Anda di halaman 1dari 29

A.

Latar Belakang Masalah

Waktu pendidikan kepada anak dalam agama Islam dibedakan

menjadi dua macam, yaitu waktu atau masa persiapan dan masa aktif

mendidik. Untuk masa dalam persiapan mendidik anak diawali saat memilih

jodoh, yaitu masa pemilihan istri atau suami. Sedangkan waktu aktif untuk

mendidik anak dimulai saat sang calon ibu (istri) diketahui sudah positif

mengandung.1

Berdasarkan pada penjabaran tersebut, maka pernikahan merupakan

bagian yang sangat penting dalam proses berlangsungnya pendidikan anak di

masa yang akan datang. Karena melalui pernikahan itulah dibentuk keluarga

yang di dalamnya ada anak-anak dan orang tua sebagai satu kesatuan dalam

keluarga.

Salah satu ayat al-Qur’an yang dijadikan dasar anjuran untuk

melaksanakan pernikahan adalah sebagai berikut:

‫اج ا لِّتَ ْس ُكُن ْوٓا اِلَْي َه ا َو َج َع َل َبْينَ ُك ْم َّم َو َّد ًة‬ ِ ِ ِ


ً ‫َوم ْن اٰيٰت ه اَ ْن َخلَ َق لَ ُك ْم ِّم ْن اَْن ُفس ُك ْم اَْز َو‬
‫ت لَِّق ْوٍم يََّت َف َّك ُر ْو َن‬
ٍ ٰ‫ك اَل ٰي‬ ِ ِ
َ ‫َّو َرمْح َةً ۗا َّن يِف ْ ٰذل‬
Dan diantara tanda kekuasaan Nya dan Dia telah menjadikan dari
dirimu sendiri pasangan kamu, agar kamu hidup tenang bersamanya
dan Dia jadikan rasa kasih sayang sesama kamu. Sesungguhnya, dalam
hal itu, menjadi pelajaran pelajaran bagi kaum yang berpikir. (Ar-
Rum: 21)2

1
Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama dalam Keluarga, (Bandung: PT. Remaja Rosadakraya,
2002), h. 11-14
2
Tim Pentashih Mushaf Al-Qur’an Kementerian Agama RI, al-Qur'anul dan Terjemahnya,
(Jakarta : Al-Fatih, 2012)

1
2

Membangun hidup berumah tangga dalam pernikahan merupakan

bagian tahapan hidup yang akan dilalui oleh setiap manusia. disaat inilah

sikap dewasa dari suami dan istri sangat dibutuhkan untuk mencapai

kesuksesan dalam membina bahtera rumah tangga.3 Oleh sebab itu, menurut

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 Pasal 7 ayat (1), perkawinan hanya

diizinkan apabila pria dan wanita sudah memenuhi usia 19 tahun (sembilan

belas) tahun.4

Batasan umur dalam pernikahan diperlukan karena pernikahan

merupakan peristiwa hukum yang akan mengubah peran (kedudukan), hak

dan kewajiban pada diri seseorang. Yang berubah dari seseorang ketika

menikah misalnya adalah haknya dan kewajibannya dari seorang anak

menjadi suami atau juga menjadi seorang istri. 5 Selain itu, pembatasan usia

perkawinan juga dimaksudkan agar rumah tangga yang dibentuk nantinya

dapat mencapai kebahagiaan bagi semua keluwarga terutama bagi pasangan

yang menikah.6

Berdasarkan uraian di atas, maka pernikahan seharusnya dipersiapkan

dengan baik oleh kedua mempelai maupun keluarga besarnya. Mengingat

bahwa pernikahan adalah termasuk dalam satu usaha untuk mencapai

kebahagiaan, dari pernikahan tersebut juga kelak akan lahir anak-anak yang

menjadi penerus keluarga. Atas dasar inilah, pendidikan terhadap anak

bersifat sangat penting, karena anak adalah generasi penerus bangsa. Selain

3
Agus Riyadi, Bimbingan Konseling Perkawinan, (Yogyakarta: Ombak, 2013), h. 150
4
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan Pasal 1
5
Syahrul Mustofa, Hukum Pencegahan Pernikahan Dini, (Jakarta: Guepedia, 2019), h. 68.
6
Ibid.h., 106.
3

harus mendapatkan pendidikan yang berkaitan dengan ilmu dan pengetahuan,

anak-anak juga harus mendapatkan pengajaran dan pendidikan karakter.

Untuk mewujudkan anak-anak dan generasi yang berakhlak mulia, maka

pendidikan agama menjadi satu hal yang wajib dan harus dilaksanakan

dengan sebaik-baiknya. Hal ini menjadikan orang tua memiliki peran terbesar

dalam pelaksanaan pendidikan agama. Sebagaimana dalam pendapat

Abdullah Nashih Ulwan bahwa orang tua adalah pendidik utama dan pertama

dalam hal penanaman keimanan dan keagamaan bagi anaknya. Disebut

sebagai pendidik yang utama sebab orang tualah yang pertama kali mendidik

anaknya. Sedangkan lembaga pendidikan seperti sekolah, pondok pesantren

dan guru adalah institusi pendidikan yang sifatnya membantu orang tua.

