Anda di halaman 1dari 11

PANDUAN

PENINGKATAN KEAMANAN
OBAT YANG HARUS DIWASPADAI

RUMAH SAKIT UMUM WIJAYAKUSUMA


KEBUMEN

Jalan Gelatik No 1 Kebumen 54312 Jawa Tengah

Telp : (0287) 381954. Email :


rsuwijayakusumakebumen@yahoo.com

i
RUMAH SAKIT UMUM
WIJAYAKUSUMA KEBUMEN
Jl. Gelatik 1 A Kebumen 54312 Jawa Tengah Telp./Fax. : (0287) 381954
Email : rsuwijayakusumakebumen@yahoo.com

PERATURAN DIREKTUR RUMAH UMUM WIJAYAKUSUMA KEBUMEN


NOMOR : 104 / PER.DIR / RSU.WK / V / 2022
Tentang

PANDUAN PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU DI WASPADAI

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM WIJAYAKUSUMA KEBUMEN

Menimbang : a. bahwa dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Instalasi


Farmasi dan keselamatan pasien di Rumah Sakit Umum
Wijayakusuma Kebumen, maka diperlukan penyelenggaraan
pelayanan farmasi tentang obat – obatan high alert;
b. bahwa agar pelayanan farmasi tentang obat – obatan high
alert di Rumah Sakit Umum Wijayakusuma Kebumen dapat
terlaksana dengan baik, perlu adanya panduan peningkatan
keamanan obat yang perlu diwaspadai (high alert) di Rumah
Sakit Umum Wijayakusuma Kebumen;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam a dan b, perlu ditetapkan dengan Peraturan Direktur
Rumah Sakit Umum Wijayakusuma Kebumen.

Mengingat: 1. Undang–Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor
5063);
2. Undang–Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5072);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor5607);
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 72 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit;

ii
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197 / Menkes / PER/
X / 2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit;

7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 129 / Menkes / PER/


II / 2008 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.01.007/Menkes/1128/2022 Tentang Standar Akreditasi
Rumah Sakit;
9. Peraturan Direktur Nomor 005/PER.DIR/RSU.WK/VII/2022
Tentang Kebijakan Pelayanan Rumah Sakit

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

Kesatu : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM


WIJAYAKUSUMA KEBUMEN TENTANG PANDUAN
PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU DI
WASPADAI (HIGH ALERT).

Kedua : Panduan Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu di


Waspadai (High Alert) dimaksud Diktum Kesatu sebagaimana
terlampir dalam Lampiran Peraturan ini.

Ketiga : Panduan Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu di


Waspadai (High Alert) dimaksud Diktum Kedua digunakan
sebagai acuan dalam melaksanakan pelayanan Farmasi
tentang obat – obatan high alert di Rumah Sakit Umum
Wijayakusuma Kebumen.

Keempat : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Kebumen

Pada Tanggal : 10 Mei 2022

Direktur
RSU Wijayakusuma Kebumen

dr. Indah Mukarromah


NIK.022014070

iii
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
UMUM WIJAYAKUSUMA KEBUMEN
NOMOR: 060/PER.DIR/RSU.WK/X/2022
TENTANG
PANDUAN PENINGKATAN KEAMANAN
OBAT YANG PERLU DI WASPADAI

BAB III
TATA LAKSANA

A. Penyimpanan Obat High Alert


Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high alert medication) adalah obat-
obatan yang memiliki resiko menyebkan cedera serius jika digunakan dengan
tidak tepat (dosis, interval,dan pemilihannya).
Obat high alert mencakup:
1. Obat dengan resiko tinggi, yaitu obat yang bila terjadi kesalahan (error) dapat
menimbulkan kematian atau kecacatan seperti: insulin, heparin,atau
sitostatika.
2. Obat yang nama, kemasan, label, kelihatan sama (look alike), bunyi ucapan
sama (sound alike) atau dapat disebut juga dengan (NORUM) obat rupa
ucapan mirip.
3. Elektrolit konsetrat, contoh kalium fosfat dengan konsentrasi sama atau lebih
dari 3 mmol/ml, natrium klorida dengan konsentrasi lebih dari 0,9%, dan
magnesium sulfat dengan konsentrasi 50% atau lebih.
4. Elektrolit dengan konsentrasi tertentu contoh: kalium klorida dengan
konsentrasi 1 mEq/m atau lebih dan magnesium sulfat dengan konsentrasi
20%, 40% atu lebih.

