Anda di halaman 1dari 158

Pendidikan Anti-Korupsi

Untuk Perguruan Tinggi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI

Pengertian Korupsi 1
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Bab
01

PENGERTIAN
“To end corruption KORUPSI
is my dream;
togetherness in
fighting it makes the
dream come true”.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Pengertian Korupsi 2
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Kompetensi Dasar
1. Mahasiswa mampu menjelaskan Pokok Bahasan
arti kata dan definisi korupsi secara
tepat dan benar; Pengertian Korupsi
2. Mahasiswa mampu menjelaskan
sejarah korupsi dan
pemberantasan korupsi di
Sub Pokok Bahasan
Indonesia dengan benar; 1. Definisi Korupsi
3. Mahasiswa mampu menjelaskan 2. Bentuk-bentuk Korupsi
bentuk-bentuk korupsi dan perilaku
koruptif dengan benar;
3. Sejarah Korupsi
4. Mahasiswa mampu membedakan
bentuk tindak pidana korupsi dan
perilaku koruptif;
5. Mahasiswa mampu menganalisis
perbuatan korupsi dan perilaku
koruptif di masyarakat;
6. Mahasiswa mampu mengevaluasi
dan memahami berbagai bentuk
tindak korupsi dan perilaku
koruptif.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Pengertian Korupsi 3
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

DEFINISI KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Pengertian Korupsi 4
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Pengertian Korupsi 5
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Pengertian Korupsi 6
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

APAKAH ITU KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Pengertian Korupsi 7
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

DEFINISI
KORUPSI “KORUPSI” dari bahasa Latin
“corruptio” atau “corruptus”
“corruptio” dari kata “corrumpere”,
 “corruption, corrupt” (Inggris),
“corruption” (Perancis) dan
“corruptie/korruptie” (Belanda).

kebusukan, keburukan, kebejatan,


ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral,
penyimpangan dari kesucian

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Pengertian Korupsi 8
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

DEFINISI
KORUPSI Di Malaysia dipakai kata
“resuah” dari bahasa Arab
“risywah”,
menurut Kamus umum Arab-
Indonesia artinya korupsi.

Risywah (suap) secara terminologis berarti pemberian yang diberikan


seseorang kepada hakim atau lainnya untuk memenangkan
perkaranya dengan cara yang tidak dibenarkan atau untuk
memperoleh kedudukan Semua ulama sepakat mengharamkan
risywah yang terkait dengan pemutusan hukum, perbuatan ini
termasuk dosa.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Pengertian Korupsi 9
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

PENGERTIAN
Korup artinya busuk, suka menerima uang suap/sogok,
1 memakai kekuasaan untuk kepentingan sendiri dan
sebagainya;

Korupsi artinya perbuatan busuk seperti


2 penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan
sebagainya;

3 Koruptor artinya orang yang melakukan korupsi.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Pengertian Korupsi 10
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

PENDAPAT PAKAR

corruptie adalah korupsi,


perbuatan curang, perbuatan
curang, tindak pidana yang
merugikan keuangan negara.

Subekti dan Tjitrosoedibio

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Pengertian Korupsi 11
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

PENDAPAT PAKAR
menguraikan istilah korupsi dalam berbagai
bidang, yakni yang menyangkut masalah
penyuapan, yang berhubungan dengan
manipulasi di bidang ekonomi, dan yang
menyangkut bidang kepentingan umum.
Hal ini diambil dari definisi “financial
manipulations and deliction injurious
to the economiy are often labeled
corrupt”

Baharuddin Lopa mengutip pendapat David M. Chalmers

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Pengertian Korupsi 12
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

PENDAPAT ULAMA

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Pengertian Korupsi 13
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Pengertian Korupsi 14
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perbuatan korupsi menyangkut :

Sesuatu yang bersifat amoral,


Sifat dan keadaan yang busuk,
Menyangkut jabatan instansi atau aparatur
pemerintah,
Penyelewengan kekuasaan dalam jabatan
karena pemberian,
Menyangkut faktor ekonomi dan politik dan
penempatan keluarga atau golongan ke
dalam kedinasan di bawah kekuasaan
jabatan.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Pengertian Korupsi 15
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

BENTUK KORUPSI
Kerugian Keuangan Negara

Suap Menyuap

Penggelapan Dalam Jabatan

Pemerasan

Perbuatan Curang

Benturan Kepentingan Dalam Pengadaan

Gratifikasi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Pengertian Korupsi 16
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Korupsi di Indonesia sudah


‘MEMBUDAYA’ sejak dulu, sebelum dan
sesudah kemerdekaan, di era Orde
Lama, Orde Baru, berlanjut hingga era
Reformasi. Berbagai upaya telah
dilakukan untuk memberantas korupsi,
namun hasilnya masih jauh DARI
HARAPAN.

Diskusikan di dalam kelas, mengapa hal


ini masih dan terus terjadi?

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Pengertian Korupsi 17
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Lomba poster KPK, Karya : Arbi Syahrur Rajab Lomba poster KPK, Karya : Briliantina Latifah Hidayat

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Pengertian Korupsi 18
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Selamat datang
generasi muda
anti-korupsi

Indonesia akan
lebih baik jika
tanpa korupsi

Lomba poster KPK, Karya : Christian Tumpak

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Pengertian Korupsi 19
Pendidikan Anti-Korupsi
Untuk Perguruan Tinggi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI

Faktor Penyebab Korupsi 1


PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Bab
02

FAKTOR
PENYEBAB
“Fight Corruption:
KORUPSI
be the one who helps
build a better society”.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Faktor Penyebab Korupsi 2
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Kompetensi Dasar
1. Mahasiswa mampu menjelaskan POKOK BAHASAN :
faktor pendorong terjadinya Faktor Penyebab Korupsi
korupsi;
SUB POKOK BAHASAN :
2. Mahasiswa dapat membedakan
1.Faktor Penyebab Korupsi;
faktor internal dan faktor eksternal 2.Penyebab Korupsi dalam
penyebab terjadinya korupsi; Perspektif Teori;
3. Mahasiswa dapat menyimpulkan 3.Faktor Internal dan Eksternal
faktor internal dan faktor eksternal
Penyebab Korupsi.
pendorong prilaku korup;
4. Mahasiswa mampu mengeliminir
sikap diri sendiri yang cenderung
mendorong perilaku korup;
5. Mahasiswa dapat menumbuhkan
sikap anti korupsi.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Faktor Penyebab Korupsi 3
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

DUA FAKTOR PENYEBAB KORUPSI

FAKTOR INTERNAL

FAKTOR EKSTERNAL

Faktor internal
merupakan
penyebab korupsi yang faktor penyebab
datang dari diri pribadi terjadinya korupsi karena
sebab-sebab dari luar.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Faktor Penyebab Korupsi 5
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

BEBERAPA PENDAPAT
FAKTOR PENYEBAB KORUPSI

Ketika perilaku Korupsi akan terus


materialistik dan berlangsung selama masih
konsumtif terdapat kesalahan tentang
masyarakat serta cara memandang kekayaan.
sistem politik yang
masih
"mendewakan“
materi maka dapat Semakin banyak orang salah dalam memandang kekayaan, semakin
"memaksa" besar pula kemungkinan orang melakukan kesalahan dalam mengakses
terjadinya kekayaan.
permainan uang Bagaimana menurut anda perilaku orang-orang yang
dan korupsi
memandang kekayaan dan uang sebagai suatu hal yang punya
(Ansari Yamamah :
arti segala-galanya? Bagaimana bentuk penyadaran yang tepat?
2009)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Faktor Penyebab Korupsi 6
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

PENDAPAT YANG MENGARAH PADA


FAKTOR INTERNAL

1. Sifat tamak manusia,


2. Moral yang kurang kuat menghadapi
godaan,
3. Gaya hidup konsumtif,
4. Tidak mau (malas) bekerja keras

Isa Wahyudi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Faktor Penyebab Korupsi 7
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

PENDAPAT YANG MENGARAH PADA


FAKTOR INTERNAL

1.Aspek perilaku individu


2.Aspek organisasi, dan
3.Aspek masyarakat tempat
individu dan organisasi berada

M. Arifin

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Faktor Penyebab Korupsi 8
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