Kewajiban orang tua sebagai pendidik utama tersebut adalah menumbuhkan

dasar keimanan dan Islam sejak dini pada masa pertumbuhannya.7

Keluarga merupakan tempat pendidikan agama yang pertama bagi

anak dengan kedua orangtua sebagai pendidiknya. 8 Keluarga merupakan inti

masyarakat dan memiliki pengaruh besar terhadap anak sebagai kader-kader

umat yang berkualitas imtaq (iman dan taqwa) yang mantap. 9 Maka sudah

sepatutnya keluarga memperhatikan perkembangan anak, mendidiknya dan

meletakkan dasar-dasar pendidikan agama pada anak agar fitrah anak dapat

7
Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad Fil Islam, terj. Jamaluddin Miri, (Jakarta: Pustaka
Amani, 1995), h. 151
8
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2015), h. 253
9
Aziz Mushoffa, Untaian Mutiara Buat Keluarga, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001), h. 46
4

berkembang dengan baik dalam segi jasmani dan rohani.10 Rasulullah SAW

bersabda:

ِّ َ‫ُك ُّل َم ْولُْو ٍد َعلَى الْ ِفطَْر ِة فَ ََأب َواهُ يُ َه ِّو َدانِِه َْأومُيَ ِّج َسانِِه َْأويُن‬
)‫صَرانِِه (رواه البخارى‬
Tidaklah dilahirkan seorang anak melainkan dengan fitrah, maka orang
tuanyalah yang akan menjadikan Yahudi, Nasrani, atau Majuzi”. (HR.
Muslim).11

Dengan demikian antara keluarga dan pendidikan agama pada anak

memiliki hubungan yang sangat erat. Dalam keluargalah anak tumbuh dan

berkembang, terbentuk kepribadiannya, serta mulai diletakkan dasar-dasar

keagamaannya. Sedangkan keluarga terbentuk dari suatu ikatan yang disebut

dengan pernikahan. Dari pernikahan yang baik akan terwujud keluarga yang

bik pula.

Maka selanjutnya, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

bagaimana pendidikan agama yang didapatkan oleh anak-anak di Desa

Pendosawalan dari keluarga yang terbentuk dari pernikahan dini.

Sebagaimana teori dari banyak ahli bahwa pasangan yang melakukan

pernikahan usia dini belum memiliki kematangan psikologis maupun

wawasan keilmuan sehingga pendidikan agama yang diberikan kepada anak-

anaknya pun kurang maksimal.

Secara lugas judul dalam penelitian ini adalah “Pernikahan Dini Dan

Pengaruhnya Terhadap Pendidikan Agama Anak (Studi Kasus di Desa

Pendosawalan Kalinyamatan Jepara)”.

10
Nur Ahid, Pendidikan Keluarga dalam Perspektif Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2010), h. 3
11
Aziz Mushoffa, Untaian Mutiara Buat Keluarga, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001), h. 46
5

B. Penegasan Istilah

Untuk memudahkan memahami arti dari judul dalam penelitian ini

maka berikut ini penulis jelaskan beberapa istilah sebagai berikut:

1. Pernikahan Dini

Secara bahasa pernikahan berasal dari kata nikah yang artinya

mengumpulkan, saling memasukkan, dan digunakan untuk arti

bersetubuh12

Kata “nikah” kerapkali dipergunakan untuk mengartikan

persetubuhan (coitus), juga untuk arti akad nikah.13 Didalam KBBI

“nikah” memiliki pengertian ikatan atau hubungan antara laki-laki dan

perempuan untuk menjadi suami istri secara resmi.14

Sedangkan arti dini dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya

pagi sekali, sebelum waktunya.15 Secara istilah dalam UU Nomor 16

Tahun 2019 pasal 1 yang dimaksudkan dengan pernikahan adalah ikatan

secara lahir dan batin antara seorang laki-laki sebagai suami dengan

seorang perempuan sebagai istri yang bertujuan untuk membentuk

keluarga (rumah tangga), yang bahagia dan kekal bedasarkan Ketuhanan

YME”16

12
Abdul Rahman Ghozali, Fiqih Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2003), h.8
13
Ibid
14
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2008), h. 58
15
Ibid., h. 33.
16
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan Pasal 1.
6

UU Nomor 16 Tahun 2019 Pasal 7 ayat (1) menyatakan bahwa

perkawinan hanya mendapatkan izin jika laki-laki dan perempuan telah

berusia 19 (sembilan belas) tahun. 17

Berdasarkan pengertian istilah di atas, maka yang dimaksud dengan

pernikahan dini adalah pernikahan atau perkawinan yang dilakukan oleh

seorang pria dan wanita yang umur keduanya masih belum mencapai

batas minimal yang ditetapkan oleh Undang-undang dan pasangan calon

mempelai tersebut belum memiliki kesiapan baik secara lahir maupun

batin, serta kedua calon mempelai tersebut belum mempunyai mental

yang matang dan juga belum siap dalam hal pendapatan. 18 Secara singkat

pernikahan dini adalah ikatan lahir batin anak di bawah usia 18 tahun

baik laki-laki maupun perempuan.19

2. Pendidikan Agama Anak

Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani yaitu paedos (anak)

dan agoge (saya membimbing, memimpin).20 Muhibbin Syah

menjelaskan bahwa kata “pendidikan” diambil dari kata dasar "didik"

kemudian kata ini mendapat tambahan "me" didepan menjadi kata

"mendidik" yang berarti memelihara dan memberi latihan.21

Helnawati menjelaskan bahwa pendidikan ialah suatu proses

mentransformasikan pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan dari satu

17
Undang-Undang Nomor 16 Tahin 2019 Tentang Perkawinan Pasal 7 ayat 1
18
Rahmatiah, Studi Kasus Perkawinan Dibawah Umur, Dalam Jurnal Al daulah, volume 5,
Nomor 1, Juni 2016, h. 149.
19
Undang-Undang Republik Indonesia tentang Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2012.
20
Ngalim purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Rosdakarya, 1985), h. 3
21
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2006), h. 10
7

generasi ke generasi, yang laksanakan oleh masyarakat melalui lembaga-

lembaga pendidikan seperti sekolah, pendidikan tinggi atau lembaga

lainnya22

Abidin Nurdin menjelaskan agama ialah kepercayaan kepada

Tuhan yang dinyatakan dengan mengadakan hubungan dengan-Nya

melalui upacara, menyembah-Nya dan permohonan yang membentuk

sikap hidup manusia berdasarkan tuntunan agama. 23 Adapun yang

dimaksud penulis dalam penelitian ini dalah khusus pada pendidikan

agama Islam. Zakiah Daradjat menjelaskan bahwa pendidikan agama

Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar

senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara sempurna Kemudian

mereskannya dalam jiwa serta mengamalkan dan menjadikan Islam

sebagai pedoman hidup.24

Berdasarkan uraian istilah di atas, maka yang dimaksud dengan judul

dalam penelitian ini adalah sebuah penelitian yang membahas tentang ikatan

lahir batin dalam suatu pernikahan yang dibentuk dari pasangan suami istri

dengan usia yang masih dibawah umur atau belum mencapai batas usia

minimal untuk melakukan pernikahan yang ditetapkan dalam undang-undang

dan dampaknya terhadap pendidikan agama anak yang lahir dari pernikahan

tersebut di Desa Pendosawalan Kalinyamatan Jepara.

