Anda di halaman 1dari 27

1

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : HK.02.02/MENKES/ /2020

TENTANG
PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN SANTUNAN KEMATIAN
BAGI SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
DALAM PENANGANAN CORONA VIRUS DISEASE (COVID-19)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa World Health Organization (WHO) telah


menyatakan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
sebagai Pandemic tanggal 11 Maret 2O2O sehingga
terjadi keadaan tertentu perlu dilakukan antisipasi
dampaknya di Indonesia;

b. bahwa dalam rangka antisipasi meluasnya penyebaran


dan dampak COVID-19 diperlukan penanggulangan
secara cepat berdasarkan protokol kesehatan, salah
satunya melalui upaya penanggulangan yang dilakukan
oleh Sumber Daya Manusia Kesehatan;
c. bahwa sebagai wujud apresiasi dan penghargaan kepada
Sumber Daya Manusia Kesehatan sebagai garda terdepan
dalam penanganan COVID-19 dipandang perlu
memberikan insentif dan santunan kematian kepada
Sumber Daya Manusia Kesehatan;
d. bahwa berdasarkan Surat Menteri Keuangan Nomor S-
239/MK.02/2020 tentang Insentif Bulanan dan
Santunan Kematian bagi Sumber Daya Manusia
Kesehatan yang Menangani COVID-19 perlu disusun
teknis pemberian insentif dan santunan kematian kepada
Sumber Daya Manusia Kesehatan dalam penanganan
COVID-19;
2

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam huruf a, b, c, dan d perlu menetapkan
Keputusan Menteri tentang Pedoman Pemberian Insentif
dan Sanuanan Kematian Bagi Sumber Daya Manusia Kes
ehatan Dalam Penanganan Corona Virus Disease (COVID-
19);

Mengingat : a. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
b. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah
Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3273);
c. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4723);
d. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);
e. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5607);
f. Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2019 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 173,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6391);
g. Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2018 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana Dalam
Keadaan Tertentu (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 34);
h. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
3

Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015


Nomor 1508);
i. Keputusan Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Bencana Nomor 9.A Tahun 2020 tentang Penetapan
Status Keadaan Tertentu Darurat Bencana Wabah
Penyakit Akibat Virus Corona di Indonesia;
j. Keputusan Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Bencana Nomor 13.A Tahun 2020 tentang Perpanjangan
Status Keadaan Tertentu Darurat Bencana Wabah
Penyakit Akibat Virus Corona di Indonesia.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN
SANTUNAN KEMATIAN BAGI SUMBER DAYA MANUSIA KESE
HATAN DALAM PENANGANAN CORONA VIRUS DISEASE (COV
ID-19).

KESATU : Pedoman pemberian insentif dan santunan kematian bagi Su


mber Daya Manusia Kesehatan dalam penanganan Corona Vir
us Disease (COVID-19), sebagaimana tercantum dalam Lampir
an yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan
ini.

KEDUA : Pedoman sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU


bertujuan untuk memberikan acuan bagi setiap pimpinan
fasilitas kesehatan yang ditunjuk untuk penanganan COVID-
19, dalam menetapkan dan memberikan insentif bagi Sumber
Daya Manusia Kesehatan yang menangani COVID-19.

KETIGA : Pemberian insentif dan santunan kematian bagi SDM


Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam diktum KESATU
diberikan mulai…….

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 2020

MENTERI KESEHATAN,
4

TERAWAN AGUS PUTRANTO


5

LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
NOMOR : HK.02.02/MENKES/ /2020
PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN
SANTUNAN KEMATIAN BAGI SUMBER DAYA
MANUSIA KESEHATAN DALAM PENANGANA
N CORONA VIRUS DISEASE (COVID-19)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) telah dinyatakan oleh WHO
sebagai pandemik dan Pemerintah Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden
Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) telah menyatakan COVID-19 sebagai
kedaruratan kesehatan masyarakat yang wajib dilakukan upaya
penanggulangan. Penyebaran COVID-19 di Indonesia saat ini sudah semakin
meningkat dan meluas lintas wilayah dan lintas negara yang diiringi dengan
jumlah kasus dan/atau jumlah kematian. Peningkatan tersebut berdampak
pada aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan, serta
kesejahteraan masyarakat di Indonesia, sehingga diperlukan strategi dan
upaya yang komprehensif dalam percepatan penanganan COVID-19.

Dalam upaya penanganan kasus COVID-19, Kementerian Kesehatan


telah menetapkan 132 RS Rujukan COVID-19 serta mengoperasikan RS
Darurat COVID-19 di Wisma Atlet dan Pulau Galang. Selain itu terdapat pula
RS Rujukan COVID-19 dan fasilitas kesehatan lain seperti KKP, Laboratorium,
Dinas Kesehatan, Puskesmas, dan Klinik yang ditunjuk termasuk fasilitas
kesehatan swasta lainnya yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI
maupun Kepala Daerah baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota yang
jumlahnya mencapai lebih dari 500 fasilitas kesehatan. Kejadian pandemik
COVID-19 ini tentu membutuhkan peran serta dari semua pihak untuk turut
berkontribusi dalam pencegahan, penanganan dan pengendaliannya. Upaya
pencegahan, penanganan dan pengendalian COVID-19 ini merupakan tanggung
jawab kita bersama, baik Pemerintah di seluruh tingkatan administrasi, swasta
6

dan seluruh elemen masyarakat di wilayah Negara Kesatuan Republik


Indonesia. Namun demikian, keberadaan Sumber Daya Manusia (SDM)
Kesehatan menjadi faktor penting dan menentukan keberhasilan upaya
tersebut. Tak dapat dipungkiri, peran dan kerja nyata SDM Kesehatan dari
berbagai jenis profesi sebagai garda terdepan dalam upaya pencegahan,
penanganan dan pengendalian COVID-19 sangat krusial dan dibutuhkan
untuk mempercepat penanggulangan pandemik ini.

