Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian lainnya dilakukan oleh Muhammad (2010) dengan

objek penelitian pada bank umum konvensional yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia periode 2006 hingga periode 2008. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui kondisi risiko tingkat bunga pada bank umum

konvensional periode 2006 dan 2008 dan mengetahui bank mana yang

memiliki risiko tertinggi. Penelitian ini memperoleh hasil bahwa risiko

tingkat bunga bank berfluktuatif dan sebagian besar bank umum

konvensional dalam posisi kesenjangan negatif, bank yang memiliki risiko

yang tertinggi adalah Bank Kesawan.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Azizatul (2011) dengan

objek penelitian pada bank umum konvensional yang sahamnya tercatat di

Bursa Efek Indonesia periode 2008 hingga 2010. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui kondisi tingkat bunga pada bank umum konvensional

periode 2008 dan 2010 dan mengetahui bank mana yang memiliki risiko

tertinggi. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa risiko tingkat bunga

pada keseluruhan Bank mengalami kecenderungan peningkatan tiap tahun

dan sebagian besar mengambil posisi kesenjangan positif, bank yang

memiliki risiko tertinggi adalah Bank Bukopin.

6
7

B. Tinjauan Teori

1. Sumber Utama Pendapatan dan Biaya Bank

Bisnis bank adalah bisnis perantara keuangan yang bertindak

sebagai perantara bagi pihak yang memiliki dana dan pihak yang

membutuhkan dana. Dana bank dapat diperoleh dari berbagai sumber

yang dapat digolongkan atas dana dari modal sendiri (ekuitas), dana

yang berasal dari pinjaman, dana dari deposit nasabah, dan dana dari

pasar finansial (Darmawi, 2012:43).

Dana yang termasuk modal sendiri terdiri atas berbagai pos.

Pertama adalah modal yang disetor, yaitu dana yang disetor pertama

kali oleh pemilik (pemegang saham) waktu pendirian bank tersebut

dan digunakan untuk biaya promosi, peralatan, dan aset tetap lainnya.

Kedua yaitu cadangan berasal dari penyisihan sebagian laba untuk

mengantisipasi risiko, istilah yang dipakai dalam laporan keuangan

bank adalah penyisihan penghapusan.

Dana yang termasuk modal sendiri ketiga adalah laba yang

ditahan (retained earning) merupakan sebagian laba yang disetujui

rapat pemegang saham untuk tidak dibagikan sebagai deviden.

Terakhir terdapat agio saham, modal sumbangan, selisih penjabaran

laporan keuangan, dan selisih penilaian kembali aktiva tetap yang

merupakan sumber dana ekuitas.

Sumber dana bank dari dana pinjaman berasal dari berbagai

sumber, yaitu pinjaman dari bank-bank lain, pinjaman dari bank


8

sentral, dan pinjaman dari lembaga finansial bukan bank. Pinjaman

dari bank-bank lain (Call Money) merupakan pinjaman harian

antarbank dengan menggunakan instrumen pasar uang. Pinjaman dari

bank sentral digunakan untuk membiayai usaha-usaha masyarakat

yang tergolong prioritas, sedangkan pinjaman dari lembaga bukan

bank dapat berupa pinjaman dengan akta kredit dan penjualan

sekuritas finansial yang diterbitkan kepada lembaga tersebut.

Sumber dana bank dari deposit masyarakat merupakan

jumlah dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank. Deposit ini

terdiri dari simpanan dalam bentuk rekening giro, tabungan dan

deposito berjangka. Rekening giro adalah simpanan nasabah pada

bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan

menggunakan cek, atau surat perintah pembayaran. Tabungan

merupakan simpanan masyarakat pada bank yang penarikannya dapat

dilakukan setiap saat melalui buku tabungan atau ATM, sedangkan

deposito berjangka merupakan simpanan masyarakat pada bank yang

jangka waktunya ditentukan oleh nasabah.

Sumber dana bank terakhir berasal dari pasar finansial,

dimana pasar finansial tersebut menyediakan berbagai fasilitas untuk

melancarkan jual-beli sekuritas finansial. Dalam mendapatkan dana,

bank dapat menerbitkan sekuritas antara lain sertifikat deposito,

promes, obligasi, dan sebagainya. Bank dapat menawarkannya dalam


9

pasar finansial, sejalan dengan itu bank juga dapat melakukan

sekuritisasi (securitization) aset.

