Anda di halaman 1dari 78

STATUS HUKUM JUAL BELI JANGKRIK DALAM PERSPEKTIF FIQH

SYAFI’IYYAH

RISALAH

Diajukan Oleh:

Mahasantri Ma’had Aly MUDI Mesjid Raya Samalanga

Nama : ZIKRUN

NIM : 161911104029

Takhasus : Fiqh wa Ushuluh

MA’HAD ALY MUDI MESJID RAYA SAMALANGA


KABUPATEN BIREUEN
1444 H/2023 M

i
STATUS HUKUM JUAL BELI JANGKRIK MENURUT
PERSPEKTIF FIQH SYAFI’IYYAH

RISALAH

Diajukan Kepada Jurusan Fikih wa Ushuluh Ma’had Aly MUDI Mesjid Raya
Samalanga Kabupaten Bireuen untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Marhalah Ula (M1) dalam Bidang Fikih wa Ushuluh

Oleh:
Mahasantri Ma’had Aly MUDI Mesjid Raya Samalanga

Nama : ZIKRUN
NIM : 161911104029
Takhassus : Fikih wa Ushuluh

Telah disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

(Tgk. Alauddin, M.Ag ) (Tgk. Muhammad Yanis, S.Ag)

ii
SURAT PERNYATAAN ORISINILITAS RISALAH

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Zikrun

Nim : 161911104029

Takhassus : Fikih wa Ushuluh

Dengan ini menyatakan bahwa risalah ini benar karya penulis sendiri dan

belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu

perguruan tinggi. Sepengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis disebutkan

dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam risalah ini semua isinya terdapat unsur-unsur

plagiat, maka saya bersedia risalah ini di gugurkan serta dapat diproses sesuai aturan

yang sudah berlaku.

Demikian surat pernyataan ini penulis buat dan di tandatangani atas materai

10.000 dalam keadaan sadar tanpa tekanan/paksaan oleh siapapun.

Samalanga, 13 juli 2023 M


Yang membuat pernyataan,

ZIKRUN

iv
MOTTO

“BERHENTILAH MENJADI MAYAT KETIKA


HIDUP, DAN JADILAH HIDUP KETIKA
MENJADI MAYAT!”

“JUALLAH KEPANDAIANMU DAN BELILAH


KEBINGUNGANMU!”

v
KATA PENGANTAR

‫بسم اهلل الرمحن الرحيم‬


‫ وبصر بصائر املصدقني بسائر‬،‫ وسهل منهج السعادة للمتقني‬،‫ا حلمد هلل الذي أوضح الطريق للطالبني‬
‫ ومنحهم أسرار اإلميان وأنوار اإلحسان واليقني وأشهد أن ال إله إال اهلل‬،‫احلكم واألحكام يف الدين‬
.‫ وأشهد أن سيدنا حممدا عبده ورسوله الصادق الوعد األمني‬.‫ احلق املبني‬،‫وحده ال شريك له امللك‬
‫صلى اهلل عليه وعلى آله وأصحابه والتابعني هلم بإحسان إىل يوم الدين‬
Salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mencapai gelar sarjana Strata

Satu (S1) dalam program takhasus Ma’had Aly MUDI Mesjid Raya Samalanga

adalah menyelesaikan karya ilmiah dalam bentuk Risalah. Oleh karena itu, penulis

memberi judul Risalah “STATUS HUKUM JUAL BELI JANGKRIK DALAM

PERSPEKTIF FIQH SYAFI’IYYAH.” Perjalanan panjang telah penulis lalui dalam

rangka menyelesaikan penulisan risalah ini, banyak hambatan yang dihadapi dalam

penyusunannya. Namun, dengan kehendak dan iradah Allah SWT. Akhirnya penulis

berhasil menyelesaikan penulisan risalah ini. Banyak pihak yang memberi uluran

tangan, pemikiran dan do’a selama proses kegiatan ini. Oleh karena itu, dengan

penuh kerendahan hati, patutlah kiranya penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya atas segenap jasa mereka kepada penulis, yaitu kepada:

1. Al-Mukarram, Abu MUDI Syaikh. H. Hasanoel Bashry HG, Pimpinan

lembaga Pendidikan Islam (LPI) Ma’hadal ‘Ulum Dīniyyah Islamiyyah

vi
(MUDI) Samalanga Kab. Bireun yang telah mendidik penulis menjadi

manusia berakhlak dan berilmu.

2. Al-Mukarram, Abi Zahrul Mubarrak HB, M.Pd, selaku Mudir Ma’had Aly

MUDI Mesjid Raya Samalanga dan guru besar kami.

3. Guru saya tercinta di Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga: Aba H. Helmi

Imran, MA, Abiya H. Muhammad Baidhawi, S.HI, Waled Tarmizi Al-Yusufi,

Tgk. Safwandi, Tgk. Saifullah, Tgk Khalilullah, Tgk Saiful anwar bin usman,

Tgk. Saiful bahri bin Ibrahim, Tgk. Ardiansyah putra bin rusli, Tgk. Muzakkir

bin zulkifli, Tgk. Muhammad arif bin Hasbi, Tgk Zakaria bin Ramli, Tgk

Muhammad Fahmi bin adhami, yang telah rela meluangkan waktu untuk

mendidik saya tanpa mengenal lelah dan tanpa mengharapkan pamrih.

4. Teristimewa ucapan terimakasih tidak terhingga pada Ibunda Nurhasnabah

ibu kandung saya Dan Fadhilah binti Abdullah ibunda angkat saya yang

selalu memberikan semangat dan dukungan baik moril maupun materil

kepada penulis dalam menyelesaikan Risalah.

5. Tgk Alaudin, M.Pd dan Tgk Muhammad Yanis, S.Ag, masing-masing selaku

pembimbing yang selama ini telah membimbing dan memberi perhatian

penuh kepada penulis dengan begitu semangat dalam memberikan masukan-

masukan positif kepada penulis dan memperbaiki berbagai kesalahan untuk

terselesaikan dengan baik risalah ini dari segi teori maupun metodelogi

sehingga tidak keluar dari aturan-aturan ilmiah penulis sangat berterimakasih.

6. Seluruh guru-guru pendidik dan pengurus Ma’had Aly MUDI Mesjid Raya

Samalanga.

vii
7. Teman-teman seperjuangan di Ma’had Aly MUDI Mesjid Raya Samalanga

yang telah memberikan semangat dan do’a sehingga penulis mampu

menyelesaikan risalah ini.

Dalam penulisan risalah ini penulis sangat menyadari bahwa masih banyak

kekurangan, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata. Tentu saja

penulis sebagai manusia biasa penuh dengan kekurangan ini. Oleh karena itu, setiap

saran dan kritik yang konstruktif menyangkut tulisan penulis selalu disambut dengan

tangan terbuka. Penulis berharap semoga risalah ini bermanfaat terutama bagi penulis

sendiri dan bagi seluruh pihak. Aamiin...

‫رب العاملني‬
ِّ ‫كثريا واحلمد هلل‬
ً ‫تسليما‬
ً ‫حممد وعلى آله وصحبه وسلّم‬
ّ ‫وصلى اهلل على سيدنا‬

Samalanga, 23 juli 2023

ZIKRUN

viii
DAFTAR ISI

ix
PEDOMAN TRANSLITERASI
A. TRANSLITERASI

Transliterasi ini dimaksud untuk sedapatnya mengalihkan huruf bukan bunyi,


sehingga apa yang ditulis dalam huruf latin dapat diketahui bagaimana asalnya dalam
tulisan Arab. Dengan demikian diharapkan kerancuan makna dapat dihindari.
Transliterasi dapat digunakan dalam penulisan risalah ini adalah transliterasi
Arab-Latin hasil keputusan Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Tahun 1987, Nomor 0543b/U/1987. Adapun ketentuannya
adalah sebagai berikut.
Arab Tarnslitaresi Arab Transliterasi
‫ا‬ Tidak disimbolkan ‫ط‬ Th
‫ب‬ B ‫ظ‬ Zh
‫ت‬ T ‫ع‬ ‘
‫ث‬ Ts ‫غ‬ Gh
‫ج‬ J ‫ف‬ F
‫ح‬ H ‫ق‬ Q
‫خ‬ Kh ‫ك‬ K
‫د‬ D ‫ل‬ L
‫ذ‬ Dz ‫م‬ M
‫ر‬ R ‫ن‬ N
‫ز‬ Z ‫و‬ W
‫س‬ S ‫ه‬ H
‫ش‬ Sy ‫ء‬ ‫ۥ‬
‫ص‬ Sh ‫ى‬ Y
‫ض‬ Dh
Catatan:
1. Vokal Tunggal
‫(ﹷ‬fathah) = a misalnya, ‫ حدث‬ditulis hadasa
‫( ﹻ‬kasrah) = I misalnya, ‫ وقف‬ditulis waqifa
‫( ﹹ‬dhammah) = u misalnya, ‫ روي‬ditulis ruwiya

2. Vokal Rangkap
(‫ )ى‬fathah dan yā = ay misalnya, ‫ بين‬ditulis bayna

(‫ )و‬fathah dan waw = aw misalnya, ‫ يوم‬ditulis yawma

3. Vokal Panjang
(‫ )ا‬fathah dan alīf = ā (dengan garis di atas)

(‫ )و‬dhummah dan waw = ū (dengan garis di atas)

x
(‫ )ى‬kasrah dan ya = ī (dengan garis di atas)

4. Tā’ Marbuthah (‫)ة‬


Tā’ Marbuthah (‫ )ة‬hidup atau mendapat harkat fathah, kasrah dan dhammah di
transliterasikan dengan “t”, misalnya( ‫لحة‬xx‫ = المص‬al-mashlahah). Sementara Tā’
Marbuthah (‫ )ة‬mati atau mendapatkan harkat sukun, transliterasinya adalah “h”,
misalnya ‫ = )الضرورة‬al-dharūrah)

5. Syaddah (tasydīīd)
Syaddah dalam bahasa Arab dilāmbangkan (‫) ﱠ‬, dalam transliterasi ini
dilāmbangkan dengan huruf, yakni huruf yang sama dengan huruf yang mendapat
syaddah, misalnya ditulis al-muhadzdzab.

6. Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilāmbangkan dengan


transliterasinya adalah al, misalnya al-mursalah.

7. Hamzah (‫)ء‬
Untuk hamzah yang terletak ditengah dan di akhir kata ditransliterasikan
dengan apostrop, misalnya ditulis malāikah, ditulis juz’ī. Adapun hamzah yang
terletak di awal kata tidak dilāmbangkan, karena dalam bahasa arab ia menjadi alīīf,
misalnya ditulis isnad.

B. MODIFIKASI

1. Nama orang berkebangsaan Indonesia ditulis seperti biasa tanpa transliterasi,


seperti Sulaiman Daud. Sedangkan nama-nama lain ditulis sesuai dengan
kaedah penerjemahannya, misalnya al-Syāfi’ī.
2. Nama kota ditulis menurut ejaan Bahasa Indonesia, seperti Mesir, bukan
Mishrī, Beirut bukan Bayrūt dan sebagainya.
3. Istilāh asing yang sudah populer dan masuk ke dalam bahasa Indonesia,
ditulis seperti biasa tanpa di transliterasi, seperti tauhid bukan tawhīd, hadis
bukan hadits dan sebagainya. Adapun istilāh asing yang belum masuk ke
dalam kosa kata bahasa Indonesia, ditulis seperti aslinya dan dicetak miring,
seperti tabyīn, ‘āmm dan lain-lain.
4. Tulisan Al-Qur’an diseragamkan menjadi “Al-Qur’an” dimanapun letaknya
dan tidak dimiringkan.

C. SINGKATAN

Ed. = Edisi
Cet. = Cetakan
Jld. = Jilid
h. = Halaman
H = Tahun Hijriah
M = Tahun Masehi
W = Wafat
SWT = ‫سبحانه وتعلى‬

xi
SAW = ‫صلى هللا عليه وسلم‬
RA =‫هللا عنه رضي‬
tt = tanpa tahun
tp = tanpa penerbit
tk = tanpa kota
Terjm = Terjemahan
Q.S = Qur’an Surat
H.R = Hadis Riwayat

xii
ABSTRAK

Institusi : Ma’had Aly MUDI Mesjid Raya


Nama : Zikrun
Nim : 161911104029
Takhasus : Fikih wa Ushuluh
Judul : STATUS HUKUM JUAL BELI JANGKRIK MENURUT
PERSPEKTIF FIQH SYAFI’IYYAH
Pembimbing I : Tgk Alauddin M.Ag
Pembimbing II : Tgk Muhammad Yanis, S.Ag
Tahun Lulus : 1444 H / 2023 M
Dalam kehidupan sehari-hari sudah banyak ditemukan persoalan-persoalan baru
dengan jawaban hukum dari hasil yang berbeda-beda salah satunnya adalah
persoalan jual beli jangkrik. Penelitian ini dilātarbelakangi oleh adanya permasalahan
yang mulai marak terjadi didunia perlombaan burung oceh-ocehan. Pecinta burung
memerlukan pasokan makanan yang lebih banyak untuk memenangkan lomba,
makanan yang diperlukan adalah jangkrik karena berfungsi untuk memperbagus
suara burung yang akan diperlombakan. Kajian ini difokuskan untuk menjawab 2 hal
penting, 1) Bagaimana ketentuan hukum-hukum hasyarat dalam perspektif fiqh
syafi’iyyah, 2) Bagaimana bagaimana hukum jual beli hayarat dalam perspektif
syafi’iyyah, Penelitian ini merupakan penelitian perpustakaan (library research)
dengan jenis data kualitatif. Penelitian ini bersifat deskriptif-analitis dengan
pendekatan normatif dan komparatif. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa,
pertama hukum pemanfaatan hasyarat untuk jual beli dan konsumsi adalah haram,
kedua jual beli jangkrik dihukumkan haram karena digolongkan kedalam hasyarat.

xiv
HUKUM JUAL BELI JANGKRIK DALAM PERSPEKTIF fIQH
SYAFI’IYYAH

RISALAH

Diajukan Kepada Jurusan Fiqh wa Ushuluh Ma’had Aly MUDI Mesjid Raya
Samalanga Kabupaten Bireuen untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Marhalah Ula (M1) dalam Bidang Fiqh wa Ushuluh

Oleh:

Mahasantri Ma’had Aly MUDI Mesjid Raya Samalanga

Nama : Zikrun

NIM : 161911104029

Takhassus : Fiqh wa Ushuluh

xv
Telah disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Tgk. Alaudin, M.Pd Tgk. Muhammad Yanis, S.A

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Agama islam adalah agama yang sempurna, artinya tiada kurang atau lebih.
Agama Islam mengatur segala aktivitas manusia di dunia ini secara spesifik dengan
aturan-aturan atau hukum-hukum berdasarkan dari Al-qur’an dan Hadis.

Allah SWT. berfirman dalam QS.Al-Maidah: Ayat 3 (juz 6):

…‫يت لَ ُك ُم ٱِإل س ٰلَ َم ِدينا‬ ِ


ُ ‫عميِت َو َرض‬
ِ ِ
ُ َ‫لت لَ ُكم دينَ ُكم َوَأمت‬
َ ‫مت َعلَي ُكم ن‬ ُ ‫َأكم‬
َ ‫وم‬َ َ‫…ٱلي‬

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu1.”

Salah satu kesempurnaan Islam adalah mengajarkan pada setiap diri


seseorang untuk tetap menjaga hubungan antara dirinya dan Penciptanya (hablum
minAllah) dan juga antara dirinya dan makhluk ciptaannya (hablum minannas).
Hubungan interaksi dengan manusia ini sering disebut juga dengan ‘muamalah’.