Pemerintah dan Pemerintah Daerah telah bersinergi dalam upaya


pencegahan, penanganan dan pengendalian COVID-19 dengan mengoptimalkan
sistem pelayanan kesehatan agar dapat menggerakkan seluruh sumber daya
yang dimiliki termasuk SDM Kesehatan secara terarah, terpadu dan efektif.
SDM Kesehatan yang sudah bekerja, baik sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN)
maupun tenaga kontrak di fasilitas pelayanan kesehatan milik Pemerintah dan
Pemerintah Daerah, seluruhnya dilibatkan dalam menangani berbagai kasus
COVID-19. Perlu diketahui pula bahwa dalam situasi pandemik saat ini, tentu
dibutuhkan SDM Kesehatan dalam jumlah yang lebih besar. Oleh karena itu,
diperlukan strategi khusus untuk memobilisasi SDM Kesehatan yang
dibutuhkan, salah satunya dengan merekrut relawan SDM Kesehatan dalam
membantu penanganan kasus dan berbagai hal lain dalam upaya
penanggulangan pandemik COVID-19.
Relawan SDM Kesehatan ini akan didayagunakan pada fasilitas
pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan untuk membantu penanganan COVID-
19 bekerjasama dengan SDM Kesehatan setempat yang ditunjuk untuk
melakukan pelayanan dan penanganan kasus COVID-19. Oleh karena itu,
SDM Kesehatan tersebut tentu sangat berisiko untuk tidak hanya terpapar
namun juga tertular infeksi COVID-19, sehingga perlu perhatian dan apresiasi
khusus dari Pemerintah. Pemerintah perlu memberikan kompensasi (reward)
baik yang bersifat finansial maupun non finansial dalam bentuk penghargaan
khusus bagi SDM Kesehatan yang ditunjuk dan telah bekerja melakukan
pelayanan terkait COVID-19. Kompensasi bersifat finansial yang diberikan
dapat berupa insentif sejumlah nominal tertentu yang didasarkan pada tingkat
risiko keterpaparan, serta santunan kematiam bagi SDM Kesehatan yang
meninggal dikarenakan paparan COVID-19 saat bertugas. Diharapkan dengan
pemberian insentif dan santunan kematian ini, dapat meningkatkan semangat
dan etos kerja SDM Kesehatan untuk memberikan pelayanan terbaik guna
mempercepat penanggulangan pandemik COVID-19.
7

B. Ruang Lingkup dan Tujuan


Dengan ditetapkannya COVID-19 sebagai pandemik, maka diperlukan
upaya penanggulangan secara cepat, terarah, terpadu, menyeluruh dan efektif
berdasarkan protokol kesehatan, yang melibatkan peran serta SDM Kesehatan.
Sebagai wujud apresiasi dan penghargaan kepada SDM Kesehatan yang telah
menunaikan tugas sebagai garda terdepan dalam penanganan COVID-19
dipandang perlu memberikan insentif kepada SDM Kesehatan dimaksud,
dengan mengacu kepada peraturan perundangan yang berlaku.

C. Sasaran
SDM Kesehatan dalam penanganan COVID-19 yang berhak memperoleh
insentif adalah SDM Kesehatan yang telah ditetapkan oleh pimpinan Satuan
Kerja (Satker) atau fasilitas kesehatan dimana SDM Kesehatan tersebut
ditugaskan untuk memberikan pelayanan penanggulangan COVID-19. SDM
Kesehatan tersebut dapat berstatus sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN)
maupun tenaga kontrak, relawan, dokter yang sedang melaksanakan Program
Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS), dokter internsip, serta SDM Kesehatan
yang sedang melaksanakan penugasan khusus seperti Nusantara Sehat
Individu (NSI) dan Pendayagunaan Dokter Spesialis (PGDS) yang ditugaskan di
fasilitas kesehatan milik Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Swasta yang
telah ditetapkan sebagai fasilitas kesehatan untuk pelayanan dan
penanggulangan COVID-19.
8

BAB II
KLASIFIKASI ZONA RESIKO DAN SDM KESEHATAN PADA FASILITAS
KESEHATAN DALAM PENANGGULANGAN COVID-19

2.1 Identifikasi Zona, Jenis dan Jumlah SDM Kesehatan


Pembayaran insentif SDM Kesehatan yang menangani kasus COVID-19
ditentukan berdasarkan sistem zonasi berbasis risiko pada masing-masing
fasilitas kesehatan yang meliputi:
a. Zona merah (risiko sangat tinggi) adalah zona yang terdiri dari area yang
memiliki risiko keterpajanan sangat tinggi; insentif dibayarkan 100%
b. Zona oranye (risiko tinggi) adalah zona yang terdiri dari area yang
memiliki risiko keterpajanan tinggi; insentif dibayarkan 80%
c. Zona kuning (risiko sedang) adalah zona yang terdiri dari area yang
memiliki risiko keterpajanan sedang; insentif dibayarkan 50%
d. Zona hijau (risiko rendah) adalah zona yang terdiri dari area yang
memiliki risiko keterpajanan rendah; insentif dibayarkan 25%
Pembayaran insentif bagi SDM Kesehatan dalam penanganan COVID-19
dilakukan berdasarkan Surat Menteri Keuangan Republik Indonensia Nomor
S-239/MK.02/2020 tentang Insentif Bulanan dan Santunan Kematian bagi
Sumber Daya Manusia Kesehatan yang Menangani COVID-19. Dalam surat
tersebut, ditetapkan bahwa besaran insentif tertinggi untuk SDMK yang
Menangani COVID-19, adalah sebagai berikut:
No Uraian Satuan Besaran
1 Insentif
1. Dokter Spesialis OB Rp. 15.000.000,-
2. Dokter Umum dan Gigi OB Rp. 10.000.000,-
3. Bidan dan Perawat OB Rp. 7.500.000,-
4. Tenaga Medis Lainnya OB Rp. 5.000.000,-
2 Santunan Kematian Per Orang Rp. 300.000.000,-
Surat Menteri keuangan tersebut akan dilakukan review kembali, dimana
tenaga medis lainnya akan direvisi menjadi tenaga kesehatan lainnya, dan ada
penambahan kategori SDMK lainnya yang besaran insentifnya diusulkan
sebesar Rp. 4.000.000,-/OB

