Anda di halaman 1dari 111

TRADISI DOA PADANG MASYARAKAT KECAMATAN BASERAH,

KABUPATEN KUANTAN SINGINGI, PROVINSI RIAU PERSPEKTIF

LIVING QUR’AN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama ( S.Ag) pada Prodi Ilmu al-
Qur’an dan Tafsir

Oleh :

Dwiki Farendra Sabri (1815020030)

PROGRAM STUDI ILMU AL QURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
IMAM BONJOL PADANG
1443 H/ 2022 M
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Dwiki Farendra Sabri

NIM : 1815020030

Tempat/Tgl Lahir : Padng/ 03 Juli 20000

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “TRADISI

DOA PADANG MASYARAKAT KECAMATAN BASERAH, KABUPATEN

KUANTAN SINGINGI, PROVINSI RIAU PERSPEKTIF LIVING QUR’AN” ,

benar-benar karya asli saya dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat

karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, melainkan

yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar kepustakaan.

Padang, .......................
Yang Menyatakan

Dwiki Farendra Sabri


NIM:1815020030

i
PEDOMAN TRANSLITERASI

Dalam naskah skripsi sering dijumpai nama dan istilah teknis(technical term)
yang berasal dari bahasa Arab, ditulis dengan tulisan Latin. Transliterasi harus
dilakukan dengan taat kaidah transliterasi. Sebagai pedoman transliterasi dalam
skripsi ini mempedomani buku Pedoman IAIN Imam Bonjol Padang (Pedoman
Penulisan karya Ilmiyah) tahun 2021/2022. Berikut ini disajikan daftar abjad Arab
dan transliterasinya dalam huruf Latin:

Huruf Arab Nama Huruf Latin Huruf Arab Nama Huruf Latin

‫ا‬ Alif A ‫ط‬ Tha Th


‫ب‬ Ba B ‫ظ‬ Zha Zh
‫ت‬ Ta T ‫ع‬ ‘Ain `
‫ث‬ Tsa Ts ‫غ‬ Ghain Gh
‫ج‬ Jim J ‫ف‬ Fa F
‫ح‬ Ha H ‫ق‬ Qaf Q
‫خ‬ Kha Kh ‫ك‬ Kaf K
‫د‬ Dal D ‫ل‬ Lam L
‫ذ‬ Dzal Dz ‫م‬ Mim M
‫ر‬ Ra R ‫ن‬ Nun N
‫ز‬ Zai Z ‫و‬ Wau W
‫س‬ Sin S ‫ه‬ Ha H
‫ش‬ Syin Sy ‫ء‬ Hamzah ,
‫ص‬ Shad Sh ‫ة‬ Ta T/H
Marbuthah
‫ض‬ Dhad Dh ‫ي‬ Ya Y
Catatan:
a. Vocal Tunggal (monoftong)
( َ ) (fathah) = a, misalnya (‫ )جحد‬ditulis jahada.
b. Vocal Rangkap (diftong)
( ِ ) (kasrah) = i, misalnya (‫ )سئل‬ditulis suila.
c. Vocal Panjang (maddah)
(ُ ) (dhommah) = u, misalnya (‫ )روي‬ditulis ruwiya.
d. Ta Marbuthah ( ‫) ة‬

ii
Ta marbuthah hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah, dan dhammah,
transliterasinya /t/, misalnya (‫رة‬NN‫رعية المطه‬NN‫ = ) الش‬ditulis al-syar’iyat al-
muthahharah.
e. Syaddah (tasydid)
Syaddah yang dalam sistim tulisan Arab dilambangkan dengan tanda
( ّ ), dalam transliterasi dilambangkan dengan huruf, yakni huruf yang
sama denan mendapat tanda syaddah, ( ‫ مق ّدمة‬, ‫ ) مج ّدد‬ditulis muqaddimah,
mujaddid.
f. Kata Sandang
Kata sandang dalam sistim tulis Arab dilambangkan dengan huruf ( ‫) ال‬
transliterasinya adalah /al/, misalnya ( ‫ ) المفيد القول‬ditulis al-qaul al-mufid.
g. Hamzah
Untuk hamzah yang terletak di tengah dan di akhir kata ditransliterasikan
dengan apostrof. Adapun hamzah yang terletak di awal kata tidak
dilambangkan karena dalam tulisan Arab, huruf hamzah menjadi alif.
Misalnya ( ‫اليه‬,‫ة‬NN‫ ائم‬,‫اء‬NN‫ ) امن‬ditulis a’immah, ummana’, ilaih. Penulisan
seperti ini dikecualikan:
1) Nama atau kata yang dirangkai dengan kata Allah, ditulis menjadi satu,
seperti ( ‫ ( هللا عبد‬ditulis “Abdullah, ( ‫ ) هللا الى‬ditulis ilallah.
2) Untuk kata yang diserap secara baku dalam bahasa Indonesia, ditulis
dengan ejaan Indonesia seperti ( ‫ ) صالة‬ditulis salat, ( ‫ ) حديث‬ditulis
hadis.
3) Untuk nama-nama kota yang sudah populer dengan tulisan latin, ditulis
sesuai dengan nama populer tersebut seperti ( ‫اهرة‬NN‫ ) ق‬ditulis Kairo,
‫ = دمشق‬ditulis Damaskus, ‫ = اردن‬ditulis Yordania.
4) DAFTAR SINGKATAN :
CD : Compact Disc
Cet. : Cetakan
H.R : Hadis Riwayat
h. : Halaman
H. : Hijriyah
M. : Masehi
Q.S. : Qur’an Surah
RA : Radhiyallahu ‘anhu ( ‫) هللا عنه رضى‬
SAW : Shalallahu ‘alaihi wa Sallam ( ‫) هللا عليه والسلمصلى‬
SWT : Subhānahu wa Ta’āla ( ‫) وتعا لىسبحانه‬
Terj. : Terjemahan
tn. : Tanpa nama
tp. : Tanpa penerbit
tt. : Tanpa tahun
ttp. : Tanpa tempat

iii
ABSTRAK

Skripsi ini berjudulTadisi Doa Padang Masyarakat Kecamatan Baserah,


Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau Perspektif Livinng Qur’an ditulis
oleh Dwiki Farendra Saberi, NIM: 1815020030 Prodi Ilmu al- Qur’an dan Tafsir,
Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Imam Bonjol Padang tahun 2021 terdiri
dari halaman.
Tradisi Doa Padang adalah tradisi turun temurun yang dilaksanakan oleh
masyarakat Baserah sekali dalam setahun. Tradisi ini berkaitan dengan profesi yang
banyak digeluti oleh masyarakat Baserah yaitu petani. Tradisi ini dilakukan atas
dasar kesadaran masyarakat Baserah sejak dahulu akan pentingnya meminta
keselamatan dan berkah kepada Allah Swt sebelum turun ke sawah. Karena sebelum
diadakan tradisi ini sering terjadi gagal panen atau padi yang tumbuh dengan kualitas
yang kurang baik di daerah Baserah. Tradisi ini juga dilakukan sebagai wujud syukur
masyarakat Baserah kepada Allah Swt karena masyarakat Baserah meyakini bahwa
berkah Allah tidak akan turun kecuali hambaNya bersyukur terlebih dahulu atas
nikmat dariNya.
Selain itu masyarakat Baserah meyakini bahwa tradisi Doa Padang tidak
semata-mata berawal dari kebiasaan yang dibawa oleh para tetua dahulu, namun
tradisi ini lahir berlandaskan dari ayat Al-Qur’an,ada beberapa ayat yang dijadikan
landasan pelaksanaan tradisi Doa Padang oleh masyarakat Baserah yaitu QS Ibrahim
ayat 7, QS Al-A’raf ayat 96 dan QS Al-Hujurat ayat 13.
Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif
dengan pengambilan data berbasis lapangan ( field research ). Adapun teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi dan
wawancara dengan narasumber yang tau atau terlibat langsung dalam pelaksanaan
tradisi Doa Padang. Adapun pendekatan yang dipakai dalam peneltian ini adalah
pendekatan Living Qur’an dengan paradigma fenomenologi. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui bagaimana pemahaman masayrakat Baserah beraitan dengan Doa
Padang dan bagaimana masyarakat memaknai ayat-ayat yang menjadi landasan
pelaksanaan tradisi Doa Padang.
Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa masyarakat Baserah memahami
bahwa ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan nilai-nilai, tujuan, dan hikmah
yang terdapat dalam tradisi Doa Padang bisa dijadikan landasan/dalil pelaksanaan
tradisi Doa Padang. QS Ibrahim dijadikan dalil karena makna ayat tersebut
mengandung perintah Allah Swt untuk selalu bersyukur kepadaNya dimana hal ini
sama dengan salah satu hikmah dari Doa Padang yaitu sebagai wujud rasa syukur,
begitu pula dengan QS Al-A’raf ayat 96 dan QS Al-Hujurat ayat 13 sesuai dengan
hkmah dan tujuan pelaksanaan tradisi Doa Padang. Oleh karena itu ayat-ayat tersebut
dianggap oleh masayrakat Baserah sebagai landasan lahirnya tradisi Doa Padang. Hal
ini sama dengan tujuan penelitian menggunakan pendekatan living Qur’an yaitu
melihat bagaimana makna dan fungsi ayat-ayat Al-Qur’an dalam komunitas
masyarakat.

iv
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Alhamdulillah segala puji bagi Allah Swtyang telah melimpahkan kasih


sayang dan petunjuknya kepada kita, semoga kita semua senantiasa dalam
lindunganNya. Sholawat dan salam semoga selalu terhaturkan kepada junjungan kita
Nabi besar MuhammadSaw, serta para shahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan ummat
islam yang senantiasa mengikuti jalan beliau hingga yaumul qiyamah serta taufiq
dan rahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Atas rahmat dan karunia Allah Swt skripsi ini dengan judul “ Tradisi Doa
Padang Masyarakat Kecamatan Baserah, Kabupaten Kuantan Singingi
Perspektif Living Qur’an” ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini
dimaksudkan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana agama (S.Ag) dalam
program studi Ilmu Al-qur’an dan Tafsir fakulltas Ushuluddin dan Studi Agama-
agama.
Penulis menyadari penyusunan skripsi ini penuh dengan kekurangan dan
tentunya tidak akan selesai tanpa dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, melalui kata pengantar ini dengan penuh kerendahan hati perkenankan
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Rektor UIN Imam Bonjol Padang ( Ibu Prof. Dr. Martin Kustanti, M.Pd)
beserta segenap jajarannya yang telah berupaya meningkatkan situasi
kondusif pada UIN Imam Bonjol Padang.
2. Dekan ( Bapak Dr. Andri Ashadi, M.Ag ) dan seluruh Wakil Dekan
Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama serta Bapak Toni Markos, M.Ag
dan Bapak Muhammad Idris, M.Ag sebagai ketua dan sekretaris Prodi
Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN
Imam Bonjol Padang.
3. Bapak Prof Edi Safri, M.Asebagai penasehat akademik, dan
sekaligusselaku pembimbing akademik I, Ibu Ilhamni, M.Aselaku
pembimbing akademik II yang telah membimbing dan memotivasi serta
mengarahkan penulis selama perkuliahan dan penyusunan skripsi ini dari
awal sampai akhir sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
4. Kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen UIN Imam Bonjol Padang yang
telah mengajar, mendidik dan memberikan ilmunya dengan tulus kepada
penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
5. Pimpinan perpustakaan Universitas dan perpustakaan fakultas Ushuluddin
da Studi Agama UIN Imam Bonjol Padang beserta staf yang telah

v
menyediakan fasilitas kepustakaan sehingga dapat memudahkan penulis
dalam mengumpulkan literature-literatur yang dibutuhkan dalam penulisan
skripsi ini.
6. Kepada Ayahanda ( Jul Sabrial ) dan Ibunda ( Alim Musrini ) yang
senantiasa memberikan doa terbaik dan mendukung penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Kepada saudara/saudari kandung penulis Livia
Yarischa Sabri,Verga Rimarsha Sabri, dan Sagib al-ghazi Sabri dan
seluruh sanak famili penulis yang telah mendukung baik dari sisi moral
maupun materil untuk menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepada sahabat terbaik penulis,Ririyanto,Vishal Trioksandi,Mia Firanita,
dan Robi Andrian, yang selalu mendukung dan memberi motivasi untuk
menyelesaikan skripsi ini.
8. Kepada seluruh kawan-kawan Prodi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir angkatan
2018, yang telah membersamai dari awal perkuliahan hingga skripsi ini
selesai.
9. Dan seluruh pihak yang telah membantu dan memotivasi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu
persatu. Oleh karena itu, penulis dedikasikan karya yang sederhana ini
kepada mereka.

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................i
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI..............................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS..................................................iii
PEDOMAN TRANSLITERASI............................................................................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
ABSTRAK..............................................................................................................vii
DAFTAR ISI .........................................................................................................viii

BAB I : Pendahuluan
A. Latar Belakang Massalah..........................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................11
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.............................................................11
D. Penjelasan Judul.......................................................................................12
E. Tinjauan Pustaka......................................................................................14
F. Metode Penelitian....................................................................................16
G. Teknik Pengumpulan data.......................................................................17
H. Teknik Analisis Data...............................................................................19
I. Sistematika Penulisan..............................................................................20
.
BAB II : Landasan Teori
A. Kerangka Teoritis Tentang Doa..........................................................22
1. Pengertian dan Hakikat Doa...............................................................22
2. Manfaat dan Keutamaan Doa..............................................................26
3. Adab-adab dalam Berdoa....................................................................28
4. Dalil dan dasar hukum Doa.................................................................29
B. Tradisi Doa Padang...............................................................................35
1. Pengertian Tradisi Doa Padang...........................................................35
2. Sejarah Tradisi Doa Padang................................................................36
3. Proses Pelaksanaan Tradisi Doa Padang.............................................39
4. Urgensi Tradisi Doa Padang...............................................................49
C. Living Qur’an........................................................................................50
1. Pengertian Living Qur’an...................................................................50
2. Sejarah Living Qur’an.........................................................................53
3. Hubungan Penelitian dengan Living Qur’an......................................55

BAB III : Gambaran Umum Lokasi Penelitian


A. Letak Geografis Kecamatan Baserah.......................................................64
B. Ragam tradisi dan budaya masyarakat Baserah.......................................69
C. Jumlah penduduk dan keadaan sosial ekonomi masyarakat Baserah......70
D. Kehidupan keagamaan masyarakat Baserah............................................73

vii
BAB IV : KAJIAN LIVING QUR’AN TENTANG TRADISI
DOA PADANG
A. Ayat-ayat yang dijadikan landasan pelaksanaan Tradisi Doa Padang.....77
B. Nilai-nilai Al-Qur’an dalam tradisi Doa Padang.....................................80
C. Pemahaman Masyarakat Baserah tentang Dalil Tradisi Doa Padang......84
D. Analisis Penulis.......................................................................................91

BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................98
B. Saran........................................................................................................99
.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kental akan budaya dan tradisi. Tradisi

sendiri dipahami sebagian orang sebagai bagian dari kebiasaan turun-temurun

yang sudah sejak lama menjadi bagian kehidupan suatu masyarakat. Beragam

budaya dan tradisi dapat ditemukan di setiap wilayah Indonesia baik berupa

adat-adat atau upacara-upacara berbasis kesenian dan keindahan maupun

menyangkut spiritual. Contohnya dapat ditemukan di provinsi Riau banyak

ragam tradisi yang bisa ditemukan di sini, khususnya di Kabupaten Kuantan

Singingi .

Kabupaten Kuantan Singingi, secara faktual merupakan kawasan kultural

dengan masyarakat yang homogen.1 Dalam persatuan hukum adat di Kuantan

Singingi didapati warganya mempunyai hubungan kekerabatan yang diwarisi

dari nenek moyang dan mengikat warganya untuk bersatu dalam kesatuan

hukum adatnya. Sistem kekerabatan hukum adat di Kuantan Singingi ialah

menghendaki dasar bersama (sistem famili) mementingkan kebersamaan

(komunal), dan menunjukan adanya nilai-nilai universal. 2

1
Suwardi MS, dkk, Pemutihan Adat Kuantan Singingi, (Alaf Riau : Mei 2006), h.9
2
Ibid, h.7-8

1
2

Realitas masyarakat yang memiliki keragaman suku,bangsa dan agama yang

berbaur dengan mitos merupakan dasar dalam kehidupan sosial. Sejak dahulu

masyarakat percaya terhadap adanya kekuatan gaib yang mengatur alam ini.

Sebagian mendatangkan keuntungan dan sebagian yang lainmendatangkan

kerugian. Berdasarkan kepercayaan tersebut manusia senantiasa akan berupaya

untuk selalu menjalin hubungan yang baik untuk melembutkan hati pemilik

kekuatan gaib tersebut baik itu dari sang pencipta maupun yang lainnya dengan

mengadakan upacara ritual, doa, ziarah, sesaji, khaul dan lain sebagainya.3

Salah satu bentuk upacara ritual untuk menjalin hubungan dengan sang

maha pencipta yang menjadi tradisi khas daerah Sumatera yaitu tradisi mandoa.

Tradisi mandoa merupakan perpaduan dari kebudayaan Islam dengan kebiasaan

yang ada pada dahulunya yang masih eksis hingga saat ini, karena tradisi

mandoa menjadi salah satu usaha masyarakat untuk mendekatkan diri kepada

tuhan-Nya. Mandoa sendiri biasanya dipakai oleh masyarakat daerah Sumatera

dalam beberapa acara, ada mandoa yang diadakan untuk kematian,untuk khatam

Qur’an,untuk syukuran menikah dan lain sebagainya. Adapun salah satu bentuk

tradisi mandoa yang unik di daerah Kuantan Singingi terkhusus daerah Baserah

yakni mandoa untuk mengharap agar hasil panen berkah dan melimpah serta

dalam rangka meningkatkan rasa syukur kepada Allah Subahanahu wa ta’ala

yaitu Tradisi Doa Padang.

3
Petra Yuhendri, Tradisi Doa Padang di Kabupaten Kuantan Singingi,(Jurnal SAA UIN
Suska Riau : Desember 2020), diakses pada 17 Desember 2021 dari
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/nusantara/article/view/13635
3

Tradisi Doa Padang merupakan salah satu bentuk kegiatan ritual kegamaan

yang dipercaya masyarakat Baserah memiliki nilai-nilai luhur yang mampu

menambah rasa syukur kepada Sang Pencipta .Tradisi Doa Padang adalah tradisi

turun temurun yang dilakukan setiap ingin menanam padi atau setiap musim

panen padi, doa padang ini dilakukan dengan cara bersama-sama memanjatkan

doa-doa kepada Allah (biasanya dilakukan di tengah padang (sawah) yang berisi

puji-pujian kepada Allah SWT sebagai wujud rasa syukur dan meminta

keselamatan dan berkah agar hasil panen tidak gagal dan melimpah saat itu,

kemudian diakhir acara ditutup dengan acara makan bersama yang melibatkan

seluruh unsur masyarakat yang hadir pada saat acara dilaksanakan.

Karena mata pencaharian mayoritas masyarakat Baserah selain menyadap

karet,atau mengolah sawit yang memang menjadi ikon khas hasil bumi daerah

Riau, masyarakat Baserah juga kebanyakan bekerja sebagai petani, namun

karena beberapa faktor beras yang dihasilkan terkadang memiliki kualitas yang

kurang bagus atau terkadang banyak yang mengalami gagal panen”.

Berdasarkan usul dari petua-petua kampung dan tokoh-tokoh masyarakat

Baserah, diadakanlah tradisi doa Padang yang terbagi dari dua masa yaitu masa

menjelang turun kesawah (menanam padi) dan masa panen. Doa Padang yang

dilaksanakan menjelang turun kesawah bertujuan agar meminta kepada Allah

sang Mahakuasa agar hasil panen tahun itu berlimpah dan memiliki kualitas

yang baik, lalu doa Padang yang dilaksanakan pada masa panen bertujuan

sebagai wujud rasa syukur atas hasil panen pada tahun itu, yang biasanya jika
4

hasil panennya melimpah dan berkualitas bagus maka besar kemungkinan akan

diadakan tradisi ini.4

Dalam tradisi ini selain berdoa, juga terdapat nilai silaturahmi di dalamnya,

karena hampir semua kalangan masyarakat akan ikut serta dalam tradisi ini,

yang bisa menambah kuat tali silaturahmi, selain itu doa yang disampaikan

ustadz atau datuak pada tradisi ini tidak monoton hanya untuk hasil panen, tetapi

juga berisi kebaikan dan harapan agar masyarakat selalu hidup dengan sejahtera

dan selalu berada pada naungan Allah serta mengharap berkah dan ridho dari-

Nya. Selain itutradisi ini biasanya diakhiri dengan acara makan bersama, dan

makanan yang disajikan biasanya berasal dari sumbangan makanan dari

masyarakat yang ikut serta memeriahkan acara, tujuannya sebagai wujud rasa

syukur dan untuk mempererat tali silaturahmi masyarakat..5

Seorang tokoh masyarakat daerah Baserah, pak Syamsuri mengatakan :

“Doa Padang merupakan tradisi yang wajib dilaksanakan setiap tahunnya oleh

masyarakat Baserah, karena tradisi ini sudah dilakukan sejak zaman dulu, yang

menjadi ciri khas adat daerah kuantan, bahkan dahulu jika ada seseorang yang

ingin mulai menanam padi tanpa melakukan Doa Padang terlebih dahulu, maka

dia kena pelanggaran dan wajib membayar denda berupa memberi makan orang-

orang miskin dengan bubur. Hal ini untuk memperkuat rasa tanggung jawab

kepada kewajiban dalam melestarikan adat.6

4
Maridun,Tokoh Masyarakat Baserah, Wawancara Langsung , 10 september 2021

5
Mukhtar, seorang Datuk di daerah Baserah,Wawancara langsung pada 18 September
2021
6
Syamsuri ,Tokoh Adat, Wawancara langsung pada, 11 Oktober 2021. Pukul 10.30 WIB
5

Dalam kehidupan seorang muslim, berinteraksi dengan Al-Qur’an adalah

sesuatu hal yang mestinya dilakukan, berinteraksi dengan Al-Qur’an ini haruslah

ditanamkan ke dalam hati seorang muslim. Adapun interaksi dengan al-Qur’an

seperti interaksi secara lisan (dibaca), dan dipahami isi kandungan al-Qur’an dan

interaksi dengan perbuatan (pengamalan). Dengan interaksi tersebut akan

melahirkan pemahaman terkait penghayatan tentang ayat Al-Qur’an dan

pengamalan isi al-Qur’an. Kegiatan dalam memahami dan menghayati isi Al-

Qur’an dapat berupa individual, komunitas tertentu, tentunya saling

memengaruhi satu sama lain, yang dapat menumbuhkan kesadaran bersama.

Pada kehidupan sehari-hari umat Islam menempuh dua cara untuk

berinteraksi dengan Al-Qur’an Petama, pendekatan yang dilakukan oleh

kelompok muslim dengan cara mengkaji dan menelaah teks dan mencari

pemahaman dari teks tersebut berbekal telaah teks. Kedua, berasal dari

kelompok masyarakat yang tidak memiliki basic bahasa Arab yang memadai

untuk memahami teks Al-Qur’an. Mereka lebih menonjolkan aspek mistis dan

irasional dalam memahami Al-Qur’an karena tidak memiliki cukup kapibalitas

memahami Al-Qu’an secara rasional.7

Seorang tokoh masyarakat Baserah sekaligus Ustadz, bapak Dedi

mengatakan “tidak ada dalil yang pasti mengenai tradisi Doa Padang ini,namun

jika dilihat dari tujuan dan hikmah di balik tradisi ini ada dua nilai yang

terkandung dalam Al-Qur’an yaitu sebagai bentuk mengharap berkah kepada

7
Afriadi Putra dan Muhammad Yasir,Kajian Al-Qu’an di Indonesia dari studi teks ke Living
Quran, (Majalah Ilmu pengetahuan dan Pemikiran Keagamaan Tajdid, UIN Suska Riau : Desember
2018) diakses tanggal 18 september
darihttps://scholar.archive.org/work/yayiuh4jszd23okxn74lizkpzy/access/wayback
6

sang maha pencipta dan sebagai bentuk mewujudkan rasa syukur kepada Allah

Subahanahu wa ta’ala. Jadi jika dilihat dalam al-Qur’an tradisi Doa Padang ini

dapat dikaitkan dalam QS Al-A’raf ayat 96 (tentang mengharap berkah) dan QS

Ibrahim ayat 7 (tentang kewajiban bersyukur). 8

‫َول َ ْو َأ َّن َأ ْه َل ٱلْ ُق َر ٰ ٓى َءا َمنُو ۟ا َوٱت َّ َق ْو ۟ا لَ َفتَ ْحنَا عَلَهْي ِ م بَ َر َكٰ ٍت ِ ّم َن ٱ َّلس َمٓا ِء َوٱَأْل ْر ِض َولَٰ ِكن َك َّذبُو ۟ا‬

َ ‫فََأخ َْذنَٰ هُم ِب َما اَك ن ُو ۟ا يَ ْك ِس ُب‬


‫ون‬

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami


akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya”. (Qs Al-A’raf ayat 96)

Ayat di atas dijadikan dalil pelaksanaan tradisi Doa Padang karena dalam

ayat tersebut secara jelas dinyatakan bahwa Allah yang melimpahkan berkah

dari langit dan bumi kepada hamba-Nya. Dan dikatakan pula jika penduduk

negeri-negeri beriman dan bertakwa maka Allah akan limpahkan berkah-Nya.

