Anda di halaman 1dari 17

BAB 6

Meraih Kasih Allah Swt. dengan ihsan


Dalam Q.S. al-Baqarah/2:83 Allah Swt. memerintahkan Bani Israil agar menyembah
Allah Swt., berbuat baik (Ihsan) kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-
orang miskin. Agar bertuturkata yang baik kepada manusia, tetapi mereka tetap membangkang.

Rasulullah menegaskan bahwa Allah Swt. menyuruh kita berlaku Ihsan dalam segala hal
dan kepada semua makhluk Allah Swt. Ihsan adalah berbuat baik dengan penuh keikhlasan, yang
digambarkan dalam hadis seakan-akan kita melihat Allah Swt., atau setidaknya merasa dilihat
oleh Allah Swt.

A. Menganalisis dan Mengevaluasi Makna Q.S. al-Baqarah/2:83 tentang Berbuat Baik


kepada Sesama dan Hadis Terkait

Pengertian Ihsan dari sisi kebahasaan, kata Ihsan berasal dari kata kerja (fi’il) Hasuna-
Yahsunu Hasanan, artinya baik. Kemudian mendapat tambahan hamzah di depannya, menjadi
Ahsana-Yuhsinu-Ihsanan, artinya memperbaiki atau berbuat baik. Menurut istilah, Ihsan pada
umumnya diberi pengertian dari kutipan percakapan Nabi Muhammad saw. dengan malaikat
Jibril ketika beliau
menjelaskan makna Ihsa, yaitu.

... َ‫ َأ ْن تَ ْعبُ َد هللاَ َكَأنَّكَ ت ََراهُ فَِإ ْن لَ ْم تَ ُك ْن ت ََراهُ فَِإنَّهُ يَ َراك‬: ‫قَا َل‬.....

Artinya:

“… Rasulullah saw bersabda: ‘Kamu beribadah kepada Allah, seolah-olah kamu melihat-Nya,
jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Ia melihatmu’…”

Jadi, Ihsan adalah menyembah Allah Swt. seolah-olah melihat-Nya, dan jika ia tidak
mampu membayangkan melihat-Nya, maka membayangkan bahwa sesungguhnya Allah Swt.
melihat perbuatan kita. Dengan kata lain, Ihsan adalah beribadah dengan ikhlas, baik yang
berupa ibadah khusus (seperti salat dan sejenisnya) maupun ibadah umum (aktivitas sosial).
Q.S. al-Baqarah/2:83
Banyak ayat dan hadis yang memerintahkan agar kita berbuat Ihsan. Salah satu ayat yang
akan kita bahas lebih lanjut terkait dengan perintah Ihsan adalah firman Allah Swt. dalam Q.S.
al-Baqarah/2:83 berikut.

‫ق بَنِي ِإس َْراِئي َل اَل تَ ْعبُ ُدونَ ِإاَّل هَّللا َ َوبِ ْال َوالِ َدي ِْن ِإحْ َسانًا َو ِذي ْالقُرْ بَ ٰى َو ْاليَتَا َم ٰى‬
َ ‫َوِإ ْذ َأخَ ْذنَا ِميثَا‬
‫صاَل ةَ َوآتُوا ال َّز َكاةَ ثُ َّم تَ َولَّ ْيتُ ْم ِإاَّل قَلِياًل ِم ْن ُك ْم َوَأ ْنتُ ْم‬
َّ ‫اس ُح ْسنًا َوَأقِي ُموا ال‬ ِ ‫َو ْال َم َسا ِك‬
ِ َّ‫ين َوقُولُوا لِلن‬
َ‫ْرضُون‬ ِ ‫ُمع‬
(wa-idz akhadznaa miitsaaqa banii israa-iila laa ta'buduuna illaa allaaha wabialwaalidayni
ihsaanan wadzii alqurbaa waalyataamaa waalmasaakiini waquuluu lilnnaasi husnan wa-
aqiimuu alshshalaata waaatuu alzzakaata tsumma tawallaytum illaa qaliilan minkum wa-
antum mu'ridhuuna)

Artinya:

“Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil, “Janganlah kamu
menyembah selain Allah Swt., dan berbuat baiklah kepada kedua orangtua, kerabat, anak-anak
yatim, dan orang-oang miskin. Dan bertuturkatalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah
salat, dan tunaikanlah zakat.” Tetapi kemudian kamu berpaling (mengingkari), kecuali sebagian
kecil dari kamu, dan kamu (masih menjadi) pembangkang.”