Ketika bermuamalah, manusia diharuskan untuk mematuhi norma-norma

yang telah tertulis dalam eksemplar-eksemplar kuno sejak 1 milenium 4 abad yang
lalu, artinya manusia tidak boleh dengan seenaknya bebas beraktifitas tanpa aturan

1
Terjemahan departemen agama RI, al-Hikmah al-Qur’an dan Terjemahan, (,cv penerbit
Diponegoro, 2010

1
2

atau batasan yang menghukumnya dalam mengekang laju gerak nafsunya manusia.
Semua ini dimaksudkan supaya manusia dengan karakter nafsunya yang
membangkang, mampu mengingat Tuhannya dan senantiasa mengabdi kepada-Nya.

Ibnu abbas pernah berkata;

‫اهلوى إله يعبد من دون اللَه‬

“Nafsu adalah Tuhan yang disembah selain Allah.” 2(burdah al-bushiri hal: 63)

Asy-sya’biy juga pernah berkata;

‫إمنا مسي هوى ألنه يهوى بصاحه إىل النار‬

“Sungguh nafsu itu disebut sebagai nafsu, karena dia menjerumuskan pemiliknya ke
dalam neraka.”3 (burdah al-bushiri hal: 63-64)

Allah SWT. berfirman dalam QS. Adz-Dzariyat: ayat : 55 (juz 27);

ِِ ِّ ‫ِإ‬
‫ني‬ َ ‫َوذَ ِّكر فَ َّن ٱلذ‬
َ ‫كر ٰى تَن َف ُع ٱملُؤمن‬

“Dan tetaplah beri peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi
orang-orang mukmin.”4

2
Syeh Ibrahim Al-Bajuri, burdah al-bushiri, jilid 1 (mesir : kasheeda, 2020) hal: 63
3
Syeh Ibrahim Al-Bajuri, , burdah al-bushiri, jilid 1 (mesir : kasheeda, 2020) hal: 63-64
4
Terjemahan departemen agama RI, al-Hikmah al-Qur’an dan Terjemahan, (,cv penerbit

Diponegoro, 2010
3

Karena itu, hukum atau norma-norma agama Islam yang signifikan dan
spesifik tersebut, memiliki andil besar di dalam kehidupan dunia ini serta di akhirat
nanti. sehingga estafet kehidupan yang dijalani manusia dengan mengikuti rambu-
rambu Islam melahirkan aromantika positif dan menguntungkan bagi kedua belah
pihak sebagai pelaku muamalah.

Salah satu sistem muamalah yang diterapkan adalah jual beli. Jual beli yang
memiliki sinonim bisnis, dagang, dan niaga ini, merupakan alternatif manusia dalam
ikhtiarnya mencari nafkah bagi dirinya dan keluarganya untuk memenuhi kebutuhan
dalam hidupnya.

Bagian ruang lingkup dari muamalah yang berkaitan dengan hubungan


manusia dengan manusia salah satunya adalah jual beli, yang mana jual beli
merupakan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain, sedangkan menurut syara’
jual beli merupakan menukar harta dengan harta pada sisi tertentu5.

Adapun dalam fathul qarib al-mujib, “jual-beli” dalam bahasa arab yaitu “"‫بيع‬
, yang dalam pengertian bahasa arabnya “‫ ” ُمقابلةُ شي ٍء بشيء‬artinya “menukar sesuatu
dengan sesuatu yang lain6.” Sedangkan menurut pengertian syara’: ‫ال‬x‫”"مقابلة مال بم‬
yang artinya “menukar harta dengan harta7.

Jual beli ini hukum asalnnya adalah halal, sebagaimana dalam firman-Nya
dalam Q.S Al-baqarah ayat 275 :

…‫… َوَأ َح َّل ٱهَّلل ُ ۡٱلبَ ۡي َع‬


5
M. Alim Zubairi, Tinjauan Fikih Muamalah Terhadap Jual Beli Dedak, (tt, 2020) Hal: 3
6
Muhammad Ibnu Qasim Al-Ghazi, fathul qarib al-mujib fi syarhi alfadhi at-taqrib, jilid
1(Beirut : Dar ibnu hazm, 2005), hal : 163
7
Sayyid Abu Bakar Muhammad Syatta hasyiah I’anah ath-thalibin ‘ala Halli Alfadhi Fathul
Mu’in, jilid 3 (Beirut : Dar al-fikri, 1997), h. 2
4

Artinya: “…Padahal Allah telah menghalalkan jual beli…8”

Dan ada juga hadis Nabi saw. yang menjelaskan tentang jual-beli yaitu:

»‫ «عمل الرجل بيده وكل عمل مبرور‬:‫ أي الكسب أطيب؟ قال‬- ‫ ﷺ‬- ‫عندما سئل النبي‬

[.‫رواه البزار وصححه الحاكم‬

“Ketika Nabi saw. ditanya: ‘Pekerjaan apakah yang paling baik? Maka Nabi
bersabda; “Pekerjaan seseorang dengan tangannya dan semua jual-beli yang mabrur.”
(H.R al-bazzar dan telah disahihkan oleh Al-Hakim)9

Pekerjaan tangan disini maksudnya seperti (‫ الصناعة‬/ perabotan, kerajinan,


manufaktur) (‫ وقيل يشمل الزراعة‬/ ada yang mengatakan termasuk pertanian). Adapun
maksud dari jual-beli yang mabrur yaitu (‫برور‬xx‫ع م‬xx‫ل بي‬xx‫ارة )وك‬xx‫و التج‬xx‫ )ه‬jual-beli atau
perdagangan yang tiada unsur penipuan didalamnya dan tiada unsur khianat seperti
mendeskripsikan barang dengan sesuatu yang dusta atau menyebut harga barang
dengan harga yang dusta10.

Pada saat kita mendiskusikan perihal jual-beli, maka kita diharuskan untuk
terlebih dahulu mengetahui norma-norma yang berlaku dalam jual-beli, apakah
proses transaksinya sudah sesuai aturan agama Islam ataupun belum. Apabila
memang belum, maka kita harus memperbaikinya supaya sinkron dengan aturan
syariat Islam.

8
Terjemahan departemen agama RI, al-Hikmah al-Qur’an dan Terjemahan, (cv, penerbit
Diponegoro, 2010

9
Sayyid Abu Bakar Muhammad Syatta hasyiah I’anah ath-thalibin ‘ala Halli Alfadhi Fathul
Mu’in, jilid 3 (Beirut : Dar al-fikri, 1997), h. 3
10
Ibid
5

Transaksi jual beli sendiri memprioritaskan berbagai estimasi supaya tiada


seorang pun yang dikecewakan baik itu penjual ataupun pembeli. Keduanya harus
memperoleh utilitas dari transaksi yang dilakukan.

Beberapa dasawarsa ini, banyak ditemukan problematika baru yang terus


berevolusi mengikuti peradaban. Apabila permasalahan baru di masa kini dan tidak
ditemukan dimasa Nabi saw. atau para sahabat tentang dalil-dalil yang mumpuni
untuk menjangkau problematika tersebut, maka landasan hukum pembolehan atau
penghalalan suatu proses transaksi tersebut harus dilakukan orientasi, baik sumber
dari Al-quran, hadist, ijma’ dan qiyas.

Adapun mayoritas masyarakat dalam kehidupan sehari-harinya, sering tidak


memperhatikan konsekuensi dari transaksi baru yang terjadi dalam hukum syariah
tentang muamalah, dikarenakan minimnya pengetahuan agama ataupun karena
ambiguitas masyarakat dalam menekuni ketentuan-ketentuan norma syariah yang
sarat dengan dalil-dalil klasik. Hal ini pun menimbulkan manipulasi dalam pikiran
masyarakat yang dengan mudahnya menafsirkan status kehalalan dan keharaman
seperti halnya suatu transaksi dalam proses jual beli jangkrik.

Jangkrik (‫ر صر‬xx‫ )الص‬merupakan hewan yang menyerupai belalang, dan


bersuara dengan suara yang halus. Biasanya jangkrik ini bersuara pada malam hari.
Karena itulah, jangkrik ini dinamakan dengan {(‫ )صرار الليل‬/surarul lail}. Hewan ini
juga termasuk dalam jenis bintu wardan/kecoa yang tidak bersayap11.

Namun dewasa ini, hewan yang satu tersebut ternyata bisa kita budidaya dan
bisa dijadikan sebagai usaha dirumah12.
11
Syeh Muhammad bin Musa bin Isa bin Ali Ad-damiri, Hayah Al-hayawan Al-kubra, jld:2,
(Mesir : Dar-kitab al’ilmiyah) h. 86
12
https://https://adoc.pub/cara-ternak-jangkrik.html di akses pada tanggal 22 april 2023
6

Usaha pembudidayaan jangkrik ini mempunyai potensi yang begitu


menggiurkan, karena jangkrik tersebut dapat diternakkan sebagai bahan pangan
beberapa hewan lain, seperti burung, ikan, dan juga reptil. Jadi tak heran, jika pada
akhirnya permintaan jangkrik cukup tinggi di pasaran13.

Sementara itu salah seorang peternak Jangkrik, Takmid mengatakan,


penjualan jangkrik yang dilakukan olehnya dihitung per kilo. Untuk satu kilogram
jangkrik, Takmid menjualnya dengan harga Rp35.000 Untuk sekali panen dirinya
bisa menjual hingga 50 kilogram.

“Harganya masih naik turun antara 30 sampai 35 ribu per kilogram.


Alhamdulillah sekarang harganya lagi tinggi,” papar Takmid14.

Selain berguna sebagai salah satu pakan dari burung, Produk pangan hasil
olahan dari jangkrik kini tengah menjadi tren. Beberapa produk hilirnya yang
diproduksi di luar negeri berupa keripik, kecap, dan ramen.

Tren tersebut terlihat dari adanya aktivitas ekspor jangkrik ke negara-negara


di Asia, seperti Thailand, Jepang, Korea Selatan. Selain itu juga terdapat ekspor ke
Amerika Serikat.

Tren tersebut sejauh ini, ekspor pakan dan bahan pangan dari jangkrik pada
2021 tercatat sebanyak 768 kilogram (kg) dengan nilai Rp203 juta. Tahun ini per
Oktober, ekspornya memang baru 462 kg. Akan tetapi nilainya meningkat menjadi
Rp7 miliar,” kata Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani,
Badan Karantina Pertanian, Kementerian Pertanian, Wisnu Wasisa Putra di sela-sela

13
https://rimbakita.com/ternak-jangkrik di akses pada tanggal 22 april 2023
14
https://indramayukab.go.id/budidaya-jangkrik-terus-menggelitik-dan-harganya-asik diakses
pada tanggal 22 april 2023
7

Webinar Alinea Forum – Membedah Potensi Ekspor Tepung Jangkrik Untuk


Pangan15.

Beranjak dari permasalahan diatas, penulis merasa tertarik untuk mengkaji


tentang status hukum jual beli jangkrik dalam perspektif fiqh syafi’iyyah.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah ketentuan hukum-hukum hasyarat menurut perspektif


fiqh syafi’iyyah.
2. Bagaimana hukum jual beli jangkrik yang digolongkan kedalam
hasyarat menurut perspektif fiqh syafi’iyyah.

C. Tujuan penelitian

Adapun yang menjadi tujuan yang ingin penulis kaji dalam penelitian
kali ini antara lain:

1. Untuk mengetahui ketentuan jual beli jangkrik yang digolongkan


dalam hasyarat menurut perspektif fiqh syafi’iyyah.
2. Untuk menemukan kejelasan tentang status hukum mngonsumsi
jangkrik menurut perspektif fiqh syafi’iyyah.

15
https://radarjember.jawapos.com/berita-jember/31/10/2022/potensi-ekspor-ditengah-tren-
olahan-pangan-jangkrik diakses 22 april 2023
8

D. Manfaat Penelitian

Ada beberapa manfaat penelitian yang diharapkan dari hasil penelitian ini
yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Supaya hasil penelitian ini dapat memperkaya khazanah keilmuan


Islam, terkhusus nya mengenai ketentuan jual-beli jangkrik sebagai
hasyarat.

2. Manfaat Praktis

a. Diharapkan penelitian ini dapat memenuhi syarat kelulusan


Marhalah Ula (M1) di Ma’had Aly Mudi Mesjid Raya
Samalanga.

b. Supaya dapat menjadi pedoman bagi umat Islam mengenai


hukum jual beli jangkrik yang menjadi urgen dewasa ini.
9

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ada dua macam yaitu penelitian kualitatif dan penelitian
kuantitatif. Penelitian dalam risalah ini menggunakan jenis yang
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berfokus kepada
sesuatu yang tidak dapat terukur, jadi pada kualitatif mengorek data
sebanyak-banyaknya agar kualitas penelitian tidak ditentukan oleh
banyaknya narasumber yang terlibat didalamnya, tetapi sampai sedalam
mana peneliti mencari informasi spesifik dari narasumber16. Penelitian ini
disebut juga penelitian kepustakaan (library research) yang merupakan
jenis penelitian kualitatif. Pada umumnya dilakukan dengan cara tidak
terjun ke lapangan dalam pencarian sumber datanya. Penelitian
kepustakaan juga dapat diartikan sebagai penelitian yang dilakukan hanya
berdasarkan atas karya-karya tertulis, termasuk hasil penelitian baik yang
sudah maupun yang belum dipublikasikan17. Dengan berbagai referensi,
penulis akan menelusuri dan mempelajari data-data pustaka yang terkait
dengan permasalahan tersebut.

2. Sumber Data

16
https://penalaran-unm.org/pentingnya-mengetahui-metode-penelitian diakses pada tanggal
23 april 2023
17
https://penelitianilmiah.com/penelitian-kepustakaan diakses pada tanggal 23 april 2023
10

Dalam penulisan risalah ini penulis menggunakan sumber data yang


diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu sumber data primer dan data
sekunder.

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data utama yang diperlukan dalam
penelitian ini. Adapun sumber data primer yang digunakan yaitu
kitab-kitab fiqh mu’tabarah dan fiqh kontemporer, diantaranya;

1. nihayatul muhtaj ilaa syarhil minhaj karangan Syekh syamsuddin


Muhammad bin abil abbas ahmad bin hamzah syihabuddin ar-
ramli,
2. hasyiah i’annah al-thalibin ‘ala halli alfadhi fathul mu’in,
karangan sayyid abu bakar syatta ad-dimyati
3. fathu al-qarib al-mujib, karangan Muhammad bin Qasim
4. Hasyiyah al-bujairimi ‘ala al-khatib, karangan sulaiman al-
bujairimi.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah berbagai data yang digunakan untuk


melengkapi kebutuhan data penelitian. Adapun sumber data yang
penulis gunakan adalah karangan-karangan berupa kitab atau buku-
buku dan artikel lainnya yang berhubungan dengan pembahasan
penulis teliti.
11

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah metode


dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan
menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis maupun dari
elektronik18. Penulis berupaya mengumpulkan data-data dari kitab-kitab
dan buku ataupun artikel-artikel yang menyangkut permasalahan hukum
jual beli jangkrik.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang satu ini merupakan teknik analisis data yang
tidak bisa dinumerikkan atau diangkakan. Teknik ini menggunakan
deskripsi untuk hasil analisisnya. Teknik ini tidak bertumpu pada jumlah
tetapi lebih pada penjelasan, penyebab, alasan dan hal-hal yang mendasari
topik tersebut19.

Kemudian penulis mendeskripsikan secara sistematis, dan deduktif


maksudnya menjabarkan yang dimulai dari umum hingga khusus20. Dan
juga penulis menempatkan fakta–fakta yang sesuai dengan konsep
pembahasan jual beli jangkrik menurut perspektif fiqh syafi’iyyah.

5. Teknik Penulisan
18
Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2011) h. 221
19
https://deepublishstore.com/blog/teknik-analisis-data diakses pada tanggal 23 april 2023
20
https://www.kompas.com/paragraf-deduktif--pengertian-dan-ciri-cirinya diakses pada
tanggal 23 april 2023
12

Teknik penulisan ini, penulis berpedoman pada buku Panduan Karya


Ilmiah Ma’had Aly MUDI Mesjid Raya Samalanga, yang diterbitkan pada
Tahun 1441 H / 2020 M.

