Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PKM

“Konseling keluarga untuk Meminimalisir Perceraian dimasa Pandemic


covid-19 ”

Nama : Belva Artanti Suryadiningrum


Kelas : D
Npm :1511900134

Dosen Pembimbing :
Dr.Niken Titi Pratitis, S.Psi,Msi, Psikolog

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
DAFTAR ISI :
Halaman Judul
Daftar Isi ……………………………………………………………………………….i
Ringkasan……………………………………………………………………………....ii
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang………………………………………………………………………….1
2. Tujuan dan Manfaat……………………………………………………………………..2

GAGASAN

1. Definisi Perceraian……………………………………………………………………....3
2. Gagasan yang Ditawarkan……………………………………………………………….5
3. Langkah-langkah teknik konseling keluarga………………….........................................6

KESIMPULAN.................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………....9

i
RINGKASAN
Melihat dunia yang semakin maju dan banyak masyarakat yang mengalami
kesulitan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam keluarganya, maka konseling
keluarga harus banyak berperan untuk menolong kliennya dalam menghadapi masalah
dalam keluarganya untuk mencegah perceraian. Dalam proposal ini bertujuan pertama
mengetahui pemetaan masalah dan solusi yang dihadapi oleh klien dalam konseling
keluarga mengatasi masalah yang dialami klien problem penyebab perceraian, yang
kedua untuk mengetahui strategi pelaksanaan konseling yang dilakukan untuk menolong
klien dalam mengatasi penyebab perceraian.

Perceraian dapat diartikan dengan putusnya hubungan pernikahan, sehingga


menyebabkan hubungan suami istri berakhir. Kondisi ini disebabkan munculnya konflik
yang tidak tercapainya keharmonisan. Dan kebahagiaan keluarga. Perceraian dapat
diakibatkan oleh beberapa faktor seperti masalah ekonomi, kdrt, perselingkuhan.
Pasangan yang bersifat egois. Perceraian ini dapat menimbulkan dampak psikologis anak
menjadi terganggu bagi pasangan yang sudah dikaruniai anak. Untuk menimalisir tingkat
perceraian apalagi dimasa pandemic covid-19 ini atau bahkan meniadakan kondisi
perceraian dan menghindari dampaknya diperlukan pelayanan upaya bimbingan dan
bahkan teraputik melalui beberapa pendekatan dan terapi termasuk pelayanan konseling.
Pelayanan konseling untuk melayani hubungan dalam rumah tangga dinamakan
konseling keluarga.

ii
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Perceraian (divorce) merupakan suatu peristiwas perpisahan secara resmi antara
pasangan suami istri. Mereka tidak berketetatapan untuk tidak menjalankan tugas dan
kewajiban sebagai suami istri. Mereka tidak lagi hidup dan tinggal serumah bersama,
karena tidak ada ikatan resmi. Mereka yang belum bercerai dan belum mempunyai anak,
maka perpisahan tidak menimbulkan dampak traumatis psikologis anak-anaknya. Namun
mereka yang telah memiliki keturunan , tentu saja perceraian menimbulkan masalah
psiko-emosional bagi anak-anak. Disisi lain mungkin saja suami istri, akan diikut
sertakan kepada salah satu orang tuanya apakah mengikuti ayah atau ibunya. Perceraian
merupakan sebuah fakta , baik suka maupun tidak suka (like or dislike), perceraian
merupakan sebuah fakta yang terjadi antara pasangan suami istri akibat perbedaan-
perbedaan prinsip yang tidak dapat dipersatukan lagi melalui berbagai cara dalam
kehidupan keluarga. Masing –masing tetap mempertahankan pendirian, keinginan dan
kehendak sendiri, tanpa berupaya untuk mengalah demi tercapainya keutuhan keluarga.
Ketidakmauan dan ketidakmampuan untuk mengakui kekurangan diri sendiri dan atau
orang lain menyebabkan suatu masalah yang sepele menjadi besar sehingga berakhir
dengan sebuah perceraian.