Penerapan Tajwid
Surat al-Baqarah/2:83
Lafal Hukum Tajwid

‫َأخَ ْذنَا‬ Mad asli atau mad thobi’i karena huruf nun berharakat fathah bertemu alif
dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid.

َ ‫ِميثَا‬
‫ق‬ Mad asli atau mad thobi’i karena huruf mim berharakat kasrah bertemu ya'
sukun dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid.
Mad asli atau mad thobi’i karena huruf tsa berharakat fathah bertemu alif
dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid.

‫بَنِي‬ Mad jaiz munfasil alasannya karena huruf mad bertemu hamzah di lain kata.

‫ِإس َْراِئي َل‬ Mad wajib muttashil alasannya karena huruf mad bertemu hamzah dalam
satu kata.
Mad asli atau mad thobi’i karena huruf hamzah berharakat kasrah bertemu
ya' sukun dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid.

‫اَل‬ Mad asli atau mad thobi’i karena huruf lam berharakat fathah bertemu alif
dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid.

َ‫تَ ْعبُ ُدون‬ Mad asli atau mad thobi’i karena huruf dal berharakat dhamah bertemu wau
sukun dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid.

‫ِإاَّل‬ Mad asli atau mad thobi’i karena huruf lam berharakat fathah bertemu alif
dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid

‫ال َّل‬ Tafkhim karena lafaz Allah didahului oleh huruf hijaiyah dal berharakat
fathah.

‫َوبِ ْال َوالِ َد ْي ِن‬ Alif lam qamariyah karena huruf alif lam bertemu huruf wau.
Mad asli atau mad thobi’i karena huruf wau berharakat fathah bertemu alif
dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid.
Mad layn karena huruf ya' sukun didahului oleh huruf dal berharakat fathah.

‫ِإحْ َسانًا َو ِذي‬ Mad asli atau mad thobi’i karena huruf sin berharakat fathah bertemu alif
dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid.
Idgham bighunnah karena huruf nun berharakat fathah tanwin bertemu huruf
wau.

‫ْالقُرْ بَ ٰى‬ Alif lam qamariyah karena huruf alif lam bertemu huruf qaf.
Mad asli atau mad thobi’i karena huruf ba' berharakat fathah bertemu alif
dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid.

‫َو ْاليَتَا َم ٰى‬ Alif lam qamariyah karena huruf alif lam bertemu huruf ya'.
Mad asli atau mad thobi’i karena huruf ta' berharakat fathah bertemu alif dan
setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid.
Mad asli atau mad thobi’i karena huruf mim berharakat fathah bertemu alif
dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid.

‫َو ْال َم َسا ِكي ِن‬ Alif lam qamariyah karena huruf alif lam bertemu huruf mim.
Mad asli atau mad thobi’i karena huruf sin berharakat fathah bertemu alif
dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid.
Mad asli atau mad thobi’i karena huruf kaf berharakat kasrah bertemu ya'
sukun dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid.

‫َوقُولُوا‬ Mad lin karena huruf wau sukun didahului oleh huruf qaf berharakat fathah.
Mad asli atau mad thobi’i karena huruf lam berharakat dhamah bertemu wau
sukun dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid.
ِ َّ‫لِلن‬
‫اس‬ Ghunnah sebab nun bertanda tasydid.
Mad asli atau mad thobi’i karena huruf nun berharakat fathah bertemu alif
dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid.

‫ُح ْسنًا َوَأقِي ُموا‬ Idgham bighunnah karena huruf nun berharakat fathah tanwin bertemu huruf
wau.
Mad asli atau mad thobi’i karena huruf qaf berharakat kasrah bertemu ya'
sukun dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid.

َ‫صاَل ة‬
َّ ‫ال‬ Alif lam syamsiyah karena huruf alif lam bertemu huruf syamsiyah shad.
Mad asli atau mad thobi’i karena huruf lam berharakat fathah bertemu alif
dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid.

‫َوآتُوا‬ Mad badal karena huruf mad bertemu hamzah dalam satu kata akan tetapi
posisi hamzah lebih dahulu dari huruf mad.

َ‫ال َّز َكاة‬ Alif lam syamsiyah karena huruf alif lam bertemu huruf syamsiyah zai.