F. Penjelasan Istilah

Beberapa istilah dalam judul yang menurut penulis perlu diperjelas


maksudnya antara lain:

1. Status

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, status berarti keadaan atau


kedudukan (orang, badan, dan sebagainya) dalam hubungan dengan
masyarakat di sekelilingnya21. Adapun maksud penulis disini adalah
kedudukan hukum.

2. Hukum

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, hukum ini ada beberapa definisi,
diantaranya22:

21
https://kbbi.web.id/status di akses pada tanggal 23 april 2023
22
https://kbbi.web.id/hukum diakses pada tanggal 23 april 2023
13

a. peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan
oleh penguasa atau pemerintah;
b. undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup
masyarakat; 
c.  patokan (kaidah, ketentuan) mengenai peristiwa (alam dan sebagainya)
yang tertentu; 
d.  keputusan (pertimbangan) yang ditetapkan oleh hakim (dalam pengadilan);
atau vonis.

3. Perspektif

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, perspektif berarti sudut pandang;


pandangan sesuatu23.

Kata perspektif ini berasal dari bahasa Latin, yakni “perspicere” yang
berarti “gambar, melihat, pandangan”. Berdasarkan terminologinya,
perspektif adalah sebuah sudut pandang untuk memahami atau memaknai
permasalahan tertentu24.

4. Fiqh syafi’iyyah

Fikih dimaknai sebagai pemahaman manusia mengenai praktik-praktik


ibadah berdasarkan syariat.
Sedangkan syafi’iyyah atau mazhab syafi'i dalam Wikipedia disebutkan
adalah mazhab fikih dalam Sunni yang dicetuskan oleh Abu Abdullah
Muhammad bin Idris Al-Syafi'i atau yang lebih dikenal dengan
nama Imam Syafi'i pada awal abad ke-925. Adapun maksud penulis disini
23
https://kbbi.web.id/perspektif
24
https://katadata.co.id/agung/berita/perspektif-adalah-sudut-pandang-berikut-arti-dan-
jenisnya
25
https://id.wikipedia.org/wiki/Mazhab_Syafii
14

adalah persepsi tentang hukum Islam dari para ulama yang menyandarkan
pendapatnya kepada Imam al-syafi’i.
BAB II
KAJIAN RELEVAN

A. Hasil Penelitian Relevan

Adapun hasil penelitian yang relevan dari kajian ini tidak banyak ditemukan
karya-karya ilmiah yang membahas tentang status hukum jual beli jangkrik dalam
perspektif fiqh syafi’iyyah.

Diantara karya ilmiah yang penulis temukan adalah:


1. Skripsi yang ditulis oleh Hadis Permana dalam skripsi yang berjudul
Kontribusi Pendapatan Usaha Budidaya Jangkrik (Gryllidae Sp) Terhadap
Pendapatan Keluarga Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Dalam
skripsi ini membahas tentang kuantitas pendapatan masyarakat dalam
transaksi jual beli jangkrik.

2. Skripsi yang ditulis oleh Dian Pratama dalam skripsinya yang berjudul Jual
Beli Jangkrik Dengan Sistem Takaran Perspektif Hukum Ekonomi Syariah.
Dalam skripsi ini membahas tentang akurasi takaran penjualan jangkrik.

3. Skripsi yang ditulis oleh Rahmawati dalam skripsinya yang berjudul


Tinjauan Fiqih Muamalah Terhadap Jual Beli Jangkrik Pada Budidaya
Jangkrik Di Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan. Dalam skripsi ini
tentang membahas tentang pelaksanaan jual beli jangkrik pada Budidaya
Jangkrik di Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan.

1
16

4. Skripsi yang ditulis oleh Syerly Baiti skripsi yang berjudul Pemahaman
Masyarakat Terhadap Hukum Budidaya Jangkrik (studi kasus di kecamatan
Batanghari kabupaten Lampung Timur). Skripsi ini membahas tentang
pemahaman masyarakat terhadap hukum budidaya jangkrik di Kecamatan
Batanghari Kabupaten Lampung Timur.

Berdasarkan uraian singkat beberapa skripsi diatas, menunjukkan bahwa


masih kurang komplitnya penelitian yang dilakukan terkait dengan status jual beli
jangkrik dalam perspektif fiqh syafi’iyyah.

B. Landasan Teori

1. Jual beli Menurut Hukum Islam

a. Pengertian Jual Beli

Sebelum menguraikan lebih terperinci mengenai jual beli, ada baiknya


penulis uraikan terlebih dahulu tentang muamalah.

Muamalah adalah hukum-hukum syar’i atau undang-undang yang


berkaitan dengan urusan duniawi seperti penjualan, pembelian,
peminjaman dan lain-lain26.

Secara terminologi muamalah ada dua pembagian, definisi secara


umum dan definisi secara khusus.

26
Ahmad mukhtar abdul hamid umar, mu’jam al-lughah al-‘arabiyah al-mu’ashirah, jld
2(‘Alim al-kutub, 2008) h.1556
17

Secara umum muamalah adalah Aturan-aturan atau hukum Allah yang


berfungsi untuk mengatur hambanya dalam urusan dunia ketika
bersosialisi dengan masyarakat.

Sedangkan secara khusus muamalah adalah semua akad yang


membolehkan manusia saling menukar manfaatnya dengan sistem dan
aturan yang telah ditentukan Allah serta manusia diwajibkan untuk
mentaati-Nya.

Fikih muamalah dibagi menjadi 5 pembagian27:

1. Mu’awadah Maliyah (hukum kebendaan)


2. Munakahat (hukum perkawinan)
3. Mukhasamat (hukum acara)
4. Amanat dan ariyah (Pinjaman)
5. Tirkah (harta peninggalan)

Muamalah juga di jabarkan menjadi dua pembagian28:


a. Al-muamalah al-madiyah, ialah muamalah yang meneliti tentang
objek suatu benda, sehingga disimpulkan bahwa muamalah ini
bersifat kebendaan seperti benda yang halal, yang haram dan
syubhat yang diperjual belikan, dan benda yang memudharatkan
dan yang mendatangkan kemaslahatan serta dari sisi objek yang
lainnya.
Jual-beli benda bagi orang islam bukan hanya untuk mem peroleh
keuntungan saja, namun juga untuk meperoleh ridha dari sng
pencipta. Sehingga dalam proses transaksinya selalu mengikuti
aturan-aturan Pencipta.
Ruang lingkup muamalah al-adabiyah ini mencakup
a.) Al-bai’ (jual beli)
b.) Al-rahn (gadai)

27
Prof. Dr. H. Abd. Rahman Ghazali, M.A, Fiqh Muamalat, (Kencana Prenada, 2016) h. 3
28
Rahmat Syafi’i, Fikih muamalah, ( Bandung, Pustaka setia, 2006) h. 17
18

c.) Kafalah dan dhaman (jaminan dan tanggungan)


d.) Al-hiwalah (pemindahan hutang)
e.) Taflis (bangkrut)
f.) Al-hajru (Batasan bertindak)
g.) Al-syirkah (perkongsian)
h.) Al-mudharabah (perkongsian harta atau benda)
i.) Al-ijarah (sewa menyewa)
j.) Al-‘ariyah (pemberian hak guna pakai)
k.) Al-wadi’ah (barang titipan)
l.) Al-luqathat (barang temuan)
m.) Al-muzara’ah (bercocok tanam)
n.) Al-mukhabarah (sewa-menyewa tanah)
o.) Ujrah al-‘amal (upah pekerjaan)
p.) Al-syuf’ah (gugatan)
q.) Al-ji’alah (sayembara)
r.) Al-qismah (pembagian harta bersama)
s.) Al-hibah (pemberian)
t.) Al-ibra’ (pembebasan)
u.) Al-shulhu (perdamaian)29.

b. Al-muamalah al-adabiyah, ialah muamalah yang tinjauannya dari


sisi cara tukar-menukar benda berdasarkan unsur-unsur
penegaknya yaitu hak-hak dan kewajiban seperti jujur, hasud,
dengki dan dendam. Muamalah al-adabiyah merupakan hukum
atau aturan-aturan Pencipta yang berkaitan dengan pekerjaan
sehari-hari manusia berdasarkan sisi subjeknya yaitu manusia
sebagai pelaku muamalah. Dengan kata lain, maksud dari
muamalah al-adabiyah adalah untuk memperoleh keridhaan dari
kedua belah pihak yang bermuamalah.

29
Hendi suhendi, Fiqh muamalah, (Jakarta, PT. Raja Grasindo Persada, 2005) h. 5
19

Ruang lingkup muamalah al-adabiyah mencakupi:


a.) Ijab Kabul
b.) Saling meridhai
c.) Tidak ada keterpaksaan dari kedua belah pihak
d.) Hak dan kewajiban
e.) Kejujuran pedagang
f.) Penipuan
g.) Pemalsuan
h.) Penimbunan

Jual beli dijabarkan menjadi dua pembagian, salah satunya yaitu:

1) Qasim al-syira’, yaitu pemindahan milik dengan suatu harga


berdasarkan tinjauan yang terkhusus. Pembeli adalah orang yang
menerima harga tersebut berdasarkan lafaz akad keduanya orang
yang bertransaksi antara pembeli kepada orang lain. Contoh
seseorang berkata, ‫( بعت‬telah aku jual) dengan maksud ‫ريت‬xx‫ش‬
(telah aku beli) dan juga sebaliknya.

Allah SWT berfirman:

‫َو َشَروهُ بِثَ َم ِن خَب س‬

Artinya: “Dan mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah30.” Yusuf : 20

Dan Allah berfirman:

‫ئس َما َشَرواْ بِِهۦٓ َأن ُف َس ُهم‬ِ


َ ‫َولَب‬
30
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-quran dan Terjemahannya, (Surabaya, Halim,
2013) h. 237
20

Artinya: “Dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir 31.”
Albaqarah ; 102

Maksud dari kalimat syara’ disini adalah ‘menjual.’

2) Akad yang tersusun daripada ijab dan qabul. Ini definisi


terjemahan. Sedangkan secara Bahasa yaitu menukar sesuatu
dengan sesuatu yang lain. Sedangkan secara syara’ yaitu menukar
suatu harta dengan harta yang lain32.

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia jual beli berarti persetujuan saling
mengikat antara penjual, yakni pihak yang menyerahkan barang, dan pembeli sebagai
pihak yang membayar harga barang yang dijual33.

Adapun menurut Bahasa, jual beli berarti pertukaran sesuatu dengan sesuatu
yang lain. Sedangkan menurut syara’, jual-beli berarti pertukaran suatu harta dengan
harta yang lain34.

Syekh syamsuddin Muhammad bin abil abbas ahmad bin hamzah


syihabuddin ar-ramli juga berpendapat jual beli itu menurut Bahasa artinya
pertukaran sesuatu dengan sesuatu yang lain.

Sedangkan menurut syara’ jual beli artinya suatu akad yang meliputi
pertukaran suatu harta dengan harta yang lain dan dengan syarat-syarat tertentu,

31
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-quran dan Terjemahannya, (Surabaya, Halim,
2013) h. 16
32
Syamsuddin Muhammad bin Muhammad al-khathibi al-syaribini, mughni al-muhtaj ila
ma’ani alfadhi al-minhaj, jilid 2 (tk, Dar al-kutub al-‘ilmiyah, 1994) h. 321-322
33
https://kbbi.web.id/jualbeli diakses pada tanggal 27 april 2023
34
Sayyid Abu Bakar Muhammad Syatta hasyiah I’anah ath-thalibin ‘ala Halli Alfadhi
Fathul Mu’in, jilid 3 (Beirut : Dar al-fikri, 1997), h. 5
21

Karena mengharapkan faedah dengan memiliki benda tersebut atau memperoleh


manfaat yang lama35.

‘Akad itu sendiri dalam arti umum merujuk pada setiap perjanjian dan
komitmen yang telah dilakukan seseorang untuk dirinya sendiri, apakah itu dengan
imbalan kewajiban lain seperti menjual atau menyewakan, atau dengan kehendak
sepihak untuk menciptakan hak, mengakhiri itu, atau kehilangan itu, seperti waqaf,
talak, dan ibra’.

‘Akad dalam pengertiannya yang khusus berarti pembebasan, dan maksud


dengan akad itu sendiri ialah menghubungkan, yaitu menghubungkan ijab dan qabul,
seperti akad jual beli, sewa, dan sejenisnya. Inilah yang paling mungkin terjadi, dan
ini berarti bahwa akad tidak akan terjadi kecuali antara dua pihak atau lebih36.

Tinjauan akad berikut ini adalah pembagian akad dilihat dari maksud dan
tujuan akad. Pembagian ini mungkin merupakan pembagian akad yang paling jelas
dalam fikih Islam, antara lain37:

 ‘Akad tamlik, merupakan ‘Akad yang dimaksudkan untuk memberikan


kepemilikan atau manfaat atas barang itu sendiri.

 ‘Akad tautsiqah, merupakan ‘akad yang dimaksudkan untuk menjamin hak-


hak pemiliknya.

35
Syekh syamsuddin Muhammad bin abil abbas ahmad bin hamzah syihabuddin ar-ramli,
nihayatul muhtaj ila syarhil minhaj, jilid:3 (Bairut : Dar al-fikri) h. 372
36
Abu ‘amr ad-dubyan bin Muhammad ad-dubyan, al-mu’amalat al-maliyah ashalah wa
mu’asharah, jld 1, cet. (Riyadh, maktabah al-malik fahd al-wathniyah, 2011) h. 48
37
‘ibid, h. 57-59
22

 ‘Akad isqathat, merupakan ‘akad yang dimaksudkan untuk menghilangkan


suatu hak, baik dengan atau tanpa pertimbangan, seperti membebaskan diri dari
utang, pembebasan/ambil alih hak bernitra, dan pengampun daripada qishas
serta yang sejenisnya.

 ‘akad ithlaqat, merupakan ‘akad yang mana seseorang memberikan


wewenang kepada orang lain untuk melakukan pekerjaan. Dan dia melepaskan
tanggungannya dalam perilaku sebelumnya yang tidak berhak dia lakukan.
 ‘akad taqyid, merupakan ‘akad yang melarang seseorang untuk membuang
apa yang dibolehkan baginya, dan itu seperti menahan harta bagi orang yang
boros, dan seperti memecat wakil, wali, dan sejenisnya.

 ‘akad hifzi, merupakan ‘akad yang dimaksudkan untuk menyimpan uang bagi
pemiliknya, seperti wadi’ah (deposito), hak asuh, dan sejenisnya.

 ‘akad isytirak, merupakan ‘akad dimaksudkan untuk membagi permulaan,


pekerjaan, dan keuntungan.

Syekh Ibnu Qasim alghazi mengartikan jual beli sebagai berikut38:

‫البيع متليك عني مالية مبعاوضة باذن شرعي او متليك منفعة مباحة على التابيد بثمن مايل‬

Artinya: “Jual beli adalah kepemilikan harta benda dengan pertukaran dengan izin
syara’ atau kepemilikan manfaat yang dibolehkan secara permanen untuk
menghargakan harta.”

38
Ibnu Qasim Al-Ghazi, Hasyiah al-Bajuri ala syarhi Ibni Qasim al-Ghazi ala matni Abi
Syuja’, Jld I, cet. (Indonesia: Al-Haramain, tt), h. 339.
23

Adapun Syekh Ahmad Al-Qulyubi mengartikan jual beli seperti berikut

ini:

39
‫عقد معاوضة مالية تفيد ملك عني او منفعة على وجه التأييد ال على وجه القربة‬

Artinya: “‘Aqad pertukaran harta yang menguntungkan dengan memiliki propertinya


atau memiliki manfaatnya berdasarkan pengesahan yang permanen, bukan
dengan maksud qurbah (mendekatkan diri).

Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa jual beli adalah


proses transaksi yang dilakukan dengan saling barter harta atau manfaat serta
keuntungan yang permanen.

b. Dasar Hukum Jual Beli

Dalam kitab al-ibhaju fi syarhil Minhaj dijelaskan bahwa:

40
‫ان االصل يف املنافع االباحة‬

Artinya: “Pada dasarnya segala sesuatu yang bermanfaat itu hukumnya


mubah/halal.”