Maka tradisi Doa Padang merupakan bentuk usaha masyarakat untuk

meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah melalui doa-doa yang dipanjatkan

selama acara berlangsung untuk mengharap berkah yang melimpah dari Allah

Swt.

Pelaksanaan tradisi Doa Padang juga bisa dikaitkan dalam salah satu ayat

dalam Al-Qur’an yang berkaitan dengan kewajiban bersyukur kepada Allah Swt

contohnya QS Ibrahim ayat 7 :

‫َو ْذ تََأ َّذ َن َربُّمُك ْ لَنِئ ْ َش َك ْرمُت ْ َأَل ِزيدَ نَّمُك ْ ۖ َولَنِئ ْ َك َف ْرمُت ْ َّن عَ َذايِب لَشَ ِديد‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
8
Dedi Mulyadi, Tokoh Agama, Wawancara Langsung, 12 Oktober 2021, pukul 13.30 WIB
7

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika


kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". ( QS
Ibrahim ayat 7 )
Dalam tafsir Ibnu Katsir mengenai firman Allah di atas dijelaskan, Firman

Allah subahanahu wa ta’ala : Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhanmu

memaklumkan. Yakni mempermaklumkan dan memberitahu kepada kalian akan

janji-Nya kepada kalian. Dapat pula diartikan bahwa tatkala Tuhan kalian

bersumpah dengan menyebut keagungan, kebesaran, dan kemuliaan nama-Nya.

Ayat tersebut sama maknanya dengan firman-Nya : Dan (ingatlah) ketika

Tuhanmu memberitahukan bahwa sesungguhnya Dia akan mengirim

kepadamereka (orang-orang Yahudi) sampai hari kiamat ( Qs al-A’raf : 167)

Lalu firman Allah subahanahu wa ta’ala : Sesungguhnya jika kalian

bersyukur, pasti kami akan menambah nikmat kepada kalian. Sesungguhnya jika

kalian mensyukuri nikmat-Ku yang telah Kuberikan kepada kalian, pasti Aku

akan menambahkannya bagi kalian. ...dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku).

Maksudnya, jika kalian mengingkari nikmat-nikmat itu dan kalian

menyembunyikannya serta tidak mensyukurinya. maka sesungguhnya azab-ku

sangat pedih. Yaitu dengan mencabut nikmat-nikmat itu dari mereka, dan Allah

menyiksa mereka karena mengingkarinya.9

Dalam tafsir Al-Muyassar mengenai firman Allah di atas dijelaskan. “Musa

berkata kepada mereka, ”dan ingatlah ketika tuhan kalian memberitahukan

dengan pemberitahuan yang tegas, ’jika kalian beryukur kepadaNya atas nikmat-

nikmatNya, pastilah Dia akan memberikan tambahan karunia kepada kalian, dan

9
Abdullah bin Abdurrahman bin Ishaq Al-Sheikh, Tafsir Ibnu Katsir, Penerjemah M.Abdul
Ghoffar, (Bogor : Pustaka Imam Syafi’i , 2004), Jilid 4 hlm 523-524
8

jika kalian mengingkari nikmat-nikmat Allah, niscaya dia benar-benar akan

menyiksa kalian dengan siksaan yang pedih”.10

Intinya dalam QS Ibrahim ayat 7 di atas Allah SWT memerintahkan kepada

hambaNya untuk selalu mensyukuri nikmat yang telah diberikan kepada mereka,

dengan begitu Allah subahanahu wa ta’ala akan senantiasa menambah rezeki

mereka dan apabila mereka mengingkari nikmat tersebut dengan tidak mau

bersyukur kepada Allah (baik dengan tidak mau beribadah dan berdzikir kepada-

Nya atau dengan berbuat syirik kepada-Nya) maka bersiaplah akan azab Allah

yang pedih.

Selain ayat di atas bapak Dedi menambahkan “dilihat dari hikmah kedua

dari tradisi Doa Padang yaitu mempererat tali silatuirahmi ada satu ayat lagi

dalam al-Qur’an yang menjadi landasan dalam pelaksanaan Tradisi Doa Padang

ini, yaitu Qs al-Hujurat ayat 13:

ِ ‫يَٰ َٓأهُّي َا ٱلنَّ ُاس اَّن َخلَ ْقنَٰ مُك ِ ّمن َذ َك ٍر َوُأنىَث ٰ َو َج َعلْنَٰ مُك ْ ُش ُعواًب َوقَ َبٓاِئ َل ِل َت َع َارفُ ٓو ۟ا ۚ َّن َأ ْك َر َممُك ْ ِعندَ ٱهَّلل‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
ٌ‫َأتْ َق ٰىمُك ْ ۚ َّن ٱهَّلل َ عَ ِل ٌمي َخبِري‬
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
‫ِإ‬
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Dalam Tafsir As-Sa’di mengenai ayat di atas dijelaskan “Allah SWT

memberitahukan bahwa Dia menciptakan anak cucu Adam dari asal-usul dan

diri yang satu, semua keturunan Adam berasal dari lelaki dan perempuan yang

silsilah semuanya merujuk pada Adam dan Hawa. Allah SWT

mengembangbiakkan dari keduanya lelaki dan perempuan yang banyak, mereka

10
Al-Qarni Aidh, Tafsir Muyassar, Jakarta : Qisthi Press, 2007)
9

kemudian disebar dan dijadikan “berbangsa-bangsa dan bersuku-suku” yakni

suku-suku besar dan kecil. Yang demikian itu bertujuan agar mereka saling

mengenal satu sama lain, sebab andai masing-masing orang menyendiri, tentu

tidak akan tercapai tujuan saling mengenal satu sama lain yang bisa

menimbulkan saling tolong-menolong, bahu membahu, saling mewarisi satu

sama lain serta menunaikan hak-hak kerabat.11

Adanya manusia dijadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku bertujuan

agar berbagai hal positif tersebut bisa terwujud yang bergantung pada proses

saling mengenal satu sama lain serta pemaduan nasab. Namun ukuran kemuliaan

di antara mereka adalah takwa. Orang yang paling mulia di antara sesama

manusia adalah yang paling bertakwa kepada Allah SWT, paling banyak

melakukan ketaatan serta paling mampu mencegah diri dari kemaksiatan, bukan

yang paling banyak kerabat serta kaumnya, bukan yang keturunannya paling

terpandang (karena level sosial). Dan mengenai semua itu AllahSWTMaha

Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Dalam ayat di atas terdapat perintah untuk saling bersilaturahmi dan

menjalin hubungan yang baik antar sesama manusia, karena manusia diciptakan

oleh Allah bersuku-suku dan berbangsa-bangsa yang pastinya memiliki

perbedaan budaya dan cara pikir, serta dalam ayat ini Allah SWTmenjelaskan

bahwa bukan harta,jabatan, atau kedudukan yang membuat seorang manusia

11
Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di,”Tafsir al-Qur’an, terj Muhammad Iqbal dkk”, (Jakarta :
Darul Haq, 2014)
10

mulia di sisi Allah SWT, namun ketakwaan lah yang membuat seseorang mulia

disisi Allah SWT.

Dari uraian tentang nilai-nilai Al-Qur’an yang terdapat dalam tradisi Doa

Padang di atas, penulis tertarik untuk mengupas dan menganalisis tradisi Doa

Padang ini dari sudut pandang Living Qur’an. Living Qur’an adalah suatu

fenomena Qur’an dalam kehidupan sehari-hari, yang mengkaji tentang makna

dan fungsi real (sebenaranya) yang dipahami dan dialami oleh masyarakat

muslim12. Living Qur’an juga dapat dimaknai dengan gejala yang tampak dalam

masyarakat berupa pola-pola perilaku yang bersumber ataupun respon sebagai

pemaknaan terhadap nilai-nilai Qur’ani. Bentuk respon masyarakat terhadap teks

Al-Qur’an yaitu resepsi masyarakat terhadap teks Al-Qur’an tertentu dan hasil

penafsiran tertentu.13

Dalam hal ini, masyarakat Baserah mencoba untuk mengaitkan tradisi Doa

Padang yang merupakan tradisi turun temurun yang telah dilakukan sejak

dahulu, dengan salah satu ayat Al-Qur’an QS Al-A’raf ayat 96 dan QS Ibrahim

ayat 7 dengan mengedepankan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, hal itu

berarti secara tidak langsung masyarakat telah menghidupkan al-Qur’an dengan

mengadakan tradisi ini. Maka dari itu penulis ingin melihat dan menganilisis

fenomena Living Qur’an yang tejadi dalam tradisi Doa Padang, apakah

masyarakat dalam menjalankan tradisi ini sudah menerapkan nilai-nilai yang

terkandung dalam ayat tersebut dan bagaimana latar belakang pelaksanaan

tradisi Doa Padang sehingga bisa dikaitkan dalam kajian Living Qur’an.
12
M. Mansur, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, ( Yogyakarta: Teras, 2007),
h.5
13
Lukmanul Hakim, Metode Penelitian Tafsir, (Palembang: Noer Fikri, 2019) , h.22
11

Oleh karena itu penelitian ini diberi judul TRADISI DOA PADANG

MASYARAKAT KECAMATAN BASERAH, KABUPATEN KUANTAN

SINGINGI, PROVINSI RIAU PERSPEKTIF LIVING QUR’AN.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana pemaknaan masyarakat Baserah,

Kabupaten Kuantan Singingi terhadap hubungan Tradisi Doa Padang dilihat dari sisi Living

Qur’an

Adapun Rumusan Pertanyaan adalah:

1. Bagaimana Pemahaman masyarakat Baserah terhadap Tradisi Doa

Padang ?

2. Apa saja ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang dijadikan sebagai landasan oleh

masyarakat Baserah dalam pelaksanaan Tradisi Doa Padang ?

3. Apa saja nilai-nilai Al-Qur’an yang terdapat dalam pelaksanaan Tradisi

Doa Padang ?

4. Bagaimana masyarakat memahami kandungan ayat-ayat Al-Qur’an yang

dijadikan landasan pelaksanaan Tradisi Doa Padang ?

C. Tujuan dan Kegunaan penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui Pemahaman Masyarakat Baserah terkait Tradisi Doa

Padang

b. Untuk mengetahui ayat-ayat yang dijadikan landasan pelaksanaan Tradisi

Doa Padang oleh masyarakat Baserah

c. Untuk mengetahui nilai-nilai Al-Qur’an yang diterapkan dalam Tradisi

Doa Padang
12

d. Untuk mengetahui bagaimana masyarakat memahami isi kandungan ayat-

ayat Al-Qur’an yang dijadikan landasan pelaksanaan Tradisi Doa Padang

2. Kegunaan Penelitian

a. Secara Akademik

Secara akademik penelitian ini berguna sebagai sumber rujukan atau

penunjang dalam penelitian penulis. Serta menambah khazanah

pengetahuan mengenai Tradisi Doa Padang.

b. Secara pragmatis

Penulis ingin menyelesaikan pendidikan S1 di UIN Imam Bonjol Padang

dan mencapai gelar Sarjana Agama (S.Ag) di fakultas ushuluddin dan

studi agama.Serta penulis ingin memberikan gambaran bagaimana

masyarakat memaknai ajaran agamanya sendiri, terutama dalam aspek

menghidupkan ajaran Al-Qur’an (Living Qur’an)

D. Penjelasan Judul

1. Tradisi :Tradisi dalam kamus antropologi sama dengan adat istiadat yakni

kebiasaan yang bersifat magis religius dari kehidupan suatu penduduk asli

yang meliputi nilai-nilai budaya, norma-norma, hukum dan aturan-aturan

yang saling berkaitan, dan kemudian menjadi suatu sistem atau peraturan

yang sudah mantap serta mencakup segala konsepsi sistem budaya dari suatu

kebudayaan untuk mengatur tindakan atau perbuatan manusia dalam

kehidupan sosial14

14
Ariyono dan Aminuddin Sinegar, Kamus Antropologi(Jakarta: Akademika Pressindo,
1985), h.4
13

2. Doa Padang : Doa Padang adalah suatu tradisi atau ritual religius yang

dinilai ibadah oleh masyarakat Baserah dan dilakukan setiap sekali setahun

tepatnya saat ingin menanam padi atau setiap musim panen padi, yang

dilakukan sebagai wujud rasa syukur atas melimpahnya hasil panen padi pada

tahun itu, doa padang ini dilakukan dengan cara bersama-sama memanjatkan

doa-doa kepada Allah (biasanya dilakukan di tengah padang (sawah) yang

berisi puji-pujian kepada Allah sebagai wujud rasa syukur dan meminta

keselamatan agar hasil panen bagus dan melimpah saat itu, lalu diakhir acara

ditutup dengan acara makan bersama yang melibatkan seluruh masyarakat

yang hadir pada saat acara dilaksanakan.

3. Living Quran : secara umumadalah interaksi, asumsi, justifikasi, dan

perilaku masyarakat yang diperoleh dari ayat-ayat Al-Qur’an. Living Qur’an

adalah kajian atau penelitian ilmiah tentang berbagai peristiwa sosial terkait

dengan kehadiran Al-Qur’an di sebuah komunitas muslim tertentu15

Berdasarkan dengan penjelasan judul diatas penulis ingin menangkap

fenomena Living Qu’ran yang terjadi di Kecematan Baserah melalui tradisi Doa

Padang sebagai bentuk mengharap berkah dan rasa syukur masyarakat Baserah

kepada Allah SWT, yang dalam hal ini masyarakat Baserah mengkaitkan

pelaksanaan tradisi Doa Padang dengan ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang

membahas tentang mengharap berkah dan rasa syukur.

15
Didi Junaedi, Living Quran, Sebuah Pendekatan Baru Dalam Kajian Al-Quran, (Jurnal Al-
Qur’an dan Hadis : 2015) diakses 10 september 2021 dari http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/journal-
of-quran-and-hadith/article/view/2392
14

E. Tinjauan Pustaka

Tradisi Doa Padang merupakan tradisi yang cukup terkenal terkhusus

daerah Riau dan Jambi, setelah penulis menelusuri hasil riset maupun literatur

yang relevan dengan penelitian ini, memang tidak banyak yang dapat ditemukan

karena mungkin jarang yang membahas tentang tradisi doa padang ini namun

ada beberapa Literatur yang menurut penulis rasa cukup relevan dengan

penelitian Tradisi Doa Padang ini yaitu Sebagai Berikut:

1) S. Syafrizal dan D. Yulita jurnal yang berjudul Perubahan Tradisi Doa

Padang yang terjadi di Kecamatan Sentajo Raya, dalam jurnal ini S.

Syafrizal membahas tentang perubahan yang terjadi pada tradisi Doa

Padang di daerah Sentajo Raya dalam artikel yang ditulis beliau mengatakan

perubahan ini sudah terjadi sejak tahun 1930-1970 di mana masyarakat

mulai meninggalkan pengolahan secara tradisional16. Hubungan penelitian

ini dengan tempat penelitian penulis adalah kedekatan jarak antara

Kecamatan Sentajo Raya dengan Kecamatan Baserah tempat lokasi

penelitian penulis, karena kedekatan daerah tersebut menyebabkan

kesamaan budaya seperti doa padang.

2) Penelitian yang dilakukan oleh Bella Vista Aldogna yang meneliti tentang

kaitan antara Bahasa dan Budaya Jawa dengan Tradisi Wiwit Sawah di desa

Musuk Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen. Penelitian yang dilakukan

oleh Bella Vista Aldogna cukup relevan dengan penelitian karena didalam

Tradisi Wiwit Sawah juga terdapat Doa-Doa harapan agar hasil panen
16
Dona Yulita, Perubahan Tradisi Doa Padang di Kecamatan Sentajo Raya, (Jom Fisip
UIR : 2 Oktober 2015) diakses pada 17 Desember 2021 dari
https://www.neliti.com/publications/32593
15

melimpah, namun Fokus Kajiannya lebih kepada bagaimana makna kultural

hubungan bahasa dan budaya jawa terkait tradisi Wiwit Sawah di desa

Musuk Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen.17

3) Jurnal yang ditulis oleh Petra Yuhendri (2020) Fakultas Ushuluddin,UIN

SUSKA Riau, berjudul “Tradisi Doa Padang (Kajian Antropologis)” jurnal

ini dibuat untuk menggali lebih dalam tentang proses pelaksanaan tradisi

doa padang dan urgensi doa padang bagi masyarakat desa Jaya Kopah yang

terdapat di kabupaten Kuantan Singingi. Di dalam jurnalnya petra

membahas tentang sejarah/latar belakang doa padang,proses pelaksanaan

doa padang, serta urgensi doa padang bagi masyarakat desa Jaya Kopah.18

Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dipaparkan di atas

adalah penelitian ini berfokus kepada Living Qur’an yaitu melihat bagaimana

pengetahuan,pemahaman, dan pengamalan masyarakat Baserah terhadap dalil

yang dijadikan landasan pelaksanaan Doa Padang, sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh S.Syafrizal dan D.Yulita di atas berfokus kepada nilai fungsional

dan problematika terkait Tradisi Doa Padang yang terjadi di Sentajo Raya. Dan

penelitian yang dilakukan oleh Bella Vista di atas memiliki konsep yang sama

dengan penelitian yang penulis teliti yaitu sama-sama tradisi dengan tujuan

bersyukur atas hasil panen dari sawah, namun fokus kajiannya adalah bagaimana

makna kultural hubungan bahasa dan budaya jawa terkait tradisi Wiwit Sawah.

Terakhir penelitian yang dilakukan Petra Yuhendri sesuai judulnya petra melihat

17
Bella Vista Dalogna, Bahasa dan Budaya Jawa terkait dengan Tradisi Wiwit Sawah di desa
Musuk Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen (Surakarta FIB :2018) diakses pada 17 Desember
2021 dari https://digilib.uns.ac.id/dokumen/abstrak/59645
18
Petra Yuhendri, Tradisi Doa Padang di Kabupaten Kuantan Singingi,(Jurnal SAA UIN
Suska Riau : Desember 2020), diakses pada 17 Desember 2021
16

dan menganalisis tradisi doa padang dengan menjadikan kajian antropologi

sebagai metode penelitiannya.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian atau metode ilmiah adalah prosedur atau langkah-

langkah dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu. Jadi metode

penelitian adalah cara sistematis untuk menyusun ilmu pengetahuan19

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengambil penelitian berjenis kualitatif,

dengan pengambilan data berbasis lapangan (field research). Penelitian

kualitatif adalah serangkaian prosedur penelitian untuk memahami

pengalaman manusia dari perspektif pelaku. Dunia pengalaman per defenisi

adalah subyektif. Dalam penelitian kualitatif unsur subyektivitas pengalaman

diterima sebagai kenyataan yang sah dan bukannya ditolak.20 Dalam

penelitian kualitatif hasil penelitiannya bersifat analisis deskriptif. Penelitian

deskriptif adalah upaya mendeskripsikan, menganalisa, serta

menginterpretasikan kondisi-kondisi yang terjadi saat itu. 21

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Adapun lokasi pelaksanaan penelitian ini adalah bertempat di

KecamatanKuantan Hilir (Baserah), Kabupaten Kuantan Singingi, Riau.

Penelitian ini dimulai tanggal 30 Januari 2022.

19
Suryana, Metododologi Penelitian (Model Prakatis Kuantitatif dan Kualitatif, ( Buku Ajar
Perkuliaahan Universitas Pendidikan Indonesia : 2010)
20
Ikhwan, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, ( Pustaka IAIN Imam Bonjol Padang : 2016 ),
h.57
21
Subama, Dasar-Dasar Pendidikan Ilmiah, (Bandung : Pustaka Setia,2001) , h. 89
17

3. Sumber Data

Sumber Data dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi dua macam:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber

asli yang memuat informasi atau data yang dibutuhkan 22. Data primer pada

penelitian ini berjumlah 10 orang, di antaranya Niniak Mamak, Ustadz,

Pemuda, dan masyarakat umum.

b. Sumber Data Sekunder

Data sekunder merupakan tambahan yang digunakan untuk

melengkapi data primer. Data sekunder diperoleh dari pihak-pihak lain

yang tidak langsung, seperti dokumentasi, data lapangan, dan arsip yang

dianggap penting.23 Data sekunder dalam penelitian ini adalah data

dokumentasi, arsip-arsip yang terkait dengan tradisi doa padang, ditambah

dengan jurnal-jurnal atau buku-buku yang membahas tentang doa padang.

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data penulis menggunakan beberapa cara yaitu :

a. Observasi

Observasi adalah salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan

melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap

keadaan atau prilaku objek sasaran.24 Observasi dilakukan untuk melihat dan

mengamati secara langsung kegiatan doa padang seperti, proses musyawarah

22
Sugiyono, “Metode Penelitian Kualitatif dan R&D “, (Bandung : Alfha Beta, 2006), h.275

23
Ibid, h.276
24
Abdurrahman Fatoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyususnan Skripsi (Jakarta:
Rineka Cipta,2011), h.104.
18

sebelum pembacaan doa padang, proses pembacaan muqaddimah dari kepala

desa, dan proses pembacaan doa padang.

Adapun observasi yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah

melakukan pengamatan langsung ke lokasi penelitian serta ikut serta dan

memperhatikan pelaksanaan tradisi Doa Padang, dan memahami hal-hal yang

berkaitan dengan tradisi ini.

b. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab

lisan yang berlansung satu arah , artinya pertanyaan datang dari pihak yang

mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancara. Menurut

Hopkins, wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di

dalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain.25

Jenis wawancara yang penulis pakai dalam penelitian ini adalah

wawancara tidak terstuktur. Wawancara tidak terstuktur merupakan

wawancara yang dilakukan dengan cara pewawancara bebas mengajukan

pertanyaan apa saja, selama data yang dicari dapat dikumpulkan. 26 Adapun

prosedur pertanyaan yang penulis gunakan adalah pertanyaan tidak terstuktur.

Sesuai dengan penjelasan di atas pertanyaan yang akan diajukan kepada

responden dalam wawancara bersifat bebas dan tidak disusun secara

terperinci dan responden bebas memberikan jawaban yang akan penulis

ajukan selama penelitian. Penulis dan responden yang berhubungan langsung

dengan sumber data yaitu para tokoh masyarakat,niniak mamak, ustad-ustad

25
Sutrisno Hadi, Metodologi Reserch (Yogyakarta:Andi Ofset,Edisi Refisi,2002), h.157
26
Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : Alfa Beta, 2006), h.275
19

alim ulama, dan semua masyarakat yang mempunyai pengetahuan tentang

tradisi doa padang.

c. Dokumentasi

Dokumentasi dapat dimaknakan sebagai suatu kegiatan untuk memperoleh

data lapangan melalui media masa seperti foto,video, dan rekaman suara

berkaitan dengan kegiatan yang diteliti.27

Dokumentasi juga merupakan pendukung suksesnya penelitian ini,

dokumentasi diperoleh dengan mengumpulkan beberapa bukti-bukti dari

tradisi tersebut, seperti dokumen-dokumen lama yang berisikan naskah-

naskah, gambar dan lain sebagainya.

H. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis data

yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara

mengorganisir data ke dalam kategori, menjabarkan dalam unit-unit, menyusun

ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akandipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh penulis sendiri maupun orang lain.28

Dalam penelitian ini responden menjadi sumber informasi utama . Dalam

memilih responden penulis menggunakan teknik Snowball Sampling, yaitu

teknik dengan memilih responden berdasarkan informasi responden

sebelumnya.29Menurut Burhan Burgin Snowball Sampling adalah penentuan

27
Blasius Sandarsono, Dokumentasi Informasi dan Demokratisasi, (Jakarta : Komnas HAM,
2003), diakses pada 15 Februari 2022 dari http://jurnalbaca.pdii.lipi.go.id/baca/article/view/90/65
28
Sugiyono, “Metode Penelitian Kualitatif dan R&D”, (Bandung : Alfa Beta, 2006), h. 275.
29
Nugraha Setiawan, “Teknik Sampling”, Diklat Metodologi Penelitian Sosial, Parung
Bogor : 28 Mei 2005, h.3
20

subyek dengan mengikuti informasi yang berkembang dengan melibatkan pihak

yang dianggap perlu dan mengerti tentang objek penelitian.30

Dengan teknik ini penulis akan mencari beberapa orang yang benar-benar

memahami tentang informasi dan data-data terkait dengan doa padang,

kemudian melalui informasi yang didapatkan dari responden pertama, penulis

akan menentukan responden selanjutnya yang juga memahami tentang doa

padang berdasarkan rekomendasi dari responden pertama dan begitu seterusnya.

Jadi dalam penelitian penulis tidak memerlukan data populasi masyarakat yang

akan diwawancarai.

I. Sistematika Penulisan

Agar lebih memperjelas gambaran tentang sistematika penulisan dalam

skripsi ini, maka dari itu penulis mengemukakan sistematika penulisan sebagai

berikut

Bab I : Berisi pendahuluan yang mana di dalamnya terdapat latar belakang,

rumusan dan batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, defenisi

operasional, tinjauan pustaka/ studi pustaka, metode penelitian serta sistematika

penulisannya.