A. Rumah Sakit
A.1. Rumah Sakit Rujukan COVID-19
Zonasi Berbasis Resiko
9

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah


 Seluruh ruang  IGD Triase  Poli rawat jalan  Instalasi gizi
isolasi seperti:  Laboratorium penyakit dalam, poli  IPSS/IPRS
 ICU  Instalasi CSSD umum, dan poli  Rekam medis
isolasi,  Instalasi Laundry lainnya
 HCU  Kamar Jenazah  Ruang hemodialisis
Isolasi,  Instalasi Radilogi (screening pasien)
 ICCU  Poliklinik infeksius  Pelayanan rehabilitasi
isolasi seperti poliklinik medik
yang menangani ISPA (screening pasien)
COVID-19  Pelayanan farmasi
 Tempat pelayanan
yang mengelola
PDP/positif
(Contoh : kamar
bedah, tindakan
pasien dengan
COVID-19)

Contoh perhitungan insentif bagi SDM Kesehatan di RS rujukan COVID-19


berdasarkan zonasi resiko keterpaparan
TINGKAT RESIKO
KELOMPOK INSENTIF
NO NAMA JENIS SDMK MERAH ORANGE KUNING HIJAU INSENTIF DITERIMA
100% 80% 50% 25%
DOKTER
1 dr Spesialis 1 SPESIALIS 100% 15,000,000 15,000,000
DOKTER
2 dr Spesialis 2 SPESIALIS 80% 15,000,000 12,000,000
DOKTER
3 dr Spesialis 3 SPESIALIS 50% 15,000,000 7,500,000
DOKTER
4 dr Spesialis 4 SPESIALIS 80% 15,000,000 12,000,000
DOKTER
5 dr Spesialis 5 SPESIALIS 100% 15,000,000 15,000,000
6 dokter 1 DR/DRG 80% 10,000,000 8,000,000
7 dokter 2 DR/DRG 50% 10,000,000 5,000,000
8 Perawat 1 PERAWAT/BIDAN 100% 7,500,000 7,500,000
9 Perawat 2 PERAWAT/BIDAN 100% 7,500,000 7,500,000
10 Perawat 3 PERAWAT/BIDAN 50% 7,500,000 3,750,000
11 Perawat 4 PERAWAT/BIDAN 50% 7,500,000 3,750,000
Ahli Tek Lab
12 Medik 1 NAKES LAINNYA 100% 5,000,000 5,000,000
Ahli Tek Lab
13 Medik 2 NAKES LAINNYA 80% 5,000,000 4,000,000
14 Farmasi 1 NAKES LAINNYA 50% 5,000,000 2,500,000
15 Farmasi 2 NAKES LAINNYA 80% 5,000,000 4,000,000
16 Radiografer 1 NAKES LAINNYA 100% 5,000,000 5,000,000
17 Radiografer 2 NAKES LAINNYA 80% 5,000,000 4,000,000
Pemulasaran
18 Jenazah SDMK LAINNYA *) 80% 4,000,000 3,200,000
Cleaning
19 Service SDMK LAINNYA *) 100% 4,000,000 4,000,000
Supir
20 Ambulance SDMK LAINNYA *) 100% 4,000,000 4,000,000
10

disesuaikan dengan jenis


DOKTER SDMK dan zonasi sesuai
Petugas SPESIALIS/ beban kerja
21 Pendukung DOKTER/
Lainnya PERAWAT/
NAKES LAINNYA/
SDMK LAINNYA 25%

*) Besaran insentif sedang diusulkan kepada Kementerian Keuangan

Jenis dan jumlah SDM Kesehatan yang bekerja pada area berdasarkan zonasi
risiko keterpaparan dapat mengacu pada contoh tabel diatas, dan harus
disesuaikan dengan beban kerja di masing-masing area menurut zonasi
dimaksud. Setiap SDM Kesehatan dapat bekerja di zona manapun sesuai
dengan beban kerja. Jenis dan jumlah SDM Kesehatan harus ditetapkan
dengan Surat Keputusan (SK) Pimpinan RS yang diterbitkan setiap bulan.

A.2. Rumah Sakit Khusus Penanganan COVID-19


Zonasi Berbasis Resiko
Sangat Tinggi Tinggi Sedang
 Semua ruangan untuk  Poli MCU  Pelayanan
perawatan PDP Covid 19  Pos farmasi di area
(confirm / non confirm) Pemantauan rawat jalan.
a. IGD PDP TG,  Ruangan lain
b. ICU  Instalasi di ruang
c. Rg. Rawat Isolasi Sanitasi / perawatan non
 Semua ruangan untuk Kesling Covid-19
pengelolaan PDP Covid 19  Insatalasi (misal: tenaga
(confirm / non confirm) Prasarana RS gizi, farmasi,
a. IBS (PISRS) administrasi ).
b. IPJ  Instalasi  Rekam Medis
c. Area pengambilan SWAB Radiologi  Instalasi Gizi
 Semua fasilitas pendukung COVID-19,
pngelolaan PDP Covid 19  Instalasi CSSD
(confirm / non confirm)  Instalasi
a. Dekontaminasi Ambulans Laundry

Contoh perhitungan insentif bagi SDM Kesehatan di RS khusus


penanganan COVID-19 berdasarkan zonasi resiko keterpaparan
TINGKAT RESIKO
KELOMPO
INSENTIF
NO NAMA JENIS SDMK MERAH ORANGE KUNING K
DITERIMA
INSENTIF
100% 80% 50%