PENDAPAT YANG MENGARAH PADA


FAKTOR EKSTERNAL
1.Kurang keteladanan dan kepemimpinan elite bangsa,
2.Rendahnya gaji Pegawai Negeri Sipil,
3. Lemahnya komitmen dan konsistensi penegakan
hukum dan peraturan perundangan,
4. Rendahnya integritas dan profesionalisme,
5. Mekanisme pengawasan internal di semua lembaga
perbankan, keuangan, dan birokrasi belum mapan,
6. Kondisi lingkungan kerja, tugas jabatan, dan lingkungan
masyarakat, dan
7. Lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu, moral dan
etika

Erry Riyana Hardjapamekas


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Faktor Penyebab Korupsi 9
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

PENDAPAT YANG MENGARAH PADA


FAKTOR EKSTERNAL

1. Faktor politik,
2. Faktor hukum,
3. Faktor ekonomi dan birokrasi
4. Faktor transnasional.

Indonesia Corruption Watch | ICW

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Faktor Penyebab Korupsi 10
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

1. FAKTOR POLITIK

Perilaku korup seperti penyuapan, politik


uang merupakan fenomena yang sering
terjadi. Terkait dengan hal itu Terrence Gomes
(2000) memberikan gambaran bahwa politik
uang (money politic) sebagai use of money
and material benefits in the pursuit of
political influence.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Faktor Penyebab Korupsi 12
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

2. FAKTOR HUKUM

Faktor hukum ini bisa Tidak baiknya substansi hukum, mudah


lihat dari dua sisi, di satu ditemukan dalam aturan-aturan yang
diskriminatif dan tidak adil; rumusan yang
sisi dari aspek
tidak jelas-tegas (non lex certa) sehingga
perundang-undangan dan multi tafsir; kontradiksi dan overlapping
sisi lain adalah lemahnya dengan peraturan lain (baik yang sederajat
penegakan hukum. maupun yang lebih tinggi).

Praktik penegakan hukum juga masih dililit berbagai


permasalahan yang menjauhkan hukum dari tujuannya. Secara
kasat mata, publik dapat melihat banyak kasus yang menunjukan
adanya diskriminasi dalam proses penegakan hukum termasuk
putusan-putusan pengadilan.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Faktor Penyebab Korupsi 13
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

3. FAKTOR EKONOMI

Faktor ekonomi juga merupakan


penyebab terjadinya korupsi. Hal itu
dapat dijelaskan dari pendapatan
atau gaji yang tidak mencukupi
kebutuhan.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Faktor Penyebab Korupsi 14
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

4. FAKTOR ORGANISASI

Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas,
termasuk sistem pengorganisasian lingkungan masyarakat.
Organisasi yang menjadi korban korupsi atau di mana korupsi
terjadi biasanya memberi andil terjadinya korupsi karena membuka
peluang atau kesempatan untuk terjadinya korupsi

Berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan oleh Kompas 29/7/2004 di kota


Surabaya, Medan, Jakarta dan Makasar mengenai korupsi yang terjadi di tubuh
organisasi kepemerintahan (eksekutif) maupun legislatif disebutkan bahwa tidak
kurang dari 40% responden menilai bahwa tindakan korupsi dilingkungan
birokrasi kepemerintahan dan wakil rakyat di daerahnya semakin menjadi-jadi.
Hanya 20% responden saja yang berpendapat bahwa perilaku korupsi di
Pemerintah Daerah dan DPRD masing-masing sudah berkurang.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Faktor Penyebab Korupsi 15
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

4. FAKTOR ORGANISASI

Bagaimana organisasi pemerintahan di lingkungan saudara,


apakah organisasi pemerintahannya cukup transparan,
akuntabel, dan mempunyai pengawasan yang cukup baik?
Saudara inventarisasi kegiatan apa saja yang cukup baik dan
kegiatan apa saja yang mengandung perilaku korup yang
mewarnai organisasi tersebut!

Diskusikan !

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Faktor Penyebab Korupsi 16
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

PROBLEM

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Faktor Penyebab Korupsi 18
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

PENYEBAB KORUPSI DALAM


PERSPEKTIF TEORETIS

Cultural determinisme sering dipakai sebagai acuan ketika


mempelajari penyebab terjadinya korupsi.

Fiona Robertson-Snape (1999) bahwa penjelasan kultural


praktik korupsi di Indonesia dihubungkan dengan bukti-bukti
kebiasaan-kebiasaan kuno orang jawa.

Padahal bila dirunut prilaku korup pada dasarnya merupakan


sebuah fenomena sosiologis yang memiliki implikasi ekonomi
dan politik yang terkait dengan jabaran beberapa teori

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Faktor Penyebab Korupsi 19
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

TEORI PERILAKU KORUP

TEORI MEANS-ENDS SCHEME :


Robert Merton.
 menyatakan bahwa korupsi
merupakan suatu perilaku manusia
yang diakibatkan oleh tekanan
sosial, sehingga menyebabkan
pelanggaran norma-norma.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Faktor Penyebab Korupsi 20
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

TEORI PRILAKU KORUP

TEORI SOLIDARITAS SOSIAL

Teori lain yang menjabarkan terjadinya korupsi adalah


teori Solidaritas Sosial yang dikembangkan oleh Emile
Durkheim (1858-1917).

Teori ini memandang bahwa watak manusia


sebenarnya bersifat pasif dan dikendalikan oleh
masyarakatnya

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Faktor Penyebab Korupsi 21
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

TEORI PRILAKU KORUP

GONE THEORY

Teori yang juga membahas mengenai prilaku korupsi,


dengan baik di hadirkan oleh Jack Bologne (Bologne :
2006), yang dikenal dengan teori GONE.
Ilustrasi GONE Theory terkait dengan faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya kecurangan atau korupsi yang
meliputi Greeds (keserakahan), Opportunities
(kesempatan), Needs (kebutuhan) dan Exposure
(pengungkapan).

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Faktor Penyebab Korupsi 22
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

FAKTOR INTERNAL, MERUPAKAN FAKTOR


PENDORONG KORUPSI DARI DALAM
DIRI, YANG DAPAT DIRINCI MENJADI:

Aspek Perilaku Individu

 Sifat tamak/rakus manusia.

 Moral yang kurang kuat

 Gaya hidup yang konsumtif.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Faktor Penyebab Korupsi 24
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

FAKTOR INTERNAL, MERUPAKAN FAKTOR


PENDORONG KORUPSI DARI DALAM DIRI,
YANG DAPAT DIRINCI MENJADI:

Aspek Sosial
Perilaku korup dapat terjadi karena dorongan perilaku
keluarga. Kaum behavioris mengatakan bahwa lingkungan
keluargalah yang secara kuat memberikan dorongan bagi
orang untuk korupsi dan mengalahkan sifat baik
seseorang yang sudah menjadi traits pribadinya.

Lingkungan dalam hal ini malah memberikan dorongan


dan bukan memberikan hukuman pada orang ketika ia
menyalahgunakan kekuasaannya.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Faktor Penyebab Korupsi 25
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

FAKTOR EKSTERNAL, PEMICU PERILAKU


KORUP YANG DISEBABKAN OLEH
FAKTOR DI sikap
• Aspek LUARmasyarakat
DIRI PELAKU.
terhadap
korupsi

• Nilai-nilai di masyarakat kondusif untuk


terjadinya korupsi.
• Masyarakat kurang menyadari bahwa korban
utama korupsi adalah masyarakat sendiri.
• Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat
korupsi.
• Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi
akan bisa dicegah dan diberantas bila
masyarakat ikut aktif dalam agenda pencegahan
dan pemberantasan.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Faktor Penyebab Korupsi 26
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

FAKTOR EKSTERNAL, PEMICU PERILAKU


KORUP YANG DISEBABKAN OLEH
FAKTOR DI LUAR DIRI PELAKU.

 Aspek ekonomi
Pendapatan tdk mencukupi
Memanfaatkan peluang

 Aspek Politis
Instabilitas politik
Kepentingan politis, meraih dan mempertahankan
kekuasaan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Faktor Penyebab Korupsi 27
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

FAKTOR EKSTERNAL, PEMICU PERILAKU


KORUP YANG DISEBABKAN OLEH
FAKTOR DI LUAR DIRI PELAKU.

