Anda di halaman 1dari 6

INKONSISTENSI MASA

KARANTINA PERJALANAN
INTERNASIONAL
DISUSUN OLEH :
- Meliana Intani (18110248)
POLICYBRIEF (KEL 4) - Sindy Valenita (18110260)
- Yuke Ammalia (18110264)
- Nadya Ega Aviari (18110266)

RINGKASAN EKSEKUTIF
·Salah satu isu penting dalam kondisi pandemi
COVID-19 terutama monitoring masa karantina
bagi yang setelah bepergian dari luar negeri
ialah Peraturan yang terus berubah-ubah
terkait masa karantina
·Durasi karantina yang terus berubah tidak
menutup kemungkinan akan terjadi penyebaran
varian virus baru di Indonesia serta berdampak
pada Pelaku perjalanan internasional tidak
melaksanakan karantina sebagai mana mestinya
·Pemerintah perlu membuat peraturan yang
jelas dan konsisten terkait protokol kesehatan
perjalanan internasional.
PENDAHU

Saat ini, berbagai negara di Dunia termasuk Indonesia masih dihadapkan


dengan adanya pandemi COVID-19. Berbagai upaya telah dilakukan
LUAN

oleh pemerintah untuk mencegah penularan virus tersebut agar


pandemi tidak semakin meluas. Saat ini, penyesuaian mekanisme
pengendalian terkait perjalanan internasional sedang menjadi
pembahasan yang cukup serius karena bagaimanapun juga perjalanan
internasional memiliki potensi besar dalam penularan COVID-19.

INKONSISTENSI MASA KARANTINA PERJALANAN INTERNASIONAL


NDAHULUAN
PE
Adanya Surat Edaran terkait Protokol Kewajiban pelaksanaan
Kesehatan Perjalanan Internasional karantina menjadi sebuah hal
pada Masa Pandemi COVID-19 ini yang perlu diperhatikan
bertujuan untuk menerapkan protokol pelaksanaannya. Namun, saat
kesehatan terhadap pelaku perjalanan ini keefektifan masa
internasional pada masa pandemi karantina menjadi sebuah hal
COVID-19. Protokol kesehatan yang dipertanyakan.
tersebut dilakukan dengan melakukan Peraturan yang terus
pemantauan pengendalian, dan berubah-ubah terkait masa
evaluasi dalam rangka mencegah karantina memunculkan
terjadi peningkatan penularan COVID- sebuah pertanyaan, berapa
19. lama masa karantina harus
dilakukan? Pasalnya, di tahun
Kewajiban karantina pasca perjalanan 2021 ini protokol kesehatan
internasional hanya dikecualikan perjalanan internasional
kepada WNA pemegang visa diplomat sudah beberapa kali
dan visa dinas yang terkait dengan mengalami perubahan. Selain
kunjungan resmi/kenegaraan dan itu, monitoring terhadap
WNA yang masuk ke Indonesia melalui pelaksanaan karantina
skema Travel Corridor Arrangement, tersebut masih belum
memiliki kejelasan.
namun hal tersebut tetap harus
menerapkan protokol kesehatan
secara ketat.

Padahal dalam Surat Edaran yang dikeluarkan oleh Satgas Penanganan


COVID-19 disampaikan bahwa pemantauan, pengendalian, dan evaluasi
dilakukan oleh Satuan Tugas Penanganan COVID-19 daerah yang dibantu
oleh Instansi berwenang seperti Kementerian/Lembaga, TNI, POLRI, dan
pemerintah daerah.

INKONSISTENSI MASA KARANTINA PERJALANAN INTERNASIONAL


PEMBAHASAN
Jumlah kedatangan WNA dan WNI dari luar negeri sejak Desember
2020 lalu sudah lebih dari 400 ribu kedatangan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa perjalanan internasional masih berjalan
meskipun di masa pandemi COVID-19.

Penjelasan
Seiring dengan adanya perubahan kebijakan terkait karantina bagi pelaku perjalanan internasional tentu
menghadirkan keresahan tersendiri. Karena, tidak menutup kemungkinan akan terjadi penyebaran varian virus
baru di Indonesia. Organisasi kesehatan dunia yaitu WHO menyarankan bahwa masa karantina pasca
perjalanan internasional seharusnya dilaksanakan selama 14 (empat belas) hari atau minimal berada diatas 7
(Tujuh) hari. Hal ini dikarenakan Sebuah studi terkait periode inkubasi COVID-19 berdasarkan kasus
terkonfirmasi dari 4 Januari 2020 hingga 24 Februari 2020 menunjukkan bahwa meskipun masa inkubasi virus
dapat bervariasi untuk setiap orang, terdapat kecenderungan akan durasi inkubasi selama 5 hari.