B. Prinsip
1. Kurangi atau eliminasi kemungkinan terjadinya kesalahan:
a. Mengurangi jumlah obat-obatan yang harus diwaspadai yang disimpan
disuatu unit.
b. Mengurangi konsentrasi serta volume obat yang tersedia.
c. Hindarakan penggunaan obat-obat yang harus diwaspadai seminimal
mungkin
2. Lakukan pengecekan ganda (double check)
3. Meminimalisi konsekuensi kesalahan:
a. Pisahkan obat-obatan dengan nama atau label yang mirip
b. Minimalisasi instruksi verbal dan hindari penggunaan singkatan
c. Membatasi akses terhadap obat-obatan yang harus diwaspadai

ii
C. Prosedur
Lakukan prosedur dengan benar dan hati-hati selama proses mengadakan,
memberikan intruksi, menyiapkan, memberikan obat, menyimpan dan menata
obat-obatan yang harus diwaspadai.

1. Pengadaan
a. Melakukan pemesanan obat-obatan yang harus diwaspadai secara
tertulis kepada distributor resmi.
b. Kurangi atau hindari perubahan merk atau warna obat seminimal
mungkin.
c. Memberikan informasi daftar obat kesemua personel yang terkait
penggunaan obat-obatan yang harus diwaspadai.
d. Sediaan farmasi yang merupakan golongan obat-obatan yang perlu
diwaspadai harus diterima dan diperiksa oleh petugas farmasi meliputi
terkait faktur dengan nama sediaan obat, nomor batch, jumlah sediaan
farmasi dan tanggal kadaluarsanya.

2. Penyimpanan
a. Obat-obatan yang perlu diwaspadai selain disimpan di Gudang Instalasi
Farmasi juga boleh disimpan di Unit Farmasi IGD, Unit Farmasi Rawat
Inap, Troly Emergency dan harus disimpan pada tempat tersendiri dan
diberi label stiker merah bertuliskan HIGH ALERT. Label ditempel pada
bagian obat yang tidak menutupi keterangan dari obat baik itu nama
obat, komposisi, dosis, nomor batch dan tanggal kadaluarsa obat.
b. Elektrolit konsentrat dan elektrolit dengan konsentrasi tertentu tidak
boleh disimpan di unit perawatan pasien, hanya disimpan di Gudang
Instalasi Farmasi dan kecuali dibutuhkan secara klinis seperti diruang
Bedah, VK (Verlos Kamer) Rawat Inap/ Ruang Bersalin, VK IGD
(PONEK), dan di Troly Emergency, dan harus disimpan pada tempat
tersendiri dan diberi label stiker merah bertuliskan HIGH ALERT dan
juga ditambahkan stiker merah yang bertuliskan BELUM DIENCERKAN.
c. Untuk obat-obatan LOOK ALIKE SOUND ALIKE (LASA) atau NAMA
OBAT RUPA UCAPAN MIRIP (NORUM) disimpan tidak berdekatan,
letaknya terpisah atau diberi jarak dengan obat lain dan diberi label stiker
warna kuning bertuliskan LASA baik diobat, kemasan wadah obat dan
di rak penyimpanan.
d. Apabila ada perubahan untuk obat-obatan LOOK ALIKE SOUND ALIKE
(LASA) atau NAMA OBAT RUPA UCAPAN MIRIP (NORUM) dalam hal

iii
warna, merk sediaan akan diinformasikan oleh unit farmasi keseluruh
unit pelayanan pasien.
e. Setiap mengeluarkan obat-obatan yang harus diwaspadai harus
dilakukan double check difarmasi maupun diunit pelayanan pasien.
f. Pelabelan stiker obat high alert yang sama untuk dosis yang
berbeda,dosis besar menggunakan stiker berwarna merah,dosis kecil
menggunakan stiker berwarna hijau.
g. Penyimpanan dilemari obat pasien diberi etiket yang mencakup nama,
nomor rekamedis, tempat tanggal lahir, nama obat, kekuatan obat, dan
tulisan penandaan High Alert Medications
h. Distribusi obat-obatan yang harus diwaspadai berdasarkan pada resep
untuk pasien yang dituliskan oleh dokter.
i. Penyimpanan elektrolit konsetrat diluar Insatalasi Farmasi diperbolehkan
hanya dalam situasi klinis yang beresiko dan harus memenuhi
persyaratan. Staf yang dapat mengakses dan memberikan elektrolit
konsetrat adalah staf yang berkompeten serta terlatih, penyimpanan
terpisah dari obat yang lain, diberikan label HIGH ALERT dan BELUM
DIENCERKAN.

