MODUL 4
IDENTIFIKASI FASILITAS, PENGUKURAN JARAK, DRAF TATA
LETAK GUDANG DI LAPANGAN
Disusun oleh
MLIA 2A1
Anggota kelompok
1. Rifda Afifah (2030005)
2. Mike Oktavia (2030010)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat atas Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat-nya, laporan praktikum yang berjudul ”Laporan Tugas/Tugas
Besar Tata Letak Fasilitas Gudang” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Laporan praktikum ini sebagai syarat untuk menyelesaiakan Mata Kuliah Praktek
Tata Letak Fasilitas Gudang, pada Jurusan Manajemen Logistik Industri Agro
Politeknik ATI Padang.
Dalam penyusunan Laporan Praktikum ini banyak hambatan serta rintangan
yang penulis hadapi, namun pada akhirnya dapat melalui berkat adanya bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moral maupu spiritual. Untuk itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Edo Rantou Wijaya, MT selaku dosen pengampu mata kuliah
praktek Tata Letak Fasilitas Gudang dalam Jurusan Manajemen logistik
Industri Agro yang telah membimbing penulis dalam belajar sehingga
penulis dapat menyusun Laporan Praktikum
2. Seluruh teman-teman kelas MLIA-2A yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan Laporan Praktikum.
Penulis menyadari bahwa Laporan Pratikum ini masih jauh dari sempurna
dan perlu pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan laporan
Praktikum ini. Penulis berharap semoga gagasan pada Laporan Praktikum ini dapat
bermanfaat bagi dunia Manajemen Logistik Industri Agro dan pembaca.
Padang, 2022
Penuli
i
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 1
1.2 Tujuan Praktikum.................................................................................................................... 2
1.3 Rumusan Masalah .................................................................................................................. 3
1.4 Manfaat Praktikum ................................................................................................................. 3
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................................................... 4
2.1 Pengertian Tata Letak ............................................................................................................. 4
2.2 Pengertian Fasilitas Gudang .................................................................................................... 5
2.3 Peta Aliran Material ................................................................................................................ 6
2.4 Pengukuran Jarak Antar Fasilitas ............................................................................................. 7
2.5 Tipe-tipe Layout ...................................................................................................................... 9
2.6 Kebijakan Penyimpanan Gudang ........................................................................................... 13
BAB III METEDOLOGI PENELITIAN .................................................................................................. 16
3.1 Gambaran Umum UKM......................................................................................................... 16
3.2 Proses UKM dan Data ........................................................................................................... 17
BAB IV PENGOLAHAN DATA ........................................................................................................... 22
4.1 Operation Procces Chart (OPC) ............................................................................................. 22
4.2 Flow Procces Chart (FPC) ...................................................................................................... 23
4.3 Flow Diagram (FD) ................................................................................................................ 24
4.4 Koordinat X dan Y fasilitas ..................................................................................................... 25
4.5 Sketsa fasilitas ...................................................................................................................... 27
Perhitungan Jarak Antar Fasilitas ................................................................................................ 30
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................................... 32
KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................................................. 32
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................................... 32
5.2 Saran .................................................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................... 33
LAMPIRAN...................................................................................................................................... 34
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Penempatan barang adalah kegiatan yang berhubungan dengan berdasarkan apa suatu
barang ditempatkan dalam gudang. Kebijakan penempatan barang ini berdampak pada waktu
transportasi yang dibutuhkan dan proses pencarian atau penelusuran barang. Berikut ini adalah
jenis-jenis kebijakan penempatan barang (Hidayat, 2012):
1. Random storage yaitu penempatan barang berdasarkan tempat yang paling dekat dengan lokasi
input barang, implikasi kebijakan ini adalah waktu pencarian barang lebih lama. Random storage
memerlukan sistem informasi yang baik, umumnya cara ini dilakukan pada system AS/RS
(Automated Storage/Retrievel System).
