Anda di halaman 1dari 23

PEMERINTAH KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN

DINAS KESEHATAN
UPTD RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

PANDUAN
Penerapan Pengelolaan Obat – Obat Yang Perlu
Kewaspadaan Tinggi

RSUD KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN


Desa Pasir Putih, Wawonii Barat, Kabupaten Konawe Kepulauan 93393
Pos-el rsud@konkepkab.go.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang MahaKuasa atas


segala berkat dan anugerah yang telah diberikan kepada penyusun,
sehingga Buku Panduan Penerapan Pengelolaan Obat-Obat Yang Perlu
Kewaspadaan Tinggi RSUD Kabupaten Konawe Kepulauan ini dapat
selesai disusun.
Buku ini merupakan Panduan kerja bagi seluruh staf rumah sakit
dalam menerapkan Pengelolaan Obat-Obat Yang Perlu Kewaspadaan
Tinggi pada pasien di RSUD Kabupaten Konawe Kepulauan.
Dalam Panduan ini diuraikan tentang Petunjuk Penerapan
Pengelolaan Obat-Obat Yang Perlu Kewaspadaan Tinggi pada pasien di
RSUD Kabupaten Konawe Kepulauan.
Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam –
dalamnya atas bantuan semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan Panduan Penerapan Pengelolaan Obat-Obat Yang Perlu
Kewaspadaan Tinggi pada pasien di RSUD Kabupaten Konawe Kepulauan.

Tim Penyusun,
PEMERINTAH KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN
DINAS KESEHATAN
UPTD RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Jalan Desa Pasir Putih, Wawonii Barat, Konawe Kepulauan, 93393
Pos-el rsud@konkepkab.go.id

0
KEPUTUSAN DIREKTUR
RSUD KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN
NOMOR .... TAHUN 2023
TENTANG
PANDUAN PENERAPAN PENGELOLAAN OBAT-OBAT YANG PERLU
KEWASPADAAN TINGGI (HIGH ALERT MEDICATION), ELEKTROLIT
KONSENTRAT, DAN NORUM / LASA
DIREKTUR RSUD KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN,

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatan Mutu Pelayanan RSUD


Kab. Konawe Kepulauan, maka diperlukanlan dasar
kebijakan penerapan sasaran keselamatan pasien yang
menjadi prioritas utama;
b. Bahwa agar pelayanan keselamatan pasien di Rumah
Sakit Umum Daerah Konawe Kepulauan dapatterlaksana
dengan baik, perluadanya kebijakan Direktur Rumah
Sakit Umum Daerah Konawe Kepulauan sebagai landasan
bagi penerapan pengelolaan obat-obat yang perlu
kewaspadaan tinggi (High Alert Medication), elektrolit
konsentrat, dan NORUM / LASA di Rumah Sakit Umum
Daerah Konawe Kepulauan;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam (a) dan (b), perlu ditetapkan dengan
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Konawe
Kepulauan;
Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);
2. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2009 tentang RumahSakit (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
3. Permenkes RI Nomor 1691 tahun 2011 tentang
keselamatan pasien di Rumah Sakit;
MEMUTUSKAN

Menetapkan :
Kesatu : Keputusan Direktur RSUD kabupaten Konawe Kepulauan
tentang panduan penerapan pengelolaan obat-obat yang
perlu kewaspadaan tinggi (High Alert Medication), elektrolit
konsentrat, dan NORUM / LASA di Rumah Sakit Umum
Daerah Konawe Kepulauan ;
Kedua : Memberlakukan panduan penerapan pengelolaan obat-obat
yang perlu kewaspadaan tinggi (High Alert Medication),
elektrolit konsentrat, dan NORUM / LASA di Rumah Sakit
Umum Daerah Konawe Kepulauan ;;
Ketiga : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat
kekeliruan dalam penetapannya akan dilakukan
perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Langara
Pada tanggal Juni 2023
DIREKTUR,

dr. ULAM FRIDSLAN


Penata Tk. I, Gol. III/d
NIP. 19860523 201503 1 005
DAFTAR ISI

Hal
Halaman Judul Pedoman Pelayanan……………………………………………… i
Daftar isi………………………………………………………………………………… ii
Keputusan Direktur RSUD Kab. Konawe Kepulauan………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………… 1
B. Tujuan ..............…………………………………………………………… 2