Sekitar 97% orang yang terinfeksi akan menunjukkan gejala dalam 11 hingga 12 hari, dengan sekitar 99%
orang akan menunjukkan gejala dalam 14 hari. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa angka 14 hari ini
ditetapkan atas dasar durasi inkubasi “aman” bagi sebagian besar orang.

Namun yang terjadi saat ini di Indonesia, pada 1 November 2021 Ketua Satgas Penanganan COVID-19
menetapkan Surat Edaran Nomor 20 Tahun 2021 tentang masa karantina pasca perjalanan internasional
dilaksanakan selama 3-5 hari namun durasi tersebut berubah dengan adanya Surat Edaran Nomor 23 Tahun
2021 menetapkan masa karantina menjadi 7-14 hari. Perubahan tersebut disebabkan menindaklanjuti
perkembangan situasi persebaran varian baru SARS-CoV-2 B.1.1.529 pada berbagai negara di dunia.
Sehingga aturan lama masa karantina bagi WNI yang berasal dari luar negeri karena imbas varian Omicron,
masa karantina diperpanjang menjadi 7 dan 14 hari.

INKONSISTENSI MASA KARANTINA PERJALANAN INTERNASIONAL


REKOMENDASI
KEBIJAKAN
Policy Brief ini ditujukan kepada
Kementrian Koordinator Bidang
Kemaritiman dan Investasi (Kemenko)

Dalam konteks memperbaiki kebijakan


mengenai Protokol Kesehatan perjalanan
internasional dalam rangka pengendalian
pandemi COVID-19, maka diperlukan
beberapa perubahan yaitu sebagai
berikut :

1 Dibuatkannya peraturan yang jelas dan


konsisten terkait protokol kesehatan perjalanan
internasional. Penetapan masa karantina
sebaiknya sesuai dengan rekomendasi yang
dibuat oleh WHO dan tidak perlu mengalami
pemangkasan masa karantina meskipun kasus
COVID-19 di Indonesia sedang terbilang
rendah.

2
Peningkatan pengawasan untuk WNI dan WNA
yang melaksanakan perjalanan luar negeri
sehingga tidak memungkinkan terjadinya
pelanggaran yaitu WNI/WNA yang tidak
melaksanakan masa karantina.

Pengendalian pelaksanaan karantina. Meskipun


perubahan masa karantina sudah berdasarkan

3 pertimbangan kesehatan dan epidemiolog,


namun pengelolaan karantina harus terus
melakukan update sesuai situasi kondisi
dilapangan. Hal ini bertujuan agar evaluasi dari
implementasi kebijakan tersebut dapat
diberlakukan sehingga kebijakan yang
dikeluarkan dapat mengalami perbaikan.

INKONSISTENSI MASA KARANTINA PERJALANAN INTERNASIONAL


KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa pasca perjalanan internasional, masa


karantina tetap harus diberlakukan meskipun kebijakan yang
dikeluarkan terkait masa karantina tersebut tidak dianggap ideal.
Kebijakan atau peraturan yang terus berubah-ubah mengharuskan
pemerintah khususnya Ketua Satuan Tugas Penanganan COVID-19
lebih konsisten dalam menetapkan Protokol Kesehatan perjalanan
Internasional.
Terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan sebagai upaya
meningkatkan kualitas yang ada terkait karantina pasca perjalanan
internasional ini. Pasalnya, sebuah studi menyebutkan Selandia Baru
mengalami kebobolan kasus COVID-19 lantaran negara tersebut
sempat menetapkan kebijakan karantina perjalanan internasional
kurang dari sepekan. Sehingga perlu ditinjau ulang terkait masa
karantina yang terus berubah-ubah karena dapat berpotensi
menimbulkan kebocoran kasus COVID-19.
Selain itu, meskipun pelaku perjalanan luar negeri sudah melakukan
tes PCR maksimum tiga hari sebelum perjalanan. Masa karantina
idealnya dilakukan paling tidak selama 8-10 hari, aturan ini harus
diikuti oleh seluruh pelaku perjalanan internasional baik WNI dan
WNA.

INKONSISTENSI MASA KARANTINA PERJALANAN INTERNASIONAL


DAFTAR PUSTAKA

Surat Edaran Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Nomor 20


Tahun 2021 Tentang Protokol Kesehatan Perjalanan Internasional
pada Masa Pandemi COVID-19.

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/08/02/jak
arta-menjadi-pintu-masuk-utama-dari-luar-negeri-selama-
pandemi

http://rdk.fidkom.uinjkt.ac.id/index.php/2021/11/04/pro-
kontra-pemangkasan-karantina-bagi-penumpang-
internasional/

INKONSISTENSI MASA KARANTINA PERJALANAN INTERNASIONAL

Anda mungkin juga menyukai