Anda di halaman 1dari 7

DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP MENINGKATNYA PERCERAIAN

DI PENGADILAN AGAMA KOTA BANDUNG

Mella Nurmaolla
Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Email: maollanurmella@gmail.com

ABSTRACT

Penulisan ini membahas mengenai statistika perceraian yang terjadi akibat


pandemi covid-19 di Pengadilan Agama Bandung. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif yang menerapkan studi pustaka berdasar
fenomena yang terjadi di masyarakat. Hasil dan pembahasannya menunjukan
bahwa terjadi peningkatan gugatan perceraian dalam rentan waktu 2020
atau ketika diberlakukannya PSBB yang mengakibatkan perekonomian
masyarakat sangat menurun sehingga tidak terpenuhinya kebutuhan rumah
tangga yang memicu pertengkaran dan perselisihan terus menerus.

Kata Kunci : Perceraian, Ekonomi, Covid-19

A. PENDAHULUAN
Dalam membangun rumah tangga pasti harapan bagi setiap
pasangan dan keluarga menginginkan pernikahan berjalan
sakinah, mawaddah, warahmah tetapi terkadang hal yang tidak
diinginkan terjadi yang mana antara seorang suami dan isteri sudah
tidak sejalan lagi sehinga akhirnya harus berpisah. Perpisahan antara
suami isteri itu dinamakan perceraian.

Perceraian adalah pemutusan tali perkawinan karena suatu


sebab yang disahkan oleh keputusan hakim atas tuntutan dari salah
satu pihak atau kedua belah pihak (Simanjuntak, 2007). Bentuk-
bentuk Perceraian Ditinjau dari segi tatacara beracara di Pengadilan
Agama dibedakan menjadi dua yakni cerai talak dan cerai gugat. Cerai
talak ialah putusnya perkawinan atas kehendak suami karena alasan
tertentu dan kehendaknya itu dinyatakan dengan ucapan tertentu.1
Sedangkan cerai gugat ialah suatu gugatan yang diajukan oleh istri
terhadap suami kepada pengadilan dengan alasan-alasan serta
meminta pengadilan untuk membuka persidangan itu, dan perceraian
atas dasar cerai gugat ini terjadi karena adanya suatu putusan
pengadilan.2

Penyebab perceraian bisa terjadi karena banyak faktor yang


melatarbelakangi. Salahsatunya yaitu akibat dari dampak pandemi
covid-19 yang telah muncul sejak awal Maret 2020 di Indonesia
sehingga menimbulkan dampak dari berbagai pihak.

B. PEMBAHASAN
1. Perceraian Menurut Hukum Islam
Perceraian menurut ahli fikih disebut talaq atau firqoh.
Talak diambil dari kata ‫ اط الق‬itlaq, artinya melepaskan, atau
meninggalkan. Sedangkan dalam istilah syara', talak adalah
melepaskan ikatan perkawinan, atau rusaknya hubungan
perkawinan.3

Walaupun hukum asal dari talak itu adalah makruh, namun


melihat keadaan tertentu dalam situasi tertentu, maka hukum
talak itu adalah sebagai berikut4:

a) Nadab atau sunnah, yaitu dalam keadaan rumah tangga sudah


tidak dapat dilanjutkan dan seandainya dipertahankan juga
kemudaratan yang lebih banyak akan timbul.
b) Mubah atau boleh saja dilakukan bila memang perlu terjadi
perceraian dan tidak ada pihak-pihak yang dirugikan dengan
perceraian itu sedangkan manfaatnya juga ada kelihatannya.

1 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana,2006), hlm 197
2 R.Awaliyah, W. Darmalaksana, 2021, Perceraian Akibat Dampak Covid-19 dalam Perspektif
Hukum Islam dan Perundang-undangan di Indonesia, Khazanah Hukum, Vol. 3 No. 2: 87-97
3 Slamet Abidin, Aminuddin, Fikih Munakahat, (UIN Antasari: Pustaka Setia,1999), hlm. 9
4 Op.Cit, Amir Syarifuddin, hlm. 201
c) Wajib atau mesti dilakukan yaitu perceraian yang mesti
dilakukan oleh hakim terhadap seseorang yang telah
bersumpah untuk tidak menggauli istrinya sampai masa
tertentu, sedangkan ia tidak mau pula membayar kafarat
sumpah agar ia dapat bergaul dengan istrinya. Tindakan itu
memudharatkan istrinya.
d) Haram talak itu dilakukan tanpa alasan, sedangkan istri dalam
keadaan haid atau suci yang dalam masa itu ia telah digauli.
2. Statistik Perceraian di Pengadilan Agama Kota Bandung
Dalam data statistik di Pengadilan Agama Bandung
menunjukan bahwa tingkat perkara gugatan lebih tinggi
dibandingkan perkara permohonan terutama mengenai
perceraian. Pada tahun 2020 atau di masa pandemi ini angka
perceraian mengalami kenaikan dari tahun-tahun sebelumnya.
Perceraian ini termasuk cerai gugat dan cerai talak yang mana
cerai gugat berada di posisi pertama dan cerai talak berada di
posisi kedua.

Gambar 1.1 Jenis Perkara Teratas di PA Bandung5

NO KETERANGAN TAHUN TAHUN TAHUN


2018 2019 2020
1. Cerai Gugat 4350 4670 4716
2. Cerai Talak 1319 1415 1342

Dilihat dari data statistik diatas kenaikan di masa pandemi


atau rentang waktu di Tahun 2020 total angka perceraian gugat dan
talak yakni 6058 perkara. Perkara cerai gugat hanya mengalami
kenaikan 46 kasus. Sedangkan pada Tahun 2019 cukup mengalami
kenaikan yakni 320 kasus dibanding tahun sebelumnya. Dalam

5
https://pa-bandung.go.id/
perkara cerai talak di Tahun 2020 mengalami penurunan yakni
sekitar 73 kasus.