BAB II PELAYANAN KEFARMASIAN


A. Keselamatan Pasien Dalam Pelayananan Kefarmasian………....…..3
B. Cidera Dapat Terjadi Atau Tidak Terjadi………………………………..4
BAB III TATA LAKSANA HIGH MEDICATIONS
A. Pengertian …………………………………………………………………..... 7
B. Ruang Lingkup……………………………………………………………….. 7
C. Prinsip Pengelolaan High Alert Medication yang Aman.................12
D. Prosedur Pengelolaan High Alert Medication................................13
BAB IV PENUTUP.............................…………………...……….…….……......17
A. Kesimpulan .................................................................................17
B. Saran ..........................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat-obatan adalah bagian dari rencana penanganan pasien, maka
penerapan manajemen yang benar penting/krusial untuk memastikan
keselamatan pasien.
Obat-obat yang perlu diwaspadai adalah obat hight alert, obat nama obat
rupa mirip (NORUM)/Look Alike Sound Alike (LASA), obat multi dosis (multi
strength) dan obat yang mempunyai efek samping mengantuk.
Obat high alert adalahobat-obatan yang memiliki risiko lebih tinggi
untuk menyebabkan/menimbulkan adanya komplikasi/membahayakan pasien
secara signifikan jika terdapat kesalahan penggunaan (dosis, interval, dan
pemilihannya). Obat high alert memiliki resiko yang lebih tinggi dalam
menyebabkan komplikasi, efek samping, atau bahaya. Hal ini dikarenakan
adanya rentang dosis terapeutik dan keamanan yang sempit atau karena
insiden yang tinggi akan terjadinya kesalahan.
Obat-obat NORUM/LASA tetap perlu diwaspadai walau resiko
membahayakan jiwa/memperberat penyakit mungkin tidak ada, namun ada
resiko finansial disamping mengganggu penyembuhan. Obat-obat efek samping
mengantuk kami masukkan disini untuk mendapat perhatian terutama untuk
memberikan penjelasan efek samping mengantuk kepada pasien/keluarga
pasien untuk menghindari resiko terjatuh/kecelakaan.
Dalam meminimalisasi terjadinya kesalahan yang terkait penggunaan
obat-obatan yang tergolong high alert digunakan beberapa strategi :
1. Menyediakan akses informasi mengenai obat high alert
2. Membatasi akses dan tempat penyimpanan terhadap obathigh alert
3. Menggunakan label dan tanda ‘peringatan’ untuk obat high alert,
NORUM/LASA dan obat multi strength
4. Menstandarisasi prosedur instruksi/peresepan, penyimpanan,
persiapan, dan pemberian obat high alert
5. Melakukan prosedur pengecekangan dan untuk obat-obat tertentu

Untuk obat-obatan jenis baru dan informasi keselamatan tambahan


lainnya akan ditinjau ulang dalam audit dan revisi high alert medications
oleh Komite Farmasi Terapi.
Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan
dan/atau prosedur pengelolaan obat-obat yang perlu diwaspadai dan
membuat daftar obat-obatan yang perlu diwaspadai berdasarkan obat-
obat yang dipakai di rumah sakit.

B. Tujuan
1. Menyedikan panduan untuk rumah sakit mengenai kebijakan manajemen
dalam pemberian obat-obatan yang tergolong kategori high alert
medications (obat-obatan dengan pengawasan)
2. Meningkatkan kewaspadaan akan obat-obatan high alert, obat
NORUM/LASA, obat multi strength dan obat efek samping
mengantuk sehingga meningkatkan keselamatan pasien.
3. Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal dan
meminimalisasi terjadinya kesalahan-kesalahan medis dan
menurunkan potensi risiko terhadap pasien.
BAB II
PELAYAN KEFARMASIAN

A. Keselamatan Pasien Dalam Pelayanan Kefarmasian


Dalam membangun keselamatan pasien banyak istilah-istilah yang perlu
difahami dan disepakati bersama. Istilah-istilah tersebut diantaranya adalah :
1. Kejadian tidak diharapkan/KTD (adverse Event)
2. Kejian Nyaris Cidera KNC (near miss)
3. Kejadian Cedera (sentinel)
4. Adverse Drug Event
5. Adverse Drug Reaction
6. Medication Error
7. Efek Samping Obat
Menurut Nebeker JR dkk. Dalam tulisannya C’larijying Adverse Drug
Events: A Clinician ‘s Guide to terminology, Documentation, and Reporting, serta
dan Glossary, AHRQ (Agency for Healthcare and Quality) dapat disimpulkan
definisi beberapa istilah yang berhubungan dengan cidera akibat obat
sebagaimana yang disajikan dalam tabel 1.

