Anda di halaman 1dari 32

Kontes

Terbuka
Olimpiade
Fisika

Naskah Soal dan Solusi

Kontes Terbuka Olimpiade Fisika

Juni 2019 Pra OSN

Oleh :

Komunitas Olimpiade Fisika Indonesia

Waktu : 47 Jam

Tahun 2019

KTOF VI Juni 2019 Halaman 1 dari 32


Kontes
Terbuka
Olimpiade
Fisika
Penjelasan Model Soal
 Pada KTOF kali ini menggunakan sistem Essay.
 Tetap terdapat Soal Utama yaitu 5 buah soal utama pada KTOF kali ini (sesuai Pra
OSN 2019) dimana masing-masing soal terdiri atas beberapa anak soal dimana setiap
soal memiliki poin maksimum 20 Poin.
 Setiap anak soal adalah soal-soal yang berkaitan dengan soal utama yang berupa
konsep, matematik, dan numerik. Untuk mengerjakan soal numerik peserta diizinkan
menggunakan kalkulator.
 Setiap anak soal dari soal utama memiliki keterkaitan satu sama lain yang saling
membangun guna mempelajari permasalahan yang diberikan pada soal utama.

Teknis Pengerjaan
 Setiap peserta akan mendapatkan Nomor Peserta masing-masing.
 Soal KTOF akan kami bagikan via email dan grup WA kepada para peserta pada hari
Jumat, 21 Juni 2019 pukul 13.00 WIB.
 Peserta dipersilahkan mengerjakan soal yaitu dari saat soal dibagikan sampai batas
terakhir memasukkan jawaban di form jawaban online yaitu pada hari Minggu, 23
Juni 2019 pukul 12.00 WIB.
 Jawaban ditulis secara detail pada lembar jawaban yang telah disediakan
menggunakan balpoint warna hitam/biru dan tidak boleh warna lainnya. Lembar
jawaban akan dikirim bersamaan dengan soal tes.

Teknis Pengumpulan Jawaban

 Jawaban untuk setiap nomor soal harus dipisah dan dinamai dengan format berikut:
soal(nomor)_namalengkap_asalsekolah/instansi, Contoh:
soal2_ahmadbasyirnajwan_sman3banjarbaru,
soal5_mfauzansyahbana_smantambunselatan

 Jawaban diunggah pada form jawaban online menggunakan link berikut ini
bit.ly/FormJawabKTOFJuni.

KTOF VI Juni 2019 Halaman 2 dari 32


Kontes
Terbuka
Olimpiade
Fisika
 Jawaban hanya boleh dalam bentuk PDF dengan ukuran maksimal untuk tiap soalnya
adalah 20Mb. Untuk membuat file berupa foto menjadi file PDF, kalian bisa
menggunakan aplikasi CamScanner menggunakan cara lainnya.

 Form jawaban online hanya dibuka pada batas waktu pengerjaan yaitu dari hari
Jumat, 21 Juni 2019 pukul 13.00 WIB sampai dengan Minggu, 23 Juni 2019 pukul
12.00 WIB. Kami himbau para peserta untuk tidak mengumpulkan jawaban di menit-
menit akhir karena dikhawatirkan ada masalah koneksi yang menyebabkan jawaban
tidak terunggah.

Pengumuman Hasil dan Benefits

 Setiap peserta akan mendapatkan Soal KTOF beserta Solusinya. Solusi akan kami
berikan setelah Form Jawab Online ditutup yaitu pada hari Minggu, 23 Juni 2019
pukul 12.01 WIB via Email dan Grup WA.

 Hasil KTOF akan kami publikasikan 3-4 hari setelah Tes Berakhir melalui media sosial
kami via Facebook dan Instagram.

 Kami akan repost 15 Peserta terbaik pada KTOF kali ini.

 KTOF ini tentunya bisa menjadi ajang melatih diri dan pemantapan bagi siswa-siswa
yang akan mengikuti Olimpiade Sains Nasional Khususnya Bidang Fisika. Selain itu
juga bisa di jadikan ajang uji diri bagi Siswa Kelas XII, Mahasiswa, guru, dan Pegiat
Olimpiade Fisika lainnya.

Hormat Kami

Komunitas Olimpiade Fisika Indonesia

KTOF VI Juni 2019 Halaman 3 dari 32


Kontes
Terbuka
Olimpiade
Fisika
1. (20 poin) Hoop Setengah Lingkaran
Sebuah hoop homogen setengah lingkaran bermassa 𝑀 berjari-jari 𝑅 diletakkan diatas
poros lingkaran massa 𝑚 berjari-jari 𝑟, dimana 𝑟 < 𝑅. Pusat poros dijaga diam dan poros
tidak dapat berotasi terhadap pusatnya. Saat keadaan setimbang, hoop disimpangkan
sehingga hoop berosilasi tanpa selip. Diketahui titik pusat massa hoop ada pada jarak
2𝑅/𝜋 dari titik pusat hoop.

P
P
Q

2𝑅

setimbang tersimpang

a. Tentukan momen inersia hoop terhadap pusat massanya!


b. Saat setimbang hoop menyentuh poros di titik P. Beberapa saat kemudian titik Q pada
hoop menyentuh titik pada poros yang bersudut 𝛼 terhadap titik kesetimbangan (lihat
gambar). Tentukan panjang busur PQ!
c. Tentukan kemiringan hoop 𝜃 pada saat itu!
d. Tentukan posisi pusat massa hoop terhadap pusat poros sebagai fungsi alfa dan
parameter-parameter yang telah disebutkan!
e. Tentukan energi sistem dalam parameter-parameter yang telah disebutkan, 𝛼 dan
perubahan 𝛼 terhadap waktu 𝛼̇ !
f. Tentukan periode osilasi system! Gunakan 𝑅 = 2𝑟.
g. Tentukan periode osilasi bila 𝑅 = 1,71 m, Gunakan 𝑔 = 9,81 m/s 2 !

Solusi :

a. Momen inersia hoop terhadap titik O


Setiap titik pada hoop berjarak R dari sumbu rotasi. Sehingga momen inersia hoop
adalah MR2 .

KTOF VI Juni 2019 Halaman 4 dari 32


Kontes
Terbuka
Olimpiade
Fisika
Momen inersia hoop terhadap titik pusat massa
Dengan teorema sumbu sejajar,
2 2
𝐼𝑜 = 𝐼𝑐𝑚 + 𝑀 ( 𝑅)
𝜋
2 2
𝐼𝐶𝑀 = 𝐼0 − 𝑀 ( 𝑅)
𝜋
2
4
𝐼𝐶𝑀 = 𝑀 (1 − 𝑅)
𝜋2
b. Karena hoop tidak selip, panjang busur PQ sama dengan rα
c. Perpanjangan garis OQ akan melalui pusat hoop. Karena silinder tidak selip, panjang
busur PQ pada hoop akan sama dengan panjang busur QR pada poros (titik Q adalah
titik perkenaan awal hoop dengan poros). Sehingga besar sudut POQ adalah 𝛽 =
𝑟𝛼/𝑅 (O adalah pusat hoop). Dapat dilihat pada gambar bahwa 𝛽 + 𝜃 = 𝛼 sehingga
𝑟
𝜃 = 𝛼 (1 − )
𝑅
P
Q
R
C 𝛼𝑟

𝜃
O
𝜃

diagram gerakan hoop

d. Jika 𝑅 = 2𝑟, maka 𝜃 = 𝛼 , dan 𝜃̇ = 𝛼̇ /2


2
𝑦cm = −(𝑅 − 𝑟)cos𝛼 + 𝑅 cos 𝜃
𝜋
Pada ruas kanan, suku pertama menunjukkan posisi pusat poros terhadap pusat hoop
C sedangkan suku kedua menunjukkan posisi pusat massa hoop terhadap pusat hoop
2 1
𝑦cm = −(𝑅 − 𝑟)cosα + 𝑅 cos 𝛼
π 2
Dengan cara yang sama,

KTOF VI Juni 2019 Halaman 5 dari 32


Kontes
Terbuka
Olimpiade
Fisika
2 1
𝑥cm = −(𝑅 − 𝑟) sin 𝛼 + 𝑅 sin 𝛼
π 2
e. Energi Potensial sistem
2 1
𝐸𝑃 = 𝑀𝑔ycm = 𝑀𝑔(−(𝑅 − 𝑟) cos 𝛼 + 𝑅 cos 𝛼)
𝜋 2
Energi Kinetik Translasi system
𝑑𝑦 1
𝑣ycm = = ((𝑅 − 𝑟) sin 𝛼 − 𝑅 sin 𝛼) 𝛼̇
𝑑𝑡 𝜋
𝑑𝑥 1
𝑣xcm = = (−(𝑅 − 𝑟) cos 𝛼 + 𝑅 cos 𝛼) 𝛼̇
𝑑𝑡 𝜋
1 2 2
𝐸𝐾trans = 𝑀(𝑣ycm + 𝑣xcm )
2
1 2 2
2(𝑅 − 𝑟)𝑅 1 1 𝑅2
𝐸𝐾trans = 𝑀𝛼̇ [(𝑅 − 𝑟) − (sin 𝛼 sin ( 𝛼) + cos 𝛼 cos ( 𝛼)) + 2 ]
2 𝜋 2 2 𝜋
1 2(𝑅 − 𝑟)𝑅 1 𝑅2
𝐸𝐾trans = 𝑀α̇ 2 [(𝑅 − 𝑟)2 − cos ( 𝛼) + 2 ]
2 𝜋 2 𝜋
Dimana terlah diunakan identitas trigonometri cos 𝑥 cos 𝑦 + sin 𝑥 sin 𝑦 = cos(𝑥 −
𝑦).
Energi Kinetik Rotasi system
1 ̇ 2
𝐸𝐾rot = 𝐼𝜃̇
2
1 ̇ 4
𝐸𝐾rot = 𝑀𝑅 2 (1 − 2 ) 𝛼̇ 2
8 𝜋
Energi total system
2 1
𝐸 = 𝑀𝑔 (−(𝑅 − 𝑟)cosα + 𝑅 cos 𝛼)
𝜋 2
1 2(𝑅 − 𝑟)𝑅 1 𝑅2 1 4
+ 𝑀α̇ 2 ((𝑅 − 𝑟)2 − cos ( 𝛼) + 2 + (1 − 2 ) 𝑅 2 )
2 𝜋 2 𝜋 4 𝜋
2 1
𝐸 = 𝑀𝑔 (−(𝑅 − 𝑟)cosα + 𝑅 cos 𝛼)
𝜋 2
1 2 2
2(𝑅 − 𝑟)𝑅 1 𝑅2 1 2
+ 𝑀α̇ ((𝑅 − 𝑟) − cos ( 𝛼) + 2 + 𝑅 )
2 𝜋 2 𝜋 4
f. Energi sistem kekal sehingga turunan pertamanya terhadap waktu bernilai nol