Hal ini disandarkan berdasarkan beberapa ayat, diantaranya:

Surat al-baqarah ayat 29:

39
Ahmad Al-Qulyubi, Hasyiah Al Qulyubi ala Syarhi Al Al-‘allamah Jalaluddin Al Mahalli,
Jld. II, cet. (Indonesia: Karya Toha Putra, tt), h. 152.
40
Syekh taqiyuddin abul hasan ali bin abdil kafi bin ali bin tamam bin hamid bin yahya as-
subki, al-ibhaju fi syarhil minhaj (minhajul wushul ilaa ilmil ushul lil qadhi al-baidhawi), jilid:3 cet.
(Beirut : darul kitab al-ilmiyyah) h. 165
24

ٍ ‫ٱلس م ِاء فَس َّو ٰىه َّن س بع ٰ ٰوتۚ وه و بِ ُك ل ش‬ ‫ُهو ٱلَّ ِذي َخلَ َق لَ ُكم َّما يِف‬
‫يء‬ َ ِّ َ ُ َ ََ‫ٱست َو ٰى ِإىَل َّ َ َ ُ َ َ مَس‬ َ َّ‫ٱَألرض مَجِ يعا مُث‬
ِ َ
‫َعلِيم‬

Artinya: “Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan
Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia
Maha Mengetahui segala sesuatu41.”

Dan surat al-a’raf ayat 32:

‫ين ءَ َامنُ واْ يِف ٱحلََي ٰو ِة ٱل دُّنيَا‬ ِِ ِ ِ ِ ِ ِِ ِِ َّ ِ ِ


َ ‫قُ ل َمن َح َّر َم زينَ ةَ ٱللَّه ٱليِت َأخ َر َج لعبَ ادهۦ َوٱلطَّيِّبَٰت م َن ٱل ِّرزقۚ قُ ل ه َي للَّذ‬
‫ٰت لَِقوم يَعلَ ُمو َن‬
ِ ‫صل ٱألي‬ ِ ِ ‫خالِصة ي‬
َ ‫وم ٱلقيَ َٰم ِةۗ َك َٰذل‬
َ ُ ِّ ‫ك نُ َف‬ ََ َ َ

Artinya: “Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang


telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang
mengharamkan) rezeki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi
orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di
hari kiamat". Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang
mengetahui.42”

Tentang dasar hukum jual beli dalam al-Qur’an dan alhadits ada beberapa
penjelasan diantaranya:

41
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-quran dan Terjemahannya, (Surabaya, Halim,
2013) h. 5
42
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-quran dan Terjemahannya, (Surabaya, Halim,
2013) h. 154
25

1. sebagaimana disebutkan dalam surat al-Baqarah ayat 275:

ِ ‫ٱلش ي ٰطَن ِمن ٱمل‬ ِ ‫ٱلرب ٰواْ اَل ي ُقوم و َن ِإاَّل َكم ا ي ُق‬ ‫ٱلَّ ِذ‬
َ ‫سۚ َٰذل‬
‫ك بَِأن َُّهم قَالُواْ ِإمَّنَا‬ ِّ َ ُ َّ ُ‫وم ٱلَّذي َيتَ َخبَّطُه‬ ُ َ َ ُ َ َ ِّ ‫ين يَأ ُكلُو َن‬
َ
َ
ٓ‫َأمرهُۥ‬
ُ ‫ف َو‬ َ َ‫وعظَة ِّمن َّربِِّهۦ ف‬
َ َ‫ٱنت َه ٰى َفلَهُۥ َم ا َس ل‬
ِ ‫ٱلرب ٰوا ْۚ فَمن ج اءهۥ م‬
َ َ‫َأح َّل ٱللَّهُ ٱلب‬
َ ُ َ َ َ َ ِّ ‫يع َو َحَّر َم‬ َ ‫ٱلر َب ٰوا ْۗ َو‬
ِّ ‫ثل‬ ِ ‫ٱلب‬
ُ ‫يع م‬
َُ
‫ب ٱلنَّا ِ ۖر ُهم فِ َيها َٰخلِ ُدو َن‬
ُ ‫َأصح‬
َٰ ‫ك‬ َ ‫ِإىَل ٱللَّ ِهۖ َو َمن َع َاد فَ ُْأولَِٰئ‬

Artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka
baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu
adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.43.”

2. Al-Quran Surat An-Nisa: 29:

ِ ‫يَٰأيُّه ا ٱلَّ ِذين ءامنُ واْ اَل تَ أ ُكلُواْ َأم ٰولَ ُكم بينَ ُكم بِٱلب‬
ُ َ‫ٰط ِل ِإاَّل َأن تَ ُك و َن جِت َٰ َر ًة َعن َت َراض ِّمن ُكمۚ َواَل ت‬
ْ‫قتلُ وا‬ َ َ َ ََ َ َ َ
‫َأن ُف َس ُك ۚم ِإ َّن ٱللَّهَ َكا َن بِ ُكم َر ِحيما‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu

Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-quran dan Terjemahannya, (Surabaya, Halim,


43

2013) h. 47
26

membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang


kepadamu 44”.

3. Al-quran surat al-baqarah ayat 198:

ۖ‫شع ِر ٱحلَ َر ِام‬ َ ‫اح َأن تَ َبتغُواْ فَضال ِّمن َّربِّ ُك ۚم فَ ِإذَا َأفَضتُم ِّمن َع َر ٰفَت فَ ٱذ ُكُرواْ ٱللَّهَ ِع‬
َ َ‫ند ٱمل‬ ٌ َ‫يس َعلَي ُكم ُجن‬
َ َ‫ل‬
ِ ِِ
َ ِّ‫َوٱذ ُكُروهُ َك َما َه َدىٰ ُكم َوِإن ُكنتُم ِّمن قَبلهۦ لَم َن ٱلضَّال‬
‫ني‬

Artinya: “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan)
dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari 'Arafat, berdzikirlah kepada
Allah di Masy'arilharam. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana
yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar
termasuk orang-orang yang sesat.45.”

4. Al-quran surat at-taubah ayat 111:

‫َّورىٰ ِة‬ ِ ُ َ‫َأن هَلُ ُم ٱجلَنَّةَۚ يُ َٰقتِلُ و َن يِف َس بِ ِيل ٱللَّ ِه َفي‬
َ ‫قتلُ و َن َويُ َقتلُ و َنۖ َوع ًدا َعلَي ه َح ّق ا يِف ٱلت‬ َّ ِ‫ني َأن ُف َس ُهم َوَأم َٰوهَلُم ب‬ِِ ِ
َ ‫۞ِإ َّن ٱللَّهَ ٱش َتَر ٰى م َن ٱملُؤمن‬
ِ ِ ِ ‫وٱِإل ِجن ِيل وٱل ُقرء ِانۚ ومن َأوىَفٰ بِع‬
ِ َ‫هد ِهۦ ِمن ٱللَّ ِهۚ فَٱست‬
‫يم‬ ِ ‫وز‬
ُ ‫ٱلعظ‬ َ ‫بش ُرواْ بِبَيعِ ُك ُم ٱلَّذي بَايَعتُم بِِهۦۚ َو ٰذَل‬
َ ُ ‫ك ُه َو ٱل َف‬ َ َ ََ َ َ َ

Artinya: “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan
harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan
Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar
dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati

Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-quran dan Terjemahannya, (Surabaya, Halim,


44

2013) h. 83

Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-quran dan Terjemahannya, (Surabaya, Halim,


45

2013) h. 31
27

janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah
kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar46.”

Demikian juga dasar hukum jual beli dalam hadis Rasulullah SAW
diantaranya:

1. Hadis yang diriwayatkan oleh Rifa’ah ibni rafi’:

‫سئل النيب صلى اهلل عليه وسلم اي الكسب اطيب فقال عمل الرجل بيده وكل بيع مربور‬

Artinya: ““Nabi saw. Ditanyai usaha apa yang paling baik, Nabi menjawab amalan
seseorang dengan tangannya dan setiap jual beli yang diberkahi47.”

2. Hadis yang diriwayatkan oleh abi sa’id al-khudri:

‫عن ايب سعيد اخلدري ان رسول اهلل صلى اهلل عليه و سلم قال امنا البيع عن تراض رواه ابن ماجة و‬
48
‫صححه ابن حبان‬

Artinya: Diriwayatkan dari abi sa’id al-khudri, bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“sesungguhnya jual beli itu didasari dari saling ridha (senang hati).”

3. Hadis yang diriwayatkan oleh abi sa’id al-khudri

46
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-quran dan Terjemahannya, (Surabaya, Halim,
2013) h. 204
47
Abu bakar usman bin Muhammad syatha ad-dimyathi, I’anatut thalibin Jld. 3, cet. (darul
fikri,), h. 6.
48
Ibnu mulkan sirajuddin abu hafsin umar bin ali bin ahmad asy-syafi’I al-mishri, tuhfatul
muhtaj ilaa adillatil minhaj, cet. Darul hara’, jilid. 2 hal. 203
28

‫قال رسول اهلل صلى اهلل عليه و سلم "((التاجر الصدوق االمني مع النبيني والصديقني و الشهداء يوم‬

"))‫القيامة‬

Artinya: “Bersabda lah Rasulullah SAW, “Pedagang yang jujur dan terpercaya itu
pada hari kiamat akan beserta para nabi, shadiqin dan para syuhada49.”

Dari beberapa dasar hukum diatas dapat dipahami bahwa jual beli itu
dilegalisasi dalam Islam artinya dibenarkan dengan syarat-syarat dan rukun-rukun
yang ditetapkan untuk sah nya transaksi jual beli dan rasa saling ridha.

c. Rukun Dan Syarat Jual Beli

Secara etimologi rukun adalah salah satu dari beberapa pihak yang dijadikan
sebagai pilar atau asas untuk melakukan sesuatu.

Sedangkan secara terminologi, rukun adalah sesuatu yang termasuk kedalam


sesuatu yang lain dengan memastikan substansinya.

Ada juga yang berpendapat bahwa rukun itu adalah sesuatu yang
menyempurnakan sesuatu yang lain. Dan sesuatu yang lain tersebut termasuk
kedalamnya rukun.

Sebagian ulama berpendapat, bahwa rukun itu termasuk kedalam substansi,


maksudnya rukun itu merupakan suatu bagian daripada cara memahami substansi
yang memiliki kaitan erat dengan subtansi tersebut. Hubungannya substansi tersebut
berkaitan erat dengan rukun50.

49
Abul hasan ali bin umar bin ahmad bin Mahdi bin mas’ud bin nu’man bin dinar al-
baghdadi ad-daraquthni, sunan daraquthni, cet. Ma’susah ar-risalah, bairut-libanon, jilid. 3, hal. 387
50
Abdul karim bin Ali bin Muhammad an-namlah, Al-Muhazzab fi ‘ilmil ushulil fiqhi al-
muqarran, jilid. 5, (Riyadh, Maktabah ar-rasyad, 1999) h. 1963
29

Adapun secara terminologi, definisi dari syarat yaitu tanda-tanda. Sedangkan


menurut istilah, Syarat ialah sesuatu yang tiada hadirnya meniadakan yang lain, dan
tidak selalu kehadirannya mesti hadir yang lain atau meniadakan yang lain ketika
dipandang dari subtansi nya sendiri51.

Syekh Abdullah bin yusuf mendefinisikan tentang syarat secara istilah


sebagai berikut:

Syarat adalah sesuatu yang bergantung keberadaannya diatas keberadaan


sesuatu yang lain. Dan syarat bukanlah bahagian dari esensi sesuatu tersebut. Bahkan
syarat itu tidak termasuk daripada sesuatu tersebut52.

Para fuqaha berbeda pendapat dalam mengartikan rukun-rukun jual beli,


adakah rukun itu berupa sighat ijab dan qabul atau cuma satu sighat saja, dan dua
orang yang melakukan transaksi, pembeli, barang yang dijual, tempat transaksi
barang yang dijual, dan harga yang dijual.

Ulama mazhab syafi’i, mengkalkulasikan rukun-rukun jual beli menjadi 6


macam53:

 Penjual

 Pembeli

 Barang yang dijual

 Harga barang

 Ijab

 Qabul.

Penjual dan pembeli tersebut adalah orang yang melakukan akad, dinamakan
dengan al-‘aqid atau ‘aqidaini (dua orang yang melakukan akad. Eksistensinya itu
51
Abdullah bin Muhammad bin Sa’id ali khunain, taushif al-aqdhiyyah fii syari’ati al-
islamiyyah, jilid. 1 (2003) h. 161
52
Abdullah bin Yusuf bin ‘Isa bin ya’kub al-ya’kub, taisir ‘ilmu ushul fiqh, jilid 1 (Beirut :
taisir Ilmu ushul fiqh, 1997) h. 55
53
Abdul Nashir bin Khadr Milad, al-buyu’u muharramatu wal manhiy ‘anha, jilid 1(Mesir,
darul Huda an-nabawi, 2005) h. 16
30

sangat urgen, karena tidak dapat disebut akad, jika tidak adanya ‘aqid atau
‘aqidaini54.

Adapun hal yang disyaratkan harus tawaffur dalam jual beli ada
455,diantaranya:

1. Syarat In’iqad
Syarat in’iqad ini harus tercapai akadnya sehingga benar secara syara’. Jika
tidak tercapai, maka akad tersebut batal.
2. Syarat Sahih
Dalam jual-beli, syarat sah terbagi menjadi dua bahagian, yaitu:
 Syarat umum itu seluruh macam penjualan itu harus memenuhi syarat
sah pada syara’. Syarat sahnya adalah tiada terdapat aib yang enam
dari akad jual beli yaitu: jahalah (ketidaktauan), ikrah (pemaksaan),
tawqit (penentuan waktu), gharar(tidak jelas rupa dan sifat),
dharar(bahaya), segala syarat yang rusak56.
 Adapun syarat khusus merupakan syarat yang terkhusus terhadap
sebahagian macam jual beli ketiadaan sebahagian yang lain.
3. Syarat Nufuz bai’
Suatu akad dianggap nufuz(tembus/berlaku) jika memenuhi 2 syarat:
 Kepemilikan dan wilayah.
kepemilikan disini berarti kepemilikan sesuatu ketika seseorang mampu
melakukan seuatu terhadap barang yang dimilikinya tanpa ada
penghalang dari syara’.
Wilayah disini maksudnya adalah otoritas/kekuasaan berdasarkan
syari’ah, yang menjadikan sah dan tercapainya suatu akad. Otoritas ini
dibagi dua: ada otoritas asli dan ada otoritas pengganti. Otoritas asli ini

54
Syaikhu, Ariyadi & Norwili, fikih muamalah (Memahami Konsep dan Dialektika
Kontemporer), (Yogyakarta, 2020) h. 24
55
Wahbah bin musthafa az-zuhaili, Al-fiqhu al-islamiy wa adillatuh jilid 5 (Suriah, Darul
fikri) h. 3316
56
Wahbah bin musthafa az-zuhaili, Al-fiqhu al-islamiy wa adillatuh jilid 5 (Suriah, Darul
fikri) h. 3345-3346
31

bekerjanya atas nama dirinya sendiri. Sedangkan otoritas pengganti


bekerja atas nama perwakilan.
 Barang yang dijual harus milik daripada penjual. Maka tidak sah ba’i
fudhuli (jual-beli milik orang lain), karena ketiadaan kepemilikan dan
wilayah. Akan tetapi menurut mazhab hanafiyah boleh dengan syarat ada
izin dari pemilik barang yang dijual57.