Bab II : Merupakan landasan teori yang meliputi penjelasan tentang Doa

(Pengertian Doa, Macam-Macam Doa, dan Tuntunan berdoa dalam Islam)

Kedua Berisi penjelasan tentang tradisi doa padang (Pengertian Tradisi Doa

Padang, Sejarah Tradisi Doa Padang, Dalil Tradisi Doa Padang dan

30
Burhan Burgin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakatta : PT Raja Grafindo Persada,
2007), h.144
21

penafsirannya), Ketiga berisi penjelesan tentangLiving Qur’an (Pengertian

Living Qur’an, Sejarah Living Qur’an, dan Hubungan Penelitian).

Bab III : Membahas tentang penjelasan tentang gambaran umum lokasi

penelitian ( Letak geografi Kec Baserah,Kabupaten Kuansing, Ragam Budaya

Masyarakat Baserah, Jumlah penduduk dan keadaan sosial ekonomi masyarakat

Baserah, dan kehidupan keagamaan masyarakat Baserah).

Bab IV : Hasil penelitian dari kajian Living Qur’an terhadap Tradisi Doa

Padang (Pengetahuan Masyarakat Baserah tentang Dalil Tradisi Doa Padang,

Pemahaman Masyarakat Baserah tentang Dalil Tradisi Doa Padang, Pengamalan

Masyarakat Baserah terhadap Dalil Tradisi Doa Padang).

Bab V : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kerangka Teoritis tentang Doa

1. Pengertian dan Hakikat Doa

Berdoa kepada Allah SWT merupakan kebutuhan setiap manusia, terutama

bagi umat Islam yang menjadikan doa sebagai jalan untuk seorang hamba

berkomunikasi dan meminta kepada tuhannya. Nabi SAW sangat

menganjurkan umatnya untuk senantiasa berdoa kepada Alah SWT untuk

menunujukan rasa ketergantungan kepada Allah Swt bahwasanya manusia

tidak akan mampu berbuat apa-apa melainkan atas kehendak Allah SWT.31

Secara terminologi doa berarti meminta, mengundang, merayu, memelas,

dan mengutarakan. Secara istilah doa ialah mendekatkan diri kepada Allah

SWT dengan segenap jiwa dan raga untuk mengutarakan suatu permohonan. 32

Dalam bahasa Arab kata doa berasal dari kata dasar‫ و‬-‫ع‬-‫د‬yang dapat diartikan

sebagai kecenderungan yang terjadi pada diri seorang manusia melalui suara

dan kata-kata. Dari kata ini terbentuklah kata jadian (masdar), yaitu ‫ دعوة‬-‫دعاء‬

yang memiliki beberapa macam arti, bisa diartikan sebagai doa dalam konteks

permohonan, mengundang, memanggil, menamakan, meminta,

mendatangkan dan lain sebagainya. Perubahan arti ini tergantung pada

penempatannya dalam suatu kalimat.33

31
Anas Habibi, Doa Mustajab Dalam Al-Qur’an ( Solo: Aqwam, 2010 ), h.10
32
Faerudun Odzemir, Allah Dihatiku Allah dikalbu , ( Jakarta: Zahira 2015 ), h.45
33
Harun Yahya, Memilih Alqur’an Sebagai Pembimbing Keutamaan Do’a dan Do’a para
Nabi dalam Alqur’an, ( Surabaya: Risalah Gusti, 2004 ), h. 116-120

22
23

Menurut al-Asqari doa adalah permohonan kepada Allah Swt, agar Dia

mendatangkan sesuatu yang bermanfaat dan menjauhkannya dari segala

bentuk kemudaratan. Pendapat lain sebagaimana dijelaskan Dr. Wahbah

Zuhaili dalam Tafsir al-Wajiz, bahwa doa secara istilah ialah : “ Minta

kemanfaatan dan menolak kemudharatan dan secara esensi ia termasuk

ibadah.34

Berdoa kepada Allah juga merupakan salah satu bentuk usaha seseorang

untuk berzikir dan mengingat Allah SWT. Menurut Abdul Halim Mahmud

dalam pengantar kitab ad-du’a al-Mustajab min al-Hadist wa al-Kitab

bahwa zikir dalam banyak kesempatan juga merupakan sebuah doa,

begitupula dengan doa dalam banyak kesempatan merupakan zikir. Zikir jika

dipandang sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah mengandung

makna doa. Sebaliknya, doa yang merupakan permohonan dan bentuk

ketundukan kepada Allah adalah zikir. Dengan demikian, tidak ada perbedaan

yang signifikan antara zikir dan doa.

Menurut Quraish Shihab doa merupakan bagian dari zikir.Doa merupakan

permohonan seorang hamba kepada Tuhannya. Zikir kendati dalam

redaksinya tidak terdapat permohonan di dalamnya, tetapi dengan zikir

menunjukan kerendahan hati, bentuk tunduk dan rasa butuh seorang hamba

kepada Allah SWT. Hal tersebut menjadikan doa sebagai bagian dari zikir

kepada Allah.35

34
Syukiardi Sambas dan Tata Sukayas, Quantum Doa : Membangun Keyakinan Agar Doa
Tak Terhijab dan Mudah Dikabulkan, ( Bandung: PT Mizan Publika ), h. 3

35
Khoirul Amru Harahap dan Reza Pahlevi Dalimunte, Dahsyatnya Doa dan Dzikir,
( Jakarta: QultumMedia, 2008 ) h. 34-35
24

Dalam Al-Qur’an tercantum sekitar 203 ayat yang meyebutkan kata doa

dengan beberapa makna, antara lain doa sebagai ibadah, memohon,

memanggil, memuji, dan lain sebagainya, dengan merujuk kepada Al-Qur’an

maka kata doa dapat bermakna sebagai berikut :

1. Doa yang bermakna ibadah terdapat dalam ( QS Yunus ayat 106 )

2. Doa yang bemakna permintaan atau permohonan terdapat dalam (QS Al-

Baqarah ayat 23 )

3. Doa yang bermakna sebagai percakapan terdapat dalam ( QS al-Mukmin

ayat 60 )

4. Doa yang bermakna istigosah/ memohon bantuan dan pertolongan (QS

al-Baqarah ayat 23)

5. Doa yang bermakna memanggil terdapat dalam ( QS Ibrahim ayat 10 )

6. Doa yang bermakna memuji terdapat dalam ( QS al-Isra’ ayat 110 )36

Dari beberapa makna doa menurut Al-Qur’an di atas dapat dipahami

bahwa kata doa memiliki berbagai makna dalam Al-Qur’an tergantung

penempatan kata doa tersebut dalam kalimat, namun substansi dari doa

sendiri tetap merupakan sebuah permohonan seorang hamba kepada Allah

SWT untuk memenuhi hajat dan keinginannya, baik keinginannya dalam

masalah hidup di dunia maupun keinginannya untuk kehidupan akhirat.

Adapun hakikat dari doa adalah sebagai senjata bagi seorang muslim

untuk menjalani kehidupan. Dengan kekuasaan Allah SWT apapun keinginan

dan hajat hamba-Nya selama dia berdoa dengan sungguh-sungguh dan

36
Awaludin Hakim, Doa Dalam Perspektif Alqur’an Kajian Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Al-
Azhar, Jurnal al-fath: 1 Januari 2017
25

khusyuk kepada Allah, maka Allah SWT akan kabulkan doa tersebut, hal ini

disampaikan Allah SWT dalam firman-Nya QS Al-Baqarah ayat 186:

ِ ِ
ٌ ‫س َألَ َك ع َب اد ي َع ِّن ي فَ ِإ ِّن ي قَ ِر‬
‫يب‬ َ ‫َو ِإ َذ ا‬

ُ ‫واب يلَ َع لَّ ُه ْم َي ْر‬ ِ ِ َ ‫اع ِإ َذ‬


ِ ‫الد‬
َ‫ش ُد ون‬ ِ ‫يو ْل ُي ْؤ ِم ُن‬ ُ ‫س تَ ِج‬
َ ‫يب وال‬ ْ ‫ َف ْل َي‬lۖ‫اد َع ان‬ َّ َ‫يب َد ْع َو ة‬ ِ lۖ
ُ ‫ُأج‬

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka


(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan
orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka
itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-
Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”

Doa dalam rangka ibadah kepada Allah Swt. Doa sebagai pekerjaan hati,

maksudnya ialah gerak dan energi seseorang dalam berdoa merupakan

interaksi transendental antara dilihat dari segi pelaksanaanya merupakan

pekerjaan hati, lisan, dan raga mhakluk dan kholikuntuk memperoleh sesuatu

yang bermanfaat dan terhindar dari sesuatu yang mudarat. Doa sebagai

pekerjaan lisan ialah berwujud ucapan bahasa yang isinya berupa

permohonan dari mhakluk kepada kholik untuk mencapai sesuatu yang

bermanfaat dan menghindari sesuatu yang memberi mudarat dalam rangka

beribadah kepada Allah SWT. Sementara itu doa dari sisi aktivitas hidup

yang berjalan dalam hukum kausalitas immaterial sesuai dengan apa yang

dilakukan qalbu dan lisan. Keterpaduan ketiga unsur tersebutlah merupakan

bentuk dari hakikat doa yang murni dan konsekuen.37

Adapun pembahasan tentang pengertian dan hakikat doa ini penulis

sajikan dalam bab ini dimaksudkan sebagai landasan teori untuk menunjang

penelitian yang penulis lakukan yaitu “Tradisi Doa Padang”


37
Syukiardi Sambas, op.cit., h. 4
26

2. Faedah dan Keutamaan Doa

Dalam Islam doa memiliki kedudukan yang sangat penting dan faedah

yang sangat banyak. Berkaitan dengan faidah doa ini, Imam Al-Ghazali

sebagaimana dikutip oleh Hasbi Ash-Shiddiqi berpendapat bahwa doa

meskipun tidak dapat menolak qadha Tuhan, namun bisa melahirkan sifat

khudu’ (dan rasa membutuhkan Allah SWT. Bila diperhatikan, tertolaknya

bencana dengan doa yang dipanjatkan hamba-Nya termasuk takdir Allah.

Tegas dan khusyuknya seseorang dalam berdoa menjadi salah satu sebab

tertolaknya bencana ( bagaikan perisai yang menangkis serangan ) .38

Dengan kata lain doa bisa diibaratkan sebagai senjata untuk menolak

berbagai bencana dan mafsadat ( akibat buruk dari suatu perbuatan )sekaligus

merupakan media untuk mendatangkan maslahat ( sesuatu yang

mendatangkan kebaikan). Sebab hanya Allah sajalah yang mampu menolak

berbagai macam bencana dan mendatangkan maslahat kepada hambaNya.

Secara terperinci Hasbi Ash-Shiddiq menyebutkan diantara faidah-faidah

doa adalah sebagai berikut :

1. Memperoleh naungan rahmat Allah SWT

2. Melindungi diri dari bencana

3. Dimudahkan oleh Allah dalam menjalani kehidupan

4. Menunaikan kewajiban untuk taat dan tunduk kepada Allah serta

menghindari maksiat

38
Ibid, h. 15
27

5. Memperoleh hasil yang pasti. Karena tiap-tiap doa yang dipanjatkan

oleh hamba-Nya pasti diijabah oleh Allah SWT, namun terkadang

permohonan tersebut dipenuhi dengan cepat terkadang dipenuhi di

akhir.39

Doa dan dzikir menempati posisi yang sangat vital dalam proses

penghambaan diri kepada Allah SWT. tujuan utama Allah menciptakan

manusia adalah hanya untuk beribadah dan mengabdi kepadaNya. Dan salah

satu bentuk ibadah dan pengabdian yang tinggi kedudukannya disisi Allah

adalah doa dan dzikir.

Doa merupakan washilah yang dapat digunakan oleh seorang hamba untuk

mengajukan permohonan, keinginan, dan harapan-harapannya kepada Allah.

Walaupun pada hakikatnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui isi

hati hamba-hambaNya, namun ini merupakan bentuk kepedulian dan wujud

kasih sayang Allah kepada hamba-hambaNya. Allah tidak membiarkan

manusia berada dalam kebimbangan dan kegelisahan ketika menghadapi

permasalahan hidupnya di dunia. Karena manusia butuh tempat bersandar dan

tempat mengadu untuk mengadukan nasibnya, maka dari itu doa merupakan

media yang disediakan oleh Allah untuk bercerita,memohon, dan berkeluh

kesah kepada-Nya.40

3. Adab-adab dalam Berdoa

39
Ibid, h.16

40
M. Khalilurrahman al-Mahfani, Keutamaan Doa dan Dzikir untuk Hidup Bahagia dan
Sejahtera, (Jakarta: PT.Wahyu Media) h. 34
28

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam berdoa kepada Allah Swt.

diantaranya adalah memulai doa dengan kalimat-kalimat thayyibah,

bersalawat kepada Rasulullah, membaca surat Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al-

Falaq, An-Nas, membaca tasbih, tahmid, takbir, dan lain sebagainya.

Menurut Imam al-Ghazalidikutip dari jurnal awaluddin hakim terdapat 8

macam adab berdoa, dengan beberapa tambahan penjelasan sebagai berikut:

1) Memilih waktu yang mulia, untuk berdoa seperti hari Arafah untuk

tahunan, bulan Ramadhan untuk bulanan, hari Jum’at untuk mingguan,

dan waktu sahur dari saat-saat malam.

2) Mengambil segala hal keadaan yang mulia yaitu adanya peristiwa

fenomena alam ataupun aktifitas manusia misal ketika turun hujan,

ketika bergeraknya barisan yang melaksanakan jihad fisabilillah,

ketika didirikan shalat-shalat fardu.

3) Menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangan

4) Merendahkan suara, antara benar-benar merendahkan dan

mengeraskan.

5) Merendahkan diri dengan khusyuk serta penuh rasa takut (kepada

Allah SWT).

6) Bersungguh-sungguh dalam berdoa dan mengulanginya sebanyak tiga

kali.

7) Doa dimulai dengan berżikir kepada Allah SWT.

8) Memperhatikan adab batin yang merupakan penyebab diterimanya,

doa oleh Allah SWT, yaitu: mengembalikan segala hak orang yang
29

teraniaya dan menghadapkan segenap jiwa raga dengan sepenuh hati

kepada Allah SWT.41

Menurut penulis berdoa merupakan media yang sangat ampuh yang bisa

digunakan oleh umat muslim untuk meminta kepada Allah SWT, setiap orang

berharap agar doa yang dipanjatkannya dikabulkan oleh Allah SWT. Oleh

karena itu mempehatikan adab dalam berdoa sangat berpengaruh dalam

terkabulnya doa seorang muslim.

4. Dalil Perintah Berdoa dalam Al-Qur’an

a. Firman Allah SWT dalam QS al-Baqarah ayat 186

ِ ‫اع ِإ َذا َد َع‬


ۖ ‫ان‬ َّ َ‫يب َد ْعوة‬
ِ ‫الد‬ ِ ٌ ‫ك ِعَب ِادي َعِّني فَِإ ِّني قَ ِر‬
َ ُ ‫يب ۖ ُأج‬ َ َ‫َوِإ َذا َسَأل‬
َّ ِ
َ ‫َفْلَي ْستَ ِج ُيبوا لي َوْليُْؤ ِمُنوا) بِي لَ َعلهُ ْم َي ْر ُش ُد‬
‫ون‬
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan
orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah
mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
Ayat tersebut menjelaskan bahwasanya Allah SWT sangat dekat

dengan hamba-Nya dan Allah memerintahkan hamba-Nya untuk selalu

memohon dan meminta kepada-Nya dengan cara memanjatkan doa dengan

tulus dan ikhlas. Dalam ayat di atas dikatakan pula bahwa Allah SWT

berjanji akan mengabulkan doa dan permohonan dengan syarat hamba-

Nya bersungguh-sungguh dengan penuh keimanan dan ketaqwaan dalam

memanjatkan doa dan permohonan tersebut dan senantiasa mengerjakan

apa yang diperintahkan oleh Allah SWT.

41
Awaluddin Hakim, op. cit, h.55-56
30

Mengenai ayat di atas Imam Ahmad dari Abu Musa Al-Asy’ari, ia

menceritakan, ketika kami bersama Rasulullah SAW dalam suatu

perperangan, kami tidak mendaki tanjakan, menaiki bukit dan, menuruni

lembah melainkan dengan mengumandangkan takbir. Kemudian beliau

mendekati kami dan bersabda: “ Wahai sekalian manusia, sayangilah diri

kalian, sesungguhnya kalian tidak berdoa kepada Dzat yang tuli dan jauh.

Tetapi kalian berdoa kepada Rabb Yang Maha Mendengar lagi Maha

Melihat. Sesungguhnya yang kalian seru itu lebih dekat kepada seseorang

di antara kalian daripada leher binatang tunggangannya.42

Dalam Tafsir Al-Munir dijelaskan bahwamakna ayat 186 : Apabila

hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang sebagian urusan yang

berkaitan dengan diri-Ku, yaitu perihal dekat atau jauhnya diri-Ku, maka

jawablah bahwa Aku dekat dengan mereka; yakni, Aku mengetahui

keadaan mereka, mendengar ucapan mereka, dan melihat perbuatan

mereka. Dan inilah yang dimaksud dengan "dekat" dalam ayat lain yang

senada: "...Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya." (Qaff

: 16) jadi, tidak ada penghalang antara Aku dan siapa pun, dan Aku

mengabulkan doa orang yang berdoa secara tulus kepada-Ku, tanpa

perantara, dan ia mengiringi doanya dengan amal saleh dengan ikhlas

karena Allah Ta'ala.

Pengabulan doa harus terpenuhi syaratnya, yaitu melaksanakan

perintah-perintah Allah: dengan iman yang benar taat, melaksanakan

42
Abdullah bin Abdurrahman bin Ishaq Al-Sheikh, Tafsir Ibnu Katsir, Penerjemah M.Abdul
Ghoffar, (Bogor : Pustaka Imam Syafi’i , 2004) Jilid 1 h. 352
31

ibadah-ibadah yang bermanfaat bagi hamba (seperti shalat, puasa, zakat,

haji, dan sebagainya); dan dengan begitu Allah mengganjar mereka atas

amal mereka dengan balasan yang paling baik. Apabila amal yang ikhlas

karena Allah beriringan dengan iman, ia menjadi ialan untuk mendapat

petunjuk kepada kebaikan yang meliputi dunia dan akhirat, karena jika

mereka memenuhi apa yang Allah serukan kepada mereka; niscaya Allah

pun mengabulkan apa yang mereka minta. lstijaabah di sini" artinya

penyerahan diri, dan iman artinya ketundukan hati.43

b. Firman Allah SWT dalam QS Al-A’raf ayat 55-56


ِ ‫اَأْلر‬ ِ ِ ِ ُّ ‫ض ُّر ًعا َو ُخ ْفَيةً ۚ ِإَّنهُ اَل ُي ِح‬
‫ض‬ ْ ‫ين َواَل تُ ْفس ُدوا في‬ َ ‫ب اْل ُم ْعتَد‬ َ َ‫ْاد ُعوا َرَّب ُك ْم ت‬
ٌ ‫ت اللَّ ِه قَ ِر‬
‫يب ِم َن اْل ُم ْح ِسنِين‬ َ ‫صاَل ِحهَا َو ْاد ُعوهُ َخ ْوفًا َو‬
َ ‫ط َم ًعا ۚ ِإ َّن َر ْح َم‬ ْ ‫َب ْع َد ِإ‬
Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah
amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.
Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan adab-adab dalam berdoa

kepada-Nya yaitu dengan berendah diri dan suara yang lembut, tidak

dengan meninggikan suara dan bersuara dengan keras, karena

sesungguhnya Allah SWT adalah Dzat Yang Maha mendengar dan Yang

Maha mengetahui isi hati hamba-hambaNya dan Allah tidak menyukai

orang-orang yang melampaui batas (yaitu orang-orang yang melanggar

aturan Allah). Dalam ayat selanjutnya Allah SWT melarang manusia

membuat kerusakan dimuka bumi ini karena memang pada dasarnya

manusia banyak membuat kerusakan di bumi, dan Allah mengajarkan


43
Wahbah az-zuhaili, Tafsir Al-Munir , Penerjemah Abdul Hayyie al-Kattani dkk, (Depok :
Gema Insani, 2013 ) Jilid I h. 396-397
32

kepada hamba-Nya agar berdoa dengan rasa takut (tidak akan diterima)

dan harapan (akan dikabulkan).

Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan mengenai ayat di atas bahwasanya

Allah SWT membimbing hamba-hambaNya supaya berdoa kepada-Nya,

yaitu doa untuk kebaikan mereka di dunia dan akhirat. Adapun maksud

dari firman Allah “Berdoala kepada Rabbmu dengan rendah diri dan

suara yang lembut” maksudnya dengan merendahkan diri dan penuh

ketenangan, serta suara yang lembut. Ibnu Juraijj berkata : “Mengangkat

suara, berseru dengan suara keras, dan berteriak dalam doa adalah

mhakruh hukumnya. Dan diperintahkan untuk berendah diri dan tenang.44

c. Firman Allah Swt dalam QS Al-Mu’min ayat 60


‫ادتِي‬
َ ‫ون َع ْن ِعَب‬ َِّ ْ ‫َأستَ ِج‬
َ ‫ين َي ْستَ ْكبِ ُر‬
َ ‫ب لَ ُك ْم ۚ ِإ َّن الذ‬ ْ ‫ال َرُّب ُك ُم ْاد ُعونِي‬
َ َ‫َوق‬
ِ
َ ‫ون َجهََّن َم َداخ ِر‬
‫ين‬ َ ُ‫َسَي ْد ُخل‬
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang
menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam
dalam keadaan hina dina".
Ayat di atas menjelaskan bahwa betapa pentingnya doa bagi kehidupan

seorang muslim, sehingga jika dilihat dari sisi hukum berdoa kepada Allah

merupakan kewajiban bagi seorang muslim, karena berdoa menunjukan

kepatuhan, ketundukan, serta kerendahan hati kepada Allah SWT. dengan

doa Allah membuktikan kekuasaan-Nya kepada hamba-hambaNya dengan

mengabulkan doa mereka, meskipun hal tersebut ( yang diminta oleh

hamba-Nya ) mustahil untuk dikabulkan.

44
Abdullah bin Abdurrahman bin Ishaq Al-Sheikh, op. cit. Jilid III, h. 393-394
33

Dalam Tafsir Ibnu Katsir mengenai ayat di atas dijelaskan bahwa ayat

ini merupakan karunia Allah SWT yang telah menganjurkan hamba-Nya

untuk berdoa kepada hamba-Nya, serta jaminan bagi mereka akan

mengabulkannya. Imam al-Hafizah Abu Ya’la Ahmad bin Ali bin al-

Mustanna al-Muhsili dalam Musnadnya meriwayakan dari Anas bin Malik

ra, dari Nabi SAW tentang apa yang diriwayatkan dari Rabb-Nya yang

berfirman :

“Empat perkara ; satu di antranya untuk-Ku, satu untukmu, satu antara


Aku dan engkau, serta satu antara engkau dan hamba-Ku. Adapun untuk-
Ku adalah; engkau beribadah kepada-Ku dan tidak menyekutukan-Ku
dengan sesuatu apa pun. Untukmu adalah bahwa apa yang engkau
kerjakan, akan Aku balas (untukmu). Apa yang ada antara Aku dan
engkau adalah, darimu do’a dan bagi-Ku pekenannya. Sedangkan apa yang
ada antara engkau dan hamba-Ku adalah engkau ridho kepada mereka apa
yang engkau ridhoi untuk dirimu sendiri.”45
Dalam Tafsir Al-Munir mengenai ayat di atas dijelaskan bahwa Allah

SWTmengabarkan bahwa jika hamba-Nya berdoadan beribadah kepada

Allah dengan benar;Allah SWT akan mengabulkan doanya, karenadoa

adalah intisari ibadah. Doa adalah ibadah,ia adalah permintaan atau

permohonan agardiberikan kebaikan dan dijauhkan dari bahaya. Doa

kepada selain Allah tidak memberikan manfaat apa pun, karena ZatYang

kuasauntuk mengabulkan doa hanya Allah SWTdan Dia-lah yang

memerintahkan hamba-Nyauntuk berdoa kepada-Nya serta

memberikanjanji terkabulnya doa, karena janji Allah pastiditepati.

Sedangkan mereka yang menyombongkan diri dan angkuh tidak mau

berdoadan menyembah Allah semata, mereka dimasukkan ke Jahannam

dengan kondisi rendahdan hina.


45
Ibid, Jilid VI h. 179-180
34

Ayat ini mengandung perintah ibadah dengan berdoa dan menjamin

bahwa doa akandikabulkan dengan keagungan dan karunia Allah SWT,

karena ini adalah janji. Begitujuga, ayat ini mengancam mereka yang

menyombongkan diri karena enggan berdoa kepada Allah, karena Allah

SWT adalah Tuhanyang Maha Pemurah dengan mengabulkanpermohonan

orang yang berdoa ketika ia meminta kepada-Nya. Dan, Allah akan murka

terhadap orang yang tidak meminta karuniaNyayang agung dan

kekuasaan-Nya yang luas darisegala kebutuhan, baik dunia, maupun

akhirat.46

B. Tradisi Doa Padang

1. Pengertian Tradisi Doa Padang

Sebelum membahas tentang pengertian Doa Padang penulis akan

membahas tentang pengertian tradisi terlebih dahulu. Secara bahasa, tradisi

berasal dari bahasa latin (tradition) yang artinya kebiasaan. Tradisi erat

kaitannya dengan budaya (culture) atau adat istiadat.