Walaupun dalam ajaran agama melarang untuk bercerai akan tetapi kenyataan
seringkali tak dapat dipungkiri bahwa perceraian bisa terjadi pada pasangan yang telah
menikah secara resmi. Tidak peduli apakah sebelumnya mereka menjalin hubungan
percintaan cukup lama atau tidak romantic atau tidak dan menikah secara megah atau
tidak tidak, perceraian dianggap menjadi jalan yang terbaik bagi pasangan tertentu yang
tidak mampu menghadapi masalah konflik rumah tangga atau konflik pernikahan.
Apalagi dimasa pandemic covid-19 ini mengakibatkan persoalan di berbagai sektor
kehidupan. Bukan hanya ekonomi dan pendidikan, wabah ini pun menjadi pemicu
tingginya angka perceraian di Cianjur, Jawa Barat.Berdasarkan data Pengadilan Agama
Cianjur, tingkat perceraian di Cianjur meningkat. Jumlah pendaftar gugatan dalam satu
hari mencapai 50 orang. Hingga kini, terdaftar 2.029 perkara gugatan cerai karena alasan
ekonomi. Antrean pendaftaran gugatan cerai di kantor Posbaku Pengadilan Agama
Cianjur mengalami peningkatan sejak dibukannya layanan normal jelang new normal.
1
Kasus gugat perceraian ini hampir 80 persen didominasi kaum wanita."Dari Januari
hingga saat ini, tingkat perceraian di Cianjur dengana adanya pandemi meningkat.,
sebanyak 1.613 gugatan cerai dan 416 perkara permohonan. 80 persen adalah cerai
gugat," kata humas Pengadilan Agama Cianjur. berdasarkan data Badan Peradilan Agama
Mahkamah Agung (MA), angka perceraian di Indonesia, khususnya yang beragama
Islam, pada tahun 2019 mencapai 480.618 kasus. Angka tersebut mengalami peningkatan
setiap tahun sejak tahun 2015 (394.246 kasus), 2016 (401.717 kasus), 2017 (415.510
kasus), dan 2018 (444.358 kasus). Tahun 2020, per Agustus jumlahnya sudah mencapai
306.688 kasus."Itu artinya, jumlah perceraian di Indonesia rerata mencapai seperempat
dari dua juta jumlah peristiwa nikah dalam setahun, Menurut data MA, angka perceraian
anjlok menjadi 16.410 pada April dan 11.848 pada Mei, dari 33.999 kasus pada Maret
sebelum penerapan PSBB di banyak daerah. Ketika PSBB dicabut pada Juni, angka
perceraian melonjak menjadi 57.750 kasus, 51.133 pada Juli, dan 36.525 pada Agustus.
Seperempat perceraian ini dilatarbelakangi masalah ekonomi.

Banyak sekali faktor-faktor penyebab perceraian dalam perceraian ini sebuah


cara yang diambil oleh pasangan suami istri ketika ada masalah dalam hubungan
pernikahannya maka dari itu banyak faktor penyebabnya seperti : kekerasan verbal
merupakan penganiayaan yang dilakukan oleh seorang pasangan terhadap pasangan
lainnya dengan menggunakan kata-kata, ungkapan kalimat yang kasar, tidak menghargai
, mengejek, mencaci maki, menghina, menyakiti perasaan dan merendahkan harkat dan
martabat. Akibat mendengarkan dan menghadapi perilaku pasangan hidup yang
demikian, membuat seseorang merasa terhina, kecewa dan terluka batinnya. Masalah
ekonomi Finansial salah satu faktor keberlangsungan dan kebahagiaan sebuah pernikahan
sangat dipengaruhi oleh kehidupan ekonomi finansialnya. Kebutuhan-kebutuhan hidup
akan dapat tercukupi dengan baik bila pasangan suami-istri sumber finansial yang
memadai apalagi dimasa pandemic ini banyak sekali orang yang terkena phk dari
pekerjaannya dan semakin tinggi angka pengangguran. Seorang suami tetap memegang
peran besar untuk menopang ekonomi keluarga. Perselingkuhan merupakan seuah
perzinaan yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain yang bukan pasangan hidup
yang syah , padahal ia telah terikat tali pernikahan secara resmi dengan pasangan

2
hidupnya. Dimasa pandemic ini banyak penyebab perceraian dikarenakan oleh KDRT
yang dilakukan pasangan masing-masing.