4. Syarat Luzum bai’ (ikatan)

Syarat ini terdapat sesudah segala syarat in’iqad dan nufuz. Maka syarat
luzum bai’ adalah tiada terdapat salah satu jenis khiyar yang membolehkan
bagi ‘aqidain (penjual dan pembeli) untuk membatalkan akad. Seperti khiyar
syarat, khiyar sifat, khiyar naqad, khiyar ta’yin, khiyar rukyah, khiyar ‘aib,
khiyar ghaban(bujukan) beserta khiyar taghrir (tipuan). Apabila terdapat
dalam jual beli segala khiyar tersebut, maka tertegahlah luzum bai’(hak
mengikat) pada hak seseorang yang melakukan khiyar58.

d. Macam-Macam Jual Beli


Secara umum pembagian jual beli, diantaranya59:

1. Ba’i mu’athah merupakan transaksi tanpa menggunakan ijab dan qabul atau
ijab dan qabulnya ada namun hanya dari satu pihak saja, serta transaksi
tersebut harus disertai qarinah.

2. Ba’i ‘arabun merupakan transaksi jual beli dengan sistem pembeli


memberikan uang muka dengan perjanjian seandainya tidak jadi, maka uang
mukanya hilang, dan akad ini sah jika dalam perjanjian tidak disebut dalam
akad.

57
Wahbah bin musthafa az-zuhaili, Al-fiqhu al-islamiy wa adillatuh, jilid 5 (Suriah, Darul
fikri) h. 3337
58
Ibid, h. 3349-3350
59
Muhibbul aman ‘aly, M.ridwan qoyyum, mengenal istilah dan rumus fuqoha, (Kediri,
Pustaka De-aly, 1997) h. 58-61
32

3. Ba’i murabahah merupakan transaksi barang dengan harga yang lebih tinggi
dari harga pembelian.

4. Ba’i muhathah merupakan transaksi barang dengan harga yang lebih rendah
dari harga pembelian.

5. Ba’i ad-dain bi ad-dain merupakan transaksi tanggungan dengan tanggungan


yakni barang yang dijual berupa tanggungan dan harganya berupa
tanggungan, transaksi ini tidak sah kecuali dengan akad hawalah.

‫ املسلمون ينهون عن بيع الدين بالدين‬:‫قال الشافعي‬


Imam syafi’i berkata bahwa “orang islam dilarang jual beli utang dengan utang.”
Maksud disini adalah dua orang yang saling melakukan akad muamalah dengan
cara jual beli hutang dengan hutang, hal ini tidak sah kecuali pada bai’ salam yang
terkhusus apabila ada harga yang disifatkan dan ditempokan60.

‫عن رافع بن خديج ان النيب صلى اهلل عليه وسلم هنى عن بيع دين بدين‬
Artinya: Diriwayatkan dari rafi’ bin khadijin bahwa sungguh Nabi saw melarang jual
beli hutang dengan hutang61.
6. Ba’i ‘uhdah merupakan transaksi dengan kesepakatan dua belah pihak, yaitu
penjual menarik kembali barang yang dijualnya dan pembeli mengembalikan
harganya.

7. Ba’i ‘araya merupakan transaksi anggur atau kurma yang masih diatas pohon
dengan anggur atau kurma yang kering.

8. Ba’i mud ‘ajwah merupakan transaksi benda ribawi yang terdiri dari nau’
dan sifat dengan benda ribawi yang sama dengan yang ada pada barang yang
dijual.
60
Abu umar dubyan bin Muhammad ad-dubyan, muamalat al-maliyah ashalah wa
mu’asharah, jilid 3, (Riyadh, maktabah al-malik fahd al-wathniyah, 1432 h) h. 119
61
Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Abdillah asy-syaukani al-yamani, nailul awthar,
jilid 5, (Mesir, Dar al-hadis, 1993) h. 186
33

9. Ba’i mushadarah merupakan transaksi sebagian hartanya dengan sangat


terpaksa untuk memenuhi tuntutan pemeras. Akadnya hukumnya sah.

10. Ba’i mulaqih merupakan transaksi janin dalam kandungan dan penjualan ini
tidak sah.

11. Ba’i mudhamin merupakan transaksi sperma pejantan, dan transaksi ini tidak
sah.

‫ حديث انه صلى اهلل عليه وسلم هنى عن عسب الفحل‬،‫حديث حكيم بن حزام التبع ما ليس عندك‬
.‫وروي انه هنى عن مثن عسب الفحل‬
Artinya:”ini merupakan hadis dari pada hakim bin Hizam pada bab ‘jangan kamu
jual sesuatu yang tidak terdapat disisimu,’ hadis ini menjelaskan bahwa Rasulullah
saw melarang jual beli sperma binatang jantan dan ada riwayat lain mengatakan
bahwa nabi saw melarang menghargakan sperma binatang jantan62.”

12. Ba’i mulamasah merupakan transaksi dengan cara rabaan atau sentuhan
tanpa mengetahui barangnya dan tidak ada khiyar ketiak melihatnya, akad ini
juga tidak sah.

13. Ba’i khazaf merupakan transaksi borongan barang tanpa ditakar dan
ditimbang.

14. Ba’i habli al-hablah merupakan transaksi anak dari anaknya binatang yang
akan dilahirkan atau penjualan anak hewan dengan harga yang akan
diserahkan ketika anaknya beranak, akad ini tidak sah.

15. Ba’i munabazah merupakan transaksi dengan cara melempar barang yang
dijual seperti pembeli melempar sebuah baju dengan harga dua puluh ribu.
Akad ini tidak sah karna tidak ada sighat jual beli dan tidak dilihat serta ada
syarat yang fashid.

16. Ba’i as-Sharaf merupakan transaksi mata uang dengan mata uang, seperti
transaksi emas dengan emas, atau menjual harga dengan harga.

62
Abu al-fadhal Ahmad bin Ali bin Muhammad bin ahmad bin hajar al-asqalani, at-talkhis
al-habir fi takhrij ahadist ar-rafi’I al-kabir, jilid 3, (Beirut, Dar al-kutub al-ilmiyah, 1989) h. 26
34

Adapun ditinjau dari sisi zatnya, jual beli dibagi menjadi 4 macam,
diantaranya63:
1. Bai’ musawwamah yaitu seseorang menawar barang dengan suatu harga
kemudian membelinya setelah penjual setuju dengan tawarannya.

2. Bai’ muzayadah yaitu penjualan barang kepada manusia dengan harga yang
paling tinggi untuk dijangkau.

3. Bai’ murabahah yaitu penjualan dengan menyebut barang dan harga barang
kemudian mengatakaan, contohnya ‘aku jual barang ini kepadamu dengan
keuntungan 5 persen.

4. Bai’ isti’man yaitu seseorang yang melakukan transaksi berkata, ‘belilah


dariku barang daganganku, sebagaimana kamu membeli dari orang lain, dan aku
sungguh tidak tau harga barang tersebut.’ Maka orang tersebut pun membelinya
dengan harga yang diberikan kepada penjual64.

e. Jual Beli Yang Diperbolehkan Dalam Islam

Bai’ yang dibolehkan ini ada 7 pembagian65:

1. Ba’i tauliyah yaitu barang dagangan dijual dengan harga yang sama dengan
harga pokok.

2. Ba’i murabahah yaitu penjualan dengan menyebut barang dan harga barang
kemudian mengatakan contohnya, ‘aku jual ini kepadamu dengan keuntungan
5 persen.’

3. Ba’i muwadha’ah yaitu penjual menyebut barang dan harga barang,


kemudian mengatakan contohnya, ‘aku jual ini kepadamu dengan kerugian 10
persen.’

63
Abul hasan Ali bin ahmad bin mukarram as-sa’idi al-‘adwi, hasyiyah al-‘adwi ‘ala syarhi
kifayah ath-thalib az-zabani, jilid. 2 (Beirut, Darul fikri, 1994) h. 137
64
Abu al-walid Muhammad bin Ahmad bin rasyid al-qurthubi, Al-muqaddimat al-
mumahhidat, jilid 2(Beirut, dar al-gharrab al-islamiy, 1988) h. 139
65
Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah at-taujiri, Mukhtasar al-fiqh al-islamiyi fi dhau’i al-
qur’an wa as-shunnah, (Arab Saudi, Darul ashda’ al-mujtami’) h. 711
35

4. Ba’i musawamah yaitu seseorang menawar barang dengan suatu harga,


kemudian membelinya setelah penjual setuju dengan tawarannya.

5. Ba’i syirkah yaitu berkata oleh orang yang membeli barang setelah
memilikinya, contohnya ‘aku sudah bermitra dengan kamu pada barang yang
telah kamu beli setengahnya atau seperempatnya.

6. Ba’i mubadalah yaitu penjualan suatu barang dengan barang yang lain, dan
penjual yang seperti ini dinamakan dengan ‘barter.’

7. Ba’i muzayadah yaitu penjualan barang dihadapan manusia dengan harga


tertinggi untuk dijangkau.

f. Jual Beli Yang Dilarang Dalam Islam

Jual beli yang dilarang dapat menegah kepada sahnya suatu akad, dan berdosa
bagi pelaku jual beli jika ia mengetahui terhadap status keharamannya66.

Islam menghalalkan segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan, keberkahan


dan manfaat yang mubah, serta mengharamkan sebagian penjualan dan
klasifikasinya, karena pada sebagiannya terdapat pembodohan dan tipu muslihat
atau merugikan orang pasar atau merugikan badan dan pikiran dan sebagainya
yang akan menimbulkan dendam, percekcokan, dan persaingan. Diantara jual
beli yang dilarang adalah sebagai berikut67:
1. Ba’i al-hadhir lil badiy merupakan suatu transaksi jual beli yang dilakukan
oleh seorang makelar (perantara), ia menjual barang dengan harga lebih
mahal dari harga saat itu.

66
Sirajuddin Abi hafsin umar bin Ruslan al-buqaini asy-syafi’I, at-tadrib fi al-fiqh asy-syafi’I
jilid. 2 (Riyadh, Darul Qiblatain, 2012) h. 21-22
67
Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah at-taujiri, Mukhtasar al-fiqh al-islamiyi fi dhau’i al-
qur’an wa as-shunnah, (Arab Saudi, Darul ashda’ al-mujtami’) h. 711-713
36

2. Ba’i talaqqi ar-rukban disebut juga dengan talaqqi as-sila’i yang


mengilustrasikan cara pembelian barang dengan cara memberhentikan suatu
kafilah yang membawa dagangannya sebelum dipasar yang bertujuan untuk
mendapatkan harga lebih murah dari harga yang dijual dipasar68.

3. Ba’i an-najasyi yaitu transaksi yang menaikkan harga barang oleh orang yang
tidak ingin membelinya, jual beli ini haram karena terdapat tipuan dengan dua
pembeli yang lain.

4. Ba’i mulamasah yaitu misalnya penjual berkata kepada pembeli, “setiap


pakaian yang kamu sentuh adalah milikmu dengan harga 10.000.

Rasulullah saw melarang jual beli sejenis ini sebagaimana beliau bersabda,

‫ مسعت‬:‫ ق ال‬،‫ عن الزه ري‬،‫ عن الزبي دي‬،‫ عن حمم د بن ح رب‬،‫اخربن ا حمم د بن مص فى بن هبل ول‬

،‫ هنى رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم عن املنابذة و املالمسة‬:‫ يقول‬،‫ مسعت ابا هريرة‬:‫ يقول‬،‫سعيدا‬

،‫ يلمس ك ل رج ل منهم ا ث وب ص احبه بي ده‬،‫ ان يتب ايع ال رجالن ب الثوبني حتت اللي ل‬: ‫واملالمس ة‬

.‫ وينبذ االخر اليه الثوب فيتبايعا على ذلك‬،‫واملنابزة ان ينبذ الرجل اىل الرجل الثوب‬
Artinya: “Telah mengkhabarkan kepada kami oleh Muhammad bin Mushaffa bin
Buhlul, diriwayatkan dari Muhammad bin Harb, diriwayatkan dari Zubaydi,
diriwayatkan dari Zuhri dia berkata, aku mendengar dari sa’id, dia berkata, aku
mendengar aba Hurairah berkata “Rasulullah saw. melarang munabazah dan
mulamasah. Dan mulamasah itu adalah transaksi jual beli dua orang dengan barang
terdiri dari dua pakaian yang dilakukan pada malam hari(keadaannya gelap), dan
keduanya dibolehkan menyentuh pakaian temannya dengan tangannya masing-
masing. sedangkan munabazah itu terjadi melalui lemparan baju dari satu orang
68
Asyari, Kamus Istilah Ekonomi Syariah, (padang, PT. Al-ma’arif, 2003) h. 100
37

kepada orang lain, dan melempar oleh orang lain kepadanya pelempar pertama, maka
dengan cara demikianlah mereka bertransaksi69.

5. Ba’i munabazah adalah bahwa ada dua orang yang saling melempar pakaian
milik keduanya dan jual beli keduanya tanpa melihat dan tanpa saling ridha.

‫املنابذة ان ينبذ الرجل اىل الرجل الثوبه وينبذ اآلخر بثوبه ويكون بيعهما عن غري نظر وال تراض‬

Artinya: “bahwa ada dua orang yang saling melempar pakaian milik keduanya dan
jual beli keduanya tanpa melihat dan tanpa saling ridha70.”

6. Ba’i musharrah yaitu si penjual menahan susu binatang ternaknya supaya


bahwa binatang ternak terlihat banyak susu(gemuk).

‫ التص روا االب ل والغنم لل بيع فمن ابتاعه ا بع د ذل ك فه و خبري‬:‫روى أب و هري رة ان النيب ﷺ ق ال‬

.‫النظرين بعد ان حيلبها ان رضيها امسكها و ان سخطها ردها وصاعا من متر‬

Artinya: “Janganlah kalian menahan susu unta dan kambing(supaya nampak gemuk),
maka siapa saja yang membeli binatang tersebut dan sesudahnya perahan susu (tidak
gemuk), maka dia boleh memilih dua pilihan yang terbaik, boleh dia berkehendak
untuk menahannya/memilikinya atau mengembalikannya dengan menambah satu
sha’ kurma71.

69
Abu abdi ar-rahman ahmad bin syu’aib bin ali al-khurasani al-nasai, as-sunan al-kubra,
jilid 6, (Beirut, ma’susah ar-risalah, 2001) h. 25
70
Ahmad bin Ali bin Hajar abu al-fadhal al-‘asqalani asy-syafi’I, fathul bari jilid 4 (Beirut,
Dar al-ma’rifah, 1379) h. 359
71
Rauyani abu al-mahasin abdu al-wahid bin ismail, bahru al-mazhab, jilid 4, (Beirut, Dar al-
kutub al-ilmiyah, 2009) h. 524
38

7. Ba’i hashah itu seperti berkata oleh seorang penjual ‘lemparkan kerikil ini
maka diatas apapun barang yang jatuh, itu menjadi milikmu.’

8. Bai’ habalul habalah yaitu transaksi yang tidak tunai dan tempo
pembayarannya tidak pasti.

‫ عن عبداهلل ابن عم ر ان رس ول اهلل هنى عن بي ع‬،‫ عن ن افع‬،‫ اخربن ا مال ك‬،‫ح دثنا عبداهلل ابن يوس ف‬

‫ مث تنتج اليت‬،‫ كان الرجل يبتاع اجلزور اىل ان تنتج الناقة‬،‫حبل احلبلة وكان بيعا يتبايعه اهل اجلهلية‬

.‫يف بطنها‬

Artinya: “telah memberi kabar kepada kami oleh Abdullah bin yusuf, telah memberi
kabar kepada kami oleh malik, yang diriwayatkan oleh nafi’, yang diriwayatkan dari
Abdullah bin umar, bahwa sungguh Rasulullah saw. melarang daripada bai’ habali
al-habalah, jual beli ini merupakan salah satu bentuk jual beli pada masa jahiliyah.
Yaitu seseorang membeli unta hingga bahwa unta tersebut menghasilkan unta betina,
kemudian dilahirkan lagi apa yang terdapat dalam perutnya72.

9. Bai’ ‘inah yaitu menjual suatu barang oleh seseorang kepada orang lain
dengan harga yang ditempokan, kemudian membeli lagi barang tersebut
dengan harga lebih sedikit dari harga barang yang dijual pertama kali.