Aspek Organisasi

Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan


Tidak adanya kultur organisasi yang benar
Kurang memadainya sistem akuntabilitas
yang benar
Kelemahan sistim pengendalian manajemen
Lemahnya pengawasan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Faktor Penyebab Korupsi 28
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Selamat datang
generasi muda
anti-korupsi

Indonesia akan
lebih baik jika
tanpa korupsi

Lomba poster KPK, Karya : Christian Tumpak

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Faktor Penyebab Korupsi 29
Pendidikan Anti-Korupsi
Untuk Perguruan Tinggi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI

Dampak Masif Korupsi 1


PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Bab
03

DAMPAK
“unless we destroy
MASIF
corruption, KORUPSI
corruption will
destroy us”

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Dampak Masif Korupsi 2
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

POKOK BAHASAN :
Dampak Masif Korupsi

SUB POKOK BAHASAN :


1. Dampak Ekonomi
Kompetensi Dasar 2. Dampak Sosial dan
1. Mahasiswa mengetahui Kemiskinan Masyarakat
dampak korupsi; 3. Dampak Birokrasi
2. Mahasiswa dapat memiliki Pemerintahan
empati pada korban korupsi; 4. Dampak terhadap Politik
3. Mahasiswa bersedia tidak dan Demokrasi
melakukan perbuatan 5. Dampak terhadap
korupsi. Penegakan Hukum
6. Dampak terhadap
Pertahanan dan Keamanan
7. Dampak Kerusakan
Lingkungan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Dampak Masif Korupsi 3
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Korupsi tidak hanya


berdampak terhadap satu
aspek kehidupan saja.
Korupsi
menimbulkan efek
domino yang meluas
terhadap eksistensi bangsa
dan negara.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Dampak Masif Korupsi 5
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Meluasnya praktik korupsi di suatu negara


akan memperburuk kondisi ekonomi bangsa,
misalnya harga barang menjadi mahal
dengan kualitas yang buruk, akses rakyat
terhadap pendidikan dan kesehatan menjadi
sulit, keamanan suatu negara terancam,
kerusakan lingkungan hidup, dan citra
pemerintahan yang buruk di mata
internasional sehingga menggoyahkan sendi-
sendi kepercayaan pemilik modal asing,
krisis ekonomi yang berkepanjangan, dan
negara pun menjadi semakin terperosok
dalam kemiskinan.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Dampak Masif Korupsi 6
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

mari kita simak film ini

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Dampak Masif Korupsi 7
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

n ak
sej e
h k an
a
kita g k a n
Pern
y a n
b a an g
m y
me kibat ol eh
a u kan
t im b i??
d i p s
koru
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Dampak Masif Korupsi 8
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

1 DAMPAK EKONOMI

2 DAMPAK SOSIAL & KEMISKINAN

3 DAMPAK BIROKRASI PEMERINTAHAN


DAMPAK
MASIF 4 DAMPAK POLITIK & DEMOKRASI
KORUPSI
5 DAMPAK TERHADAP PENEGAKAN HUKUM

6 DAMPAK TERHADAP HANKAM

7 DAMPAK KERUSAKAN LINGKUNGAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Dampak Masif Korupsi 9
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

kerugian negara akibat


korupsi 40%dana
APBN per tahun !!*
siapa yang menikmati?
•Transparansi Internasional (TI) Indonesia mencatat kalau uang rakyat dalam praktek Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) menguap oleh prilaku korupsi. Dwipoto Kusumo dari
Transparansi Internasional (TI) Indonesia mengatakan mengatakan, " Sekitar 30 sampai 40 persen dana menguap karena
dikorupsi," katanya, korupsi terjadi 70 persennya pada pengadaan barang dan jasa oleh pemerintah., Sabtu (30/07/2011) di
Pangkalpinang. (Bangkapost 30 Juli 2011)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Dampak Masif Korupsi 10
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

mari sejenak
kita melakukan
Jembatan Suramadu kontemplasi
adalah jembatan
terpanjang di Indonesia
saat ini, yang
menghubungkan Pulau
Jawa dan Pulau Madura

Berapakah
investasi yang
diperlukan untuk
membangun
jembatan ini?

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Dampak Masif Korupsi 11
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Lalu bagaimanapula dengan


sarana prasarana berikut ini

Berapakah investasi
yang diperlukan
untuk membangun
jalan tol, pelabuhan,
jalur kereta api,
bandar udara
ini?

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Dampak Masif Korupsi 12
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

mari kita simak film ini

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Dampak Masif Korupsi 13
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

…seharusnya bangsa
Indonesia hidup makmur…

Jika anda suatu saat memegang tampuk


pimpinan di Indonesia, bagaimanakah
seharusnya model penyelenggaraan
pemerintahan yang seharusnya dilakukan, agar
rakyat makmur?

diskusikan
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Dampak Masif Korupsi 15
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Apa yang bisa kita


lakukan andai
40% dana APBN
tidak dikorupsi?

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Dampak Masif Korupsi 16
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

melihat itu…
masihkah kita akan
korupsi?

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Dampak Masif Korupsi 18
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

…mau tidak mau


suka tidak suka
siap tidak siap

masa depan akan


datang, dan
generasi muda
akan menerima
estafet
kepemimpinan…

Lomba poster KPK, Karya : Rudi Sarwanto

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Dampak Masif Korupsi 19
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Selamat datang
generasi muda
anti-korupsi

Indonesia akan
lebih baik jika
tanpa korupsi

Lomba poster KPK, Karya : Christian Tumpak

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Dampak Masif Korupsi 20
Pendidikan Anti-Korupsi
Untuk Perguruan Tinggi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI

Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional 62 1


PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Bab
06

GERAKAN,
KERJASAMA DAN
INSTRUMEN
INTERNASIONAL
“No impunity to PENCEGAHAN
corruptors“ KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional 63


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 2
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Kompetensi Dasar
1. Mahasiswa mampu menjelaskan
gerakan-gerakan internasional POKOK BAHASAN
pencegahan korupsi; Gerakan-gerakan, kerjasama
2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan beberapa instrumen
kerjasama-kerjasama internasional pencegahan
internasional pencegahan korupsi.
korupsi;
3. Mahasiswa mampu menjelaskan
beberapa instrumen SUB POKOK BAHASAN
internasional pencegahan 1.Gerakan dan Kerjasama
korupsi; Internasional Pencegahan
4. Mahasiswa mampu Korupsi;
membandingkan kelemahan- 2.Instrumen Internasional
kelemahan dan kelebihan- Pencegahan Korupsi;
kelebihan pemberantasan 3.Pencegahan Korupsi : Belajar
korupsi di negara lain; dari Negara Lain.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan
arti penting ratifikasi Konvensi
Anti Korupsi bagi Indonesia.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional 64
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 3
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

GERAKAN ORGANISASI
INTERNASIONAL

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional 65


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 5
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

BOTTOM UP APPROACH
Berangkat dari 5 (lima) asumsi yakni:
a)semakin luas pemahaman atau
pandangan mengenai permasalahan yang
ada, semakin mudah untuk meningkatkan
awareness untuk memberantas korupsi;
b)adanya network atau jejaring yang baik
akan lebih membantu pemerintah dan
masyarakat sipil (civil society). Untuk itu
perlu dikembangkan rasa saling percaya
serta memberdayakan modal sosial (social
capital) dari masyarakat;

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional 66


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 14
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

BOTTOM UP APPROACH
c) Perlu penyediaan data mengenai efesiensi dan
efektifitas pelayanan pemerintah melalui corruption
diagnostics. Dengan penyediaan data dan
pengetahuan yang luas mengenai problem korupsi,
reformasi administratif-politis dapat disusun secara
lebih baik;
d) Adanya pelatihan-pelatihan khusus. Pelatihan ini
dapat diambil dari toolbox yang disediakan oleh
World Bank yang diharapkan dapat membantu
mempercepat pemberantasan korupsi. Bahan-
bahan yang ada dipilih sendiri dan harus
menyesuaikan dengan kondisi masing-masing
negara; dan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional 67


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 14
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

BOTTOM UP APPROACH
e) adanya rencana aksi pendahuluan yang
dipilih atau dikonstruksi sendiri oleh
negara peserta, diharapkan akan
memiliki trickle-down effect dalam arti
masyarakat mengetahui pentingnya
pemberantasan korupsi.

