TENTANG
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
PERTAMA : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT KARISMA CIMAREME TENTANG
PANDUAN OBAT HIGH ALERT
KEDUA : Panduan ini merupakan acuan bagi rumah sakit dalam melaksanakan program
keselamatan pasien rumah sakit
KETIGA : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan apabila
dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapannya akan diperbaiki
sebagaimana mestinya.
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR RS KARISMA CIMAREME
NOMOR : 47/PER/DIR/RSKC/IX/2018
TANGGAL : 20 September 2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Obat-obat yang perlu diwaspadai (High Alert) dan cairan elektrolit konsentrat memiliki
kompilasi lebih tinggi dalam menyebabkan komplikasi, efek samping atau bahaya. Insiden yang
tinggi terutama disebabkan terjadinya kesalahan: kesalahan peresepan, kesalahan
membaca/mendengar instruksi terapi, kesalahan pengambilan obat, kesalahan pemberian obat,
atau kesalahan penyimpanan obat, terutama pada obat-obat dengan rentang terapi dan
keamanan sempit, elektrolit konsentrat, dan pada obat dengan Nama Obat, Rupa dan Ucapan
Mirip (NORUM)/Look Alike Sound Alike (LASA). Dalam rangka mencegah efek bahaya yang
ditimbulkan oleh kesalahan terkait pengelolaan obat high alert dan elektrolit konsentrat di RS
Karisma Cimareme, maka diperlukan suatu panduan pengelolaan yang aman terhadap obat high
alert dan cairan elektrolit konsentrat untuk meningkatkan keselamatan pasien.
B. DEFINISI
Obat High Alert adalah obat-obat yang harus diwaspadai karena sering menyebabkan
terjadinya kesalahan serius (sentinel event) dan obat yang berisiko tinggi menyebabkan Reaksi
Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD). Obat High Alert memerlukan kewaspadaan tinggi dalam
penggunaannya karena memiliki risiko tinggi, dapat menyebabkan cedera bermakna maupun
kerugian pada pasien bila obat salah digunakan. Kelompok Obat high-alert diantaranya:
1. Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan
Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA).
2. Elektrolit konsentrasi tinggi (misalnya kalium klorida 2meq/ml atau yang lebih pekat,
kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0,9%, dan magnesium sulfat =50% atau
lebih pekat).
3. Obat-Obat Sitostatika.
Penanganan obat high alert adalah serangkaian prosedur yang dilakukan terkait obat high
alert sejak obat diresepkan hingga obat diberikan kepada pasien meliputi penerimaan, pelabelan,
penyimpanan, peresepan dan pencatatan, pengiriman obat ke unit pelayanan dan pemberian
obat.
RUMAH SAKIT KARISMA CIMAREME
BAB II
RUANG LINGKUP
Tempat penyimpanan obat High Alert di Rumah Sakit Karisma Cimareme, meliputi:
1. Gudang Instalasi Farmasi di RS Karisma Cimareme
2. Tempat penyimpanan di pelayanan Instalasi farmasi rawat jalan RS Karisma Cimareme
3. Tempat penyimpanan di pelayanan Instalasi farmasi rawat inap RS Karisma Cimareme
4. Lemari obat pasien di ruang perawatan
5. Troli Emergensi dan emergensi kit
RUMAH SAKIT KARISMA CIMAREME
BAB III
KEBIJAKAN
1. Obat-obat High Alert harus disimpan di tempat terpisah dan diberi penandaan yang jelas
untuk setiap kemasan obat berupa label stiker High Alert.
2. Penyimpanan obat-obat high alert disesuaikan dengan standar penyimpanan untuk
menjamin stabilitas obat.
3. Obat High Alert di Depo Farmasi harus disimpan di tempat terpisah dengan akses terbatas
dan harus diberi label yang jelas untuk menghindari penggunaan yang tidak disengaja.
4. Elektrolit konsentrat dan elektrolit dengan konsentrasi tertentu tidak disimpan di unit
perawatan kecuali di trolly emergency. Hal ini untuk mencegah kekeliruan pemberian yang
tidak disengaja. Daftar obat harus tersedia di setiap ruangan perawatan.