Tabel 1. 1 : Ringkasan defenisi yang berhubungan dengan cidera akibat


obat
Istilah Definisi Contoh
A. Terjadi insiden :
1. Kejadian yang
Kejadian cidera pada pasien a. Iritasi pada kulit
tidak selama proses karena penggunaan
diharapkan/KTD terapi/penatalaksanaan medis. verban
(adverse event) Penatalaksanaan medis b. Jatuh dari tempat
mencakup seluruh aspek tidur
pelayanan, termasuk diagnosa,
terapi, kegagalan
diagnosa/terapi, sistem
peralatan untuk pelayanan.
Adverse event dapat dicegah
atau tidak dapat dicegah
2. Reaksi obat yang Kejadian cidera pada pasien Steven – Johnson
tidak diharapkan selama proses terapi akibat Syndrom : Sulfa, Obat
(adverse drug pengunaan obat. epilepsi dll.
reaction)
3. Kejadian tentang Respons yang tidak diharapkan a. Shok anafilaksis
obat yang tidak terhadap terapi obat dan pada penggunaan
diharapkan menggangguatau menimbulkan antibiotik golongan
(adverse drug cidera pada pengunaan obat pinisilin
event) dosis normal. Reaksi obat yang b. Mengantuk pada
tidak diharapkan (ROTD) ada penggunaan CTM
yang berkaitan dengan efek
farmakologi/mekanisme kerja
(efek samping) ada yang tidak
berkaitan dengan efek
farmakologi (reaksi
hipersensitivitas).
4. Efek obat yang Respon yang tidak diharapkan a. Shok anafilaksis
tidak diharapkan terhadap terapi obat dan pada pengunaan
(adverse drug menggangu atau menimbulkan antibiotik golongan
efect) cidera pada pengunaan obat penisilin
dosis lazim. Sama dengan ROTD b. Mengantuk pada
tapi dilihat dan sudut pandang pengunaan CTM
obat. ROTD dilihat dan sudut
pandang pasien.
B. Cidera dapat terjadi atau tidak terjadi
1. Medication errors Kejadian yang dapat dicegah a. Peresepan obat yang
akibat penggunaan obat, yang tidak rasional
menyebabkan cidera b. Kesalahan
perhitungan dosis
pada peracikan
c. Ketidakpuasan
pasien sehingga
terjadi dosis
berlebihan
2. Efek samping obat Efek yang dapat diprediksi, (sebaiknya istilah ini
tergantung pada dosis, yang dihindarkan )
bukan efek tujuan obat. Efek
samping dapat dikehendaki,
atau tidak dikehendaki

Studi yang dilakukan bagian Farmakologi Universitas Gajah Mada (UGM)


antara 2001- 2003 menunjukan bahwa medication errors terjadi pada 97%
intensive care unit (ICU) antara lain dalam bentuk dosis berlebihan atau kurang
frekuensi pemberian keliru dan cara pemberian yang tidak tepat. Lingkup
perpindahanl perjalanan obat (meliputi obat, alat kesehatan, obat untuk
diagnostik, gas medis, anastesi) : obat dibawah pasien di komunitas, di rumah
sakit, pindah antar ruang, antar rumah sakit, rujukan, pulang, apoteker,
praktek dokter.
Multidisiplin problem dipetakan dalam proses pengunaan obat :
pasien/care giver, dokter, apoteker, perawat, tenaga asisten apoteker,
mahasiswa, teknik, administrasi, pabrik obat. Kejadian medication errors
dimungkinkan tidak mudah untuk dikenali, diperlukan kompensasi dan
pengelaman, kerjasama tahap proses.

Tabel 1. 2 : Jenis-jenis Medications Errors Berdasarkan Alur Proses


Pengobatan
Tipe Medications
Keterangan
Errors
Unauthorized drug Obat yang terlanjur diserahkan kepada pasien padahal
diresepkan oleh bukan dokter yang berwenang
Improper Dosis, strength atau jumlah obat yang tidak sesuai dengan
dose/quantity yang dimasukkan dalam resep
Wrong dose Penyiapan/formulasi atau pencapuran obat yang tidak
preparation method sesuai
Wrong patient Obat yang diserahkan dalam dosis dan cara pemberian
yang tidak sesuai dengan yang diperintahkan dalam resep
Omission error Gagal dalam pemberian dosis sesuai dengan permintaan,
mengabaikan penolakan pasien atau keputusan klinik
yang mengisyarakatkan untuk tidak diberikan obat yang
bersangkutan
Extra dose Memberikan duplikasi obat pada waktu yang berbeda
Prescribing error Obat diresepkan secara keliru atau perintah diberikan
secara lisan atau diresepkan oleh dokter yang tidak
berkompeten
Wrong Mengunakan cara pemberian yang keliru termasuk
administration misalnya menyiapkan obat dengan teknik yang tidak
technique dibenarkan (misalkan obat im diberikan iv).

Wrong time Obat diberikan tidak sesuai dengan jadwal pemberian atau
diluar jadwal yang ditetapkan.

