Anda di halaman 1dari 3

Renungan buat para guru

Saudaraku, pada hari ini mungkin saja kita merasa lelah, capek, bosan dan
jenuh. Namun ketahuilah bahwa apa yang kita persembahkan kepada anak
didik kita tidak ada yang sia-sia, semua mengandung manfaat, berguna bagi
diri kita sendiri maupun bagi anak didik kita.

Saudaraku, dimalam hari kita selalu membuka lembaran-lembaran nilai dan


materi untuk memastikan sesuatu yang akan diberikan kepada anak didik
atau ingin mengetahui anak didik yang belum tuntas. Anak didik yang belum
tuntas dipikirkan olehmu agar tuntas walaupun harus berkalang ngantuk, yang
baik menjadi rangkuman, yang tidak baik dilewatkan karena hati kita selalu
mengharapkan kebaikan. Hati kita mengharapkan anak didik menjadi anak
panutan, menjadi contoh bagi rekan-rekannya, contoh bagi lingkungannya
dan contoh bagi keluarganya.

Saudaraku, tugasmu yang mengajarkan kebaikan, berbagi ilmu dan


pengetahuan, memberi contoh dan teladan kepada anak didik,
menyebarluaskan pesan-pesan moral merupakan sebuah profesi yang mulia
diantara semua profesi, bahkan kedudukan para profesor sekalipun masih
dibawah kedudukanmu. Bayangkanlah Tuhan memerintahkan kepada
hambanya untuk “iqro” (bacalah), kepada siapa saja perintah itu? Saudaraku,
perintah itu kepada guru dan siswa atau kepada siapapun untuk belajar,
ujungnya kepada guru pula mereka akan menimba ilmu. Karena guru adalah
tangan-tangan Tuhan yang memperkenalkan kekuasaannya, kebesarannya,
keagungannya bahkan kesempurnaannya.

Saudaraku, orang mengenalmu sebagai “pahlawan tanpa tanda jasa”, namun


bagiku, engkau adalah “pahlawan yang bertabur bintang jasa”. Engkau
mungkin tidak pernah menyadari, atau bahkan masyarakat luas pun tidak
pernah menyadari betapa setiap keberhasilan dan kesuksesan yang dicapai
oleh anak didik, itulah bintang kepahlawanan yang sesungguhnya, bukan
hanya sebagai benda yang menempel dijas, bintang yang hanya menghiasai
lemari koleksi atau dinding buram, tetapi bintang yang engkau hasilkan adalah
“bintang masa depan”. 

Saudaraku, bila engkau pandang disekitarmu, engkau akan menemukan


orang-orang yang berkaki-kan roda empat, berlindung dibawah kemegahan
dunia, ke mall hanya tinggal gesek berapapun yang mereka bawa pulang.
Kesejahteraanmu mungkin jauh dibawah mereka, untuk makan saja berbatas-
batasan, berlindung dibawah cengkeraman kayu-kayu lapuk, dilangit-langit
rumah nampak laba-laba berpesta, anak-anakmu hanya tersenyum bahagia
tetapi niatnya tiadalah sampai karena keterbatasanmu. Akan tetapi ketahuilah
bahwa kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan hati, karena hatimu
banyak orang menemukan cahaya ilahi, karena hatimu mereka bisa bertahan
hidup, karena hatimu mereka dapat menikmati kemewahan dunia, karena
hatimu mereka tahu sesuatu. Kekayaan itulah yang tidak akan pernah dimiliki
oleh siapapun selain engkau para guru.

Saudaraku, mungkin semua orang berlomba-lomba mencari kekuasaan,


mencari nama, derajat, jabatan, pangkat dan sebagainya. Sementara Engkau
hanya mengajar anak didik dengan segala macam ilmu dan pengetahuan,
mengajari mereka dengan sikap dan prilaku yang baik, engkau menanamkan
pohon kebaikan disetiap hati yang masih hampa dan suci. Ketahuilah bahwa
hasil kerjamu, hasil yang engkau tanamkan kepada mereka telah
menempatkan engkau pada derajat yang tinggi, tempat yang mulia,
kekuasaan yang menguasai kerajaan setiap hati manusia. Namamu telah
menghiasi doa-doa para hamba Allah yang shaleh “Ya Allah, lindungilah para
guru-guru kami, tempatkanlah mereka di surgamu yang paling mulia,
tunjukkanlah mereka jalan yang lurus jalan yang engkau ridhoi dan ampunilah
dosa-dosa para guru kami”.

Saudaraku, walau engkau tidak sehebat Habibie, tidak selancar Bung Karno
bercakap, tidak seilmiah para ilmuwan, tidak memiliki sejumlah tumpukan
harta, namun berbanggalah bahwa mereka semua adalah hasil didikan
tangan-tangan bijak dari para guru. 

Saudaraku, dipundakmu terletak tanggung jawab mulia, di dadamu tersimpan


hati nurani tempat bersemayamnya cinta hamba kepada Tuhan, melalui
tanganmu goresan yang maha agung diamanahkan. Masihkah engkau
merasa rendah? Masihkah engkau belum mengakui arti dirimu? Padahal baik
engkau sadari maupun tidak engkau sadari, sejak engkau menjadi guru, sejak
itulah engkau mendapat titah dari Yang Maha Agung, Tuhan Yang Maha Esa.
Sadar atau tidak, engkau telah peroleh “ilmu laduni”, ilmu yang langsung
diturunkan Allah SWT kepada hambanya. Renungkanlah, ilmu yang engkau
dapat di bangku kuliah belumlah cukup untuk menopang kita menjadi seorang
guru, tetapi karena kekuasaan Allah, kita mampu mengemban tugas sebagai
guru.

Saudaraku, suatu kesyukuran bagi guru karena hidupnya berlimpah doa, doa
dari para siswa yang setiap hari senin tepatnya pada saat upacara bendera
dipanjatkan. Kalau siswa kita jumlahnya 1000-an orang maka 1000-an doa
yang menerangi langkah kita, bagaimana kalau setahun, dua tahun atau
selama kita mengajar sampai pensiun. Sementara profesi lain bergelut
dengan pekerjaannya, terpeleset sedikit saja, fitnah dunia menyapanya atau
tuntutan akhirat menunggunya. Sementara engkau, iringan doa terus menerus
menopangmu, timbangan akhirat menantimu buat menambah pundi-pundi
kebaikanmu.

Saudaraku, marilah kita menggapai surganya Allah dengan cara mengajar


anak didik dengan penuh keikhlasan, dengan jiwa besar, dengan
kebijaksanaan dari dalam hati yang paling dalam semata-mata karena
mengharapkan ridho Allah SWT. Buatlah hidup kita menjadi berarti bagi
seluruh umat manusia, tanamkan tekad dan komitmen yang kuat dan dengan
pendirian yang teguh untuk selalu menjadi “Pahlawan Masa Depan” bagi
generasi penerus bangsa.

Anda mungkin juga menyukai