Anda di halaman 1dari 2

BAB III

ANALISIS KASUS

Tn.S, 57 tahun, datang ke IGD RSUD Prembun dengan keluhan badan kuning sejak 2
hari sebelum masuk rumah sakit, badan terasa lemas, mual namun tidak sampai muntah,
nafsu makan menurun, disertai nyeri perut di ulu hati. Pasien mengatakan BAK nya berwarna
pekat seperti teh dan BAB nya berwarna agak putih. Demam dan penurunan berat badan
tidak dijumpai. Riwayat sakit kuning sebelumnya (-), riwayat sakit liver (-), riwayat
konsumsi alkohol (-), riwayat konsumsi obat-obatan (-).
Dari hasil pemeriksaan fisik diperoleh sclera ikterik, nyeri tekan abdomen di regio
epigastrium, dan hepatomegali. Pemeriksaan penunjang laboratorium darah diperoleh
peningkatan nilai SGOT, SGPT, total bilirubin, direct bilirubin, indirect bilirubin, dan
hipokalemi. Hasil EKG diperoleh kesan sinus bradikardi dan dari hasil rontgen thorax
diperoleh kesan kardiomegali. Hasil USG Abdomen menunjukkan gambaran hepatomegali
dengan cholestasis dan hidrops gall bladder.
Pada pasien ini dari hasil anamnesis diperoleh gejala-gejala yang mengarah pada
ikterus obstruktif, seperti badan kuning disertai BAK pekat seperti teh oleh karena
peningkatan bilirubin direk yang bersifat larut air di dalam urin, selain itu pasien juga
mengatakan BAB nya berwarna seperti dempul yang menunjukkan adanya sumbatan aliran
bilirubin ke dalam usus sehingga feses tidak berwarna. Gejala lainnya seperti nyeri ulu hati
disertai mual, tidak spesifik mengarah ke ikterus obstruktif, namun gejala tersebut dapat
membantu untuk menemukan penyebab yang mendasari ikterus obstruktif.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan adanya sclera ikterik, hal ini menunjukkan adanya
penumpukan bilirubin di plasma yang terdeposit pada jaringan ikat longgar, selain itu
ditemukan hepatomegali dan nyeri tekan epigastrium yang merupakan salah satu manifestasi
klinis adanya gangguan di hati dan saluran empedu. Dari hasil pemeriksaan laboratorium
diperoleh kenaikan nilai enzim hati SGOT dan SGPT, namun nilai tersebut kurang signifikan
karena peningkatan nilainya kurang dari dua kali lipat nilai normal. Sebaiknya dilakukan
penilaian kadar enzim GGT dan ALP untuk membantu memastikan letak gangguan apakah di
hepar atau di saluran empedu. Pada ikterus obstruktif nilai SGOT dan SGPT dapat ditemukan
normal atau mengalami sedikit peningkatan, namun kadar ALP dan GGT akan meningkat
pada ikterus obstruktif.
Pemeriksaan kadar bilirubin total, direct dan indirect di dalam darah juga
menunjukkan terjadinya peningkatan, dengan dominasi peningkatan terutama pada bilirubin
direct, hal ini akan membantu menegakkan diagnosis adanya ikterus post hepatik terutama
jika disertai pemeriksaan urin untuk menemukan adanya bilirubin di urin dan hasil urobilin
yang negatif. Pada ikterus hepatik masih terdapat adanya urobilin di dalam urin selain
ditemukan adanya bilirubin. Dari hasil USG abdomen pada pasien ditemukan adanya
hepatomegali dengan cholestasis dan hidrops gall bladder. Gambaran ini mendukung adanya
ikterus obstruktif oleh karena adanya dilatasi pada kandung empedu disertai stasis saluran
empedu, pembesaran hepar dapat terjadi oleh karena adanya kongesti bilier akibat stasis
empedu. Namun belum dapat ditemukan penyebab pasti cholestasis pada pasien ini, sehingga
diperlukan adanya pemeriksaan lanjutan seperti MRCP/ERCP untuk mengetahui penyebab
sumbatan dan menentukan terapi yang sesuai.

Anda mungkin juga menyukai