C. Pembatasan Masalah
22
Helnawati, Pendidikan Keluarga Teoritis dan Praktis, (Bandung: Rosdakarya, 2014), h. 23
23
Abidin Nurdin, Studi Agama: Konsepsi Islam terhadap Berbagai Persoalan Kemanusiaan,
(Bali : Pustaka Larasan, 2014), h. 12.
24
Ibid.
8

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka ada beberapa

permasalahan yang dapat diindentifikasi berkaitan dengan pernikahan dini,

antara lain yaitu:

1. Faktor pernikahan dini diasumsikan karena faktor salah pergaulan

2. Pernikahan dini tidak mampu membentuk keluarga yang ideal

3. Pernikahan dini terjadi dari pasangan suami istri yang belum memiliki

kematangan secara psikologis sehingga rentan mengalami permasalahan

4. Pasangan suami istri yang melakukan pernikahan dini belum memiliki

bekal keilmuan yang cukup untuk mendidik anak-anaknya

5. Pasangan yang melakukan pernikahan dini belum mapan secara ekonomi.

6. Anak-anak yang lahir dari pernikahan dini akan mendapatkan pendidikan

agama yang kurang

Dari beberapa masalah yang dapat diidentifikasi di atas, agar lebih

fokus dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka penelitian ini hanya

meneliti tentang faktor-faktor yang mendorong terjadinya pernikahan dini dan

dampaknya terhadap pendidikan agama anak di Desa Pendosawalan

Kecamatan Kalinyamatan Jepara.

D. Rumusan Masalah

Setelah peneliti menguraikan latar belakang di atas, maka rumusan

masalah yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pernikahan dini di Desa Pendosawalan Kecamatan

Kalinyamatan Kabupaten Jepara ?


9

2. Apa sajakah faktor-faktor pernikahan dini di Desa Pendosawalan

Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara ?

3. Bagaimanakah dampak pernikahan dini terhadap pendidikan agama anak

di Desa Pendosawalan Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan

penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pernikahan dini di Desa Pendosawalan Kecamatan

Kalinyamatan Kabupaten Jepara ?

2. Apa sajakah faktor-faktor pernikahan dini di Desa Pendosawalan

Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara ?

3. Bagaimanakah dampak pernikahan dini terhadap pendidikan agama anak

di Desa Pendosawalan Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara ?

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah agar dapat memberikan

wawasan dan keilmuan kepada pembaca dan masyarakat pada umumnya

tentang pernikahan dini khususnya yang ada di Desa Pendosawalan

Kalinyamatan, apa saja faktor-faktor pendorongnya dan bagaimana

dampaknya terhadap pendidikan agama anak.

2. Manfaat Praktis
10

a. Bagi lembaga masyarakat : Penelitian ini diharapkan dapat menjadi

masukan dan arah kebijakan tentang pernikahan dini kepada lembaga

masyarakat, khususnya di Desa Pendosawalan Kalinyamatan.

b. Bagi orang tua : Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan

kepada orang tua agar dapat memberikan bimbingan berkaitan dengan

pernikahan bagi ank-anaknya.

c. Bagi remaja : Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan

kepada remaja tentang pernikahan dini dan dampaknya pada keluarga

khususnya anak-anak, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan

dalam mempersiapkan secara matang ketika ingin memasuki

kehidupan rumah tangga.

d. Bagi peneliti : sebagai salah satu syarat guna memperoh gelar S1

dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

G. Kajian Pustaka

1. Kajian Teori

a. Pernikahan Dini

Pengertian nikah atau perkawinan yaitu suatu akad tentang

pernikahan yang sah ditetapkan secara syara’ bahwa suami bisa

memanfaatkan seluruh tubuh istrinya.25 Arti kata “dini” ialah awal

waktu. Sehingga pernikahan usia dini dapat diartikan dengan

pernikahan yang dilakukan pada saat belum mencapai usia matang

untuk melakukan pernikahan dan menjalani hidup berkeluarga.26


25
Dedi Junaedi, 2001 :3
26
Nukman, Yang Dimaksud Pernikahan Dini. http://www.ilhamuddin.co.cc. Diakses pada tanggal
08 Februari 2021 Pukul 10.45 WIB
11

Pernikahan dini adalah suatu ikatan pernikahan yang dibentuk

dari pasangan suami istri yang belum mencapai batas usia minimal

menikah sebagaimana yang ditetapkan oleh undang-undang. Secara

agama, pernikahan dini tidak melanggar syari’at, sebagaimana ayat 59

surat an-Nur sebagai berikut:

‫استَْأذَ َن الَّ ِذيْ َن ِم ْن َقْبلِ ِه ۗ ْم‬ ِ ِ ُ ‫واِذَا بلَ َغ ااْل َطْ َف‬
ْ ‫ال مْن ُك ُم احْلُلُ َم َف ْليَ ْستَْأذنُ ْوا َك َما‬ َ َ
‫ك يَُبنِّي ُ ال ٰلّهُ لَ ُك ْم اٰيٰتِهٖۗ َوال ٰلّهُ َعلِْي ٌم َح ِكْي ٌم‬ ِ
َ ‫َك ٰذل‬
Apabila anak-anak kecil itu sudah cukup umur, maka hendaklah
meminta ijin sebagaimana orang dewasa meminta ijin,
demikianlah Allah menjelaskan hukum-hukum-Nya kepadamu,
dan Allah itu Maha Mengetahui lagi Maha Hakim. (QS. An-Nur:
59)

Akan tetapi banyak ahli yang memandang bahwa pernikahan

dini memiliki dampak yang kurang baik, dari sisi bilogis, psikologis,

ekonomis maupun dampak terhadap pendidikan anak.