JCAHO (2007) menetapkan tentang keamanan terhadap titik kritis dalam


proses manajemen obat : sistem seleksi , sistem penyimpanan sampai
distribusi sistem perintaan obat, interpretasi dan verifikasi), sistem penyiapan,
labelisasi/etiket, peracikan, dokumentasi penyerahan kepasien disertai
kecukupan informasi (preparing dan dispensing), teknik pengunaan obat pasien
(administration), pemantauan efektifitas pengunaan (monitoring). Didalamnya
termasuk sistem kerjasama dengan tenaga kesehatan terkait baik kompetensi
maupun sistem kewenangannya, sistem pelaporan masalah obat dengan upaya
perbaikan, informasi obat yang selalu tersedia, keberadaan apoteker dalam
pelayanan, adanya prosedur khusus obat dan alat yang memerlukan perhatian
khusus karena dampak yang membahayakan.
WHO dalam developing pharmacy practice-a focus on patient care
membedakan tentang praktek farmasi (berhubungan dengan pasien langsung)
dan pelayan farmasi (berhubungan dengan kualitas obat dan sistem proses
pelayanan farmasi):
1. Praktek perkerjaan kefarmasian meliputi obat-obatan, pengadaan produk
farmasi dan pelayanan kefarmasian diberikan oleh apoteker dalam sistem
pelayanan kesehatan.
2. Pelayanan kefarmasian meliputi segala pelayanan yang diberikan oleh
tenaga farmasi dalam dukungan pelayanan kefarmasian. Diluar suplai obat-
obatan, jasa kefarmasian meliputi juga informasi, pendidikan dan
komunikasi untuk mempromosikan kesehatan masyarakat, pemberian
informasi obat dan konseling, pendidikan dan pelatihan staf.
3. Pekerjaan kefarmasian meliputi penyediaan obat dan pelayanan lain untuk
membantu masyarakat dalam mendapatkan manfaat yang terbaik.
4. Apoteker sebagai penanggung jawab dalam pelayanan kefarmasian menurut
American Pharmacist Association (AphA) memiliki tugas antara lain :
a. Memastikan terapi dan hasil yang sesuai
1) Memastikan farmakoterapi yang sesuai
2) Memastikan kepahaman/kepatuhan pasien terhadap rencana
pengobatan
3) Monitoring dan pelaporan hasil
b. Dispensing obat dan alat kesehatan
1) Memproses resep atau pesanan obat
2) Meyiapkan produk farmasi
3) Mengantarkan obat atau alat kesehatan
c. Promosi kesehatan dan penanggulangan penyakit
1) Pengantaran jasa penanggulangan klinis
2) Pegawasan dan pelaporan issue kesehatan masyarakat
3) Promosi penggunaan obat yang aman dalam masyarakat.
d. Manajemen sistem kesehatan
1) Pengelolaan praktek
2) Pengelolaan pengobatan dalam sistem kesehatan
3) Pengelolaan penggunaan obat dalam sistem kesehatan
4) Partisipasi dalam aktivitas penelitian
5) Kerjasama antar disiplin
Dalam, relasi antara dokter sebagai penulis resep dan apoteker sebagai
penyedia obat (pelayanan tradisional farmasi), dokter dipercaya terhadap hasil
dan farmakoterapi. Dengan berubahnya situasi secara cepat di sistem
kesehatan, praktek asuhan kefarmasian diasumsikan apoteker bertanggung
jawab terhadap pasien dan masyarakat tidak hanya menerima asumsi tersebut.
Dengan demikian apoteker bertanggung jawab langsung pada pasien tentang
biaya, kualitas, hasil pelayanan kefarmasian.
BAB III
TATA LAKSANA HIGH MEDICATIONS
( OBAT-OBATAN YANG HARUS DIWASPADAI )

A. Pengertian
High alert medication adalah obat-obatan yang memiliki resiko tinggi
untuk menyebabkan/menimbulkan adanya komplikasi/membahayakan
pasien secara signifikan jika terdapat kesalahan pengunaan (dosis, interval,
dan pemilihannya)

