KIMIA PANGAN
Buku Ajar
KIMIA PANGAN
Judul:
Kimia Pangan
Penulis:
Prof. Ir. Eko Basuki, M.App.,Sc.Ph.D.
Prof. Ir. Sri Widyastuti, M.App.,Sc.Ph.D.
Ir. Agustono Prarudiyanto, MS.
Dr. Ir. Satrijo Saloko, MP.
Siska Cicilia, S.TP.,M.Sc.
Moegiratul Amaro, S.TP.,M.Sc.,
Layout:
Fatia Hijriyanti
Design Sampul:
Tim Mataram University Press
Design Isi:
Fatia Hijriyanti
Penerbit:
Mataram University Press
Jln. Majapahit No. 62 Mataram-NTB
Telp. (0370) 633035, Fax. (0370) 640189, Mobile Phone +6281917431789
e-mail: upt.mataramuniversitypress@gmail.com
website: www.uptpress.unram.ac.id.
ISBN: 978-623-7608-17-2
KATA PENGANTAR
Kimia Pangan v
Kimia Pangan
Mataram, 2019
Tim Penulis
DAFTAR ISI
Kimia Pangan ix
Kimia Pangan
DAFTAR GAMBAR
Kimia Pangan xi
Kimia Pangan
DAFTAR TABEL
Kimia Pangan xv
Kimia Pangan
Kemampuan Akhir
KA-1
Memahami air di dalam bahan pangan
Indikator
Deskripsi Singkat
Pendahuluan
Kimia Pangan 3
Kimia Pangan
Kimia Pangan 5
Kimia Pangan
Kimia Pangan 7
Kimia Pangan
Mikroorganisme Nilai Aw
Organisma penghasil lendir pada daging 0,98
Spora Pseudomonas, Bacillus cereus 0,97
Spora B. subtilis, C. botulinum 0,95
C. botulinum, Salmonella 0,93
Kimia Pangan 9
Kimia Pangan
Aw = ERH/100
Aw = aktivitas air
ERH = kelembaban relatif seimbang
Bila diketahui kurva hubungan antara kadar air
seimbang dengan kelembaban relatif pada hakikatnya
dapat menggambarkan pula hubungan antara kadar air
dan aktivitas air. Kurva ini sering disebut kurva Isoterm
Sorpsi Lembab (ISL). Setiap bahan mempunyai ISL yang
berbeda dengan bahan lainnya. Pada kurva tersebut
dapat diketahui bahwa kadar air yang sama belum tentu
memberikan Aw yang sama tergantung macam
bahannya. Pada kadar air yang tinggi belum tentu
memberikan Aw yang tinggi bila bahannya berbeda. Hal
ini dikarenakan mungkin bahan yang satu disusun oleh
bahan yang dapat mengikat air sehingga air bebas relatif
menjadi lebih kecil dan akibatnya bahan jenis ini
mempunyai Aw yang rendah. Kurva isotermi sorpsi air
menggambarkan kadar air kesetimbangan dalam
hubungannya dengan aktivitas air atau kelembaban
relatif keseimbangan pada suhu tertentu. Bentuk kurva
isotermi sorpsi air khas untuk setiap bahan pangan.
Dalam mempelajari Aw dalam kaitannya dengan
kadar air, dikenal suatu kurva yang disebut kurva
isotermis (Isoterm Sorpsi Lembab, ISL atau moisture
sorption isotherm). Kurva ini menggambarkan interaksi
antara kadar air dengan nilai Aw pada suhu yang
konstan. Kurva ini sangat penting untuk menentukan
proses pengeringan dan pemekatan suatu bahan dan
stabilitas bahan pangan. Dalam kurva tersebut dikenal
sorption phenomenon.