2. Pengelolaan Sumber Dana

Kegiatan pengelolaan sumber dana pada sisi pasiva dan

pengelolaan penggunaan dana pada sisi aktiva bank harus dikelola

dengan baik. Pengelolaan neraca tersebut dalam perbankan sering

disebut asset and liabilities management atau manajemen aset dan

kewajiban, yaitu suatu usaha untuk mengoptimumkan struktur neraca

bank agar dapat memperoleh laba yang maksimal dan sekaligus

membatasi risiko menjadi sekecil mungkin, khususnya risiko-risiko di

luar kredit.

Kegiatan pengelolaan aset dan kewajiban (assets and

liabilities management) terdapat risiko yang mungkin bisa terjadi,

diantaranya adalah risiko likuiditas, risiko tingkat bunga, risiko nilai

tukar, dan risiko kredit (Riyadi, 2003:10). Risiko tingkat bunga adalah

risiko kerugian yang ditimbulkan oleh terjadinya perubahan tingkat

bunga yang berpengaruh buruk terhadap pendapatan dan atau

pengeluaran biaya oleh bank (Ali, 2004:329).

Teknik manajemen yang memadai harus setiap waktu

membandingkan kepekaan tingkat bunga semua sumber dana dengan

aset di mana dana tersebut ditanamkan. Risiko tingkat bunga pada

bank dapat berubah di karenakan oleh tingginya biaya dana atas

pergerakan pasar, tingginya tingkat perubahan (votality) suku bunga,


10

dan adanya pertumbuhan dari sumber dana internasional yang

semakin meningkat.

3. Model Analisis Manajemen Kesenjangan Dana

Menurut Riyadi (2003:172), pekanya kondisi tingkat

perubahan bunga perbankan terutama dalam pengelolaan sumber dan

penggunaan dananya (assets and liabilities management) sangat

membutuhkan adanya sistem yang dapat berperan untuk melakukan

pemantauan (monitoring) dan pengendalian (controlling) pergerakan

tingkat bunga yang sensitif. Sistem yang paling banyak digunakan

dalam pengelolaan sensitivitas bunga yang di mulai pada awal tahun

1980-an adalah repricing model atau sering disebut funds gap

managements.

Pengertian funds gap management menurut Rusyamsi

(1999:54) adalah upaya untuk terhindar atau meminimumkan

pengaruh dari gejolak tingkat bunga dengan mengatur atau menata

kesenjangan dana yang ada pada Aset sensitif tingkat bunga (Rate

Sensitive Assets/RSA) dan Kewajiban sensitif tingkat bunga (Rate

Sensitive Liabilities/RSL) sehingga akan dapat mencapai keuntungan

yang stabil dan berkembang.

Dalam pelaksanaan sistem manajemen kesenjangan dana,

seluruh pos di kedua sisi neraca bank dibagi menjadi dua kelompok,

yakni kelompok yang sensitif dan kelompok yang tidak sensitif. Aset

atau liabilitas dinyatakan sensitif apabila aliran kasnya berubah kearah


11

yang sama dengan perubahan tingkat bunga jangka pendek,

sedangkan aset atau liabilitas dinyatakan sebaliknya apabila tidak

mengalami perubahan dalam periode waktu yang relevan

(Darmawi,2012:225).

Langkah-langkah dalam menghindari atau mempersempit

kesenjangan (gap) yang terjadi adalah dengan menyusun mismatched

rate of sensitivity yaitu mengelompokkan aset dan kewajiban yang

sensitif tingkat bunga dan menentukan posisi kesenjangan. Riyadi

(2003:173) menggolongkan rate sensitive assets (RSA) diantaranya

secondary reserve, short term loan dan fixed rate assets. Secondary

reserve meliputi call money plecement, surat berharga pasar uang,

sertifikat bank Indonesia, dan saham atau obligasi. Fixed rate assets

terdiri dari long term loan dan investment atau participation.

Penggolongan rate sensitive liabilities (RSL) didasarkan atas

kriteria penarikan dan jangka waktu (jangka waktu pendek, biasanya

maksimal adalah 1 tahun). Variable rate liabilities yang terdiri dari

giro, Demand on Call (DOC), tabungan, simpanan berjangka sampai

dengan 12 bulan, kewajiban segera lainnya, call money atau Surat

Berharga Pasar Uang. Sedangkan fixed rate liabilities terdiri dari

simpanan berjangka lebih dari 12 bulan, kredit likuiditas Bank

Indonesia (KLBI), dan dana sendiri.