KTOF VI Juni 2019 Halaman 6 dari 32


Kontes
Terbuka
Olimpiade
Fisika
𝑑𝐸 𝑑 2 1
= 0 = 𝑀 [𝑔 (−(𝑅 − 𝑟)cosα + 𝑅 cos 𝛼)
𝑑t 𝑑𝑡 𝜋 2
1 2(𝑅 − 𝑟)𝑅 1 1
+ 𝑀α̇ 2 ((𝑅 − 𝑟)2 − cos ( 𝛼) + 𝑅 2 )]
2 𝜋 2 4
1 1
0 = 𝑀𝑔 ((𝑅 − 𝑟)sinα − 𝑅 sin 𝛼) α̇
𝜋 2
2(𝑅 − 𝑟)𝑅 1 1
+ 𝑀𝛼̇ 𝛼̈ ((𝑅 − 𝑟)2 − cos ( 𝛼) + 𝑅 2 )
𝜋 2 4
1 2(𝑟 − 𝑅)𝑟 1
+ 𝑀𝛼̇ 2 ( sin ( 𝛼)) = 0
2 𝜋 2

Suku terakhir adalah suku sisa turunan rantai dari

1 2(𝑅 − 𝑟)𝑅 1
𝑀α̇ 2 cos ( 𝛼)
2 𝜋 2

Mengabaikan suku α dan α̇ yang pangkatnya lebih dari 1 serta aproksimasi sudut kecil
(sin 𝑥 ≈ 𝑥 dan cos 𝑥 ≈ 𝑥) diperoleh

1 2(𝑅 − 𝑟)𝑅 1 2
g ((𝑅 − 𝑟)𝛼 − 𝑅𝛼) + 𝛼̈ ((𝑅 − 𝑟)2 − + 𝑅 )=0
2𝜋 𝜋 4

1
((𝑅 − 𝑟)𝛼 − 2𝜋 𝑅𝛼)
+ 𝛼̈ = 0
2(𝑅 − 𝑟)𝑅 1 2
((𝑅 − 𝑟)2 − + 4𝑅 )
𝜋

𝑟 1
((1 − 𝑅 ) − 2𝜋)
𝑔
𝛼 + 𝛼̈ = 0
𝑟 𝑅
𝑟 2 2 (1 − 𝑅 ) 1
((1 − ) − + )
𝑅 𝜋 4

Sehingga diperoleh
𝑟 1
((1 − 𝑅 ) − 2𝜋)
𝑔
= 𝜔2
𝑟 𝑅
𝑟 2 2 (1 − 𝑅 ) 1
((1 − 𝑅 ) − + 4)
𝜋

KTOF VI Juni 2019 Halaman 7 dari 32


Kontes
Terbuka
Olimpiade
Fisika
−1
𝑟 1
((1 − 𝑅 ) − 2𝜋)
𝑔
2𝜋 =𝑇
𝑟 𝑅
𝑟 2 2 (1 − 𝑅 ) 1
((1 − 𝑅 ) − + 4)
𝜋

Substitusi 𝑟/𝑅 = 0,5
−1
1 1
− 𝑔
2𝜋√ 2 2𝜋 =𝑇
1 1 1
(4 − 𝜋 + 4 ) 𝑅
−1
1 1
− 𝑔
2𝜋√2 2𝜋 =𝑇
1 1 𝑅
2−𝜋
−1
𝜋−1 𝑔 𝜋−2 𝑅
2𝜋√( ) = 𝑇 ⟹ 𝑇 = 2𝜋√( )
𝜋−2 𝑅 𝜋−1 𝑔

g. 𝑇 = 1,92 s
Muhammad Morteza Mudrick
SMAN 1 Surakarta
2. (20 Poin) Setengah silinder
Mari kita tinjau sebuah potongan dari silinder homogen bermassa 𝑚 berjari-jari 𝑅, yang
penampang melintangnya membentuk setengah lingkaran

KTOF VI Juni 2019 Halaman 8 dari 32


Kontes
Terbuka
Olimpiade
Fisika
Setengah silinder ini kemudian ditaruh di pojok lantai, menempel ke lantai serta dinding
yang licin sedemikian sehingga silinder ini dapat seimbang dibawah medan gravitasi 𝑔,
namun keseimbangan tersebut labil dan setengah silinder dapat jatuh ke dua arah.
Apabila kita mendefinisikan 𝜃 sebagai sudut antara garis vertikal dan garis 𝑂𝑄 yang
menghubungkan titik kontak setengah silinder 𝑂 dengan pusat mula” silinder 𝑄; 𝜃 dapat
mengecil (i) dan juga membesar (ii). Diketahui pusat massa setengah silinder berjarak 𝑢 =
4𝑅
dari pusat 𝑄. *Disarankan menggunakan kalkulator untuk menghitung nilai numerik
3𝜋

dari hasil akhir tiap sub-soal.


a. Tinjaulah posisi keseimbangan awal. Tentukan besar 𝜃 saat setengah silinder diam dan
seimbang menyentuh dinding serta lantai, 𝜃0 .
Perhatikan kasus jatuh (i). Permukaan melingkar setengah silinder akan selip di dinding
dan lantai, setelah itu silinder akan lepas kontak dan menjauh dari dinding.
b. Tentukan besar 𝜃 ketika silinder meninggalkan dinding, 𝜃1 , juga kecepatan sudut
setengah silinder saat itu, Ω!
c. Silinder akan menjauh dari dinding dan mengalami gerak osilasi terhadap pusat
massanya. Tentukan sudut maksimum 𝜉 yang dibentuk bidang potong silinder dengan
bidang horisontal!
Pada kasus jatuh (ii), pusat massa setengah silinder akan memiliki arah kecepatan
horisontal menjauhi dinding. Pada gerakan ini diketahui silinder tidak pernah lepas kontak
pada nilai 𝜃0 ≤ 𝜃 ≤ 90°.
d. Tentukan besar kecepatan horisontal pusat massa setengah silinder 𝑣𝑥 saat persis
sebelum tumbukan dengan lantai.
e. Tentukan besar kecepatan horisontal pusat massa setengah silinder, 𝑣𝑥 , sebagai fungsi
dari 𝜃!
Solusi :
a. Saat setengah silinder setimbang, resultan gaya horisontal harus nol, sehingga gaya
normal dinding haruslah nol. Karena tidak boleh ada torsi resultan, gaya normal lantai
mengarah ke pusat massa setengah silinder. Dari segitiga 𝐶𝑂𝑄, didapatkan
𝑢 4
𝜃0 = arctan ( ) = arctan ( ) = 22.997°
𝑅 3𝜋

KTOF VI Juni 2019 Halaman 9 dari 32


Kontes
Terbuka
Olimpiade
Fisika

Dengan hasil lini juga diperoleh ketinggian awal 𝐶, ℎ0 = √𝑢2 + 𝑅 2


b. Karena tidak ada gaya gesek pada sistem, energi mekanik sistem kekal. Dengan energi,
kita hanya perlu untuk meninjau keadaan akhir.

Saat selip dan jatuh, pusat massa silinder membentuk lintasan busur lingkaran dengan
pusat rotasi sesaat di 𝑄, artinya gerakan setengah silinder sesaat waktu lepas kontak
adalah ketika bidang potong silinder horisontal, sehingga garis 𝑂𝑄 sejajar 𝑂𝐶, dan
𝜃1 = 90°. Untuk menghitung Ω, kita perlu momen inersia setengah silinder terhadap
1
titik 𝑄. Besarnya adalah setengah dari momen inersia silinder awal. 𝐼𝑄 = 4 𝑚𝑅 2 .