Tradisi atau kebisaaan, dalam pengertian sederhana adalah sesuatu yang

telah dilakukan sejak dulu dan menjadi bagian dari kehidupan suatu

kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau

agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi ialah adanya

informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun

lisan, karena tanpa adanya hal tersebut, suatu tradisi bisa saja punah.47

46
Wahbah az-zuhaili, op. cit., Jilid h.367
47
Kuncoroningrat, Sejarah Kebudayaan Indonesia, Yogyakarta: Jambatan, 1954, h. 103
35

Dalam Kamus Besar BahasiaIndonesia (KBBI)tradisi diartikan sebagai

adat kebisaaan turun-temurun yang masih dijalankan dan dilestarikan dalam

kehidupan masyarakat.48 Pengertian lain dari tradisi ialah merupakan seni

rakyat yang berfungsi untuk upacara keagamaan, kesukuan serta fungsi lokal

ritual lainya yang amat berlekatan dengan adat etnik religiositas rakyat

setempat49

Selanjutnya pengertian Doa Padang, dalam mendefenisikan Doa Padang

ini penulis mengambil dari perspektif masyarakat Baserah, yaitu menurut pak

Maridun Doa Padang merupakan ritual keagamaan yang dilakukan oleh

masyarkat Baserah dalam bentuk doa yang dilaksanakan di tengah sawah atau

kebun sebagai wujud rasa syukur dan mengharap keberkahan dan

keselamatan padi dan diadakan sekali dalam setahun. 50

Jadi sesuai penjelasan di atas Tradisi Doa Padang berarti, suatu kebiasaan,

adat istiadat, dan warisan turun temurun yang diwariskan oleh nenek moyang

berupa ritual keagamaan yang diadakan oleh masyarakat Baserah dalam

bentuk doa yang diadakan di tengah sawah atau kebun dalam rangka

mengharap berkah dan keselamatan tanaman padi juga sebagai wujud rasa

syukur dan diadakan sekali dalam satu tahun.

Tradisi Doa Padang sendiri merupakan tradisi yang wajib dilaksanakan

oleh masyarakat Baserah setiap tahunnya, bahkan jika ada satu desa di

Baserah yang tidak melaksanakan tradisi ini, bisa dikenai sanksi. Tradisi ini

48
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia
Utama, 2008, edisi ke empat, hlm. 1483
49
Mudji Sutrisno, Ranah-Ranah Kebudayaan, Yogyakarta: Kanisius, 2009, h.110
50
Maridun, Tokoh Masyarakat, Wawancara Langsung pada, 10 Septmber 2021,
36

juga merupakan ajang bagi masyarakat untuk mempererat tali silaturahmi,

karena dalam tradisi ini masyarakat akan bergotong-royong untuk

menyiapkan segala hal yang diperlukan demi lancarnya pelaksanaan Doa

Padang ini.

2. Sejarah dan Latar Belakang Tradisi Doa Padang

Mengenai sejarah dan latar belakang pelaksanaan tradisi Doa Padang tidak

diketahui secara pasti kapan dimulainya tradisi ini. Bapak Syamsuri

mengatakan bahwa tradisi Doa Padang ini sudah dilakukan sejak zaman

saisuak ( zaman dulu ) masa nenek moyang / orang-orang tua dahulu karena

orang-orang tua dahulu banyak berprofesi sebagai petani yang menuntut

pelaksanakan tradisi tersebut.51

Sejak dahulu bertani atau bercocok tanam sudah menjadi mata pencaharian

pokok masyarakat Baserah. Pada umumnya pekerjaan sebagai petani

merupakan salah satu pekerjaan yang mulia dan sangat bermanfaat bagi

masyarakat, karena dari mereka bahan pokok yang menjadi penunjang

kehidupan manusia dihasilkan. Oleh karena itu sebagai bentuk apresiasi

masyarakat untuk menghargai jasa petani ini, maka diadakanlah syukuran

yang dijadikan tradisi hingga turun temurun.

Pelaksanaan Doa Padang ini juga merupakan bentuk usaha masyarakat

Baserah dalam menghambakan diri kepada Yang Maha Kuasa, karena Dialah

yang menurunkan rezeki kepada manusia,baik rezeki yang berasal dari langit

maupun dari tanah. Dia yang menurunkan hujan dan menumbuhkan tanam-

51
Syamsuri ,niniak mamak daerah Baserah, Wawancara langsung pada, 11 Oktober 2021
37

tanaman agar umat manusia bisa hidup sejahtera di dunia ini. Dengan

demikian pelaksanaan Doa Padang ini semata-mata adalah permohonan

kepada Allah SWT agar diberi keberkahan dalam rezeki, diberi keselamatan

dan dihindari dari musibah yang melanda.

Adapun penamaan tradisi Doa Padang karena kegiatannya dilakukan di

tanah lapang atau lahan yang luas yang terletak di tengah sawah masyarakat

Baserah. Masyarakat beranggapan bahwa doa yang diadakan ditengah sawah

memiliki kemujuran terlebih tujuan dari doa tersebut untuk mendoakan agar

hasil panen pada tahun itu melimpah dan terhindar dari segala bencana. Oleh

karena itu tradisi ini dinamakan Doa Padang karena pelaksanaannya

dilakukan di Padang ( lahan yang luas ).

Pak Dedi seorang ustad dan tokoh masyarakat Baserah mengatakan jika

dilihat dari sisi sejarah tradisi Doa Padang ini sudah mengalami beberapa

perubahan dari zaman dulu sampai saat ini. Perubahan yang terlihat jelas

dapat dilihat dari segi pelaksanaan tradisi tersebut. Adapun perubahan-

perubahan yang terjadi pada tradisi Doa Padang dari zaman dulu sampai

sekarang diantaranya ialah :

1. Dahulu Doa Padang hanya boleh dilakukan di tengah padang

( lapangan luas ). Sekarang boleh dilakukan di balai adat atau Kantor

Kepala Desa.

2. Dahulu pelaksanaan tradisi Doa Padang sangat meriah dan dihadiri

oleh seluruh masyarakat desa.Sekarang kurang meriah dan hanya

sebagian masyarakat yang hadir


38

3. Zaman dulu tradisi Doa Padang ini dijadikan momen untuk mencari

jodoh bagi yang ingin mencari pasangan hidupnya. Sekarang momen

pencarian jodoh tersebut sudah dihilangkan

4. Zaman dulu tradisi Doa Padang diawali dengan kegiatan manyima

( yaitu dengan menebarkan darah dari kepala kerbau atau kambing ke

lahan yang akan ditanami, dengan tujuan agar lahan tersebut subur

dan selamat dari penyakit ). Sekarang masih diawali dengan kegiatan

manyima namun dengan cara yang berbeda ( yaitu dengan

menggantung gayang-gayang52 7 rupa di lahan tempat Doa Padang

berlangsung )

5. Zaman dulu tradisi Doa Padang tidak disertai oleh acara hiburan

tambahan seperti randai dan semacamnya. Sekarang tradisi Doa

Padang sudah disertai acara hiburan.53

3. Proses Pelaksanaan Tradisi Doa Padang

Sudah menjadi kebiasaan umum yang terjadi di tengah masyarakat, setiap

tradisi dan budaya yang dilakukan masyarakat pasti memiliki proses dalam

pelaksanaannya. Prosesi dalam pelaksanaan tradisi dibutuhkan agar tradisi

tersebut berjalan secara sistematis dan tertata rapi. Dan tradisi yang berjalan

dengan sistematis biasanya akan menambah nilai sakral dari tradisi tersebut.

52
Semacam persembahan atau sesajian yang terbuat dari daun pandan yang dirangkai yang
diisi dengan bahan-bahan makanan pokok seperti beras,nasi ketan, daging kambing dan lain-lain
53
Dedi, Ustadz dan tokoh masyarakat Baserah, Wawancara Langsung, 12 Oktober 2021
39

Mengenai tradisi Doa Padang secara umum sudah dijelaskan pada bab

pendahuluan, yaitu ritual keagaamaan yang dilaksanakan pada saat akan

menanam padi atau setiap musim panen padi. Dalam hal ini perlu diperjelas

bahwa pelaksanaan Doa Padang yang dilakukan oleh masyarakat Baserah

lebih sering diadakan sebelum menanam padi / saat akan turun ke sawah.

Pak Syamsuri mengatakan Doa Padang ini diibaratkan seperti niat dalam

beribadah. Jadi doa padang dijadikan sebagai ritual pembuka bagi orang-

orang yang ingin menanam padi, dan biasanya Doa Padang yang

dilaksanakan sebelum masa panen sifatnya formal dan akan dihadiri oleh

kepala desa,perjabat-pejabat,tokoh masyarakat,dan lain-lain.54 Adapun Doa

Padang yang dilaksanakan pada masa panen padi biasanya dilaksanakan oleh

sebagian petani yang sifatnya pribadi dan tidak formal, dan umumnya tidak

dilaksanakan secara bersama-sama.

Adapun proses pelaksanaan tradisi Doa Padang ini dibagi menjadi tiga

tahapan yaitu : tahap persiapan, tahap pra pelaksanaan dan tahap pelaksanaan

tradisi doa padang, masing-masing dari tahapan tersebut dibagi lagi menjadi

beberapa acara sebagai berikut :

1) Tahap persiapan Doa Padang

Dalam tahap persiapan ini yang dilakukan oleh masayarakat Baserah

adalah musyawarah atau rapat untuk menyepekati kapan,dimana,dan apa

saja yang disiapkan untuk pelaksanaan tradisi Doa Padang, musyawarah

ini biasanya dihadiri oleh para tetua suku, perangkat desa, dan niniak
54
Syamsuri ,niniak mamak daerah Baserah, Wawancara langsung pada, 11 Oktober 2021
40

mamak tidak jarang juga rapat dihaidiri oleh tokoh agama atau para alim

ulama, mengingat tradisi Doa Padang ini erat kaitannya dengan agama dan

untuk menjaga agar pelaksanaan tradisi tersebut tidak jauh melenceng dari

apa yang telah disyariatkan agama.

Rapat persiapan tradisi Doa Padang ini biasanya dilaksanakan oleh

masyarakat di balai desa, atau terkadang diadakan juga di masjid atau

mushola terdekat. Rapat ini diadakan agar prosesi Doa Padang nantinya

berjalan dengan baik dan lebih terarah. Adapun hal-hal yang dibahas

dalam rapat tersebut antara lain adalah sebagai berikut :

a. Memutuskan waktu yang pas untuk pelaksanaan tradisi Doa Padang.

Sebelum menentukan waktu yang pas untuk pelaksanaan tradisi Doa

Padang ini biasanya perangkat desa akan melakukan survei terlebih

dahulu ke sawah-sawah atau ladang-ladang yang akan mulai menanam

padi, untuk memastikan tidak ada yang mulai menanam sebelum

dilaksanakan tradisi ini.

Karena sebagaimana telah disebutkan di atas Doa Padang ini

diibaratakan sebagai niat bagi masyarakat Baserah, jika ada salah satu

orang yang sudah mulai menanam padi sebelum dilaksanakan tradisi ini

maka ia akan dikenai sanksi berupa memberi makan beberapa orang

miskin.

b. Memutuskan tempat pelaksanakan tradisi Doa Padang

Pelaksanaan tradisi Doa Padang yang dilakukan oleh masyarakat

Baserah biasanya dilaksanakan di lapangan yang luas. Dalam hal ini


41

biasanya masyarakat mengadakannya di tengah sawah atau ladang.

Sesuai dengan namanya yaitu Doa Padang, Padang disini berarti lahan

yang luas. Jadi pelaksanaan tradisi Doa Padang biasanya dilaksanakan

di tengah sawah.

Hal ini perlu dibahas dalam rapat persiapan untuk menentukan di

sawah yang mana dari banyak sawah yang ada di desa akan diadakan

Doa Padang ini. Diadakan di tengah sawah juga bertujuan agar bisa

menampung masyarakat yang hadir pada saat pelaksanaan tradisi ini,

karena biasanya masyarakat akan berbondong-bondong untuk ikut

meramaikan dan berpartisipasi dalam tradisi Doa Padang ini.

Selain itu menurut Makmur salah satu tokoh adat di Baserah

mengatakan terdapat filosofi tersendiri kenapa doa padang ini diadakan

di lapangan yang luas seperti sawah atau lahan, yaitu pada hakikatnya

sawah melambangkan kehidupan masyarakat yang bergantung pada

alam, Allah Swt menurunkan rezeki dari langit berupa hujan dan dari

bumi berupa tumbuh-tumbuhan. Salah satu tujuan Doa Padang adalah

untuk meminta berkah dan keselamatan tanaman padi dari Allah Swt.

Karena itu dilaksanakan Doa Padang ini di sawah agar lebih besar

peluang tercapainya tujuan tersebut.55

c. Membentuk panitia pelaksanaan tradisi Doa Padang

Panitia dalam pelaksanaan tadisi Doa Padang ini dibentuk untuk

mengatur jalannya kegiatan Doa Padang. Selain itu panitia dibentuk

55
Makmur, Tokoh Adat, Wawancara Langsung, 30 Maret 2022
42

untuk menyiapkan segala hal yang diperlukan untuk pelaksanaan tradisi

Doa Padang, seperti sapi, gayang-gayang, iuran, dan lain sebagainya.

d. Memutuskan jumlah iuran

Iuran yang dikumpulkan dalam pelaksanaan tradisi Doa Padang ini

biasanya dijadikan untuk membeli sapi atau kambing yang akan

dikurbankan dalam prosesi tradisi Doa Padang. Iuran dikumpulkan dari

seluruh masyarakat desa. Jumlah iuran yang ditentukan nantinya sesuai

kesepakatan dalam rapat.

Adapun masyarakat wajib menyumbang untuk pelaksanaan Doa

Padang ini baik dia ikut ataupun tidak ikut dalam acara nantinya, karena

masyarakat Baserah sangat menjunjung tinggi kekompakan dan

kebersamaan dalam hidup bermasyarakat, jika ada yang tidak mau

memberikan iuran Doa padang ini maka orang tersebut cenderung akan

dijauhi dan kurang diperhatikan dalam kehidupan sosial.56

2) Tahap sebelum pelaksanaan tradisi Doa Padang

Ada beberapa hal yang dilakukan oleh masyarakat Baserah sebelum

masuk ke acara inti Doa Padang. namun pada hakikatnya tahap ini sudah

termasuk bagian dalam prosesi Doa Padang. Adapun kegiatan yang

dilakukan selama tahap ini adalah sebagai berikut

a. Menyembelih seekor sapi atau dua ekor kambing

Hewan yang disembelih dalam tradisi Doa Padang ini ada dua

pilihan yaitu boleh satu ekor sapi atau dua ekor kambing. Pemilihan

56
Syamsuri ,niniak mamak daerah Baserah, Wawancara langsung pada, 11 Oktober 2021
43

hewan yang akan disembelih ini tergantung pada jumlah iuran yang

didapatkan dan juga bergantung pada kesepakatan masyarakat.

Penyembelihan ini juga bermakna sebagai tanda rasa syukur

masyarakat Baserah kepada sang maha pencipta, juga sebagai bentuk

solidaritas dan memperkuat ukhuwah Islamiyah antar masyarakat,

karena daging hasil sembelihan akan dimasak langsung oleh masyarakat

lalu masyarakat yang hadir di lokasi pelaksanaan tradisi Doa Padang

akan mengadakan makan bersama.

Adapun doa yang dibaca ketika penyembelihan dalam prosesi Doa

Padang adalah doa yang biasa dilafazkan ketika menyembelih pada

umumnya. Marlin seorang datuak sekaligus tokoh agama di Baserah

mengatakan tidak ada doa khusus yang dibaca ketika menyembelih sapi

atau kambing dalam tradisi Doa Padang, sebagaimana ajaran dalam

Islam ketika menyembelih cukup dengan mengucapkan basmallah.

Namun yang harus diperhatikan adalah niat orang yang menyembelih

harus sesuai dengan tujuannya yaitu sebagai wujud rasa syukur dalam

pelaksanaan tradisi Doa Padang57

b. Menyiapkan gayang-gayang

Gayang-gayang adalah semacam sesajian yang disiapkan oleh

masyarakat Baserah yang terdiri dari : Puluik, hati kambing/kerbau,

darah kambing/kerbau, talua ayam, nasi limeh, rokok, lilin (yang

terbuat dari madu lebah) yang disusun di atas anyaman yang terbuat

57
Marlin, Tokoh Agama, Wawancara langsung, pada 26 maret 2022, pukul 16.30 WIB
44

dari daun kelapa. Tujuh jenis bahan yang disebutkan diatas dikenal juga

oleh masyarakat baserah dengan nama nasi tujuah banso.

Dinamakan gayang-gayang diambil dari bahasa kampung yang

berarti melayang-layang atau menggantung, nama gayang-gayang

diambil karenasesajian ini diletakan dengan menggantung di atas dahan

pohon yang ditanamkan di tanah. Penempatan gayang-gayang dengan

menggantung ini memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Baserah

yaitu sebagai gambaran bahwasanya manusia harus senantiasa

menggantungkan harapan hanya kepada Allah Swt serta menjauhkan

diri dari perbuatan syirik.

c. Memasak daging hasil sembelihan di lokasi pelaksanaan Doa Padang

Tradisi Doa Padang bagi masyarakat Baserah merupakan tradisi yang

penting dan cukup eksis di tengah-tengah masyarakat Baserah, baik dari

kalangan bapak-bapak, ibu-ibu, pemuda-pemudi, anak-anak, ninak

mamak, ustad/alim ulama dan lain sebagainya. Masing-masing dari

mereka punya peran tersendiri dalam pelaksanaan Doa Padang

Dalam hal memasak daging hasil penyembelihan hewan (sapi atau

kambing) ini sudah menjadi tugas bagi para ibu-ibu untuk

melaksanakannya. Hal ini juga bisa memperkuat ikatan persaudaraan

antar masyarakat Baserah.

3) Tahap pelaksanaan tradisi Doa Padang

Dalam tahap pelaksanaan ini terdapat acara-acara inti dari tradisi Doa

Padang, yang menjadi ciri khas tradisi Doa Padang dan membedakan dari
45

tradisi-tradisi keagamaan lainnya. Adapun kegiatan yang dilakukan pada

tahap ini adalah sebagai berikut :

a. Manyima

Manyima adalah suatu kata yang diambil dari bahasa kampung dari

kata Sima yang berarti sebar yang diberi imbuhan me-, jadi manyima

dalam bahasa Indonesiaberati menebar yaitu suatu kegiatan berupa

ritual yang dilakukan oleh orang-orang khusus (ninak mamak, dukun,

tokoh adat) dengan cara menebarkan sejenis tepung tawar sambil

membaca mantra khusus di depan gayang-gayangdan di sekeliling

sawah yang bertujuan untuk mengusir gangguan-gangguan dari

penunggu lahan atau sawah.

Masyarakat Baserah percaya bahwa tempat-tempat terbuka seperti

lahan atau sawah terlebih apabila lahan tersebut berada di tengah hutan

pasti memiliki penunggunya, penunggu yang dimaksud disini adalah

makhluk halus seperti jin dan sejenisnya.

Pak Makmur seorang tokoh adat menatakan

“Manyima ko dibuek rek urang untuak manghalau sagalo hal yang


bughuak rek panunggu. Masyarakaik Bashoga ko picayo na baso
dengan manyima ko lah bisa melindungi urang yang kojo di kobun
rak atau macom petani lah, jadi maraso aman lh hondaknyo para
petani disiko” .58
Dari wawancara di atas dapat dipahami bahwa prosesi manyima

dilakukan untuk menghalau gangguan-gangguan dari makhluk halus

tersebut. Masyarakat Baserah juga percaya bahwa hal ini dilakukan

58
Makmur, Tokoh Adat, Wawancara Langsung, 30 Maret 2022
46

untuk melindungi para petani dari segala musibah dan hal-hal yang

tidak diinginkan selama petani bekerja di sawah

b. Kata sambutan dari kepala desa untuk membuka acara Doa Padang

Salah satu adab yang selalu dijunjung tinggi oleh masyarakat

Baserah adalah menghormati pemimpin dan orang yang lebih

didahulukan selangkah. Oleh karena itu disetiap acara baik berupa

tradisi maupun acara formal pasti didahului oleh kata-kata sambutan

atau pembuka dari pemimpin tersebut.

Sama halnya dengan tradisi Doa Padang dimana sebelum doa

dimulai akan dibuka oleh kata-kata sambutan dari kepala desa yang

berisi tentang motivasi kepada masyarakat untuk selalu melestarikan

budaya lokal dan memperkuat rasa solidaritas dan hubungan

silaturahmi antar masyarakat, setelah kepala desa selesai

menyampaikan kata sambutan barulah dilanjutkan dengan kegiatan

berikutnya.

c. Ceramah singkat dari Ustad

Setelah kepala desa menyampaikan kata-kata sambutan, maka

dilanjutkan dengan ceramah singkat dari ustad, biasanya isi ceramah

berkaitan dengan nilai-nilai dan hikmah dari Doa Padang. Ustad akan

menyampaikan tentang kewajiban bersyukur kepada Allah dan meminta

keselamatan dan berkah kepada-Nya.

Dalam ceramahnya ustad akan menyampaikan beberapa dalil

tentang rasa syukur salah satunya QS Ibrahim ayat 7 yang artinya “Dan
47

(ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika

kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan

jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku

sangat pedih”.

Ayat di atas sering dibaca oleh ustad ketika menyampaikan

ceramah dalam tradisi Doa Padang, karena ayat ini jika dilihat dari

maknanya cocok dengan salah satu hikmah yang terkandung dibalik

pelaksanaan tradisi Doa Padang yaitu sebagai wujud syukur kepada

Allah Swt.

d. Makan bersama

Setelah ustad selesai menyampaikan ceramahnya acara dilanjutkan

dengan makan bersama, adapun makanan yang disajikan selain dari

daging yang dimasak sebelumnya, masyarakat terutama ibu-ibu juga

akan membawa makanan dari rumah masing-masing untuk melengkapi

dan menambah variasi makanan yang akan disajikan.

Sebelum makan bersama ada sedikit kata-kata seperti petatah-

petitih yang biasanya diucapkan oleh tokoh adat atau orang yang

mengerti tambo minangkabau untuk membuka acara makan bersama,

dan yang akan dipersilahkan telebih dahulu untuk mencicipi makanan

adalah kepala desa dan ustad setelah itu makan bersama dimulai.

d. Pembacaan doa bersama-sama yang dipimpin oleh ustad

Doa yang dipanjatkan berisi tentang permohonan kepada Yang

Maha Kuasa agar diberi keberkahan dan keselamatan dalam menanam


48

padi. Adapun isi dari doa yang dipanjatkan dalam acara Doa Padang ini

dimulai dari membuka doa dengan membaca kalimat thoyibah lalu

dilanjutkan dengan shalawat kepada Nabi Saw, membaca Ayat Kursi

surat al-Ikhlas, al-Falaq, dan an-Nas, membaca doa meminta

keselamatan dan doa-doa lainnya yang berisi kebaikan, lalu ditutup

dengan membaca Al-Fatihah. Doa yang dipilih dalam tradisi ini

sifatnya bebas tergantung dari ustad yang melafalkannya.

e. Penutup

Setelah selesai berdoa, kegiatan akan ditutup dengan sedikit

petatah-petitih yang dilontarkan oleh pemuka adat, lalu setelahnya

kepala desa akan menutup acara dengan mengucapkan hamdalah dan

mengingatkan kepada para petani untuk segera mulai turun ke sawah

begitu acara Doa Padang telah selesai dilaksanakan.

Tahapan-tahapan di atas merupakan gambaran umum pelaksanaan

tradisi Doa Padang yang didapatkan dari hasil observasi penulis serta

wawancara dengan masyarakat yang terlibat dalam pelaksanaan Doa

Padang.

4. Urgensi Tradisi Doa Padang bagi masyarakat Baserah

Suatu tradisi agar berjalan dengan baik di tengah-tengah masyarakat

tidak terlepas dari keeksitensian (keberadaan) tradisi tersebut. Tradisi yang

kehilangan hal tersebut (eksistensi) akan sulit untuk terus dilestarikan di

tengah-tengah kehidupan masyarakat. Doa Padang merupakan tradisi yang

sangat berarti keberadaannya dalam kehidupan masyarakat Baserah, karena


49

Doa Padang juga berhubungan dengan pekerjaan/profesi yang dilakoni

mayoritas masyarakat Baserah yaitu petani dan berkebun. Oleh karena itu

tradisi Doa Padang ini adalah hal yang wajib dilakukan oleh masyrakat

Baserah setiap tahunnya.

Disamping itu pelaksanaan Doa Padang ini adalah sebagai bentuk usaha

melanjutkan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh nenek moyang untuk

dipertahankan dan dilestarikan seperti tradisi pacu jalur,tradisi ziarah

kubur,tradisi khatam kaji,dan lain sebagainya yang juga merupakan bagian

dari keragaman tradisi yang ada di Baserah.