1 dr Spesialis 1 DOKTER SPESIALIS 100% 15,000,000 15,000,000


11

2 dr Spesialis 2 DOKTER SPESIALIS 80% 15,000,000 12,000,000

3 dr Spesialis 3 DOKTER SPESIALIS 50% 15,000,000 7,500,000

4 dr Spesialis 4 DOKTER SPESIALIS 80% 15,000,000 12,000,000

5 dr Spesialis 5 DOKTER SPESIALIS 100% 15,000,000 15,000,000

6 dokter 1 DR/DRG 80% 10,000,000 8,000,000

7 dokter 2 DR/DRG 50% 10,000,000 5,000,000

8 Perawat 1 PERAWAT/BIDAN 100% 7,500,000 7,500,000

9 Perawat 2 PERAWAT/BIDAN 100% 7,500,000 7,500,000

10 Perawat 3 PERAWAT/BIDAN 50% 7,500,000 3,750,000

11 Perawat 4 PERAWAT/BIDAN 50% 7,500,000 3,750,000


Ahli Tek Lab
12 Medik 1 NAKES LAINNYA 100% 5,000,000 5,000,000
Ahli Tek Lab
13 Medik 2 NAKES LAINNYA 80% 5,000,000 4,000,000

14 Farmasi 1 NAKES LAINNYA 50% 5,000,000 2,500,000

15 Farmasi 2 NAKES LAINNYA 80% 5,000,000 4,000,000

16 Radiografer 1 NAKES LAINNYA 100% 5,000,000 5,000,000

17 Radiografer 2 NAKES LAINNYA 80% 5,000,000 4,000,000


Pemulasaran
18 Jenazah SDMK LAINNYA *) 80% 4,000,000 3,200,000
Cleaning
19 Service SDMK LAINNYA *) 100% 4,000,000 4,000,000
Supir
20 Ambulance SDMK LAINNYA *) 100% 4,000,000 4,000,000
disesuaikan dengan jenis
SDMK dan zonasi sesuai
Petugas DOKTER SPESIALIS/ beban kerja
21 Pendukung DOKTER/ 25%
Lainnya PERAWAT/ NAKES
LAINNYA/ SDMK
LAINNYA
*) Besaran insentif sedang diusulkan kepada Kementerian Keuangan

Jenis dan jumlah SDM Kesehatan yang bekerja pada area berdasarkan zonasi
risiko keterpaparan dapat mengacu pada contoh tabel diatas, dan harus
disesuaikan dengan beban kerja di masing-masing area menurut zonasi
dimaksud. Setiap SDM Kesehatan dapat bekerja di zona manapun sesuai
dengan beban kerja. Jenis dan jumlah SDM Kesehatan harus ditetapkan
dengan Surat Keputusan (SK) Pimpinan RS yang diterbitkan setiap bulan.

B. KKP
Zonasi Berbasis Resiko
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah
 Petugas  Petugas yang melakukan Pengamatan  Petugas
karantina yang pengamatan langsung penumpang pendukung
12

melakukan penumpang :tenaga lainnya


evakuasi kasus (screening) :tenaga surveilans
yang dicurigai, surveilans epidemiologi, epidemiologi
karena sudah dokter, perawat
menampakkan  Petugas yang melakukan
gejala: dokter, pengamanan alat angkut
perawat, : tenaga kesehatan
petugas lingkungan dalam
ambulance rangka pengendalian
risiko lingkungan

Jenis SDM Kesehatan di KKP dapat mengacu kepada tabel diatas, namun
jumlahnya dapat disesuaikan dengan beban kerja di masing-masing area
menurut zonasi dimaksud. Jenis dan jumlah SDM Kesehatan harus ditetapkan
dengan Surat Keputusan (SK) Kepala KKP yang diterbitkan setiap bulan.

Perhitungan besaran insentif SDM Kesehatan di KKP dibedakan menjadi 3


kategori berdasarkan beban kerja masing-masing kelas KKP, sebagai berikut:

BESARAN INSENTIF
NO KATEGORI KKP BOBOT KERJA
SETIAP SDM
1 KKP KELAS I BATAM
2 KKP KELAS I DENPASAR
3 KKP KELAS I MAKASSAR
4 KKP KELAS I MEDAN
5 KKP KELAS I SOEKARNO HATTA
III 1
6 KKP KELAS I SURABAYA
7 KKP KELAS I TANJUNG PRIOK
8 KKP KELAS II TANJUNG BALAI KARIMUN
9 KKP KELAS II TANJUNG PINANG
10 KKP KELAS II SEMARANG
11 KKP KELAS II AMBON
12 KKP KELAS II BALIKPAPAN
13 KKP KELAS II BANDUNG Persentase Zonasi x
14 KKP KELAS II BANJARMASIN Bobot x Besaran
15 KKP KELAS II BANTEN Insentif Maksimal (Rp)
16 KKP KELAS II CILACAP
17 KKP KELAS II JAYAPURA
18 KKP KELAS II KENDARI
19 II KKP KELAS II MANADO 0,75
20 KKP KELAS II MATARAM
21 KKP KELAS II PADANG
22 KKP KELAS II PALEMBANG
23 KKP KELAS II PANJANG
24 KKP KELAS II PEKANBARU
25 KKP KELAS II PONTIANAK
26 KKP KELAS II PROBOLINGGO
27 KKP KELAS II SAMARINDA
13

28 KKP KELAS II TARAKAN


29 KKP KELAS III BITUNG
30 KKP KELAS III DUMAI
31 KKP KELAS III KUPANG
32 KKP KELAS IV YOGYAKARTA
33 KKP KELAS III BANDA ACEH
34 KKP KELAS III BENGKULU
35 KKP KELAS III BIAK
36 KKP KELAS III GORONTALO
37 KKP KELAS III JAMBI
38 KKP KELAS III LHOKSEUMAWE
39 KKP KELAS III MANOKWARI
40 KKP KELAS III MERAUKE
41 I KKP KELAS III PALANGKARAYA 0,5
42 KKP KELAS III PALU
43 KKP KELAS III PANGKAL PINANG
44 KKP KELAS III POSO
45 KKP KELAS III SABANG
46 KKP KELAS III SAMPIT
47 KKP KELAS III SORONG
48 KKP KELAS III TEMBILAHAN
49 KKP KELAS III TERNATE