Kimia Pangan 11
Kimia Pangan
I II II
I
Rangkuman
Tugas
Kimia Pangan 13
Kimia Pangan
BAB II
KARBOHIDRAT
Kemampuan Akhir
KA-2
Memahami kimia karbohidrat di dalam bahan
pangan
3) Menjelaskan Reaksi
Pencoklatan
2) Menjelaskan Jenis
Karbohidrat
1) Menjelaskan Definisi
Karbohidrat
Kimia Pangan 15
Kimia Pangan
Indikator
Deskripsi Singkat
Pendahuluan
Kimia Pangan 17
Kimia Pangan
Kimia Pangan 19
Kimia Pangan
Kimia Pangan 21
Kimia Pangan
b. Disakarida
Disakarida adalah karbohidrat dengan dua
monosakarida yang terikat dengan ikatan glikosida
(Gambar 12.) dan banyak terdapat dalam bahan
pangan yaitu meliputi sukrosa, maltosa, laktosa,
selobiosa. Sukrosa yang struktur molekulnya
tersusun atas glukosa dan fruktosa terdapat dalam
gula tebu, gula bit, dan aneka buahan,. Maltosa
terdiri dari dua glukosa dijumpai dalam kecambah.
Laktosa adalah kombinasi antara glukosa dan
galaktosa ditemukan dalam susu. Sedangkan
selobiosa tersusun dari dua glukosa yang merupakan
komponen penyusun selulosa.
Sukrosa mudah mengalami invertasi yaitu proses
hidrolisa baik oleh asam ataupun enzim invertase,
menjadi glukosa dan fruktosa yang senyawa
campurannya disebut gula invert. Gula invert
mempunyai putaran optis berbeda dengan sukrosa.
Putaran optis sukrosa adalah [α]D = +66,5°,
sedangkan untuk gula invert adalah [α]D= -20°.
Kimia Pangan 23
Kimia Pangan
c. Oligosakarida
Oligosakarida merupakan karbohidrat yang
tersusun dari tiga sampai sepuluh monosakarida
sejenis atau berbeda. Golongan senyawa
oligosakarida yang penting antara lain trisakarida dan
tetrasakarida. Senyawa trisakarida yang utama
adalah rafinosa, tersusun oleh glukosa, galaktosa dan
fruktosa, terdapat dalam cairan buah gula bit dan
dalam kulit biji kapas (Gambar 13). Rafinosa dapat
dihidrolisa enzimatis menghasilkan sukrosa dan
galaktosa, dan dalam suasana asam akan terbentuk
melobiosa dan fruktosa. Kelompok senyawa
trisakarida lain misalnya: gentianosa ditemukan
dalam akar gentian, melezitosa dalam madu
tanaman, plantosa dalam tanaman plantago.
d. Polisakarida
Polisakarida adalah karbohidrat berupa polimer
dengan lebih dari sepuluh monosakarida biasanya
ratusan atau ribuan unit, sifat amorf, tidak berwarna
dan tidak berasa. Pada tanaman polisakarida dalam
tanaman dan asam muramat pada dinding sel
bakteri. Pada bahan pangan golongan karbohidrat
dengan polimer panjang ini berperan dalam
memberikan karakteristik pangan meliputi tekstur,
kekentalan (viskositas), mouthfeel, konsistensi,
gelation, toughness, dan sebagainya.
Struktur rantai polisakarida bisa dalam bentuk
rantai lurus atau bercabang , dengan susunan
molekul sejenis atau majemuk. Polisakarida dengan
struktur lurus misalnya amilosa, selulosa, sedang
yang dalam bentuk rantai bercabang misalnya
amilopektin dan glikogen. Sedangkan dari perbedaan
struktur kimia polisakarida dibedakan menjadi
homopolisakarida, heteropolisakarida, dan
polisakarida majemuk. Heteropolisakarida terdiri dari
dua macam komponen atau lebih yang tidak sama
yaitu hemiselulosa, pektin, resin. Polisakarida
majemuk disusun oleh sakarida dan protein atau
lipida misalnya glikoprotein, asammukopolisakarida.
1. Homopolisakarida lah polisakarida yang
tersusun dari banyak monosakarida sejenis
misalnya selulosa, pati, dan glikogen.
▪ Selulosa
Selulosa, xilan dan lignin merupakan
penyusun dinding seln tanaman. Sifat khusus
selulosa adalah tidak larut dalam air, sangat
tahan terhadap reaksi kimia biasa dan tidak
dapat dicerna dikenal sebagai serat kasar
(crude fibre). Struktur molekul selulosa adalah
polimer lurus D-glukosa yang terhubung
dengan ikatan ß-(1-4) sebagai unit selobiosa.