2. Fixed storage atau dedicated storage adalah aplikasi kebijakan yang menempatkan satu jenis
bahan atau material di tempat yang khusus hanya untuk bahan atau material tersebut. Kebijakan
ini akan mengurangi waktu dalam pencarian barang, namun ruang yang dibutuhkan menjadi
kurang efisien karena ruang kosong untuk satu bahan atau material tidak diperbolehkan untuk
ditempati bahan atau material lainnya.
3. Class-based storage yaitu penempatan bahan atau material berdasarkan atas kesamaan suatu
jenis bahan atau material kedalam suatu kelompok. Kelompok ini nantinya akan ditempatkan
pada suatu lokasi khusus pada gudang. Kesamaan bahan atau material pada suatu kelompok,
bisa dalam bentuk kesamaan jenis item atau kesamaan pada suatu daftar pemesanan konsumen
1
4. Shared Storage iyalah penempatan beberapa bahan atau material dalam satu area yang
dikhususkan untuk bahan atau material tersebut. Kebijakan ini mengurangi jumlah kebutuhan
luas gudang dan mampu peningkatkan utilisasi area penempatan persediaan.
Setelah dilakukanya praktikum Tata Letak Fasilitas Gudang, kami mengetahui apa
saja tujuan yang didapat dari kegiatan ini yaitu:
Praktek Tata Letak Fasilitas Gudang dengan bimbingan dosen maka akan memberi
mahasiswa manfaat yaitu:
1) Dapat mengidentifikasi aliran material atau aliran proses produksi dari suatu
Gudang
2) Agar Mengetahui fasilitas-fasilitas yang ada di gudang beserta dengan jarak
antara fasilitas satu dengan fasilitas yang lainnya
3) Agar mengetahui layout dan draf yang terbaik dan sesuai dengan tata letak
fasilitas gudang di suatu industri atau perusahaan.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
4
2.2 Pengertian Fasilitas Gudang
Menurut Siahaya (2013) dalam bukunya menyebutkan gudang adalah suatu tempat
atau bangunan yang dipergunakan untuk menimbun, menyimpan barang, baik berupa
bahan baku (raw material), barang setengah jadi (work in process) atau barang jadi
(finished product). Menurut Zaroni (2017), gudang merupakan komponen penting dari
rantai pasokan modern.
Menurut Lupioadi, (2008: 148) Fasilitas merupakan penampilan, kemampuan
sarana prasarana dan keadaan lingkungan sekitarnya dalam menunjukkan eksistensinya
kepada eksternal yang meliputi fasilitas fisik (gedung) perlengkapan dan peralatan.
Yang termasuk fasilitas dapat berupa alat, benda- benda, perlengkapan, uang, ruang
tempat kerja.
Rantai pasokan melibatkan kegiatan dalam berbagai tahap: sourcing, produksi,
dan distribusi barang, dari penanganan bahan baku dan barang dalam proses hingga
produk jadi. gudang dapat digambarkan sebagai bagian dari suatu sistem logistik
sebuah perusahaan yang berfungsi untuk menyimpan produk dan menyediakan
informasi mengenai status serta kondisi material/persediaan yang disimpan di
gudang, sehingga informasi tersebut selalu up-to-date dan mudah diakses oleh siapa
pun yang berkepentingan.
Berikut ini adalah beberapa manfaat dari suatu gudang di industri ataupun
perusahaan, yaitu sebagai berikut :
a) Manufacturing support (pendukung proses produksi)
Menerima pengiriman barang berbagai macam dari berbagai sumber dan dengan
sistem material handling baik otomatis maupun manual dilakukan penyortiran dan
menyiapkan pesanan pelanggan selanjutnya mengirimnya ke pelanggan.
5
c. Sebagai perlindungan terhadap barang
Peta aliran proses dikenal juga dengan peta perencanaan layout adalah sebuah
ilustrasi gambar yang memperlihatkan perjalanan suatu produk dari diterima hingga dikirim
ke tujuan. Peta ini menggunakan symbol standar ASME untuk menggambarkan operasi yang
berlangsung selama perjalanan produk dari diterima hingga dikirim. Peta ini juga
memberikan informasi tentang standar waktu, jumlah dari produk/material yang dipindahkan,
dan bagaimana produk/material dipindahkan. Simbol ASME yang digunakan terdiri dari
lima simbol yang merepresentasikan lima kegiatan yaitu operation, inspection. transportation,
delay, dan storage.