Pengkategorian KKP Berdasarkan:


1. Jumlah CoP yang diterbitkan
2. Jumlah Kedatangan Pesawat Dari Negara Dan Atau Wilayah Terjangit
3. Jumlah Kedatangan Orang Dari Negara Dan Atau Wilayah Terjangkit
4. Jumlah Kedatangan PMI Dari Negara Terjangkit
5. Jumlah Pengawasan HAC

Contoh 1:
Perawat yang melakukan melakukan evakuasi kasus yang dicurigai, karena
sudah menampakkan gejala di zona merah dan wilayah kerjanya berada pada
kategori 2, maka besaran insentifnya sebagai berikut:

100% x 0,75 x Rp. 7.500.000,00 = Rp. 5.625.000,00


Contoh 2:
Dokter yang melakukan pelayanan di zona oranye dan wilayah kerjanya berada
pada kategori 3, maka besaran insentifnya sebagai berikut:

80% x 1 x Rp. 10.000.000,00 = Rp. 8.000.000,00

C. Laboratorium
14

Zonasi Berbasis Resiko


Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah
Petugas yang Tenaga yang Tenaga yang Petugas
melakukan melakukan melakukan pendukung
pemeriksaan kegiatan kegiatan lainnya, dan
langsung sample didalam dukungan inter petugas yang
(ekstraksi dan ruangan ruangan bekerja diluar
PCR) seperti ; Tim laboratorium laboratorium gedung
pemeriksa/Penelit seperti : tim seperti : tim laboratorium
i/Analis penerima dan penyimpan sisa seperti :
Laboratorium pencatat sample dan pencatat log
(ekstraksi), Tim sample, tim reagen, tim book, petugas
pemeriksa/Analis penyimpan kebersihan kebersihan luar
Laboratorium sample, tim dalam gedung, tim
(PCR) reagen lab,Tim laboratorium, entri data hasil
Pengolah tim logisktik
Limbah gudang reagen,
Infectious dan pengemudi,
K3 petugas
keamanan

Jenis SDM Kesehatan di Laboratorium Rujukan Nasional COVID-19 dan


Laboratorium Pemeriksa COVID-19 dapat mengacu kepada tabel diatas, namun
jumlahnya dapat disesuaikan dengan beban kerja di masing-masing area
menurut zonasi dimaksud. Jenis dan jumlah SDM Kesehatan harus ditetapkan
dengan Surat Keputusan (SK) Kepala Satuan Kerja (Satker) yang diterbitkan
setiap bulan.

Perhitungan besaran insentif SDM Kesehatan di Laboratorium dibedakan


menjadi 2 kategori berdasarkan beban kerja masing-masing katagori
Laboratorium, sebagai berikut:
Rumusan
Bobot Beban
No. KATAGORI KELAS LABORATORIUM Besaran Insentif
Kerja
setiap SDM
PRESENTASE
Laboratorium Pusat Biomedis dan ZONASI X
1. Kategori I 1
Tehnologi Dasar Kesehatan BOBOT X
BESARAN
Laboratorium Balai Besar, INSENTIF
2. Kategori II 0.75
Laboratorium Balai Kelas I,II MAKSIMAL (Rp)

Contoh 1:
Petugas tim pemeriksan sample yang melakukan melakukan pemeriksaan
langsung pada sample terduga COVID-19 di zona merah dan wilayah kerjanya
berada pada kategori 2, maka besaran insentif sebagai berikut :
15

100% x 0,75 x Rp. 5.000.000,00 = Rp. 3.750.000,00


Contoh 2:
Dokter ahli biomedis yang melakukan melakukan pemeriksaan langsung pada
sample terduga COVID-19 di zona merah dan wilayah kerjanya berada pada
kategori 1, maka besaran insentif sebagai berikut :

100% x 1 x Rp. 10.000.000,00 = Rp. 10.000.000,00

D. Dinas Kesehatan

JENIS SDM YANG TERLIBAT JUMLAH SDM YANG TERLIBAT


NO ZONASI JENIS KEGIATAN TERKAIT PELAYANAN COVID19
(NAKES DAN NON NAKES) (NAKES DAN NON NAKES)
Melakukan pengambilan spesimen swab pada PDP ATLM, dokter atau nakes lain terlatih 2
1 SANGAT TINGGI
untuk konfirmasi RT-PCR
ATLM, dokter atau nakes lain 2
2 TINGGI Melakukan pemeriksaan rapid test terlatih
Petugas laundry, cleaning service 1
Desinfeksi APD yang digunakan petugas
Nakes yang melaksanakan 1
Melakukan Penyelidikan Epidemiologi surveilans
3 SEDANG Mengidentifikasi, mendata dan melacak kontak erat Nakes yang melaksanakan 1 
yang berasal dari masyarakat maupun petugas surveilans
kesehatan
Melakukan surveilans aktif/pemantauan terhadap
pelaku perjalanan dari wilayah/negara terjangkit Nakes yang melaksanakan  1
selama 14 hari sejak kedatangan ke wilayah surveilans
berdasarkan informasi dari Dinkes setempat
(menunjukkan HAC)
4 RENDAH
Tenaga Promkes dan perubahan  1
Melakukan KIE ke masyarakat atau lintas sektor perilaku atau nakes lainnya
Sanitarian/nakes lain, cleaning  2
Desinfeksi lingkungan Dinkes atau tempat-tempat umum service

Jenis dan jumlah SDM Kesehatan di Dinas Kesehatan dapat mengacu kepada
tabel diatas, namun dapat disesuaikan dengan beban kerja di masing-masing
area menurut zonasi dimaksud. Jenis dan jumlah SDM Kesehatan harus
ditetapkan dengan Surat Keputusan (SK) Kepala Dinas Kesehatan yang
diterbitkan setiap bulan.

