Anda di halaman 1dari 876

Week 9

PENGERTIAN
KORUPSI

1
Kompetensi Dasar
1. Mahasiswa mampu menjelaskan Pokok Bahasan
arti kata dan definisi korupsi secara
tepat dan benar;; Pengertian Korupsi
2. Mahasiswa mampu menjelaskan
bentuk-bentuk korupsi dan perilaku
Sub Pokok Bahasan
koruptif dengan benar;
3. Mahasiswa mampu membedakan 1. Definisi Korupsi
bentuk tindak pidana korupsi dan 2. Bentuk-bentuk Korupsi
perilaku koruptif;
4. Mahasiswa mampu menganalisis
perbuatan korupsi dan perilaku
koruptif di masyarakat;
5. Mahasiswa mampu mengevaluasi
dan memahami berbagai bentuk
tindak korupsi dan perilaku
koruptif.

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


REPUBLIK INDONESIA Pengertian Korupsi 2
DEFINISI KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Pengertian Korupsi 3
DEFINISI
KORUPSI “KORUPSI” dari bahasa Latin
“corruptio” atau “corruptus”
“corruptio” dari kata “corrumpere”,
 “corruption, corrupt” (Inggris),
“corruption” (Perancis) dan
“corruptie/korruptie” (Belanda).

kebusukan, keburukan, kebejatan,


ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral,
penyimpangan dari kesucian

Pengertian Korupsi
DEFINISI
KORUPSI Di Malaysia dipakai kata
“resuah” dari bahasa Arab
“risywah”,
menurut Kamus umum Arab-
Indonesia artinya korupsi.

Risywah (suap) secara terminologis berarti pemberian yang diberikan


seseorang kepada hakim atau lainnya untuk memenangkan
perkaranya dengan cara yang tidak dibenarkan atau untuk
memperoleh kedudukan Semua ulama sepakat mengharamkan
risywah yang terkait dengan pemutusan hukum, perbuatan ini
termasuk dosa.

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


REPUBLIK INDONESIA Pengertian Korupsi 5
PENGERTIAN
Korup artinya busuk, suka menerima uang suap/sogok,
1 memakai kekuasaan untuk kepentingan sendiri dan
sebagainya;

Korupsi artinya perbuatan busuk seperti


2 penggelapan uang, penerimaan uang sogok,
dan sebagainya;

3 Koruptor artinya orang yang melakukan korupsi.

Pengertian Korupsi 6
PENDAPAT PAKAR

corruptie adalah korupsi,


perbuatan curang, perbuatan
curang, tindak pidana yang
merugikan keuangan negara.

Subekti dan Tjitrosoedibio

Pengertian Korupsi 7
PENDAPAT PAKAR
menguraikan istilah korupsi dalam berbagai
bidang, yakni yang menyangkut masalah
penyuapan, yang berhubungan dengan
manipulasi di bidang ekonomi, dan yang
menyangkut bidang kepentingan umum.
Hal ini diambil dari definisi “financial
manipulations and deliction injurious
to the economiy are often labeled
corrupt”

Baharuddin Lopa mengutip


pendapat David M. Chalmers

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


REPUBLIK INDONESIA Pengertian Korupsi 8
Perbuatan korupsi menyangkut :

Sesuatu yang bersifat amoral,


Sifat dan keadaan yang busuk,
Menyangkut jabatan instansi atau aparatur
pemerintah,
Penyelewengan kekuasaan dalam jabatan
karena pemberian,
Menyangkut faktor ekonomi dan politik dan
penempatan keluarga atau golongan ke
dalam kedinasan di bawah kekuasaan
jabatan.

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


REPUBLIK INDONESIA Pengertian Korupsi 9
BENTUK KORUPSI
Kerugian Keuangan Negara

Suap Menyuap

Penggelapan Dalam Jabatan

Pemerasan

Perbuatan Curang

Benturan Kepentingan Dalam Pengadaan

Gratifikasi

Pengertian Korupsi 10
Korupsi di Indonesia sudah
‘MEMBUDAYA’ sejak dulu, sebelum dan
sesudah kemerdekaan, di era Orde
Lama, Orde Baru, berlanjut hingga era
Reformasi. Berbagai upaya telah
dilakukan untuk memberantas korupsi,
namun hasilnya masih jauh DARI
HARAPAN.

Diskusikan di dalam kelas, mengapa hal


ini masih dan terus terjadi?