‫ثُ َّم‬ Mad arid lissukun karena huruf mad jatuh sebelum huruf yang diwaqaf.

‫تَ َولَّ ْيتُ ْم‬ Mad lin karena huruf ya' sukun didahului oleh huruf lam berharakat fathah. 

‫ِإاَّل‬ Mad asli atau mad thabi’i karena huruf lam berharakat fathah bertemu alif
dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. 

‫قَلِياًل ِم ْن ُك ْم‬ Mad asli atau mad thobi’i karena huruf lam berharakat kasrah bertemu ya'
sukun dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid.
Idgham bighunnah karena huruf lam berharakat fathah tanwin bertemu huruf
mim.

ِ ‫َوَأ ْنتُ ْم ُمع‬


َ‫ْرضُون‬ Ikhfa karena huruf nun sukun bertemu huruf ta'.
Idgham mislain karena huruf mim bersukun bertemu huruf mim.
Mad arid lissukun karena huruf mad jatuh sebelum huruf yang diwaqaf.

Kosakata Baru
Surat al-Baqarah/2:83

  َ‫اَل تَ ْعبُ ُدون‬ ‫ِميثَا‬ ‫َأ َخ ْذنَا‬


Kamu tidak menyembah Janji Kami mengambil

‫َو ِذي ْالقُرْ بَ ٰى‬ ‫ِإحْ َسانًا‬ ‫ِإاَّل ال َّل‬


Kerabat Berbuat baik Selain Allah
- ‫َو ْال َم َسا ِكي ِن‬ ‫َو ْاليَتَا َم ٰى‬
Katakanlah Orang-orang miskin Anak-anak yatim

َّ ‫َوَأقِي ُموا ال‬


َ‫صاَل ة‬ ‫ُح ْسنًا‬ ِ َّ‫لِلن‬
‫اس‬
Laksanakanlah shalat Yang baik/Kebaikani Kepada manusia

‫تَ َولَّ ْيتُ ْم‬ ‫ثُ َّم‬ َ‫َوآتُوا ال َّز َكاة‬


Kalian berpaling Kemudian Tunaikanlah zakat

َ‫ْرضُون‬
ِ ‫ُمع‬ ‫َوَأ ْنتُ ْم‬ ‫ِإاَّل قَلِياًل ِم ْن ُك ْم‬
Kecuali sebagian kecil dari
para pembangkang Kalian (kamu sekalian)
kalian

Tafsir/Penjelasan Ayat
Dalam ayat di atas Allah Swt. mengingatkan Nabi Muhammad Saw. atas janji Bani Israil
yang harus mereka penuhi, yaitu bahwa mereka tidak akan menyembah sesuatu selain Allah
Swt.. Setelah itu disusul dengan perintah berbuat baik kepada orangtua, amal kebajikan tertinggi,
karena melalui kedua orangtua itulah Allah Swt. menciptakan manusia. Sesudah Allah Swt.
menyebut hak kedua orangtua, disebutkan pula hak kerabat (kaum keluarga), yaitu berbuat
kebajikan kepada mereka.

Kemudian Allah Swt. menyebut hak orang-orang yang memerlukan bantuan, yaitu anak
yatim dan orang miskin. Allah Swt. mendahulukan menyebut anak yatim daripada orang miskin
karena orang miskin dapat berusaha sendiri, sedangkan anak yatim karena masih kecil belum
sanggup untuk itu. Setelah memerintahkan berbuat baik kepada orangtua, keluarga, anak yatim,
dan orang miskin, Allah Swt. memerintahkan agar mengucapkan kata-kata yang baik kepada
sesama manusia. Kemudian Allah Swt. memerintahkan kepada Bani Israil agar melaksanakan
salat dan menunaikan zakat.

