Anda di halaman 1dari 3

Kania Sukmawati - 193516416661

BIG DATA ANALYTICS


SEJARAH

Big data mempunyai perkembangan sejarah yang cukup panjang, namun istilah ini baru dikenal
secara massif pada tahun 2005 ketika perkenalkan oleh O”Reilly Media. Pada perkembangannya
data sudah digunakan untuk melacak dan mengendalikan bisnis sejak 7000 tahun yang lalu. Data
tersebut dikenalkan di Mesopotamia untuk mencatat pertumbuhan tanaman dan ternak. Di tahun
1663 John Graunt mencatat dan memeriksa penyebab-penyebab kematian di kota London untuk
mendapatkan insight dan membangun system peringatan wabah PES yang pada saat itu sering
terjadi. Catatan Graunt disimpan dalam sebuah buku yang berjudul Natural and Political
Observation Made on the Bills of Mortality yang memberikan informasi penting mengenai
penyebab kematian pada abad ke – 17.

Dengan hadirnya buku tersebut Graunt dijuluki sebagai bapak statistika, namun demikian
penggunaan data belum signifikan sehingga pada tahun 1887 Herman Hollerith menemukan
mesin komputasi yang dapat membaca lubang-lubang dalam paper cards untuk mengatur data
sensus. Semenjak saat itu perkembangan dat terus meningkat hingga akhir abad ke – 21 dimana
internet mulai massif digunakan dan produksi data meningkat secara signifikan.

CONTOH

Contoh big data analystic dalam industry hiburan, di era masa kini smartphone sudah menjadi
kebutuhan sekunder bagi setiap orang. Selain untuk kebutuhan komunikasi, smartphone juga
dilengkapi dengan tools untuk menyediakan berbagai aplikasi hiburan yang bisa dinikmati oleh
penggunanya. Salah satu aplikasi smartphone yang menggunakan big data analytics adalah
aplikasi Spotify, dimana aplikasi ini dapat mengumpulkan data user untuk bisa
merekomendasikan lagu yang tepat bagi penggunanya. Sehingga penggunanya bisa dengan
mudah memilih lagu sesuai kesukaannya masing-masing.

PENGARUH
Keberadaan Big data analytics ini berperan sangat penting karena dapat membantu perusahaan
dalam mengindentifikasi peluang baru, sehingga mampu meningkatkan profit semaksimal
mungkin. Tentu selain keuntungan profit, ada beberapa manfaat lain dari adanya big data
analytics, yaitu :
 Pengambilan keputusan lebih cepat, melalui Hadoop, analytic memory dan analisis
sumber data baru dapat membantu sebuah bisnis untuk membuat keputusa lebih cepat
lewat informasi dan data yang telah dianalisis.
 Meningkatkan retensi dan akuisisi pelanggan, dengan penggunaan data memungkinkan
bisnis untuk mengamati berbagai pola dan tren pelanggan. Sehingga bisnis bisa
mengenali pelanggan dan tahu bagaimana membuat pelanggan loyal
 Memahami kondisi pasar, dengan melakukan analisis data akan lebih mudah bagi bisnis
mengetahui kondisi pasar saat ini.
CASE STUDY
Netflix, merupakan perusahaan dengan penyedia layanan streaming film dengan pertumbuhan
yang cukup pesat. Pada tahun 2011 netflix mempunyai jumlah pengguna sebanyak 24 juta orang.
Namun dalam satu decade jumlah pengguna Netflix melonjak hingga 213 juta orang. Apa yang
mampu menarik banyak orang untuk menjadi pengguna Netflix, adalah karena layanan yang
mampu diberikan oleh Netflix kepada penggunanya secara akurat dan maksimal. Bagaiman
Netflix mampu menyediakan layanan yang akurat dan maksimal untuk para penggunanya,
jawabannya adalah penggunaaan big data analytic yang tepat.
Ada dua jenis system rekomendasi yang umum digunakan dibanyak perusahaan, yaitu :
1. Content-based system – Sistem rekomendasi yang dibuat berdasarkan film yang ditonton
oleh pengguna.
2. Collaborative-filtering system – Sistem rekomendasi berdasarkan profil user yang mirip.
Jadi, jika profil A dan profil B mirip, maka profil A akan mendapat rekomendasi film
yang sama dengan profil B.
Namun disini Netflix tidak menggunakan salah satu dari 2 jenis system diatas, melainkan
menggunakan system rekomendasi hybrid yaitu system rekomendasi yang menggabungkan
antara system content-based dan collaborative-filtering. Sehingga system tersebut mampu
memberikan rekomendasi yang lebih akuran dibandingkan kedua system pendahulunya.
Walaupun system big data analytic yang digunakan oleh Netflix sudah sangat mumpuni , namun
Netflix tetap mengembangkan pengolahan big data tersebut dengan menambahkan variable yang
dipertimbangkan di dalam algoritmanya, antara lain :
 Film atau acara yang pernah kamu tonton
 Kapan kamu menonton filmnya
 Lokasi kamu menonton
 Perangkat yang digunakan untuk menonton
 Seberapa lama kamu menonton filmnya
 Seberapa sering kamu menghentikan (pause) filmnya
 Film apa saja yang kamu tonton sampai selesai
 Apa saja adegan yang sering kamu ulang
 Kata kunci yang sering kamu ketik saat mencari tontonan
Dari pengolahan big data analytic tersebut maka banyak sekali manfaat yang didapat oleh
Netflix, diantarnya mampu dengan mudah menganilisis pengguna Netflix dengan tepat sesuia
dengan kriteria masing-masing, sehingga dari analisis yang tepat Netflix mampu meningkatkan
jumlah pengguna untuk tetap menjadi pengguna. Berdasarkan data Netflix, pencapaian ini
mampu diraih karena 80% penggunanya mengikuti rekomendasi yang diberikan Netflix dan
menontonnya sampai habis. Berkat kecerdikan mereka dalam memanfaatkan potensi data, kini
Netflix berhasil menjadi perusahaan media yang memiliki nilai (valuasi) tertinggi di dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Nurvinda, Galuh. 2021. “Sejarah Singkat Perkembangan Big Data Dari Abad Ke-20 Hingga Abad Ke-21”,
https://www.dqlab.id/sejarah-singkat-perkembangan-big-data-dari-abad-ke-20-hingga-abad-
ke-21#:~:text=Pada%20tahun%202005%2C%20Rogers%20Mougalas,menggunakan%20tools
%20intelijen%20bisnis%20tradisional, diakses pada 08 November 2022.

Junaedi, Nur lela. 2021. “Big data analytics: pengertian, jenis, dan contoh penggunaannya”,
https://www.ekrut.com/media/big-data-analytics-adalah, diakses pada 08 November 2022.

Minlab. “Studi Kasus Netflix: Raih Ratusan Juta Pengguna Berkat Big Data”, https://bitlabs.id/blog/studi-
kasus-netflix/, diakses pada 08 November 2022.

Anda mungkin juga menyukai