2. Tujuan dan Manfaat

Melihat banyaknya permasalahan di masyarakat dimasa pandemic yang salah


satunya meningkatnya perceraian yang terus menerus terjadi. Hal ini konseling keluarga
sangat membantu dalam menghadapi masalah perceraian dimasa pandemic ini. Tujuan
menerapkan konseling keluarga untuk mengetahui pemetaan kasus dan solusi yang
diberikan dalam upaya untuk mengatasi problem perceraian, untuk mengetahui strategi
konseling yang diberikan konseling keluarga dalam mengatasi problem perceraian.
Manfaat dari penerapan konseling keluarga ini adalah memberi pemahaman kepada
masyarakat untuk melakukan konseling keluarga, ketika tidak dapat menyelesaikan
permasalahan sendiri, selain itu untuk menghasilkan formulasi yang sesuai agar dapat
mengingatkan pengetahuan tentang konseling keluarga.

3
GAGASAN

1. Definisi Perceraian

Perceraian membawa dampak besar bagi rumah tangga apalagi dimasa pandemic
Covid -19 seperti ini. menyatakan bahwa dalam kondisi terbaik sekalipun perceraian
adalah pengalaman yang sangat mengganggu secara emosional. Dirjen Bina Masyarakat
Islam, Kementerian Agama, Kamaruddin Amin mengatakan pihaknya mencatat rata-
rata setiap tahunnya terjadi 300 ribu angka perceraian di Indonesia. Sehingga setidaknya
ada 300 ribu perempuan yang menjadi janda, dan laki-laki yang menjadi duda karena
perceraian setiap tahunnya."Ya ada 300 ribuan yang terjadi perceraian," kata Kamaruddin
saat ditemui di kawasan Grogol, Jakarta Barat, Kemarin (17/12). Bercerai menimbulkan
berbagai konsekuensi dan resiko yang tidak ringan terutama bagi wanita, seperti dalam
memenuhi kebutuhan dan melakukan pengasuhan anak dilakukan secara sendirian.

Amaruddin menjelaskan terdapat berbagai faktor yang membuat angka


perceraian di Indonesia sangat tinggi seperti ekonomi hingga kesetiaan pasangan suami-
istri.Pihaknya pun menaruh perhatian pada angka perceraian di masa pandemi virus
corona (Covid-19) saat ini. Pasalnya, kondisi ekonomi keluarga banyak yang mengalami
persoalan imbas dari pandemi. Kamaruddin menyatakan pihaknya belum mendata
komplet secara presisi mengenai jumlah pasutri yang bercerai selama pandemi Corona
saat ini."Jadi, di masa pandemi masalah ekonomi tadi itu tantangan kita kita terus
menerus melakukan pembinaan, supaya mereka lebih paham tentang makna
pernikahan. Kamaruddin menyatakan Kemenag terus berusaha untuk mengurangi tingkat
perceraian di Indonesia tersebut. Salah satunya melalui pembinaan keluarga melalui
bimbingan pranikah terhadap calon pengantin.Tak hanya itu, ia mengatakan Kemenag
turut menggandeng Kementerian Kesehatan untuk memberikan pelatihan soal kesehatan
reproduksi kepada pasangan suami istri.Bahkan sebenarnya tentu kita harus melihat juga,
peristiwa nikah di Indonesia cukup banyak ada 2 juta lebih setiap tahun. Dua juta ini
belum bisa kita layani sepenuhnya dalam hal pelatihan terkait bimbingan calon
pengantin.