Pada akhir ayat ini Allah Swt. menyatakan, “dan kamu (masih menjadi) pembangkang”. Ini
menunjukkan kebiasaan orang-orang Bani Israil dalam merespons perintah Allah Swt., yaitu
“membangkang”, sehingga tersebarlah kemungkaran dan turunlah azab kepada mereka

Hadis yang terkait dengan perintah berbuat Ihsan juga banyak sekali. Di antara hadis yang
dengan tegas menyatakan agar kita berbuat Ihsan adalah sabda Rasulullah saw. berikut.
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ْاثنَتَ ْي ِن قَا َل ِإ َّن هَّللا َ َكت‬
‫َب‬ َ ِ ‫ُول هَّللا‬
ِ ‫ت ِم ْن َرس‬ ُ ‫ظ‬ْ ِ‫س قَا َل َحف‬ ٍ ْ‫ع َْن َش َّدا ِد ْب ِن َأو‬
‫الذ ْب َح َو ْليُ ِح َّد َأ َح ُد ُك ْم َش ْف َرتَهُ ثُ َّم‬
َّ ‫اِإْل حْ َسانَ َعلَى ُكلِّ َش ْي ٍء فَِإ َذا قَت َْلتُ ْم فََأحْ ِسنُوا ْالقِ ْتلَةَ َوِإ َذا َذبَحْ تُ ْم فََأحْ ِسنُوا‬
ُ‫لِي ُِرحْ َذبِي َحتَه‬
Artinya:
“Dari Syadad bin Aus, bahwa Rasulullah saw. bersabda:“Sesungguhnya Allah telah
mewajibkan berbuat Ihsan atas segala sesuatu, maka apabila kamu membun*h hendaklah
membunuh dengan cara yang baik, dan jika kamu menyembelih maka sembelihlah dengan cara
yang baik dan hendaklah menajamkan pisaunya dan menyenangkan hewan sembelihannya”.
(HR. Muslim).

Dalam hadis di atas Rasulullah menegaskan bahwa sikap dan perilaku Ihsan itu
diperintahkan oleh Allah Swt. dalam semua bidang kehidupan. Lebih lanjut, dalam hadis ini
Rasulullah saw. memberikan contoh lain tentang cara berlaku Ihsan. Jika harus membun*h
(dalam peperangan), maka harus dilakukan dengan baik, dilakukan karena Allah Swt., bukan
karena dendam atau yang lain,
dan tidak pula menganiaya. Bahkan jika musuh menyerah, maka tidak boleh dibunuh.

Kemudian pada bagian akhir dari hadis, Rasulullah saw. mengajarkan cara berlaku Ihsan
kepada binatang dengan menjelaskan adab menyembelih, yaitu agar pisau ditajamkan dan
binatang yang mau disembelih pun dibuat senang, dengan memberikan makan yang cukup. Jika
binatang saja harus dipelakukan demikian, apalagi sesama manusia.

B. Keterkaitan Kewajiban Beribadah dan Bersyukur kepada Allah Swt. dengan Berbuat
Baik terhadap Sesama Manusia sesuai Q.S. al-Baqarah/2:83

Dilihat dari objeknya (pihak-pihak yang berhak mendapat perlakuan baik/Ihsan dari kita),
kita harus berbuat Ihsan kepada Allah Swt. sebagai Sang Pencipta dan juga kepada seluruh
makhluk ciptaan-Nya, sebagaimana sabda Rasulullah saw. berikut.

...‫َب ْاِإل حْ َسانَ َعلَى ُك ِّل َش ْي ٍء‬


َ ‫ِإ َّن هللاَ َكت‬...

“Sesungguhnya Allah Swt. telah mewajibkan berbuat Ihsan atas segala sesuatu…”. (HR.
Muslim).
1. Ihsan kepada Allah Swt.
Ihsan kepada Allah Swt yaitu berlaku Ihsan dalam menyembah/beribadah kepada Allah
Swt., baik dalam bentuk ibadah khusus yang disebut ibadah mahdah (murni, ritual) ataupun
ibadah umum dengan ibadah gairu mahdah (ibadah sosial). Berdasarkan hadis tentang Ihsan di
atas, Ihsan kepada Allah Swt. mengandung dua tingkatan berikut ini.
 Beribadah kepada Allah Swt. seakan-akan melihat-Nya. Keadaan ini merupakan tingkatan
Ihsan yang paling tinggi, karena dia berangkat dari sikap membutuhkan, harapan, dan
kerinduan. Dia menuju dan berupaya mendekatkan diri kepada-Nya.
 Beribadah dengan penuh keyakinan bahwa Allah Swt. melihatnya. Kondisi ini lebih rendah
tingkatannya daripada tingkatan yang pertama, karena sikap Ihsannya didorong dari rasa
diawasi dan takut akan hukuman.