Tata letak suatu fasilitas dapat dievaluasi berdasarkan tiga faktor. Faktor pertama
yaitu jumlah perjalanan atau jumlah loading. Faktor kedua adalah jarak antar
departemen. Terakhir adalah faktor biaya. Dua faktor pertama memiliki nilai yang
berubah dan bervariasi sedangkan faktor ketiga bisa bervariasi antar departemen
tetapi bisa juga tetap. Jumlah perjalanan atau jumlah loading dapat diperoleh dari
matriks from-to dan frequency of trips between. Jarak antar departemen diperoleh
menggunakan ukuran jarak yang dapat ditentukan nilainya dari ukuran dimensi
area/departemen dengan menggunakan tujuh parameter yang berbeda. Perbedaan
dapat didasarkan kepada dimensi ruang dari area/departemen dan atau dari carrier
dalam memindahkan material / barang / produk / komponen. Carrier tersebut
dapat berupa orang/operator atau peralatan material handling. Tujuh ukuran jarak
yang dapat digunakan dijelaskan pada subbab berikut.
1. Euclidean Distance
Ukuran jarak Euclidean dihitung dengan menarik garis lurus dari titik tengah antar
sepasang departemen/area. Jarak ini yang paling umum digunakan karena mudah
digunakan dan dimodelkan (jarak terpendek dari dua titik adalah batas terendah
dari jarak yang diukur). Ukuran Euclidean diaplikasikan pada jenis sistem
material handling konveyor dan jaringan distribusi dan transportasi. Secara umum,
ukuran ini lebih banyak digunakan untuk masalah fasilitas dibandingkan dengan
masalah tata letak. Penggunaan ukuran jarak ini sangat tepat untuk masalah
penentuan lokasi gudang baru di lokasi jaringan gudang dan ritel yang sudah ada.
7
Namun, jika digunakan untuk menentukan jarak perjalanan yang dilalui sebuah
crane tidak tepat karena crane bergerak sepanjang lintasan tegak lurus.
Berdasarkan gambar 2.1 di atas maka dapat dibuat rumusan untuk ukuran jarak
Euclidean. Rumusan tersebut akan digunakan untuk menghitung jarak antar
sepasang fasilitas untuk seluruh fasilitas yang ada di dalam gudang/fasilitas
tertentu. Berikut adalah rumusan yang dimaksud.
2. Rectilinear Distance
Disebut juga dengan metrik Manhattan, sudut siku-siku, atau persegi panjang. Hal
ini biasanya digunakan karena mudah dihitung, mudah dipahami, dan sesuai untuk
banyak praktik masalah (misalnya, jarak antara titik di kota, jarak antar
departemen yang dilayani oleh MHDs yang hanya dapat bergerak secara
bujursangkar). Rumus rectilinear adalah rumus yang umum digunakan untuk
menghitung jarak antar area maupun antar fasilitas dimana peralatan pemindahan
bahan hanya dapat bergerak secara tegak lurus.
• Adjacency
8
sama lain. Sedangkan bilangan biner 0 menandakan bahwa dua departemen tidak
saling berdampingan. Ilustrasi rumusan ukuran jarak ini dapat ditunjukkan oleh
gambar 2.3 berikut.
Tata letak produk dikenal dengan nama-nama seperti tata letak lini aliran,
tata letak lini produksi, perakitan tata letak lini, dan tata letak menurut produk.