𝐸𝑝𝑜𝑡 = 𝐸𝑝𝑜𝑡 + 𝐾′
1 1 1
𝑚𝑔ℎ0 = 𝑚𝑔(𝑅 − 𝑢) + 𝐼𝑄 Ω2
2 2 2
1
𝑚𝑔 (√𝑢2 + 𝑅 2 + 𝑢 − 𝑅) = 𝑚𝑅 2 Ω2
4

4𝑔 √𝑢2 + 𝑅 2 + 𝑢 − 𝑅
Ω=√ ( ) = 1.429√𝑔/𝑅
𝑅 𝑅

c. Setelah lepas kontak, silinder mempunyai Energi potensial, kinetik translasi, dan
kinetik rotasi. Karena tidak ada gaya arah horisontal, energi kinetik translasi besarnya
konstan. Karena itu, saat sudut maksimum bidang potong silinder dengan horisontal,
pusat massa silinder terangkat maksimum, dan Δ𝐸𝑝𝑜𝑡 = 𝐾𝑟𝑜𝑡 . Namun energi rotasi di
sini dihitung terhadap pusat massa, sehingga perlu dicari momen inersia terhadap
1
pusat massa. Gunakan teorema sumbu sejajar, 𝐼𝑄 = 𝐼𝐶 + 2 𝑚𝑢2 . Sehingga didapat

KTOF VI Juni 2019 Halaman 10 dari 32


Kontes
Terbuka
Olimpiade
Fisika
1
𝐼𝐶 = 2 𝑚(𝑅 2 /2 − 𝑢2 ). Saat terangkat, hubungan sudut 𝜉 dengan ketinggian 𝐶 adalah

ℎ𝐶 = 𝑅 − 𝑢 cos 𝜉.
Δ𝐸𝑝𝑜𝑡 = 𝐾𝑟𝑜𝑡
1 1 1
𝑚𝑔ℎ𝐶 − 𝑚𝑔(𝑅 − 𝑢) = 𝐼𝐶 Ω2
2 2 2
𝑅2 2
√𝑢2 + 𝑅 2 + 𝑢 − 𝑅
ℎ𝐶 = 𝑅 − 𝑢 + ( − 𝑢 ) ( )
2 𝑅2
𝑅 − ℎ𝐶 (𝑅 2 − 2𝑢2 )
cos 𝜉 = = 1− (√𝑢2 + 𝑅 2 + 𝑢 − 𝑅) = 52.04°
𝑢 2𝑢𝑅 2
d. Apabila tidak lepas kontak, pusat rotasi sesaat sebelum menumbuk setengah siinder
adalah titik 𝑂. Momen inersia setengah silinder terhadap titik ini adalah 𝐼𝑂 = 𝐼𝐶 +
1 3
𝑚(𝑅 2 + 𝑢2 ) = 4 𝑚𝑅 2.
2

Menggunakan energi:
1 1 1
𝑚𝑔√𝑢2 + 𝑅 2 = 𝑚𝑔𝑢 + 𝐼𝑂 Ω2
2 2 2
4𝑔
Ω2 = (√𝑢2 + 𝑅 2 − 𝑢)
3𝑅 2
Dari definisi 𝑣⃗ = 𝜔
⃗⃗ × 𝑟⃗, didapat 𝑣𝑥 = 𝑢Ω. Maka, didapat

𝑢 4𝑔
𝑣𝑥 = √ (√𝑢2 + 𝑅 2 − 𝑢) = 0.399√𝑔𝑅
𝑅 3

e. Pada kasus jatuh (ii), kita harus mendefinisi ulang pusat rotasi sesaat sistem.

KTOF VI Juni 2019 Halaman 11 dari 32


Kontes
Terbuka
Olimpiade
Fisika

Seperti di gambar, karena titik yang bersinggungan dengan dinding atau lantai tidak
memiliki kecepatan arah normal, maka pusat rotasi sesaat sistem berada di titik 𝑃.
1 2
Momen inersia setengah silinder terhadap titik P adalah 𝐼𝑃 = 𝐼𝐶 + 2 𝑚|𝐶𝑃| .
2
Menggunakan aturan cosinus, |𝐶𝑃| = 𝑢2 + 𝑅 2 sin2 𝜃 − 2𝑢𝑅 sin 𝜃 cos 𝜃
1 2
𝐼𝑃 = 𝑚(𝑅 2 /2 − 𝑢2 + |𝐶𝑃| )
2
1 𝑅2 1 − cos 2𝜃
= 𝑚 ( + 𝑅2 ( ) − 𝑢𝑅 sin 2𝜃)
2 2 2
Definisikan 𝜂 = 𝑢/𝑅
1
𝐼𝑃 = 𝑚𝑅 2 (2 − cos 2𝜃 − 2𝜂 sin 2𝜃)
4
Ketinggian pusat massa setengah silinder dari lantai adalah ℎ𝐶 = 𝑅 cos 𝜃 + 𝑢 sin 𝜃.
Persamaan energi:
1 1 1
𝑚𝑔ℎ0 = 𝑚𝑔ℎ𝐶 + 𝐼𝑃 Ω2
2 2 2
𝑚𝑔 4𝑔 √1 + 𝜂2 − cos 𝜃 − 𝜂 sin 𝜃
Ω2 = (ℎ0 − ℎ𝐶 ) = ( )
𝐼𝑃 𝑅 2 − cos 2𝜃 − 2𝜂 sin 2𝜃

Kecepatan horisontal setengah lingkaran 𝑣𝑥 = Ω𝑢 sin 𝜃

√1 + 𝜂2 − cos 𝜃 − 𝜂 sin 𝜃
𝑣𝑥 = √4𝑔𝑅𝜂 sin2 𝜃 ⋅ ( )
2 − cos 2𝜃 − 2𝜂 sin 2𝜃

KTOF VI Juni 2019 Halaman 12 dari 32


Kontes
Terbuka
Olimpiade
Fisika
Ivander Jonathan
Mawar Sharon Christian School, Surabaya
3. (20 Poin) Fisika dari Kemacetan

Kemacetan adalah fenomena kehidupan sehari-hari yang sering kita jumpai. Pada soal ini,
kita akan membahas fenomena ini dalam sudut pandang fisika. Secara umum, ada 2
pendekatan yang dapat digunakan, yaitu pendekatan makroskopis (meninjau parameter
yang didefinisikan untuk seluruh bagian jalan) dan mikroskopis (meninjau parameter yang
didefinisikan hanya untuk satu kendaraan). Pendekatan yang terakhir adalah yang akan
kita gunakan di soal ini.
Tinjau sebuah kendaraan di jalan. Pengemudi kendaraan ini dapat mengetahui informasi
kecepatan kendaraan didepannya dan jaraknya dengan kendaraan tersebut. Pemodelan
yang akan kita gunakan adalah sebagai berikut:
1) (Zona “Perlambatan”) Jika jarak suatu kendaraan dengan kendaraan didepannya lebih
kecil dari 𝑠𝑛 , maka kendaraan tersebut akan melakukan perlambatan sebesar 𝑎𝑛
sampai jaraknya sudah tidak lebih kecil dari 𝑠𝑛 .
2) (Zona “Percepatan”) Jika jarak suatu kendaraan dengan kendaraan didepannya lebih
jauh daripada 𝑠𝑓 , dimana 𝑠𝑓 > 𝑠𝑛 , maka kendaraan tersebut akan melakukan
percepatan sebesar 𝑎𝑓 sampai jaraknya tidak lebih besar dari 𝑠𝑓 .
3) (Zona “Adaptasi kecepatan”) Jika jarak suatu kendaraan dengan kendaraan
didepannya berada diantara 𝑠𝑓 dan 𝑠𝑛 , maka kendaraan tersebut akan melakukan
percepatan/perlambatan dengan magnitudo 𝑎𝑎 sampai kecepatannya sama dengan
kecepatan kendaraan didepannya, tidak peduli berapa nilai persis dari jaraknya

KTOF VI Juni 2019 Halaman 13 dari 32


Kontes
Terbuka
Olimpiade
Fisika
(selama masih berada diantara 𝑠𝑓 dan 𝑠𝑛 ). Setelah kecepatannya sama, tidak ada lagi
percepatan pada kendaraan tersebut.
Asumsikan informasi kendaraan di belakang yang ditinjau tidak bisa diketahui dengan
sempurna oleh pengemudi kendaraan yang ditinjau, sehingga tidak mempengaruhi
pergerakan kendaraan.
a. Pada awalnya, tidak ada kendaraan di jalan. Kemudian, satu kendaraan masuk ke jalan
dengan kecepatan 𝑣0 yang dianggap konstan. Setelah waktu 𝑡0 berlalu, kendaraan
kedua masuk ke jalan dengan kecepatan 𝑣0 ′ dari posisi yang sama dengan posisi
masuknya kendaraan pertama. Tentukan syarat agar kendaraan kedua ini tidak akan
pernah memasuki zona “Perlambatan”. Asumsikan 𝑣0 𝑡0 > 𝑠𝑓 . Petunjuk: Analogikan
pemodelan ini dengan sistem lain yang memiliki karakteristik yang sama untuk
menyederhanakan pengerjaan soal.
b. Jika syarat di sub-soal a) tidak terpenuhi, tentukan syarat agar kendaraan kedua baru
bertahan (tidak keluar lagi) di zona “Adaptasi kecepatan” setelah 𝑁 kali memasuki
zona tersebut. Asumsikan kendaraan ini tidak pernah menabrak kendaraan
didepannya.
Pemodelan diatas dapat dibuat lebih “mulus” dengan pengembangan dibawah ini:
1) Zona “Percepatan” dan “Perlambatan” dapat diganti dengan menganggap 𝑠𝑓 ≈ 𝑠𝑛 ≈
𝑠𝑠 dan magnitudo percepatan kendaraan adalah proporsional dengan magnitudo jarak
kendaraan yang ditinjau dengan kendaraan didepannya dikurang 𝑠𝑠 (dengan
konstanta proporsionalitas 𝑘). Arah dari percepatan tersebut adalah menuju posisi 𝑠𝑠
dari posisi kendaraan yang ditinjau.
2) Zona “Adaptasi kecepatan” yang selalu mengurangi kecepatan kendaraan dapat
diganti dengan percepatan yang proporsional dengan magnitudo kecepatan relatif
kendaraan yang ditinjau terhadap yang didepannya (dengan konstanta
proporsionalitas 𝛽). Arah dari percepatan ini adalah berlawanan dengan arah
kecepatan relatif tersebut.
Perhatikan bahwa kedua percepatan yang disebutkan diatas selalu bekerja bersamaan,
sehingga percepatan total yang dialami kendaraan adalah resultan dari kedua percepatan
tersebut. Untuk melengkapi pemodelan ini, kita akan menambahkan asumsi bahwa 𝑠𝑠