Perubahan tingkat bunga memiliki pengaruh pada

pendapatan bunga bersih (NII/Net Interest Income). Pengaruh tersebut


12

antara lain jika aset sensitif tingkat bunga lebih besar dari pada

kewajiban sensitif tingkat bunga, maka keadaan ini akan

menunjukkan kesenjangan positif, dimana implikasi dari hal ini

adalah apabila terjadi peningkatan tingkat bunga (interest rate) akan

menguntungkan. Hal ini disebabkan karena kelebihan aset sensitif

tingkat bunga akan menghasilkan pendapatan yang lebih besar sesuai

dengan peningkatan tingkat bunga (interest rate).

Kesenjangan negatif akan terjadi jika aset sensitif tingkat

bunga lebih kecil dari pada kewajiban sensitif tingkat bunga, atau ada

sebagian kewajiban sensitif tingkat bunga dipergunakan untuk

membiayai bukan aset sensitif tingkat bunga. Implikasi dari keadaan

ini adalah apabila terjadi peningkatan tingkat bunga (interest rate)

akan merugikan karena penurunan kewajiban akan meningkat sesuai

dengan peningkatan tingkat bunga (interest rate), sedangkan hanya

sebagian aset saja yang mengalami peningkatan.

Keadaan sebaliknya dari kesenjangan negatif akan terjadi

jika terjadi penurunan tingkat bunga (interest rate) akan

menguntungkan, karena penurunan kewajibannya akan sesuai dengan

penurunan tingkat bunga (interest rate), sedangkan hanya sebagian

aset yang mengalami penurunan. Kondisi terakhir yaitu ketika aset

sensitif tingkat bunga sama dengan kewajiban sensitif tingkat bunga,

maka dikatakan bahwa tidak terjadi perubahan pergerakan (zero).

Kondisi yang terakhir dikatakan tidak ada. Ketiga kondisi yang terjadi
13

terkait dengan adanya dampak tingkat bunga pada pendapatan dapat

disimpulan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Dampak Tingkat Bunga terhadap Pendapatan


Tingkat Bunga
No Posisi Gap
Naik Turun
Zero gap 1) Net Interest 1) Net Interest
1.
(RSA = RSL) Margin tetap Margin tetap
Positive gap 2) Net Interest 2) Net Interest
2.
(RSA > RSL) Margin meningkat Margin menurun
Negative gap 3) Net Interest 3) Net Interest
3.
(RSA< RSL) Margin menurun Margin meningkat
Sumber : Riyadi, 2003.

Posisi gap (kesenjangan) adalah perbandingan antara rate

sensitive assets terhadap rate sensitive liabilities untuk melihat posisi

bank berada pada keadaan tingkat bunga tertentu.

K = 𝑅𝑆𝐴 − 𝑅𝑆𝐿

Keterangan:

K = Kesenjangan

RSA = jumlah aset yang sensitif terhadap bunga

RSL = jumlah kewajiban yang sensitif terhadap bunga

kesenjangan
Rasio Kesenjangan Relatif = × 100%
total aset

Hasil pengukuran dengan rasio kesenjangan relatif

diklasifikasikan kedalam tiga kategori. Pertama risiko rendah (low)

apabila posisi rasio kesenjangan relatif di bawah 5%, posisi sedang

(moderat) bila rasio kesenjangan relatif antara 5% hingga 10%, posisi


14

tinggi (high) bila rasio kesenjangan relatif di atas 10%. Pengukuran

risiko ini menghasilkan profil risiko sesuai dengan ketentuan peraturan

BI no. 5/8/PBI/2003.

𝑅𝑎𝑡𝑒 𝑆𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑖𝑣𝑒 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 (𝑅𝑆𝐴)


Rasio Kesenjangan =
𝑅𝑎𝑡𝑒 𝑆𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑖𝑣𝑒 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠 (𝑅𝑆𝐿)

Rasio kesenjangan tersebut akan menentukan posisi gap

tersebut (Riyadi, 2003:177). Posisi gap pertama adalah zero gap yaitu

posisi apabila perbandingan jumlah aktiva sensitif tingkat bunga

dengan kewajiban sensitif tingkat bunga sama dengan 1, maka akan

menunjukkan gap dalam kondisi zero (square).

𝑅𝑎𝑡𝑒 𝑆𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑖𝑣𝑒 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠


=1
𝑅𝑎𝑡𝑒 𝑆𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑖𝑣𝑒 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠

Posisi gap kedua adalah positive gap yaitu posisi apabila

perbandingan jumlah aktiva sensitif tingkat bunga dengan kewajiban

sensitif tingkat bunga lebih dari 1, maka akan menunjukkan gap dalam

kondisi yang positif.