Doa Padang juga merupakan bentuk usaha masyarakat dalam

mendekatkan diri kepada Allah Swt, yang Maha memberikan rezeki kepada

hambaNya. Rasa syukur, tawakal, dan tunduk kepada Sang Pencipta

diwujudkan masyarakat dalam pelaksanaan Doa Padang ini. Pak Jaya seorang

Ustad dan tokoh agama Baserah mengatakan bahwa pelaksanaan Doa Padang

ini penting bagi masyarakat karena masyarakat percaya dengan melaksanakan

tradisi ini bisa mengurangi segala bencana yang bisa menyebabkan gagal

panen, seperti banjir, hama penyakit dan lain sebagainya. Dan juga

merupakan bentuk rasa syukur warga dan memperkuat ukhuwah islamiyah

karena di dalamnya juga masyarakat bergotong royong dan makan bersama.59

Pak Syafrizal seorang niniak mamak Baserah mengatakan Doa padang

menjadi ajang bagi masyarakat untuk memperkuat tali silaturahmi, berkumpul

bersama, gotong royong, bermusyawarah, dan meningkatkan ukhuwah

Islamiyah. Dan juga Doa Padang merupakan bentuk permohonan kepada


59
Aspurdi Jaya,tokoh masyarakat, Wawancara tanggal 25 Maret 2022
50

yang Maha Kuasa agar segala hal dalam hal bertani dan bercocok tanam yang

merupakan pekerjaan mayoritas masyarkat Baserah diberi kemudahan dan di

selamatkan dari segala bencana oleh Allah Swt.60

C. Living Qur’an

1. Pengertian Living Qur’an

Al-qur’an dan hadis adalah pedoman bagi umat muslim dalam kehidupan

sehari-hari. Sudah menjadi kewajiban bagi umat muslim menjadikan Al-

qur’an dan hadis sebagai panduan untuk menjalani hidup. Dalam kajian

program studi Ilmu Al-qur’an dan Tafsir juga menjadikan Al-Qur’an dan

hadis sebagai mata kuliah yang wajib untuk dipelajari, seperti Ulumul

Qur’an, Ulumul Hadis, Takhrij Hadis, Studi Naskah Ulumul Qur’an, dan

mata pelajaran lainya.

Sering ditemui mahasiswa yang mengambil program studi Ilmu Alqur’an

dan Tafsir lebih banyak mengangkat judul yang berdasarkan kajian pustaka,

seperti mengkaji tentang makna suatu lafaz dalam Alqur’an atau hadis dalam

tafsir tertentu. Akibatnya penelitian yang diangkat dari fenomena-fenomana

sosial di tengah masyarakat jauh tertinggal karena jarang ada yang ingin

mengangkat tema tersebut.

Penelitian mengenai Living Qur’an merupakan penelitian tentang al-

Qur’an namun tidak bertumpu pada eksistensi tekstualnya. Melainkan studi

tentang fenomena sosial yang lahir terpaut dengan kedatangan Al-Qur’an

dalam daerah geografi tertentu serta mungkin masa tertentu pula.

60
Syafrizal, masyarakat, Wawancara tanggal 25 Maret 2022
51

Dalam pengunaan sebutan Living Qur’ an. kata Living Qur’ an merupakan

gabungan dari dua kata yang berbeda. Yaitu living berarti hidup dan Qur’ an,

yakni kitab suci umat Islam. Ada pula kata living menggambarkan tren yang

berasal dari bahasa Inggris “live” yang berarti hidup, aktif dan yang hidup.

Kata kerja yang berarti hidup tersebut memperoleh bubuhan–ing diujungnya (

pola verb- ing) yang dalam gramatika bahasa Inggris diujarkan dengan

present participle. Kata kerja “live” yang mendapat akhiran–ing ini juga

diposisikan sebagai bentuk present participle yang berperan sebagai adjektif,

sehingga akan berganti fungsi dari kata kerja (verba) menjadi kata benda

(nomina) adjektif. Akhiran–ing yang berperan sebagi adjektif dalam bentuk

present participle ini terjalin pada terem “ the living Qur’ an( Al-Qur’ an

yang hidup)”.61

Adapun Living Qur’anmenurut pendapat para ahli adalah sebagai berikut :

1) Menurut Syamsudin, Living Qur’anmerupakan teks Al-Qur’an yang hidup

di tengah-tengah masyarakat, yaitu boleh dikatakan bahwa Living Qur’an

bentuk dari respon masyarakat terhadap teks dari Al-Qur’an dan hasil dari

penafsiran seseorang.62

2) Menurut M. Mansur, Living Qur’anmerupakan bagian dari penelitian

ilmiah tentang berbagai fenomena sosial yang berkaitan dengan kehadiran

dan keberadaan Al-Qur’an ditengah masyarakat. Living Qur’anberawal

dari fenomena Qur’an “In Everyday Life” ( dalam kehidupan sehari-hari ),

61
Ahmad ‘Ubaydi Hasbillah, Ilmu Living Qur’an-Hadis,(Ciputat: Maktabah Darus Sunnah,
2019) hal 20

62
Syamsudin, S., “Ranah-ranah Penelitian dalam Studi al-Qur’an dan Hadis (Yogyakarta:
TH. Press, 2007) h.237
52

yang berarti kajian yang menitikberatkan bagaimana masyarakat

memahami makna dan fungsi Al-Qur’an.63

3) Muhammad Yusuf, respon sosial (realitas) terhadap Al-Qur’ an juga bisa

dikatakan sebagaiLiving Qur’ an. Baik itu Al-Qur’ an dilihat masyarakat

sebagai ilmu pengetahuan (science) dalam daerah profane (tidak keramat)

di satu sisi maupun selaku kitab petunjuk (hudā) yang bernilai sakral di

sisi yang lainnya.64

Dari pengertian di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa Living

Qur’anmerupakan sebuah kajian atau penelitian yang di dalamnya meneliti

tentang fenomena sosial yang terjadi di tengah masyarakat muslim, baik

berupa tradisi, muamalah, ibadah, dan segala hal yang berkaitan dengan

hubungan antropologi antar manusia, yang dilandasi dengan kehadiran dan

keberadaan Al-Qur’an di dalamnya. Secara sederhana Living

Qur’anmerupakan sebuah kajian untuk meneliti bagaimana masyarakat

memaknai dan mengamalkan isi dari Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.

2. Sejarah Living Qur’an

Secara historis, praktek living qur’an ini sudah terlihat pada masa awal

Islam, yaitu pada masa Rasulullah SAW. Hal ini dapat dilihat dari praktek

ruqyah yang digunakan Nabi SAW untuk mengobati para sahabat. Ada pula

sebagian yang menggunakan ruqyah untuk mengobati diri sendiri ( ruqyah

mandiri )

63
M. Mansyur, et al., Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta: TH.
Press, 2007), h. 5
64
Yusuf, M., “Pendekatan Sosiologi dalam Penelitian Living Qur’an,”(Yogyakarta: TH.
Press, 2007), h. 36-37.
53

Dalam catatan sejarah, Rasulullah SAW dan para sahabat pernah

melakukan praktek ruqyah, yakni kegiatan mengobati diri sendiri atau orang

lain dengan bacaan-bacaan yang diambil dari potongan-potongan ayat Al-

Qur’an hal ini dilakukan dalam rangka mengobati penyakit yang memang

susah diobati dengan obat biasa, seperti contohnya penyakit ‘ain65

Dalam hadis yang diriwayatakan oleh Bukhari :

ِ ‫اب ع ْن عر و ةَ ع ْن ع‬ ِ ‫اخبر ن َ م‬
: َ‫ة‬ ‫اء َش‬ َ َ َ ْ ُ َ ٍ َ‫ش شه‬ ِ ‫لك ٌ َع ْن ْاب ِن‬ َ َ َ ْ ‫وس‬ ُ ‫ْن ُی‬ ُ ‫حدثََنا َعْب ُد اهلل اب‬
‫كى َی ْق َر‬ ِ
َ َ‫ كاَ َن ا َذا ا ْشت‬: ‫صلى اهللُ َعلَْیه َو َس َلم‬
َ ِ ‫نه َ ا ن َر ُس و َل اهلل‬ ْ ‫ضي اهللَ ا ُ َع‬ِ ‫َر‬
ِ ‫ت أ ْقر علَْی ِه وأ مسح بِی ِد ِه رجاء َبر َك‬ ِ ‫س بْلمع ِّو َذ‬
‫ته‬ َ َ َ َ َ َُْ َ َ ُ ‫ث َفلَما ا ْشتَد َو َج ُعهُ ُك ْن‬
ُ ُ‫ات َوَی ْنف‬ َ ُ ِ ‫َأعلى َن ْف‬
َ
)‫َا (رواه البخا اري‬
“Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf, telah mengkabarkan kepada

kami Malik dari Ibnu Syihāb dari Urwah dari Aisyah bahwasanya Nabi SAW adalah

apabila ia merasa badannya sakit, maka ia membaca (meruqyah) dengan ta’awwuż

atas dirinya dan meniupkan pada anggota badan yang sakit, lalu tatkala beliau

merasa sangat sakit, maka aku meruqyahnya dengan mengusapkan tangan beliau

pada yang bagian yang sakit dengan mengharap keberkahannya”. (HR. Al-

Bukhāri).”.66

Dalam riwayat laindikatakan :

‫ ع َْن َع ْب ِد الرح ْم َِن ِْن‬،‫ح‬ٍ ِ‫صال‬َ ُ‫اویَةُ أبْن‬ ِ ‫ني ُم َع‬


ِ ‫ْأخبر‬
َ ،‫ب‬ ِ َ‫حدث‬
ٍ ‫ ْأخب َرنَا َ ابْنُ َو ْه‬،‫ني أ بُو الطا ِه ِر‬
‫في الْ َجا ِهلِی ِة‬
ِ ‫قي‬ ِ ْ‫ ُكنا َتر‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫ف ْب ِن َماِلك ٍ ا اْل شجْ َ ِع ِّي‬
ِ ْ‫ ع َْن عَو‬،‫ ع َْن أ بِی ِه‬،ٍ ْ‫ب ير‬ َ ‫ُج‬
‫أس ِ لرقية َما لَ ْم‬ َ َ‫ الَ ب‬،ْ ‫ اعرضوا َل َي ُرقَاك ُم‬:‫ال‬ َ َ‫ك َ فَق‬ِ ‫في َذل‬
ِ ‫ول هللاِ َك ْیفَ َت َرى‬ َ ُ‫فَقُ ْلنَا يا َ َرس‬
‫ك (رواه مسلم‬ ِ ‫َي ُك ْن فِي ِه‬
ٌ ْ ‫شر‬

“Telah menceritakan kepada kami Abū Ṭāhir, telah menceritkan kepada Ibnu
Wahb, telah mengkabarkan kepada kami Mu’âwiyah bin Shâlih dari Abd al-
65
Penyakit ‘ain adalah penyakit baik pada badan maupun jiwa yang disebabkan oleh
pandangan mata orang yang dengki ataupun takjub/kagum, sehingga dimanfaatkan oleh setan dan bisa
menimbulkan bahaya bagi orang yang terkena.
66
Muhammad bin Ismaīl bin Ibrāhim bin al-Mugīrah al-Ju’fi al-Bukhāri, Ṣḥaḥih al-Bukhāri
(Beirut: Dar al-Ṭuq al-Najāh, 1422), juz 6, h. 190.
54

Rahmān bin Jubair dari Bapaknya dari ‘Auf bin Mālik al-Asyja’i seraya
berkata, kami dahulu meruqyah pada masa Jâhiliyah, lalu kami berkata, ya
Rasulullah bagaimana pendapat Engkau tentang hal itu?. Maka beliau
menjawab: Tunjukkanlah ruqyah kalian tidak mengapa dengan ruqyah selama
kamu tidak syirik”. (HR. Muslim).67

Maksud dari hadis diatas adalah ruqyah dibolehkan Nabi selama dalam

ruqyah tersebut menggunakan ayat-ayat yang ada dalam Al-qur’an, ayat yang

sering dipakai nabi untuk meruqyah adalah QS Al-Fatihah, QS Al-Baqarah

ayat 255 ( ayat kursi ), QS An-Nas, QS Al-Falaq, dan QS Al-Ikhlas. Tidak

diselipkan dengan mantra-mantra atau hal-hal yang mengarah kepada

penyekutuan terhadap Allah SWT.

Berdasarkan penjelasan di atas bisa dikatakan bahwa praktek

menghidupkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari sudah berlangsung

sejak masa Rasulullah dan para sahabat, dengan cara menjadikan Al-Qur’an

sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit. Bahkan jika dilihat dari teks

ayat tersebut ( QS Al-Fatihah,QS Al-Baqarah 255 ayat QS An-Nas, QS Al-

Falaq, Q.S Al-Ikhlas ) maknanya tidak hubungan dengan penyakit yang

diderita.

Namun penggunaan istilah Living Qur’anadalah suatu yang baru, yang

dijadikan sebagai salah satu metode dalam suatu riset atau penelitian yang

berkaitan dengan Al-Qur’an yang tidak mengacu kepada makna tekstual

tetapi kepada fenomena sosial yang terjadi dalam wilayah tertentu dengan

kehadiran Al-Qur’an.

3. Aspek-aspek yang dikaji dalam penelitian Living Qur’an

67
Bisri Musthofa Adib, Terjemah Shahih Muslim, ( Semarang Asy-Syifa : 1993) Jilid 4, h.
1725.
55

Kajian Living Qur’an sebagaimana disebutkan di atas, merupakan metode

yang baru dalam kajian Al-Qur’an. Oleh karena itu hal-hal yang berkaitan

dengan aspek,pendekatan, maupun metode yang dipakai dalam kajian Living

Qur’an bisa dibilang masih mencari bentuk yang dapat dijadikan semacam

acuan.68 Namun jika dilihat dari sisi sejarah dapat dilihat bahwa pada

dasarnya Living Qur’an secara tidak sadar sudah banyak diaplikasikan oleh

masyarakat muslim, bahkan living qur’an sudah ada pada masa Rasulullah

Saw.

Living Qur’an, dimaksudkan bukan bagaimana individu atau sekelompok

orang memahami Al-Qur’an (penafsian), tetapi bagaimana Al-Quran itu

disikapi dan direspon masyarakat muslim dalam realitas kehidupan sehari-

hari menurut konteks budaya dan pergaulan sosial. Adapun maksud dari sikap

dan respon masyarakat terhadap Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari

tersebut untuk memberikan penghargaan, penghormatan, dan cara

memuliakan kitab suci Al-Qur’an dengan harapan mendapatkan pahala dan

berkah yang akan diperoleh dari Al-Qur’an.69

Mengenai aspek-aspek yang dikaji dalam penelitian Living Qur’an

berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa pada dasarny Living

Qur’an memiliki aspek-aspek yang sangat luas untuk dikaji mengingat

penelitian ini bersifat sosial yang menjadikan aktivitas dan sikap masyarakat

terhadap Al-Qur’an sebagai sumber dalam penelitian. Salah satunya bisa

68
M. Mansyur, et al, op. cit., h. 39
69
Ibid, h. 49
56

dilihat dari aspek penggunaan kitab suci di tengah-tengah masyarakat. Ada

tiga jenis penggunaan kitab suci :

Pertama penggunaan kognitif, penjelasan dan pemikiran tentang kata dan

maknanya. Penggunaan kognitif ini mencakup beberapa macam. Salah

satunya, kitab suci jadi sumber membangun serta mempertahankan doktrin

doktrin ataupun ajaran- ajaran, kebenaran- kebenaran tentang semesta, dan

metode yang benar untuk hidup didalamnya. Termasuk dalam penggunaan

kognitif yaitu penggunaan bacaan dalam ritual publik. Kitab suci dibaca,

dilagukan, dilingkari, dicium, dihias, diletakkan pada posisi tinggi serta

dimuliakan, dalam ritual pengorbanan, dan sebagainya.

Kedua, penggunaan non-kognitif kitab suci terjadi dalam banyak situasi.

Kitab suci dipajang di rumah dan bangunan-bangunan publik, dan ditulis

dalam kaligrafi. Selain itu, kitab suci memiliki kekuatan untuk memberikan

berkah, menyembuhkan penyakit, menolak bala dan kejahatan, digunakan

sebagai mantra dan jimat, ketika diam dan ketika bepergian Dalam tradisi

Islam, kitab suci Al-Qur’an atau potongan ayat digunakan atau dibacakan

kepada orang yang sakit dengan metode yang diajarkan oleh Nabi Saw yaitu

ruqyah.

Ketiga, penggunaan kitab suci juga bisa dikaji dari segi informative dan

segi performative. Dari segi informatif, kitab suci dijadikan sumber

pengetahuan, doktrin, sejarah masa lalu, isyarat ilmu pengetahuan, dan

sebagainya. Dari segi performatif, kitab suci dialami, dijadikan sebagai

barang suci, misalnya dalam ritual kurban, dijadikan sumber hukum negara
57

atau masyarakat, dijadikan alat untuk memberkahi, dilagukan dan

dilombakan, dan sebagainya.70

Adapun aspek lain yang dikaji dalam living Qur’an erat kaitannya dengan

bagaimana masyarakat mengaplikasikan dan mengfungsikan Al-Qur’an

dalam kehidupan sehari-hari, bisa dilihat beberapa kegiatan yang

mencerminkan everyday life of the Qur’an, sebagai berikut :

1. Al-Qur’an dibaca secara rutin dan diajarkan di masjid/mushola,

bahkan dirumah-rumah, sehingga menjadi acara rutin yang dilakukan

setiap hari dan setiap saat, telebih lagi di madrasah-madrasah menjadi

bacaan wajib, terutama selepas sholat Maghrib.

2. Potongan ayat-ayat Al-Qur’an dikutip dan dicetak sebagai aksesoris

dalam bentuk sticker, kartu ucapan, gantungan kunci, undangan resepsi

pernikahan sesuai tema konteks masing-masing.

3. Al-Qur’an senantiasa dihafalkan, baik secara utuh maupun

sebagiannya ( 1 juz hingga 30 juz ).

4. Al-Qur’an dilombakan dalam bentuk Tilawah dan Tahfiz al-Qur’an

baik nasional maupun internasional

5. Bagi orang yang punya bakat dalam bidang sastra, Al-Qur’an dibaca

dengan model puisi dan diterjemahkannya sesuai dengan karakter

pembacanya.71 Contohnya adalah karya terkenal dari HB Jassin yang

berjudul “Al-Qur’an Berwajah Puisi”

70
Muhammadl Ali,”Kajian Naskah dan Kajian Living Qur’an dan Living Hadith”, Journal of
Qur’an and Hadith Studies – Vol. 4, No. 2, (2015) h. 150-151 diakses dari
https://journal.uinjkt.ac.id/index.php/journal-of-quran-and-hadith/article/view/2391/1790
71
M.Mansur,et al, op. cit. h.43-46
58

Berbicara mengenai aspek yang dikaji dalam Living Qur’an

sebenarnya masih banyak aspek-aspek yang menyangkut dalam penelitan

Living Qur’an. Dari penjelasan di atas dapat penulis ambil kesimpulan semua

hal yang bersangkutan dengan fungsi Al-Qur’an di tengah masyarakat dalam

kehidupan sehari-hari termasuk dalam aspek kajian penelitian living qur’an.

4. Pendekatan yang dipakai dalam penelitian Living Qur’an

Sejauh ini riset yang dilakukan oleh para ulama dalam bidang Al-Qur’an

dan hadis meyatakan bahwa kajian Living Qur’an erat kaitannya dengan

religious research ( penelitian agama ). M.Mansur mengatakan dalam

bukunya “Metofdologi Living Qur’an dan Hadis” bahwa “Living Qur’an

sebagai penelitian yang bersifat keagamaan (religious research), yakni

menempatkan agama sebagai sistem sosiologis dan hanya dapat dikaji secara

tepat jika karakteristik itu diterima sebagai titik tolak. Jadi bukan meletakan

agama sebagai doktrin, tetapi agama sebagai gejala sosial.

Dalam penelitian model Living Qur’an yang dicari bukan kebenaran

agama lewat Al-Qur’an atau menghakimi kelompok agama tertentu dalam

Islam, tetapi lebih mengedepankan penelitian tentang tradisi yang menggejala

(fenomena) di masyarakat dilihat dari persepsi kualitatif. Dalam penelitian

living Qur’an diharapkan dapat menemukan segala sesuatu dari hasil

pengamatan (observasi) yang cemat dan teliti atas perilaku komunitas muslim
59

dalam pergaulan sosial-keagamaannya agar dapat ditangkap makna dan nilai-

nilai Al-Qur’an yang melekat dari sebuah fenomena yang diteliti.72

Sebagai metode yang relatif baru dalam ranah penelitian Al-Quran, secara

teoritik metode ini tidak menjadi permasalahan, tetapi secara konseptual

metode ini boleh dibilang masih mencari wujud yang dapat dijadikan

semacam acuan. Sebagai kajian yang berangkat dari fenomena sosial, tentu

bentuk penelitian fenomenologis merupakan bentuk penelitian yang dapat

ditawarkan dalam metode Living Qur’an ini. Walaupun demikian, bukanlah

berarti semata- mata pendekatan kualitatif fenomenologis menjadi satu-satuya

metode penelitian ini. Sebab itu pula bermacam pendekatan serta metode

penelitian bisa dipakai, dengan memikirkan aspek fokus dan analisis riset.73

Sesuai dengan penjelasan di atas bahwasanya Living Qur’an termasuk

dalam religious research (peneltian agama), oleh karena itu pendekatan yang

dipakai dalam kajian Living Qur’an adalah pendekatan-pendekatan yang

biasa dipakai dalam penelitian agama. Dalam hal ini ada 3 pendekatan yang

bisa dipakai dalam Living Qur’an yaitu : pendekatan antropologis,

pendekatan sosiologis, dan pendekatan fenomonologis74

Pertama pendekatan antropologi, antropologi diartikan sebagai: Ilmu

tentang manusia khususnya tentang asal-usul, aneka warna bentuk fisik, adat

istiadat, dan kepercayaannya pada masa lampau. Menurut William A.

Havilland “Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha


72
Ibid, h. 49-50
73
Ahmad Farhan., “Living Qur’an Sebagai Metode Alternatif Dalam Studi Qur’an”, ( EL-
AFKAR : Jurnal Pemikiran Islam dan Tafsir Hadis ) diakses dari
https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/elafkar/article/view/1240/1054
74
Dedi Mahyudi, Pendekatan Antropologi dan Sosiologi dalam studi Islam, Ihya al-Arabiyah,
Vol.2 No.2, (2016) h.208diakses darihttp://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/ihya/article/view/428/330
60

menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya

serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman

manusia”. 75
Jadi pada dasarnya pendekatan antropologis erat kaitannya

dengan hubungan antar manusia dan fokus kajiannya lebih ke tokoh dalam

penelitaan yang dimaksud.

Kedua pendekatan sosiologi, adalah pendekatan yang erat kaitannya

dengan hubungan sosial manusia. Sosiologi mencoba untuk mengerti sifat

dan maksud hidup bersama, cara terbentuk dan tumbuh serta berubahnya

perserikatan-perserikatan hidup itu serta pula kepercayaannya, keyakinan

yang memberi sifat tersendiri kepada cara hidup bersama itu dalam tiap

persekutuan hidup manusia.76

Dan yang ketiga adalah pendekatan fenomenologi, pendekatan

fenomenologi berupaya untuk menjelaskan makna pengalaman hidup

sejumlah orang tentang suatu konsep atau gejala, termasuk di dalamnya

konsep diri atau pandangan hidup mereka sendiri. Menurut Husserl,

fenomena adalah segala sesuatu yang dengan suatu cara tertentu tampil dalam

kesadaran manusia. Baik berupa sesuatu sebagai hasil rekaan maupun berupa

sesuatu yang nyata, yang berupa gagasan maupun berupa kenyataan.77

Adapun dalam penelitian ini fokus penelitian menggunakan pendekatan

fenomonologis, pendekatan fenomenologi pada dasarnya memandang segala

bentuk fenomena yang menghadirkan fenomena tersebut dalam dunia,

75

76
Ibid, h. 209
77
Farid Hamid, “Pendekatan Fenomonologi (Suatu Ranah Penelitian Kualitatif)”, Al-
Tadzkiyah : Jurnal Pendidikan Islam, (2019) diakses dari http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/t!
@file_artikel_abstrak/Isi_Artikel_718793118976.pdf
61

terlebih dalam dunia kesadaran. Mendeskripsikan fenomena sebagai suatu

sajian yang dituliskan atau ditampilkan oleh alam semesta sebagai bagian dari

ciptaan Yang Maha Kuasa. Hal inilah yang menghadirkan fenomena sehingga

tecipta gejala-gejala secara nyata dalam kehidupan manusia.78

Menurut Husserl (bapak fenomenologi) tujuan dari fenomenologi yaitu

melihat dunia individu dalam satu bagian intensionalitas yang sering juga

disebut Husserl sebagai lifeworld. Fenomonologi memperlihatkan bahwa

objektivitas dalam tatanan ilmu tidak serta-merta berbicara temtang

bagaimana ilmu dipandang sebagai bagian dari kausalitas, akan tetapi realitas

dan objektivitas di dalamnya dibentuk bedasarkan pengalaman individu,

dalam hal ini menggunakan pandangan secara subjektif.