Khoiruddin Nasution menjelaskan bahwa faktor penyebab atau

yang mempengaruhi adanya menikah pada usia dini dalam bukunya

yang berjudul “Hukum perdata (keluarga) Islam Indonesia dan

Perbandingan Hukum Perkawinan Didunia Muslim” ialah adanya dua

hal yaitu sebab intern dan sebab ekstern. Penyebab dari anak itu sendiri

adalah anak tidak memiliki keilmuan karena tidak bersekolah,

berhubungan badan (biologis), dan hamil pra menikah. Sedangkan dari

faktor eksternnya ialah pemikiran atau kehawatiran dari orang tua jika
12

anaknya akan melanggar aturan-aturan agama, karena faktor ekonomi,

faktor adat dan kebuadayaan.27

Utsman dalam bukunya “Dasar-Dasar Pernikahan dalam Islam”

menjelaskan bahwa syariat Islam telah menentukan pernikahan untuk

mencapai tujuan:

a. Mendapatkan ridlo Allah, mendapatkan keselamatan dari azzab-

Nya. Dalam mengikuti sunnah Rasulullah terdapat perwujudan itu

semua.

b. Menutupi diri dan pasangan selayaknya pakaian menutupi badan.

Menikah merupakan penjaga dan penutup diri dari yang haram.

c. Mencapai ketengangan dan ketentraman serta kehidupan yang

sejuk.

d. Menambah jumlah umat Islam, membentuk kekuatan, sekaligus

kemulaiaan.

e. Mendapatkan amal yang sholeh sesudah mati.

f. Mendapatkan cukupnya rizki (tidak meminta-minta) kepada

manusia dan agar memperoleh kemuduhan dalam kehidupan. 28

b. Pendidikan Agama

Noeng Muhajir sebagaimana dikutip oleh Helnawati juga

menjelaskan bahwa kata pendidikan berasal dari Bahasa Inggris yaitu

27
Khoiruddin Nasution, Hukum Perdata (Keluarga) Islam Indonesia Dan Perbandingan
Hukum Perkawinan Di Dunia Muslim, (Yogyakarta: Academia, 2013), h. 387.
28
Ali Ahmad Utsman, Dasar-Dasar Pernikahan Dalam Islam, (Solo: Media Insani, 2006), h.
17-19
13

education yang memiliki sinonim dengan process of teaching, traning

and learning yang berarti proses pengajaran, latihan, dan pengajaran.29

Nur Uhbiyati menjelaskan bahwa pendidikan adalah latihan

pada mental, moral dan fisik untuk mewujudkan manusia yang

memiliki budaya tinggi untuk melakukan tugas dan kewajiban serta

tanggung jawab didalam masyarakat sebagai hamba Allah.30

Qiqi Zuliyati Zakiyah dan A. Rusdiana menjelaskan bahwa

pendidikan ialah suatu proses mendewasakan anak manusia, baik

secara intelektual, emosional, maupun spiritual dan akan berpengaruh

pada masa depan peserta didik, negara, bangsa, dan agama, harus

dilakukan secara terprogram, sistematis, terpadu, dan menyeluruh.31

Departemen Pendidikan nasional menjelaskan bahwa agama

adalah “sistem yang mengatur tata keimanan ((kepercayaan) dan

peribadahan kepada Tuhan serta kaidah-kaidah yang berkaitan dengan

pergaulan sesama manusia dan manusia serta lingkungannya”.32

Harun nasution menjelaskan bahwa agama adalah suatu ikatan

yang harus dipegang dan dipatuhi oleh manusia. Sumber dari kekuatan

tersebut adalah dari kekuatan gaib yang lebih tinggi dari kekuatan yang

yang tidak dapat ditangkanp oleh pancaindera manusia, akan tetapi

mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia.

Harun Nasution juga menjelaskan bahwa agama adalah:


29
Ibid
30
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), Cet. 2. h. 12
31
Qiqi Yuliati Zakiyah dan A. Rusdiana, Pendidikan Nilai Kajian Teori dan Praktik di
Sekolah, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), h. 146
32
Departemen Pendidikan Nasional, Op.Cit., hlm. 12
14

1) Pengakuan pada adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib

yang harus dipatuhi

2) Pengakuan pada kekuatan gaib yang menguasai manusia

3) Mengakui adanya suatu sumber yang berada di luar diri manusia

dan yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia

4) Keyakinan pada suatu kekuatan gaib yang mewujudkan cara hidup

5) Tata cara berperilaku yang bersumber dari kekuatan gaib

6) Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini

bersumber pada kekuatan gaib

7) Pemujaan terhadap kekuatm gaib yang timbul dari perasaan lemah

dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat

dalam alam sekitar manusia

8) Pelajaran yang diwahyukan oleh Tuhan kepada manusia melalui

Rosul-Nya33

Adapun yang dimaksud dengan agama dalam penelitian ini

adalah agama Islam. Islam adalah “Agama yang disampaikan dan

diajarkan oleh Nabi Muhammad, dan bersumber dari wahyu Allah

SWT.34 Sehingga yang dibahas dalam penilitian ini adalah tentang

pendidikan keagamaan Islam.