‫ اذا تبايعتم بالعينة و‬:‫ مسعت رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم يقول‬:‫عن ابن عمر رضي اهلل عنهما قال‬

‫ ورضيتم بالزرع وتركتم اجلهاد سلط اهلل عليكم ذال ال ينزعه شيء حىت ترجعوا‬،‫اخذمت اذناب البقر‬

.‫اىل دينكم‬

72
Ibnu al-mulkan Sirajuddin abu hafsin umar bin ali bin ahmad asy-syafi’I, at-taudhih
lisyarhi al-jami’I ash-shahihi, jilid 14, (Suriah, Dar an-nawadir, 2008) h. 363
39

Artinya:“Diriwayatkan dari ibnu umar r.a beliau berkata: aku mendengar Rasulullah
saw bersabda: ‘apabila kalian melakukan jual beli dengan cara ‘inah, dan kalian
mengambil ekor sapi, dan kalian ridha dengan hasil pertanian dan kalian
meninggalkan jihad, maka Allah akan memberi kepada kalian suatu kehinaan yang
tidak ada sesuatupun yang mampu mencabut kehinaan itu sampai kalian kembali
kepada agama kalian73.

10. Jual beli barang yang beraib dengan tujuan melakukan penipuan.

11. Jual beli anggur kepada seseorang yang dipastikan akan mengolah anggur
menjadi khamar.

12. Jual beli kayu kepada seseorang yang dipastikan akan menjadikan kayu
menjadi alat musik.

13. Jual beli pada saat seruan melaksanakan ibadah jumat yang kedua.

14. Jual beli yang tidak bermanfaat, maka tidak sahlah jual beli hasyarat, semua
binatang buas, biji gandum, instrument hiburan74.

73
Abdul Qadir syaibah al-hamdi, fiqhu al-islami(syarhu bulugh al-maram), jilid 5, (Arab
Saudi, Matabi’ al-rasyid, 1982) h. 123
74
Badruddin abu al-fadhal Muhammad bin Abu bakri al-ashadi asy-syafi’I, Bidayah al-
muhtaj fi syarh al-minhaj, jilid 2 (Jeddah, Dar al-minhaj, 2011) h. 11
BAB III

PEMBAHASAN

A. Ketentuan hukum-hukum hasyarat menurut perspektif fiqh syafi’iyyah.

1. Definisi hasyarat

Kalimat "‫رات‬xx‫ "حش‬merupakan jamak dari kata ‫رة‬xx‫حش‬, yaitu segala jenis

serangga/ulat yang dikenal dengan ukurannya yang berbeda-beda, seringkali

ukurannya kecil. Ada yang dapat dilihat dan ada juga yang tidak dapat dilihat.

Hasyarat ini merupakan hewan melata dipermukaan bumi dan hama-hama kecil

bumi. Abi al-asy’ats menamakan hewan ini sebagai hewan bumi karena hewan ini

tidak terpisah dari udara dan air serta bersarang ia dalam lubang. Hewan ini juga

berdampingan dengan ular, tikus, kadal, landak, kalajengking, kumbang, tokek,

semut dan spesies lainnya75.

Dalam kitab nihayah al-muhtaj, hasyarat merupakan segala jenis hewan

kecil-kecil yang melata di tanah seperti tikus, kumbang, ular, kalajengking dan

semut. Dan tidak ada ibrah/pelajaran pada inti sarinya hasyarat dengan segala

manfaat yang telah disebutkan. Dan dikecualikan seumpama jerboa (gurun) dan

biawak (gurun) yang merupakan sebagian dari binatang yang dimakankan. Dan

seumpama lebah, ulat sutera, lintah yang bermanfaat untuk penghisapan darah76.

75
Muhammad bin Musa bin Isa bin Ali ad-damiri, hayah al-hayawan al-kubra, jilid. 1(beirut,
Dar al-kutub al-ilmiyah, 1424 H) h. 333
76
Syamsuddin Muhammad bin abi al-abbas ahmad bin hamzah syihabuddin ar-ramli,
nihayah al-muhtaj ila syarhil minhaj jilid. 3 (beirut, Dar-alfikri, 1984) h. 395

1
43

2. Dalil-dalil

Dalam kitab al-ibhaj fi syarh al-minhaj disebutkan:

.‫االصل يف املنافع االباحة ويف املضار التحرمي‬

Artinya: “Hukum asal pada segala yang bermanfaatan itu adalah boleh, dan

pada kemudharatan hukumnya adalah haram77.”

Berdasarkan Firman Allah SWT tentang hukum mubah:

ٍ ‫ٱلس م ِاء فَس َّو ٰىه َّن س بع ٰ ٰوت وه و بِ ُك ل ش‬ ‫ُهو ٱلَّ ِذي َخلَ َق لَ ُكم َّما يِف‬
‫يء‬ َ ِّ َ ُ َ ََ‫ٱست َو ٰى ِإىَل َّ َ َ ُ َ َ مَس‬ َ َّ‫ٱَألرض مَجِ يعا مُث‬
ِ َ

.‫َعلِيم‬

Artinya: “Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan
Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia
Maha Mengetahui segala sesuatu78.” {Q.S Al-Baqarah (2) ayat 29}

Dan menjadi suatu keharusan untuk menghendaki kepada pengkhususan dari


segi manfaat, karena demikian, adalah manfaat dengan sekalian barang yang di dunia
ini itu hukumnya boleh, kecuali yang tidak terdapat dalilnya79.

77
Taqiyuddin abu al-hasan ali bin abdi al-kafi bin ali bin tamam bin hamid bin yahya as-
subki, al-ibhaj fi syarhi al-minhaj, jilid 3, (Beirut, dar al-kutub al-ilmiyyah, 1995) h. 165
78
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-quran dan Terjemahannya, (Surabaya, Halim,
2013) h. 5
79
Taqiyuddin abu al-hasan ali bin abdi al-kafi bin ali bin tamam bin hamid bin yahya as-
subki, al-ibhaj fi syarhi al-minhaj, jilid 3, (Beirut, dar al-kutub al-ilmiyyah, 1995) h. 165
44

‫ين ءَ َامنُ واْ يِف ٱحلََي ٰو ِة‬ ِِ ِ ِ ِ ِ ِِ ِِ َّ ِ ِ


َ ‫قُ ل َمن َح َّر َم زينَ ةَ ٱللَّه ٱليِت َأخ َر َج لعبَ ادهۦ َوٱلطَّيِّبَٰت م َن ٱل ِّرزق قُ ل ه َي للَّذ‬
.‫ٰت لَِقوم يَعلَ ُمو َن‬
ِ ‫صل ٱألي‬ ِ ِ ‫ٱلدُّنيا خالِصة ي‬
َ ‫وم ٱلقيَ َٰم ِة َك َٰذل‬
َ ُ ِّ ‫ك نُ َف‬ ََ َ َ َ

Artinya: “Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang


telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang
mengharamkan) rezeki yang baik?" Katakanlah: “Semuanya itu (disediakan) bagi
orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di
hari kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang
mengetahui80.” {QS. (Albaqarah ayat:29)}

Ada sebuah sanggahan terhadap seseorang yang melarang memakai


perhiasannya, dia harus membuktikan larangannya terlebih dahulu, karena
padahal tidak ada larangan pemakaiannya. Jika tidak ada bukti pelarangannya,
berarti adalah bukti pembolehannya81.

‫ني ُت َعلِّ ُم و َن ُه َّن مِم َّا َعلَّ َم ُك ُم‬


َ ِ‫ِح ُم َكلِّب‬
ِ ‫ٰت َو َم ا َعلَّمتُم ِّم َن ٱجلَ َوار‬ ِ ِ
ُ َ‫ك َم اذَا ُأح َّل هَلُم قُل ُأح َّل لَ ُك ُم ٱلطَّيِّب‬
َ َ‫يَس لُون‬
ِ ‫ٱللَّهُ فَ ُكلُواْ مِم َّا َأمسكن َعلَي ُكم وٱذ ُكرواْ ٱسم ٱللَّ ِه َعلَ ِيه و َّٱت ُقواْ ٱللَّهَ ِإ َّن ٱللَّهَ س ِريع ٱحلِس‬
.‫اب‬ َ ُ َ َ َ ُ َ َ َ

Artinya: “Mereka menanyakan kepadamu: "Apakah yang dihalalkan bagi mereka?".


Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh
binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatih nya untuk berburu; kamu
mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu. Maka makanlah dari
apa yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu

80
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-quran dan Terjemahannya, (Surabaya, Halim,
2013) h. 154
81
Taqiyuddin abu al-hasan ali bin abdi al-kafi bin ali bin tamam bin hamid bin yahya as-
subki, al-ibhaj fi syarhi al-minhaj, jilid 3, (Beirut, dar al-kutub al-ilmiyyah, 1995) h. 165-166
45

(waktu melepaskannya). Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat


cepat hisab-Nya82. {Qs. (Al-maidah, ayat 4)}

Kalimat yang digaris bawahi tersebut, pada huruf lamnya itu adalah lam bagi
takhsis(terkhusus) dari segi manfaatnya sebagaimana telah maklum. Adapun kalimat
tayyibat, bukanlah maksudnya itu adalah halal, karena jika maksudnya ialah halal,
maka harusnya ada pengulangan kalimatnya. Akan tetapi maksudnya itu adalah
sesuatu yang dapat dikerjakan oleh jiwa83.

ِ ِ ‫ٱلس ٰم ٰو‬
َ ‫ٱَألرض مَجِ يعا ِّمنهُ ِإ َّن يِف ٰذَل‬
.‫ك أَل يَٰت لَِّقوم َيَت َف َّكُرو َن‬ ِ ‫ت َو َما يِف‬
َ َ َّ
‫َو َس َّخر لَ ُكم َّما يِف‬
َ

Artinya: “Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di
bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir 84.
{QS al-jatsiyah, ayat 13)}

‫اطنَ ة َو ِم َن‬
ِ ‫ٱَألرض وَأس ب َغ علَي ُكم نِعمهۥ ٰظَ ِه رة وب‬ ِ ‫ٱلس ٰم ٰو‬
‫ت َو َم ا يِف‬ ‫َأن ٱللَّهَ َس َّخر لَ ُكم َّما يِف‬
ََ َ ََُ َ َ َ ِ َ َ َّ َ َّ ْ‫َأمَل َت َروا‬

ِ ‫َّاس من جُي‬
.‫ٰد ُل يِف ٱللَّ ِه بِغَ ِري ِعلم َواَل ُهدى َواَل كِٰتَب ُّمنِري‬
َ َ ِ ‫ٱلن‬

Artinya: “Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk


(kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan
untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah

Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-quran dan Terjemahannya, (Surabaya, Halim,


82

2013) h. 107
83
Taqiyuddin abu al-hasan ali bin abdi al-kafi bin ali bin tamam bin hamid bin yahya as-
subki, al-ibhaj fi syarhi al-minhaj, jilid 3, (Beirut, dar al-kutub al-ilmiyyah, 1995) h. 166
84
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-quran dan Terjemahannya, (Surabaya, Halim,
2013) h. 499
46

tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang
memberi penerangan85. {QS Luqman, ayat 20)}

Dan dalil pada hukum kemudharatan adalah haram berdasarkan hadist nabi
saw:

.‫ ال ضرر والضرار يف االسالم‬:‫قال صلى اهلل عليه وسلم‬

Artinya: “Telah bersabda Nabi saw: “jangan merugikan diri sendiri dan jangan
merugikan saudaranya sesama muslim86.”

Imam nawawi menjelaskan dalam kitabnya al-azkar. Hadis merupakan hadis

hasan dari sisi al-ihtijaj (keberatan/protes). Hadis ini terpahami kepada peniadaan

kemudharatan, bukan peniadaan terjadinya kemudharatan, itu tidak mungkin. Maka

dari itu, terpahamilah maksudnya itu kepada ketiadaan bolehnya.

Sesuai lah dengan sabdanya nabi saw berikut ini:

.‫من ضار اضر اهلل به‬

Artinya: “siapa saja yang memudharatkan orang lain, maka Allah yang akan

membalas memudharatkannya.”

Dan jika pembolehannya tidak ada, maka terbuktilah keharamannya87.

85
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-quran dan Terjemahannya, (Surabaya, Halim,
2013) h. 413
86
Taqiyuddin abu al-hasan ali bin abdi al-kafi bin ali bin tamam bin hamid bin yahya as-
subki, al-ibhaj fi syarhi al-minhaj, jilid 3, (Beirut, dar al-kutub al-ilmiyyah, 1995) h. 165
87
Taqiyuddin abu al-hasan ali bin abdi al-kafi bin ali bin tamam bin hamid bin yahya as-
subki, al-ibhaj fi syarhi al-minhaj, jilid 3, (Beirut, dar al-kutub al-ilmiyyah, 1995) h. 166
47

3. Hukum hasyarat

a) Hukum makan hasyarat

Hasyarat merupakan jenis satwa yang diklasifikasikan kedalam al-

khabaits. Allah SWT berfirman:

ِ ‫يل ي أمرهم بِٱملعر‬ ِ ‫ندهم يِف ٱلت ٰأ ِ ِإل‬ ِ ِ ِّ ‫ول ٱلنَّيِب‬ ِ َّ


‫وف‬ ُ َ ُ ُ ُ َ ِ ‫َّور ة َوٱ جن‬ َ ُ َ ‫ٱُألم َّي ٱلَّذي جَيِ ُدونَهُۥ َمكتُوبًا ع‬ َّ ‫ين َيتَّبِعُو َن‬
َّ َ ‫ٱلر ُس‬ َ ‫ٱ لذ‬

‫صر ُهم َوٱَألغ ٰلَ َل ٱلَّيِت َك انَت‬‫ِإ‬


َ ‫ض ُع َع ُنهم‬ َ ‫ٰت َوحُيَ ِّر ُم َعلَي ِه ُم ٱخلَٰبَِئ‬
َ َ‫ث َوي‬ ِ ‫وينههم ع ِن ٱملن َك ِر وحُيِ ُّل هَل م ٱلطَّيِّب‬
َ ُُ َ ُ َ َُ ََ

.‫ك ُه ُم ٱملفلِ ُحو َن‬ ِ ‫علَي ِهم فَٱلَّ ِذين ءامنواْ بِِهۦ وعَّزروه ونَصروه وٱتَّبعواْ ٱلن‬
َ ‫ُّور ٱلَّذي ُأن ِز َل َم َعهُۥٓ ُْأولَِٰئ‬
َ ُ َ َ ُ َُ َ ُ ُ َ َ َُ َ َ َ
ُ
Artinya: “Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang

(namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka,

yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari

mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan

mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-

beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang

beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang

terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang

beruntung88.”

Imam syafii pernah berkata: “prinsip dasar dari keharaman itu adalah dari nash al-

qur’an, nash hadis, kumpulan kitab dan kumpulan hadis-hadis, dan ijma’89.

88
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-quran dan Terjemahannya, (Surabaya, Halim,
2013) h.170
89
Ahmad bin Al-husain bin ‘Ali bin Musa al-khusraujirdi al-khurasani, ma’rifat al-sunnah
wa al-atsar, jilid 14 (Beirut, dar qatibah, 1991) h. 80
48

Ketika nabi Muhammad saw diutus beserta Alqur’an bukan merupakan

berhala, bukan makhluk hidup yang mempunyai ruh, baik dari jin ataupun

manusia,tapi al-qur’an merupakan pondasi bagi hujjah Allah SWT untuk mengikuti

agama Allah. Orang mu’min akan mengikutinya, dan orang kafir akan

mengingkarinya. Maka setiap orang pasti ada yang mempercayainya dan ada juga

yang mengingkarinya.

Keharaman itu adalah sesuatu yang diharamkan Allah melalui lisannya Nabi

Muhammad saw, padahal sesuatunya itu sebelumnya hukumnya mubah.

Dan dikatakan pula bahwa, “tidak akan haram sesuatu berdasarkan tinjauan

sesuatu yang tidak dimakan oleh orang arab.” Berarti haram sesuatu itu berdasarkan

tinjauan sesuatu yang dimakan oleh orang arab.