Ketertarikan Husserl dalam menggabungkan realitas dan fenomena

terhadap dunia yang dilandaskan pada kesadaran yang bersifat absolut

memiliki pokok-pokok pemikiran mengenai fenomenologi itu sendiri

diantaranya :

a. Fenomenologi adalah realitas itu sendiri yang pada kenyataannya harus

menampakkan wujudnya.

b. Tidak terdapat batasan antara subjek dan realitas.

c. Kesadaran pada diri individu harus bersifat intensionalitas.

d. Memiliki interaksi antara tindakan yang sadar dengan objek yang

disadari.79

78
Michael Jibrael Rorong, Fenomonologi, (Yogyakarta : CV.Budi Utama), Juli 2020, h.3
79
Ibid, h. 18
62

Dalam ideologi yang dibangun oleh Husserl mencerminkan landasan awal

dari fenomonologi di mana kesadaran transendental menjadi yang paling

besar dalam membentuk intensionalitas dari individu, aspek yang paling

penting dalam ranah ini adalah wujud kesadaran dari individu yang dapat

diakses oleh pengalaman diri yang transendental karena inilah inti dari

pemikiran Husserl.80

Berdasarkan penjelasan di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa

fenomonologi merupakan suatu pendekatan yang mengutamakan realitas

dalam kehidupan masyarakat dengan mengandalkan objektivitas untuk

mengumpulkan data yang dibutuhkan. Jadi, dalam melakukan penelitian

penulis mengambil dan mengumpulkan data dengan melihat fenomena yang

terjadi di tengah masyarakat Baserah secara objektif.

Dalam kaitannya dengan kajian Living Qur’an, penulis memakai

pendekatan fenomonologi untuk mencari makna Al-Qur’an bagi masyarakat

Baserah dibalik fenomena yang terjadi di tengah masyarakat yang dalam hal

ini adalah Tradisi Doa Padang.

80
Ibid, h.19
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Letak geografis Kecamatan Baserah, Kabupaten Kuantan Singingi

Sebelum masuk ke dalam tahap penjelasan letak geografis, perlu dijelaskan

bahwa nama yang dipakai daerah Baserah saat ini adalah Kecamatan Kuantan

Hilir, namun masyarakat lebih mengenal daerah Kuantan Hilir dengan nama

Baserah, nama Baserah sudah melekat dan populer di kalangan masyarakat.

Jika dilihat dari sisi sejarah berdirinya Baserah ini berawal dari wilayah

Kuantan Singingi yang pada awalnya adalah kecamatan yang berada di bawah

Kabupaten Indragiri Hulu. Lalu kabupaten Indragiri Hulu atau disingkat Inhu ini

mekar menjadi dua yaitu Kabupaten Indragiri Hulu dan Kabupaten Kuantan

Singingi.

Akibat pemekaran itu maka Kecamatan Baserah tidak lagi berada di bawah

Kabupaten Indragiri Hulu melainkan masuk ke wilayah Kabupaten Kuantan

Singingi. Sejak masuk ke wilayah Kuantan Singingi inilah nama Kecamatan

Baserah diganti menjadi Kecamatan Kuantan Hilir. Tetapi meskipun nama

Kecamatan sudah diganti menjadi Kuantan Hilir, nama Baserah tetap melekat

dan akrab di tengah masyarakat. Oleh karena itu bisa dikatakan bahwa

Kecamatan Kuantan Hilir nama lainnya adalah Baserah.81

Daerah Baserah tebagi menjadi 2 wilayah utama, yaitu : wilayah pasar yang

merupakan pusat pemerintahan atau lebih dikenal dengan kenagarian Koto Tuo,

dan wilayah seberang yang dibatasi oleh sungai Kuantan atau lebih dikenal

dengan kenagarian Koto Rajo. Penelitian yang penulis lakukan mencakup dua
81
https://id.wikipedia.org/wiki/Pasar_Baru_Baserah,_Kuantan_Hilir,_Kuantan_Singingi

63
64

wilayah ini dan penulis sudah mengumpulkan data dari hasil wawancara dari

niniak mamak, tokoh adat, dan masyarakat dari masing-masing wilayah. Karena

baru-baru ini kecamatan Kuantan Hilir mengalami pemekaran menjadi dua

Kecamatan yaitu Kecamatan Kuantan Hilir dan Kuantan Hilir seberang. Maka

judul penelitian ini menjadi Tradisi Doa Padang Kecamatan Baserah, Kabupaten

Kuantan Singingi. Karena pada dasarnya wilayah Kuantan Hilir Seberang juga

bagian dari Baserah. Berangkat dari penjelasan di atas maka penulis mengambil

judul penelitian Tradisi Doa Padang masyarakat Kecamatan Baserah.82

Kecamatan Baserah merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Kuantan

Singingi. Luas wilayah Kecamatan Baserah menurut pengukuran Kantor

Kecamatan Baserah adalah 163,66 km2 Desa yang terluas di Baserah adalah

Desa Gunung Melintang dengan luas sekitar 63,74 ha.

Daerah Kecamatan Baserah merupakan tanah datar dan berbukit-bukit. Jenis

tanah yang ada di Kecamatan Baserah pada lapisan atas berjenis podsoli kuning

dengan kemasaman tanah antara 4,5 sampai dengan 5,5. Iklim di Baserah

merupakan iklim tropis dengan suhu udara berkisar antara 19,5 derajat celcius

sampai dengan 34,2 derajat celcius.83

Secara keseluruhan, desa di Kecamatan Baserah tidak ada yang berkategori

desa tertinggal. Akses jalan menuju keseluruhan desa sudah dapat dilewati oleh

kendaraan roda empat. Di Kecamatan Baserah terdapat Koordinator Wilayah

82
Ermiati, Kasi Pemerintahan Camat Baserah, Wawancara Langsung pada 24 maret 2022

83
Bps Kabupaten Kuantan Singingi, Kecamatan Kuantan Hilir dalam angka 2019, diakses
pada 8 april 2022 dari https://kuansingkab.bps.go.id h. 3
65

Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Kecamatan Baserah, Balai

Penyuluhan Pertanian dan Puskesmas Baserah.84

Terdapat sekitar 30 desa/kelurahan dari wilayah yang ada di Kecamatan

Baserah, terbagi dari 16 desa/kelurahan yang berada di bawah wilayah

kenagarian Koto Tuo di antaranya Desa Pulau Kijang, Desa Banuaran,

Kelurahan Pasar Usang Baserah, Desa Koto Tuo, Desa Pulau Madina, Desa

Kampung Tengah, Desa Kepala Pulau, Desa Kepala Pulau, Desa Kampung

Medan, Desa Rawang Bonto, Kelurahan Pasar Baru Baserah, Desa Simpang

Tanah Lapang, Desa Kampung Madura, Desa Dusun Tuo, Desa Gunung

Melintang, Desa Taratak Baru, Desa Simpang Pulau Beralo.

Adapun 14 desa/kelurahan yang berada di wilayah kenagarian Koto Rajo

( wilayah seberang ) di antaranya, Desa Tanjung Pisang, Desa Pengalian, Desa

Kasang Limau Sundai, Desa Teratak Jering, Desa Koto Tuo, Desa Danau, Desa

Lumbok, Desa Pelukahan, Desa Pulau Baru, Desa Tanjung, Desa Sungai Serik,

Desa Pulau Kulur, Desa Pulau Beralo, Desa Rawang Ogung.

Info lebih lengkap mengenai keadaan geografi desa-desa yang ada di Baserah

dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :

No Nama Desa/Kelurahan Luas ( Km2) Persentase


terhadap Luas
Kecamatan
1 Pulau Kijang 6.80 4,15

2 Banuaran 4.20 2,57

3 Koto Tuo 4,40 2,69

4 Pasar Usang Baserah 1,90 1,16

84
Ibid, h. 11
66

5 Pulau Madinah 6,00 3,67

6 Kampung Tengah 5,40 3,30

7 Kepala Pulau 6,00 3,67

8 Kampung Medan 5,10 3,12

9 Pasar Baru Baserah 1.10 0,67

10 Simpang Tanah Lapang 4,00 2,44

11 Kampung Madura 7,00 4,28

12 Rawang Bonto 2,60 1,59

13 Dusun Tuo 15,00 9,17

14 Gunung Melintang 63,74 38,95

15 Taratak Baru 22,42 13,70

16 Simpang Pulau Beralo 8,00 4,89

Sumber : Bps Kabupaten Kuantan Singingi, Kecamatan Kuantan Hilir tahun 2019

Tabel di atas adalah desa atau kelurahan yang berada di kenagarian Koto Tuo,

adapun informasi mengenai keadaan geografi desa yang berada di kenagarian

Koto Rajo adalah sebagai berikut :

No Nama Desa/Kelurahan Luas (Km2) Persentase


terhadap Luas
Kecamatan
1 Tanjung Pisang 10,20 9,68

2 Pengalian 7,50 7,11

3 Kasang Limau Sundai 2,10 1,99

4 Teratak Jering 7,80 7,40

5 Koto Rajo 8,90 8,44


67

6 Danau 10,70 10,15

7 Lumbok 11,0 10,44

8 Pelukahan 4,00 3,80

9 Pulau Baru 7,70 7,31

10 Tanjung 5,30 5,03

11 Sungai Serik 5,00 4,74

12 Pulau Kulur 9,20 8,73

13 Pulau Beralo 8,00 7,59

14 Rawang Ogung 8,00 7,59

Sumber : Bps Kabupaten Kuantan Singingi, Kecamatan Kuantan Hilir Seberang tahun
2019

Baserah juga memiliki sejumlah anak sungai selain Sungai Kuantan seperti

Sungai Pendulangan, Sungai Salak, Sungai Kalimpayen, Sungai Batang Tabalai,

Sungai Nago, Sungai Tubuok Pulai, Sungai Ronangan

Dari desa-desa/kelurahan di atas penulis mengambil sampel berupa data

observasi dan wawancara dari beberapa desa, yaitu mengambil narasumber

untuk data wawancara dari kelurahan Pasar Usang dan Pasang Baru Baserah,

Desa Pulau Madina, Desa Kampung Tengah, dan Desa Simpang Tanah Lapang

dan mengambil data observasi dari Desa Simpang Pulau Beralo karena desa-

desa tersebut bisa dibilang sangat antusias dalam pelaksanaan Tradisi Doa

Padang setiap tahunnya dibandingkan desa lainnya yang ada di Baserah.

B. Ragam Tradisi dan Budaya Masyarakat Baserah


68

Berbicara mengenai tradisi dan budaya berarti dimaksudkan kepada

kebiasaan yang berupa fenomena sosial yang terjadi di tengah masyarakat dalam

suatu daerah. Adapun Kecamatan Baserah memiliki bermacam ragam budaya

kesenian tradisional diantaranya :

Tradisi dan Budaya :

1. Pacu Jalur : Yaitu acara pacuan perahu panjang yang beranggota kurang

lebih 70 orang yang diadakan sekali dalam satu tahun, merupakan budaya

yang menjadi ciri khas dan menjadi icon di daerah Kuantan Singingi, dan

masih dilestarikan hingga saat ini

2. Doa Padang : Ritual keagamaan yang dilakukan oleh masyarkat dalam

bentuk doa serta permohonan-permohan kepada Allah SWT, yang

diadakan setahun sekali bertujuan untuk keselamatan dalam menanam padi

serta sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT.

3. Turun Mandi ( bayi baru lahir ) : yaitu acara berupa ritual memandikan

bayi yang berumur kurang lebih 7 hari

4. Ma’antae Anak Pancae : Yaitu tradisi mengarak anak pancar ( pengantin )

dalam pesta pernikahan dan khitanan.

5. Khatam Qur’an

6. Pencak Silat

Kesenian :

1. Rarak Godang : merupakan salah satu alat musik yang dipergunakan untuk

mengiringi acara perhelatan adat tradisional Kabupaten Kuantan Singingi.


69

2. Randai Kuantan : Tradisi lisan masyarakat Kuansing yang ditampilkan

dalam bentuk teater

Sebagian besar dari budaya dan kesenian di atas hampir punah karena

kurangnya pembinanan dan perhatian dari pemerintah, dan juga seiring

berkembangnya zaman dan teknologi yang makin maju budaya dan kesenian

sudah mulai dilupakan oleh masyarakat.

Selain budaya dan kesenian tradisional Kecamatan Baserah juga memiliki

cagar budaya di antaranya Kuburan Keramat Batang Karo di Desa Rawang

Bonto, Kuburan Panjang di Desa Gunung Melintang dan Masjid Jami’ di Desa

Koto Tuo.85

C. Jumlah Penduduk dan Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Baserah

Jumlah Penduduk Kecamatan Baserah pada Tahun 2020 berjumlah 15.399

jiwa, yang terdiri dari 7.735 jiwa laki-laki dan 7.664 jiwa perempuan. Dengan

Sex Rasio sebesar 100,93, menunjukkan tidak adanya perbedaan yang besar

untuk komposisi jumlah penduduk laki-laki dan perempuan, karena dalam 100

orang perempuan terdapat 101 orang laki-laki.

Dengan luas wilayah Kecamatan Baserah 163,66 𝐾𝑚2 dan jumlah

penduduknya 15.399 jiwa, menghasilkan kepadatan penduduk sebesar 94,09

yang artinya dalam setiap 1 km2 dihuni oleh sekitar 94 penduduk. Kecamatan

Baserah mempunyai 3.939 jumlah rumah tangga dengan rata-rata jumlah

penduduk dalam rumah tangga adalah 4 orang. Jumlah tersebut hampir merata di

semua desa/kelurahan.86

85
Agus Supriyanto, Sekretaris Camat Baserah, Wawancara Langsung pada 24 maret 2022
86
Op, Cit . Bps Kabupaten Kuantan Singingi, h. 21
70

Lebih detailnya mengenai jumlah penduduk di setiap desa yang terdapat di

Kecamatan Baserah dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :

NO Desa/Kelurahan Jumlah Penduduk Jumlah Rumah


Tangga
1 Pulau Kijang 1 267 305

2 Banuaran 515 129

3 Koto Tuo 396 102

4 Pasar Usang Baserah 782 216

5 Pulau Madinah 315 87

6 Kampung Tengah 452 118

7 Kepala Pulau 1 731 411

8 Kampung Medan 2 015 499

9 Pasar Baru Baserah 2 461 632

10 Simpang Tanah Lapang 1 056 280

11 Kampung Madura 519 134

12 Rawang Bonto 432 116

13 Dusun Tuo 809 216

14 Gunung Melintang 1 441 384

15 Teratak Baru 848 220

16 Simpang Pulau Beralo 360 90

Jumlah 15.399 163,66


Sumber : Bps Kabupaten Kuantan Singingi, Kecamatan Kuantan Hilir tahun 2019

Kehidupan masyarakat Kuantan Hilir terdiri dari pengusaha, pedagang, petani

sawah, perkebunan, pegawai negeri, serta pegawai swasta. Sebagian besar


71

penduduk Baserah bekerja sebagai petani sawah, kebun dan peternak. Hasil alam

yang paling terkenal dari Kecamatam Baserah adalah karet dan sawit. Rata-rata

masyarakat Baserah bekerja sebagai penyadap karet atau berkebun sawit

Peternakan juga menjadi kegiatan ekonomi terbesar bagi masyarakat

Kecamatan Baserah. Dalam bidang peternakan besar, di Kecamatan Baserah

didominasi oleh peternakan sapi sebanyak 560 ekor, kambing sebanyak 1,541

ekor, dan kerbau sebanyak 220 ekor. Jumlah ternak sapi terbanyak terdapat di

Desa Kampung Tengah, jumlah ternak kambing terbanyak terdapat di Desa

Pulau Kijang, dan kerbau terbanyak terdapat di Desa Kampung Medan.87

Dalam bidang peternakan unggas, di Kecamatan Kuantan Hilir terdapat

ternak ayam sebanyak 7,453 ekor dan itik sebanyak 3,466 ekor. Jumlah

ternakayam terbanyak terdapat di Desa Kampung Medan, dan jumlah ternak itik

terbanyak terdapat di Desa Pulau Kijang.88

Dalam kehidupan sosial masyarakat Baserah dikenal sebagai masyarakat

yang ramah dan suka menolong sesama, terutama yang tinggal di daerah yang

banyak tanah perkebunan rata-rata masyarakatnya memiliki rasa sosial dan

kemanusiaan yang tinggi.

Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Baserah,

terutama ketika akan diadakan acara atau tradisi yang menyangkut orang banyak

seperti Tradisi Doa Padang ini. Masyarakat dari semua kalangan akan saling

bahu-membahu untuk mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan agar tradisi

berjalan dengan lancar seperti : menyiapkan makanan ( yang dilakukan oleh ibu-

87
Ibid, h.72
88
Ibid, h. 73
72

ibu ) , gotong royong membersihkan lahan ( yang dilakukan oleh kalangan

bapak-bapak dan pemuda ), dan mengumpulkan uang sumbangan ke rumah-

rumah warga ( yang dilakukan oleh kalangan pemuda )

Masyarakat Baserah umumnya berasal dari daerah minang, rata-rata mereka

merantau ke Baserah untuk mencari rezeki. Ada yang dari Padang, Solok,

Bukittinggi, Payakumbuh, Batusangkar dan lain sebagainya. Bahkan bahasa

yang digunakan oleh masyarakat Baserah cenderung mengarah ke bahasa

Payakumbuh.

D. Kehidupan Beragama Masyarakat Baserah

Dalam kehidupan sosial masyarakat kehadiran agama menjadi salah satu

faktor yang mempengaruhi manusia dalam menjalani kehidupan. Kehadiran

agama dalam kehidupan masyarakat dipercaya mampu mengatur kehidupan

masyarakat dalam berbagai aspek seperti : Muamalah, Adab dan Akhlak,

Hukum-hukum dalam beribadah dan lain sebagainya.

Pada umumnya agama dipandang menjadi urusan pribadi setiap orang dan

menjadi urusan dirinya sendiri dengan Tuhannya. Orang lain tidak harus ikut

campur. Namun, pemerintah yang seharusnya mengayomi masyarakat dalam

segala bidang juga harus memberikan kebebasan dan pelayanan kepada

masyarakat dalam menjalankan agamanya. Keberadaan Kementrian Agama

menjadi bukti bentuk pelayanan pemerintah kepada masyarakat berkaitan

dengan hal-hal yang berhubungan dengan agama. dan juga sekaligus

membuktikan bahwa kehidupan sosial masyarakat tidak bisa terlepas dari ajaran

agama.
73

Dalam beberapa golongan masyarakat, agama juga menjadi kebutuhan dasar

dari kehidupan kelompok. Agama pun menjadi suatu pedoman yang memuat

norma-norma tertentu. Norma-norma tersebut pada akhirnya menjadi acuan

dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan agama yang

dianutnya.

Indonesia merupakan salah satu negara yang mayoritas penduduknya

beragama Islam, meskipun terdapat agama-agama lain yang dianut oleh

penduduk Indonesia seperti Kristen (Protestan dan Khatolik), Hindu, Budha,

Konghuchu dan lain sebagainya. Norma-norma yang dibuat dan berlaku di

Indonesia kebanyakan diambil dari hukum Islam. Bahkan hukum dalam

pengadilan agama di Indonesia ditetapkan berdasarkan hukum Islam. Hal ini

menunjukan bahwa agama Islam berperan penting dalam mengatur kehidupan

rakyat Indonesia.

Begitu pula kehidupan yang terjadi dalam masyarakat Baserah, merupakan

salah satu daerah di Riau yang menjadi salah satu provinsi yang ada di

Indonesia. Agama yang dianut oleh masyarakat Baserah mayoritas adalah Islam,

jadi norma-norma yang berlaku dalam masyarakat Baserah juga berdasarkan

ajaran Islam.

Berikut tabel data agama yang dianut oleh masyarakat Baserah

No Agama yang dianut Persentase

1. Islam 95%

2. Konghucu 3%

3. Kisten 2%
74

Sumber : Bps Kabupaten Kuantan Singingi, Kecamatan Kuantan Hilir tahun 2019

Kehidupan beragama khususnya agama Islam yang terjadi di Kecamatan

Baserah memiliki beragam bentuk kelompok. Hal ini dapat dilihat dari berbagai

jenis golongan atau organisasi Islam yang berkembang di Baserah, seperti

Muhammadiyah, Jama’ah Tabligh, Ahlus Sunnah wal Jama’ah, dan bahkan ada

yang dari Manhaj Salaf. Semua kelompok tersebut berkembang cukup pesat di

Baserah dan yang mendapat perhatian lebih oleh masyarakat adalah kelompok

Muhammadiyah yang banyak dipercaya dan dipakai ajarannya di Baserah.

Tidak jarang juga ditemui masyarakat di sebagian desa Kecamatan Baserah

yang masih mempercayai ajaran nenek moyang dan mitos-mitos yang berlaku di

tengah masyarakat, sehingga menurut Ustad Dedi banyak dari mereka yang

melakukan amalan-amalan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, bahkan

dikhawatirkan mereka sampai melakukan perbuatan Khurafat dan Syirik , tanpa

mereka sadari kegiatan yang mereka nilai baik justru bertentangan dengan ajaran

Islam.89

Kehadiran dukun putih dan dukun hitam di tengah-tengah masyarakat

Baserah menjadi bukti bahwa masyarakat Baserah masih terikat dengan

perbuatan-perbuatan yang bernilai khurafat dan syirik. Dukun putih adalah

sebutan bagi dukun yang baik dan praktik yang dilakukannya untuk menolong

orang. Seperti menyembuhkan penyakit, mencarikan barang hilang, memberikan

jimat penglaris dan lain sebagainya. Adapun dukun hitam adalah sebutan bagi

89
Dedi, Ustadz dan tokoh masyarakat Baserah, Wawancara Langsung, 22 Maret 2022, pukul
05.45 WIB
75

dukun jahat yang praktiknya untuk mencelakai orang. Seperti dukun santet,

dukun pelet dan lain sebagainya.90

Pelaksanaan tradisi-tradisi leluhur juga menjadi salah satu bukti bahwa

kentalnya kepercayaan masyarakat Baserah terhadap mitos-mitos dan kekuatan

gaib yang dipercaya mengatur alam semesta. Tradisi Doa Padang sendiri jika

ditinjau lebih lanjut, dalam salah satu prosesi pelaksanaan Doa Padang tersebut

terdapat kesyirikan, yaitu dengan mengadakan sesajian yang ditujukan kepada

penunggu yang ada di sawah atau kebun.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kehidupan beragama di

Kecamatan Baserah memiliki beragam bentuk dan corak. Ada yang mengikuti

suatu kelompok seperti Muhammadiyah, Jamaah Tabligh dan lain sebagainya,

ada juga yang masih memiliki kepercayaan dengan hal-hal mistis dari leluhur

nenek moyang mereka.

90
Abu Umar Abdillah, Dukun Hitam Dukun Putih, WAFA Press : Mei 2006 h.23-24
BAB IV

Kajian Living Qur’an tentang Doa Padang

A. Ayat-Ayat yang dijadikan Landasan Pelaksanaan Tradisi Doa Padang

Tradisi yang dilakukan secara turun-temurun dan setiap tahun selalu

dilakukan tentu memilki latar belakang atau landasan yang menjadikan tradisi

tersebut tetap bertahan di tengah kehidupan masyarakat, seperti halnya tradisi

Doa Padang yang dilakukan setiap tahunnya oleh masyarakat Baserah memiliki

landasan tersendiri yang melatarbelakangi pelaksanaan tradisi ini. Berdasarkan

hasil wawancara yang penulis lakukan dari beberapa narasumber yang terlibat

dalam pelaksanaan tradisi ini, mengutarakan bahwa pada dasarnya tradisi

sebenarnya berasal dari nenek moyang dan kebanyakan tidak ada kaitannya

dengan Al-Qur’an namun berbeda dari tradisi Doa Padang yang pelaksanaannya

berlandaskan beberapa dalil al-Qur’an salah satunya QS Ibrahim ayat 7 :

‫َو ْذ تََأ َّذ َن َربُّمُك ْ لَنِئ ْ َش َك ْرمُت ْ َأَل ِزيدَ نَّمُك ْ ۖ َولَنِئ ْ َك َف ْرمُت ْ َّن عَ َذايِب لَشَ ِديد‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan
jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat
pedih”

Seorang tokoh adat yang bernama Syamsuri mengatakan :

“Kalau awak bicaro masalah dalil atau latar belakang doa padang ko,
sabonenyo bapak yo kugang obeh lo nye, tapi setau bapak doa padang ko
olah ado sejak zaman saisuk, kalau batanyo tentang dalil, mungkin doa
padang ko berkaitan dengan ayat-ayat tentang syukur na, karno yo doa
padang ko intinya tradisi manunjuakan raso syukur wk ka tuhan, salah satu
ayeknyo yo QS Ibrahim ayat 7 u na”.91

91
Syamsuri ,Tokoh Adat, Wawancara langsung, pada, 11 Januari 2022 pukul 10.30 WIB

76
77

Syamsuri meyakini bahwa QS Ibrahim ayat 7 ini menjadi landasan atas

pelaksanaan tradisi Doa Padang, karena di dalam ayat ini dijelaskan perintah

Allah Swt untuk mensyukuri segala nikmat yang diberikan kepada hambaNya.

Hal ini sesuai dengan tujuan dari pelaksanaan tradisi Doa Padang sendiri yakni

sebagai wujud rasa syukur kepada Allah Swt.