Pendidikan agama Islam menurut Zakiah Dardjat adalah suatu

upaya untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa

33
Jalaluddin, Psikologi Agama Memahami Perilaku Keagamaan dengan Mengaplikasikan
prinsip-prinsip psikologi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 12-13
34
TB. Aat Syafaat, dkk, Op.Cit., h. 15
15

dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Kemudian

mengamalkan dan menjadikannya Islam sebagai pandangan hidup.35

Ramayulis dalam kutipan Heri Gunawan menjelaskan

pendidikan Islam adalah proses menyiapkan manusia agar hidup

dengan sempurna dan bahagia, cinta terhadap tanah air, kuat raganya

(jasmaninya), tinggi akhlaknya atau sempurna budi pekertinya, teratur

fikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaan, manis tutur

katanya, baik dengan lisan maupun tulisan.36

2. Penelitian Lain Yang Relevan

Berikut ini adalah beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan

dengan penelitian ini:

a. Penelitian skripsi dengan judul “Pernikahan Dibawah Umur dan

Problematikanya (Studi Kasus di Desa Kedung Leper Bangsri Jepara)”

yang di teliti oleh Amalia Najah Mahasiswi Universitas Islam

Nahdatul Ulama Jepara Jawa Tengah, menjelaskan bahwa

problematika pernikahan dini muncul karena belum siapnya kedua

mempelai untuk menikah dan masalah-masalah yang muncul setelah

terlaksananya pernikahan. Amalia Najah menemukan bahwa bahwa

pernikahan di bawah umur berdampak pada ekonomi dan dampak

secara psikologis. Dalam hal ekonomi, karena remaja belum terampil

dalam bekerja, sedangkan secara psikologis karena remaja belum siap

35
Ibid.
36
Heri Gunawan, Pendidikan Islam Kajian Teoretis dan Pemikiran Tokoh, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2014), h. 9
16

secara mental sehingga dalam berkeluarga cenderung mengedepankan

emosi. 37

Persamaan Amalia Najah dengan penelitian ini adalah sama-

sama mengangkat pokok penelitian tentang pernikahan dini dan

berjenis kwalitatif. Perbedaannya adalah penelitian tersebut lebih

fokus pada dampak dibidang ekonomi dan psikologis sedangkan

dalam penelitian ini lebih pada pendidikan agama anak.

b. Eka Dewi dalam penelitian skripsi dengan judul “Pengaruh Pernikahan

Dini Terhadap Keharmonisan Keluarga dan Pola Pengasuhan Anak di

Desa Sukaraja Tiga, Kecamatan Marga Tiga, Kabupaten Lampung

Timur” mengkaji bagaimana pengaruh pernikahan dini terhadap

keharmonisan keluarga dan pola pengasuhan anak, bahwa pentingnya

batasan umur sebelum menikah itu sangat berdampak dalam keluarga

dan pola asuh anak yang dimana harus mempunyai kesiapan mental

untuk mengarungi bahtera rumah tangga.38

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Eka Dewi dan

penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang pernikahan dini akan

tetapi penelitian Eka Dewi difokuskan dampaknya pada keharmonisan

keluarga dan pola pengasuhan anak sedangkan penelitian ini fokus

pada pendidikan agama terhadap anak.

37
Amalia Najah, Pernikahan Dibawah Umur Dan Problematikanya Studi Kasus Di Desa
Kedung Leper Bangsri Jepara, (Jepara: Universitas Islam Nahdatul Ulama, 2015)
38
Eka Dewi, Pengaruh Pernikahan Dini Terhadap Keharmonisan Keluarga Dan Pola
Pengasuhan Anak Di Desa Sukaraja Tiga, Kecamatan Marga Tiga, Kabupaten Lampung Timur,
(Metro: Institut Agama Islam Negeri, 2017).
17

c. Penelitian skripsi oleh Bella Setya Haswati dengan judul “Faktor-

faktor yang Berhubungan dengan Pernikahan Dini pada Remaja Putri

di Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi”. Penelitian ini

menemukan bahwa ada hubungan antara pengetahuan pengetahuan

dengan pernikahan dini (p-value =0,005) nilai OR=0,180. Tingkat

pendapatan orang tua (p-value =0,001) nilai OR=5,90. Tingkat

pendidikan responden (p-value =0,002) nilai OR=5,50. Dan faktor

yang tidak berhubungan dengan pernikahan dini yaitu kepercayaan

orang tua (p-value =0,806) nilai OR=1,45.39

Persamaan penelitian Bella Setya Haswati dengan yang penulis

lakukan adalah pada pokok kajian penelitian tentang pernikahan pada

usia dini, akan tetapi penelitian Bella Setya Haswati tersebut dianalisa

dengan pendekatan kuantitaif sedangkan penelitian ini menggunakan

pendekatan kwalitatif

d. Anggi Dian Savendra dalam penelitian dengan judul “Pengaruh

Pernikahan Di Bawah Umur Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga

(Studi Kasus Di Desa Banarjoyo Kecamatan Batanghari Kabupaten

Lampung Timur)” menjelaskan bahwa pernikahan dini mempengaruhi

keadaan rumah tangga karena dengan usia yang masih muda akan

justru mendatangkan banyak masalah. Hal ini karena pasangan yang

menikah di usia dini segi psikologisnya belum matang. Seringkali

39
Bella Setya Haswati, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pernikahan Dini pada
Remaja Putri di Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi, (Madiun; STIKES Bhakti Husada,
2019)
18

pasangan bergejolak dalam rumah tangganya karena perkawinan yang

masih terlalu muda. 40

Persamaan penelitian dari Anggi Dian Savendra dengan

penelitian yang penulis lakukan adalah pada pokok bahasannya yaitu

tentang pernikahan dini yang dikaji dengan metode kualitatif. Akan

tetapi berbeda dalam tujuan penelitiannya, jika penelitian dari Anggi

Dian Savendra bertujuan untuk mendiskripsikan pengaruh pernikahan

di bawah umur mereka terhadap keharmonisan rumah tangganya,

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak pernikahan dini

terhadap pendidikan agama anak.