Dan ditambahkan bahwa makanan yang baik dan yang buruk itu dari sisi

orang yang memakannya. Dan mereka itu adalah orang arab, merekalah yang

bertanya tentang permasalahan ini. Kemudian diturunkanlah hukum-hukum sesuatu

pada mereka. Dan mereka tidak menyukai makanan yang buruk yang tidak disukai

oleh orang lain.

Syafii berkata: “Adapun sesuatu yang kalian tinggalkan itu tidak dihitungkan

kepada sebagian daripada kebaikan, maka tidak diharamkan terhadap kalian daripada

sesuatu yang dahulu pernah kalian minta dihalalkan. Dan terpahamilah sunnah diatas
49

bahwa sungguh hal tersebut Allah SWT mengharamkan terhadap kalian dari suatu

pekerjaan kepada sesuatu yang telah kalian sendiri mengharamkannya90.”

Allah SWT berfirman:

ِ ‫ٱلس ٰم ٰو‬ ِ
‫ٱَألرضۖ ال ِإٰلَ هَ ِإال ُه َو حُي ِۦي‬
ِ ‫ت َو‬ َ َ َّ ‫ك‬ ُ ‫ول ٱللَّ ِه ِإلَي ُكم مَجِ ًيع ا ٱلَّذي لَهُۥ ُمل‬
ُ ‫َّاس ِإيِّن َر ُس‬
ُ ‫قُ ل يََٰأيُّ َه ا ٱلن‬

.‫ؤم ُن بِٱللَّ ِه َو َكلِ َٰمتِ ِهۦ َوٱتَّبِعُوهُ لَ َعلَّ ُكم هَت تَ ُدو َن‬
ِ ‫ٱُألمي ٱلَّ ِذي ي‬ ِِ ِ ِ ِ
ُ ِّ ِّ ِّ ‫يتۖ فَ‍امنُواْ بِٱللَّه َو َر ُسوله ٱلنَّيِب‬
ُ ‫َومُي‬

Artinya: “Katakanlah: hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu

semua, yaitu Allah Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan

(yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka

berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman

kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia,

supaya kamu mendapat petunjuk91.” {QS. (Al-a’raf ayat 158)}

Pengutusan Nabi saw didunia ini bertujuan untuk memberi penjelasan

kewajiban-kewajiban dari Allah SWT yang terdapat dalam kitabnya yang berupa

firman-firman-Nya dengan cara manusia mengikuti nabi-Nya.

Syafi’i pernah berkata: “Allah SWT menempatkan Rasul daripada agama-

Nya, kewajiban-kewajiban, dan kitab-kitab-Nya kepada suatu tempat untuk

menjelaskan Maha Agung ciptaan-Nya dan Allah lah yang menjadikan Nabi saw

mengetahui seluk beluk agama-Nya, tentang kewajiban taat kepada Allah, dan
Asy-syafi’I abu abdillah Muhammad bin idris bin al-abbas bin usman bin syafi’ bin abdul
90

muthallib bin abdi manaf al-muthalibi al-qurasyi al-makki, tafsir al-imam asy-syafi’I, jilid 2 (Arab
Saudi, Dar al-tadmuriyyah, 2006) h. 853 - 855
91
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-quran dan Terjemahannya, (Surabaya, Halim,
2013) h.
50

larangan berbuat kemaksiatan, dan menjelaskan fadhilah-fadhilah dengan sesuatu

yang menyertai keimanan kepada Rasul-Nya beserta keimanan kepada Allah92.”

‫وحا َأو حَل َم ِخ ن ِزير‬ ‫اعم ي َ ِإ‬ ِ ‫ِ ِإ‬ ِ


ً ‫طع ُمهُۥٓ ال َأن يَ ُكو َن َميتَةً َأو َدما َّمس ُف‬َ َ‫قُل ال َأج ُد يِف َما ُأوح َي يَلَّ حُمََّر ًما َعلَ ٰى ط‬

.‫ك َغ ُفور َّر ِحيم‬ ِ ِ ِ


َ َّ‫جس َأو فس ًقا ُأه َّل لغَ ِري ٱللَّ ِه بِِهۦۚ فَ َم ِن ٱضطَُّر َغ َري بَاغ َوال َعاد فَِإ َّن َرب‬ ِ ‫ِإ‬
ٌ ‫فَ نَّهُۥ ر‬

Artinya: “Katakanlah: Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan

kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali

kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi, karena

sesungguhnya semua itu kotor atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah.

Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan

tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi

Maha Penyayang93.” {QS. (Al-A’raf ayat 145)}

Ibnu abbas berkata: “suatu permasalahan yang terjadi, dan nabi saw diam,

maka hal tersebut dimaafkan.”

Sebagian sahabat ada yang berpendapat bahwa “haram memakannya, karena

hukum asal pada hewan adalah haram, apabila hal tersebut tidak ada kejelasan

hukum, maka tetaplah berlaku hukum asalnya yaitu haram94.”


Asy-syafi’I abu abdillah Muhammad bin idris bin al-abbas bin usman bin syafi’ bin abdul
92

muthallib bin abdi manaf al-muthalibi al-qurasyi al-makki, tafsir al-imam asy-syafi’I, jilid 2 (Arab
Saudi, Dar al-tadmuriyyah, 2006) h. 855-856
93
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-quran dan Terjemahannya, (Surabaya, Halim,
2013) h.
94
Abu ishaq ibrahim bin ‘Ali bin Yusuf al-syairazi, al-mazhab fi fiqhi al-imam al-syafii, jilid
1(tk, Dar al-kitab al-ilmiyah, tt) h. 453
51

Dan tidak halal makan binatang yang punya taring kuat, yang dapat

menyerang manusia dan juga hewan-hewan seperti singa, macan tutul, serigala,

harimau, dan beruang.

Ibnu Abbas ra meriwayatkan bahwa Nabi saw melarang memakan semua

hewan yang mempunyai taring dari jenis binatang buas dan melarang memakan jenis

burung yang mempunyai cakar.

Hukum makan binatang buas/ibnu awwa(serigala) itu ada dua pembagian:

 Hukumnya halal dikarenakan tidak adanya kekuatan pada taringnya, seperti

kelinci.

 Hukumnya tidak halal, karena hewan ini termasuk kedalam khabaist (buruk),

seperti baunya yang busuk dan juga karena dia merupakan genus anjing,

maka tidak halal memakannya.

Dan hukum memakan kucing liar juga ada dua:

 Hukumnya tidak halal karena binatang ini berburu dengan kekuatan

taringnya. Maka tidak halal lah makan seperti singa dan macan tutul.

 Hukumnya halal, karena secara umum hewan ini ada beraneka ragam, ada

hewan buas dan ada hewan jinak (lokal). Hewan lokal ini hukum

memakannya adalah haram. Sedangkan hewan liar hukum memakannya

adalah halal95.

95
Abu zakaria muhyiddin yahya bin syarif an-nawawi, al-majmu’ syarh al-muhazzab, jilid 9
(TK, Dar al-fikri, 1277 M) h.12-13
52

Dan diharamkan memakan hewan hasyarat bumi, seperti ular, kalajengking,

tikus, kumbang, kadal, jangkrik/kecoa, laba-laba, cicak, tokek, kumbang, kutu pil

(tank mini yang berkaki 14), karena hewan tersebut merupakan sebahagian daripada

khabaist (buruk)96.

ِ ِ ِ
َ َ‫قُل الَ َأج ُد يِف ْ َما ُأوح َي ِإيَلَّ حُمََّر ًما َعلَ ٰى طَاع ِم ي‬
…ُ‫طع ُمه‬

Artinya: “Katakanlah: Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan

kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya 97.” {QS.

Al-an’am ayat:145)}

Syafii dan sebagian ulama berpendapat tentang makna ayat tersebut yaitu:

“Makanan yang halal itu adalah makanan yang kalian makan dan kalian anggap

baik98.”

Imam al-ghazali berpendapat dalam kitab al-wasith:

.‫اليؤكل من احلشرات اال الضب‬

Artinya: “Dilarang memakan makanan yang berasal dari jenis hasyarat kecuali kadal

(gurun)99.

Abu al-husain yahya bin abi al-khair bin salim al-‘umarani al-yamani al-syafii, Al-bayan fi
96

mazhab al-imam al-syafii, jilid 4 (jeddah, Dar al-minhaj, 2000 M) h. 505


97
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-quran dan Terjemahannya, (Surabaya, Halim,
2013) h
98
Muhammad bin musa bin ‘isa bin ‘ali al-damiri, hayat al-hayawan al-kubra, jilid 1(Beirut,
Dar al-kutub al-ilmiyah, 1424 H) h. 333
99
Muhammad bin musa bin ‘isa bin ‘ali al-damiri, hayat al-hayawan al-kubra, jilid 1(Beirut,
Dar al-kutub al-ilmiyah, 1424 H) h. 334
53

Menurut pendapat mazhab fiqih yang empat dalam kitab al-khathir wal

ibahah:

.‫حيرم أكل حشرات االرض (صغار الدواهبا) كعقرب و ثعبان وفأرة و ضفدع و و منل و حنو ذلك‬

Artinya: “Diharamkan memakan hasyarat bumi (binatang melata bumi) seperti

kalajengking, ular, tikus, katak, semut, dan seumpama demikian100.

b) Hukum jual beli hasyarat

Sebahagian daripada syarat sah barang yang dijual adalah bermanfaat, barang

yang tidak terdapat manfaatnya tidak digolongkan sebagai harta (barang yang dijual).

Maka tidak sah tukar menukar dengan barang tersebut. Karena demikian tidak sahlah

jual beli hasyarat seperti ular, kalajengking, tikus, kumbang, semut dan

seumpamanya tiap-tiap. Alasannya adalah karena tidak terdapat manfaat pada hewan

tersebut yang bisa ditukarkan dengan harta, sekalipun disebutkan bahwa hewan-

hewan tersebut memiliki manfaat yang terkhusus101.

Dalam kitab minhaj al-thalibin disebutkan bahwa:

‫فال يصح بيع احلشرات وكل سبع ال ينفع‬

100
Abdul lathif ‘asyur, mausu’ah al-thair wal hayawan fi al-hadis an-nabawi,(tk, al-‘aqir,tt)
h. 207
Ahmad salamah al-qulyubi, ahmad al-barlisi, hasyiata qulyubi wa ‘amirah, jilid 2, (beirut,
101

Dar al-fikri, 1995) h. 198


54

Artinya: “maka tidak sahlah jual beli hasyarat dan tiap binatang buas yang tidak

ada manfaatnya102.”

Dalam kitab hasyiah al-bujairimi ada disebutkan dengan ibarat yang hampir

sama:

‫ اذ‬،‫ و فأرة وخنفساء‬،‫ و عقرب‬،‫(فال يصح بيع حشرات) ال تنفع وهي صغار دواب االرض كحية‬

‫ وان ذكرهلا منافع يف اخلواص‬،‫ واما للخسة كاحشرات‬،‫اما لقلة كحبيت بر‬،‫ال نفع فيها يقابل باملال‬

.‫ و علق ملنفعة امتصاص الدام‬،‫خبالف ما ينفع كضب ملنفعة اكله‬

Artinya: “(Maka tidak sahlah jual beli hasyarat) yang tidak bermanfaat. Hasyarat

sendiri berarti hewan-hewan kecil yang melata dipermukaan bumi seperti ular,

kalajengking, tikus, kumbang, karena tidak terdapat manfaat pada hewan-hewan

tersebut yang bisa ditukarkan dengan uang/harta. Adakala tidak ada manfaatnya

karena sedikit sekali, seperti biji gandum dan adakala karena kerendahan, kehinaaan.

Sekalipun hewan-hewan tersebut disebutkan manfaat yang berkhasiat, dengan sebalik

hewan yang bermanfaat seperti kadal (gurun) karena manfaat memakannya, dan

lintah bagi manfaat penghisapan darah103.

Dalam redaksi yang lain, kitab nihayah al-muhtaj ila syarhi al-minhaj,

dijelaskan:

102
Abu zakaria muhyiddin yahya bin syarif an-nawawi, minhaj ath-thalibin wa ‘umdat al-
muftin fi al-fiqhi, (Dar al-fikri, 2005) h. 94
103
Sulaiman bin Muhammad bin umar al-bujairimi al-mishri al-syafii, hasyiah al-bujairimi
‘ala syarhi al-minhaj, jilid 2, (tk, mathba’ah al-‘athbi, 1950) h. 178
55

-‫من شروط املبيع (النفع) به شرعا ولو ماال كجحش صغري ماتت امه كما يف االنوار وافىت به الوالد‬

)‫رمحه اهلل – الن بذل املال فيما ال ينفع فيه سفة واخذه اكل له بالباطل (فال يصح)(بيع احلشرات‬

‫وهي صغار الدواب أألرض كفأرة و خنفساء وحية وعقرب ومنل وال عربة مبا يذكر من منافعها يف‬

‫اخلواص و يس تثىن حنو يرب وع وض ب مما يؤك ل وحنل ودود ق ز وعل ق ملنفع ة امتص اص ال دام‬.

Artinya: “sebagian daripada syarat barang yang dijual adalah bermanfaat pada syara’

walaupun barang itu merupakan harta seperti anak domba yang mati, sebagaimana

dalam kitab al-anwar, dan Walid ra. Berpendapat: sesungguhnya membelanjakan

harta pada sesuatu yang tidak terdapat manfaat didalamnya itu adalah suatu

kebodohan104.”

B. Hukum jual beli jangkrik yang digolongkan dalam hasyarat menurut

perspektif fiqh syafi’iyyah.

1. Definisi jangkrik

Jangkrik adalah serangga yang berfamili dengan belalang, tubuhnya kecil

silindris, kepalanya bulat sedikit lonjong, kumisnya panjang seperti benang105.

Dalam kitab hayat al-hayawan diartikan seperti berikut:

‫ واك ثر ص ياحه باللي ل ول ذلك مسي‬،‫ قف از يص يح ص ياحا رقيق ا‬،‫ حي وان في ه ش به من اجلرد‬:‫الص رص‬
104
Syamsuddin muhammad bin abi al-abbas ahmad bin hamzah syihabuddin ar-ramli,
nihayatul muhtaj ila syarhi al-minhaj, jilid 3, (Beirut, Dar al-fikri, 1984) h. 395
105
https://id.wikipedia.org/wiki/jangkrik diakses pada hari selasa 20 juni 2023
56

.‫ وهو نوع من بنات وردان عري عن األجنحة‬،‫صرار الليل‬

Artinya: “sharshar adalah hewan yang terdapat pada dirinya itu sesuatu yang

menyerupai belalang, hewan ini juga termasuk hewan peloncat yang patutlah kiranya

dia itu memiliki suara yang pelan dan seringkali hewan ini bersuara pada malam hari,

karena demikian, hewan ini dinamakan shurarul lail, dan hewan ini merupakan salah

satu jenis daripada bintu wardan yang tidak memiliki sayap106.

‫ وال يع رف مكان ه اال بتتب ع‬،‫ان ه اجلدج د وق د تق دم ان اجلوهري فس ر اجلدج د بص رار اللي ل‬: ‫وقي ل‬

،‫ ومنه ماهوأمحر‬،‫ ومنه ما هو أزرق‬،‫ والوانه خمتلفة فمنه ما هو اسود‬،‫ وأمكنته املواضع الندية‬،‫صوته‬

.‫وهو جندب الصحارى و الفلوات‬

Artinya: “Dan ada yang berpendapat bahwa Sharshar itu sama dengan judjud, hal ini

sudah dijelaskan sebelumnya oleh syekh al-jauhari yang mengartikan judjud sebagai

shurarul lail. Dan tidak ada yang bisa mengetahui keberadaannya kecuali dengan

meneliti suaranya. Tempat yang layak ditempati sharshar ini adalah tempat-tempat

yang lembab, dan warnanya itu berbeda-beda. Sebagiannya itu ada yang berwarna

hitam, biru dan sebagiannya ada yang berwarna merah. Hewan ini sejenis belalang di

padang pasir dan hutan belantara107.