5. Obat dengan tampilan mirip atau bunyi mirip (Look Alike Sound Alike/LASA) disimpan tidak
berdekatan, harus diselingi obat lain dan diberi label “LASA”.
6. Obat narkotika, psikotropika dan obat High Alert lain hanya boleh diresepkan oleh dokter
yang berpraktik di Rumah Sakit Karisma Cimareme dan memiliki Surat Izin Praktik (SIP).
Resep narkotika hanya bisa dilayani dengan menggunakan resep asli resmi yang telah
disetujui oleh rumah sakit dan dibubuhi tanda tangan dokter penulis resep.
7. Daftar nama-nama dokter yang diperbolehkan menulis resep narkotika, psikotropika dan
obat high alert lainnya ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit untuk menjadi panduan staff
farmasi untuk melayani resep dokter. Staff farmasi mengetahui daftar staff medis yang boleh
menuliskan resep narkotika dan psikotropika.
8. Setiap petugas farmasi dan perawat harus selalu melakukan pengecekan ganda (double-
check) terhadap semua obat High Alert sebelum diberikan kepada pasien.
RUMAH SAKIT KARISMA CIMAREME
BAB IV
TATA LAKSANA
B. PENANDAAN
Obat-obat High Alert yang diterima harus diberi label High Alert berwarna merah terlebih
dahulu sebelum disimpan dan didistribusikan ke depo farmasi.
Petugas gudang farmasi melakukan penandaan/labelling obat high alert pada kemasan
terluar (box) obat. Petugas penerima di depo farmasi akan meneruskan melakukan
penandaan pada kemasan terkecil baik ampul maupun vial obat.
C. PENYIMPANAN
Berdasarkan tempat penyimpanannya, dibagi atas:
1. Tempat penyimpanan di depo farmasi, yaitu di gudang farmasi, depo pelayanan rawat
jalan, rawat inap dan IGD.
2. Ruang perawatan pasien
Penyimpanan obat pasien yang termasuk ke dalam obat-obatan High Alert di ruang
perawatan pasien dipisahkan dengan perbekalan farmasi lainnya, namun tetap harus
diberi sticker High Alert pada per satuan terkecil.
3. Trolly Emergency
Obat High Alert yang termasuk dalam obat emergensi disimpan pada troli emergensi
dalam tempat dengan sekat-sekat yang telah dikarantina dengan label bertuliskan High
Alert.
Seluruh tempat penyimpanan persediaan High Alert diperiksa dan diinspeksi setiap
bulan oleh petugas instalasi farmasi. Pengawasan meliputi kesesuaian tempat penyimpanan
obat yang sesuai jumlah obat, kondisi fisik dan tanggal kadaluarsa.
Pada kondisi emergency dan cito (segera) dimana DPJP tidak berada di tempat, maka
permintaan/peresepan obat dapat dilakukan langsung oleh dokter jaga yang bertugas.
F. PEMBERIAN OBAT
Setiap petugas farmasi atau perawat harus selalu melakukan pengecekan ganda
terhadap semua obat High Alert sebelum diserahkan kepada petugas atau pasien, tujuannya
untuk meningkatkan akurasi dan keselamatan pasien. Pengecekan ganda dilakukan dengan
cara pengecekan pertama oleh petugas yang menyiapkan obat dan pengecekan kedua
dilakukan oleh petugas yang akan memberikan obat. Untuk rawat inap sebelum obat
diberikan kepada pasien harus dicek oleh orang perawat yang berbeda. Perawat pertama
harus menyiapkan obat sesuai instruksi dokter. Perawat kedua harus memverifikasi bahwa
obat yang akan diberikan telah sesuai dengan instruksi Dokter. Obat diberikan kepada
pasien setelah memenuhi persyaratan benar nama pasien, benar nama obatnya, benar
dosisnya, benar cara pemberian, benar frekuensinya dan benar waktu pemberiannya.
