Anda di halaman 1dari 12

PERAN DASAR TEKNOLOGI DALAM

P E N Y E B A R A N B E R I TA PA L S U
T H O MA S D A L E - K E N N E S AW S TAT E U N I V E R S I T Y , U S A

Muhammad Wildan Hilmansyah


Muhammad Nur Rohman
Salwa Alifa
PENDAHULUAN

• Chapter ini memberikan analisis mendalam tentang bagaimana teknologi baru


memungkinkan pembuat berita palsu untuk menemukan tingkat keberhasilan
yang tidak terduga dengan menciptakan media baru untuk penerbitan
memanfaatkan bias dan kelemahan lain dari pembaca dan pengguna, dan
melemahkan kemampuan kita untuk membedakan antara apa yang nyata,
disajikan dengan itikad baik dan apa yang dibuat dengan maksud untuk
menipu dan memanipulasi.

• Allcott dan Gentzkow (2017) berita palsu merupakan artikel berita yang
sengaja dan dapat dibuktikan salah dan dapat menyesatkan pembaca yang
mencakup semua bentuk konten baik tertulis, audio, video, dan gambar.
RAKSASA INDUSTRI TEKNOLOGI

Facebook dan Google merupakan 2 pemain penting dalam penyebaran dan


perlawanan berita palsu. Langkah yang dilakukan 2 raksasa indutri teknologi
ini adalah:
GOOGLE FACEBOOK

Pemberian bendera merah atas konten yang


Meluncurkan program Google News Initiative
dilaporkan pengguna. Namun diganti karena
guna mendukung Jurnalisme.
sering digunakan untuk sebaliknya.

Penyesuaian algoritma pada mesin pencarian Memberikan konten tambahan "Artikel


untuk menurunkan konten yang dianggap Terkait" untuk memberikan konteks lebih
menyesatkan. lanjut.
Fitur fast check bekerjasama dengan pihak
ketiga untuk menindaklanjuti laporan
pengguna.
Upaya tersebut dilihat belum cukup karena pendorong utama penyebaran
berita palsu adalah pembaca itu sendiri, yang diberdayakan oleh algoritma
teknologi. Mereka dapat diklasifikasi menjadi :

 Pengguna mencari konten yang melengkapi pemikiran dan/atau argumen


yang ada.
Pengguna membagikan konten di berbagai platform.
Algoritme platform mempelajari kecenderungan pengguna dalam
mengklik dan/atau membagikan jenis konten tertentu.
Algoritme menginformasikan platform untuk mulai menampilkan lebih
banyak jenis konten tersebut.
D E M O K R AT I S A S I P E M B U ATA N K O N T E N

• Saat ini ada lebih banyak peluang untuk membuat dan mempublikasikan secara
lebih luas daripada sebelumnya dan alat pembuatan konten online telah menjadi
segmen industri teknologi yang menguntungkan dan menarik. Namun, efek
penerbitan konten yang didemokratisasi telah secara signifikan memfasilitasi
penyebaran berita palsu.

• Program periklanan online seperti google adsense, endorse dll telah menciptakan
model bisnis baru yang signifikan, tetapi mereka juga mendorong banyaknya
berita palsu. Media konvensional juga tergiur dengan iklan online ini sehingga
berita semakin sensasional agar menarik secara emosional untuk diklik, dibaca,
dan disebarkan (Trussler & Soroka, 2014).
SULIT BEDAKAN KONTEN BERITA

• Fitur-fitur yang tersedia dalam platfor kini kian canggih sehingga membingungkan untuk
membedakan antara konten amatir dan konten yang diproduksi secara profesional.

• Platform media sosial juga dipilih sebagai sumber informasi dan berita politik, karena
memfasilitasi interaksi: berkomentar dan berbagi dengan pengguna lain (Zúñiga, Jung, &
Valenzuela, 2012).

• Namun, platform seperti Facebook atau Twitter tidak memiliki fungsi gatekeeping yang sama
seperti media konvensional (Hindman & Thomas, 2014).

• Produser berita palsu menggunakan taktik menyamarkan konten non-berita dalam format yang
dikenali pembaca secara visual sebagai berita yang dipublikasikan secara, sehingga cukup sulit
untuk gugatan pencemaran nama baik. Hal ini berbeda denga media konvensional yang sudah
jelas nama dan alamat perusahaan.
ALGORITMA DALAM GATEKEEPING DAN DISTRIBUSI

• Konsep algoritma berlandaskan ilmu matematika yang memungkinkan


platform menyajikan tema konten sesuai kebiasaan para pengguna ketika
menggunakan akun mereka. Algoritma Youtube/Google memungkinkan
konten-konten sejenis atau yang gagasannya homogen untuk terus
didistrbusikan kepada pengguna. Algoritma teknologi digital disebut sebagai
personalisasi
KASUS HOAX RATNA SARUMPAET

Penganiayaan Ratna Sarumpaet sempat heboh


tahun 2018.

Sejumlah tokoh politik ikut membenarkan tanpa


melakukan verifikasi kebenaran berita.

Kepolisian menemukan fakta lain dan akhirnya


Ratna mengakui tidak dianiaya melainkan operasi
plastik.
KASUS HOAX RATNA SARUMPAET

Kasus hoax Ratna mendapat perhatian seluruh media,


termasuk Kompas.com. Mutia (2020) menyampaikan jika
Kompas.com terus meng-update berita Ratna tanpa
melihat atau mengidentifikasi terlebih dahulu keakuratan
dan kebenaran berita untuk mengikuti keinginan pasar
yang bertepatan dengan masa kampanye Pilpres 2019.

Pemberitaan Ratna di Kompas.com menjadi berita


terpopuler dan masuk ke dalam kanal JEO (kanal grafis
khusus perjalanan kasus) serta melebihi target 22,7 juta
lebih pembaca di kanal megapolitan.
KASUS HOAX RATNA SARUMPAET

Tuntutan bisnis media melalui media sosial


mengharuskan para jurnalis membuat berita
dengan judul yang bombastis dan menarik
untuk dibaca.

Hal ini dapat dilihat sebagai komodifikasi


konten. Setiap media menyajikan konten yang
menarik, heboh, dan mengundang unsur
dramatis.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai