Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PSIKOLOGI KELUARGA

UJIAN AKHIR SEMESTER

STUDI KASUS : PERCERAIAN

Di Susun Oleh :

Kevin Aditya Pratama (0603517029)

Dosen Pengajar :

Liana Mailani

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN PENDIDIKAN

UNIVERSITAS AL – AZHAR INDONESIA

2021
BAB I

KASUS

A. PERCERAIAN ANTARA GADING MARTEN DAN GISELLA ANASTASIA

Dalam kasus perceraian tentu di alami oleh salah satu pasangan artis selebritis, yaitu
Gading Marten (Gading) dan Gisella Anastasia (Gisel). Sidang putusan atas perceraian
pasangan artis tersebut digelar pada Rabu (23/1/2019) di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
Dengan kata lain, bahwa pasangan tersebut sudah tidak lagi berstatus sebagai suami istri.
Namun, dalam persidangan tersebut juga diputuskan bahwa hak asuh anak mereka, yaitu
Gempita Nora Marten (Gempi) jatuh ke tangan Gisel. Sebelumnya, Gading dan Gisel
menikah pada 14 September 2013, Uluwatu, Bali. Setelah mereka menikah, rumah tangga
mereka justru terbilang sangat jauh dari gosip miring atau berita – berita yang buruk. Dari
pasangan tersebut melahirkan seorang anak yang akrab di sapa Gempi. Mereka sudah
menjalin rumah tangga selama 5 tahun, yang pada akhirnya masyarakat dikejutkan oleh
berita bahwa Gisel menggugat cerai Gading pada November 2018. Gisel membantah jika
perceraian merka disebabkan oleh masalah ekonomi keluarga atau orang ketiga dari
hubungan mereka. Alasan Gisel menggugat cerai Gading adalah bahwa ia selalu
memikirkan sesuatu yang berlebihan, atau bisa disebut bahwa Gisel selalu overthinking
terhadap Gading. Gisel juga mengaku bahwa mereka juga terlalu fokus untuk
kesibukkannya masing – masing, sehingga mereka jarang ngobrol atau berdiskusi mengenai
keadaan rumah tangga ataupun masa depan rumah tangga mereka untuk kedepannya.
Ketika pada saat rumah tangga mereka diterpa oleh permasalahan, justru mereka
menyelesaikan masalah tersebut masing – masing tanpa adanya diskusi atau pertukaran
pikiran dalam menyelesaikan masalah yang terjadi. Gisel juga mengaku juga bahwa mereka
sibuk dengan hobi – hobi yang mereka sukai dan sibuk akan pekerjaannya. Hubungan
komunikasi mereka juga sudah tidak harmonis lagi. Hal tersebut membuat Gisel khawatir
akan masa depannya jika mereka terus memaksakan menjalin rumah tangga dengan
keadaan tersebut. Gisel juga mengatakan bahwa penyebab terjadinya perceraian antara
mereka berdua disebabkan oleh kurangnya berserah diri kepada Tuhan. Gisel mengaku
bahwa ia dan Gading saat itu tidak pernah melibatkan apapun tentang rumah tangga
mereka, baik mendapatkan permasalahan maupun keadaan baik tentang rumah tangga
mereka kepada Tuhan. Dalam arti bahwa Gading dan Gisel tidak menempatkan Tuhan
dalam kehidupan mereka. Gisel mengatakan bahwa hubungan rumah tangganya seharusnya
bisa baik – baik saja jika mereka menempatkan Tuhan pada keluarga mereka. Namun, dari
kejadian atas perceraian ini bahwa Gisel mengaku salah terhadap keputusannya dalam
menggugat cerai terhadap Gading. Ia mengambil keputusan tersebut tanpa bertanya – tanya
tersebut atau meminta saran kepada orang terdekat atau keluarga. Keputusan tersebut
membuat ia menjadi menyalahkannya diri sendiri, karena Gisel mengaku bahwa ia adalah
orang yang egois dalam pengambilan keputusan atau tindakan tanpa melibatkan Tuhan.
Namun, ia mengaku bahwa kehidupan mereka tentu menjadi lebih baik. Walaupun mereka
tidak lagi berstatus suami istri, namun mereka mempunyai komitmen untuk mengasuh dan
membesarkan anak mereka dengan baik.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang menyebabkan terjadinya perceraian dalam keluarga?


2. Apa dampak yang akan terjadi dalam perceraian keluarga?
BAB II

LANDASAN TEORI

1. Pengertian Perceraian

Perpisahan secara resmi antara pasangan suami istri dan mereka berketetapan untuk tidak
menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami istri dapat disebut sebagai perceraian.
Mereka tidak lagi hidup dan tinggal serumah bersama, karena tidak ada ikatan yang resmi.
Mereka yang telah bercerai tetapi belum memiliki anak, maka perpisahan tidak
menimbulkan dampak traumatis psikologis bagi anak – anak. Namun, mereka yang telah
memiliki keturunan tentu saja perceraian menimbulkan masalah psiko – emosional bagi
anak – anak (Amato, 2000 : Olson & DeFrain, 2003). Omar mengatakan bahwa perceraian
merupakan upaya untuk melepaskan ikatan suami istri dari suatu perkawinan yang
disebabkan oleh alasan tertentu. Perceraian terjadi karena sudah tidak adanya jalan keluar
(Putri, 2008 : 23). Walaupun ajaran agama sangat melarang untuk melakukan perceraian,
akan tetapi kenyataannya seringkali tidak dapat di pungkiri bahwa perceraian selalu terjadi
pada pasangan – pasangan yang telah menikah secara resmi. Tidak peduli apakah
sebelumnya mereka menjalin hubungan percintaan cukup lama atau tidak, romantis atau
tidak, dan menikah secara megah atau tidak, perceraian dianggap menjadi jalan terbaik bagi
pasangan tertentu yang tidak mampu menghadapi masalah konflik rumah tangga atau
konflik perkawinan.

2. Faktor – Faktor Penyebab Perceraian

George Levinger (Ihromi, 1999 : 153 – 155) menjelaskan bahwa pada umumnya perceraian
itu terjadi karena faktor – faktor tertentu yang mendorong suami istri untuk bercerai.
Perceraian merupakan titik puncak dari pengumpulan berbagai permasalahan yang
menumpuk beberapa waktu sebelumnya dan jalan terakhir yang harus ditempuh ketika
hubungan perkawinan itu sudah tidak dapat dipertahankan lagi (Dariyo, 2003). Faktor –
faktor penyebab terjadinya perceraian adalah sebagai berikut.

a. Ketidaksetiaan oleh salah satu pasangan hidup

Keberadaan orang ketiga memang akan menggangu kehidupan dalam sebuah perkawinan.
Jika diantara keduannya tidak ditemukan kata sepakat untuk menyelesaikan dan tidak
saling memaafkan, akhirnya terjadilah perceraian dan menurut mereka itu merupakan jalan
terbaik untuk mengakhiri hubungan pernikahan tersebut.

b. Tekanan kebutuhan ekonomi keluarga

Harga barang dan jasa yang semakin melonjak tinggi karena faktor krisis ekonomi negara
yang belum berakhir, sementara itu gaji atau penghasilan pas – pasan dari suami, sehingga
hasilnya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Agar dapat menyelesaikan
masalah itu, kemungkinan seorang istri menuntut cerai terhadap suaminya.

c. Tidak mempunyai keturunan

Tidak mempunyai keturunan juga dapat memicu permasalahan diantara kedua pasangan
suami dan istri, guna menyelesaikan masalah keturunan ini mereka sepakat untuk
mengakhiri pernikahan itu dengan bercerai.

d. Perbedaan prinsip hidup dan agama

Faktor – faktor yang mempengaruhi perceraian adalah seperti kurangnya kesiapan mental
membangun rumah tangga, permasalahan ekonomi, kurangnya komunikasi antar pasangan,
campur tangan keluarga pasangan, dan perselingkuhan.

3. Dampak Perceraian

Perceraian pada dasarnya dapat menimbulkan dampak yang kompleks bagi pasangan yang
bercerai maupun bagi anak keturunannya. Meskipun perceraian di satu sisi dapat
menyelesaikan suatu masalah rumah tangga yang tidak mungkin lagi untuk di diskusikan,
akan tetapi perceraian itu juga menimbulkan dampak negatif berkaitan dengan
pembangunan ekonomi rumah tangga, hubungan individu dan sosial antar dua keluarga
menjadi rusak, dan yang lebih berat adalah berkaitan dengan perkembangan psikis anak
mereka yang pada gilirannya akan mempengaruhi perilakunya. Dampak dari perceraian
adalah meningkatnya perasaan dekat anak dengan ibunya serta menurunnya jarak
emosional anak dengan ayahnya, disamping itu, anak akan menjadi inferior terhadap anak
yang lain. Dalam kasus perceraian, anak pada umumnya merasakan dampak psikologis,
ekonomis dan koparental yang kurang menguntungkan dari orangtuanya. Kepribadian anak
akan menjadi terbelah karena harus memilih salah satu orangtuanya. Memilih berpihak
kepada ibunya berarti menolak ayahnya, begitu juga sebaliknya. Dampak dari perceraian
adalah sebagai berikut.