Ketika petugas kedua telah selesai melakukan pengecekan ganda dan kedua petugas
telah selesai mengetahui bahwa obat telah sesuai kemudian dilakukan pencatatan di catatan
pemberian obat. Petugas kedua harus membubuhkan paraf dan nama di kolom pemberian
obat.
Pada situasi emergensi dimana pelabelan dan prosedur pengecekan ganda dapat
ditunda, petugas yang memberikan obat harus menyebutkan dengan lantang semua terapi
obat yang diberikan sebelum memberikannya kepada pasien.
Hiponatremia adalah penurunan kadar natrium (Na) plasma <135 mEq/L. Hiponatremia
akut adalah hyponatremia yang terjadi < 48 jam dan membutuhkan penanganan segera,
sedangkan hyponatremia kronik adalah hyponatremia yang berlangsung > 48 jam. Gejala
akan muncul jika kadar natrium < 125 mEq/L. Hiponatremia dibagi menjadi tiga kelompok
berdasarkan osmolalitas plasma:
a. Isotonik hyponatremia : osmolaltitas plasma normal
b. Hipertonik hyponatremia: osmolalitas plasma meningkat. Cairan berpindah dari intrasel
ke ekstrasel sebagai respon adanya konsentrasi terlarut yang meningkat (glukosa,
mannitol)
c. Hipotonik hiponatemia : osmolalitas plasma menurun. Berdasarkan perjalanan penyakit
dan status volume intravascular yaitu hypovolemia hyponatremia, euvolemik
hyponatremia, dan hypervolemia hyponatremia.
RUMAH SAKIT KARISMA CIMAREME
Pemeriksaan Fisik
Perubahan kesadaran atau perubahan kepribadian, hipotermia, reflex menurun, pola
pernapasan Cheyne-Stokes, pseudobulbar palsy, kulit dingin dan basah, tremor dan
disertai gangguan saraf sensorik.1,2
Pemeriksaan Penunjang1
a. Kadar Natrium serum: <137 mEq/L
b. Osmolalitas serum menurun kecuali pada kasus pseudohiponatremia, azotemia,
intoksikasi etanol, methanol.
c. Berat jenis urin
d. Natrium urin
e. Fungsi ginjal: ureum, kreatinin, asam urat
f. Glukosa darah (setiap peningkatan glukosa 100mg/dl menurunkan natrium 2,4
mEq/L), profile lemak
g. Fungsi tiroid
h. Radiologi: mencari apakah ada efek hyponatremia pada paru atau susunan saraf
pusat
Tatalaksana Hiponatremia2,3
a. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
Cepat lambatnya onset penyakit
Derajat, durasi, dan gejala hyponatremia
Ada atau tidaknya factor risiko yang dapat meningkatkan risiko komplikasi
neurologis
b. Menyingkirkan diagnosis pseudohiponatremia atau hipertonik hyponatremia
(hiperglikemia)
c. Mengatasi penyakit dasarnya
d. Hiponatremia asimptomatik: menaikkan natrium dengan kecepatan < 0,5 mEq/L/jam
e. Hiponatremia akut simptomatik:
Tujuan: meningkatkan kadar natrium 1,5 – 2 mEq/L/jam sampai gejala
berkurang atau sampai konsentrasi natrium serum > 118 mEq/L dan mengobati
penyakit dasarnya.
Peningkatan kadar natrium harus <12 mEq/L dalam 24 jam pertama dan <18
mEq/L dalam 48 jam pertama untuk menghindari demielinisasi osmotik.
Cairan saline hipertonik 3% diberikan secara infus intravena dengan kecepatan
1-2 ml/kg/jam dan ditambah loop diuretic
Jika ada gejala neurologic berat: kecepatan dapat dinaikkan menjadi 4-6
ml/kg/jam.
Jika gejala sudah menghilang dan kadar natrium > 118 mEq/L, pemberian
diturunkan menjadi maksimal 8 mEq/L dalam 24 jam sampai target kadar
natrium 125 mEq/L.