Dalam tata letak produk, mesin dan stasiun kerja diatur sepanjang rute produk
dalam urutan yang sesuai dengan urutan operasi produk mengalami. Jika suatu
produk menjalani operasi penggilingan, pengeboran, perakitan, dan pengepakan
secara berurutan, mesin penggilingan vertikal, mesin bor, peralatan perakitan, dan
peralatan pengepakan harus disusun satu demi satu dalam satu baris. Biasanya,
tata letak produk digunakan oleh perusahaan yang memproduksi satu atau
beberapa item dalam jumlah besar, seperti pabrik perakitan minivan. Manfaat dari
tata letak produk termasuk pengurangan waktu penanganan material, pengurangan
waktu pemrosesan, dan perencanaan yang lebih mudah dan kontrol. Kerugian
utamanya adalah kurangnya fleksibilitas. Setelah tata letak produk tertentu
diadopsi, biaya untuk membuat perubahan signifikan, sehingga tata letak produk
tidak cocok untuk perusahaan yang membuat produk sering berubah. Berikut
contoh product layout bisa diliat dari gambar dibawah ini
9
2. Process Layout
Mesin dan workstation dalam tata letak proses diatur berdasarkan operasi
yang mereka lakukan. Dengan demikian, semua mesin penggilingan ditempatkan
bersama dalam satu departemen, semua mesin bubut ditempatkan bersama di
tempat lain, dan seterusnya.
Pada Gambar diatas tata letak proses yang khas, semua mesin bubut
(ditunjukkan sebagai L) berada di departemen paling kiri. Semua mesin
penggilingan, pengeboran, penggilingan, pengecatan, dan perakitan (diidentifikasi
sebagai M, D, G, P, dan A, masing-masing) berada di departemen masing-masing.
Nama lain untuk tata letak proses termasuk tata letak dengan proses dan tata letak
toko kerja. Tata letak proses berguna bagi perusahaan yang memproduksi
berbagai produk atau pekerjaan dalam jumlah kecil, di mana setiap pekerjaan
biasanya berbeda dari yang lain. Sementara tata letak proses menawarkan
fleksibilitas dan memungkinkan personel untuk menjadi ahli dalam proses atau
fungsi tertentu, ia memiliki beberapa kelemahan utama yaitu peningkatan materi
biaya penanganan, kemacetan lalu lintas, waktu siklus dan antrian produk yang
panjang, kerumitan dalam perencanaan dan kontrol, dan penurunan produktivitas.
10
3. Fixed-Position Layout
Dalam tata letak posisi tetap, produk tidak berpindah dari satu lokasi ke
lokasi lain. Sebaliknya proses dan peralatan untuk membuat produk dibawa ke
tempat produk itu berada. Ini tata letak biasanya diadopsi ketika produk yang
diproduksi atau diproses berukuran besar dan tidak dapat dengan mudah diangkut
atau diangkut sama sekali, seperti dalam pembuatan dan perbaikan kapal;
pembuatan pesawat terbang dan servis; dan bendungan, jalan, dan industri
konstruksi rumah. Manufaktur mobil perusahaan (misalnya, Nissan) yang
memproduksi model kelas atas (misalnya, Infiniti) juga telah mengadopsi tata
letak posisi tetap untuk beberapa operasinya. Karena kualitas dan manufaktur
yang ketat persyaratan, pergerakan produk minimal diinginkan dalam beberapa
proses. Keuntungan dari posisi tetap tata letak adalah bahwa produk, yang
biasanya besar dan mahal, tidak dipindahkan dari tempat ke tempat. Oleh karena
itu, ada kemungkinan lebih kecil untuk kerusakan pada produk dan biaya
pemindahannya berkurang. Di sisi lain, ada peningkatan yang signifikan dalam
biaya pemindahan peralatan ke dan dari area kerja, sehingga utilisasi peralatan
rendah. Setelah peralatan dibawa ke tempat kerja, itu harus tetap di sana sampai
seluruh pekerjaan selesai. Misalnya, kita sering melihat roadlaying besar peralatan
yang menganggur di lokasi konstruksi. Meskipun peralatan digunakan sebentar-
sebentar hanya untuk beberapa hari, itu harus disimpan di lokasi kerja sampai
seluruh pekerjaan peletakan jalan selesai. Tata Fixed-Position Layout ditunjukkan
pada Gambar dibawah.