Kimia Pangan 25
Kimia Pangan
Kimia Pangan 27
Kimia Pangan
▪ Hemiselulosa
Hemiselulosa juga merupakan komponen
penyusun jaringan dinding sel tanaman,
merupakan polisakarida yang tersusun dari
gabungan xilosa, arabinosa, glukosa, manosa,
dan galaktosa. Sebagai contoh, potongan rantai
hemiselulosa pada tepung gandum.
Kimia Pangan 29
Kimia Pangan
b. Pencoklatan non-enzimatis
Pencoklatan non-enzimatis merupakan sebuah
proses kimia yang menghasilkan warna coklat pada
makanan tanpa aktivitas enzim. Reaksi pencoklatan
non-enzimatis yaitu karamelisasi, reaksi Maillard,
dan pencoklatan akibat vitamin C. Peristiwa
pencoklatan bahan pangan ada yang disengaja,
untuk meningkatkan palatibilitas, penampilan,
kualitas aroma dan warna, walaupun beberapa hal
juga harus dipertimbangkan yaitu pada proses
pengolahan kopi, pembuatan roti bakar,
ayam/ikan/daging goreng, sate, barbeque dan
sejenisnya.
1. Karamelisasi
Pada pemansan gula sukrosa akan terjadi
peningkatan konsentrasi dan titik diidh sehingga
terjadi pengauapan air sampai terbentuk latutan
sukrosa yang mencapai titik lebur pada suhu
160°C. Karamelisasi terjadi bila pemanasan
sukrosa dilanjutkan sampai melampaui titik
leburnya misalnya 170°C.
Kimia Pangan 31
Kimia Pangan
2. Reaksi Maillard
Reaksi maillard adalah pencoklatan pada
bahan pangan merupakan reaksi antara gugus
aldehid dari gula dengan gugus amina dari asam
amino atau protein. Reaksi pencoklatan tersebut
dapat dikehendaki untuk menghasilkan flavour
dan aroma, atau warna pangan pada bahan
pangan yang banyak ditemui pada proses
pemanggangan roti, pemanasan daging, dan
pengolahan susu bubuk. Pencoklatan yang
menghasilkan warn aroma dan flavour contoh
pada pada bawang goreng Di lain sisi reaksi
tersebut dapat menurunkan nilai gizi karena
rusaknya protein, asam amino, pembentukan azat
antigizi, pada suhu tinggi dapat terbentuk zat
mutagenik atau toksik seperti akrilamida. Reaksi
tersebut terjadi dalam dua tahap.
Mekanisme reaksi Maillard diawali dengan
reaksi gugus karbonil pada gula dengan gugus
amino dari protein menghasilkan N-tersubstitusi
glikosamin dan air. Glikosamin tidak stabil
membentuk ketosamin melalui reaksi
Rearangement Amadori. Selanjutnya ketosamin
akan berlanjut dalam tiga kemungkiann yaitu: 1.
Menghasilkan polimer berwarna coklat dengan
kandungan nitrogen dan melanoidin, 2.
Menghasilkan 2 molekul air dan reduktan, 3.
Menghasilkan piruvaldehide, deasetil, aspirin dan
senyawa pecahan hidrofilik rantai pendek yang
lain. Reaksi maillard menghasilkan ratusan
komponen flavour yang berbeda dan bahkan dapat
menghasilkan berbagai turunan senyawa flavour
baru, yang reaksinya tergantung komponen dalam
bahan pangan tersebut, tersedianya air serta
suhu dan waktu pemasakan. Industri produksi
flavour makanan banyak menggunakan reaksi
Maillard dalam menciptakan flavour sintetis.