KTOF VI Juni 2019 Halaman 14 dari 32


Kontes
Terbuka
Olimpiade
Fisika
memiliki ketergantungan kepada kecepatan kendaraan didepan kendaraan yang ditinjau
(𝑣) dalam bentuk sebagai berikut:
𝑠𝑠 = 𝑠0 + 𝑣𝜏
c. Tinjau barisan kendaraan di jalan, dimana semua kendaraan berada dalam satu garis,
dan kecepatannya juga paralel dengan garis ini. Kendaraan pertama (kendaraan paling
depan dari barisan) memiliki kecepatan konstan 𝑣1 . Tuliskan persamaan diferensial
untuk kecepatan kendaraan kedua (𝑣2 ) dibelakang kendaraan pertama.
d. Tuliskan persamaan diferensial yang menghubungkan kecepatan kendaraan ke-𝑁 − 1
dengan kecepatan kendaraan ke-𝑁.
e. Solusi dari persamaan diferensial di sub-soal c) dapat ditulis sebagai
𝑣2 − 𝑣1 = 𝐴𝑒 𝑖𝜔𝑡
Dimana 𝑖 2 = −1. Tentukan nilai 𝜔 dinyatakan dalam parameter lainnya yang
didefinisikan sebelumnya. Tuliskan syarat agar nilai 𝜔 tidak murni imajiner.
f. Solusi dari persamaan diferensial di sub-soal d) dapat ditulis sebagai
𝑣𝑗 = 𝑉𝑗 𝑒 𝑖𝜔𝑡
Dimana 𝑗 ∈ {1,2, … , 𝑁 − 1, 𝑁, … }. Secara umum, 𝑉𝑗 dapat bernilai kompleks. Tuliskan
hubungan antara 𝑉𝑁 dan 𝑉𝑁−1 . Asumsikan nilai 𝜔 selalu real.
g. Tentukan syarat agar magnitudo 𝑉𝑁 tidak membesar menuju tak terhingga seiring
𝑁 → ∞. Syarat ini menjamin setiap gangguan kecil dari pergerakan setiap kendaraan
dapat hilang dan tidak menimbulkan ketidakstabilan yang dapat berujung kepada
kemacetan di tengah jalan.
h. Tambahan terakhir dari pemodelan ini adalah dengan mendefinisikan parameter baru,
yaitu jarak rata-rata kendaraan di jalan (𝑥̅ ) dan kecepatan rata-rata semua kendaraan
di jalan (𝑣̅ ). Selanjutnya, kita akan mengasumsikan hubungan dibawah ini berlaku.
𝛼
𝑘=
𝑥̅
𝛾
𝛽=
𝑣̅
Nilai 𝛼 dan 𝛾 dapat dianggap konstanta yang tidak dipengaruhi semua parameter yang
kita definisikan. Karena asumsi ini, maka terdapat nilai 𝑥̅ minimum, sehingga
berapapun nilai 𝑣̅ , kemacetan tidak akan terjadi. Tentukan nilai 𝑥̅ minimum tersebut.

KTOF VI Juni 2019 Halaman 15 dari 32


Kontes
Terbuka
Olimpiade
Fisika

Petunjuk:
1) Setiap bilangan kompleks (penjumlahan dari bilangan real murni dan imajiner
murni) dapat dinyatakan dalam bentuk
𝑎 + 𝑖𝑏 = 𝑟𝑒 𝑖𝜃
Dimana 𝑟 = √𝑎2 + 𝑏 2 , tan 𝜃 = 𝑏⁄𝑎, dan 𝑒 adalah Bilangan Euler.
2) Rumus-rumus berikut ini mungkin berguna.
𝑑 𝑎𝑥
𝑒 = 𝑎𝑒 𝑎𝑥
𝑑𝑥
1
∫ 𝑒 𝑎𝑥 𝑑𝑥 = 𝑒 𝑎𝑥 + 𝐶
𝑎
Solusi :
f. Analisis pergerakan kendaraan kedua akan lebih mudah dilakukan jika kita melihat
pergerakan kendaraan kedua dalam kerangka acuan kendaraan pertama. Dalam
kerangka ini, kecepatan awal kendaraan kedua adalah 𝑣0 ′ − 𝑣0 , dan semua
percepatan tidak berubah. Untuk selanjutnya, kita akan selalu menggunakan kerangka
ini.
Perhatikan bahwa ketika kendaraan kedua memasuki zona “Percepatan” dan
“Perlambatan”, kendaraan ini memiliki percepatan yang besar dan arahnya konstan,
sehingga kita dapat menganggap kedua zona ini sebagai “bidang miring” dengan
kemiringan uniform (dengan arah kemiringan yang berbeda untuk setiap zona). Ketika
kendaraan kedua memasuki zona “Adaptasi kecepatan”, kendaraan ini memiliki
percepatan yang arahnya berlawanan dengan arah kecepatan kendaraan kedua.
Perhatikan bahwa zona ini memiliki sifat yang sama dengan bidang datar dengan
koefisien gesek yang nilainya lebih dari nol. Sehingga, sebenarnya kita dapat
menyederhanakan pemodelan tersebut dengan dua bidang miring yang
kemiringannya berbeda arah yang dipisah dengan jarak 𝒔𝒇 − 𝒔𝒏 , dan diantara kedua
bidang miring tersebut, terdapat bidang datar kasar yang menghubungkan kedua
bidang miring (1,5 Poin). Kendaraan kedua dapat dianggap sebagai benda titik
bermassa 𝑚 (yang nilainya tidak penting untuk pemodelan ini) yang bergerak diatas
bidang-bidang tersebut dibawah percepatan gravitasi 𝑔 ke arah vertikal kebawah.

KTOF VI Juni 2019 Halaman 16 dari 32


Kontes
Terbuka
Olimpiade
Fisika

𝑔
𝑚

𝛼n 𝛼f
𝜇
𝑠=0 𝑠 = 𝑠n 𝑠 = 𝑠f

Gambar 1. Dua bidang miring dengan sudut masing-masing memenuhi hubungan


𝑎 𝑎
tan 𝛼𝑓 = 𝑓⁄𝑔 dan tan 𝛼𝑛 = 𝑛⁄𝑔, serta dengan bidang datar kasar dengan koefisien
𝑎𝑎
gesek kinetik 𝜇 = ⁄𝑔.

Bidang datar selalu mengurangi “energi” dari benda tersebut, sehingga syarat yang
diminta di sub-soal dapat dipenuhi jika energi mekanik yang dimiliki benda dapat
langsung dihabiskan oleh bidang datar sebelum benda menyentuh bidang datar
berikutnya. Sehingga.
1
𝑚(𝑣0′ − 𝑣0 )2 + 𝑚𝑎𝑓 (𝑣0 𝑡0 − 𝑠𝑓 ) < 𝑚𝑎𝑎 (𝑠𝑓 − 𝑠𝑛 )
2
(𝑣0′ − 𝑣0 )2 < 2𝑎𝑎 (𝑠𝑓 − 𝑠𝑛 ) − 2𝑎𝑓 (𝑣0 𝑡0 − 𝑠𝑓 )
g. Jika bidang datar “dikunjungi” sebanyak 𝑁 kali sebelum akhirnya berhenti di kali ke-𝑁
memasuki bidang datar, maka bidang datar akan berkali-kali menghabiskan energi
benda sampai benda berhenti. Sehingga, agar energi benda dapat habis sesuai dengan
syarat di sub-soal, maka
1
𝑚(𝑣0′ − 𝑣0 )2 + 𝑚𝑎𝑓 (𝑣0 𝑡0 − 𝑠𝑓 ) < 𝑁𝑚𝑎𝑎 (𝑠𝑓 − 𝑠𝑛 )
2
(𝑣0′ − 𝑣0 )2 < 2𝑁𝑎𝑎 (𝑠𝑓 − 𝑠𝑛 ) − 2𝑎𝑓 (𝑣0 𝑡0 − 𝑠𝑓 )
h. Kita akan meninjau setiap kontribusi percepatan kepada kendaraan kedua.
1) Percepatan yang magnitudonya proporsional dengan jarak antara kendaraan
kedua dengan posisi setimbangnya dapat ditulis sebagai
𝑎𝑘 = 𝑘(𝑥1 − 𝑥2 − 𝑠𝑠 )
Dimana 𝑥1 dan 𝑥2 berturut-turut adalah posisi kendaraan pertama dan kedua
diukur dari suatu acuan.