2. Ihsann kepada Sesama Makhluk Ciptaan Allah Swt.


Dalam Q.S al-Qassash/28:77 Allah berfirman:

َ‫ض ۖ ِإ َّن هَّللا َ اَل ي ُِحبُّ ْال ُم ْف ِس ِدين‬


ِ ْ‫ َوَأحْ ِس ْن َك َما َأحْ َسنَ هَّللا ُ ِإلَ ْيكَ ۖ َواَل تَب ِْغ ْالفَ َسا َد فِي اَأْلر‬...
(wa-ahsin kamaa ahsana allaahu ilayka walaa tabghi alfasaada fii al-ardhi inna allaaha laa
yuhibbu almufsidiina)

Artinya :

“…dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Swt. telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah Swt.
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”

Dari berbagai ayat dan hadis, berbuat kebajikan (I¥s±n) kepada sesama makhluk Allah Swt. meliputi
seluruh alam raya ciptaan-Nya. Lebih kongkritnya seperti penjelasan berikut:

a. Ihsan kepada Kedua Orang Tua


Allah Swt. berfirman:

‫ك ْال ِكبَ َر َأ َح ُدهُ َما َأوْ ِكاَل هُ َما فَاَل‬


َ ‫ض ٰى َربُّكَ َأاَّل تَ ْعبُ ُدوا ِإاَّل ِإيَّاهُ َوبِ ْال َوالِ َد ْي ِن ِإحْ َسانًا ۚ ِإ َّما يَ ْبلُغ ََّن ِع ْن َد‬ َ َ‫َوق‬
٢٣ ﴿ ‫ف َواَل تَ ْنهَرْ هُ َما َوقُلْ لَهُ َما قَوْ اًل َك ِري ًما‬ ٍّ ‫تَقُلْ لَهُ َما ُأ‬

(waqadaa rabbuka allaa ta'buduu illaa iyyaahu wabialwaalidayni ihsaanan immaa


yablughanna 'indaka alkibara ahaduhumaa aw kilaahumaa falaa taqul lahumaa uffin walaa
tanharhumaa waqul lahumaa qawlan kariimaan)
٢٤ ﴿ ‫ص ِغيرًا‬ ُّ ‫َاح‬
َ ‫الذ ِّل ِمنَ الرَّحْ َم ِة َوقُلْ َربِّ ارْ َح ْمهُ َما َك َما َربَّيَانِي‬ ْ ‫َو‬
َ ‫اخفِضْ لَهُ َما َجن‬
(waikhfidh lahumaa janaaha aldzdzulli mina alrrahmati waqul rabbi irhamhumaa kamaa
rabbayaanii shaghiiraan)

Artinya :

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu tidak menyembah selain Dia, dan hendaklah
kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekalikali janganlah
kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka
dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap
mereka berdua dengan penuh kesayangan .” dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah
mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua mendidik aku di waktu kecil.” (Q.S.
al-Isra’/17:23-24)

Dalam sebuah hadis riwayat at-Tirmizi, dari Abdullah bin Umar, Rasulullah saw. bersabda :

‫ َو َس َخطُ الرَّبِّ فِي َس َخ ِط ْال َوالِ ِد‬،‫الوالِ ِد‬


َ ‫ضى‬َ ‫ضى الرَّبِّ فِي ِر‬
َ ‫ِر‬
Artinya :

“Keridaan Allah Swt. berada pada keridaan orang tua, dan kemurkaan Allah Swt. berada pada
kemurkaan orang tua.” (HR. at-Tirmizi).

Sedangkan Allah Swt. telah menegaskan dalam firman- Nya,

ُ ‫هَلْ َجزَا ُء اِإْل حْ َسا ِن ِإاَّل اِإْل حْ َس‬


٦٠ ﴿ ‫ان‬
(hal jazaau al-ihsaani illaa al-ihsaanu)

Artinya :

“Tidak ada balasan untuk kebaikan kecuali kebaikan (pula)” (Q.S. ar-Rahman/55:60).