Pemantauan ketat natrium serum dan elektrolit sampai terjadi kenaikan kadar
natrium dan gejala menghilang.
f. Hiponatremia kronik simptomatik
Jika tidak diketahui durasi atau onset gejala, koreksi dilakukan dengan hati-hati
karena otak sudah beradaptasi dengan kadar natrium yang rendah.
RUMAH SAKIT KARISMA CIMAREME
Rumus untuk mengetahui jumlah natrium dalam larutan natrium hipertonik yang
diberikan:3
Na infus−Na serum
TBW + 1
2. Hipokalemia1,4
Hipokalemia terjadi bilamana konsentrasi K+ serum <3,5 mEq/L. Walaupun kadar kalium
dalam serum hanya sebesar 2% dari kalium total tubuh, namun penurunan konsentrasi
kalium serum ini dapat menimbulkan berbagai keluhan, mulai dari keluhan ringan berupa
badan lemas atau mual-muntah, hingga keluhan serius berupa gangguan jantung dan
bahkan kematian.
Pemeriksaan Fisik
Penurunan bising usus, nadi lemah dan tak teratur, penurunan reflex, penurunan tonus otot.
Pemeriksaan Penunjang
a. Kalium Serum : < 3,5 meq/L
b. Analisa gas darah: alkalosis metabolic
c. EKG : depresi segmen-ST, gelombang T datar, adanya gelombang U, disritmia
ventrikel.
Jika kalium urin > 30 meq/hari atau > 15 mEq/L atau TTKG >7 : kehilangan kalium
melalui ginjal, cek tekanan darah, cek klorida urin.
Jika kalium urin < 25 meq/hari atau < 15 mEq/L atau TTKG < 3: kehilangan kalium tidak
melalui ginjal.
Tatalaksana Hipokalemia1,4
a. Penurunan kalium plasma 1 mEq/L sama dengan kehilangan 200 mEq dari total
tubuh
b. Pengobatan penyebab dasar
c. Terapi hipomagnesia jika ada
d. Penggantian kalium secara oral (slow correction): 40 – 60 meq dapat menaikkan
kadar kalium sebesar 1-1,5 meq/L
e. Penggantian kalium secara intravena dalam bentuk larutan KCl (rapid correction):
Jika hyperkalemia berat atau pasien tidak mampu menggunakan kalium per oral.
KCl 20 meq dilarutkan dalam 100 cc NaCl isotonic. Pemberian melalui vena besar
dengan kecepatan maksimal 10 meq/jam atau konsentrasi maksimal 30-40 meq/L
karena dapat menyebabkan hyperkalemia yang mengancam hidup. Jika melalui
vena perifer, KCl maksimal 60 meq dilarutkan dalam NaCl isotonic 1000 cc dengan
kecepatan dikurangi untuk mencegah iritasi pembuluh darah.
a. Dosis untuk berat badan < 40 kg: 0,25 meq/L x kg x jam x 2 jam
> 40 kg: 10 - 20 meq/L x 2 jam
f. Pada kasus aritmia berat atau kelumpuhan otot pernapasan: KCl diberikan dengan
kecepatan 40-100 meq/L.
g. Pasien yang menerima 10 – 20 meq/jam harus pada pemantauan jantung secara
kontinu. Jika terdapat gelombang T datar menunjukkan adanya hyperkalemia dan
memerlukan perhatian segera.
3. Hipofosfatemia
Hipofosfatemia (kadar fosfat yang rendah dalam darah) adalah suatu keadaan dimana
konsentrasi fosfat dalam darah kurang dari 2,5 mg/dL darah. Hipofosfatemia menahun terjadi
pada hiperparatiroidisme, hipotiroidisme, gangguan fungsi ginjal, atau pemakaian obat diuretik
untuk waktu lama. Selain itu, kadar fosfat dalam tubuh juga bisa berkurang akibat pemakaian
obat tertentu, seperti teofilin yang berlebihan (dosis toksik) atau antasid aluminum hidroksida
untuk waktu lama, terutama pada penderita yang menjalani dialisa ginjal. Cadangan fosfat juga
RUMAH SAKIT KARISMA CIMAREME
bisa berkurang pada malnutrisi berat, ketoasidosis diabetikum, keracunan alkohol berat, atau
luka bakar hebat.