B. Ruang Lingkup
1. Penetapan obat-obat yang termasuk dalam high alert berpedoman
pada ketetapan yang dikeluarkan oleh permenkes nomor 58 tahun
2014 adalah:
a. Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (nama obat
rupa dan ucapan mirip/norum) atau look alike sound
alike/LASA
b. Elektrolit Pekat seperti: Kalium Klorida (KCl) 7, 46%, Magnesium
Sulfat (MgSO4) 20% dan 40%, Natrium Klorida (NaCl) 3. 0%,
Kalsium Glukonat, Dekstrosa 40%.
c. Obat High Alert lainnya berdasarkan ketetapan oleh ISMPS
2. Pengelolaan obat high alert menggunakan prinsip :
a. Kurangi atau eliminasi kemungkinan terjadinya kesalahan
 Mengurangi jumlah obathigh alert yang disimpan di suatu
unit
 Mengurangi konsentrasi dan volume obat yang tersedia
 Hindarkan penggunaan obathigh alert sebisa mungkin
b. Lakukan pengecekan ganda
c. Minimalisasi konsekuensi kesalahan
 Pisahkan obat-obat dengan nama atau penampakan yang
mirip
 Minimalisasi instruksi verbal dan hindarkan penggunaan
singkatan
 Menstandarisasi prosedur instruksi/peresepan, penyimpanan,
persiapan, dan pemberian high alert medications.
 Batasi akses terhadap obathigh alert
 Gunakan label dosis standar
3. Daftar obat-obat high alert, elektrolit konsentrat, obat-obat
NORUM/LASA , obat-obat multi strength dan obat efek samping
mengantuk di Rumah Sakit.
Berikut adalah obat-obatan yang termasuk dalam kategori high alert
medications
Tabel Obat-obatan dalam Kategori High Alert Medications
Kategori/Kelas Obat-obatan Jenis obat
Agonis adnergik IV Epinefrin 1mg/ml
Norepinefrin 4mg/4ml
Antagonis adrenergic IV Propanolol
Agen anestesi (umum, -
inhalasi, dan IV)
Anti-aritmia IV Lidokain 2%
Anti-trombotik, termasuk: Warfarin, LMWH (low-molecular-
Antikoagulan weight heparin), unfractionated
heparin IV
Inhibitor faktor Xa Fondaparinux
Direct thrombin inhibitors Argatroban, bivalrudin, dabigatran
etexilate, lepirudin
Trombolitik Alteplase, reteplase, tenecteplase
Inhibitor glikoprotein IIb/IIIa Eptifibatide , abciximab, tirofiban
Larutan/solusio kardioplegik -
Agen kemoterapi (parenteral -
dan oral)
Dekstrosa hipertonik ( ≥ 20%) Dekstrosa 40%.
Larutan dialysis (peritoneal -
dan hemodialisis)
Obat-obatan epidural atau -
intratekal
Obat hipoglikemik (oral) -
Obat inotropik IV -
Insulin (SC dan IV) Insulin regular
Obat-obatan dengan bentuk -
liposomal
Agen sedasi moderat/sedang -
IV
Agen sedasi moderat/sedang -
oral, untuk anak
Opioid/narkose:
IV
Transdermal
Oral (termasuk konsentrat Codein (10 mg, 15 mg)
cair, formula rapid dan lepas
lambat)
Agen blok neuromuscular Suksinilkolin, rokuronium,
vekuronium, atrakurium,
pankuronium
Preparat nutrisi parenteral -
Agen radiokontras IV -
Aqua bidestilata, inhalasi, dan
irigasi (dalam kemasan ≥
100ml)
NaCl untuk injeksi,
hipertonik, dengan
konsentrasi > 0, 9%
Konsentrat KCl untuk injeksi
Epoprostenol IV
Injeksi Magnesium Sulfat MgSO4 40 %
(MgSO4)
Digoksin IV -
Metotreksat oral (penggunaan -
non-onkologi)
Opium tincture -
Oksitosin IV Oksitosin 10 UI/ml
Injeksi natrium nitropruside
Injeksi kalium fosfat
Prometazin IV
Kalsium intravena
Vasopressin (IV atau
intraoseus)
Antikonvulsan Benzodiazepine

Tabel Obat-obatan dalam Kategori Elektrolit Konsentrat Tinggi


Rumah Sakit Umum Daerah Konawe Kepulauan
NO. NAMA ELEKTROLIT PEKAT KONSENTRASI
1 Dekstrosa 40 %
2 Magnesium Sulfat (MgSO4) 40 %
3 - -
4 - -

Tabel Obat-obatan dalam Kategori Norum (LASA) dan Drug Multi Strength
No Nama Obat Satuan Keterangan
1. Acyclovir Tablet Multi Strength
2. Allopurinol Tablet Multi Strength
3. Alprazolam Tablet Multi Strength
4. Amlodipin Tablet Multi Strength
5 Atorvastatin Tablet Multi Strength
6. Captopril Tablet Multi Strength
7. Clindamycin Kapsul Multi Strength
8. Codein Tablet Multi Strength
9. Cotrimoxazole Tablet Multi Strength
10. Stesolid rectal Tube Multi Strength
11. Famotidine Tablet Multi Strength
12. Dekstrosa Infus, Botol 500ml Multi Strength
13. Griseofulvin Tablet Multi Strength
14. Glimepirit Tablet Multi Strength
15. Glibenclamid Tablet Multi Strength
Ibuprofen Suspensi, Botol 60
16. Multi Strength
ml
17. INH Tablet Multi Strength
18. Isosorbit Dinitrat Tablet Multi Strength
19. Meloxicam Tablet Multi Strength
20. Metformin Tablet Multi Strength
21. Methylprednisolon Tablet Multi Strength
22. MgSo4 Injeksi Flacon 25 ml Multi Strength
23. NaCL Infus, Botol 500ml Multi Strength
24. Natrium Diklofenak Tablet Multi Strength
25. Ofloxacin Tablet Multi Strength
26. Piracetam Tablet Multi Strength
27. Piroxicam Tablet Multi Strength
28. Salbutamol Tablet Multi Strength
29. Simvastatin Tablet Multi Strength
30. Tetracyclin Kapsul Multi Strength
31. Antrain, Gitas Injeksi, Ampul Look Alike
32. Cefotaxim, Ceftriaxon Injeksi, Vial Look Alike
Metronidazole,
33. Infus, Botol 100ml Look Alike
Paracetamol
34. Desolex, Sagalon Cream, Tube 10 gr Look Alike
Gentamycin,
35. Cream, Tube 5 gr Look Alike
Oxytetracyclin
Dekstrosa 5%, Dekstrosa
36. Infus, Botol 500ml Look Alike
10%
37. Ringer Lactat, KaEn 3B Infus, Botol 500ml Look Alike
38. Albendazol, Mebendazol Tablet Sound Alike
39. Amoxicillin, Ampicillin Tablet Sound Alike
Asam Mefenamat, Asam
40. Tablet Sound Alike
Traneksamat
Azitromycin,
41. Tablet Sound Alike
Erythromycin
42. Betahistin, Interhistin Tablet Sound Alike
43. C. Polidex, C. Polinel Tetes Mata, Strip Sound Alike
44. Cetirizin, Flunarizin Tablet Sound Alike
Cimetidine, famotidine,
45. Tablet Sound Alike
Ranitidine
Ciprofloxacin,
46. Tablet Sound Alike
Levofloxacin, Ofloxacin
47. Hepagard, Tensigard Kapsul Sound Alike
48. Interbi, Interhistin Tablet Sound Alike
Ketoconazole, Cream, Tube 10
49. Sound Alike
Omeprazole gram
Lansoprazole,
50. Kapsul Sound Alike
Omeprazole
Loperamid,
51. Tablet Sound Alike
Metoclopramid
52. Meloxicam, Piroxicam Tablet Sound Alike
Scabicid, Scabimite Cream, Tube 5
53. Sound Alike
gram
54. Tramadol, Tramus Injeksi, Ampul Sound Alike