e. Penelitian yang ditulis Mubasyaroh dalam artikel dengan judul

“Analisis Faktor Penyebab Pernikahan Dini dan Dampaknya Bagi

Pelakunya”. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa pernikahan

dibawah umur membawa dampak secara fisik maupun biologis

remaja, dimana remaja yang mengandung (hamil) akan lebih mudah

menderita anemia ketika hamil dan melahirkan, yang menjadi salah

satu penyebab tingginya kematian ibu dan bayi. Selain itu juga

hilangnya kesempatan menempun pendidikan pada jenjang yang lebih

tinggi. Disamping itu juga memiliki dampak psikologis bagi

pelakunya.41

40
Anggi Dian Savendra, Pengaruh Pernikahan Di Bawah Umur Terhadap Keharmonisan
Rumah Tangga (Studi Kasus Di Desa Banarjoyo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung
Timur), Skripsi: Sarjana Hukum, (Lampung : IAIN Metro, 2019)
41
Mubasyaroh, Analisis Faktor Penyebab Pernikahan Dini dan Dampaknya Bagi Pelakunya,
Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosial Keagamaan Yudisia, Vol. 7, No. 2, Desember 2016
19

Persamaan penelitian Mubasyaroh dengan penulis lakukan

adalah pada pokok kajian penelitian tentang pernikahan pada usia dini,

akan tetapi penelitian Mubasyaroh tersebut fokus pada dampaknya

terhadap kesehatan istri (ibu), sedangkan pada penelitian ini lebih

fokus pada dampaknya terhadap pendidikan agama anak.

f. Penelitian Fachria Octaviani dan Nunung Nurwati dalam artikel dengan

judul “Dampak Pernikahan Usia Dini Terhadap Perceraian di

Indonesia”, menjelaskan bahwa pernikahan di usia dini akan

mendatangkan masalah bagi pelaku dan keluwarga. Dipandang dari

segi psikologis, menikah di usia dini dapat mempengaruhi pola pikir

serta tingkah laku pasangan muda mudi ini. Keadaan emosi mereka

yang masih belum stabil (labil) dapat membawa dampak terjadinya

pertengkaran dan berujung dengan perceraian dalam rumah tangga.

Selain dapat bercerainya pasangan pernikahan usia muda, mereka juga

akan mengalami resiko kematian ibu dan anak baru lahir (bayi) yang

cukup tinggi.42

Persamaan penelitian Fachria Octaviani dan Nunung Nurwati

dengan penulis lakukan adalah pada pokok kajian penelitian tentang

pernikahan pada usia dini, namun penelitian tersebut tertuju pada

dampak secara psikologi pasangan yang menikah di usia dini yang

dapat menyebabkan perceraian, sedangkan pada penelitian ini lebih

fokus pada dampaknya terhadap pendidikan agama anak.


42
Fachria Octaviani dan Nunung Nurwati, Dampak Pernikahan Usia Dini Terhadap Perceraian
Di Indonesia, Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas
Padjadjaran
20

g. Hadina, dkk. Dalam artikel dengan judul "Pernikahan Usia Dini

Perempuan di Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi Sulawesi

Tengah” menemukan bahwa ada beberapa faktor yang menjadi

penyebab terjadinya pernikahan usia dini pada perempuan di

Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah diantaranya

adalah faktor lingkungan pergaulan, faktor keinginan sendiri, faktor

pendidikan, faktor pola asuh orang tua, faktor ekonomi, faktor budaya

keluarga dan faktor agama.43

h. Yekti Satriyandari dan Fitria Siswi Utami dalam penelitian dengan

judul “Fenomena Pergeseran Budaya Dengan Trend Pernikahan Dini

di Kabupaten Sleman D.I. Yogyakarta” menemukan bahwa faktor

remaja melakukan pernikahan dini di Kecamatan Godean adalah

karena kehamilan yang tidak diinginkan. Fenomena tersebut bukan

menjadi hal yang tabu lagi di masyarakat, meskipun itu adalah aib

yang harus di tutupi. Pernikahan dini karena kehamilan yang tidak

diinginkan tersebut berdampak pada kelanjutan pendidikan pelaku

pernikahan dini. Karena mereka mayoritas masih lulusan SD dan SMP

sehingga sulit mendapatkan pekerjaan yang menimbulkan masalah

keuangan dalam rumah tangga. Dampak lain yang ditimbulkan dari

pernikahan dini adalah kurangnya keharmonisan di dalam keluarga

misalnya pertengkaran sampai dengan menginginkan perceraian.44

43
Hadina, dkk. Dalam artikel dengan judul Pernikahan Usia Dini Perempuan di Kecamatan
Marawola Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah
44
Yekti Satriyandari, Fitria Siswi Utami, Fenomena Pergeseran Budaya Dengan Trend
Pernikahan Dini Di Kabupaten Sleman D.I. Yogyakarta, Jurnal Kebidanan, 8 (2), 2019, 105-114,
http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jur_bid/, DOI : 10.26714/jk.8.2.2019.105-114
21

Persamaan penelitian Yekti Satriyandari dan Fitria Siswi Utami

dengan yang peneliti lakukan adalah sama-sama meneliti tentang

dampak pernikahan dini terhadap pendidikan akan tetapi Yekti

Satriyandari dan Fitria Siswi Utami meneliti terhadap kelanjutan

pendidikan pelaku pernikahan dini sedangkan dalam penelitian ini

meneliti dampak pernikahan dini pada pendidikan anak yang lahir dari

pasangan yang melakukan pernikahan dini.

i. Narti Samsi dalam artikel dengan judul “Faktor Yang Memengaruhi

Kejadian Pernikahan Usia Dini Pada Remaja Putri Di Kecamatan

Lembah Melintang”, menemukan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara pengetahuan, sikap dan budaya dengan pernikahan

usia dini pada remaja putri di Kecamatan Lembah Melintang Tahun

2018.45

Persamaan penelitian Narti Samsi dengan penelitian ini adalah

sama-sama berjenis penelitian lapangan (field reseach) dengan pokok

bahasan tentang pernikahan dini akan tetapi penelitian tersebut fokus

pada faktor-faktor yang berpengaruh pada terjadinya pernikahan dini

terutama faktor sikap, pengetahuan dan budaya yang dianalisa dengan

menggunakan metode kuantitatif. Sedangkan penelitian ini meneliti

faktor-faktor terjadinya pernikahan dini dan menganalisanya dengan

metode kualitatif.