KTOF VI Juni 2019 Halaman 17 dari 32


Kontes
Terbuka
Olimpiade
Fisika
2) Percepatan yang magnitudonya proporsional dengan kecepatan relatif antara
kedua kendaraan dapat ditulis sebagai
𝑎𝛽 = −𝛽(𝑣2 − 𝑣1 )
Dimana 𝑣1 dan 𝑣2 berturut-turut adalah kecepatan kendaraan pertama dan kedua
diukur terhadap kerangka jalan.
Sehingga, total percepatan yang dirasakan oleh kendaraan kedua adalah
𝑑𝑣2
= 𝑘(𝑥1 − 𝑥2 − 𝑠𝑠 ) − 𝛽(𝑣2 − 𝑣1 )
𝑑𝑡
Untuk memudahkan pengerjaan sub-soal berikutnya, kita akan menghilangkan
variabel posisi dalam persamaan akhir kita, dengan cara menurunkan persamaan
diatas terhadap waktu. Sehingga.
𝑑 2 𝑣2 𝑑𝑣2
= 𝑘(𝑣1 − 𝑣2 ) − 𝛽
𝑑𝑡 2 𝑑𝑡
i. Persamaan mentah yang didapat di sub-soal c) dapat digeneralisir dengan mengganti
indeks 1 menjadi 𝑁 − 1 dan indeks 2 menjadi 𝑁. Sehingga,
𝑑𝑣𝑁
= 𝑘(𝑥𝑁−1 − 𝑥𝑁 − 𝑠𝑠 ) − 𝛽(𝑣𝑁 − 𝑣𝑁−1 )
𝑑𝑡
𝑑 2 𝑣𝑁 𝑑𝑣𝑁−1 𝑑𝑣𝑁 𝑑𝑣𝑁−1
2
= 𝑘 (𝑣𝑁−1 − 𝑣𝑁 − 𝜏 )−𝛽( − )
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
j. Dengan menggunakan bentuk solusi tersebut, maka didapat
−𝐴𝜔2 𝑒 𝑖𝜔𝑡 = −𝐴𝑘𝑒 𝑖𝜔𝑡 − 𝑖𝐴𝛽𝜔𝑒 𝑖𝜔𝑡
𝜔2 − 𝑖𝛽𝜔 − 𝑘 = 0
1
𝜔 = [𝑖𝛽 ± √−𝛽 2 + 4𝑘]
2
Agar nilai 𝜔 tidak murni imajiner, maka
4𝑘 > 𝛽 2
k. Dengan menggunakan bentuk solusi tersebut, maka didapat
−𝑉𝑁 𝜔2 𝑒 𝑖𝜔𝑡 = 𝑘(𝑉𝑁−1 (1 − 𝑖𝜏𝜔) − 𝑉𝑁 )𝑒 𝑖𝜔𝑡 − 𝑖𝛽𝜔(𝑉𝑁 − 𝑉𝑁−1 )𝑒 𝑖𝜔𝑡
−𝑉𝑁 𝜔2 = 𝑘(𝑉𝑁−1 (1 − 𝑖𝜏𝜔) − 𝑉𝑁 ) − 𝑖𝛽𝜔(𝑉𝑁 − 𝑉𝑁−1 )
Dengan mengelompokkan semua suku dengan koefisien 𝑉𝑁 dan 𝑉𝑁−1 berturut-turut
ke ruas kiri dan kanan, maka didapat
𝑉𝑁 (−𝜔2 + 𝑘 + 𝑖𝛽𝜔) = 𝑉𝑁−1 (𝑘 − 𝑖𝜔(𝜏𝑘 − 𝛽))

KTOF VI Juni 2019 Halaman 18 dari 32


Kontes
Terbuka
Olimpiade
Fisika
𝑘 − 𝑖𝜔(𝜏𝑘 − 𝛽)
𝑉𝑁 = 𝑉𝑁−1
−𝜔 2 + 𝑘 + 𝑖𝛽𝜔
l. Perhatikan bahwa di hasil akhir sub-soal f), pembilang dan penyebut dari pecahan
tersbeut merupakan bilangan kompleks. Karena kita hanya tertarik dengan
magnitudonya, maka kita cukup mengganti setiap bilangan kompleks tersebut dengan
magnitudo masing-masing bilangan. Sehingga,

√𝑘 2 + 𝜔 2 (𝜏𝑘 − 𝛽)2
𝑉𝑁 = 𝑉𝑁−1
√(𝑘 − 𝜔 2 )2 + 𝛽 2 𝜔 2
Agar syarat yang diminta di sub-soal ini berlaku, maka 𝑉𝑁 harus selalu lebih kecil
daripada 𝑉𝑁−1 . Sehingga,
𝑘 2 + 𝜔2 (𝜏𝑘 − 𝛽)2 < (𝑘 − 𝜔2 )2 + 𝛽 2 𝜔2
𝜏𝑘(𝜏𝑘 − 2𝛽) < −2𝑘 + 𝜔2
𝛾
m. Dengan mensubstitusi 𝑘 = 𝛼⁄𝑥̅ dan 𝛽 = ⁄𝑣̅ ke dalam hasil akhir sub-soal g), maka
didapat
𝛼 𝛼 𝛾 𝛼
𝜏 (𝜏 − 2 ) < −2 + 𝜔2
𝑥̅ 𝑥̅ 𝑣̅ 𝑥̅
Untuk mempermudah, kita dapat menyatakan 𝑣̅ dalam 𝑥̅ , sehingga
1 1 2
𝛼2
> [𝜏 + 2𝛼 − 𝑥̅ 𝜔2 ]
𝑣̅ 2𝜏𝛼𝛾 𝑥̅

Nilai 𝑣̅ secara umum adalah positif, sehingga nilai terkecil dari 1⁄𝑣̅ adalah 0. Sehingga,
𝛼2
0 > 𝜏2 + 2𝛼 − 𝑥̅ 𝜔2
𝑥̅
0 < −𝜏 2 𝛼 2 − 2𝛼𝑥̅ + 𝑥̅ 2 𝜔2
𝛼 𝛼
0 < [𝑥̅ − 2 (1 + √1 + 𝜔 2 𝜏 2 )] [𝑥̅ − 2 (1 − √1 + 𝜔 2 𝜏 2 )]
𝜔 𝜔
Kita menginginkan solusi positif untuk 𝑥̅ , sehingga,
𝛼
𝑥̅ > 2 (1 + √1 + 𝜔 2 𝜏 2 )
𝜔
𝛼
𝑥̅𝑚𝑖𝑛 = 2 (1 + √1 + 𝜔 2 𝜏 2 )
𝜔
Yuwanza Ramadhan
Universitas Indonesia
4. (20 Poin) Gerakan Dipol Magnet

KTOF VI Juni 2019 Halaman 19 dari 32


Kontes
Terbuka
Olimpiade
Fisika
Momen dipol magnetik merupakan besaran vektor yang mencirikan sifat keseluruhan
magnet, termasuk magnet elementer. Arah momen dipol umumnya dari kutub selatan ke
kutub utara magnet.

Pada bagian pertama ini, dimodelkan sebuah dipol magnet elementer. Salah satu sumber
momen magnetik adalah medan magnet yang ditimbulkan akibat gerakan elektron yang
mengorbit intinya. Asumsikan orbit elektron adalah lingkaran berjari-jari 𝑅 dan atom
hanya terdiri dari satu elektron dan satu proton yang masing-masing memiliki massa 𝑚e
dan 𝑚p (𝑚p ≫ 𝑚e ) serta bermuatan −𝑒 dan +𝑒. Diketahui orbit elektron berada pada
bidang 𝑥𝑦.
a. Tentukan kecepatan angular dari gerakan elektron yang mengorbit proton!
b. Tentukan besar medan magnet pada jarak 𝑧 (𝑧 ≫ 𝑅, dari bidang 𝑥𝑦) yang dihasilkan
akibat gerakan elektron!
c. Sebuah magnet batang kecil memiliki medan magnet pada jarak yang jauh darinya
sebesar
𝜇0 𝑚
𝐵=
2𝜋𝑧 3
Dimana 𝑧 merupakan jarak dari magnet pada sumbu yang menghubungkan kutub
utara dan selatan, 𝑚 adalah momen dipol magnet. Dengan mengasumsikan elektron
mengorbit proton seperti magnet batang kecil, tentukan dipol magnet 𝑚 dari sebuah
elektron yang mengorbit proton!
Untuk medan magnet akibat magnet batang kecil untuk kasus 𝑧 dan 𝑟 tidak terlalu besar
dimana 𝑧 dan 𝑟 adalah posisi vertikal dan radial dari titik yang ditinjau medan magnetnya,

KTOF VI Juni 2019 Halaman 20 dari 32


Kontes
Terbuka
Olimpiade
Fisika
maka medan magnet akibat suatu dipol magnet akan memiliki komponen arah vertikal
dan radial seperti pada gambar di atas. Besar medan magnet yang di akibatkannya adalah
𝜇0 𝑚 3𝑧 2 3𝑧𝑟
⃗⃗ (𝑧, 𝑟) =
𝐵 [( − 1) 𝑧̂ + ( ) 𝑟̂ ]
3 𝑟2 + 𝑧2 𝑟2 + 𝑧2
4𝜋(𝑟 2 + 𝑧 2 ) 2

Sebuah dipol magnet dengan momen magnet sebesar 𝑚 dijatuhkan dari ketinggian ℎ di
atas pusat sebuah kawat cincin diam dengan jari-jari 𝑎. Diketahui 𝑚 mengarah ke bawah
dan anggap sumbu 𝑧 positif ke arah bawah juga.
d. Tentukan GGL induksi yang terjadi pada cincin sebagai fungsi dari kecepatan sesaat
dipol magnet (𝑣) dan posisi dipol terhadap posisi awalnya (𝑧)!
e. Tentukan gaya yang dirasakan dipol magnet akibat pergerakannya tersebut sebagai
fungsi dari arus (𝑖) pada cincin yang dihasilkan dari induksi dipol magnet tersebut!