11
(yang seluruhnya diproses oleh set mesin ini). Setiap set mesin dan yang sesuai
bagian set membentuk sel manufaktur dan keluarga bagian. Dengan
mengidentifikasi sel mesin dan bagian keluarga yang independen dari yang lain,
perencana membentuk sejumlah yang lebih kecil, saling independen subsistem
yang lebih mudah untuk direncanakan dan dikendalikan. Prinsip dasar GT dalam
konteks manufaktur adalah untuk mengidentifikasi mesin yang didedikasikan
untuk pembuatan satu set suku cadang dan mengelompokkan mesin ke dalam sel
mesin dan yang sesuai bagian menjadi bagian keluarga. Tata letak berbasis GT
untuk mesin diilustrasikan pada Gambar dibawah.
5. Hybrid Layout
Tidak semua perusahaan dapat mengadopsi satu jenis tata letak. Sebagai
perusahaan berkembang dengan meningkatkan produknya garis dan volume,
mungkin tidak ada jenis tata letak yang dibahas di bagian ini yang memenuhi
kebutuhan sepenuhnya. Sedangkan beberapa item produksi mungkin memerlukan
tata letak produk, yang lain mungkin memerlukan tata letak posisi tetap. Oleh
karena itu, sejumlah perusahaan menggunakan tata letak hibrid, kombinasi tata
letak dibahas. Contoh layout hybrid yang memiliki karakteristik GT, proses, dan
jalur perakitan tata letak ditunjukkan pada Gambar dibawah (lihat departemen kiri
atas, kanan, dan bawah).
12
Perusahaan memiliki sel manufaktur dan departemen proses yang
didedikasikan untuk membuat dua subassemblies utama. Ini dua sub-rakitan
diperkenalkan ke jalur perakitan pada tahap perakitan akhir yang berbeda produk.
Perusahaan ini menggunakan kombinasi tata letak berbasis GT di sel
manufakturnya, berbasis produk tata letak di area perakitannya, dan tata letak
berbasis proses di bagian penggilingan.
2.6 Kebijakan Penyimpanan Gudang
Metode cube per order index policy adalah cara menyimpan barang di
gudang dengan memperhatikan tingkat kebutuhan ruang penyimpanan barang di
gudang dengan jumlah transaksi produk. Metode cube per order index
policy berarti mengatur lokasi produk berdasarkan kategori produk dan jarak
perpindahan produk.
Metode cube per order index policy cocok diterapkan pada perusahaan
yang butuh ruang penyimpanan besar. Masalah yang sering terjadi pada ruang
penyimpanan besar adalah tata letak gudang lebih sulit diatur, sehingga
mengakibatkan kesulitan menemukan produk. Dengan metode cube per order
index policy penggunaan waktu untuk mencari produk bisa lebih efisien walaupun
ukuran gudang besar.
Metode penyimpanan barang di gudang sangat dibutuhkan untuk
mengoptimalkan perancangan tata letak gudang. Penggunaan waktu bisa lebih
efisien dan aktivitas di gudang bisa lebih produktif dengan mengatur tata letak dan
metode penyimpanan yang tepat. Prinsip dalam tata letak gudang tetap harus
diperhatikan dalam metode penyimpanan barang di gudang. Prinsip tata letak
gudang secara umum adalah aman, mudah dicari, mudah dijangkau dan mudah
diambil.
2. Dedicated Storage Policy
metode dedicated storage atau dikenal juga dengan fixed location adalah
metode penyimpanan barang di gudang dimana setiap produk memiliki tempat
atau lokasi yang tetap dalam penyimpanan di gudang. Lokasi tidak bisa diubah
atau digunakan oleh produk jenis lain walaupun ada tempat kosong.
Keunggulan dari metode dedicated storage adalah memudahkan karyawan
untuk mengingat lokasi produk di gudang dan penataan produk lebih teratur
13
berdasarkan jenisnya. Kekurangannya adalah bisa saja banyak lokasi kosong
karena tidak bisa diisi dengan jenis produk lain. Maka dari itu, perlu di atur agar
tempat penyimpanan suatu jenis barang mencukupi kebutuhan secara maksimal.
3. Randomized Storage Policy
14
Metode class based storage berdasarkan metode pareto. Metode pareto
artinya membagi barang ke dalam beberapa kelas berdasarkan popularitas.