Selain dari QS Ibrahim ayat 7, ada ayat lain dijadikan landasan pelaksanaan

tradisi Doa Padang, karena selain rasa syukur dalam pelaksanaan Doa Padang

ini juga sebagai bentuk mengharap berkah atau kesalamatan kepada Allah Swt,

Syamsuri mengatakan :

“ Selain raso syukur ado nilai yang paling pontiang berkaitan dengan doa
padang ko, yaitu doa padang ko dilakukan sejak zaman saisuk rek urang-
urang dahulu untuak maminta keselamatan dan berkah dari tuhan Yang
Maha Kuaso, supayo padi yang wak tanam ko dijago hendaknyo sampai
berhasil panen dari panyakik,atau dari benacana alam misalnyo contuak
banjir kan, jadi doa padang ko ado jo kaitannyo samo ayek-ayek tentang
minta berkah dan keselamatan na.“92

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa dalil atau ayat

dijadikan landasan pelaksanaan tradisi Doa Padang tidak terbatas hanya satu

ayat saja, melainkan ada beberapa ayat yang bisa dijadikan landasan tradisi Doa

Padang selama ayat itu berkaitan dengan nilai-nilai yang terkandung di

dalamnya.

Dalam hal ini Dedi Mulyadi seorang Tokoh agama mengatakan :

“ Setau saya, Doa padang ini adalah tradisi untuk meminta keselamatan
dan berkah kepada Yang Maha Kuasa atas keberhasilan tanam padi yang
diadakan satu kali dalam setahun. Kalau ditanya mengenai landasan atau
dasar pelaksanaannya itu bisa dikaitkan dengan QS Al-A’raf ayat 96 93
92
Ibid
93
Dedi Mulyadi, Tokoh Agama, Wawancara Langsung, pada 25 Maret 2022, pukul 06.10
WIB
78

‫َول َ ْو َأ َّن َأ ْه َل ٱلْ ُق َر ٰ ٓى َءا َمنُو ۟ا َوٱت َّ َق ْو ۟ا لَ َفتَ ْحنَا عَلَهْي ِ م بَ َر َكٰ ٍت ِ ّم َن ٱ َّلس َمٓا ِء َوٱَأْل ْر ِض َولَٰ ِكن َك َّذبُو ۟ا‬

َ ‫فََأخ َْذنَٰ هُم ِب َما اَك ن ُو ۟ا يَ ْك ِس ُب‬


‫ون‬

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah


Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,
tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya. (Qs Al-A’raf ayat 96)”

Kemudian beliau menambahkan :

“ Dari arti ayat ini kan udah jelas bahwasanya kita sebagai hamba Allah
diperntahkan oleh Allah untuk beriman dan betaqwa serta membuktikan
keimanan dan ketaqwaan kita itu dengan cara memperbanyak amal sholeh
yang balasannya berupa diturunkannya berkah dari langit dan bumi. Doa
padang merupakan bentuk amalan yang dilakukan oleh masyarakat
Baserah supaya memperoleh keberkahan dan keselamatan dari Allah Swt.
yang dalam hal ini adalah keselamatan tanaman padi”94

Dedi Mulyadi memahami bahwa QS Al-A’raf ayat 96 merupakan salah satu

landasan yang bisa dikaitkan dengan pelaksanaan tradisi Doa Padang.. karena

pelaksanaan tradisi ini juga bertujuan untuk meminta berkah dan keselamatan

terhadap tanaman padi agar tumbuh dengan subur dan dijauhi dari hama

penyakit.

Selain dua ayat di atas, ada satu ayat lagi yang menjadi landasan dari

pelaksanaan Tradisi Doa Padang. Aaspurdi Jaya seorang tokoh agama

mengatakan :

“Setau ambo, Doa Padang ko selain bertujuan untuk minta keselamatan


padi, doa padang ko dilakukan untuk manjago tali silaturahmi antar
masyarakat, kalau dalam bahaso yang Islaminy mampakuek ukhuwah
islamiyah lah. Jadi kan yang hadir kotu doa padang ko dari berbagai
kalangan u baik dari bapak-bapak,ibu-ibu,remaja,anak-anak,ustad,pak

94
Ibid
79

kapalo desa, dan banyak yang lain, bakumpualh sagolony kotu doa padang
ko. Makony yo doa padang ko salah satu tujuannyo untuak mampakuek
tali persaudaraan antar awak. Kalau nanyo ayek alqur’an nyo yo carilah
dalil-dalil tentang silaturahmi atau mampakuek ukhuwah islamiyah
misalnyo QS Al-Hujurat ayat 13 :

ِ ‫يَٰ َٓأهُّي َا ٱلنَّ ُاس اَّن َخلَ ْقنَٰ مُك ِ ّمن َذ َك ٍر َوُأنىَث ٰ َو َج َعلْنَٰ مُك ْ ُش ُعواًب َوقَ َبٓاِئ َل ِل َت َع َارفُ ٓو ۟ا ۚ َّن َأ ْك َر َممُك ْ ِعندَ ٱهَّلل‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
ٌ‫َأتْ َق ٰىمُك ْ ۚ َّن ٱهَّلل َ عَ ِل ٌمي َخبِري‬
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
‫ِإ‬
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.”95

Dari narasumber di atas dikatakan bahwa tradisi Doa Padang bertujuan untuk

memperat tali silaturahmi antar masyarakat. Hal ini penulis buktikan sendiri dari

observasi yang penulis lakukan. Masyarakat menyambut dengan hangat dan baik

kedatangan penulis. Masyarakat sudah menganggap sepeti saudara dekat

meskipun penulis baru pertama kali mengikuti tradisi tersebut.

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa ayat-ayat yang

dijadikan landasan pelaksanaan tradisi Doa Padang oleh masyarakat Baserah,

diambil berdasarkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Nilai-nilai tersebut

diambil dari tujuan dan hikmah dibalik diadakannya Doa Padang. Dan dari sini

ditemukan bahwa Doa Padang dilaksanakan atas dasar 3 ayat dalam Al-Qur’an

yaitu : QS Ibrahim ayat 7, QS al-A’raf ayat 96, dan Qs Al-Hujurat ayat 13

B. Nilai-nilai Al-Qur’an dalam Tradisi Doa Padang

Tradisi yang berlaku di tengah masyarakat tidak hanya semata-mata menjadi

kebiasaan yang diwariskan secara turun-temurun, tetapi pasti memiliki tujuan

95
Aspurdi Jaya, Tokoh Agama, Wawancara langsung, pada 26 maret 2022, pukul 16.30 WIB
80

dan nilai tersendiri yang mengambarkan kenapa tradisi tersebut masih

dilaksanakan dalam kehidupan masyarakat. Sama halnya dengan tradisi Doa

Padang memiliki tujuan dan nilai tersendiri di tengah masyarakat baik nilai-nilai

yang berhubungan dengan kearifan lokal,nilai ritual,nilai moral, dan nilai Al-

Qur’an.

Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam sekaligus menjadi pedoman hidup

tentu menjadi kewajiban umat Islam untuk mengkaji dan memahami makna

yang terdapat dalam Al-Qur’an. Sehingga dengan memahami Al-Qur’an dan

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari bisa menjadikan kehidupan

berjalan dengan lebih baik dan diberkahi oleh Allah Swt. Hal ini juga merupakan

bagian dari praktek Living Qur’an yaitu menghidupkan Al-Qur’an dalam

kehidupan sehari-hari.

Adapun nilai-nilai Al-Qur’an yang terdapat dalam tradisi Doa Padang

sebenarnya secara tidak langsung sudah dijelaskan pada poin di atas, namun

dalam poin ini penulis ingin mendeskripsikannya dengan lebih spesifik, dari

hasil wawancara dengan masyarakat Baserah.

Dalam hal ini Syamsuri seoang niniak mamak dan tokoh adat mengatakan :

“ Doa Padang ko kan wak buek untuak urang nak poi ka sawah, supayo
salamek lah hondaknyo dan dapek barokah dari langik, tapi kalau batanyo
nilai samo hikmah yang ado di doa padang ko, yo raso syukur salah satu
hikmah doa padang ko na. Tapi yo intinyo doa padang ko sabaonenyo
untuak mintak keselamatan ke tuhen lah supayo padi ko tumbuh subur dan
ndak gagal panen lo.96

96
Syamsuri ,Tokoh Adat, Wawancara langsung, pada, 11 Januari 2022 pukul 10.30 WIB
81

Dari hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa pada dasarnya tradisi

Doa Padang bertujuan untuk meminta keselamatan dan berkah dari Allah Swt

bagi orang yang akan turun ke sawah dan agar hasil panen tumbuh dengan baik.

Namun ada hikmah lain di balik pelaksanaan tradisi Doa Padang ini yaitu

pelaksanaan tradiai Doa Padang ini juga merupakan wujud rasa syukur

masyaratakt Baserah.

Hal senada juga disampaikan oleh salah seorang masyarakat Baserah bernama

Faisal mengatakan :

“ Tradisi doa padang ko olah diwarisi sejak zaman saisuak lai na, jie
urang-urang saisuak doa padang ko wak lakukan sebagai wujud raso
syukur awak na, dari rasa syukur tu lah wk baharok ka tuhen untuk mintak
perlindungan supayo padi ko tumbuh dengan elok rak. Buktinyo acara doa
padang ko kak dibukak dengan manyamboliah jawi kan, manyamboliah
jawi ko lh wujud raso syukur masyarakaik Baserah ko na.”97

Menurut Faisal tradisi Doa Padang merupakan wujud rasa syukur masyarakat

Baserah, hal ini dibuktikan dari salah satu prosesi yang ada dalam tradisi Doa

Padang yaitu menyembelih seekor sapi atau dua ekor kambing. Selain itu

masyarakat Baserah meyakini bahwa sebelum meminta keselamatan dan berkah

kepada Allah Swt, maka terlebih dahulu masyarakat harus bersyukur atas nikmat

yang diberikan-Nya karena mengharap berkah dan rasa syukur dianggap sejalan

dan tidak bisa dipisahkan oleh masyarakat Baserah.

Selain dari rasa syukur ada hikmah lain di balik pelaksanaan tradisi Doa

Padang sekaligus sebagai nilai Al-Qur’an dalam tradisi Doa Padang. Dalam hal

ini Aspurdi Jaya seorang tokoh agama mengatakan :

97
Faisal, Masyarakat Baserah, Wawancara langsung, pada 11 Januari 2022 pukul 09:00 WIB
82

“ Doa Padang ko, selain tujuan utamony mengharap berkah dan


selamat.diadokannyo doa padang rek masyarakaik untuk mampakuek
ukhuwah Islamiyah antaro sasamo awak, dalam acara ko lh urang-urang
pado bakumpua dari kalangan bapak-bapak,induak-induak,pemuda,budak-
budak kenek rak ado sagolo dalam acara ko na. Ditambah pakai makan
basamo nan makin mampaorek tali silaturahmi antaro sasamo awak.”98

Aspurdi Jaya menganggap bahwasanya Doa Padang juga dipakai oleh

masyarakat sebagai ajang mempererat tali silaturahmi. Karena masyarakat dari

berbagai kalangan akan hadir pada saat tradisi ini dilaksanakan. Hal ini

diperkuat dengan acara makan bersama di tengah sawah.

Hal senada juga disampaikan oleh salah seorang masyarakat Baserah yang

bernama Syafrizal beliau mengatakan :

“ Doa padang ko iyo untuk mampaorek tali silaturahmi na, saisuak na doa
padang ko sampai-sampai dijadikan rek masyarakaik sebagai ajang cari
jodoh na, karno kotu acara ko nak dimulai malomny rumah-rumah urang
tu tabukaknye untuk saling bakunjung silaturahmi gitu rak. Jadi rumah-
rumah nan ado gadih ny kan buliah ny budak bajanten masuak kadalomny
bahkan sampai tongah malom, tapi kini ndak obe lo rek ambo ro na, bilo
memang macom tu satiok diadokan doa padang. “99

Dari wawancara di atas dapat dipahami bahwa Doa Padang memang

merupakan ajang untuk tali silaturahmi, menurut Syafrizal dahulu Doa Padang

ini dijadikan sebagai ajang pencarian jodoh oleh masyarakat sekitar karena

rumah-rumah warga sekitar tebuka lebar bagi orang yang ingin berkunjung dan

bersilaturahmi bahkan sampai malam hari. Jadi jika ada bujangan yang belum

memiliki pasangan bisa mencari jodohnya pada momen Doa Padang ini. Namun

98
Aspurdi Jaya, Tokoh Agama, Wawancara langsung, pada 26 maret 2022, pukul 16.30 WIB

99
Syafrizal, Wawancara Langsung, pada 27 Maret 2022, pukul 17:00 WIB
83

sesuai penjelasan dari wawancara di atas kebiasaan ini hanya dilakukan dahulu

dan tidak dilakukan oleh masyarakat sekarang.

Dari hasil wawancara di atas dapat penulis simpulkan bahwa tradisi Doa

Padang memiliki tujuan meminta keselamatan dan berkah kepada Allah Swt dan

dibalik pelaksanaannya terdapat dua hikmah yang bisa dijadikan nilai Al-Qur’an

dalam tradisi tersebut yaitu rasa syukur dan mempererat silaturahmi.

C. Pengetahuan dan Pemahaman Masyarakat Baserah tentang Dalil Tradisi

Doa Padang

Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan dan pemahaman masyarakat

Baserah tentang dalil tradisi Doa Padang, penulis melakukan wawancara dan

sudah mengumpulkan beberapa narasumber yang bisa menjawab sejauh mana

dan bagaimana pengetahuan serta pemahaman masyarakat terkait dengan dalil

pelaksanaan tradisi Doa Padang. Karena pada dasarnya kajian Living Qur’an

bertujuam untuk mengetahui bagaimana masyarakat memahami dan

memfungsikan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.

Sebelum mengkaji tentang pengetahuan dan pemahaman masyarakat Baserah

tentang dalil tradisi Doa Padang. Penulis akan menyajikan bagaimana pendapat

masyarakat Baserah terhadap Doa Padang itu sendiri. Seorang tokoh adat yang

bernama Makmur mengatakan :

“ Tradisi Doa Padang ko olah mendarah daging bagi kami na, satiok tahun
kami adakan dan iko tradisi yang wajib diadakan rek kami na, yo tujuannyo
kan elok awak maminta kapado Allah yang Maha Kuaso untuak keselamatan
apo yang wak tanam ko, baharok wak kapado Allah hondaknyo diboghi lh
keberkahan ka awak, dan iko sebagai wujud syukur pulo kapado Allah yang
dibuktikan dengan awak mambantai kebau atau kambiang duo ikuak sebagai
wujud raso syukur awak kepado yang Maha Kuaso”100
100
Makmur, Tokoh Adat, Wawancara Langsung, 30 Maret 2022, Pukul 11.30 WIB
84

Dari hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa Doa Padang merupakan

tradisi yang sangat berarti bagi masyarakat Baserah, bahkan tradisi ini wajib

dilaksanakan setiap tahunnya, narasumber di atas juga memahami bahwa doa

padang dilakukan untuk meminta keselamatan dan keberkahan kepada Allah

serta sebagai wujud rasa syukur masyarakat kepada Allah Swt.

Selanjutnya, Hendriadi seorang masyarakat Baserah yang berprofesi sebagai

petani mengatakan :

“ Doa Padang ko, tradisi yang wajib dilestarikan na, apolagi bagi kami
para petani ko maraso tatolong pulo rek nyo. Dalam agamo awak pun kan
diajarkan untuak badoa dan barusaho jiko ingin hasil yang maksimal, kami
maraso sejak diadokannyo tradisi Doa Padang ko, Alhamdulillah hasil
panen kami dalam tahun tu ndak ado yang gagal lo, tradisi iko pun sebagai
ajang mampaorek tali persaudaraan kami na, bagami-gami kumpul di
sawah, makan basamo-samo, ditutuik doa dengan harapan supayo apo
yang wak tanam subur dan tehindar lh hondaknyo dari panyakik” 101

Hendriadi meyakini bahwa pelaksanaan tradisi Doa Padang sangat

bermanfaat terutama bagi para petani, beliau merasa dengan diadakannya tradisi

ini hasil panen selama tahun itu tidak ada yang gagal. Oleh karena itu menurut

beliau tradisi Doa Padang wajib untuk dilaksanakan dan dilestarikan.

Dedi Mulyadi seorang tokoh agama mengenai pelaksanaan tradisi Doa

Padang mengatakan :

“ Tradisi Doa Padang ini sebenarnya bagus, tujuannya untuk mengharap


keselamatan dan keberkahan serta wujud rasa syukur masyarakat kepada
Allah Swt. Namun sangat disayangkan ada beberapa sesi dalam
pelaksanaan Doa Padang ini yang menurut saya ada kesyirikan di
dalamnya, yaitu pemasangan gayang-gayang (sesajian) itu apalagi
menurut masyarakat sesajian itu untuk penunggu yang ada di sawah atau
kebun, dalam agama Islam sama-sama kita ketahui memberi sesajian
kepada hal semacam itu termasuk syirik, jadi menurut saya ya tradisi Doa
101
Hendriadi, Masyarakat Baserah, Wawancara langsung, pada 27 Maret 2022 pukul 16.30
WIB
85

Padang ini adalah suatu perbuatan yang bertujuan baik tapi dibumbui
dengan suatu yang dilarang syariat”102

Dari hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa Dedi Mulyadi yang

merupakan seorang tokoh agama di Baserah beranggapan bahwa Doa Padang

meskipun tujuannya baik yaitu mengharap berkah dan keselamatan tanaman padi

kepada Allah Swt, terdapat indikasi yang menunjukan kesyikrikan di dalamnya.

Yaitu memakai sesajian yang diberikan untuk penunggu yang ada di sawah atau

kebun.

Menurut penulis, pendapat dari beliau cukup beralasan mengingat masyarakat

Baserah yang masih percaya dalam hal-hal mistis seperti penunggu dan lain

sebagainya. Namun dalam hal ini penulis tegaskan tidak ada maksud untuk

menjustifikasi benar atau salahnya pelaksanaan tradisi Doa Padang ini. Karena

penelitian ini dilakukan bukan untuk mencari hukum dari pelaksanaan tradisi

Doa Padang. Penelitian ini dilakukan untuk mencari bagaimana pemahaman

masyarakat terhadap ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang dijadikan landasan

pelaksanaan tradisi Doa Padang.

Adapun pendapat di atas penulis sajikan untuk menunjukan keberagaman

pendapat masyarakat Baserah terhadap tradisi Doa Padang. Jadi dari hasil

wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa umumnya masyarakat Baserah

menganggap Doa Padang adalah suatu tradisi yang bagus dan wajib

dilaksanakan setiap tahunnya. Namun ada beberapa tokoh yang mungkin kurang

102
Dedi Mulyadi, Tokoh Agama, Wawancara Langsung, pada 25 Maret 2022 pukul 06 .10
WIB
86

setuju dengan diadakannya Doa Padang ini dengan alasan seperti yang sudah

disebutkan di atas.

Selanjutnya bagaimana pemahaman masyarakat Baserah terhadap dalil atau

ayat yang dijadikan landasan pelaksanaan tradisi Doa Padang. Dalam hal ini

penulis mewawancari beberapa narasumber dari masyarakat biasa yang

berprofesi sebagai petani,tokoh adat, dan tokoh agama.

Berdasarkan hasil wawancara dari narasumber maka penulis mengklarifikasi

mengenai pemahaman dalil tradisi Doa Padang sebagai berikut :

Seroang pemuka adat yang bernama Syamsuri, beliau juga sekaligus seorang

niniak mamak di Baserah dan sebagai salah satu perwakilan musyawarah dalam

menentukan kapan diadakan Doa Padang. Berkaitan dengan hal ini beliau

mengatakan :

“ Doa padang ko diadokan untuak manunjuakan sabapo godang raso


syukur awak kapado tuhen Yang MahaKuaso na, perintah basyukur ka
tuhen ko kan samo-samo wak tau banyak ayek dalam al-Qur’an na, salah
satu ayek yang memang populer pulo di tengah masyarakat yo QS Ibrahim
ayek 7 u, ayek iko pun kodok dibaco rek ustad kotu pembukaan acara doa
padang ko na, disitu kan lah joleh Allah berfirman nan artinyo “ jika kamu
bersyukur maka Kami akan tambah nikmatmu, dan jika kamu kufur maka
azab-Ku sangat pedih. Doa padang ko lh wujuik syukur masyarakat awak,
nan sabonenyo raso syukur tu bisa wk wujuikan dalam bentuk ibadah nan
lain kan, tapi doa padang ko olah jadi ciri khas masyarakat Baserah untuak
manunjuakan raso syukur ko na.”103

Menurut beliau, pelaksanaan tradisi Doa Padang ini erat kaitannya dengan QS

Ibahim ayat 7 yang isi kandungannya adalah tentang perintah Allah kepada

hambanya untuk bersyukur. Karena menurut beliau ayat ini sesuai dengan salah

103
Syamsuri, Tokoh Adat,Wawancara Langsung,pada 11 Januari 2022
87

satu hikmah dari pelaksanaan Doa Padang yaitu meningkatkan rasa syukur

kepada Allah Swt.

Sama halnya dengan pendapat di atas salah seorang tokoh agama yang sudah

dianggap sebagai ustad dan guru besar di Baserah bernama Dedi Mulyadi

memberikan pendapat terkait dalil pelaksanaan tradisi Doa Padang, beliau

mengatakan :

“ Salah satu hikmah Doa Padang ni ya rasa syukur, dan itu diwujudkan
dalam bentuk menyembelih seekor sapi atau dua ekor kambing yang
penting bagi masyarakat Baserah, doa padang ini sudah dianggap sebagai
tradisi yang mendarah daging dan sebagai lambang rasa syukur. Kalau
dikaitkan dengan Al-Qur’an ayat yang dijadikan landasan dalam tradisi ini
ya QS Ibrahim ayat 7.Karena ada salah satu lafaz dalam ayat ini yang
menjadi alasan bagi masyarakat menjadikan ayat ini sebagai dalil tradisi
doa padang yaitu ..... ْ ‫لَنِئ ْ َشٰٰ َك ْرمُت ْ َأَل ِزيٰٰدَ نَّمُك‬....
yang atinya “jika kamu
bersyukur maka akan Kami tambah nikmatmu”, menurut saya rasa lafaz
inlah yang menjadi dasar tradisi Doa Padang karena selain rasa syukur
dalam Doa Padang ini masyarakat juga berharap hasil padi bagus dan
berlimpah pada tahun itu.104

Dari hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwasanya menurut Dedi

Mulyadi pelaksanaan doa padang ini adalah lambang dari rasa syukur

masyarakat Baserah yang dibuktikan dengam menyembelih seekor sapi atau dua

ekor kambing. Menurut beliau juga QS Ibrahim ayat 7 menjadi landasan

pelaksanaan tradisi Doa Padang dengan menunjukan lafaz yang

mengindikasikannya yaitu :

ْ ‫لَنِئ ْ َش َك ْرمُت ْ َأَل ِزيدَ نَّمُك‬

104
Dedi Mulyadi, Tokoh Agama, Wawancara Langsung, pada 25 Maret 2022, pukul 06.10
WIB
88

Lafaz di atas yang artinya : “ jika kamu bersyukur, pasti Kami akan

menambah nikmatmu. Menurut Dedi Mulyadi menjadi indikasi pelaksanaan

tradisi Doa Padang karena maknanya sesuai dengan hikmah dan tujuan dari

pelaksanaan tradisi Doa Padang.

Sebagaimana dijelaskan pada poin B bahwasanya ayat yang menjadi landasan

pelaksanaan tradisi Doa Padang tidak hanya QS Ibrahim ayat 7, menurut

masyarakat Baserah ada beberapa ayat dalam Al-Qur’an yang menjadi dasar

pelaksanaan tradisi Doa Padang sebagaimana sudah disebutkan di atas.

Dalam hal ini seorang tokoh agama yang bernama Aspurdi Jaya mengatakan :

“Kalo batanyo tentang hikmah, sabonenyo Doa Padang ko selain raso


syukur jugo untuk mintak keselamatan dan berkah kapado tuhen na, karno
biasony doa padang ko diadokan rek masyarakaik katiko ughang turun ka
sawah kan. Makonyo disitu ado harapan masyarakat untuk keselamatan
padi dan bekah lah hondaknya dari Allah Swt. hal iko pas bone dengan
ayek tentang minta berkah dan keselamatan na contohnyo QS Al-A’raf
ayat 96 nan artinyo kalau ndk salah “ jiko panduduak nagori ko beriman
dan bertaqwa, maka akan kami limpahkan berkah dari langit dan bumi...”
disitu dikatokan kalau awak bariman dan bertaqwa Allah akan
melimpahkan berkah dai langit dan bumi, iman dan taqwa ko kan
dibuktikan dalam bontuak ibadah atau tindakan, ha jadi Doa Padang ko lh
sebagai bukti dari iman dan taqwa masyarakaik Baserah.105

Dari hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa menurut Aspurdi Jaya Qs

Al-A’raf ayat 96 dijadikan landasan atau dalil pelaksanaan tradisi Doa Padang

karena makna dari ayat tersebut sama dengan hikmah dari tradisi Doa Padang

yaitu mengharap berkah kepada Allah Swt.

Hal senada juga disampaikan oleh seorang tokoh agama bernama Syahrial

yang juga berprofesi sebagai petani. Beliau mengatakan :

105
Aspudi Jaya, Tokoh Agama, Wawancaa langsung, pada 26 maret 2022, pukul 16.30 WIB
89

“QS Al-A’raf ayat 96 ko dijadikan sebagai landasan atau dalil pelaksanaan


tradisi Doa Padang karno ditinjau dari maknanyo ayek ko menjelaskan
tentang perintah Allah Swt kepada hambanyo untuak beriman dan
bertaqwa kapado Allah, dengan iman dan taqwa tu lah Allah akan
menurunkan berkah dai langik dan bumi. Dimano hal iko samo dengan
tujuan dari diadokannyo Doa Padang yaitu mangharok barokah dan
keselamatan kapado Allah, baik barokah dari hasil panen padi, barokah
untuk petani, dan barokah untuak ugang-ugang yang kojo di kobun.106

Menurut Syahrial hampir sama dengan pendapat di atas yaitu QS Al-A’af

dijadikan dalil pelaksanaan tradisi Doa Padang karena sesuai dengan hikmah dan

tujuan dibalik pelaksanaan tradisi tersebut yaitu mengharap berkah dan

keselamatan dari Allah Swt.