Pengertian Korupsi 11
Lomba poster KPK, Karya : Arbi Syahrur Rajab Lomba poster KPK, Karya : Briliantina Latifah Hidayat

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


REPUBLIK INDONESIA Pengertian Korupsi 12
Selamat datang
generasi muda
anti-korupsi

Indonesia akan
lebih baik jika
tanpa korupsi

Lomba poster KPK, Karya : Christian Tumpak

Pengertian Korupsi 13
DAMPAK MASIF KORUPSI DAN
BIAYA SOSIAL
Dampak Masif Korupsi

• Ekonomi
. • Sosial dan Kemiskinan

• Birokrasi Pemerintahan
. • Politik dan Demokrasi

• Penegakan Hukum
• Pertahanan dan Keamanan
.
• Kerusakan lingkungan
Dampak Korupsi dalam Berbagai Bidang

Penurunsn
Produktivitas

Rendahnya
Lesunya
Kualitas
Pertumbuhan
Barang dan
Ekonomi dan
Jasa Untuk
Investasi
Publik
Ekonomi

Menurunnya
Meningkatnya
Pendapatan
Hutang
dari Sektor
Negara
Pajak
Dampak Korupsi dalam Berbagai Bidang

Sosial dan Kemiskinan

Meningkatnya Solidaritas
Pengentasan Terbatasnya Angka Sosial Semakin Demoralisasi
Mahalnya Akses bagi
Harga Jasa Kemiskinan Kriminalitas Langka
Berjalan Masyarakat
dan Pelayanan Miskin
Publik Lambat
Dampak Korupsi dalam Berbagai Bidang

Birokrasi Pemerintahan
Birokrasi
Runtuhnya
tidak Efisien Matinya Etika
Otoritas
Layanan Sosial-Politik
Pemerintahan
Publik
Dampak Korupsi dalam Berbagai Bidang

Munculnya Kepemimpinan
Korup

Menguatnya Plutokrasi

Hancurnya Kedaulatan
Rakyat

Hilangnya Kepercayaan
Rakyat Terhadap Demokrasi
Dampak Korupsi dalam Berbagai Bidang

Hilangnya
Kepercayaan Rakyat

Penegakan
Hukum

Lembaga Negara yang Paling


Fungsi Pemerintahan Korup menurut Barometer
Mandul Korupsi Global (BKG) 2009
Dampak Korupsi dalam Berbagai Bidang

Pertahanan dan Keamanan

• Lemahnya Alutsista dan SDM

. • Lemahnya Garis Batas Negara

. • Menguatnya Sisi Kekerasan dalam Masyarakat


Dampak Korupsi dalam Berbagai Bidang

Kerusakan
Lingkungan

Menurunnya
Kualitas
Lingkungan

Menurunnya
Kualitas
Hidup
Kerugian Negara VS Hukuman Finansial Koruptor
Terima kasih,

“Selamat belajar antikorupsi tanpa batas”


FAKTOR
PENYEBAB
KORUPSI

Faktor Penyebab Korupsi 1


ETIKA & ANTI-KORUPSI

Kompetensi Dasar
1. Mahasiswa mampu menjelaskan POKOK BAHASAN :
faktor pendorong terjadinya Faktor Penyebab Korupsi
korupsi;
SUB POKOK BAHASAN :
2. Mahasiswa dapat membedakan
1. Faktor Penyebab Korupsi;
faktor internal dan faktor eksternal
penyebab terjadinya korupsi; 2. Faktor Internal dan
3. Mahasiswa dapat memahami dan Eksternal Penyebab
menyimpulkan faktor pendorong Korupsi.
prilaku korupsi dari berbagai teori
3. Penyebab Korupsi dalam
4. Mahasiswa mampu mengeliminir
Perspektif Teori
sikap diri sendiri yang cenderung
mendorong perilaku korup;
5. Mahasiswa dapat menumbuhkan
sikap anti korupsi.

Faktor Penyebab Korupsi 2


ETIKA & ANTI-KORUPSI

DUA FAKTOR PENYEBAB KORUPSI

FAKTOR INTERNAL

FAKTOR EKSTERNAL

Faktor internal
merupakan
penyebab korupsi yang faktor penyebab
datang dari diri pribadi terjadinya korupsi karena
sebab-sebab dari luar.

Faktor Penyebab Korupsi 3


ETIKA & ANTI-KORUPSI

BEBERAPA PENDAPAT
FAKTOR PENYEBAB KORUPSI

Ketika perilaku Korupsi akan terus


materialistik dan berlangsung selama masih
konsumtif terdapat kesalahan tentang
masyarakat serta cara memandang kekayaan.
sistem politik yang
masih
"mendewakan“ Semakin banyak orang salah dalam memandang kekayaan,
materi maka dapat semakin besar pula kemungkinan orang melakukan kesalahan
"memaksa" dalam mengakses kekayaan.
terjadinya
Bagaimana menurut anda perilaku orang-orang yang
permainan uang
dan korupsi memandang kekayaan dan uang sebagai suatu hal yang
(Ansari Yamamah : punya arti segala-galanya? Bagaimana bentuk
2009) penyadaran yang tepat?

Faktor Penyebab Korupsi 4


ETIKA & ANTI-KORUPSI

PENDAPAT YANG MENGARAH PADA


FAKTOR INTERNAL

1. Sifat tamak manusia,


2. Moral yang kurang kuat menghadapi
godaan,
3. Gaya hidup konsumtif,
4. Tidak mau (malas) bekerja keras

Isa Wahyudi

Faktor Penyebab Korupsi 5


ETIKA & ANTI-KORUPSI

FAKTOR INTERNAL, MERUPAKAN FAKTOR PENDORONG


KORUPSI DARI DALAM DIRI, YANG DAPAT DIRINCI
MENJADI:

Aspek Perilaku Individu

 Sifat tamak/rakus manusia.