Sekarang dipol magnet dijatuhkan di dalam sebuah solenoid berjari-jari 𝑎 dengan


resistivitas 𝜌 yang sangat panjang dan tidak dapat bergerak. untuk menyederhanakan
perhitungan, anggap saja setiap lilitan solenoid berbentuk cincin dengan ketinggian 𝑑ℎ
dan ketebalan 𝑤. Abaikan induktansi dari solenoid.

f. Tentukan gaya total yang dialami dipol magnet akibat solenoid tersebut fungsi dari
kecepatan sesaat dipol magnet (𝑣)!
g. Tentukan kecepatan terminal gerakan dipol magnet jika diketahui berat dipol magnet
adalah 𝑊!

Petunjuk :

Mungkin integral berikut akan berguna



𝑢2 5𝜋
∫ 2 5
𝑑𝑢 =
−∞ (1 + 𝑢 ) 128

Solusi :

a. Tinjau elektron yang sedang melakukan gerak melingkar terhadap proton. Dengan
Hukum I Newton untuk keseimbangan arah radial akan kita dapatkan (gaya yang
bekerja pada elektron adalah gaya coulomb dan percepatan elektron adalah
percepatan sentripetal)

∑ 𝐹⃗r = 𝑚e 𝑎⃗s

KTOF VI Juni 2019 Halaman 21 dari 32


Kontes
Terbuka
Olimpiade
Fisika

1 𝑒2 𝑒 1
− 2
𝑟̂ = 𝑚e 𝜔2 𝑅(−𝑟̂ ) ⟹ 𝜔 = √
4𝜋𝜀0 𝑅 2𝑅 𝜋𝑚e 𝜀0 𝑅

b. Gerakan melingkar elektron ini dapat kita anggap seperti aliran arus pada “kawat”
melingkar dengan jari-jari 𝑅. Arus pada “kawat” ini dapat dinyatakan sebagai berikut

𝑒 𝜔 𝑒2 1
𝐼= =𝑒 ⟹𝐼= √
𝑇 2𝜋 4𝜋𝑅 𝜋𝑚e 𝜀0 𝑅

Besar medan magnet pada jarak 𝑧 dari bidang 𝑥𝑦 adalah


𝜇0 𝐼𝑅 2
𝐵= 3
2(𝑧 2 + 𝑅 2 )2
Saya pikir bagaimana cara untuk mendapatkan persamaan di atas tidak perlu saya
uraikan lagi karena sudah banyak diuraikan di buku-buku referensi listrik magnet,
silahkan temen-temen baca sendiri yah. Untuk 𝑧 ≫ 𝑅 maka kita bisa lakukan
pendekatan berikut
3 3
(𝑧 2 + 𝑅 2 )2 ≈ (𝑧 2 )2 = 𝑧 3
Sehingga besar medan magnet ini akan menjadi

𝜇0 𝑒 2 𝑅
𝐵= √
8𝜋𝑧 3 𝜋𝑚e 𝜀0

c. Dengan menyamakan persamaan terakhir dengan persamaan yang terdapat pada soal
akan kita peroleh momen dipol magnet

𝜇0 𝑒 2 𝑅 𝜇0 𝑚 𝑒2 𝑅
𝐵= 3
√ = 3
⟹ 𝑚 = √
8𝜋𝑧 𝜋𝑚e 𝜀0 2𝜋𝑧 4 𝜋𝑚e 𝜀0

d. GGL induksi pada kawat cincin disebabkan oleh perubahan fluks magnetik yang
menembus cincin.
𝑑𝜙
𝜀 = −𝑁
𝑑𝑡
Nilai 𝑁 = 1 karena cincin hanya terdiri dari satu kumparan
𝑑𝜙
𝜀=−
𝑑𝑡
Kita sedikit modifikasi persamaan di atas dengan mengalikannya dengan 𝑑𝑧/𝑑𝑧
sehingga menjadi

KTOF VI Juni 2019 Halaman 22 dari 32


Kontes
Terbuka
Olimpiade
Fisika
𝑑𝜙 𝑑𝑧 𝑑𝑧 𝑑𝜙 𝑑𝜙
𝜀=− =− ⟹ 𝜀 = −𝑣
𝑑𝑡 𝑑𝑧 𝑑𝑡 𝑑𝑧 𝑑𝑧
Mungkin beberapa dari kalian akan bertanya, “Kenapa 𝑑𝑧/𝑑𝑡 = 𝑣?”. Jadi, 𝑣 ini adalah
kecepatan dari si batang dipol magnet yang dijatuhin. Posisi 𝑧 kan mempunyai arah
postif ke bawah, sedangkan arah gerak si dipol magnet juga ke bawah, maka
perubahan posisi 𝑧 di sini akan sama dengan kecepatan dipol magnet, 𝑑𝑧/𝑑𝑡 = 𝑣
bukan 𝑑𝑧/𝑑𝑡 = −𝑣. Sekarang mari kita hitung terlebih dahulu fluks magnetik yang
melalui cincin akibat medan magnet dari dipol. Fluks magnetik ini hanya disebabkan
oleh medan magnet pada komponen 𝑧, mengapa? Karena medan magnet pada arah
ini akan memasuki bidang 𝑥𝑦 dari kawat cincin sedangkan komponen radial hanya
akan menyinggung bidang kawat cincin dan tidak menembusnya. Sekarang
masalahnya adalah medan pada arah 𝑧 ini bervariasi nilainya dan bergantung pada 𝑟,
yaitu posisi titik yang kita ingin ketahui medannya dari sumbu kawat cincin. Oleh
karena itu, marilah kita tinjau elemen luasan berbentuk cincin yang memiliki ketebalan
𝑑𝑟 yang jaraknya 𝑟 dari pusat kawat cincin. Pada area luasan cincin dengan ketebalan
𝑑𝑟 yang kecil ini medan magnet pada sumbu 𝑧 dapat kita anggap homogen, maka fluks
magnetik yang melalui elemen cincin ini adalah
⃗⃗ ∙ (𝑑𝐴𝑧̂ )
𝑑𝜙 = 𝐵
𝜇0 𝑚 3(ℎ − 𝑧)2
𝑑𝜙(𝑧, 𝑟) = 3 𝑟 2 + (ℎ − 𝑧)2 − 1) 2𝜋𝑟𝑑𝑟
(
4𝜋(𝑟 2 + (ℎ − 𝑧)2 ) 2

Untuk mendapatkan fluks total yang melalui bidang kawat cincin, kita integralka
persamaan di atas dari 𝑟 = 0 sampai 𝑟 = 𝑎

𝑎
1 3(ℎ − 𝑧)2 1
𝜙(𝑧) = 𝜇0 𝑚 ∫ ( 5 − 3 ) 2𝑟𝑑𝑟
4 0 (𝑟 2 + (ℎ − 𝑧)2 )2 (𝑟 2 + (ℎ − 2
𝑧) )2
Mengapa kita menggunakan ℎ − 𝑧 pada persamaan di atas sedangkan pada rumus
yang diberikan soal hanya 𝑧 saja? Karena 𝑧 yang kita gunakan sekarang adalah posisi
vertikal dari dipol yang dihitung ke bawah dari posisi awal dipol dijatuhkan yaitu dari
ketinggian ℎ di atas pusat kawat cincin sedangkan 𝑧 pada rumus yang diberikan soal
merupakan jarak vertikal dipol ke titik yang kita tinjau medan magnetiknya, dalam

KTOF VI Juni 2019 Halaman 23 dari 32


Kontes
Terbuka
Olimpiade
Fisika
analisis kita ini, jarak 𝑧 ini adalah ℎ − 𝑧. Masih belum paham? Silahkan lihat
gambarnya yah .

dipol magnet


ℎ−𝑧

𝑎
cincin kawat

Agar kita bisa mengintegrasi persamaan di atas, kita perlu menggunakan teknik
integral subtitusi. Kita misalkan 𝑢 = 𝑟 2 + (ℎ − 𝑧)2 sehingga 𝑑𝑢 = 2𝑟𝑑𝑟 maka kita
peroleh
2
𝑎 +(ℎ−𝑧) 2
1 3(ℎ − 𝑧)2 1
𝜙(𝑧) = 𝜇0 𝑚 ∫ ( 5 − 3 ) 𝑑𝑢
4 (ℎ−𝑧)2 𝑢2 𝑢2
𝑎2 +(ℎ−𝑧)2
1 2 1 1
𝜙(𝑧) = 𝜇0 𝑚 [3(ℎ − 𝑧)2 (− ) 3 − (−2) 1 ]
4 3 2
𝑢 𝑢2 (ℎ−𝑧)2
𝑎2 +(ℎ−𝑧)2
1 2(ℎ − 𝑧)2 2
𝜙(𝑧) = 𝜇0 𝑚 [− 3 + 1]
4
𝑢2 𝑢2 (ℎ−𝑧)2
𝑎2 +(ℎ−𝑧)2
1 2𝑢 − 2(ℎ − 𝑧)2
𝜙(𝑧) = 𝜇0 𝑚 [ 3 ]
4
𝑢2 (ℎ−𝑧)2