(Haarhuis : 2005)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional 68


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 14
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

TOP-DOWN APPROACH
Pendekatan dari atas atau top-down
dilakukan dengan melaksanakan
reformasi di segala bidang baik hukum,
politik , ekonomi maupun administrasi
pemeritahan. Corruption is a symptom of
a weak state and weak institution,
sehingga harus ditangani dengan cara
melakukan reformasi di segala bidang.

(Haarhuis : 2005)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional 69
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 14
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Bahan Diskusi/Tugas

Dari 2 (dua) macam pendekatan untuk melaksanakan


program anti-korupsi, diskusikanlah dengan rekan-
rekan anda, pendekatan mana yang anda rasa lebih
baik? Apa kelemahan dan kelebihan pendekatan dari
bawah (bottom-up) dan pendekatan dari atas (top-
down)? Mana yang kira-kira lebih efektif untuk
pemberantasan korupsi? Anda dapat menambahkan
opini anda dan rekan-rekan anda, sehingga diskusi
akan bertambah menarik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional 70


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 14
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

GERAKAN LEMBAGA SWADAYA


INTERNASIONAL (INTERNATIONAL NGOs)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional 71


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 15
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

GERAKAN LEMBAGA SWADAYA


INTERNASIONAL (INTERNATIONAL NGOs)

POSISI INDONESIA DALAM INDEKS


PERSEPSI KORUPSI TI
Tahun 2002-2008

NOMOR/ JUMLAH
TAHUN SCORE CPI PERINGKA NEGARA
T YANG
DISURVEY
2002 1.9 96 102
2003 1.9 122 133
2004 2.0 133 145
2005 2.2 137 158
2006 2.4 130 163
2007 2.3 143 179
2008 2.6 126 166
Sumber : www.transparency.org
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional 72
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 15
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

GERAKAN LEMBAGA SWADAYA


INTERNASIONAL (INTERNATIONAL NGOs)

• Salah satu program TIRI adalah membuat jejaring


dengan universitas untuk mengembangkan
kurikulum Pendidikan Integritas dan/atau
Pendidikan Anti Korupsi di perguruan tinggi.
Jaringan ini di Indonesia disingkat dengan nama I-
IEN atau Indonesian-Integrity Education Network.

• TIRI berkeyakinan bahwa dengan mengembangkan


kurikulum Pendidikan Integritas dan/atau
Pendidikan Anti Korupsi, mahasiswa dapat
mengetahui bahaya laten korupsi bagi masa depan
bangsa.
www.i-ien.org www.tiri.org

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional 73


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 16
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional 74


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 17
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

INSTRUMEN INTERNASIONAL
PENCEGAHAN KORUPSI

United Nations Convention against


Corruption (UNCAC)  telah
ditandatangani oleh lebih dari 140 negara.
Penandatanganan pertama kali dilakukan pada
konvensi internasional yang diselenggarakan di
Mérida, Yucatán, Mexico, pada tanggal 31
Oktober 2003.;

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional 75


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 18
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

INSTRUMEN INTERNASIONAL
PENCEGAHAN KORUPSI

Convention on Bribery of Foreign Public


Official in International Business
Transaction  konvensi internasional yang
dipelopori oleh OECD. Konvensi ini menetapkan
standar-standar hukum yang mengikat (legally
binding) negara-negara peserta untuk
mengkriminalisasi pejabat publik asing yang
menerima suap (bribe) dalam transaksi bisnis
internasional.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional 76


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 19
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

BELAJAR DARI NEGARA LAIN

Hongkong :
Malaysia : the Indonesia :
Independent
Filipina : Malaysia Anti- Komisi
Commission
Lembaga Corruption Pemberantas
Commission against
Ombudsman; an Korupsi
(MACC); Corruption
(KPK).
(ICAC);

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional 77


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 20
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

ARTI PENTING RATIFIKASI KONVENSI


ANTI KORUPSI BAGI INDONESIA

• Ratifikasi United Nations Convention


against Corruption (UNCAC), 2003 dengan
Undang-Undang No. 7 Tahun 2006, LN 32
Tahun 2006;

• Kewajiban Pemerintah Indonesia untuk


melaksanakan isi konvensi internasional
dan melaporkan perkembangan
pencegahan dan pemberantasan korupsi di
Indonesia.
.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional 78
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 21
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Bahan Diskusi/Tugas

Ada beberapa isu penting yang masih menjadi kendala


dalam pemberantasan korupsi di tingkat internasional. Isu
tersebut misalnya mengenai pengembalian aset hasil
tindak pidana korupsi, pertukaran tersangka, terdakwa
maupun narapidana tindak pidana korupsi dengan negara-
negara lain, juga kerjasama interpol untuk melacak pelaku
dan mutual legal assistance di antara negara-negara.
Beberapa negara masih menjadi surga untuk menyimpan
aset hasil tindak pidana korupsi karena sulit dan kakunya
pengaturan mengenai kerahasiaan bank.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional 79


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 22
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Selamat datang
generasi
muda anti-
korupsi

Indonesia akan
lebih baik jika
tanpa korupsi

Lomba poster KPK, Karya : Christian Tumpak

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi 80


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 23
Pendidikan Anti-Korupsi
Untuk Perguruan Tinggi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI

Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 81 1


PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Bab
07

DELIK KORUPSI
DALAM RUMUSAN
UNDANG-UNDANG
“Never let corruptors
unpunished“

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 82


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 2
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Kompetensi Dasar
POKOK BAHASAN
Tindak Pidana Korupsi dalam
1.Mahasiswa memahami sejarah
Peraturan Perundang-undangan di
pemberantasan Tindak Pidana
Indonesia
Korupsi;
2.Mahasiswa memahami alasan
dan latar belakang perubahan SUB POKOK BAHASAN
1.Sejarah Pemberantasan Tindak Pidana
peraturan perundang-undangan
Korupsi;
Tindak Pidana Korupsi dan 2.Latar Belakang Lahirnya Delik Korupsi
peraturan perundang-undangan lain dalam Perundang-undangan Korupsi;
yang terkait; 3.Delik Korupsi menurut Undang-undang
3.Mahasiswa mengetahui Tindak Nomor 31 tahun 1999 juncto Undang-
Pidana Korupsi dalam peraturan undang Nomor 20 tahun 2001 tentang
perundang-undangan; Perubahan atas Undang-undang Nomor
4.Mahasiswa mampu menjelaskan 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi;
bentuk-bentuk perbuatan korupsi
4.Gratifikasi.
yang dilarang.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 83


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 3
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Sejarah Perundang-undangan Korupsi

di Indonesia

Sejarah Perundang-undangan Korupsi:


1. Delik korupsi dalam KUHP
2. Peraturan Pemberantasan Korupsi Penguasa
Perang Pusat Nomor Prt/ Peperpu/013/1950
3. Undang-Undang No.24 (PRP) tahun 1960
tentang Tindak Pidana Korupsi
4. Undang-Undang No.3 Tahun 1971 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
5. TAP MPR No. XI/MPR/1998 tentang
Penyelenggara Negara yang Bersih dan
Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 84


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 5
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

6. Undang-Undang No.28 Tahun 1999 tentang


Penyelenggara Negara yang Bersih dan
Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
7. Undang-Undang No.31 tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
8. Undang-undang No. 20 tahun 2001 tentang
Perubahan atas Undang-undang No. 31
tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi
9. Undang-undang No. 30 tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 85


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 6
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

10. Undang-undang No. 7 tahun 2006 tentang


Pengesahan United Nation Convention Against
Corruption (UNCAC) 2003

11. Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2000


tentang Peranserta Masyarakat dan Pemberian
Penghargaan dalam Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

12. Instruksi Presiden No. 5 tahun 2004 tentang


Percepatan Pemberantasan Korupsi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 86


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 7
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 87


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 8
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