Tabel Obat-Obat Memiliki Efek Samping Mengantuk


Rumah Sakit Umum Daerah Konawe Kepulauan
NO NAMA OBAT SATUAN
1 Alprazolam 0,5 mg Tablet
2 Alprazolam 1 mg Tablet
3 Alprazolam 0, 5 mg Tablet
4 Betahistine Mesilate 6 mg Tablet
5 Cetirizin 10 mg Tablet
6 Cetirizin Syr 5 mg/5 mL Botol
7 Chlorpheniramine Maleat 4 mg Tablet
8 Codein 10 mg Tablet
9 Codein 5 mg Tablet
10 Dexamethason 0, 5 mg Tablet
11 Dexamethason Inj. Ampul
12 Diazepam 2 mg Tablet
13 Dimenhydrinate 50 mg Tablet
14 Codein 10 mg Tablet
15 Dexamethason 0, 5 mg Tablet
16 Dexamethason Inj. Ampul
17 Diazepam 2 mg Tablet
18 Dipenhidramin HCL Inj. 10 mg Ampul
19 Diazepam Inj Ampul
20 Librofed Tablet
21 Noza Tablet
22 Promedex Tablet
23 Phenobarbital Inj. 50mg/ml Ampul
24 Phenobarbital 30 mg Tablet
25 Rhinos SR Kapsul
26 Rhinos Junior Botol
27 Tramadol 50 mg Tablet

C. Prinsip Pengelolaan High Alert Medications Yang Aman


Prinsip pengelolaan obat-obatan yang harus diwaspadai yang aman bagi
pasien adalah:
1. Kurangi atau eliminasi kemungkinan terjadinya kesalahan
a. Mengurangi jumlah high alert medications yang disimpan disuatu unit
b. Mengurangi konsentrasi dan volume obat yang tersedia
c. Hindarkan penggunaan high alert medications sebisa mungkin.
2. Lakukan pengecekan ganda
3. Menimalisasi konsekuensi kesalahan
a. Misalnya: kesalahan fatal terjadi dimana injeksi vial 50 ml berisi
lidokain 2% tertukar dengan manitol (kemasan dan cairan obat serupa).
Solusinya: sediakan lidokain 2% dalam vial 10 ml, sehingga kalaupun
terjadi salah pemberian, jumlah lidokain yang diinjeksikan kurang
berdampak fatal
b. Pisahkan obat-obat dengan nama atau label yang mirip
c. Meminimalisasi instruksi verbal dan hindarkan pengunaan singkatan
d. Batasi akses terhadap high alert medications
e. Gunakan tabel dosis standar ( dan pada mengunakan dosis perhitungan
berdasarkan berat badan/fungsi ginjal, dimana rentan terjadi
kesalahan).