106
Muhammad bin musa bin ‘isa bin ‘ali al-damiri, hayat al-hayawan al-kubra, jilid 2(Beirut,
Dar al-kutub al-ilmiyah, 1424 H) h. 86
107
Muhammad bin musa bin ‘isa bin ‘ali al-damiri, hayat al-hayawan al-kubra, jilid 2(Beirut,
Dar al-kutub al-ilmiyah, 1424 H) h. 87
57

2. Hukum makan jangkrik

Sebagaimana hasyarat hukum memakannya adalah haram, maka juga berlaku

tidak bolehnya ini pada jangkrik, karena termasuk kedalam hewan hasyarat.

Dalam kitab hayat al-hayawan al-kubra menyatakan bahwa:

.‫وحكم الصرصر حترمي األكل الستتقذاره‬

Artinya: “Dan hukum dari jangkrik adalah haram untuk memakannya karena

dianggap kotor/menjijikkan108.

Dasar yang dijadikan pijakan menjijikkan atau tidak menjijikkannya suatu

hewan adalah cara pandang orang arab, karena mereka merupakan target dakwah

nabi pertama kali. Sebagaimana dijelaskan dalam kitab at-tahzib fi adillati matni

al-ghayah wa at-taqrib:

‫ واعترب عرف العرب ألهنم الذين‬،‫وكل حيوان استخبثته العرب فهو حرام اال ما ورد الشرع بإباحته‬

.‫خوطبوا بالشرع اوال وفيهم بعث النيب صلى اهلل عليه و سلم و نزل القران‬

Artinya: “Dan semua hewan yang dianggap menjijikkan oleh orang arab maka hewan

itu hukum makannya adalah haram kecuali ada terdapat dalil syara’ yang

menghukumi boleh. Orang arab dijadikan sebagai pijakan/standar hukum oleh ‘uruf

dikarenakan mereka adalah orang-orang yang mendapat tuntutan hukum pertama

108
Muhammad bin musa bin ‘isa bin ‘ali al-damiri, hayat al-hayawan al-kubra, jilid 2(Beirut,
Dar al-kutub al-ilmiyah, 1424 H) h. 87
58

kali. Dan kepada merekalah diutus nabi muhammad saw dan diturunkannya al-

qur’an109.

3. Hukum jual beli jangkrik

Dalam kitab majmu’ syarah muhazzab, dijelaskan bahwa:

.‫واما الصرارة فحرام على اصح الوجهني كاخلنفساء‬

Artinya: “Dan adapun jangkrik itu hukumnya haram berdasarkan pendapat yang

paling sahih dari dua pendapat ashab seperti kumbang110.”

Sebagaimana disebutkan dalam kitab bidayatul muhtaj:

.‫فال يصح بيع احلشرات كعقارب و خنافس لعدم النفع‬

Artinya: “Maka tidak sahlah jual beli serangga seperti kalajengking dan kumbang

karena ketiadaan manfaatnya111.”

C. Analisa Penulis

Dari kajian diatas kiranya dapat penulis analisa bahwa hasyarat merupakan

segala jenis hewan kecil-kecil yang melata di tanah seperti tikus, kumbang, ular,

109
Mushtafa Dib al-bugha al-midani ad-dimsyiqi al-syafii, at-tahzib fi adillati matni al-
ghayati wa al-taqribi al-masyhuri, (Beirut, Dar Ibnu katsir dimsyiq, 1989) h. 239
110
Abu zakaria mahyiddin bin syarif an-nawawi, al-majmu’ syarh al-muhazzab, jilid 9 (al-
qahirah, idarah al-thaba’ah al-muniriyah, 1347 H) h. 16
111
Badruddin abu al-fadhal muhammad bin abi bakar al-asadi a-syafii, bidayah al-muhtaj fi
syarhi al-minhaj, jilid 2 (arab saudi, Dar al-minhaj, 2011) h. 12
59

kalajengking dan semut. Dan tidak ada ibrah/pelajaran pada inti sarinya hasyarat

dengan segala manfaat yang telah disebutkan.

Adapun hukum memanfaatkan sesuatu yang bermanfaat adalah boleh. Dan

menjadi suatu keharusan untuk menghendaki kepada pengkhususan dari segi

manfaat, karena demikian, manfaat dengan sekalian barang yang ada di dunia ini

hukumnya adalh boleh, kecuali yang tidak terdapat dalilnya.

Hukum memakan hasyarat jika pembolehannya tidak ada, maka terbuktilah

keharamannya. Namun tinjauan makanan halal dan haramnya adalah menurut

anggapan orang arab, adakah makanan itu dianggap baik atau tidak baik. Jika

makanan itu dianggap baik, maka halal hukumnya makan, juga sebaliknya jika

dianggap buruk, maka haram hukum memakannya.

Dalam cakupan jual beli hasyarat harusnya ada manfaatnya, karena barang

yang tidak terdapat manfaatnya tidak digolongkan sebagai harta (barang yang dijual).

Maka jika hasyarat tersebut tidak ada manfaatnya hukum jualnya adalah haram.

Kumbang adalah jenis hasyarat yang dilarang untuk konsumsi dan juga

dilarang untuk jual beli. Sedangkan jangkrik adalah serangga yang berfamili dengan

belalang, tubuhnya kecil silindris, kepalanya bulat sedikit lonjong, kumisnya panjang

seperti benang. Jangkrik inilah yang diserupakan dengan kumbang.


60

Hukum makan jangkrik adalah haram berdasarkan keterangan bahwa jangkrik

termasuk kedalam hasyarat, hasyarat digolongkan kedalam khabaist, makanan

khabaist ini dianggap menjijikkan oleh orang arab.

Transaksi jual beli jangkrik tidak sah dilakukan, karena jangkrik sendiri tidak

memiliki manfaat menurut syara’ sehingga menjadi tidak sahlah transaksinya

sebagaimana tidak sahnya jual beli hasyarat yang lain.


BAB Ⅳ

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan-pembahasan yang telah penulis uraikan,

maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1) Syamsuddin Muhammad bin abi al-abbas mengatakan, hasyarat merupakan

segala jenis hewan kecil-kecil yang melata di tanah seperti tikus, kumbang,

ular, kalajengking dan semut. Dan tidak ada ibrah/pelajaran pada inti sarinya

hasyarat dengan segala manfaat yang telah disebutkan. Dan dikecualikan

seumpama jerboa (gurun) dan biawak (gurun) yang merupakan sebagian

dari binatang yang dimakankan. Dan seumpama lebah, ulat sutera, lintah

yang bermanfaat untuk penghisapan darah.

2) Imam al-ghazali berpendapat dalam kitab al-wasith bahwa dilarang

memakan makanan yang berasal dari jenis hasyarat kecuali kadal (gurun).

Abdul lathif ‘asyur menambahkan bahwa diharamkan memakan hasyarat

bumi (binatang melata bumi) seperti kalajengking, ular, tikus, katak, semut,

dan seumpama demikian.

3) Ahmad salamah al-qulyubi menjelaskan bahwa Sebahagian daripada syarat

sah barang yang dijual adalah bermanfaat, barang yang tidak terdapat

manfaatnya tidak digolongkan sebagai harta (barang yang dijual). Maka

tidak sah tukar menukar dengan barang tersebut. Karena demikian tidak

sahlah jual beli hasyarat seperti ular, kalajengking, tikus, kumbang, semut

dan seumpamanya tiap-tiap. Alasannya adalah karena tidak terdapat manfaat

1
61

pada hewan tersebut yang bisa ditukarkan dengan harta, sekalipun

disebutkan bahwa hewan-hewan tersebut memiliki manfaat yang terkhusus.

B. Saran

Pada akhir dari penelitian ini, penulis memiliki beberapa saran, yaitu sebagai

berikut:

1) Hendaknya kepada masyarakat untuk berhati-hati dalam menanggapi suatu

masalah baru, seperti halnya jual beli jangkrik supaya adanya kejelasan

terhadap ketentuan hukum hasyarat khususnya permasalahan jangkrik.

2) Kepada tokoh masyarakat maupun pemerintah untuk bisa mensosialisasikan

pemahaman yang berlawanan dengan syara’.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad bin Muhammad, Kifayatu al-Nabih fi Syarh Tanbih, Jld. VII, Beirut: Dar
Kutub Ilmiyah, 1971.
Abu Bakar bin Muhammad Syhatta, I’anah al-Thālibīn, Jld. II, Surabaya: al-
Haramain.
Ahmad ibn Ahmad al-Qalyuby dan Ahmad al-Barlisy ‘Umairah, Hāsyiāta al-
Qalyūby wa ‘Umairah, Jld. II, Beirut: Dar Fikr, 1995.
Al-Anshari, Abi Yahya Zakariya, Fathu Alam bi Syarhi I`lam, Cet.I (Beirut: Dar
Kutub Ilmiyah, 2000.
Al-Asqalānī, Ahmad bin Ali Ibn Hajr, Mathalib Aliyah, Jld. VIII, tk: Dar Al-
Asimah 1997.
Al-Asqalānī, Ahmad bin Ali Ibn Hajr, Talkhis Habir, Jld. IV, tk: Dar Azwa Salaf
2007.
Al-Asqalānī, Ahmad bin Ali Ibn Hajr, Bulughul Muram min Adillati Ahkam, jld.I
Assaudiyah: Dar Qubais 2014.
Al-Baghawī, Tahzib, jld. III, tk: Dar Kutub al-Ilmiyah 1997.
Al-Bukhari, Muhammad ibn Ismail Abu Abdillah, Sahih Bukhari, , jld. II, tk:Dar
Thuq Najah, 2001.
Al-Bulqinī, Sirajuddin Umar bin Ruslan, Tadrib fi Fikihi Syāfi‘ī, Jld. I, Riyadh:
Dar Qiblatain, 2012.
Al-Ghazālī, Abū Ḥāmid Muḥammad ibn Muḥammad, Fathul Aziz Syarah Kabīr,
Jld..VII, Damaskus: Dar Al-Fikri tt),
Al-Ghazālī, Abū Ḥāmid Muḥammad ibn Muḥammad, Wasit fi Mazhab, jld. II,
Kairo: Dar al-Salam 1996.
Al-Ghazi, Muhammad ibn Qasim, Fathu al-Qarib fi Syarh Alfazi Taqrib, Jld. I,
Beirut: Dar Ibn Hazm, 2005.
Al- Haytamī, Ahmad ibn Muhammad ibn Hajr, Minhāj al-Qawim, jld. I, Beirut:
Dar Kutub Ilmiyah, 2000.
Al- Haytamī, Ahmad ibn Muhammad ibn Hajr, Tuḥfat al-Muḥtāj bi Syarḥ al-
Minhāj, jld. IV, tk: Maktabah Tijariyah 1983.
Al-Māwardī, Ali bin Muhammad, Ḥawī al-Kabīr fi Fikihi Mazhab Imām Asy-
Syāfi‘ī cet.I, Jld. IV, Beirut: Dar al-kutub ilmiyah, 1999.

63
64

Al-Malibari, Zainuddin, Fath al-Mu’in Bi Syarh Qurratu al-‘ain, Surabaya:


Imarah Allah. tt.

Al-Syarbini, Ahmad Khatib, Mughni al-Muhtaj, jld. VI, Beirut: Dar al-Kutub al-
Ilmiyah, 1994 M.

Al-Syāfi‘ī, Muhammad bin Idris, Musnad Syāfi‘ī, Jld. I, (Beirut: Dar al-Kutub
Ilmiyyah 1951.
Al-Nawawī, Muhyi al-Dīn Yahya ibn Syarf , al-Majmū‘ Syarah al-Muhazzab, jld.
VIII tk: Dar Al-Fikr tt.
Al-Nawawī, Muhyi al-Dīn Yahya ibn Syarf , Idhah fi Manasik Haji wa Umrah
Jld. I, Beirut: Dar al-Basyair al-Islami, 1994.
Al-Nawawī, Muhyi al-Dīn Yahya ibn Syarf , Minhāj Syarah Sahih Muslim, Jld.
VIII, Beirut: Dar Ihya Turas Araby, 2005.
Al-Nawawī, Muhyi al-Dīn Yahya ibn Syarf , Raudhatul Thālibīn Wa Umdatul
Muftin Jld. IV, Beirut: Maktabah Islami 1991.
Al-Nawawī, Muhyi al-Dīn Yahya ibn Syarf, Riyadhus Shalihin, Jld. I, Beirut:
Muassasah Risalah, 1998.
Al-Nawawī, Muhyi Al-Dīn Yahya Ibn Syarf, Tahzdib al-Asma wa al-Lughah, Jld.
IV Beirut: Dar Kutub Ilmiyyah, tt.
Al-Rāfi‘Ī, Fathu al-Aziz Syarah Wajiz, jld. VII, tk: Dar Fikr tt.
Al-Ramlī, Muhammad Ahmad ibn Ahmad ibn Hamzah, Nihayah al-Muhtaj ila
Syarh Minhaj, jld. III, Beirut: Dar Fikr, 1984.
Al-Sulmi, ‘Izzuddin ibn Abd al-Salam, Ghayah fi Ikhtisar Nihayah, jld. III,
Beirut: Dar al-Nawadir 2016.
Al-Turmuzi, Muhammad bin Isa, Sunan Turmuzi, Jld. III, Mesir: Bab al-Halbi,
1975.
Al-Juwainī, Abdul Malik bin Abdullah, Nihayah al-Mathlab fi Dirayah al-
Mazhab, jld. IV, tk: Dar al-Minhāj 2007.
KH Afifuddin Muhajir, Fathul Mujibil Qarib, (Situbondo,al-Maktabah Al-
asadiyah: 2014.
Said bin Muhammad, Ba’alawi Busyra al-Karim, Jld. I, Jeddah: Dar al-Minhāj
2004.
Sulaiman Jamal, Hasyiah Jamal ala Syarhil Minhāj, jld. II, Dar al-Fikr tt.
65

Tim Penyusun Panduan Karya Ilmiyah STAI Al-Aziziyah, Panduan Penulisan


Karya Ilmiyah, Ed. Revisi, Cet. I, Samalanga: Al-aziziyah Press,
2004.
Wahbah Zuhaylī, Fikih Islami wa Adillatuh, Jld. III, Damaskus: Dar Fikr, tt.
Imām al-Ghazālī, Rahasia Haji, Jakarta: Turas, 2017.
Eep Khunawefi, Meraih Haji Mabrur, Cibubur : PT. Variapop Group, 2013.
https://kbbi.kemdikbud.go.id/ ,,,,,,,,,,,,,,. diakses pada 5 Februari 2023.
Terjemahan departemen agama RI, al-Hikmah al-Qur’an dan Terjemahan, ,cv
penerbit Diponegoro, 2010.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)”, Versi daring: 3.10.2.1-20230102204913
https://kbbi.kemdikbud.go.id/. diakses pada 5 Februari 2023.
Kartini kartono, Pengantar Metodologi Riset, Bandung: Bandar Maju, 1990.
Kemdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Online https:// kbbi.
kemdikbud. go.id/entri/metode, diakses pada 5 Februari 2023.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Zikrun
2. Tempat/Tanggal Lahir : Aceh Utara, 13 juli 1995
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Warga Negara/Suku : Indonesia / Aceh
6. Status Perkawinan : Belum Kawin
7. Alamat : Desa Tungkob, Kec. Darussalam, Kab.
Aceh Besar
8. Pekerjaan : Pelajar
9. Orang Tua
a. Nama Ayah : (Alm) Nuriman
b. Nama Ibu : Nurhasnabah
c. Pekerjaan : IRT
10. Pendidikan
a. TK Tungkob : Tamatan 2001
b. MIN Tungkob : Tamatan 2007
c. MTsN Tungkob : Tamatan 2010
d. SMK-SMTI Banda Aceh : Tamatan 2013
e. Mu’adalah MUDI Mesjid Raya Samalanga Tamatan 2018
f. Ma’had Aly : Mulai 2019 s/d 2023
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya
untuk dapat dipergunakan seperlunya.
Samalanga, 13 juli 2023
Penulis

ZIKRUN

Anda mungkin juga menyukai