45
Narti Samsi, Faktor Yang Memengaruhi Kejadian Pernikahan Usia Dini Pada Remaja Putri
Di Kecamatan Lembah Melintang, Jurnal Kesehatan Global, Vol. 3, No. 2, Mei 2020 : 55-61,
http://ejournal.helvetia.ac.id/index.php/jkg
22

j. Fransiska Novita Eleanora dan Andang Sari dalam artikel dengan

judul “Pernikahan Anak Usia Dini Ditinjau Dari Perspektif

Perlindungan Anak” menyimpulkan bahwa penyuluhan kepada

masyarakat tentang pernikahan anak diusai dini perlu diberikan, agar

masyarakat memahami pengertian pernikahan anak di usia dini,

dampaknya bagi anak, dan tujuan anak untuk selalu diberikan

perlindungan karena menyangkut akan hak-haknya, disamping itu

perlu adanya pengawasan dari orang tua atau masyarakat terhadap

pernikahan anak diusai dini. Penerapan hukuman kepada pelaku

juga,perlu diberikan agar hukum mempunyai kewibawaan, sehingga

tumbuhnya tingkat kesadaran bagi masyarakat maupun pada pelaku,

perlu adanya koordinasi antara masyarakat dan aparat penegak

hukum, untuk menghindari pernikahan anak tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Fransiska Novita Eleanora dan

Andang Sari dengan penelitian ini memiliki persamaan yang terletak

pada pokok bahasannya tentang pernikahan dini akan tetapi

perbedaannya keduanya lebih fokus meneliti upaya preventif yang

dapat dilakukan untuk mencegah pernikahan dini. Sedangkan

penelitian ini difokuskan pada dampak pernikahan dini pada

pendidikan agama anak.

k. Ana Latifatul Muntamah dalam penelitian dengan judul “Pernikahan

Dini di Indonesia: Faktor Dan Peran Pemerintah (Perspektif

Penegakan Dan Perlindungan Hukum Bagi Anak)” menjelaskan


23

tingkat pernikahan usia dini di negara Indonesia sangat tinggi, hal ini

karena faktor keadaan lingkungan yang salah dan bimbingan atau

pengetahuan dari orang orang tua juga salah. Oleh sebab itu, perlu

suatu bimbingan yang memadai agar mampu mencegah terjadinya

pernikahan dini. Sebab sudah banyak efek atau dampak negativ

dibanding dampak positif dari pernikahan dini. Hal ini dilihat dari

adanya bukti bahwa jumlah kasus cerai dan kasus kekerasan dalam

rumah tangga (KDRT) yang meningkat. Wanita adalah pihak yang

paling mengalami dampak dan kerugian dalam pernikahan dini,

karena pada umumnya wanita dinikahkan dengan pria yang sudah

berumur atau dewasa. Banyaknya tanggungan yang menjadi beban

perempuan, dapat mengakibatkan kondisi jiwanya menjadi

terganggung. Kemudian pernikahan pada usia dini, menyebabkan

naiknya tingkat kelahiran di Indonesia.46

Berdasarkan beberapa teori dan penelitian terdahulu di atas, maka penulis

setuju bahwa pernikahan dini dapt berdampak dalam berbagai segi, baik secara

biologis yaitu kesehatan terutama pada perempuan (istri), ekonomi, psikologi

maupun pendidikan terhadap anak. akan tetapi karena belum ada penelitian yang

difokuskan bagaimana dampak pernikahan usia dini terhadap pendidikan agama

anak, maka penelitian ini harus dilakukan.

H. Metode penelitian

46
Ana Latifatul Muntamah, dkk. Dalam penelitian dengan judul “Pernikahan Dini Di
Indonesia: Faktor Dan Peran Pemerintah (Perspektif Penegakan Dan Perlindungan Hukum Bagi
Anak), Widya Yuridika Jurnal Hukum, Volume 2 / Nomor 1 / Juni 2019
24

1. Jenis dan pendekatan penelitian

Berdasarkan sumber datanya, jenis penelitian ini adalah penelitian

lapangan (field research) yang bersifat deskriptif. Jadi penelitian ini akan

menghasilkan data berupa deskriptif, yaitu berbentuk kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.47

Adapun pendekatan yang peneliti gunakan adalah studi kasus adalah

pendekatan yang dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam

terhadap gejala-gejala tertentu.48

Menurut Nur Khoiri studi kasus adalah suatu koleksi dan presentasi

dari informasi yang detail tentang seseorang atau kelompok kecil orang.

Studi kasus juga diartikan dengan presentasi tentang suatu permasalahan

yang spesifik diambil dari suatu masalah yang lebih besar.49

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini ada 2 yaitu sumber data primer dan

skunder. Sumber data primer adalah data yang secara langsung

dikumpulkan oleh orang yang memiliki kepentingan atau yang

menggunakan data tersebut.50 Data primer dalam penelitian ini yaitu data

yang diambil dari proses wawancara dan observasi dengan beberapa

informan seperti: KUA Kecamatan Kalinyamatan, Perangkat Desa Pendo

47
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009), h. 72.
48
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta :Rineka Cipta,
2010), h. 200
49
Nur Khoiri, Metodologi Penelitian Pendidikan, Ragam, Model dan Pendekatan, (Semarang:
Southeast Asian Publising, 2018), h. 152
50
Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian Praktis, (Yogyakarta : Teras. 2011), h. 80.
25

Sawalan, Pasangan suami istri yang melakukan pernikahan usia dini, orang

tua dan anak di Desa Pendosawalan Kalinyataman.