B. UU No. 31 tahun 1999

“Setiap Orang” (Pasal 1 angka 3)


a. Orang perseorangan: siapa saja, setiap orang, pribadi kodrati;
b. Korporasi (Pasal 1 angka 1): kumpulan orang atau kekayaan yang
berorganisasi, baik merupakan badan hukum maupun bukan
badan hukum;
c. Pegawai Negeri:
- pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam UU tentang
kepegawaian
- pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam KUHP,
- orang yang menerima gaji/upah dari keuangan negara/daerah,
- orang yang menerima gaji/upah dari suatu korporasi yang
menerima bantuan dari keuangan negara/daerah
- orang yang mempergunakan modal atau fasilitas dari
negara/masyarakat

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 88


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 9
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Undang-undang No. 43 tahun 1999


tentang Kepegawaian

Pegawai Negeri adalah setiap


warga negara Republik Indonesia
yang telah memenuhi syarat
yang ditentukan, diangkat oleh
pejabat yang berwenang dan
diserahi tugas dalam suatu
jabatan negeri, atau diserahi
tugas negara lainnya, dan digaji
berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang
berlaku
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 89
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 10
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Pengertian Pegawai Negeri menurut


KUHP
Pasal 92 ayat (1)
Yang disebut pejabat, termasuk juga orang-
orang yang dipilih dalam pemilihan yang
diadakan berdasarkan aturan-aturan umum,
begitu juga orang-orang yang, bukan karena
pemilihan, menjadi anggota badan pembentuk
undang-undang badan pemerintahan, atau
badan perwakilan rakyat, yang dibentuk oleh
Pemerintah atau atas nama Pemerintah; begitu
juga semua anggota dewan waterschap, dan
semua kepala rakyat Indonesia asli dan kepala
golongan Timur Asing yang menjalankan
kekuasaan yang sah.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 90
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 11
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Pengertian Pegawai Negeri menurut


KUHP
Pasal 92 ayat (2)

Yang disebut pejabat dan Hakim termasuk juga


Hakim wasit; yang disebut Hakim termasuk juga
orang-orang yang menjalankan peradilan
administratif, serta ketua-ketua dan anggota-
anggota pengadilan agama.

Pasal 92 ayat (3)

Semua anggota angkatan perang juga dianggap


sebagai pejabat

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 91


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 12
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Delik Korupsi dalam Rumusan


Undang-undang
1. Rumusan delik yang berasal dari
pembuat undang-undang
2. Rumusan delik yang berasal dari KUHP;
a) Delik korupsi yang ditarik secara mutlak
dari KUHP, yaitu menyangkut delik
korupsi dalam arti materil dan keuangan.
Contoh: Pasal 209, 210, dan 387 KUHP.
b) Delik korupsi yang ditarik tidak secara
mutlak dari KUHP, yaitu yang menjadi
delik korupsi dalam kaitan dengan
pemeriksaan tindak pidana korupsi.
Contoh: Pasal 220, 231, dan 421 KUHP.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 92


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 13
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Delik Korupsi yang Dirumuskan oleh


Pembuat Undang-undang

1. Pasal 2
2. Pasal 3
3. Pasal 13
4. Pasal 15
UU No. 31 tahun 1999

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 93


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 14
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Delik Korupsi dalam Rumusan


Undang-undang
Pasal 2 ayat (1):

• Setiap orang
• secara melawan hukum
• memperkaya diri sendiri/orang lain/suatu
korporasi
• dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara

Ayat (2):

Dilakukan dalam keadaan tertentu


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 94
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 15
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Delik Korupsi dalam Rumusan


Undang-undang
UU No. 20/2001

Pasal 1 angka 1:

“Pasal 2 ayat (2) substansi tetap, penjelasan pasal diubah sehingga…”

Penjelasan Pasal 1 angka 1:

“Pasal 2 ayat (2)


… adalah keadaan yang dapat dijadikan alasan pemberatan pidana bagi
pelaku tindak pidana korupsi yaitu apabila tindak pidana tersebut
dilakukan,
• terhadap dana-dana yang diperuntukkan bagi
penanggulangan: keadaan bahaya, bencana alam nasional, akibat
kerusuhan sosial yang meluas, krisis ekonomi/moneter; dan
• pengulangan tindak pidana korupsi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 95


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 16
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Delik Korupsi dalam Rumusan


Undang-undang
Pasal 3:

• Setiap orang
•dengan tujuan menguntungkan diri
sendiri/orang lain/korporasi
•menyalahgunakan kewenangan,
kesempatan, atau sarana yang ada
padanya karena jabatan.kedudukan
•Dapat merugikan keuangan/
perekonomian negara
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 96
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 17
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Delik Korupsi dalam Rumusan


Undang-undang
Pasal 13:
•Setiap orang
•Memberi hadiah/janji
•Kepada pegawai negeri
•Dengan mengingat kekuasaan/
wewenang yang melekat pada
jabatan/kedudukannya, atau oleh
pemberi hadiah/janji dianggap melekat
pada jabatan/kedudukan tersebut

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 97


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 18
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Delik Korupsi dalam Rumusan


Undang-undang

Pasal 15:

• Setiap orang
• Yang mencoba/ membantu/
bermufakat jahat untuk
melakukan tindak pidana
korupsi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 98


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 19
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perumusan Delik yang Berasal dari


KUHP
Ditarik secara mutlak:

UU No. 31/1999 jo UU No. 20/2001


Ps. 209 (1) ke-1 = Ps. 5 (1) a
Ps. 209 (1) ke-2 = Ps. 5 (1) b
Ps. 210 (1) ke-1 = Ps. 6 (1) a
Ps. 210 (1) ke-2 = Ps. 6 (1) b
Ps. 387 (1) = Ps. 7 (1) a
Ps. 387 (2) = Ps. 7 (1) b
Ps. 388 (1) = Ps. 7 (1) c

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 99


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 21
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perumusan Delik yang Berasal dari


KUHP

Ps. 388 (2) = Ps. 7 (1) d Ps. 420 (1) ke-1 = Ps. 12 c
Ps. 415 = Ps. 8 Ps. 420 (1) ke-2 = Ps. 12 d
Ps. 416 = Ps. 9 Ps. 423 = Ps. 12 e
Ps. 417 = Ps. 10 Ps. 425 ke-1 = Ps. 12 f
Ps. 418 = Ps. 11 Ps. 425 ke-2 = Ps. 12 g
Ps. 419 ke-1 = Ps. 12 a Ps. 425 ke-3 = Ps. 12 h
Ps. 419 ke-2 = Ps. 12 b Ps. 435 = Ps. 12 i

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 100


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 22
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perumusan Delik yang Berasal dari


KUHP
Ditarik tidak secara mutlak:

UU No. 31/1999
jo
UU. No. 20/2001

Ditarik melalui Pasal 23, yaitu:


Pasal 220, 231, 421, 422, 429, dan 430 KUHP

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 101


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 23
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perumusan Delik yang Berasal dari


KUHP

Ps. 5 UU No. 31/1999 jo UU No. 20/2001 (Ps. 209


KUHP)

ayat (1) huruf a


“Barangsiapa memberi atau menjanjikan sesuatu kepada
seorang pejabat dengan maksud supaya digerakkan
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam
jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya”

ayat (1) huruf b


“Barangsiapa memberi sesuatu kepada seorang pejabat
karena atau berhubung dengan sesuatu yang
bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak
dilakukan dalam jabatannya”
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 102
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 24
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perumusan Delik yang Berasal dari


KUHP

Yurisprudensi yang berkaitan dengan Pasal


209 KUHP:

1.H.R. 24 Nov. 1890, W.5969


Pasal ini dapat juga diperlakukan seandainya
hadiah itu tidak diterima

2.H.R. 25 April 1916. N.J. 1916, 300, W. 9896.


“memberi hadiah” di sini mempunyai arti yang lain
daripada menghadiahkan sesuatu semata-mata karena
kemurahan hati. Ia meliputi setiap penyerahan dari sesuatu
yang bagi orang lain mempunyai nilai.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 103


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 25
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perumusan Delik yang Berasal dari


KUHP

3. M.A. 22 Juni 1955 No. 145 K/Kr/1955.


Pasal 209 KUHP tidak mensyaratkan bahwa
pemberian itu diterima dan maksud daripada Pasal
209 KUHP ialah untuk menetapkan sebagai suatu
kejahatan tersendiri, suatu percobaan yang dapat
dihukum menyuap.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 104


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 26
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perumusan Delik yang Berasal dari


KUHP

Pasal 5 ayat (2)

Bagi pegawai negeri atau penyelenggara


negara yang menerima pemberian atau janji
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf a atau huruf b, dipidana dengan
pidana yang sama sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1).