Kimia Pangan 33
Kimia Pangan
Kimia Pangan 35
Kimia Pangan
Rangkuman
Tugas
BAB III
PROTEIN
Kemampuan Akhir
KA-4
Memahami sifat kimia protein dalam bahan pangan
(1) Menjelaskan
Struktur Kimia Protein
Kimia Pangan 37
Kimia Pangan
Indikator
Deskripsi Singkat
Pendahuluan
Kimia Pangan 39
Kimia Pangan
Kimia Pangan 41
Kimia Pangan
Kimia Pangan 43
Kimia Pangan
▪ Protein konjugasi
Protein konjugasi adalah protein yang berikatan
dengan molekul lain, seperti karbohidrat, lemak,
logam, dan fosfor., misalnya glikoprotein (berikatan
dengan karbohidrat), lipoprotein (berikatan dengan
lemak), metaloprotein (berikatan dengan logam), dan
fosfoprotein (berikatan dengan fosfor). Jenis protein
konjugasi dan contohnya dalam bahan pangan dapat
dilihat pada Tabel 4.
▪ Protein turunan
Protein turunan adalah protein yang sifat
fungsionalnya telah dimodifikasi, baik secara
enzimatis maupun kimia. Protein hasil modifikasi ini
dapat berubah sifat kelarutannya dalam air, sifat
koagulasi dan panjang rantainya.
Kimia Pangan 45
Kimia Pangan
Kimia Pangan 47
Kimia Pangan
Kimia Pangan 49
Kimia Pangan
▪ Denaturasi protein
Denaturasi protein adalah terjadinya modifikasi
struktur sekunder, tersier dan kuarter dari protein
tanpa menyebabkan pemutusan ikatan peptida dan
perubahan sekuen asam amino pada struktur
protein. Perubahan struktur protein ini biasanya
menyebabkan perubahan sifat fisiko kimia protein
secara ireversibel, seperti hilangnya sifat kelarutan
dan aktivitas biologisnya (misalnya sebagai enzim).
Perlakuan pemanasan sering dilakukan dalam proses
pengolahan pangan untuk menginaktivasi enzim
dengan cara denaturasi protein.
Kimia Pangan 51
Kimia Pangan
Kimia Pangan 53
Kimia Pangan
Kimia Pangan 55
Kimia Pangan
▪ Pembentukan gelatin
Pembentukan gelatin merupakan peristiwa
perombakan dari protein dan terbentuk gelatin hanya
terjadi pada hidrolisa alkali/asam lemah pada
kolagen (kulit) dan ligamen (tulang). Pada kolagen
dapat terbentuk gelatin apabila ada pemisahan dari
rantai triple helix yang dipecah oleh adanya senyawa
alkali/asam tertentu, dengan terpecahnya triple
heliks maka membentuk suatu campuran dari
beberapa rantai sehingga membentuk ikatan yang
panjang dan membentuk gel. Terbentuknya gelatin
ditandai dila berat molekulnya mencapai 110.000
atau lebih besar. Sedangkan pada tulang terbentuk
Kimia Pangan 57
Kimia Pangan
Kimia Pangan 59
Kimia Pangan
Tugas
Kimia Pangan 61
Kimia Pangan
BAB IV
LEMAK DAN MINYAK
Kemampuan Akhir
Kimia Pangan 63
Kimia Pangan
Indikator
Deskripsi Singkat
Pendahuluan
Kimia Pangan 65
Kimia Pangan
Kimia Pangan 67
Kimia Pangan
Kimia Pangan 69
Kimia Pangan
Kimia Pangan 71
Kimia Pangan
2. Mentega
3. Margarin
Kimia Pangan 73
Kimia Pangan
4. Shortening/Mentega Putih
Kimia Pangan 75
Kimia Pangan
2. Hidrolisis
Dalam reaksi hidrolisis, lemak dan minyak
akan diubah menjadi asam- asam lemak bebas dan
gliserol. Reaksi hidrolisi mengakibatkan kerusakan
lemak dan minyak. Ini terjadi karena terdapat
terdapat sejumlah air dalam lemak dan minyak
tersebut.
Kimia Pangan 77
Kimia Pangan
4. Hidrogenasi
Proses hidrogenasi bertujuan untuk
menjernihkan ikatan dari rantai karbon asam
lemak pada lemak atau minyak . setelah proses
hidrogenasi selesai , minyak didinginkan dan
katalisator dipisahkan dengan disaring . Hasilnya
adalah minyak yang bersifat plastis atau kera ,
tergantung pada derajat kejenuhan. Minyak
tumbuhan yang cair dapat tumbuh menjadi lemak
padat dengan cara ini. Hidrogenasi dilakukan pada
suhu 200°C dengan katalisator nikel.