4
2. Gagasan baru yang ditawarkan

Pemerintah sebenarnya sudah memberikan fasilitas masyarakat dengan


mendirikan BP4 (Badan penasehat Perkawinan, Perselisihan, dan Perceraian). Tetapi
kenyataan dilapangan banyak masyarakat yang tidak memahami dan mengerti manfaat
dari kegunaan BP4, hal ini disebabkan karena kurangnya penyuluhan dan sosialisasi dari
pemerintah. Sehingga pengetahuan masyarakat tentang BP4 sebatas menerbitkan buku
atu brosur yang berisikan tentang cara melakukan pernikahan yang akan dilakukan calon
pengantin.Dalam fungsi-fungsi BP4 , masyarakat tidak mengetahui seperti apa fungsi dari
BP4 yang memberi nasehat dan penerangan tentang pernikahan, thalak, cerai dan rujuk
dan memberikan bantuan dalam menyelesaikan kesulitan pernikahan dan persilihan
rumah tangga menurut hukum agama, serta mengurangi terjadinya perceraian dan
poligami.

Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Zakie mahasiswa Ahwal-Syakhsiyyah di


fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah tahun 2011,
melakukan penelitian dengan judul “Peran BP4 dan tim Mediator dalam membina
Keluarga Sakinah (Studi kasus di KUA Bekasi Barat dan PA Bekasi) dalam hasil
penelitian menunjukkan bahwa peran dan tugas BP4 di Bekasi kurang efektif, karena
belum terorgranizir dengan baik dan belum ada penyuluhan dari pemerintah kepada
masyarakat terutama sistem administrasi dan kemampuan penasehat. Hal ini dapat
mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap BP4, oleh sebab itu masyarakat
enggan untuk mandatangi BP4 dikarenakan masyarakat belum mengenal BP4 sehingga
tidak dapat memanfaatkan pelayanan konsultasi BP4.

Dalam proposal ini gagasan yang ditawarkan yaitu konseling keluarga ini
berusaha memberikan pelayanan secara efektif dan efisien, dengan menggunakan metode
pendekatan agama dan psikologis dengan berbagai spesialisasi, salah satu diantaranya
yaitu problematika pra-nikah dan pasca pernikahan yang dapat menyebabkan
keretakatakan dan kehancuran rumah tangga sehingga mengakibatkan perceraian. Faktor

5
lain yang dipengaruhi perubahan budaya dan zaman yang dapat menimbulkan perceraian.
Pada hakikatmnya konseling bukanlah yang sudah baru , selain meruapakan cara untuk
menyelesaikan problem yang dihadapi, secara filosofi konseling memberikan motivasi
yang didasarkan pada prinsip tolong menolong dalam kebaikan, mengingatkan akan
kebeneran sehingga dapat mengalami perubahan.

3. Langkah-langkah pelaksanaan teknik konseling keluarga untuk menimalisir angka


perceraian di masa pandemic :

1. Wawancara tahap awal


Pada tahap ini, konselor mengawali kontak dengan salah seorang anggota keluarga. Seringkali
anggota keluarga yang yang mulai mengontak konselor melalui telepon dengan menyampaikan
problem-problem yang dialaminya dalam bentuk keluhan-keluhan yang berhubungan dengan
biologis, psikologis, dan hubungan antarpribadi. Oleh karena keluhan-keluhan yang disampaikan
oleh anggota keluarga berhubungan dengan kehidupan keluarga, konsekuensinya kebanyakan
konselor memilih untuk mengundang setiap orang yang tinggal dalam system keluarga itu untuk
datang bersama-sama dalam wawancara konseling tahap awal. Pertemuan ini dimaksudkan untuk
mengumpulkan data dari tangan pertama mengenai pola-pola kerjasama keluarga dan strategi
untuk mengatasi stress, yang pada gilirannya akan digunakan pada situasi wawancara konseling
sebenarnya.

2. Wawancara tahap pertengahan


Pada tahap ini konselor berperan sebagai pembimbing dan pengarah, tetapi senantiasa berupaya
menghindari mengambil alih peran orangtua. Konselor harus bersikap netral dan menahan diri
untuk tidak mencampuri urusan pribadi seorang anggota keluarga, memfasilitasi komunikasi
yang terbuka dan menyenangkan, serta mengajak setiap anggota keluarga untuk berpartisipasi
dalam proses konseling. Di lain pihak setiap anggota keluarga harus bersedia terbuka dan
mengurangi sikap-sikap permusuhan atau konflik-konflik. Dengan begitu, setiap anggota
keluarga akan mulai menyadari bahwa hubungan-hubungan yang tidak menyenangkan yang
dapat diubah, dikurangi bahkan dihilangkan. Hasil keseluruhan yang diharapkan dari fase
pertengahan dalam konseling adalah kesiapan terbaik untuk menerima ide-ide perubahan dan

6
keinginan yang lebih meningkat untuk turut aktif mencapai hasil positif yang diharapkan dari
konseling keluarga.