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 105


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 27
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perumusan Delik yang Berasal dari


KUHP
Ps. 6 UU No. 31/1999 jo UU. No. 20/2001 (Ps. 210 KUHP)

ayat (1) huruf a


“Barangsiapa memberi atau menjanjikan sesuatu kepada
Hakim, dengan maksud untuk mempengaruhi putusan
tentang perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili”

ayat (1) huruf b


“Barangsiapa memberi atau menjanjikan sesuatu kepada
seorang, yang menurut ketentuan undang-undang
ditentukan menjadi advokat untuk menghadiri suatu sidang
pengadilan, dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat
atau pendapat yang akan diberikan berhubung dengan
perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili”
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 106
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 28
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perumusan Delik yang Berasal dari


KUHP

Pasal 8 UU No. 31/1999 jo 20/2001 (Ps. 415


KUHP)

... pegawai negeri atau orang selain pegawai


negeri yang ditugaskan menjalankan suatu
jabatan umum secara terus menerus atau untuk
sementara waktu, dengan sengaja
menggelapkan uang atau surat berharga yang
disimpan karena jabatannya, atau membiarkan
uang atau surat berharga tersebut diambil atau
digelapkan oleh orang lain, atau membantu
dalam melakukan perbuatan tersebut.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 107
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 29
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perumusan Delik yang Berasal dari


KUHP
1. H.R. 27 Juli 1938, 1939 No. 123
Bagi seorang pegawai kantor pos, benda-benda
pos seperti perangko, materai, kartu pos dan
sebagainya itu merupakan surat-surat berharga.
Berdasarkan undang-undang Pos, benda-benda
tersebut diperuntukkan guna membayar
beberapa hak dan kewajiban tertentu, sehingga
di dalam peredarannya benda-benda tersebut
mempunyai suatu fungsi, yang disebut sebagai
kertas berharga.
2. M.A. 23 Maret 1957 No. 73 K/Kr/1956
Dipergunakannya sejumlah uang oleh pegawai
negeri untuk pos lain daripada yang telah
ditentukan, merupakan kejahatan penggelapan
termaksud Pasal 415 KUHP.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 108


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 30
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perumusan Delik yang Berasal dari


KUHP

Ps. 11 UU. No. 31/1999 jo UU No. 20/2001 (Ps.


418 KUHP)

“Pegawai negeri atau penyelenggara negara


yang menerima hadiah atau janji padahal
diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau
janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau
kewenangan yang berhubungan dengan
jabatannya, atau yang menurut pikiran orang
yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada
hubungan dengan jabatannya”
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 109
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 31
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perumusan Delik yang Berasal dari


KUHP
Yurisprudensi yang berkaitan dengan Pasal 418 KUHP:

1. H.R. 10 April 1893, W. 6333.


Adalah tidak perlu bahwa pemberian itu diterima oleh
si pegawai negeri di dalam sifatnya sebagai pegawai
negeri.

2. M.A. 13 Desember 1960 No. 50 K/Kr/1960.


Undang-undang atau hukum tidak mengenal
ketentuan, bahwa apabila seorang pegawai negeri
dituduh melakukan kejahatan yang dimaksud oleh
Pasal 418 KUHP, maka orang yang memberi kepada
pegawai negeri itu harus dituntut lebih dahulu atas
kejahatan tersebut di dalam Pasal 209 KUHP

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 110


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 32
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perumusan Delik yang Berasal dari


KUHP
3. M.A. 19 November 1974 No. 77 K/Kr/1973
Terdakwa dipersalahkan melakukan korupsi c.q. menerima
hadiah, walaupun menurut anggapannya uang yang diterima
itu dalam hubungannya dengan kematian keluarganya,
lagipula penerima barang-barang itu bukan terdakwa
melainkan istri/atau anak-anak terdakwa.

4. M.A. 23 Desember 1955 No. 1/1955/M.A.Pid.


Seorang menteri adalah “pegawai negeri” dalam arti yang
dimaksudkan di dalam pasal-pasal 418 dan 419 KUHP.
Dalam hal dua orang atau lebih dituduh bersama-sama dan
bersekutu melakukan kejahatan menurut pasal-pasal 418
dan 419 KUHP, tidaklah perlu masing-masing dari mereka,
memenuhi segala unsur yang oleh pasal itu dirumuskan
untuk tindak pidana tersebut. In casu tidak perlu mereka
semua melakukan tindakan menerima uang.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 111


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 33
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perumusan Delik yang Berasal dari


KUHP
Ps. 12 a UU No. 31/1999 jo UU No. 20/2001 (Ps. 419 ke-1
KUHP)
“Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima
hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa
hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar
melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang
bertentangan dengan kewajibannya”

Ps. 12 b UU No. 31/1999 jo UU No. 20/2001 (Ps. 419 ke-2


KUHP)
“Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima
hadiah, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah
tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah
melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang
bertentangan dengan kewajibannya”
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 112
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 34
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perumusan Delik yang Berasal dari


KUHP
H.R. 4 Februari 1947, 1947 No. 170

Untuk “pengetahuan” seperti yang dimaksudkan


dalam angka 1 hanyalah apakah pegawai negeri
itu menyadari bahwa pemberian itu dimaksudkan
untuk menggerakkan dirinya untuk melakukan
sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannya
di dalam pelaksanaan tugasnya; tidak menjadi
soal apakah yang memberikan itu mempunyai
maksud bahwa perbuatan itu akan dilakukan atau
tidak.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 113


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 35
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perumusan Delik yang Berasal dari


KUHP

Pasal 12 huruf c UU No. 31/1999 jo UU No.


20/2001 (Pasal 420 ayat (1) ke-1 KUHP)

“Hakim yang menerima hadiah atau janji,


padahal diketahui atau patut diduga bahwa
hadiah atau janji tersebut diberikan untuk
mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan
kepadanya untuk diadili”

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 114


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 36
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perumusan Delik yang Berasal dari


KUHP
Pasal 12 huruf d UU No. 31/1999 jo UU No.
20/2001 (Pasal 420 ayat (1) ke-2 KUHP)

“seseorang yang menurut ketentuan peraturan


perundang-undangan ditentukan menjadi advokat
untuk menghadiri sidang pengadilan, menerima
hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut
diduga bahwa hadiah atau janji tersebut untuk
mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan
diberikan, berhubung dengan perkara yang
diserahkan kepada pengadilan untuk diadili”

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 115


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 37
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perumusan Delik yang Berasal dari


KUHP
Pasal 12 huruf e UU No. 31/1999 jo UU No.
20/2001 (Pasal 423 KUHP)

“pegawai negeri atau penyelenggara negara


yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri
atau orang lain secara melawan hukum, atau
dengan menyalahgunakan kekuasaannya
memaksa seseorang memberikan sesuatu,
membayar, atau menerima pembayaran dengan
potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi
dirinya sendiri”

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 116


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 38
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perumusan Delik yang Berasal dari


KUHP

Pasal 12 huruf f UU No. 31/1999 jo UU No.