1 2𝑎2 + 2(ℎ − 𝑧)2 − 2(ℎ − 𝑧)2 2(ℎ − 𝑧)2 − 2(ℎ − 𝑧)2


𝜙(𝑧) = 𝜇0 𝑚 [ 3 − ]
4 (ℎ − 𝑧)3
(𝑎2 + (ℎ − 𝑧)2 )2
𝜇0 𝑚𝑎2
𝜙(𝑧) = 3
2(𝑎2 + (ℎ − 𝑧)2 )2
Kita telah dapatkan fluks magnetik yang melalui kawat cincin sebagai fungsi 𝑧. Sekrang
GGL induksi yang dimiliki kawat cincin akibat gerakan dipol adalah

KTOF VI Juni 2019 Halaman 24 dari 32


Kontes
Terbuka
Olimpiade
Fisika

𝑑𝜙 𝑑 𝜇0 𝑚𝑎2
𝜀 = −𝑣 = −𝑣 ( 3)
𝑑𝑧 𝑑𝑧
2(𝑎2 + (ℎ − 2
𝑧) )2
𝑣𝜇0 𝑚𝑎2 3 2(ℎ − 𝑧)(−1)
𝜀=− (− ) 5
2 2
(𝑎2 + (ℎ − 𝑧)2 )2
3𝜇0 𝑚𝑎2 𝑣(ℎ − 𝑧)
𝜀=− 5
2(𝑎2 + (ℎ − 𝑧)2 )2
Tanda negatif hanya berhubungan dengan arah aliran arus saja, sehingga kita ambil
besarnya saja
3𝜇0 𝑚𝑎2 𝑣(ℎ − 𝑧)
𝜀= 5
2(𝑎2 + (ℎ − 𝑧)2 )2
e. Besar gaya yang dirasakan magnet akibat cincin adalah sama dengan gaya yang
dirasakan cincin akibat magnet (aksi-reaksi)
𝐹 = 𝑖(2𝜋𝑎)𝐵𝑟
Dengan
𝜇0 𝑚 3(ℎ − 𝑧)𝑟
⃗⃗𝑟 =
𝐵 3 (𝑟 2 + (ℎ − 𝑧)2
) 𝑟̂
4𝜋(𝑟 2 + (ℎ − 2
𝑧) )2
Sehingga
3(ℎ − 𝑧)𝜇0 𝑚𝑎2 𝑖
𝐹= 5
2(𝑎2 + (ℎ − 𝑧)2 )2
Arah gaya ini pada kawat cincin adalah ke bawah sedangkan pada dipol ke atas dan
menjadi gaya hambat baginya.
f. Seperti petunjuk pada soal, kita bisa mengambil elemen kecil dari solenoida yang
berbentuk cincin dengan ketinggian 𝑑ℎ dan tebal 𝑤. Hambatan dari elemen cincin ini
adalah
2𝜋𝑎
𝑅=𝜌
𝑤𝑑ℎ
Arus yang mengalir pada elemen cincin ini adalah
𝜀 3𝜇0 𝑚𝑎2 𝑣(ℎ − 𝑧) 𝑤𝑑ℎ
𝑖= = 5 2𝜌𝜋𝑎
𝑅
2(𝑎2 + (ℎ − 𝑧)2 )2

KTOF VI Juni 2019 Halaman 25 dari 32


Kontes
Terbuka
Olimpiade
Fisika
Dalam kondisi ini, kita meninjau dipol magnet saat berada di posisi 𝑧 sehingga 𝑧 disini
adalah konstan. Kemudian gaya yang diterima oleh dipol magnet akibat elemen cincin
adalah
3(ℎ − 𝑧)𝜇0 𝑚𝑎2 3𝜇0 𝑚𝑎2 𝑣(ℎ − 𝑧) 𝑤𝑑ℎ
𝑑𝐹 = 5 5 2𝜌𝜋𝑎
2(𝑎2 + (ℎ − 𝑧)2 )2 2(𝑎2 + (ℎ − 𝑧)2 )2
9𝜇0 2 𝑚2 𝑎4 𝑤𝑣 (ℎ − 𝑧)2 𝑑ℎ
𝑑𝐹 = 2 2 5
8𝜌𝜋 (𝑎 + (ℎ − 𝑧) ) 𝑎
Untuk mendapatkan gaya total dari solenoida pada dipol magnet, kita integrasi
persamaan di atas. Perhatikan informasi pada soal bahwa solenoida sangat panjang
yang artinya ℎ berkisar dari +∞ sampai −∞. Alhasil akan kita dapatkan
9𝜇0 2 𝑚2 𝑎3 𝑤𝑣 +∞ (ℎ − 𝑧)2
𝐹= ∫ 2 2 5
𝑑ℎ
8𝜌𝜋 −∞ (𝑎 + (ℎ − 𝑧) )

Agar bisa kita integrasi, kita perlu menggunakan teknik subtitusi lagi, misalkan 𝑢 =
(ℎ − 𝑧)/𝑎 maka 𝑑𝑢 = 𝑑ℎ/𝑎 maka akan kita dapatkan
ℎ−𝑧 2
9𝜇0 2 𝑚2 𝑎3 𝑤𝑣 +∞ ( 𝑎 ) 𝑑ℎ
𝐹= ∫ 5 𝑎
8𝜌𝜋 −∞ ℎ−𝑧 2
7
𝑎 (1 + ( 𝑎 ) )

9𝜇0 2 𝑚2 𝑤𝑣 +∞ 𝑢2
𝐹= ∫ 𝑑𝑢
8𝜌𝜋𝑎4 2 5
−∞ (1 + 𝑢 )

Menggunakan rumus integral yang diberikan soal akan kita peroleh


9𝜇0 2 𝑚2 𝑤𝑣 5𝜋
𝐹= ( )
8𝜌𝜋𝑎4 128
45𝜇02 𝑚2 𝑤𝑣
𝐹=
1024𝜋 2 𝜌𝑎4
g. Kecepatan terminal terjadi saat percepatan dipol magnet bernilai nol.

∑ 𝐹 = 𝑚𝑎

𝐹−𝑊 = 0
45𝜇02 𝑚2 𝑤𝑣t 1024𝑊𝜋 2 𝜌𝑎4
− 𝑊 = 0 ⟹ 𝑣t =
1024𝜋 2 𝜌𝑎4 45𝜇02 𝑚2 𝑤

Sumber soal : Tes pekan ketiga pada Pembinaan Tahap I untuk IphO 2019

KTOF VI Juni 2019 Halaman 26 dari 32


Kontes
Terbuka
Olimpiade
Fisika
Ahmad Basyir Najwan
Universitas Indonesia
5. (20 Poin) Model Sederhana Temperatur Permukaan Bumi
Suhu di permukaan bumi dipengaruhi oleh radiasi dari matahari. Disini akan dikaji model
sederhana untuk menentukan suhu rata-rata di permukaan matahari. Dilihat dari bumi,
matahari memiliki sudut jari-jari matahari sebesar 0,0047 radian. Diketahui, suhu efektif
di permukaan matahari adalah 𝑇S = 5780 K. Besar konstanta Stefans-Boltzmann adalah
𝜎 = 5,67 × 10−8 W𝑚−2 K −4.
h. Hitunglah nilai solar irradiance (irradiasi matahari) yaitu daya radiasi yang diterima
persatuan luas di permukaan bumi!

Radiasi yang datang dari matahari dan sampai ke bumi, tidak seluruhnya diterima oleh
permukaan bumi. Sekitar 30% (oleh permukaan, atmosfer, dan awan) dipantulkan
kembali ke luar angkasa dan sisanya sebesar 70% (atmosfer dan permukaan) di asumsikan
seluruhnya diserap oleh permukaan bumi.

i. Tentukan suhu rata-rata di permukaan bumi dari model di atas!


j. Apakah model sederhana ini dapat diterima?

Soal berikut tidak lagi menggunakan hasil di atas. Suhu atmosfer 𝑇, tekanan atmosfer 𝑃,
dan kerapatan udara 𝜌 bergantung pada ketinggian 𝑧 dari permukaan bumi. Secara

KTOF VI Juni 2019 Halaman 27 dari 32


Kontes
Terbuka
Olimpiade
Fisika
empirik, kerapatan 𝜌 dalam rentang ketinggian sampai 10 km dapat dituliskan sebagai
bentuk kuadratik dalam 𝑧 yaitu

𝜌(𝑧) = 𝜌0 + 𝜌1 𝑧 + 𝜌2 𝑧 2

Dengan 𝜌0 = 1,222 kgm−3, 𝜌1 = −1,13 × 10−4 kgm−4 , dan 𝜌2 = 3 × 10−9 kgm−5 .

Diasumsikan bahwa atmosfer bersifat gas ideal serta bersifat adiabatik dengan konstanta
𝛾 = 1,23. Asumsikan percepatan gravitasi bumi di ketinggian yang tidak terlalu tinggi
bernilai konstan sebesar 𝑔 = 9,81 ms −2 . Tekanan udara di permukaan bumi adalah
1 atm = 1,013 × 105 Pa.

k. Tentukan ketinggian 𝑧 ketika kerapatan udara sama dengan setengah kerapatan udara
di permukaan bumi!
l. Tentukan pula perbandingan antara tekanan udara pada ketinggian tersebut dengan
tekanan udara di permukaan bumi!
m. Jika diketahui suhu udara pada ketinggian 10 km adalah 225 K, tentukan suhu udara
di permukaan bumi!