D. Prosedur Pengelolaan High Alert Medications


Lakukan prosedur dengan aman dan hati-hati selama memberikan
instruksi, mempersiapkan, memberikan obat, dan menyimpan high alert
medications.
1. Peresepan
a. Jangan berikan instruksi hanya secara verbal mengenai high alert
medications, kecuali pada keadaan emergensi
b. Instruksi ini harus mancakup minimal:
1) Nama pasien dan nomor rekam medis
2) Tanggal dan waktu instruksi dibuat
3) Nama obat (generic), dosis, jalur pemberian, dan tanggal pemberian
setiap obat
4) Kecepatan atau durasi pemberian obat
c. Dokter harus mempunyai diagnosis, kondisi, dan indikasi pengunaan
setiap high alert medication secara tertulis
d. Sistem intruksi elektronik akan memberikan informasi terbaru secara
periodik mengenai standar pelayanan, dosis, dan konsentrasi obat (yang
telah disetujui oleh Panitia farmasi dan terapi), serta informasi yang
dibutuhkan untuk mengoptimalisasi keselamatan pasien
e. Jika memungkinkan, peresepan high alert medications haruslah
terstandarisasi dengan mengunakan instruksi tercetak
2. Persiapan dan penyimpanan
a. High alert medications disimpan di pos perawat didalam troli atau
kabinet yang memiliki kunci.
b. Semua tempat penyimpanan harus diberi label yang jelas dan
dipisahkan dengan obat-obatan rutin lainnya. Jika High alert
medications harus disimpan diarea parawatan pasien, kuncilah tempat
penyimpanan dengan diberikan label peringatan: hight alert
medications, pada tutup luar tempat penyimpanan.
c. Jika mengunakan dispensing kabinet untuk menyimpan high alert
medications berikanlah pesan pengingat di tutup kabinet agar
pengasuh/perawat pasien menjadi waspada dan berhati-hati dengan
High alert medications. Setiap kotak/tempat yang berisi High alert
medications harus diberi label
d. Infus intravena High alert medications harus diberikan label yang jelas
dengan mengunakan huruf/tulisan yang berbeda dengan yang
sekitarnya.
3. Pemberian obat
a. Perawat harus selalu melakukan pengecekan ganda (double-check)
terhadap semua high alert medications sebelum memberikan kepada
pasien
b. Pengecekan ganda terhadap high alert medications
1) Tujuan: indentifikasi obat-obatan yang memerlukan verifikasi atau
pengecekan ganda oleh petugas kesehatan lainnya ( sebagai orang
kedua) sebelum memberikan obat dengan tujuan meningkatkan
keselamatan dan akurasi.
2) Kebijakan :
a) Pengecekan ganda diulang sebelum memberikan high alert
medications tertentu/ spesifik dan disaat pelaporan pergantian
jaga atau saat melakukan transfer pasien
b) Pengecekan ganda ini akan dicatat pada rekam medis pasien
atau pada catatan pemberian medikasi pasien
c) Pengecekan pertama harus dilakukan oleh petugas yang
berwenang untuk mengistruksikan, meresepkan, atau
memberikan obat-obatan, antara lain: perawat, ahli farmasi, dan
dokter
d) Pengecekan kedua akan dilakukan oleh petugas yang berwenang
teknisi, atau perawat lainnya. (petugas tidak boleh sama dengan
pengecekan pertama)
e) Kebutuhan minimal untuk melakukan pengecekan
ganda/verifikasi oleh orang kedua dilakukan pada kondisi-
kondisi seperti berikut:
(1) Setiap akan memberikan injeksi obat
(2) Untuk terapi infus :
(a) Saat terapi inisial
(b) Saat terdapat perubahan konsentrasi obat
(c) Saat pemberian bolus
(d) Saat pergantian jaga perawat atau transfer pasien
(e) Setiap terjadi perubahan dosis obat
(f) Pengecekan tambahan dapat dilakukan sesuai
dengan instruksi dan dokter
3) Prosedur pengecekan ganda
a) Untuk dosis inisial atau inisiasi infus baru
(1) Petugas kesehatan mempersiapkan obat dan hal-hal
dibawah ini untuk menjalani pengecekan ganda oleh
petugas kedua:
(2) Obat-obatan pasien dengan label yang masih intak
(utuh)
(3) Rekam medis pasien, catatan pemberian medikasi pasien
atau resep/instruksi tertulis dokter
(4) Obat yang hendak diberikan lengkap dengan labelnya
b) Petugas kedua akan memastikan hal-hal berikut ini
(1) Obat telah disiapkan dan sesuai dengan instruksi
(2) Perawat pasien harus memverifikasi bahwa obat yang
hendak diberikan telah sesuai dengan instruksi dokter
(3) Obat mematuhi 7 persyaratan
(4) Membaca label dengan suara lantang kepada perawat
untuk memverifikasi ketujuh persyaratan ini:
(a) Tepat pasien
(b) Tepat obat
(c) Tepat dosis atau kecepatannya termasuk pengecekan
ganda mengenai penghitungan dan verifikasi pompa
infus
(d) Tepat interval atau frekuensi pemberiannya
(e) Tepat cara atau rute pemberian
(f) Tepat Informasi
(g) Tepat Dokumentasi
c) Pada beberapa kasus, harus tersedia juga kemasan/vial obat
untuk memastikan bahwa obat yang disiapkan adalah obat
benar, misalnya: dosis insulin
d) Ketika petugas kedua telah selesai melakukan pengecekan
ganda dan kedua petugas puas bahwa obat telah sesuai,
lakukanlah pencatatan pada rekam medis/catatan
pemberian medikasi pasien
e) Petugas kedua harus menulis dicek oleh: dan diisi dengan
nama pengecek
f) Pengecekan ganda akan dilakukan sebelum obat diberikan
kepada pasien
g) Pastikan infus obat berada pada jalur/selang yang benar
dan dilakukan pengecekan infus mulai dari larutan/cairan
infus, pompa, hingga tempat insersi selang
h) Pastikan pompa infus terprogram dengan kecepatan
pemberian yang tepat, termasuk ketepatan data badan
pasien.
i) Untuk pengecekan saat pergantian jaga perawat atau
transfer pasien :
(1) Petugas kedua akan memastikan hal-hal berikut ini :
(a) Obat yang diberikan harus memenuhui ketujuh
persyaratan.
(b) Perawat berikutnya akan membaca label dengan
lantang kepada perawat sebelumnya memverifikasi
ketujuh persyaratan (seperti yang telah disebutkan
diatas).
(2) Saat pengecekan telah selesai dan kedua perawat yakin
bahwa obat telah sesuai, lakukanlah pencatatan pada
bagian pengecekan oleh perawat di rekam medis pasien,
Sesaat sebelum perawat memberikan obat
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam upaya pengendalian resiko, praktek konvensional farmasi
telah berhasil menurunkan biaya obat tapi belum menyelesaikan
masalah sehubungan dengan penggunaan obat. Pesatnya perkembangan
teknologi farmasi yang menghasilkan obat-obat baru juga membutuhkan
perhatian akan kemungkinan terjadinya resiko pada pasien.
Pendekatan sistem bertujuan untuk meminimalkan resiko dan
mempromosikan upaya keselamatan penggunaan obat termasuk alat
kesehatan yang menyertai. Secara garis besar langkah-langkah yang bisa
dilakukan antara lain analisis sistem yang sedang berjalan, deteksi
adanya kesalahan, analisis tren sebagai dasar pendekatan sistem.
JCAHO menetapkan lingkup keselamatan pelayanan farmasi meliputi :
sistem penyiapan obat, interpretasi dan verifikasi (ordering dan
transcribing), sistem penyiapan, labelisasi, peracikan, dokumentasi,
penyerahan kepasien disertai kecukupan informasi (preparing dan
dispensing), sistem pengunaan obat oleh pasien (admisiration),
monitoring.