20/2001 (Pasal 425 ke-1 KUHP)

“pegawai negeri atau penyelenggara negara


yang pada waktu menjalankan tugas meminta,
menerima, atau memotong pembayaran kepada
pegawai negeri atau penyelenggara negara
yang lain atau kepada kas umum, seolah-olah
pegawai negeri atau penyelenggara negara
yang lain atau kas umum tersebut mempunyai
utang kepadanya, padahal diketahui bahwa hal
tersebut bukan merupakan utang”

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 117


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 39
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perumusan Delik yang Berasal dari


KUHP
Pasal 220 KUHP

“Barangsiapa memberitahukan atau


mengadukan bahwa dilakukan suatu
perbuatan pidana, padahal mengetahui
bahwa tidak dilakukan itu…”

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 118


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 40
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perumusan Delik yang Berasal dari


KUHP

Pasal 421 KUHP

“seorang pejabat yang dengan


menyalahgunakan kekuasaan
memaksa seseorang untuk melakukan,
tidak melakukan, atau membiarkan
sesuatu, …”

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 119


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 41
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perumusan Delik yang Berasal dari


KUHP

Pasal 422 KUHP

“seorang pejabat yang dalam suatu


perkara pidana, menggunakan sarana
paksaan baik untuk memeras
pengakuan, maupun untuk
mendapatkan keterangan, …”

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 120


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 42
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 121


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 43
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Gratifikasi
Dasar Pemikiran:

“Tidak sepantasnya pegawai negeri/pejabat


publik menerima pemberian atas pelayanan
yang mereka berikan”

“Seseorang tidak berhak meminta dan


mendapat sesuatu melebihi haknya sekedar
ia melaksanakan tugas sesuai
tanggungjawab dan kewajibannya”

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 122


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 44
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Gratifikasi

Gagasan Plato (427 SM – 347 SM)

“Para pelayan bangsa harus


memberikan pelayanan mereka tanpa
menerima hadiah-hadiah. Mereka yang
membangkang, kalau terbukti bersalah,
harus dibunuh tanpa upacara”

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 123


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 45
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Gratifikasi
Dasar hukum:
Pasal 12 B UU No. 31/1999 jo UU No. 20/2001

Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau


penyelenggara negara dianggap pemberian
suap, apabila berhubungan dengan jabatannya
dan yang berlawanan dengan kewajiban atau
tugasnya.

Pengertian:
adalah pemberian dalam arti luas, meliputi
pemberian uang, rabat (diskon), komisi,
pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas
penginapan, perjalanan wisata, pengobatan
cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. (Penjelasan
Pasal 12B)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 124
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 46
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Gratifikasi

Gratifikasi merupakan setiap penerimaan


seseorang dari orang lain yang bukan
tergolong ke dalam tindak pidana suap.

Gratifikasi kepada pegawai


negeri/penyelenggara negara yang
berhubungan dengan jabatan atau
kedudukannya dianggap suap.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 125


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 47
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Gratifikasi

Rumus:

Suap = Gratifikasi + Jabatan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 126


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 48
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Gratifikasi

Pembuktian Gratifikasi

1. oleh penerima gratifikasi, apabila


nilainya Rp. 10,000,000,00 (sepuluh juta
rupiah) atau lebih.

2. oleh penuntut umum, apabila nilainya


kurang dari Rp. 10,000,000,00 (sepuluh juta
rupiah)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 127


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 49
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Gratifikasi

Gratifikasi tidak dianggap sebagai


suap apabila penerima
menyampaikan laporan kepada
Komisi Pemberantasan Korupsi,
selambat-lambatnya 30 hari
sejak menerima gratifikasi tersebut

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 128


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 50
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Tatacara Pelaporan dan


Penentuan Status Gratifikasi
(Pasal 16 UU No. 31/1999 jo.
UU No. 20/2001
1. Laporan ditujukan kepada KPK, dibuat
secara tertulis dengan mengisi formulir
dan melampirkan dokumen terkait (bila
ada).
2. Laporan setidaknya memuat nama serta
alamat pemberi dan penerima gratifikasi,
jabatan, tempat/waktu/nilai gratifikasi.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 129


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 51
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Tatacara Pelaporan dan


Penentuan Status Gratifikasi
(Pasal 16 UU No. 31/1999 jo.
UU No. 20/2001
3. Dalam kurun waktu 30 hari sejak
laporan diterima, KPK akan menetapkan
status gratifikasi tersebut menjadi milik
penerima atau milik negara.

Gratifikasi yang menjadi milik negara


wajib diserahkan kepada Menteri
Keuangan paling lambat 7 (tujuh) hari
setelah ditetapkan.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 130


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 52
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Selamat datang
generasi
muda anti-
korupsi

Indonesia akan
lebih baik jika
tanpa korupsi

Lomba poster KPK, Karya : Christian Tumpak

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 131


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 54
Pendidikan Anti-Korupsi
Untuk Perguruan Tinggi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI

Peran Mahasiswa Dalam Gerakan Anti-korupsi 1


PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Bab
08

PERAN
MAHASISWA
DALAM GERAKAN
“No impunity to ANTI-KORUPSI
corruptors“

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 2
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Kompetensi Dasar
1. Mahasiswa mampu POKOK BAHASAN
memahami perilaku korupsi Peranan dan keterlibatan
dengan memperhatikan mahasiswa dalam
berbagai peristiwa yang pencegahan korupsi
terjadi di lingkungan
keluarga, kampus,
masyarakat sekitar, dan
SUB POKOK BAHASAN
lingkup nasional. 1.Gerakan Anti Korupsi
2. Mahasiswa mampu dan 2.Peranan Mahasiswa
berani untuk melakukan 3.Keterlibatan Mahasiswa
berbagai bentuk tindakan
pencegahan korupsi.
3. Mahasiswa mampu
menginternalisasi perilaku
anti korupsi ke dalam
kehidupan sehari-hari.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 3
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

LATAR BELAKANG

 Korupsi adalah kejahatan luar biasa (extra


ordinary crime) yang berdampak sangat
luar biasa
 Berdampak buruk pada seluruh sendi
kehidupan manusia
 Merupakan salah satu faktor penyebab
utama tidak tercapainya keadilan dan
kemakmuran suatu bangsa

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 5
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

LATAR BELAKANG

 Berdampak buruk pada sistem


perekonomian,
 sistem demokrasi, sistem politik, sistem
hukum, sistem pemerintahan, dan tatanan
sosial kemasyarakatan
 Dapat merendahkan martabat suatu bangsa
dalam tata pergaulan internasional
 Korupsi sebagai musuh bersama (common
enemy) yang harus kita perangi bersama-
sama dengan sungguh-sungguh

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 6
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

A. GERAKAN ANTI-KORUPSI

• Korupsi di Indonesia sudah berlangsung


lama. Berbagai upaya pemberantasan
korupsipun sudah dilakukan sejak tahun-
tahun awal setelah kemerdekaan
• Dimulai dari Tim Pemberantasan Korupsi
pada tahun 1967 sampai dengan
pendirian KPK pada tahun 2003

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 8
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

GERAKAN ANTI-KORUPSI

• Berdasarkan UU No.30 tahun 2002,


Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
dirumuskan sebagai serangkaian tindakan
untuk mencegah dan memberantastindak
pidana korupsi - melalui upaya koordinasi,
supervisi, monitor, penyelidikan, penyidikan,
penuntutan, dan pemeriksaan di sidang
pengadilan - dengan peran serta masyarakat
berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 9
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

GERAKAN ANTI-KORUPSI

• Upaya pemberantasan korupsi tidak akan


pernah berhasil tanpa melibatkan peran serta
masyarakat.
• Dengan demikian dalam strategi
pemberantasan korupsi terdapat 3 (tiga) unsur
utama, yaitu: pencegahan, penindakan, dan
peran serta masyarakat.
• Salah satu upaya pemberantasan korupsi
adalah dengan sadar melakukan suatu
Gerakan Anti-korupsi di masyarakat

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 10
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

GERAKAN ANTI-KORUPSI

• Korupsi itu terjadi jika ada pertemuan antara tiga faktor


utama, yaitu: niat, kesempatan dan kewenangan.
• Niat adalah unsur setiap tindak pidana yang lebih
terkait dengan individu manusia, misalnya perilaku dan
nilai-nilai yang dianut oleh seseorang.
• Kesempatan lebih terkait dengan sistem yang ada.
• Kewenangan yang dimiliki seseorang akan secara
langsung memperkuat kesempatan yang tersedia.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 11
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

GERAKAN ANTI-KORUPSI

• Meskipun muncul niat dan terbuka kesempatan


tetapi tidak diikuti oleh kewenangan, maka
korupsi tidak akan terjadi.
• Dengan demikian, korupsi tidak akan terjadi
jika ketiga faktor tersebut, yaitu niat,
kesempatan,
• dan kewenangan tidak ada dan tidak bertemu.
• Upaya memerangi korupsi pada dasarnya
adalah upaya untuk menghilangkan atau
setidaknya meminimalkan ketiga faktor
tersebut.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 12
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