Solusi :

a. Daya radiasi per satuan luas sama saja dengan intensitas radiasi. Intensitas radiasi di
permukaan matahari adalah
𝑃
𝐼S = = 𝑒𝜎𝑇S 4
𝐴
Matahari dapat dianggap sebagai benda hitam sempurna (𝑒 = 1) sehingga
𝐼S = 𝜎𝑇S 4
Daya radiasi yang dipancarkan oleh matahari nilainya konstan. Maksudnya adalah
energi yang mengalir ke luar matahari setiap satuan waktu besarnya konstan. Dari
hubungan daya dan intensitas, dan mengingat bahwa bentuk bumi serta matahari
adalah bola, kita dapatkan bahwa
𝑃 = 𝐴𝐼 = 4𝜋𝑅 2 𝐼 ⟹ 𝐼𝑅 2 = konstan
Sekarang kita menghitung daya radiasi matahari tepat di permukaan bumi. Suku 𝑅
pada persamaan di atas adalah jarak titik yang ditinjau dari pusat matahari. Misal jarak
matahari-bumi adalah 𝑠, maka akan kita peroleh intensitas radiasi matahari di
permukaan bumi yaitu

KTOF VI Juni 2019 Halaman 28 dari 32


Kontes
Terbuka
Olimpiade
Fisika

2 2
𝑅S 2
𝐼S 𝑅S = 𝐼E 𝑠 ⟹ 𝐼E = ( ) 𝐼S
𝑠
Perhatikan gambar di bawah!

𝑅S
𝜃
𝑠

Untuk sudut 𝜃 yang kecil, kita bisa lakukan pendekatan berikut yaitu
tan 𝜃 ≈ sin 𝜃 ≈ 𝜃
𝑅S
=𝜃
𝑠
Sehingga
𝐼E = 𝜃 2 𝐼S
Subtitusi intensitas radiasi di permukaan matahari, akan kita peroleh
𝐼E = 𝜃 2 𝜎𝑇S 4
Subtitusi nilai numerik akan kita peroleh
𝐼E = (0,0047)2 (5,67 × 10−8 Wm−2 K −4 )(5780 K)4
𝐼E = 1397,945 Wm−2 ≈ 1398 Wm−2
b. Intensitas yang diterima permukaan bumi adalah 70% dari total intensitas di atas.
Intensitas yang diterima bumi ini akan memanaskan bumi. Bumi di sini juga dapat
dimodelkan sebagai benda hitam sempurna, sehingga kita mendapatkan suhu rata-
rata di permukaan bumi
70%𝐼E = 𝜎𝑇B 4

4 7𝐼E
𝑇B = √
10𝜎

Subtitusi nilai numerik akan kita peroleh

47 × 1398 Wm−2
𝑇B = √
10 × 5,67 × 10−8 Wm−2

𝑇B = 362,45 K ≈ 362 K

KTOF VI Juni 2019 Halaman 29 dari 32


Kontes
Terbuka
Olimpiade
Fisika
Jika kita konversi ke Celcius akan kita dapatkan
𝑇B = 362 − 273 = 890 C
c. Kita dapatkan suhu bumi pada model ini sangat panas, mendekati titik didih air. Hal
ini dikarenakan aliran kalor dari matahari ke bumi tidakah sesederhana ini. Masih
banyak faktor lain yang perlu dipertimbangkan. Namun, model ini cukup mewakili dari
segi orde yang sudah berada di bilangan “puluhan celcius”. Berdasarkan itu semua,
model ini masih belum bisa diterima.
d. Kerapatan udara di permukaan bumi adalah
𝜌(0) = 𝜌0
Misal posisi ketinggian saat kerapatan udara bernilai setengah dari di permukaan bumi
adalah 𝑧c , maka akan kita peroleh
𝜌0
𝜌(𝑧c ) = = 𝜌0 + 𝜌1 𝑧c + 𝜌2 𝑧c 2
2
𝜌0
𝜌2 𝑧c 2 + 𝜌1 𝑧c + = 0
2
Dengan rumus kuadrat akan kita peroleh

−𝜌1 ± √𝜌1 2 − 2𝜌2 𝜌0


𝑧c =
2𝜌2
Ketinggian tidak mungkin negatif sehingga

𝜌1 2𝜌2 𝜌0
𝑧c = − (1 − √1 − )
2𝜌2 𝜌1 2

Nilai numeriknya adalah

−1,13 × 10−4 kgm−4 2 × 3 × 10−9 kgm−5 × 1,222 kgm−3


𝑧c = − (1 − √1 − )
2 × 3 × 10−9 kgm−5 (−1,13 × 10−4 kgm−4 )2

𝑧c = 6543,99 m ≈ 6544 m
e. Dari persamaan gas ideal kita dapatkan
𝑃𝑉 = 𝑛𝑅𝑇
𝑚
𝑃𝑉 = 𝑅𝑇
𝑀
𝑚 𝑅𝑇 𝑅𝑇
𝑃= ⟹𝑃=𝜌
𝑉 𝑀 𝑀

KTOF VI Juni 2019 Halaman 30 dari 32


Kontes
Terbuka
Olimpiade
Fisika
Kita harus mencari tekanan sebagai fungsi ketinggian terlebih dahulu. Pada
persamaan di atas, 𝑃, 𝜌, dan 𝑇 ketiganya bergantung pada ketinggian. Bagaimana cara
menemukan fungsi tiap variabel tersebut terhadap ketinggian? Kita bisa dapatkan dari
proses adiabatik. Pada proses adiabatik berlaku
𝑃1−𝛾 𝑇 𝛾 = konstan
Diferensialkan persamaan di atas menggunakan aturan rantai
(1 − 𝛾)𝑃−𝛾 𝑇 𝛾 𝑑𝑃 + 𝛾𝑃1−𝛾 𝑇 𝛾 𝑑𝑇 = 0
Bagi persamaan di atas dengan 𝑃1−𝛾 𝑇 𝛾 kita dapatkan
𝑑𝑃 𝑑𝑇
(1 − 𝛾) +𝛾 = 0 … (1)
𝑃 𝑇
Lakukan hal yang sama pada persamaan gas ideal yang sebelumnya kita bahas
𝑅𝑇 𝑅
𝑑𝑃 = 𝑑𝜌 + 𝜌 𝑑𝑇
𝑀 𝑀
Bagi dengan persamaan gas ideal kembali
𝑑𝑃 𝑑𝜌 𝑑𝑇 𝑑𝑇 𝑑𝑃 𝑑𝜌
= + ⟹ = − … (2)
𝑃 𝜌 𝑇 𝑇 𝑃 𝜌
Subtitusi persamaan (2) ke (1)
𝑑𝑃 𝑑𝑃 𝑑𝜌
(1 − 𝛾) +𝛾( − ) = 0
𝑃 𝑃 𝜌
𝑑𝑃 𝑑𝜌
−𝛾 =0
𝑃 𝜌
Integralkan persamaan di atas, kita peroleh
ln 𝑃 − 𝛾 ln 𝜌 = 𝐾 = konstanta
𝑃
ln =𝐾
𝜌𝛾
𝑃(𝑧) = 𝐶𝜌𝛾 (𝑧)
Suku 𝐶 = 𝑒 𝐾 adalah konstanta berdimensi. Subtitusi 𝜌(𝑧)
𝑃(𝑧) = 𝐶(𝜌0 + 𝜌1 𝑧c + 𝜌2 𝑧c 2 )𝛾
Perbandingan antara tekanan udara di ketinggian 𝑧c dan di permukaan bumi adalah
𝛾
𝑃(𝑧c ) 𝜌0 + 𝜌1 𝑧c + 𝜌2 𝑧c 2
=( )
𝑃(0) 𝜌0
Subtitusi nilai numeriknya akan kita peroleh

KTOF VI Juni 2019 Halaman 31 dari 32


Kontes
Terbuka
Olimpiade
Fisika
1,23
𝑃(𝑧c ) 1,222 kgm−3 + (−1,13 × 10−4 kgm−4 ) × 6544 m + 3 × 10−9 kgm−5 × (6544 m)2
=( )
𝑃(0) 1,222 kgm−3
𝑃(𝑧c )
= 0,426
𝑃(0)
f. Subtitusi 𝑃(𝑧) ke persamaan gas ideal
𝑅𝑇 𝑀
𝐶𝜌𝛾 = 𝜌 ⟹ 𝑇(𝑧) = 𝐶 𝜌𝛾−1 (𝑧)
𝑀 𝑅
Subtitusi 𝜌(𝑧), dan 𝐶𝑀/𝑅 adalah konstanta, maka bisa kita ganti dengan konstanta
pula
𝑇(𝑧) = 𝑘(𝜌0 + 𝜌1 𝑧 + 𝜌2 𝑧 2 )𝛾−1
Diketahui saat 𝑧 = 10 km, 𝑇 = 225 K, akan kita peroleh nilai 𝑘
225 = 𝑘(1,222 kgm−3 + (−1,13 × 10−4 kgm−4 ) × 10000 m + 3 × 10−9 kgm−5
× (10000 m)2 )1,23−1
𝑘 = 279,078 ≈ 279
Dimensi 𝑘 sedikit rumit jadi saya tidak tuliskan. Alhasil, suhu di permukaan bumi
adalah
𝑇(0) = 279(1,222)1,23−1
𝑇(0) = 292,1666 K ≈ 292 K
atau dalam derajat celcius akan kita dapatkan
𝑇(0) = 292 − 273 = 190 C

Sumber soal : Try Out Pembinaan Tahap II Pra IphO 2019

Ahmad Basyir Najwan


Universitas Indonesia

KTOF VI Juni 2019 Halaman 32 dari 32

Anda mungkin juga menyukai