a. Bagi anak, secara psikologis mengakibatkan tekanan mental yang berat sehingga
merasa terkucilkan dari kasih sayang orangtuanya, kehilangan rasa aman, menurunnya
jarak emosional dengan salah satu orangtuanya dan hubungannya dengan orang lain
menjadi terganggu karena rasa harga diri yang cenderung inferior dan dependen.

b. Secara psikologis dapat mengakibatkan tekanan bagi mantan pasangan, terutama


sekali terisolasi dari lingkungan sosialnya, rusaknya hubungan individu dan sosial antar dua
keluarga dan tekanan ekonomi rumah tangganya masing – masing.
BAB III

PEMBAHASAN

Pembahasan tentang studi kasus yang saya angkat pada laporan ini berkaitan dengan
landasan teori yang telah dicantumkan dalam bab 2. Dalam analisa saya, Gisel menggugat
perceraian terhadap Gading tentu karena alasan – alasan tertentu yang menurutnya
memungkinkan ia harus melakukan tindakan perceraian tersebut. Seperti yang dikatakan
oleh Omar, bahwa perceraian merupakan upaya untuk melepaskan ikatan suami istri dari
suatu perkawinan yang disebabkan oleh alasan tertentu. Perceraian terjadi karena sudah
tidak adanya jalan keluar. Alasan – alasan yang dinyatakan oleh Gisel terhadap menggugat
cerai Gading adalah :

1. Mereka terlalu sibuk dengan urusan masing – masing, sehingga hal tersebut
membuat hubungan komunikasi mereka kurang baik.
2. Gisel selalu berfikir overthinking terhadap Gading
3. Rumah tangga mereka tidak berserah diri kepada Tuhan ketika menghadapi masalah
4. Kurangnya berkonsultasi terhadap keluarga atau kerabat ketika menghadapi
masalah dalam rumah tangganya

Dari alasan – alasan yang telah dikatakan oleh Gisel mengenai penyebab perceraian rumah
tangganya terhadap Gading, sangat berkaitan dengan landasan teori dalam faktor penyebab
terjadinya perceraian. Faktor penyebab terjadinya perceraian pada landasan teori, yaitu
perbedaan prinsip hidup dan agama. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa faktor – faktor
yang mempengaruhi perceraian adalah seperti kurangnya kesiapan mental membangun
rumah tangga, permasalahan ekonomi, kurangnya komunikasi antar pasangan, campur
tangan keluarga pasangan, dan perselingkuhan. Beberapa kaitan antara studi kasus dengan
landasan teori adalah sebagai berikut.

1. Dalam kesiapan mental, tidak menutup kemungkinan bahwa mental mereka belum
cukup memumpuni dalam menyelesaikan masalah dalam rumah tangga. Hal
tersebut dikarenakan ketika rumah tangga mereka sedang dihadapi oleh masalah,
mereka menyelesaikan permasalahan tersebut dengan caranya sendiri – sendiri dan
tidak diselesaikan secara diskusi dan bareng – bareng.
2. Kurangnya komunikasi antar pasangan, hal ini dapat terjadi karena mereka terlalu
sibuk dengan kegiatan mereka masing – masing sehingga mereka lupa untuk
membahas tentang keadaan atau permasalahan yang terjadi dalam rumah tangga
mereka.
3. Agama tentu sangat penting sebagai pedoman dalam hidup. Dalam rumah tangga
mereka tentu tidak berserah diri kepada Tuhan. Lebih jelasnya bahwa mereka lupa
akan adanya Tuhan, sehingga rasa egois yang tinggi selalu muncul pada mereka
ketika dalam situasi yang buruk terhadap rumah tangga mereka.

Namun, di sisi lain dari hasil pernikahan mereka tentu dikaruniai seorang anak yang akrab
disapa Gempi. Umur Gempi dapat dikatakan masih terlalu dini untuk melihat dan
menerima keadaan orang tuanya sudah bercerai. Hal yang dapat ditakutkan dari perceraian
antara mereka adalah dapat menggaggu psikologis Gempi untuk masa depannya karena
bingung mana yang orang tua yang terbaik untuk memenuhi pertumbuhan dan
perkembangannya nanti. Hal ini sangat berkaitan dengan landasan teori dalam dampak
perceraian, secara psikologis mengakibatkan tekanan mental yang berat bagi anak sehingga
merasa terkucilkan dari kasih sayang orangtuanya, kehilangan rasa aman, menurunnya
jarak emosional dengan salah satu orangtuanya dan hubungannya dengan orang lain
menjadi terganggu karena rasa harga diri yang cenderung inferior dan dependen.