Berbuat baik kepada kedua orangtua ialah dengan cara mengasihi, memelihara, dan menjaga
mereka dengan sepenuh hati serta memenuhi semua keinginan mereka selama tidak bertentangan
dengan aturan Allah Swt.. Sedangkan Allah Swt. telah menegaskan dalam firmannya,
ُ ‫هَلْ َجزَا ُء اِإْل حْ َسا ِن ِإاَّل اِإْل حْ َس‬
٦٠ ﴿ ‫ان‬

(hal jazaau al-ihsaani illaa al-ihsaanu)

Artinya :

“Tidak ada balasan untuk kebaikan kecuali kebaikan (pula)” (Q.S. ar- Rahman/55:60)

b. Ihsan kepada Kerabat Karib


Allah Swt. menyamakan seseorang yang memutuskan hubungan silaturahmi dengan perusak di
muka bumi. Allah Swt. berfirman:

٢٢ ﴿ ‫ض َوتُقَطِّعُوا َأرْ َحا َم ُك ْم‬


ِ ْ‫فَهَلْ َع َس ْيتُ ْم ِإ ْن ت ََولَّ ْيتُ ْم َأ ْن تُ ْف ِس ُدوا فِي اَأْلر‬
(fahal 'asaytum in tawallaytum an tufsiduu fii al-ardhi watuqaththhi'uu arhaamakum)

Artinya :

“Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan dimuka bumi dan
memutuskan hubungan kekeluargaan?” (Q.S. Muhammad/47:22).

Silaturahmi merupakan kunci mendapatkan keridaan Allah Swt. Sebab paling utama terputusnya
hubungan seorang hamba dengan Tuhannya adalah karena terputusnya hubungan silaturahmi. Dalam
hadis qudsi, Allah Swt. berfirman:

ُ‫ص ْلتُهُ َو َم ْن قَطَ َعهَا بَتَتُّه‬


َ ‫صلَهَا َو‬ ُ ‫َّح َم َو َشقَ ْق‬
َ ‫ت لَهَا ِم ْن ا ْس ِمي فَ َم ْن َو‬ ُ ‫َأنَا هَّللا ُ َوَأنَا الرَّحْ َم ُن َخلَ ْق‬
ِ ‫ت الر‬
Artinya :

“Aku adalah Allah Swt., Aku adalah Rahman, dan Aku telah menciptakan rahim yang Kuberi
nama bagian dari nama-Ku. Maka, barangsiapa yang menyambungnya, akan Kusambungkan
pula baginya dan barangsiapa yang memutuskannya, akan Kuputuskan hubungan-Ku
dengannya.” (HR. at-Tirmizi).
c. Ihsan kepada Anak Yatim
Berbuat baik kepada anak yatim ialah dengan cara mendidiknya dan memelihara hak-
haknya. Banyak ayat dan hadis menganjurkan berbuat baik kepada anak yatim, di antaranya
adalah sabda Rasulullah saw.:

« ً ‫َأنَا َو َكافِ ُل ْاليَتِ ِيم فِى ْال َجنَّ ِة ه َك َذا » وأشار بالسبابة والوسطى وفرج بينهما شيئا‬

Artinya :

“Aku dan orang yang memelihara anak yatim di surga kelak akan seperti ini… (seraya
menunjukkan jari telunjuk jari tengahnya).” (HR. al-Bukhari, Abu Dawud, dan at-Tirmizi).

d. Ihsan kepada Fakir Miskin


Berbuat hsann kepada orang miskin ialah dengan memberikan bantuan kepada mereka
terutama pada saat mereka mendapat kesulitan. Rasulullah bersabda.

... ِ‫َّاعى َعلَى اَْألرْ َملَ ِة َو ْال ِم ْس ِكي ِْن َك ْال ُم َجا ِه ِد ِف ْي َسبِ ْي ِل هللا‬
ِ ‫الس‬
Artinya :

”Orang-orang yang menolong janda dan orang miskin, seperti orang yang berjuang di jalan Allah
Swt..” (HR. Muslim dari Abu Hurairah).

e. Ihsan Kepada Tetangga


Ihsan kepada tetangga dekat meliputi tetangga dekat dari kerabat atau tetangga yang
berada di dekat rumah, serta tetangga jauh, baik jauh karena nasab maupun yang berada jauh dari
rumah. Rasulullah saw. bersabda:

ُ‫ الَّ ِذيْ اَل يَْأ َم ُن َجا ُره‬: ‫ َو َم ْن يَا َرسُوْ َل هللاِ؟ قَا َل‬:‫ ِق ْي َل‬. ‫ َوهللاِ اَل يُْؤ ِم ُن‬، ‫ َوهللاِ اَل يُْؤ ِم ُن‬، ‫َوهللاِ اَل يُْؤ ِم ُن‬
ُ‫بَ َواِئقَه‬.