Perhitungan besaran insentif SDM Kesehatan di Dinas Kesehatan dibedakan


menjadi 3 kategori berdasarkan bobot beban kerja, sebagai berikut:
16

Contoh:
Perawat yang melakukan pelayanan di zona merah, dan dinas kesehatan
berada pada kategori 2, maka besaran insentif sebagai berikut :

100% x 0,75 x Rp. 7.500.000,00 = Rp. 5.625.000,00

E. Puskesmas
17

JENIS KEGIATAN TERKAIT


ZONASI JENIS SDM JUMLAH SDM*)
PELAYANAN COVID19
Melakukan pengambilan
spesimen swab pada PDP untuk ATLM, dokter atau nakes lain
SANGAT TINGGI konfirmasi RT-PCR terlatih 2
Kunjungan rumah pada pasien
PDP berat/terkonfirmasi positif Dokter, perawat atau nakes lainnya 2/tim
Melakukan pemeriksaan rapid ATLM, dokter atau nakes lain
test terlatih 2
Tata laksana kasus pemeriksaan
umum ILI dan pneumonia
lainnya Dokter, perawat 2

Tata laksana kasus tindakan dan


gawat darurat bagi ODP dan PDP
Dokter, perawat 2
Tata laksana persalinan bagi
TINGGI
ODP dan PDP Bidan 2
Tata laksana kasus gigi dan
mulut bagi ODP dan PDP Dokter gigi, perawat gigi 2
Pelayanan Rujukan kasus bagi
ODP, PDP atau terkonfirmasi
positif ke RS Dokter,Perawat atau Bidan, Sopir 3
Desinfeksi APD yang digunakan Petugas laundry atau cleaning
petugas service 1
Desinfeksi peralatan Puskesmas Nakes 1
Pelayanan pendaftaran, triase, Petugas loket atau petugas RM,
dan rekam medis Satpam, nakes petugas triase 2
Melakukan Penyelidikan Nakes yang melaksanakan
Epidemiologi surveilans 2/tim
Mengidentifikasi, mendata dan
melacak kontak erat yang
SEDANG
berasal dari masyarakat Nakes yang melaksanakan
maupun petugas kesehatan surveilans 2/tim
Melakukan edukasi dan
pemantauan kesehatan PDP
yang isolasi di rumah atau di Dokter dan perawat atau nakes
tempat isolasi lainnya lainnya 2/tim
Melakukan pemantauan Dokter dan perawat atau nakes
kesehatan OTG dan ODP lainnya 1:10 kasus
Pelayanan Farmasi Apoteker atau asisten apoteker 1
Melakukan surveilans
aktif/pemantauan terhadap
pelaku perjalanan dari
wilayah/negara terjangkit
selama 14 hari sejak kedatangan
ke wilayah berdasarkan
informasi dari Dinkes setempat
RENDAH
(menunjukkan HAC) (termasuk
PMI dan pemudik) Nakes yang melaksanakan
surveilans 2/tim
Tenaga Promkes dan perubahan
perilaku, nakes lainnya atau non
Melakukan KIE ke masyarakat nakes 2
Disinfektan lingkungan
Puskesmas, tempat-tempat
umum dan rumah ODP, PDP, Sanitarian/nakes lain, cleaning
terkonfirmasi positif service 2

Jenis dan jumlah SDM Kesehatan di Puskesmas dapat mengacu kepada tabel
diatas, namun dapat disesuaikan dengan beban kerja di masing-masing area
menurut zonasi dimaksud. Jenis dan jumlah SDM Kesehatan harus ditetapkan
18

dengan Surat Keputusan (SK) Kepala Puskesmas yang diterbitkan setiap


bulan. Jenis dan jumlah SDM Kesehatan harus ditetapkan dengan Surat
Keputusan (SK) Kepala Puskesmas yang diterbitkan setiap bulan.

Perhitungan besaran insentif SDM Kesehatan di puskesmas dibedakan


menjadi 3 kategori berdasarkan bobot beban kerja, sebagai berikut:

Contoh 1:
Petugas dokter yang melakukan pelayanan di zona merah dan puskesmas
berada pada kategori 1, maka besaran insentif sebagai berikut :

100% x 0,5 x Rp. 10.000.000,00 = Rp. 5.000.000,00

Contoh 2:
Pengemudi ambulance yang melakukan pelayanan di zona oranye dan
puskesmas berada pada kategori 3, maka besaran insentif sebagai berikut :

80% x 1 x Rp. 4.000.000,00*) = Rp. 3.200.000,00


*) dalam proses usulan ke Kementerian Keuangan
19

F. Klinik yang Ditunjuk Kementerian Kesehatan


Klinik Pratama

JENIS KEGIATAN TERKAIT JUMLAH


ZONASI JENIS SDM
PELAYANAN COVID19 SDM*)

Dokter 2
SANGAT Pengambilan spesimen
TINGGI (darah atau swab)
Perawat 4
Petugas lab 1
Melakukan pemeriksaan
Dokter 2
rapid tes.
Tata laksana kasus Perawat 4
Pelayanan Rujukan kasus
Supir Ambulans 1
ke RS
Melakukan pemantauan
TINGGI dan analisis kasus ILI dan
pneumonia dan ISPA
Berat Pekarya (cleansing
1
Desinfeksi APD yang service)
digunakan petugas
Desinfeksi peralatan dan
lingkungan Klinik
Pelayanan pendaftaran
Dokter 2
dan rekam medis
Petugas triage Perawat 4
Edukasi pasien untuk
isolasi diri di rumah
Melakukan Penyelidikan
Epidemiologi
SEDANG Mengidentifikasi kontak
erat yang berasal dari Petugas administrasi 1
masyarakat maupun
petugas kesehatan
Melakukan pemantauan
kesehatan PDP, ODP dan
OTG yang isolasi di
rumah
Notifikasi kasus ke
RENDAH Dokter 2
Dinkes dalam 1x24 jam
20