Dalam hal ini menurut penulis diantara dua hikmah yang terdapat dalam

pelaksanaan tradisi Doa Padang di atas yaitu wujud rasa syukur dan mengharap

berkah cukup relevan, karena rasa syukur yang muncul pada diri seorang hamba

tidak terlepas dari rezeki yang berkah dari Allah Swt. Sebanyak apapun rezeki

yang diberikan oleh Allah Swt baik kecil maupum besar akan terasa bekah jika

disyukuri.

Selanjutnya salah satu ayat dalam Al-Qur’an yang juga dijadikan landasan

dalam pelaksanaan tradisi Doa Padang adalah QS Al-Hujurat ayat 13. Dalam hal

ini Aspurdi Jaya memberikan pendapat :

“Doa Padang ko kan diadokan untuk mampakuek hubungan silatuahmi


antaro masyaakaik yang mungkin olah agak ronggang rek keadaan intinyo

‫يَٰ َٓأهُّي َا ٱلنَّ ُاس اَّن َخلَ ْقنَٰ مُك ِّمن َذ َك ٍر‬
Doa Padang ko untuk mampakuek Ukhuwah Islamiyah na, Allah Swt
dalam QS Al-Hujurat olah menyampaikan :
‫ِإ‬
‫ َوُأنىَث ٰ َو َج َعلْنَٰ مُك ْ ُش ُعواًب َوقَ َبٓاِئ َل ِل َت َع َارفُ ٓو ۟ا‬nan artinyo “ hai manusio, sesungguhnya
olah Kami cipatakan kamu dari laki2 dan perempuan dan Kami jadikan
kamu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuak saling mengenal”. Dari
makna ayek ko kan lah joleh kalau awak tu diciptakan oleh Allah bersuku-
106
Syahrial, Tokoh Agama,Wawancara langsung, pada 27 Maret 2022 pukul 16.30 WIB
90

suku dan berbangsa-bangsa maksuiknyo beda-beda suku smo bangsa wk


kan , bisa pulo diartikan beda-beda parongai,tingkah laku,atau sifaik kan.
Diakhir lafaz ayek tu Allah menyuruh hambanyo untuak ta’aruf (saling
mengenal) kata ta’aruf ko menurut para ulama erat kaitannyo
dengamenjaga hubungan silaturahim. Mako dari itu meskipun mungkin
terkesan agak mamakso menurut ambo QS Al-Hujurat ayat 13 menjadi
salah satu landasan atau dalil pelaksanaan Doa Padang.107

Dari hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa menurut Aspurdi Jaya

QS Al-Hujurat ayat 13 ini menjadi dalil pelaksanaan Doa Padang karena dalam

ayat ini mengandung perintah Allah untuk manusia saling ber ta’aruf

(mengenal). Saling mengenal disini dimaksudkan sebagai menjaga tali

silaturahmi dan memperkuat ukhuwah islamiyah yang merupakan salah satu dari

hikmah dilaksanakannya Doa Padang.

D. Analisis Penulis

Dalam poin ini penulis akan menyajikan bagaimana analisa penulis terhadap

pelaksanaan tradisi Doa Padang serta ayat yang dijadikan landasan pelaksanaan

tradisi Doa Padang oleh masyarakat Baserah dan bagaimana mereka memaknai

ayat tersebut dari data-data yang sudah disajikan di atas.

Mengenai tradisi Doa Padang menurut penulis bagi masyarakat Baserah

tradisi ini menjadi suatu hal yang penting dan wajib dilaksanakan setiap

tahunnya. Tradisi yang dilaksnakan di tengah sawah ini bertujuan untuk

meminta berkah dan keselamatan kepada Allah Swt agar hasil panen padi bagus

serta terhindar dari hama dan penyakit. Juga dimaksudkan sebagai wujud rasa

syukur dan untuk memperkuat solidaritas antar masyarakat.

107
Aspudi Jaya, Tokoh Agama, Wawancaa langsung, pada 26 maret 2022, pukul 16.30 WIB
91

Hikmah dan tujuan Doa Padang yang disebutkan di atas, dapat dilihat dan

dibuktikan dari proses berjalannya tradisi Doa Padang. pertama, penyembelihan

satu ekor sapi atau 2 ekor kambing sebagai wujud rasa syukur kepada Allah Swt,

kedua, doa yang dipanjatkan dalam acara sebagai usaha meminta berkah dan

keselamatan kepada Allah Swt, dan terakhir masyarakat yang bekerja sama dan

bergotong royong untuk menyiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam

pelaksanaan tradisi Doa Padang merupakan wujud dari memperkuat solidaritas

dan silaturahmi antar masyarakat.

Adapun mengenai ayat-ayat yang dijadikan landasan pelaksanaan tradisi Doa

Padang yaitu (QS Ibrahim ayat 7, QS Al-A’raf ayat 96, dan QS Al-Hujurat ayat

13) merupakan interpretasi dari masyarakat Baserah dengan cara mengkaitkan

nilai-nilai yang tedapat dalam pelakasanaan tradisi Doa Padang dan makna yang

terkandung dalam ayat-ayat tersebut. Hal ini seyogianya sama dengan tujuan

dari penelitian Living Qur’an yaitu melihat bagaimana masyarakat memahami

dan mengfungsikan Al-Qur’an in every day life (dalam kehidupan sehari-hari).108

Dalam memahami dan memaknai ayat-ayat tersebut menurut analisa penulis

masyarakat memahami ayat menggunakan pendekatan tekstual. Pendekatan

tekstual ini juga dipelajari dalam ilmu penafsiran Al-Qur’an, pendekatan tekstual

dalam ilmu tafsir Al-Qur’an merupakan suatu usaha dalam memahami Al-

Qur’an melalui teks atau lafaz dari ayat Al-Qur’an secara harfiah109. Praktik

tafsir dalam pendekatan tekstual lebih berorientasi pada teks dalam dirinya.

108
M. Mansyur, et al, op. cit.,
109
M.Solahudin, “Pendekatan Tekstual dan Kontekstual dalam penafsiran Al-Qur’an”, Al-
Bayan:Jurnal Studi Al-qur’an dan Tafsir, ( Desember :2016 ), h.116 diakses dari
https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/Al-Bayan/article/view/1596
92

Selain pendekatan tekstual dalam ilmu tafsir Al-Qur’an juga dikenal

pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual yang dimaksud disini yaitu

pendekatan yang mencoba menafsirkan Al-Qur’an berdasarkan pertimbangan

analisis bahasa, latar belakang sejarah, sosiologi, dan antropologi yang berlaku

dalam kehidupan masyarakat Arab sebelum Islam masuk dan selama proses

wahyu Al-Qur’an berlangsung.110

Penafsiran ayat-ayat yang disebutkan di atas oleh masyarakat Baserah secara

tekstual dapat dilihat dari cara masyarakat memahami ayat tersebut. Contohnya

penafsiran QS Ibrahim ayat 7 : salah satu narasumber Dedi Mulyadi

sebagaimana telah disebutkan di atas mengatakan bahwa yang mengindikasikan

perintah Allah untuk bersyukur dalam ayat ini terdapat pada lafaz ْ ‫لَنِئ ْ َش َك ْرمُت‬

ْ ‫َأَل ِزيٰٰٰدَ نَّمُك‬yang artinya “jika kamu bersyukur,pasti Kami akan menambah

nikmatmu”. Dedi Mulyadi meyakini bahwa ayat ini menjadi landasan

pelaksanaan tradisi Doa Padang karena makna dari ayat ini berisi perintah Allah

untuk selalu bersyukur kepadaNya.

Jika dilihat dari pendekatan kontekstual QS Ibrahim ayat 7 di atas dalam

tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwasanya ayat ini secara historis berkaitan

dengan kisah nabi Musa, yaitu ketika Allah Swt memberitakan tentang Musa

tatkala mengingatkan kaumnya tentang hari-hari Allah dan nikmat-nikmat yang

telah dikaruniakan-Nya kepada mereka. Ketika Allah menyelamatkan mereka

dari kejaran Fir’aun dan tentaranya dan dari siksaan serta penghinaan tehadap

mereka, yaitu dengan membunuh anak-anak laki-laki mereka dan membiarkan


110
Ibid, h. 118
93

anak-anak perempuan mereka hidup. Maka, Allah menyelamatkan mereka dari

siksaan seperti itu. Hal ini merupakan nikmat yang besar bagi mereka111

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa QS Ibrahim ayat 7 jika

ditafsirkan secara tekstual maupun secara kontekstual hampir sama maknanya

yaitu perintah Allah untuk bersyukur atas nikmatnya, yang membedakan hanya

dari segi konteks ayat tersebut yang secara historis atau asbabun nuzulnya

berkaitan dengan kisah nabi Musa, hal ini bisa didapatkan jika ayat ditasfsirkan

secara kontekstual. Beda hal nya jika ayat ditafsirkan dengan pendekatan

tekstual dimana ayat tersebut diambil maknanya hanya dengan melihat makna

teks secara harfiah.

Begitupula dengan ayat-ayat yang dijadikan landasan tradisi Doa Padang

yang lain (QS Al-A’raf ayat 96 dan QS Al-Hujurat ayat 13). Jika ditinjau dari

hasil wawancara di atas masyarakat Baserah menggunakan pendekatan tekstual

dalam menafsirkan ayat tersebut. yaitu QS Al-A’raf ayat 96 menjelaskan tentang

perintah Allah untuk beriman dan bertaqwa agar Allah melimpahkan berkah dari

langit dan bumi dan QS Al-Hujurat menjelaskan tentang perintah Allah untuk

berta’aruf atau silaturahmi.

Jika ditasfirkan secara kontekstual QS Al-A’raf ayat 96 ini dalam tafsir Ibnu

Katsir dijelaskan : Allah Swt memberitahukan tentang minimnya keimanan

penduduk negeri-negeri (negeri-negeri yang dimaksud disini adalah negeri-

negeri yang didalamnya diutus seorang Rasul misalnya Mesir (Nabi

Musa) ,Mekkah (Nabi Muhammad), dan lain sebagainya) firman Allah Swt “

111
Abdullah bin Abdurrahman bin Ishaq Al-Sheikh, Tafsir Ibnu Kastir, Penerjemah M.Abdul
Ghoffar, (Bogor : Pustaka Imam Syafi’i , 2004) Jilid 4 h.523
94

jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa” . maksudnya

hati mereka beriman dan membenarkan apa yang dibawa oleh para Rasul, lalu

mereka mengikuti rasul dan bertaqwa dengan berbuat ketaatan dan

meninggalkan larangan. “pastilah kami akan menurunkan berkah dari langit dan

bumi” maksudnya yaitu, hujan dari langit dan tumbuh-tumbuhan dari bumi.112

Lalu QS Al-Hujurat jika ditafsirkan secara kontekstual dalam tafsi As-Sa’di

dijelaskan. Allah Swt menciptakan anak cucu Adam dari asal-usul dan diri yang

satu, semua keturunan Adam berasal dari lelaki dan perempuan yang silsilah

semuanya merujuk pada Adam dan Hawa. Allah SWT mengembangbiakkan

dari keduanya lelaki dan perempuan yang banyak, mereka kemudian disebar dan

dijadikan “berbangsa-bangsa dan bersuku-suku” yakni suku-suku besar dan

kecil. Yang demikian itu bertujuan agar mereka saling mengenal satu sama lain,

sebab andai masing-masing orang menyendiri, tentu tidak akan tercapai tujuan

saling mengenal satu sama lain yang bisa menimbulkan saling tolong-menolong,

bahu membahu, saling mewarisi satu sama lain serta menunaikan hak-hak

kerabat113

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa penafsiran QS Al-A’raf ayat 96

dan QS Al-Hujuat ayat 13 baik secara tekstual maupun kontekstual hampir sama

yang membedakan hanya pada penafsiran kontekstual yang menyajikan konteks

ayat tersebut baik secara historis,sosiologi dan antropologi.

112
Ibid, Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 9 h, 427
113
Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di,”Tafsir al-Qur’an, terj Muhammad Iqbal dkk”,
(Jakarta : Darul Haq, 2014)
95

Adapun kaitannya dengan pendekatan fenomonologi yang penulis gunakan

dalam penelitian ini. Penjelasan di atas merupakan bentuk usaha masyarakat

dalam menanggapi fenomena yang tejadi ditengah-tengah masyarakat secara

realitas yang dalam hal ini fenomena tersebut adalah tradisi Doa Padang atau

bisa dikatakan bahwa tradisi Doa Padang.

Sebelum itu perlu dipahami bahwa fenomenologi dalam kajian Islam

bertujuan untuk mengungkapkan makna dari suatu gejala sehingga gejala

tersebut dapat dipahami dan dapat diterapkan dalam ajaran-ajaran normatif,

kegiatan-kegiatan keagamaan, institusi-institusi keagamaan, tradisi-tradisi dan

simbol-simbol keagamaan.114

Gejala yang dimaksud dalam penelitian ini dapat dilihat dari aspek

pemanfaatan Al-Qur’an oleh masyarakat Baserah, yaitu menjadikan beberapa

ayat Al-Qur’an sebagai landasan pelaksanaan tradisi Doa Padang yang menjadi

objek kajian dalam penelitian ini.

Lalu kegiatan masyarakat Baserah dalam memaknai ayat-ayat Al-Qur’an

sebagaimana telah disebutkan di atas merupakan salah satu bentuk dari kajian

Living Qur’an, sebagaimana yang dijelaskan dalam buku M.Mansur yang

berjudul “Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis” yaitu Living Qur’an

adalah studi tentang Al-Qur’an yang tidak bertumpu pada eksistensi tekstualnya,

melainkan studi tentang fenomena sosial yang lahir terkait dengan kehadiran Al-

Qur’an dalam wilayah geografi tetentu dan masa tertentu pula.115

114
Afif Syaiful Maimudin, “Pendekaran Fenomonologi Dalam Kajian Islam”, AT-TAJDID
:Jurnal Pemikiran dan Pemikiran Islam , (Januari 2021) Vol 05, h 90 diakses dari
https://ojs.ummetro.ac.id/index.php/attajdid/article/view/1597/pdf
115
M. Mansyur, et al, op. cit., h.40
96

Dari penjelasan di atas dapat penulis simpulkan bahwa Doa Padang

merupakan suatu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Baserah yang lahir dari

pemaknaan masyarakat Baserah terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan

dengan rasa syukur, mengharap berkah, dan menjaga tali silaturahmi.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian yang telah paparkan dalam skripsi ini, maka dapat ditarik

beberapa kesimpulan yaitu :

1. Tradisi Doa Padang bagi masyarakat Baserah menjadi suatu hal yang penting

dan wajib dilaksanakan setiap tahunnya, mengingat banyak masyarakat yang

bekerja sebagai petani. Masyarakat Baserah percaya dengan diadakannya Doa

Padang bisa menambah rasa syukur dan mempekuat tali persaudaraan antar

masyarakat, serta yang paling penting dalam doa padang ini berisi harapan

untuk meminta keselamatan dan keberkahan kepada Allah Swt agar tanaman

padi tumbuh subur dan selamat dari penyakit maupun bencana alam yang

mengakibatkan gagal panen.

2. Proses pelaksanaan tradisi Doa Padang terbagi menjadi 3 bagian : pertama

tahap persiapan yang terdiri dari : Musyawarah antar perangkat

desa,Memutuskan waktu,Memutuskan tempat, Membentuk panitia

Memutuskan jumlah iuran, Gotong royong. Kedua tahap sebelum Doa Padang

terdiri dari :

Menyembelih seekor kambing atau kerbau, Menyiapkan gayang-

gayang,Memasak kerbau/kambing. Ketiga tahap terdiri dari :Manyima,Kata

sambutan dari kepala desa, Ceramah singkat dari ustad,Makan bersama,

Pembacaan doa, Penutup.

97
98

3. Dalil atau ayat yang menjadi landasan pelaksanaan tradisi Doa Padang ada 3

yaitu QS Ibrahim ayat 7, QS Al-A’raf ayat 96, dan QS Al-Hujuat ayat 13.

Ayat-ayat ini dijadikan landasan pelaksanaan tradisi Doa Padang oleh

masyarakat Baserah karena makna dan isi kandungan ayat di atas sama dengan

nilai dan hikmah yang terkandung dibalik pelaksanaan tradisi Doa Padang.

4. Masyarakat dalam memaknai ayat-ayat di atas menggunakan pendekatan

tekstual yaitu menafsikan Al-Qur’an dilihat dari makna teks secara harfiah

tidak dilihat dari konteks ayat tersebut melainkan hanya dari makna lafaz ayat

tersebut.

5. Kaitan penelitian ini dengan kajian Living Qur’an dapat dilihat dari usaha

masyarakat dalam memaknai ayat-ayat Al-Qur’an dalam fenomena sosial yang

terjadi di tengah masyarakat, yang dalam hal ini fenomena tersebut adalah

tradisi Doa Padang.

B. Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan mengenai tradisi Doa

Padang adalah sebagai berikut :

1. Pelaksanaan tradisi Doa Padang hendaknya dilaksanakan lebih dari satu kali

dalam satu tahun mengingat profesi yang dilakoni oleh masyarakat Baserah

kebanyakan sebagai petani. Dalam hal ini penulis menyarankan untuk

mengadakan Doa Padang sebelum dan sesudah masa panen.

2. Hendaknya nilai-nilai yang terdapat dalam tradisi Doa Padang seperti rasa

syukur dan memperkuat ukhuwah islamiyah bisa diterapkan oleh masyarakat


99

Baserah tidak hanya pada tradisi Doa Padang, melainkan juga diterapkan dalam

kehiduapn sehari-hari\

3. Dalam memaknai dan memahami ayat khususnya ayat-ayat yang dijadikan

landasan tradisi Doa Padang hendaknya masyarakat tidak hanya memahami

secara tekstual saja namun bisa dilihat juga secara kontekstual minimal dengan

melihat buku tafsir Al-Qur’an dari karya-karya yang populer seperti :tafsir Ibnu

Kastir, tafsir Al-Misbah, tafsir Al-Munir dan lain sebagainya.

Demikian harapan dan saran yang dapat penulis sampaikan, semoga

bermanfaat. Apabila penelitian ini benar sungguh, itu berasal dari Allah SWT

dan jika terdapat kesalahan, hal tersebut datang dari penulis sendiri. Akhir kata

penulis ucapkan banyak maaf dan terimakasih, wassalam


DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abdillah,Abu Umar, Dukun Hitam Dukun Putih, WAFA Press : Mei 2006

Adib, Bisri Musthofa, Terjemah Shahih Muslim, ( Semarang Asy-Syifa : 1993)

Afriadi Putra dan Muhammad Yasir,Kajian Al-Qu’an di Indonesia dari studi teks ke
Living Quran,(Majalah Ilmu pengetahuan dan Pemikiran Keagamaan
Tajdid, : Desember 2018)

Al-Mahfani,M. Khalilurrahman,Keutamaan Doa dan Dzikir untuk Hidup Bahagia


dan Sejahtera, ( Jakarta: PT.Wahyu Media )

Al-Mubarokfuri, Syeikh Shafiyurrahman,“Shahih Tafsir Ibnu Katsir”, (Jakarta :


Pustaka Ibnu Katsir, 2019

Al-Qarni Aidh, Tafsir Muyassar, Jakarta : Qisthi Press, 2007

Ariyono dan Aminuddin Sinegar, Kamus Antropologi(Jakarta: Akademika


Pressindo, 1985)

As-Sa’di Abdurrahman bin Nashir, “Tafsir al-Qur’an”, terj Muhammad Iqbal dkk,
(Jakarta : Darul Haq, 2014)

Az-zuhaili,Wahbah, Tafsir Al-Munir , Penerjemah Abdul Hayyie al-Kattani dkk,


(Depok : Gema Insani, 2013 )

Dalogna Bella Vista, “Bahasa dan Budaya Jawa terkait dengan Tradisi Wiwit
Sawah di desa Musuk Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen”(Surakarta
FIB :2018)

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:


Gramedia Utama, 2008, edisi ke empat, hlm. 1483

Fatoni Abdurrahman, “Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi”


(Jakarta: Rineka Cipta,2011)

Farhan.,Ahmad ,” Living Qur’an Sebagai Metode Alternatif Dalam Studi


Qur’an”, ( EL-AFKAR : Jurnal Pemikiran Islam dan Tafsir Hadis )

Habibi,Anas,Doa Mustajab Dalam Al-Qur’an, ( Solo: Aqwam, 2010 )

Hadi,Sutrisno, “Metodologi Reserch” (Yogyakarta:Andi Ofset,Edisi Refisi,2002)

100
101

Hakim,Awaludin,Doa Dalam Perspektif Alqur’an Kajian Tafsir Ibnu Katsir dan


Tafsir Al-Azhar, Jurnal al-fath

Hasbillah,Ahmad ‘Ubaydi,Ilmu Living Qur’an-Hadis,(Ciputat: Maktabah Darus


Sunnah, 2019)

Ikhwan, “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah”, ( Pustaka IAIN Imam Bonjol Padang :
2016 )

Junaedi, Didi, “Living Quran : Sebuah Pendekatan baru dalam Kajian Al-
Quran”, (Jurnal Al-Qur’an dan Hadis : 2015)

Khoirul Amru Harahap dan Reza Pahlevi Dalimunte, Dahsyatnya Doa dan Dzikir,
( Jakarta: QultumMedia, 2008 )

Kuncoroningrat, Sejarah Kebudayaan Indonesia, Yogyakarta: Jambatan, 1954

Maimudin,Afif Syaiful, “Pendekaran Fenomonologi Dalam Kajian Islam”, AT-


TAJDID :Jurnal Pemikiran dan Pemikiran Islam , (Januari 2021)

Mahyudi Dedi, Pendekatan Antropologi dan Sosiologi dalam studi Islam, Ihya al-
Arabiyah, Vol.2 No.2, (2016) h.208

Mansyur,M., dkk., Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta:


TH. Press, 2007)

Muhammad bin Ismaīl bin Ibrāhim bin al-Mugīrah al-Ju’fi al-Bukhāri, Ṣaḥīḥ al-
Bukhāri (Beirut: Dar al-Ṭuq al-Najāh, 1422)

Moleong,Lexy J.,“Metodologi Penelitian Kualitatif”. ( Bandung : Remaja


Rosdakarya, 2011)

Odzemir, Faerudin, Allah Dihatiku Allah dikalbu , ( Jakarta: Zahira 2015 )

Sutrisno,Mudji, Ranah-Ranah Kebudayaan, Yogyakarta: Kanisius, 2009

S. Syafrizal dan D. Yulita, “Perubahan Tradisi Doa Padang di Kecamatan Sentajo


Raya”,

Sugiyono, “Metode Penelitian Kualitatif dan R&D”, (Bandung: Alfa Beta, 2006)

Suryana, “Metododologi Penelitian Model Prakatis Kuantitatif dan Kualitatif”,


(Buku Ajar Perkuliaahan Universitas Pendidikan Indonesia : 2010)
102

Solahudin, “Pendekatan Tekstual dan Kontekstual dalam penafsiran Al-Qur’an”,


Al-Bayan:Jurnal Studi Al-qur’an dan Tafsir, ( Desember :2016 )

S., Syamsudin, “Ranah-ranah Penelitian dalam Studi al-Qur’an dan Hadis”,


(Yogyakarta: TH. Press, 2007)

Syukiardi,Sambas, dan Tata Sukayas, Quantum Doa : Membangun Keyakinan


Agar Doa Tak Terhijab dan Mudah Dikabulkan, ( Bandung: PT Mizan
Publika )

Yahya,Harun,Memilih Alqur’an Sebagai Pembimbing Keutamaan Do’a dan Do’a


para Nabi dalam Alqur’an, ( Surabaya: Risalah Gusti, 2004 )

Yusuf, M., “Pendekatan Sosiologi dalam Penelitian Living Qur’an,” (Yogyakarta:


TH. Press, 2007)

Narasumber yang diwawancarai :

Jaya,Asprudi,Tokoh Agama, Wawancara langsung, pada 26 maret 2022

Mulyadi, Dedi, Tokoh Agama, Wawancara Langsung, pada 25 Maret 2022

Faisal, Masyarakat Baserah, Wawancara langsung, pada 11 Januari 2022

Hendriadi, Masyarakat Baserah, Wawancara langsung, pada 27 Maret 2022

Maridun, Tokoh Masyarakat Baserah, Wawancara Langsung , 10 september 2021

Makmur, Tokoh Adat, Wawancara Langsung, 30 Maret 2022

Marlin, Tokoh Agama, Wawancara langsung, pada 26 maret 2022

Mukhtar, seorang Datuk Baserah,Wawancara langsung pada 18 September 2021

Syafrizal, Wawancara Langsung, pada 27 Maret 2022

Syamsuri,Tokoh Adat, Wawancara langsung, pada, 11 Januari 2022

Syahrial, Tokoh Agama,Wawancara langsung, pada 27 Maret 2022

Anda mungkin juga menyukai