Sumber data sekunder adalah data yang tidak secara langsung

dikumpulkan oleh orang yang berkepentingan dengan data tersebut. 51 Data

sekunder pada penelitian ini merupakan data yang dapat dipakai untuk

mendukung dan menyelesaikan penelitian ini, seperti : dalam penelitian ini

yaitu data yang diambil dari dokumen-dokumen di Desa dan KUA

Kecamatan Kalinyamatan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data ialah cara yang dipakai untuk

mengumpulkan informasi atau fakta-fakta di lapangan. Tekhnik

pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data.52 Tanpa

menguasai teknik pengumpulan data, maka akan kesulitan dalam

memperoleh data yang memenuhi standar.

a. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data berkaitan dengan hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya.53

Teknik dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk

mendapatkan data-data tentang pernikahan dini di Desa Pendosawalan.

51
Ibid, h. 80.
52
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 62.
53
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta :Rineka Cipta,
2010), hlm, 200
26

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu,

percakapan itu dilakukan dua pihak, yaitu pewawancara yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban

atas pertanyaan itu.54

Wawancara yang di maksud disini adalah bahwa peneliti

melakukan tanya jawab langsung dengan informan tentang pernikahan

dini untuk mengetahui alasan atau faktor dan bagaimana dampaknya

terhadap pendidikan agama anak.

c. Observasi

Observasi ialah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara

sistematis, logis, obyektif dan rasional mengenai berbagai kejadian, baik

dalam keadaan sebenarnya ataupun dalam keadaan buatan untuk

mencapai tujuan tertentu.55

Teknik observasi ada dua yaitu partisipatif (terlibat langsung) dan

non partisipatif (tidak terlibat secara langsung pada kegiatan obyek yang

diamati). Peneliti menggunakan teknik observasi non partisipatif untuk

mengumpulkan data tentang pendidikan agama terhadap anak yang

memiliki orang tua pelaku pernikahan dini.

4. Teknik Analisis Data

54
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004),
h. 186
55
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Prinsip, teknik, Prosedur, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004), h. 153.
27

Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis data model

Miles dan Huberman. Analisis data dilakukan dengan cara mereduksi data

yang telah terkumpul, kemudian penyajian data, dan memberikan

kesimpulan.56

a. Mereduksi data dimaksudkan untuk meyelesaikan data, data yang akan

terambil unit-unit data yang memiliki hubungan dan keterkaitan dengan

fokus penelitian, sedangkan data yang tidak berpengaruh dalam

penelitian tidak akan digunakan.

b. Menyajikan data, dalam penelitian ini data akan disajikan dalam bentuk

uraian secara deskriptif.

c. Kemudian peneliti melakukan verifikasi data untuk menarik kesimpulan.

5. Validasi Data

Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

triangulasi, menggunakan banyak sumber data dan banyak metode/teknik

pengumpulan untuk informasi data. Akan tetapi dalam penelitian ini

digunakan triangulasi berikut:57

a. Triangulasi sumber, untuk membandingkan data yang diperoleh melalui

wawancara dari informan penelitian yang satu dengan yang lain.

b. Triangulasi teknik dilakukan dengan membandingkan dan mengecek

antara data hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data hasil

wawancara, observasi dan dokumentasi dikategorikan valid apabila

ketiganya menunjukkan kesamaan arti dan makna serta tidak

56
Ibid, h. 223.
57
Ibid, h. 226.
28

bertentangan. untuk membandingkan atau mengecek data kepada sumber

yang sama dengan teknik yang berbeda.

I. Sistematika Penelitian

Skripsi ini terdiri dari tiga bagian yaitu: bagian awal

atau preminaris, bagian isi dan bagian akhir skripsi.

Bagian kedua adalah bagian isi yang memuat lima bab yang terdiri dari

sub bab sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bagian ini berisi tentang Pendahuluan yang berisi tentang Latar

Belakang Masalah, Penegasan Istilah, Pembatasan Masalah,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,

Metodologi Penelitian, Sistematika Penulisan.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Bab ini memuat Landasan Teori diantaranya tentang A. Pernikahan

Dini dan B. Pendidikan Agama Anak.

BAB III : KAJIAN OBYEK PENELITIAN

Kajian obyek penelitian meliputi: data umum dan data khusus. data

umum seperti: Profil Desa Pendosawalan dan Data Pernikahan Dini

Di Desa Pendosawalan. Data Khusus meliputi: A. Data Pernikahan

Dini di Desa Pendosawalan Kalinyamatan Kabupaten Jepara, B.

Data Faktor-Faktor Pernikahan Dini di Desa Pendosawalan

Kecamatan Kabupaten Jepara. C. Data Dampak Pernikahan Dini


29

Terhadap Pendidikan Agama Anak di Desa Pendosawalan

Kecamatan Kabupaten Jepara.

BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN

Meliputi: A. Analisis Pernikahan Dini di Desa Pendosawalan

Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara, B. Analisis Faktor-

Faktor Pernikahan Dini di Desa Pendosawalan Kecamatan

Kalinyamatan Kabupaten Jepara. C. Analisis Dampak Pernikahan

Dini Terhadap Pendidikan Agama Anak di Desa Pendosawalan

Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara.

BAB V : PENUTUP.

Bab ini merupakan penutup yang di dalamnya meliputi : simpulan,

saran dan penutup.

Bagian Akhir.

Pada bagian ini akan memuat halaman daftar pustaka, daftar riwayat

hidup penulis dan lampiran-lampiran

Anda mungkin juga menyukai