Mencatat dan
melaporkan hasil
Perawat 4
pemantauan kontak
secara rutin
Berkoordinasi dengan
puskesmas/ dinkes
setempat terkait
pemantauan kontak erat
berkoordinasi dengan
Dinkes setempat terkait
pengiriman specimen
Melakukan komunikasi
risiko termasuk
penyebarluasan media
KIE Petugas administrasi 1
Melakukan pemantauan
terhadap pelaku
perjalanan dari
wilayah/negara
terjangkit selama 14 hari
sejak kedatangan ke
wilayah berdasarkan
informasi dari Dinkes
setempat (menunjukkan
HAC)

Klinik Utama
JENIS KEGIATAN TERKAIT JUMLAH
ZONASI JENIS SDM
PELAYANAN COVID19 SDM*)

dokter SpPK
Pengambilan spesimen (darah 1
SANGAT atau swab) Dokter 1
TINGGI Petugas lab 1
dokter SpR 1
Radiologi
Radiographer 1
Melakukan pemeriksaan rapid
dokter SpP
tes. 1
Tata laksana kasus dokter SpPD 1
Tindakan dokter SpTHT 1
TINGGI
Pelayanan Rujukan kasus ke RS dokter SpM 1
Melakukan pemantauan dan
analisis kasus ILI dan dokter SpOG 1
pneumonia dan ISPA Berat
21

dokter SpB 1
dokter SpA 1
dokter (IGD) 1
Desinfeksi peralatan dan
Perawat 4
lingkungan Klinik
Pekarya (cleaning
service) 1
supir ambulans  1
Pelayanan pendaftaran dan
Dokter
rekam medis 2
Petugas triage Perawat 4
Edukasi pasien untuk isolasi
diri di rumah
Melakukan Penyelidikan
SEDANG Epidemiologi
Mengidentifikasi kontak erat
Petugas administrasi 1
yang berasal dari masyarakat
maupun petugas kesehatan
Melakukan pemantauan
kesehatan PDP, ODP dan OTG
yang isolasi di rumah
Notifikasi kasus ke Dinkes
Dokter
dalam 1x24 jam 2
Mencatat dan melaporkan
hasil pemantauan kontak Perawat
secara rutin 4
Berkoordinasi dengan
puskesmas/ dinkes setempat
RENDAH terkait pemantauan kontak
erat
berkoordinasi dengan Dinkes
Petugas administrasi 1
setempat terkait pengiriman
specimen
Melakukan komunikasi risiko
termasuk penyebarluasan
media KIE
22

Melakukan pemantauan
terhadap pelaku perjalanan
dari wilayah/negara terjangkit
selama 14 hari sejak
kedatangan ke wilayah
berdasarkan informasi dari
Dinkes setempat
(menunjukkan HAC)
berkoordinasi dengan RS
rujukan

Jenis dan jumlah SDM Kesehatan yang bekerja pada area berdasarkan zonasi
risiko keterpaparan dapat mengacu pada tabel diatas dan ditetapkan oleh
masing-masing pimpinan klinik. Jenis dan jumlah SDM Kesehatan tersebut
harus disesuaikan dengan beban kerja di masing-masing area menurut zonasi
dimaksud.

Bagaimana dengan bobot kerja di klinik??


Apakah ada pembobotan seperti di puskesmas??
23

BAB III
MEKANISME PEMBAYARAN INSENTIF DAN SANTUNAN KEMATIAN

3.1. Prosedur Pengusulan Insentif


A. Prosedur Pengusulan Insentif Satuan Kerja Pusat
Satker Pusat mengusulkan pembayaran insentif kepada Tim Verifikasi
Kementerian Kesehatan yang ditetapkan oleh SK Sekretaris Jenderal
Kementerian Kesehatan.
 RS Rujukan COVID-19 dan RS Darurat COVID-19 kepada
Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan
 KKP dan BBTKL kepada Direktorat Surveilans dan Karantina
Kesehatan
 Laboratorium kepada Pusat Penelitian dan Pengembangan
Biomedik dan Teknologi Kesehatan
 Klinik yang ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan kepada kepada
Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer
dengan melampirkan :
1. SK Menkes sebagai penetapan Rumah Sakit rujukan COVID-19 dan
Rumah Sakit khusus penanganan COVID-19 bagi Rumah Sakit
rujukan COVID-19 dan Rumah Sakit khusus penanganan COVID-
19 melampirkan
2. SK Penugasan dari Pimpinan Satker sesuai dengan zonasi
penempatan dan nominal yang diusulkan
3. Nota hasil verifikasi di tingkat Satker oleh Tim Verifikator yang
ditunjuk oleh Pimpinan Satker

B. Prosedur Pengusulan Insentif Satuan Kerja Daerah


 Satker Daerah Kabupaten/Kota mengusulkan pembayaran insentif
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Selanjutnya, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengajukan usulan
kepada Tim Verifikasi Kementerian Kesehatan yang ditetapkan oleh
SK Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan
- Puskesmas ke Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer
- Rumah Sakit yang ditetapkan sebagai Rumah Sakit rujukan
COVID-19 dan Rumah Sakit khusus penanganan COVID-19 ke
Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan dengan melampirkan :
24

1. SK penetapan sebagai Rumah Sakit rujukan COVID-19 dan


Rumah Sakit khusus penanganan COVID-19 yang dikeluarkan
oleh kepala daerah bagi Rumah Sakit rujukan COVID-19 dan
Rumah Sakit khusus penanganan COVID-19 di daerah.
2. SK Penugasan dari Pimpinan Satker sesuai dengan zonasi
penempatan dan nominal yang diusulkan
3. Nota hasil verifikasi di tingkat Satker oleh Tim Verifikator yang
ditunjuk oleh Pimpinan Satker
 Satker Daerah Provinsi mengusulkan pembayaran insentif kepada
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
Selanjutnya, Dinas Kesehatan Provinsi mengajukan usulan kepada
Tim Verifikasi Kementerian Kesehatan yang ditetapkan oleh SK
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan
- RS daerah ke Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan
dengan melampirkan :
1. SK penetapan sebagai Rumah Sakit rujukan COVID-19 dan
Rumah Sakit khusus penanganan COVID-19 yang dikeluarkan
oleh kepala daerah bagi Rumah Sakit rujukan COVID-19 dan
Rumah Sakit khusus penanganan COVID-19 di daerah.
2. SK Penugasan dari Pimpinan Satker sesuai dengan zonasi
penempatan dan nominal yang diusulkan
3. Nota hasil verifikasi di tingkat Satker oleh Tim Verifikator yang
ditunjuk oleh Pimpinan Satker

C. Periode pengusulan pembayaran insentif


Usulan pembayaran insentif diterima oleh verifikator pusat sebelum
tanggal 10 setiap bulannya.