3. Peresepan
a. Sebelum menulis resep dokter harus mempunyai diagnosis, kondisi
serta indikasi dari penggunaan setiap obat-obatan yang perlu
diwaspadai
b. Jangan memberikan intruksi hanya secara verbal terhadap permintaan
obat-obatan yang perlu diwaspadai
c. Instruksi harus mencakup minimal dari:
1) Nama pasien dan nomor rekam medis
2) Tanggal serta waktu intstruksi dibuat
3) Nama obat (generik), dosis, rute pemberian, dan tanggal pemberian
obat
4) Kecepatan atau durasi pemberian obat

4. Penyiapan
a. Resep diverifikasi oleh petugas farmasi baik secara administrative
maupun klinis
b. Apabila dalam kondisi mendesak atau emergency, boleh dilakukan
peresepan secara verbal, dan melakukan verifikasi secara ulang dengan
cara mengeja nama obat dan kekuatan obat, dan kemudian resep dibuat
secara menyusul

ii
c. Setelah diverifikasi petuagas farmasi, maka petugas langsung
mengambil obat sesuai dengan permintaan resep dari tempat
penyimpanan, dan sebelum mengambil pastikan cek ulang label yang
terdapat dalam wadah untuk menghindari dan mengurangi kesalahan
d. Menghitung dosis sesuai dengan permintaan pada resep
e. Setelah selesai menyiapkan obat, dilakukan pengecekan ulang oleh
petugas yang berbeda.

5. Pemberian obat high alert


a. Staf yang dapat mengakses dan memberikan elektrolit konsentrat adalah
staf yang kompeten dan terlatih.
b. Perawat harus melakukan pengecekan ganda (double check) terhadap
semua obat-obat high alert sebelum diberikan pada pasien.
c. Pengecekan ganda terhadap obat high alert
1) Bertujuan untuk mengidentifikasi obat obatan yang memerlukan
pengecekan ganda oleh petugas kesehatan lainnya sebagai orang
kedua sebelum memberikan obat tersebut untuk meningkatkan
keselamatan pasien. Pengecekan obat-obat high alert dengan
memverifikasi persyaratan 5 benar yaitu :
a) Benar obat
b) Benar dosis dan kecepatan pemberian
c) Benar rute pemberian
d) Benar frekuensi atau interval waktu pemberian
e) Benar pasien.
2) Kebijakan:
a) Pengecekan ganda diperukan sebelum memberikan obat-
obatan yang harus diwaspadai (high alert) dan disaat
melakukan pelaporan pergantian jaga atau saat melakukan
transfer pasien.
b) Pengecekan ganda dicatet pada rekam medis pasien atau pada
catatan pemberian medikasi pasien dengan stampel double
check dan ditandatangai oleh 2 petugas yang berbeda
c) Pengecekan pertama harus dilakukan oleh petugas yang
kompeten dan terlatih untuk memberikan intruksi, meresepkan
atau memberikan obat-obatan, antara lain: perwat, ahli farmasi
dan dokter.
d) Pengecekan kedua dilakukan oleh petugas lainnya (petugas
tidak boleh sama dengan pengecek pertama).
d. Sesaat sebelum memberikan obat, perawat mengecek nama pasien,
memberitahukan kepada pasien mengenai obat-obatan yang diberikan,

iii
dosis, serta tujuannya (pasien juga dapat berperan sebagai pengecek
jika memungkinkan).
e. Pada situasi emergensi, dimana pelabelan dan prosedur pengecekan
ganda dapat ditunda terlebih dahulu jika menghambat atau menunda
penatalaksanaan dan berdampak negatif terhadap pasien, perawat atau
dokter pertama-tama harus menentukan atau memastikan bahwa
kondisi klinis pasien benar-benar emergensi.

ii

Anda mungkin juga menyukai