Jakarta Post, menyebutkan bahwa tingkat perceraian


meningkat secara signifikan di Bandung, Jawa Barat, yang disebabkan
karena pemerintah melonggarkan pembatasan Covid-19 atau
memasuki era New Normal. Menurut data yang didapatkan, Kantor
Pengadilan Agama Bandung menerima 433 permintaan cerai pada
bulan Maret 2020 yang kemudian kasus tersebut menurun pada April
2020 dengan jumlah 103 kasus. Kemudian pada bulan Mei 2020
tercatat sebanyak 207 kasus dan kemudian melonjak drastis sebanyak
706 kasus pada Juni 2020. 6

Faktor penyebab perceraian bisa terjadi karena beberapa hal


dikutip dari data statistik Pengadilan Agama Bandung faktor utama
yang menjadi pemicu perceraian yakni karena masalah ekonomi.
Terutama di masa pandemi Tahun 2020 sektor perekonomian sempat
terhenti. Banyak masyarakat yang terkena imbasnya mulai dari
wirausaha dan jasa seperti pedagang, umkm, sopir, ojek online, jasa
pijat, mall mall besar pun sepi bahkan banyak pekerja buruh yang
terkena PHK. Hal seperti ini menimbulkan tidak terpenuhinya
kebutuhan rumah tangga sehingga dapat memicu pertengkaran dan
perselisihan terus menerus.

Gambar 1.2 Faktor Penyebab Perceraian di PA7 Bandung


NO Keterangan Tahun 2019 Tahun 2020
1. Ekonomi 2909 2275
2. Perselisihan dan 2025 2509
Pertengkaran Terus
Menerus
3. Meninggalkan salahsatu 470 391
pihak

6
Hidayati, L. (2021). Fenomena Tingginya Angka Perceraian Di Indonesia Antara Pandemi dan
Solusi. Khuluqiyya, 3(1), 71–87.
7
https://pa-bandung.go.id/
4. Kekerasan dalam 89 51
rumah tangga
5. ‘ Mabuk 31 21

Perceraian yang terjadi paling banyak yakni yang memiliki


umur pernikahan yang sudah dibina selama lebih dari sepuluh tahun
hingga akhirnya melakukan gugatan perceraian.

Gambar 1.3 Statistik usia pernikahan perceraian PA Bandung8

No. Rentang Umur Pernikahan Tahun 2020


1. >10 Tahun 1866
2. 5-10 Tahun 434
3. 1-3 Tahun 128

Di Indonesia angka perceraian memang tinggi pada setiap


tahun, terlebih lagi pada masa Covid-19. Perceraian di Indonesia
meningkat sebesar 5% sepanjang masa pandemi Covid-19, hal ini
secara umum karena sebagian keluarga mengalami kesulitan dalam
ekonomi.9 Dari kesulitan ekonomi tersebut kemudian berdampak
terhadap perceraian. Hal ini tentu merupakan fenomena yang
mengkhawatirkan, tetapi itulah kenyataan yang tidak dapat dibantah.

C. PENUTUP
Dari permasalahan mengenai tingginya angka perceraian di
Pengadilan Agama Kota Bandung pada masa pandemi Covid-19 yang
mana faktor utamanya ialah ekonomi ini memang menjadi keresahan
terutama bagi keluarga yang termasuk ekonomi menengah ke bawah.
Pemberlakuan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) sangat
berpengaruh terhadap mata pencaharian mereka yang mana

8
https://pa-bandung.go.id/
9
Fauziah, A. S. N., Fauzi, A. N., & Ainayah, U. (2020). Analisis Maraknya Perceraian Pada Masa
Covid 19. Mizan: Journal of Islamic Law, 4(2), 181–192
kebutuhan rumah tangga harus tetap tercukupi tetapi pendapatan
mereka menurun bahkan sampai tidak memiliki pendapatan lagi. Hal
seperti ini menimbulkan tidak terpenuhinya kebutuhan rumah tangga
sehingga dapat memicu pertengkaran dan perselisihan terus menerus
yang membuat sebuah keluarga tidak harmonis lagi sehingga banyak
yang menempuh jalur persidangan untuk bercerai. Walaupun
perceraian termasuk suatu perbuatan yang dibenci oleh Allah SWT
tetapi jika dalam sebuah rumah tangga sudah tidak ada keharmonisan
juga lebih banyak mudharat dibandingkan manfaatnya maka itu
menjadi pertimbangan hakim dipersidangan. Semoga ditulisnya jurnal
ini diharapkan mendapat pelajaran yang dapat kita ambil dari kasus
perceraian yang terjadi juga penulisan ini bermanfaat bagi yang
membutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA

Amir Syarifuddin, 2006, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia,


Kencana,Jakarta.

Fauziah, A. S. N., Fauzi, A. N., & Ainayah, U. (2020). Analisis Maraknya


Perceraian Pada Masa Covid 19. Mizan: Journal of Islamic Law, 4(2)

Hidayati, L. (2021). Fenomena Tingginya Angka Perceraian Di Indonesia


Antara Pandemi dan Solusi. Khuluqiyya, 3(1)

R.Awaliyah, W. Darmalaksana, 2021, Perceraian Akibat Dampak Covid-19


dalam Perspektif Hukum Islam dan Perundang-undangan di Indonesia,
Khazanah Hukum, Vol. 3 No. 2

Slamet Abidin, Aminuddin, 1999, Fikih Munakahat, Pustaka Setia, UIN


Antasari.

https://pa-bandung.go.id/

Anda mungkin juga menyukai