Gejala akan muncul hanya jika konsentrasi fosfat darah sangat rendah. Pada awalnya
penderita akan mengalami kelemahan otot. Selanjutnya tulang menjadi rapuh, mengakibatkan
nyeri tulang dan patah tulang. Pada konsentrasi yang amat rendah bisa terjadi akibat yang
serius, dimana kelemahan otot semakin berat, terjadi penurunan kesadaran, koma atau bahkan
kematian.
Tatalaksana Hipofosfatemia
a. Hipofosfatemia berat atau simptomatik hipofosfatemia (hemolisis, gagal nafas dan cardiac
aritmia) :
Koreksi dengan fosfat intravena. Berikan 10 mmol sodium dihydrogen phosphate dalam
250 ml NaCl 0,9% selama 2 hingga 6 jam melalui vena besar. Monitor nilai fosfat plasma,
nilai kalsium dan fungsi ginjal setiap 12 hingga 24 jam.
b. Pada pasien dengan keadaan kritis:
Larutan dengan konsentrasi lebih dapat diberikan (lebih direkomendasikan melalui central
line), 10 mmol sodium dihydrogen phosphate dalam 100 mL NaCl 0,9%. Kecepatan
pemberian hingga 10 mmol/jam selama 4 jam dapat diberikan. Monitor nilai fosfat plasma,
nilai kalsium dan fungsi ginjal setiap 1 hingga 2 jam, pantau dengan seksama gejala klinis
hipokalsemia.
c. Hipofosfatemia ringan hingga sedang
Berikan suplementasi oral:
Fosfat tablet 500 mg, 1 -2 tablet setara dengan 16,1 - 32,2 mmol dapat diberikan
hingga tiga kali sehari. Efek samping yang sering terjadi adalah diare. Apabila tidak
dapat ditoleransi, dapat diberikan 10 mmol sodium dihydrogen phosphate dalam 250
ml NaCl 0,9% infus lambat selama 2 hingga 6 jam melalui vena besar.
RUMAH SAKIT KARISMA CIMAREME
BAB V
DOKUMENTASI
RS
2 ACYCLOVYR 200 MG ACYCLOVYR 400 MG
Jl. Raya Cimareme No 235Kec.Ngamprah
3 Telp. (022)
ALLOPURINOL 6866221,
100MG TAB 082281813333,
ALLOPURINOL Fax. (022) TAB
300MG 6867821
Kab.Bandung Barat 40552
4 ALLURIC 100 ALLURIC 300
5 ALPRAZOLAM 0.5MG TAB ALPRAZOLAM 1 MG
6 AMARYL 1MG AMARYL 2MG AMARYL 3MG AMARYL 4MG
7 AMLODIPINE 5 MG AMLODIPINE 10 MG
AMOXICILLIN SYR
8 AMOXICILLIN 125MG SYR
250MG/5ML
9 AMOXSAN 250MG AMOXSAN 500MG
10 AMOXSAN SY 125 AMOXSAN SY 250 FORTE
11 ATORVASTATIN 20 MG TAB ATORVASTATIN 40 MG TAB
BETAHISTINE MESILATE BETAHISTINE MESILATE
12
6MG 24MG
13 BETASERC 8 MG BETASERC 24 MG
14 BISOPROLOL 2,5 MG TAB BISOPROLOL 5 MG TAB
15 BOOST D 1000 BOOST D 5000
16 BUFECT SYR BUFECT SYR FORTE
17 CANDESARTAN 8 MG CANDESARTAN 16 MG
18 CAPTOPRIL 12,5 MG CAPTOPRIL 25 MG CAPTOPRIL 50 MG