Kimia Pangan 79
Kimia Pangan
Kimia Pangan 81
Kimia Pangan
Kimia Pangan 83
Kimia Pangan
Kimia Pangan 85
Kimia Pangan
Rangkuman
Tugas
Kimia Pangan 87
Kimia Pangan
BAB V
VITAMIN
Kemampuan Akhir
KA-5
Memahami kimia vitamin dalam bahan pangan
Indikator
Kimia Pangan 89
Kimia Pangan
Deskripsi Singkat
Pendahuluan
Kimia Pangan 91
Kimia Pangan
Kimia Pangan 93
Kimia Pangan
Kimia Pangan 95
Kimia Pangan
Kimia Pangan 97
Kimia Pangan
Kimia Pangan 99
Kimia Pangan
Rangkuman
Tugas
BAB VI
MINERAL
Kemampuan Akhir
KA-6
Memahami kimia mineral dalam bahan pangan
2) Menjelaskan
jenis dan sumber
mineral
(1) Menjelaskan
definisi mineral
Indikator
Deskripsi Singkat
Pendahuluan
6. Klorida
Fungsi dari khlor diantaranya adalah
activator amilase dan pembentukan HCl lambung,
mengaktifkan enzim amilase dalam mulut untuk
memecah pati, dan membantu menjaga tekanan
osmotik. Tubuh manusia mengandung klorida
sekitar 82 klorida dan sebagian besar io- ion
ekstraseluler. Beberapa klorida ada yang bersifat
intraseluler dan darah merah memiliki konsenrasi
paling tinggi diikuti oleh mukosa lambung, gonad
dan kulit. Sumber dari klorida di antaranya
adalah garam, keju, ikan, udang, bayam dan
seledri (Winarno, 2002).
b. Mikromineral
1. Besi
Zat besi dalam bahan pangan terdiri dari
dua bentuk yaitu besi heme dan non-heme. Zat
besi heme terdapat dalam bahan pangan yang
tersusun atas hemoglobin dan myoglobin (pangan
hewani) untuk zat besi non-heme terdapat pada
bahan pangan nabati (Samman, 2007:S126). Besi
secara kimia terdiri atas dua bentuk yang
tereduksi (Fe2+) dan teroksidasi (Fe3+). Zat besi
dapat melakukan reaksi oksidasi dan reduksi.
Sifat zat besi dapat menyebabkan oksidasi pada
komponen lain khususnya asam lemak tidak
jenuh. Reaksi oksidasi reduksi dari zat besi
terhadap asam lemak tidak jenuh merupakan
reaksi berantai dimana zat besi selalu mengalami
reaksi bolak-balik (oksidasi-reduksi). Fortifikasi
zat besi dalam bahan pangan perlu dilakukan
tetapi dalam jumlah kecil mengingat terjadinya
reaksi oksidasi dan perubahan flavor pada bahan
pangan. (Rauf, 2015).
Jumlah seluruh besi di dalam tubuh orang
dewasa terdapat sekitar 3,5 gram, di mana 70%
terdapat dalam hemoglobin, 25% merupakan besi
cadangan (iron storage) yang terdiri dari feritine
dan homossiderin terdapat dalam hati, limfa dan
Rangkuman
Tugas
BAB VII
PEWARNA BAHAN PANGAN
Kemampuan Akhir
KA-7
Memahami pewarna bahan pangan
1) Menjelaskan Definisi
Pewarna Bahan Pangan
Indikator
Deskripsi Singkat
Pendahuluan
a. Klorofil
Klorofil adalah pigmen berwarna hijau yang
terdapat daun hijau seperti daun katuk, pandan,
daun suji, daun muda jati; buah-buahan seperti
alpukat; rumput laut; dan bakteri fotosintetik
(bakterioklorofilik). Klorofil terdapat di dalam tilakoid.