B. Saran
Dalam pelayanan kesehatan hendaknya kita memperhatikan
keselamatan pasien, salah satunya adalah dalam pemberian obat.

Ditetapkan di Langara
Pada tanggal Juni 2023
Direktur,

dr. ULAM FRIDSLAN


Penata Tk. I, Gol. III/d
NIP : 19860523 201503 1 005

DAFTAR PUSTAKA

1. Wisconsin Patient Safety Institute. Model high-alert medications policy


& procedures. Wisconsin: WPSI; 2004.
2. Institute for Safe Medication Practices (ISMP). ISMP's list of high-alert
medications. ISMP; 2012.
3. The University of Kansas Hospital. High alert medication double-
chick: Dalam: Medication management. Corporate Policy Manual.
Volume 2. Kansas; 2010.
4. John Dempsey Hospital-Department of Pharmacy. High alert
medications. Dalam: Pharmacy practice manual. Connecticut:
University of Connecticut Health Center; 2008.
5. Cohen M, Kilo C. High-alert medications: safeguarding agafnst errors.
Dalam: Cohen M, peny. Medication errors. USA: American Hospital
Association, Health Research & Educational Trust, Institute for Safe
Medication Practices; 2002.
6. Regional Pharmacy Nursing Committee. Regional high-alert medication
safety practices. Regional Pharmacy and Terapeutic Committee; 2010.
7. Koczmara C. High alert medications: no rqoin for errors. Kanada: ISMP;
2003.
8. Graham S, Clopo MP, Kos't^k NE, Crawford B. Implementation of
a high-alert medication program. The Permanente Journal. 2008; 12:
15-22.
9. Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organizations
(JCAHO). High-alert medications and patient safely. Int J Qual Health
Care. 2001;13: 339-40.
10. Cabral K, Wendler, L. High alert medications, polypharmacy
& avoidable hospitalizations: Practice Improvement Series Meeting
(PRISM). 2011.
11. Kane J. High alert medications policy. The University of Toledo Medical
Center. 2011.
12. Foundation for Medical Care. Campaign intervention fact sheet: high
alert medicatons.
13. Medication Use Quality Committee. High alert medications:
identification, double-check arra labeling. Saskatoon Health Region;
2009.

Anda mungkin juga menyukai