19 CARMED 10% CR 40GR CARMED 20% CR 40GR
20 CEFADROXIL 125MG SYR CEFADROXIL 250MG SYR
21 CEFIXIME 200 MG CAP CEFIXIME 100 MG CAP
22 CELEBREX 100 MG CELEBREX 200 MG
CENDO CONVER 4%
23 CENDO CONVER 2%
(FORTE)
24 CLANEKSI SY 125MG CLANEKSI SY 250MG
25 CLINDAMYCIN 150MG CLINDAMYCIN 300MG
26 CLOZAPINE 25 MG CLOZAPINE 100 MG
27 CONCOR 1,25 MG CONCOR 2,5MG CONCOR 5 MG CONCOR 10 MG
28 DEXAMETHASONE 0,5 MG DEXAMETHASONE 0,75 MG
DIVALPROEX SODIUM 250 DIVALPROEX SODIUM 500
29
MG MG
DIVALPROEX SODIUM ER DIVALPROEX SODIUM ER
30
250 500
31 DULCOLAX SUPP 10MG DULCOLAX SUPP 5MG
32 DUMIN 125 MG SUPP DUMIN 250 MG SUPP
33 EUTHYROX 50 MCG EUTHYROX 100 MCG
34 FENOFIBRATE 100 MG FENOFIBRATE 300 MG
35 GLIMEPIRID 1MG GLIMEPIRID 2MG GLIMEPIRID 3MG GLIMEPIRID 4MG
36 HALOPERIDOL 0,5 MG HALOPERIDOL 1,5 MG HALOPERIDOL 5 MG
37 HARNAL D 0,2MG HARNAL OCAS 400 MCG
38 HI-D 1000 HI-D 5000
HYDROCORTISON 2.5%
39 HYDROCORTISON 1% CR
5GR
40 IBUPROFEN 200MG IBUPROFEN 400MG
41 ISONIAZIDE 100 MG ISONIAZIDE 300 MG
42 ISOSORBID 5MG/ISDN 5MG ISOSORBID MG/ISDN 10MG
43 KETOPROFEN 50 MG KETOPROFEN 100 MG
44 LACOSIB 60MG LACOSIB 90MG
45 LAMESON 4MG TAB LAMESON 8MG TAB LAMESON 16MG TAB
LEVOFLOXACIN 500MG LEVOFLOXACIN 750MG
46
INFUS/TAB INFUS/TAB
47 LISINOPRIL 5 MG LISINOPRIL 10 MG
48 MELOXICAM 7,5MG MELOXICAM 15MG
49 METFORMIN 500MG METFORMIN 850MG
METHYLPREDNISOLONE METHYLPREDNISOLONE METHYLPREDNISOLONE
50
4MG TAB 8MG TAB 16MG TAB
51 METRIX 1MG METRIX 2MG METRIX 3MG METRIX 4MG
52 MGSO4 20% MGSO4 40%
NATRIUM DIKLOFENAK 50 NATRIUM DIKLOFENAK 25
53
MG MG
RUMAH SAKIT KARISMA CIMAREME
b) LASA Pengucapan
NO NAMA OBAT
1 AMOXICILLIN AMOXSAN
2 BENOSON BENOSON M BENOSON M
3 BETAMETHASONE DESOXIMETHASONE
CEFOPERAZONE
4 CEFOTAXIME CEFOBACTAM
SULBACTAM
5 CEFTRIAXONE CEFTIZOXIME
6 CENDO EYEFRESH MILD CENDO EYEFRESH. CENDO EYEFRESH PLUS
7 CODIKAF 10MG CODIPRONT CAPS CODITAM TAB
8 CURLIV PLUS SYR CURVIT SYR 60ML
9 DOPAMINE DOBUTAMINE
IM BOOST FORCE
10 IM BOOST FORCE COUGH IM BOOST FORCE TAB IM BOOST
ULTIMATE
11 ISOFLURANE SEVOFLURANE
12 KA-EN 1B KA-EN 3B KA-EN 4B
13 KENDARONE AMIODARONE
14 LACTULAX SYR 60ML LACTULOSA SYR
15 LAPISTAN LAPIBAL LAPICEF
16 LASAL LASAL EXPECTORANT
17 L-BIO CAPSULE L-BIO SACHET
18 NEUROSANBE PLUS NEUROSANBE TAB NEUROSANBE 5000
19 NOVOMIX PEN NOVORAPID PEN
20 NYSTATIN DROP NYSTIN DROPS
21 OBIMIN OBIVIT