Pengelompokannya adalah kelas yang bergerak tercepat hanya sekitar 15% dari
produk tersimpan, tapi kontribusinya bisa mencapai 85% dari omset.
Contoh penerapan metode class based storage atau penyimpanan berbasis
kelas yaitu barang A adalah barang yang pergerakannya paling cepat. Selanjutnya
ada barang B yaitu yang pergerakannya di bawah barang A. Pembagian kelas
biasanya dibatasi menjadi 3 kelas, tetapi dalam beberapa kasus bisa lebih.
Kelebihan dari metode class based storage adalah penyimpanan produk
lebih fleksibel karena diatur berdasarkan kecepatan gerak barang. Barang yang
bergerak cepat bisa disimpan dekat depot agar mudah dijangkau. Metode class
based storage pada penerapannya butuh ruang penyimpanan atau rak lebih banyak.
Cara menyimpan barang di gudang yang pertama adalah metode dedicated storage
atau dikenal juga dengan fixed location. Metode penyimpanan barang di gudang
ini berarti setiap produk memiliki tempat atau lokasi yang tetap dalam
penyimpanan di gudang. Lokasi tidak bisa diubah atau digunakan oleh produk
jenis lain walaupun ada tempat kosong.
15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Alamat : Jl. Adinegoro, Bungo Pasang, Kec. Koto Tangah, Kota Padang,
Sumatera Barat 25171
CV. Sidoharind merupakan salah satu usaha yang bergerak di bidang jasa
konstruksi pembangunan kubah masjid yang berdiri sejak tahun 1979. Yang
beralamat di jalan Adinegoro, Kelurahan Bungo Pasang, Kecamatan Koto
Tangah, Padang, Sumatera Barat. Perusahaan ini menyediakan jasa untuk
pembuatan kubah, jenis dan desain kubah dapat dibuat sesuai dengan
permintaan dan keinginan dari konsumen, yang mana terdapat decoratif
ataupun panel untuk penambahan motifnya. Untuk bahan kubah nya
menggunakan bahan logam (panel enamel coating / Panel Powder Coating),
dan Stainless Steel. Sedangkan untuk motif atau Decoratif menggunakan
bahan Zincalume dan juga cat Duco.
Untuk desain dan juga motif dari kubah tergantung perusahaan,
perusahaan akan menawarkan desain yang ada diperusahaan. Namun apabila
pemesan meminta desain tertentu perusahaan akan meninjau desain tersebut
terlebih dahulu yang mana apabila perusahaan dapat untuk membuatnya atau
pernah melakukannya maka perusahaan akan membuat desain sesuai dengan
yang diminta oleh pemesan. CV. Sidoharind yang terletak dipadang ini
merupakan salah satu cabang dari CV. Sido Harind. Yang mana pusatnya
terletak di Jalan Raya Medan-Binjai KM.15 No.10, Diski, Medan, Sumatera
Utara. Perusahaan ini juga sudah memiliki banyacabang yang tersebar di
berbagai daerah, seperti Aceh dan Riau.
