Anda di halaman 1dari 5

g i k e g

per angin masih an r dau i n b


l a m a n y
Se tahari pagi me ijau. i n a
n m a a n g
da rimba dan pad ayang telah pua h
da l a m ayan g J i k
ng lau
a b
t p u l a n g k e
iup ke
s
n a k k u s d a n e l a
n g i b e r
n ering t
e p a s , a a a n k
t l s! i a n g - t i a n g a k
d a t
h g a k p e
m b e b a g h a n T
n a h k o d a s u
u d a t a n
m p e t a n a h - m e r a d a n
l e h e n g k a
u r o
l
ri be belum keme
j a u . u s a y a n b
a s e n
a k t u l
, a
am
np
aa
k k !
pint
m b a
u
l i
w
p uPUISI
l a n g
b a l i k m a l a m
k e
e mPILIHAN b a l i k e h r a p a t
e
k palmu te rcerita l a
i k a k a
J Kita a hidupmu k a n b e p a
AKU MAKIN SAKIT
Ahmad Yulden Erwin

aku makin sakit


langit telah dijajah bahasa
seper kisah piramida
dalam dinding manusia

aku makin sakit


tapi bahasa kian jadi sempit
tak ada kisah daun bambu

atau air kelapa dalam kalimatku


juga perempuan tua pada
puisi rumi, lihat, tak ada simetri di sini

segalanya berputar
dalam dinding sendiri
bagai kisah malam
yang bergerak melupakan pagi

kembali? dunia
nggal cahaya dan percik api
SAJAK KE-43
Isbedy S awan ZS

setelah lilin itu ku up, apa yang


bisa kuraba dari kelam
selain cinta atau
tangan-Mu yang menjemput?

maka kenangan kenangan yang


tumbuh dari musim demi musim cahaya
amat sayang dilupakan

(telah berapa alpa ditabung


telah berapa lama dihitung)

setelah lilin itu ku up, mungkin


yang terasa hanya kelam
tapi kenangan dari musim demi musim
akan kuikrarkan jadi waktu yang lain

lalu bersama cahaya-Mu


kulayari laut usia
KIDUNG SEKELOMPOK ASAP
Inggit Putria Marga

angin, terbangkan kami


angin, arahkan kami
angin, sampaikan kami
pada dia yang mengatapi bumi, yang bebas dari busuk dan
wangi, yang lepas dari semua simpul dan temali

jangan sangkutkan kami, jangan pencarkan kami, jangan


lekatkan kami di lembut hidung para bayi, di mata remaja yang
bening bermimpi, di tangan pendoa yang menjalin syair-syair
suci

iringi gerak kami, angin


pertemukan tubuh kami, angin
satukan sukma kami, angin
dengan kawan dekat matahari, dengan tempat laut berkaca diri,
dengan langit yang tak pernah tertebak kapan akan
menampakkan lengkung pelangi

2008
WU WEI
Ari Pahala Hutabarat

Kutunggu dan kau tak menjemputku


Padahal sudah kusiapkan;
Segelas teh, pisang goreng, dan

Sore remang yang kemarau

Bersama daun kuning gugur, pekarangan yang telanjang,

Kami becakap-cakap
“bahwa mungkin telah lengkap datang kemarau:
dirimu, hujan yang angin, juga dinding yang batu”.

Perlahan, jalanan kosong tak berumah


Gerimis merantau terbang, dan

Jam hanya diam.

Asmaraku perlahan mengelupas


Wajah jadi air, dan

Jam jadi hampa.

Anda mungkin juga menyukai