Klorofil berperan dalam proses fotosintesis dengan
cara menyerap dan mengubah energi dari cahaya
menjadi energi. Klorofil bersifat tidak larut air tapi
larut dalam pelarut organik yang lebih polar dan bisa
berubah menjadi coklat jika dalam suasana asam
karena ion Mg tergeser oleh atom H sehingga
membentuk feofitin. Feofitin inilah yang
menyebabkan warna coklat. Reaksi ini disebut
feofitinasi. Degradasi pigmen klorofil terjadi j pada
pH rendah dan pemanasan 70-100oC.
Secara umum ada 4 jenis klorofil yaitu klorofil a,
b, c, dan d. Akan tetapi, pada tanaman tingkat tinggi
terdapat dua jenis klorofil yaitu klorofil a yang
berwarna hijau tua dan klorofil b yang berwarna hijau
muda. Klorofil b terikat pada protein dalam sel,
klorofil ini terdapata di ganggang hijau (Chlorophyta)
dan tanaman darat. Klorofil a dan b menyerap cahaya
merah dan ungu paling kuat, cahaya hijau diserap
d. Likopen
Likopen dan karoten merupakan molekul yang
simetrik dimana separuh bagian kiri merupakan
bayangan cermin dari bagian kanannya. Likopen dan
β-karoten memiliki molekul yang serupa,
perbedaannya pada cincin di karbon ujung. Pada
likopen memiiki cincin terbuka dan karoten memiliki
cincin tertutup.
Likopen
Nomor Batas
Pewarna Indeks Maksimum
Warna Penggunaa
(C.I.No) nnya
Ponceau 4R Blue I 16255 Secukupnya
Ponceau 4R:
CI
Kuning Food red 7 74005 Secukupnya
Kuinelin Quineline 15980 Secukupnya
yellow
CI. Food
yellow 13
Kuning FCF Sunset - Secukupnya
yellow
FCF
CI. Food
yellow
3
Riboflavina Riboflavina 19140 Secukupnya
Tartrazine Tartrazine - Secukupnya
Nomor Indeks
Bahan Pewarna Warna (C.I.No)
Citrus red no 2 12156
Ponceau 3R (Red G) 16155
Ponceau SX (Food red No. 1) 14700
Rhodamine B (Food red no. 5) 45170
Guinea Green B (Acid green No. 3) 42085
Magenta (Basic violet No. 14) 42510
Chyrosidine (Basic orange No. 2) 11270
Butter Yellow (Solveent yellow No. 2) 11020
Sudan I (Food yellow No. 2) 12055
Methanil Yellow (Food yellow No. 14) 13065
Auramine (Ext. D & C Yellow 41000
No. 1)
Oil oranges SS (Basic Yellow No. 2) 12100
Oil oranges XO (Solvent oranges No. 7) 12140
Oil yellow AB (Solvent oranges No. 5) 11380
Oil yellow OB (Solvent oranges No. 6) 11390
Nama Warna
AZO: Zat pewarna sintetis yang paling
banyak jenisnya (kuning, merah, ungu
dan cokelat) • Kuning
• Tartazin • Oranye
• Sunset yellow FCF • Merah
• Allura red AC (kekuningan)
• Ponceau 4R • Merah
• Red 2G • Merah
• Azorubine • Merah
• Fast Red E • Merah
• Amaranth • Merah (Kebiruan)
• Brilliant Black BN • Ungun
• Brown FK • Kuning cokelat
• Brown HT • COkelat
Triaimetana
• Brilliant blue FCF • Biru
• Patent blue V • Biru
• Green S • Biru Kehijauan
• Fast green FCF • Hijau
Quinolin
• Quinoline yellow • Kuning kehijauan
Xanten
• Erythrosine • Merah
Indigoid
• Indigotine • Biru kemerahan
a. Dyes
Dyes merupakan zat pewarna yang sifatnya larut
dalam air, sehingga larutannya menjadi berwarna
dan dipakai untuk mewarnai bahan. Biasanya
penggunaan dyes untuk mewarnai kembang gula,
minuman ringan, roti dan kue, produk susu, kulit
sosis, minuman berkarbonat, dan lain lain.
Konsentrasi pemakaian tidak dibatasi secara khusus.
Di Amerika penggunaan dyes harus memperhatikan
Rangkuman
Tugas