16
3.2 Proses UKM dan Data
1. Proses produksi:
2. Proses Penyimpanan:
3. data:
1) jumlah mesin
1) oven: dihunakan untuk proses pewarnaan kubah. Jenis pewarna
yang digunakan berupa pewarna bubuk
17
2) mesin bending 1: membentuk rangka dan lengkungan pada
kerangka kubah
4) kompresor
5) gerinda
18
6) mesin las
7) mesin bor
19
4. Ukuran lokasi produksi
Panjang: 22 meter
Lebar: 18 meter
20
11 Maret 15 kubah
12 April 3 kubah
21
BAB IV
PENGOLAHAN DATA
22
4.2 Flow Procces Chart (FPC)
23
25 1 Penambahan motif dan cat agar tahan lebih lama
menit
12 Pengecekan ketahanan kubah
detik
Tabel 1 FPC pembuatan kubah masjid
A B C D E
J I H G F
K L
Ket :
C : Pemotongan
E : Menggabungkan
F : Pemberian Cat
H : Pembuatan Penel
I : Pengecatan
J : Pemasangan Panel
K : Menambahkan Motif
24
4.4 Koordinat X dan Y fasilitas
25
HRL (22M)
Y (2)
Y (1,75)
X (12,5)
X (1,6)
Y (3,5)
Y (3)
X (16)
X (4,7)
Y (5,25)
X (1,6)
Y (10,75)
Y ( 9,25)
X (9,2) X (1,6)
Y (20)
Y (13,25)
Y (13,25)
Y (13,25)
X (9,4) X (6,2)
X ( 1,25)
X (16)
Y (15,5) X (3,7)
Y (16,5)
X (12,7)
VRL (18M)
26
4.5 Sketsa fasilitas
A L I H
3,2 M
3,2 M
B
F
K J 2,5 M
27
Keterangan :
A : Tempat contoh kubah
B : Tempat penyimpanan bahan sementara
C : Tempat penyimpanan bahan yang selesai pemotongan
D : Tempat Pengovenan
F : Ruang Rapat
G : Tempat penyimpanan sebagai contoh kubah
H : Tempat pembuangan sampah
I : Tempat pemasangan panel apabila panel dipasang di gudang
J : Tempat pengecatan
K : Tempat pemotongan
L : Tempat Kompresor
28
Fasilitas dan ukuran serta nilai x dan y pada cv. Sido harind
Keterangan
No Fasilitas
P L X Y VRL HRL
1 area bahan baku 12 4 16 20
2 tempat pemotongan bahan baku 3,3 1,5 9,6 10,75
3 area pengelasan atau penngabungan 3,5 3,2 9,4 13,25
4 area pengecatan 3 7,4 3,7 15,5
5 area pembuatan cat 4 3,5 12,5 2
6 tempat peralatan, perlengkapan dan mesin 3 10,6 12,7 16,5
7 area pembentukan kerangka kubah 4,5 3,2 1,6 9,25 18 22
8 tempat penyimpanan kerangka kubah 7 3 4,7 3,5
9 area produk gagal dan sudah lama atau tidak terpakai (produk contoh) 6 4 16 3
10 penyimpanan panel kubah 3,5 2,5 1,25 13,25
11 area bahan sisa 3,5 3,2 1,6 1,75
12 lokasi desain atau pembuatan cetakan 3,5 3,2 6,2 13,25
13 tempat produk jadi 3,5 3,2 1,6 5,25
29
Perhitungan Jarak Antar Fasilitas
Perhitungan jarak antar fasilitas menggunakan rumus Rectilinear Distance, karna berdasarkan buku Heragu edisi ke 4 dijelaskan
bahwasanya rumus Rectilinear distance rumus yang paling umum digunakan, dan selain itu rumus ini banyak digunakan dalam praktik
salah satunya yaitu jarak antar departemen.
30
lokasi desain atau pembuatan
cetakan 12 6,2 13,25 16,55 5,9 3,2 4,75 17,55 9,75 8,6 11,25 20,05 4,95 16,1
tempat produk jadi 13 1,6 5,25 29,15 13,5 15,8 12,35 14,15 22,35 4 4,85 16,65 8,35 3,5
31
BAB V
5.1 Kesimpulan
Pada bab 3 baggian pengolahan data terdapat 3 modul yang diolah. Pada
modul 1 yaitu OPC terdapat 188 kali proses pembuatan dan 43 kali pengecekan
agar menjadi sebuah kubah, FPC terdapat 16 langkah dan 2 kali perpindahan, dan
flow diagram untuk memperlihatkan aliran drai proses pembuatan kubah masjid.
Modul 2 mengidentifikasi dan juga mengukur jarak fasilitas yang ada du CV.Sido
Harind terdapat 13 fasilitas yang ada di CV.Sido Harind. Modul 3 menggambar
fasilitas dan mengukur titik koordinat untuk setiap fasilitas serta menghitung
menggunakan metode yang dipilih.
5.2 Saran
32
DAFTAR PUSTAKA
33
LAMPIRAN
34
Lampiran 2: gambar kubah
35
Lampiran 4: dokumentasi pengukuran fasilitas
36