3. Wawancara tahap akhir


Konseling keluarga membutuhkan waktu beberapa session mingguan atau bulanan. Konseling
keluarga dapat dihentikan apabila anggota keluarga yang terlibat dalam proses konseling
keluarga bisa bekerja sama dengan baik sebagai suatu kelompok untuk menelesaikan masalah-
masalah mereka dan mengubah perilaku-perilaku yang destruktif. mereka juga telah mampu
mengembangkan suatu internal support system dan tidak bergantung kepada orang lain, termasuk
tidak bergantung kepada konselor. Selain itu, mereka telah mampu berkomunikasi secara
terbuka, eksplisit, dan jelas. Mampu melakukan peranan masing-masing secara fleksibel, dan
setiap anggota keluarga mampu menyeimbangkan antara hak dan kewajibannya masing-masing
dalam keluarga.

7
KESIMPULAN

Gagasan tentang pembaharuan dengan konseling keluarga pada dasarnya


memberikan solusi untuk para pasangan suami istri mencegah perceraian apalagi dimasa
pandemic ini banyak faktor yang membuat timbul kasus perceraian. Pada konseling
keluarga ini bertujuan untuk mencegah pertengkaran,konflik, serta tidak keharmonisan
dalam rumah tangga, kembali mengukuhkan interaksi komunikasi yang baik demi
kelagsungan sebuah keluarga dan menjauhkan dari perceraian yang tentunya akan
menimalisir angka perceraian di masa pandemic.

Langkah-langkah implentasi untuk melakukan teknik konseling keluarga ini,


dengan datang ke konselor, bercerita masalah dalam rumah tangga apa yang sedang
dialami, identifikasi akar permasalahan sehari-sehari yang dihadapi dalam rumah tangga,
mengajak setiap anggota untuk berpartisipasi dalam konseling, mencari solusi dalam
mengatasi masalah yang sedang dihadapi, setiap anggota terbuka dan berani mengurangi
konflik-konflik atau sikap permusuhan, saling mengembangkan support system dan tidak
bergantung pada orang lain. Ketika langkah-langkah diatas mampu diterapkan oleh
sebuah pasangan maka tingkat permasalahan dalam rumah tangga akan mampu teratasi.

Setiap pasangan memiliki harapan dalam pernikahannya baik-baik saja, akan


tetapi harapan dari pernikahan saat memasuki area keluarga tidak selalu seperti yang
diharapkan. Dalam pernikahan pasti selalu adanya masalah keluarga yang dapat
berdampak perceraian , perceraian bisa memuculkan setres seperti perasaan gagal dan
emosi-emosi negatif lainnya seperti marah, menyesal depresi. Nah pada gagasan ini
diperlukan bimbingan konseling didalam pernikahan dan keluarga dengan konselor
sebagai pelaksananya agar hal-hal tersebut dapat diatasi atau mencegah masalah-masalah
yang muncul dalam lingkungan pernikahan sehingga bisa menimalisir angka perceraian
yang terjadi.

8
DAFTAR PUSTAKA

Agoes Dariyo. 2004. Memahami Psikologi Perceraian dalam lingkup Keluarga. 2(2), 1-9.

Meriel jane Waissman. 2020. Kasus Perceraian meningkat di Masa Pandvemic.


https://www.wartaekonomi.co.id/read289790/kasus-perceraian-meningkat-di-tengah-
pandemi

Nurhadi Suhcoyo. 2020. Cerai di Masa Pandemic ditahan PSBB dan didorong ekonomi
voaindonesia.com/a/cerai-di-masa-pandemi-ditahan-psbb-didorong-ekonomi-
/5578035.html

Anda mungkin juga menyukai