3.2. Verifikasi Usulan Pembayaran Insentif


Petugas verifikasi usulan pembayaran insentif meliputi Tim Verifikator
Pusat dan Tim Verifikator Daerah. Tim Verifikator Pusat adalah Tim
Verifikasi Kementerian Kesehatan yang ditetapkan oleh SK Sekretaris
Jenderal Kementerian Kesehatan, paling sedikit terdiri dari unsur :
1. Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP)
2. Unit Utama Kementerian Kesehatan terkait : Inspektorat Jenderal,
Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan,
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Badan
25

Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan,


Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Tugas Tim Verifikator Pusat meliputi :
1. Melakukan verifikasi dan validasi terhadap dokumen yang
dipersyaratkan
2. Membuat catatan hasil verifikasi dan validasi apabila diperlukan
3. Membuat dan menyampaikan kesimpulan hasil verifikasi dan validasi
kepada:
a. Satker pengusul apabila hasil belum sesuai
b. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) apabila hasil sudah sesuai untuk
kemudian diproses pencairan pembayaran insentif.
Tim Verifikator Daerah paling sedikit terdiri dari unsur :
1. Satuan Pengawas Internal (SPI)
2. Unsur Pelayanan di Satker/Fasilitas Kesehatan
3. Unsur Manajemen Satker/Fasilitas Kesehatan
Tim Verifikator menggunakan instrumen verifikasi yang sudah disiapkan.

*)Catatan :
Mempertimbangkan saat ini dalam masa darurat COVID-19, maka pengiriman dokumen
dapat dilakukan dalam bentuk soft file yang di scan dan dikirim dengan email resmi
institusi.

3.3. Prosedur Pembayaran Insentif


A. Prosedur Pembayaran Insentif Satuan Kerja Pusat
 Tim Verifikator Pusat mengajukan dokumen/nota hasil verifikasi
dan validasi kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang sesuai
dengan persyaratan.
 PPK melakukan transfer dana sesuai usulan kepada masing-
masing Satker melalui Rekening Khusus
 Satker mendistribusikan insentif ke rekening masing-masing
individu
B. Prosedur Pembayaran Insentif Satuan Kerja Daerah
 Tim Verifikator Pusat menyampaikan dokumen/nota hasil
verifikasi dan validasi kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan
Kabupaten/Kota, baik yang sesuai dengan persyaratan maupun
yang belum sesuai (masih harus dilengkapi)
26

 Berdasarkan hasil verifikasi dan validasi Tim Verifikator Pusat


yang sudah dinyatakan sesuai dengan persyaratan, selanjutnya
Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota mendistribusikan
insentif ke rekening masing-masing individu sesuai usulan atau
rekomendasi dari tim verifikator.

3.4. Santunan Kematian


Santunan kematian diberikan kepada SDM Kesehatan yang meninggal
dikarenakan paparan COVID-19 saat bertugas. Besarnya santuanan
kematian, mengacu pada surat Menteri Keuangan RI kepada Menteri
Kesehatan RI. Mekanisme pembayaran santunan kematian sama dengan
mekanisme pembayaran insentif, dimulai dari proses usulan
pembayaran - verifikasi usulan - dan pembayaran santunan.
Adapun dokumen yang dilampirkan dalam pengajuan usulan
pembayaran santunan, terdiri dari:
1. Surat penugasan/SK dari pimpinan satker/fasiltas kesehatan bahwa
yang bersngkutan adalah SDM Kesehatan yang bertugas menangani
COVID-19
2. Hasil Laboratorium/RT yang menyatakan bahwa yang bersangkutan
positif COVID-19
3. Surat keterangan kematian dari yang berwenang
4. KTP dan KK
5. STR bagi tenaga kesehatan
6. Surat usulan dari pimpinan satker/fasilitas kesehatan ke verifikator
secara berjenjang
27

BAB IV
PENUTUP

Saat ini Indonesia dalam kondisi tanggap darurat bencana non alam
pandemik COVID-19. Upaya melindungi masyarakat, baik berupa pencegahan,
penanganan dan pengendalian COVID-19 telah dilakukan. Berbagai sumber
daya di optimalkan, termasuk memobilisasi SDMK dalam upaya memberikan
penanganan COVID-19 secara maksimal pada fasiltas pelayanan kesehatan. Pe
mberian Insentif dan santunan kematian Bagi SDMK Dalam Penanganan
COVID-19 merupakan bentuk apresiasi dan keberpihakan terhadap SDMK
sebagai ujung tombak penanganan COVID-19 guna memenuhi asas keadilan
dalam sistem kompensasi.
Pedoman ini diharapkan dapat mendukung upaya penanganan kasus
COVID-19 di Indonesia serta mampu meningkatkan motivasi bagi SDMK dalam
memberikan penanganan COVID-19. Pemberlakuan pedoman ini memerlukan
peran serta, kerjasama dan komitmen dari banyak pihak mulai dari
Pemerintah di seluruh tingkatan administrasi, swasta dan seluruh elemen
masyarakat di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sehingga insentif
dan santunan kematian dapat tersalurkan secara optimal sesuai pedoman dan
peraturan yang berlaku. Dengan adanya kerjasama dan sinergi dari berbagai
pihak diharapkan pandemik COVID-19 segera teratasi.

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd

TERAWAN AGUS PUTRANTO

Anda mungkin juga menyukai