GERAKAN ANTI-KORUPSI

• Meskipun muncul niat dan terbuka kesempatan


tetapi tidak diikuti oleh kewenangan, maka
korupsi tidak akan terjadi.
• Dengan demikian, korupsi tidak akan terjadi
jika ketiga faktor tersebut, yaitu niat,
kesempatan,
• dan kewenangan tidak ada dan tidak bertemu.
• Upaya memerangi korupsi pada dasarnya
adalah upaya untuk menghilangkan atau
setidaknya meminimalkan ketiga faktor
tersebut.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 13
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

B. PERAN MAHASISWA

Dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia tercatat


bahwa mahasiswa mempunyai peranan yang sangat
penting.
• Kebangkitan Nasional tahun 1908
• Sumpah Pemuda tahun 1928
• Proklamasi Kemerdekaan NKRI tahun 1945
• Lahirnya Orde Baru tahun 1966
• Reformasi tahun 1998.
Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam peristiwa-peristiwa
besar tersebut mahasiswa tampil di depan sebagai
motor penggerak dengan berbagai gagasan, semangat
dan idealisme yang mereka miliki.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 15
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

B. PERAN MAHASISWA

Mahasiswa memiliki karakteristik:


intelektualitas, jiwa muda, dan
idealisme
Dengan kemampuan intelektual yang tinggi, jiwa
muda yang penuh semangat, dan idealisme
yang murni telah terbukti bahwa mahasiswa
selalu mengambil peran penting dalam sejarah
perjalanan bangsa ini.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 16
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

B. PERAN MAHASISWA

Mahasiswa didukung oleh modal dasar yang


mereka miliki, yaitu: intelegensia,
kemampuan berpikir kritis, dan keberanian
untuk menyatakan kebenaran.
Dengan kompetensi yang mereka miliki tersebut
mahasiswa diharapkan mampu menjadi agen
perubahan, mampu menyuarakan kepentingan
rakyat, mampu mengkritisi kebijakan-kebijakan
yang koruptif, dan mampu menjadi watch dog
lembaga-lembaga negara dan penegak hukum.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 17
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Tantangan pemuda
masa lalu adalah
perjuangan
kemerdekaan
Indonesia dengan
memerangi
penjajah..,
..tantangan
generasi muda
Indonesia saat ini
adalah memerangi
korupsi!

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 18
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

C. KETERLIBATAN MAHASISWA

Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan


anti korupsi pada dasarnya dapat
dibedakan menjadi empat wilayah, yaitu:

• Lingkungan keluarga
• Lingkungan kampus
• Masyarakat sekitar
• Tingkat lokal/nasional

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 20
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

1. DALAM KELUARGA

a) Apakah dalam mengendarai kendaraan


bermotor bersama ayahnya atau anggota
keluarga yang lain, peraturan lalin dipatuhi?
Misalnya: tidak berbelok/berputar di tempat
dimana ada tanda larangan berbelok/
berputar, tidak menghentikan kendaraan
melewati batas marka jalan tanda berhenti di
saat lampu lalu lintas berwarna merah, tidak
memarkir/menghentikan kendaraan di
tempat dimana terdapat tanda dilarang
parkir/berhenti, dsb.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 21
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

DALAM KELUARGA

b) Apakah ketika berboncengan motor


bersama kakaknya atau anggota
keluarga lainnya, tidak menjalankan
motornya di atas pedestrian dan
mengambil hak pejalan kaki? Tidak
mengendarai motor berlawanan arah?
Tidak mengendarai motor melebihi
kapasitas (misalnya satu motor
berpenumpang 3 atau bahkan 4 orang?
Dsb).

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 22
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

DALAM KELUARGA

c) Apakah penghasilan orang tua tidak


berasal dari tindak korupsi? Apakah
orang tua tidak menyalahgunakan
fasilitas kantor yang menjadi haknya?

d) Apakah ada diantara anggota


keluarga yang menggunakan produk-
produk bajakan (lagu, film, software,
tas, sepatu, dsb.)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 23
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

DALAM KELUARGA

Pelajaran yang dapat diambil dari


lingkungan keluarga ini adalah tingkat
ketaatan seseorang terhadap aturan/tata
tertib yang berlaku.

Substansi dari dilanggarnya aturan/tata tertib


adalah dirugikannya orang lain karena
haknya terampas. Terampasnya hak orang
lain merupakan cikal bakal dari tindakan
korupsi.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 24
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

2. DI LINGKUNGAN KAMPUS

Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti-korupsi


di lingkungan kampus dapat dibagi ke dalam dua
wilayah, yaitu: untuk individu mahasiswanya sendiri,
dan untuk komunitas
mahasiswa.
Untuk konteks individu, seorang mahasiswa
diharapkan dapat mencegah agar dirinya sendiri
tidak berperilaku koruptif dan tidak korupsi.
Sedangkan untuk konteks komunitas, seorang
mahasiswa diharapkan dapat mencegah agar rekan-
rekannya sesama mahasiswa dan organisasi
kemahasiswaan di kampus tidak berperilaku koruptif
dan tidak korupsi.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 25
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

DI LINGKUNGAN KAMPUS

Berbagai bentuk kegiatan dapat dilakukan untuk


menanamkan nilai-nilai anti korupsi kepada komunitas
mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan.
Kegiatan kampanye, sosialisasi, seminar,pelatihan,
kaderisasi, dan lain-lain dapat dilakukan untuk
menumbuhkan budaya anti korupsi.
Kegiatan kampanye ujian bersih atau anti mencontek
misalnya, dapat dilakukan untuk menumbuhkan antara
lain nilai-nilai kerja keras, kejujuran, tanggung jawab, dan
kemandirian.
Kantin kejujuran adalah contoh lain yang dapat dilakukan
untuk menumbuhkan nilai-nilai kejujuran dan tanggung
jawab.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 26
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

3. DI MASYARAKAT SEKITAR

Hal yang sama dapat dilakukan oleh mahasiswa atau


kelompok mahasiswa untuk mengamati lingkungan di
lingkungan masyarakat sekitar, misalnya:

a. Apakah kantor-kantor pemerintah menjalankan fungsi


pelayanan kepada masyarakatnya dengan sewajarnya:
pembuatan KTP, SIM, KK, laporan kehilangan, pelayanan
pajak? Adakah biaya yang diperlukan untuk pembuatan
surat-surat atau dokumen tersebut? Wajarkah jumlah
biaya dan apakah jumlah biaya tersebut resmi diumumkan
secara transparan sehingga masyarakat umum tahu?

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 27
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

DI MASYARAKAT SEKITAR

c. Apakah infrastruktur kota bagi pelayanan publik sudah


memadai? Misalnya: kondisi jalan, penerangan
terutama di waktu malam, ketersediaan fasilitas
umum, rambu-rambu penyeberangan jalan, dsb

c. Apakah pelayanan publik untuk masyarakat miskin


sudah memadai? Misalnya: pembagian kompor gas,
Bantuan Langsung Tunai, dsb

c. Apakah akses publik kepada berbagai informasi


mudah didapatkan?

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 28
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

3. DI TINGKAT LOKAL DAN


NASIONAL

Dalam konteks nasional, keterlibatan seorang


mahasiswa dalam gerakan anti korupsi
bertujuan agar dapat mencegah terjadinya
perilaku koruptif dan tindak korupsi yang masif
dan sistematis di masyarakat. Mahasiswa
dengan kompetensi yang dimilikinya dapat
menjadi pemimpin (leader) dalam gerakan
massa anti korupsi baik yang bersifat lokal
maupun nasional.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 29
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

DI TINGKAT LOKAL DAN


NASIONAL

Berawal dari kegiatan-kegiatan yang terorganisir


dari dalam kampus, mahasiswa dapat
menyebarkan perilaku anti korupsi kepada
masyarakat luas, dimulai dari masyarakat yang
berada di sekitar kampus kemudian akan
meluas ke lingkup yang lebih luas.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 30
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Selamat datang
generasi muda
anti-korupsi

Indonesia akan
lebih baik jika
tanpa korupsi

Lomba poster KPK, Karya : Christian Tumpak

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 31

Anda mungkin juga menyukai