𝑅𝑎𝑡𝑒 𝑆𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑖𝑣𝑒 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠


>1
𝑅𝑎𝑡𝑒 𝑆𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑖𝑣𝑒 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠

Posisi gap ketiga adalah negative gap yaitu posisi apabila

perbandingan jumlah aktiva sensitif tingkat bunga dengan kewajiban

sensitif tingkat bunga kurang dari 1, maka akan menunjukkan gap

dalam kondisi yang negatif.

𝑅𝑎𝑡𝑒 𝑆𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑖𝑣𝑒 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠


<1
𝑅𝑎𝑡𝑒 𝑆𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑖𝑣𝑒 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
15

4. Manajemen Risiko Tingkat Bunga

Prinsip pengendalian kesenjangan dana sangat bergantung

pada risiko tingkat bunga yang diharapkan diterima oleh bank. Dalam

artian jika bank menginginkan pendapatan bunga bersih yang tinggi,

maka bank harus siap pula dengan risiko yang tinggi. Kondisi

sebaliknya pun berlaku, jika bank menginginkan pendapatan bunga

bersih yang tinggi, maka bank risikonya pun rendah.

Pada kondisi tertentu, bank menghendaki supaya terhindar

dari risiko dengan strategi berikut (Taswan, 2006:283):

a. Strategi defensif

Strategi defensif bertujuan untuk menyekat pendapatan

bunga bersih dari pengaruh perubahan bunga yang turun maupun

naik. Strategi ini umumnya tidak memerlukan kemampuan untuk

memprediksi tingkat bunga mendatang, karena dengan strategi ini

berapapun perubahan bunga yang terjadi tidak akan berpengaruh

pada pendapatan bunga.

Dalam strategi ini bank akan selalu mempertahankan

volume aktiva dan passiva sensitif terhadap bunga dalam jumlah

yang sama. Bila kesenjangan nol berhasil maka kenaikan bunga

akan berakibat pada kenaikan pendapatan dengan jumlah yang

sama dengan kenaikan biaya bunga, sehingga pendapatan tidak


16

akan berubah. Namun strategi ini dalam praktiknya sangat sulit

untuk dilakukan.

b. Strategi Agresif

Strategi agresif meminimalkan melakukan dua langkah

yaitu harus memprediksi perubahan bunga yang terjadi di masa

mendatang dan melakukan penyesuaian-penyesuaian pada aktiva

dan passiva yang sensitif terhadap tingkat bunga. Prediksi secara

umum akan mengakibatkan bank mengambil posisi kesenjangan

positif, apabila bank memprediksikan bunga akan naik.

Sebaliknya, jika bank memprediksikan bunga akan turun maka

bank akan mengambil posisi kesenjangan negatif.

C. Kerangka Pikir Penelitian

Sejalan dengan teori yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam

memberikan gambaran penelitian yang akan dilakukan dalam

menganalisis risiko tingkat bunga pada beberapa Bank yang sahamnya

tercatat di Bursa Efek Indonesia dan melihat Bank mana yang memiliki

risiko tingkat bunga tertinggi, maka dibuatlah kerangka pemikiran pada

Gambar 2.1.

Gambar 2.1. menjelaskan bahwa perubahan tingkat bunga pasar

mempengaruhi aset kewajiban sensitif tingkat bunga yang ada pada neraca

keuangan bank. Adanya perbedaan pada aset dan kewajiban sensitif

tingkat bunga akan menyebabkan kesenjangan yang dapat menimbulkan


17

risiko yang berpengaruh pada pendapatan bank. Berdasarkan hasil analisis

manajemen kesenjangan akan diketahui besarnya rasio kesenjangan relatif

bank dari tahun ke tahun sebagai ukuran kondisi risiko tingkat bunga bank

yang berfluktuasi dan bank dengan rasio kesenjangan relatif paling tinggi

di antara bank lain adalah bank yang memiliki risiko tertinggi.

Fluktuasi Tingkat Bunga Pasar

Aset Sensitif terhadap Kewajiban Sensitif


Tingkat Bunga terhadap Tingkat Bunga

Dampak Risiko Tingkat


Bunga Pasar

Analisis Gap Management /


kesenjangan manajemen

Risiko Tingkat Bunga Bank Risiko Tertinggi (RGR Bank


Pasar pada Bank x > Bank Konvensional lain)

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir Penelitian

Anda mungkin juga menyukai