Dalam Al Qur’an dan Hadits dijelaskan mengenai perceraian :

‫ق فَاِ َّن هّٰللا َ َس ِم ۡي ٌع َعلِ ۡي ٌم‬


َ ‫َواِ ۡن َع َز ُموا الطَّاَل‬
“Dan jika mereka berketetapan hati hendak menceraikan, maka sungguh, Allah Maha
Mendengar, Maha Mengetahui”. (Al Baqarah : 227)
Islam menganjurkan terhadap pasangan suami istri untuk mencari jalan keluar lain untuk
menyelesaikan masalah dalam rumah tangga. Jadi, perceraian pun dapat menjadi jalan
paling akhir untuk menyelesaikan masalah. Seorang istri tentu boleh saja menggugat cerai
suami. Namun, harus ada alasan yang jelas terlebih dahulu. Jika tidak ada alasan yang jelas,
maka menggugat cerai haram bagi hukumnya.

Sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah SAW berikut :

“Siapa saja perempuan yang meminta (menuntut) cerai kepada suaminya tanpa alasan
yang dibenarkan maka diharamkan bau surga atas perempuan tersebut”. (HR. Abu
Dawud, Al Tirmidzi, dan Ibnu Majah. Dishahihkan Syaikh Al Albani dalam Shahih Abi
Dawud).
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulannya adalah bahwa untuk melakukan pernikahan tentu membutuhkan kesiapan


mental yang cukup untuk membangun sebuah rumah tangga karena pada dasarnya
kehidupan akan berubah secara signifikan. Dalam membangun rumah tangga tentu sangat
membutuhkan tanggung jawab yang besar. Jika tidak mempunyai kesiapan secara lahir dan
batin dalam melakukan pernikahan, lebih baik tidak dilakukan karena akan berdampak pada
proses perceraian. Terjadinya perceraian dalam keluarga tentu memiliki penyebab –
penyebab tertentu dan dampak yang dapat berpengaruh terhadap psikologis diri sendiri dan
juga anak (jika mempunyai keturunan) untuk hidup kedepannya. Saran dalam studi kasus
dan tema ini adalah jika sedang menghadapi masalah dalam rumah tangga, alangkah
baiknya untuk di diskusikan terlebih dahulu mengenai permasalahannya dan dapat
diselesaikan secara baik tanpa adanya rasa emosional yang tinggi. Komunikasi terhadap
pasangan tentu sangat penting untuk menjalin hubungan dalam keluarga agar dapat
membangun rumah tangga yang aman, nyaman, harmonis dan menciptakan dampak positif
seperti timbulnya rasa kebahagiaan.
DAFTAR PUSTAKA

Dariyo A., 2004, Memahami Psikologi Perceraian Dalam Kehidupan Keluarga

Matondang A., 2014, Faktor – Faktor Yang Mengakibatkan Perceraian Dalam Perkawinan

Priyana D., 2011, Dampak Perceraian Terhadap Kondisi Psikologis Dan Ekonomis Anak
(Studi Pada Keluarga Yang Bercerai Di Desa Logede Kec. Sumber Kab. Rembang)

Billy Tioconny A. (2020, September 17). Retrieved from Tribunseleb :


https://www.tribunnews.com/seleb/2020/09/17/ungkap-faktor-penyebab-cerai-dengan-
gading-gisel-akui-overthinking-dan-tak-berserah-ke-tuhan

Waluyo Puji A. (2019, Juli 11). Retrieved from Tribunseleb :


https://www.tribunnews.com/seleb/2019/07/11/gisel-beberkan-alasannya-gugat-cerai-
gading-marten-masalah-ekonomi-dan-orang-ketiga-tak-termasuk?page=2

Saputra Aditya R. (2019, November 21). Retrieved from Liputan6 :


https://www.liputan6.com/showbiz/read/3696841/5-tahun-menikah-gisel-gugat-cerai-
gading-marten

Kinanti Annastasia A, (2020 Agustus 25). Retrieved from Popmama.com :


https://www.popmama.com/life/relationship/annas/hukum-perceraian-menurut-islam/5

Anda mungkin juga menyukai