22 OSTEONATE OAW OSTE FORTE OSTEOCAL OSTEOCARE
23 PANTOPRAZOLE OMEPRAZOLE LANSOPRAZOLE ARIPIPRAZOLE
24 RATIVOL PROPOFOL RECOFOL
25 REBAMIPIDE REPIMIDE
26 SANADRIL EXPT SY SANADRIL DMP SY
27 SANMOL SYRUP SANMOL FORTE SYRUP
28 TARIVID TT TARIVID TM
29 TB RIF SYR TB VIT SYR
c) LASA Tampilan
RUMAH SAKIT KARISMA CIMAREME
NO NAMA OBAT
ALPRAZOLAM 0,5 MG CLONAZEPAM 2 MG TRIHEXYPHENYDIL
1
(MERSI) (MERSI) (MERSI)
2 BAMGETOL RIKLONA
3 BURNAZIN PLUS CR BURNAZIN CR
CENDO CONVER 4% CENDO VERNACEL
4 CENDO CONVER 2%
MINIDOSE MINIDOSE
5 CENDO EYEFRESH CENDO EYEFRESH MILD CENDO EYEFRESH PLUS CENDO LYTEERS
CENDO NATACEN
6 CENDO FLOXA CENDO TOBRO MINIDOSE
MINIDOSE
7 CENDO GLAOPEN CENDO GLAOPLUS CENDO TIMOL
8 CENDO POSOP MINIDOSE CENDO P-PRED MINIDOSE CENDO POLYPRED
9 CETAPHYL LOTION CETAPHYL WASH
10 CLANEKSI SY 125MG CLANEKSI SY 250MG
11 DULCOLAX SUPP 10MG DULCOLAX SUPP 5MG
12 EPEXOL SYRUP EPISAN SYRUP
13 GLUCOPHAGE 500MG GLUCOPHAGE XR 500
14 MERLOPAM STELOSI CEPEZET
15 QV SKIN LOTION 250ML QV WASH 250ML
16 RATIVOL INJ TROVENSIS INJ
17 RIFAMTIBI 450 MG RIFAMTIBI 600 MG
SERETIDE DISKUS 50/250 SERETIDE DISKUS 50/100
18
MCG MCG
19 TRICHODAZOLE 500 MG ALLORIS 10 MG NEUROSANBE PLUS SICLIDON 100 MG
20 VELUTIN NEBU VELUTIN PLUS NEBU
HIGH
ALERT HIGH ALERT
LASA
RUMAH SAKIT KARISMA CIMAREME
DAFTAR PUSTAKA
1. Aminoff M. Fluid and Electrolyte Disturbances. In: Fauci A, Kasper D, Longo D, Braunwald E,
Hauser S. Jameson J, Loscalzo J, editors. Harrison’s principles of Internal medicine. 18th ed.
United States of America; The McGraw-Hill Companies, 2012.
2. Douglas Ivor. Cleveland Clinic Journal of Medicine vol 73, supplement 3. 2006. Diunduh dari
http://www.ccjm.org/content/73/Suppl_3/S4.full.pdf. Pada tanggal 10 mei 2012.
3. Androgue H, Madias N. Hyponatremia. Diunduh dari
http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJM200005253422107 pada tanggal 10 Mei 2012.
4. Siregar Parlindungan. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Dalam: Alwi I, Setiati
S. Setiyohadi B, Simadibrata M, Sudoyo AW. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam Jilid I Edisi IV.
Jakarta: Interna Publishing; 2006: Hal 134-142.
5. Gennari F J. Hyopokalemia. N Engl J Med 1998; 339:451-458August 13, 1998. Diunduh dari
http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJM199808133390707 pada tanggal 15 Mei 2012.