Artinya :

“Demi Allah Swt., tidak beriman, demi Allah Swt., tidak beriman. ”Para sahabat bertanya:
“Siapakah yang tidak beriman, ya Rasulullah?” Beliau menjawab: “Seseorang yang tidak aman
tetangganya dari gangguannya.” (HR. al-Syaikhani).
Pada hadis yang lain, Rasulullah saw bersabda,

ُ‫ْرفُه‬
ِ ‫الَ يُْؤ ِم ُن بِي َم ْن باَتَ َش ْب َعانًا َو َجا ُرهُ َجا ِئ ٌع َوهُ َو يَع‬
Artinya :

“Tidak beriman kepadaku barangsiapa yang kenyang pada suatu malam, sedangkan
tetangganya kelaparan, padahal ia megetahuinya.”(HR. at-Tabrani).

f. Ihsan kepada Tamu


Ihsan kepada tamu, secara umum adalah dengan menghormati dan menjamunya.
Rasulullah saw. bersabda:

َ ‫َم ْن َكانَ يُْؤ ِم ُن بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر فَ ْليُ ْك ِر ْم‬


ُ‫ض ْيفَه‬

Artinya :

“Barang siapa beriman kepada Allah Swt. dan Hari Akhir, hendaklah memuliakan tamunya.”
(HR. Jama’ah, kecuali Nasa’i).

Tamu yang datang dari tempat yang jauh, termasuk dalam sebutan ibnu sabil (orang yang dalam
perjalanan jauh). Cara berbuat Ihsn terhadap ibnu sabil dengan memenuhi kebutuhannya,
menjaga hartanya, memelihara kehormatannya, menunjukkan jalan jika ia meminta.

g. Ihsan kepada Karyawan/Pekerja


Kepada karyawan atau orang-orang yang terikat perjanjian kerja dengan kita, termasuk
pembantu, tukang, dan sebagainya, kita diperintahkan agar membayar upah mereka sebelum
keringat mereka kering (segera). Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

َّ ‫ير َأجْ َرهُ قَب َْل َأ ْن يَ ِج‬


ُ‫ف ع ََرقُه‬ َ ‫َأ ْعطُوا اَأل ِج‬
Artinya :

“Berikan kepada seorang pekerja upahnya sebelum keringatnya kering.” (HR. Ibnu Majah,
shahih).
h. Ihsan kepada Sesama Manusia
Rasulullah saw. bersabda:

ْ ‫َم ْن َكانَ يُْؤ ِم ُن بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر فَ ْليَقُلْ َخ ْيرًا اَوْ لِيَصْ ُم‬
‫ت‬

Artinya :

“Barang siapa beriman kepada Allah Swt. dan Hari Kiamat, hendaklah ia berkata yang baik
atau diam.” (¦R. Al-Bukhari dan Muslim).

i. Ihsan kepada Binatang


Berbuat Ihsan terhadap binatang adalah dengan memberinya makan jika ia lapar,
mengobatinya
jika ia sakit, tidak membebaninya di luar kemampuannya, tidak menyiksanya jika ia bekerja, dan
mengistirahatkannya jika ia lelah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

‫الذ ْب َحةَ َو ْليُ ِح َّد‬


َّ ‫َب اِإل حْ َسانَ َعلَى ُك ِّل َش ْى ٍء فَِإ َذا قَت َْلتُ ْم فََأحْ ِسنُوا ْالقِ ْتلَةَ َوِإ َذا َذبَحْ تُ ْم فََأحْ ِسنُوا‬ َ ‫ِإ َّن هَّللا َ َكت‬
ُ‫َأ َح ُد ُك ْم َش ْف َرتَهُ َو ْلي ُِرحْ َذبِي َحتَه‬

Artinya :

“Sesungguhnya Allah memerintahkan berbuat baik terhadap segala sesuatu. Jika kalian hendak
membunuh, maka bunuhlah dengan cara yang baik. Jika kalian hendak menyembelih, maka
sembelihlah dengan cara yang baik. Hendaklah kalian menajamkan pisaunya dan senangkanlah
hewan yang akan disembelih.” (HR. Muslim)

j. Ihsan kepada Alam Sekitar


Alam raya beserta isinya diciptakan untuk kepentingan manusia. Untuk kepentingan
kelestarian hidup alam dan manusia sendiri, alam harus dimanfaatkan dengan penuh rasa
tanggungjawab. Allah Swt. berfirman:

َ‫ض ۖ ِإ َّن هَّللا َ اَل ي ُِحبُّ ْال ُم ْف ِس ِدين‬


ِ ْ‫ َوَأحْ ِس ْن َك َما َأحْ َسنَ هَّللا ُ ِإلَ ْيكَ ۖ َواَل تَب ِْغ ْالفَ َسا َد فِي اَأْلر‬...

Artinya :
“…dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Swt. telah berbuat baik,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah Swt.
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. al-Qásas/28:77).

C. Hikmah dan Manfaat Ihsan


Berbuat baik (Ihsan) kepada siapa pun, akan menjadi stimulus terjadinya “balasan” dari kebaikan
yang dilakukan. Demikianlah, Allah Swt. membuat sunah (aturan) bagi alam ini, ada jasa ada balas.
Semua manusia diberi “nurani” untuk berterima kasih dan keinginan untuk membalas budi baik.

D. Menerapkan Perilaku Mulia


Sikap dan perilaku terpuji yang harus dikembangkan terkait dengan I¥s±n ialah semua perbuatan
baik kepada Allah Swt. dan kepada sesama makhluk ciptaan-Nya. Secara ringkas perilaku tersebut ialah
sebagai berikut.

1. Melakukan ibadah ritual (salat, zikir, dan sebagainya) dengan penuh kekhusyukan dan
keikhlasan.
2. Birrul walidain (berbuat baik kepada kedua orangtua), dengan mengikuti semua keinginannya
jika memungkinkan, dengan syarat tidak bertentangan dengan aturan Allah Swt..
3. Menjalin hubungan baik dengan kerabat.
4. Menyantuni anak yatim dan fakir miskin.
5. Berbuat baik kepada tetangga.
6. Berbuat baik kepada teman sejawat.
7. Berbuat baik kepada tamu dengan memberikan jamuan dan penginapan sebatas kemampuan.
8. Berbuat baik kepada karyawan/pembantu dengan membayarkan upah sesuai perjanjian.
9. Membalas semua kebaikan dengan yang lebih baik.
10. Membalas kejahatan dengan kebaikan, bukan dengan kejahatan serupa.
11. Berlaku baik kepada binatang, dengan memelihara atau memperlakukannya dengan baik. Jika
menyembelih ataupun membunuh, lakukan dengan adab yang baik dan tidak ada unsur
penganiayaan.
12. Menjaga kelestarian lingkungan, baik daratan maupun lautan dan tidak melakukan tindakan
yang merusak.
Makalah Tentang
Meraih Kasih Allah Swt. dengan ihsan
Disusun oleh:
1. JAMRO SADEWO
2. ICHSAN FERDIAN
3. ABELA
4. PUTRI ANGGRAINI
5. SEFITA KHARISMA

SMA NEGRI 2 TOBOALI KAB. BANGKA SELATAN PROVINSI


BANGKA BELITUNG.
Kata pengantar
 

Assalamualikum Wr. Wb
Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan kebaikan
dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata pelajaran PAI dan juga untuk
khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang
semoga bermanfaat.

Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal
mungkin. Namun, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu
tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan.

Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini mohon kritik, saran dan pesan
dari semua yang membaca makalah ini terutama bapak romadon yang kami
harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Toboali, agustus 2022

 
Penulis 
PENUTUP

1.      KESIMPULAN

Ihsan adalah puncak prestasi dalam ibadah, muamalah, dan akhlak. Oleh karena itu,

semua orang yang menyadari akan hal ini tentu akan berusaha dengan seluruh potensi diri yang

dimilikinya agar sampai pada tingkat tersebut.  Siapapun kita, apapun profesi kita, di mata Allah

tidak ada yang lebih mulia dari yang lain, kecuali mereka yang telah naik ketingkat ihsan dalam

seluruh sisi dan nilai hidupnya.

2.      SARAN

Demikianlah dalam hal ini penulis akhiri makalah ini tak lupa mohon maaf kepada semua

pihak, kritik dan saran penulis harapkan demi perbaikan penulisan makalah ini selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai