx.doi.org/10.31445/jskm.2013.170106.
The Nielsen Company. (2013). Terminology and Definitions for The Nielsen Radio Diary
Service. Arbitron.com. Diakses pada 13 Oktober 2021 dari
https://www.arbitron.com/downloads/terms_brochure.pdf.
Yusuf, O. (2016, Agustus 26). ComScore Resmi Jadi Pengukur Pengunjung Situs di Indonesia.
Kompas.com. Diakses pada 13 Oktober 2021 dari
https://tekno.kompas.com/read/2016/08/29/17443517/comscore.resmi.jadi.pengukur.peng
unjung.situs.di.indonesia.

Anda mungkin juga menyukai