 Moral yang kurang kuat

 Gaya hidup yang konsumtif.

Faktor Penyebab Korupsi 6


ETIKA & ANTI-KORUPSI

FAKTOR INTERNAL, MERUPAKAN FAKTOR PENDORONG


KORUPSI DARI DALAM DIRI, YANG DAPAT DIRINCI
MENJADI:

Aspek Keluarga
Perilaku korup dapat terjadi karena dorongan perilaku keluarga. Kaum
behavioris mengatakan bahwa lingkungan keluargalah yang secara kuat
memberikan dorongan bagi orang untuk korupsi dan mengalahkan sifat
baik seseorang yang sudah menjadi traits pribadinya.

Faktor Penyebab Korupsi 7


ETIKA & ANTI-KORUPSI

FAKTOR EKSTERNAL, PEMICU PERILAKU KORUP YANG


DISEBABKAN OLEH FAKTOR DI LUAR DIRI PELAKU.

• Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi

• Nilai-nilai di masyarakat kondusif untuk terjadinya korupsi.


• Masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama korupsi
adalah masyarakat sendiri.
• Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat korupsi.
• Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa
dicegah dan diberantas bila masyarakat ikut aktif dalam
agenda pencegahan dan pemberantasan.

Faktor Penyebab Korupsi 8


ETIKA & ANTI-KORUPSI

PENDAPAT YANG MENGARAH PADA


FAKTOR EKSTERNAL
1. Kurang keteladanan dan kepemimpinan elite bangsa,
2. Rendahnya gaji Pegawai Negeri Sipil,
3. Lemahnya komitmen dan konsistensi penegakan hukum
dan peraturan perundangan,
4. Rendahnya integritas dan profesionalisme,
5. Mekanisme pengawasan internal di semua lembaga
perbankan, keuangan, dan birokrasi belum mapan,
6. Kondisi lingkungan kerja, tugas jabatan, dan lingkungan
masyarakat, dan
7. Lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu, moral dan
etika

Erry Riyana Hardjapamekas

Faktor Penyebab Korupsi 9


ETIKA & ANTI-KORUPSI

PENDAPAT YANG MENGARAH PADA


FAKTOR EKSTERNAL

1. Faktor politik,
2. Faktor hukum,
3. Faktor ekonomi dan birokrasi
4. Faktor transnasional.

Indonesia Corruption Watch | ICW

Faktor Penyebab Korupsi 10


ETIKA & ANTI-KORUPSI

1. FAKTOR POLITIK

Perilaku korup seperti penyuapan, politik


uang merupakan fenomena yang sering
terjadi. Terkait dengan hal itu Terrence Gomes
(2000) memberikan gambaran bahwa politik
uang (money politic) sebagai use of money
and material benefits in the pursuit of
political influence.

Faktor Penyebab Korupsi 11


ETIKA & ANTI-KORUPSI

2. FAKTOR HUKUM

Faktor hukum ini bisa Tidak baiknya substansi hukum, mudah


lihat dari dua sisi, di satu ditemukan dalam aturan-aturan yang
diskriminatif dan tidak adil; rumusan yang
sisi dari aspek tidak jelas-tegas (non lex certa) sehingga
perundang-undangan dan multi tafsir; kontradiksi dan overlapping
sisi lain adalah lemahnya dengan peraturan lain (baik yang sederajat
penegakan hukum. maupun yang lebih tinggi).

Praktik penegakan hukum juga masih dililit berbagai


permasalahan yang menjauhkan hukum dari tujuannya. Secara
kasat mata, publik dapat melihat banyak kasus yang menunjukan
adanya diskriminasi dalam proses penegakan hukum termasuk
putusan-putusan pengadilan.

Faktor Penyebab Korupsi 12


ETIKA & ANTI-KORUPSI

3. FAKTOR EKONOMI

Faktor ekonomi juga merupakan


penyebab terjadinya korupsi. Hal itu
dapat dijelaskan dari pendapatan atau
gaji yang tidak mencukupi kebutuhan.

Faktor Penyebab Korupsi 13


ETIKA & ANTI-KORUPSI

4. FAKTOR ORGANISASI
Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang
luas, termasuk sistem pengorganisasian lingkungan
masyarakat. Organisasi yang menjadi korban korupsi atau di
mana korupsi terjadi biasanya memberi andil terjadinya
korupsi karena membuka peluang atau kesempatan untuk
terjadinya korupsi

Berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan oleh Kompas 29/7/2004 di kota


Surabaya, Medan, Jakarta dan Makasar mengenai korupsi yang terjadi di tubuh
organisasi kepemerintahan (eksekutif) maupun legislatif disebutkan bahwa tidak
kurang dari 40% responden menilai bahwa tindakan korupsi dilingkungan
birokrasi kepemerintahan dan wakil rakyat di daerahnya semakin menjadi-jadi.
Hanya 20% responden saja yang berpendapat bahwa perilaku korupsi di
Pemerintah Daerah dan DPRD masing-masing sudah berkurang.

Faktor Penyebab Korupsi 14


ETIKA & ANTI-KORUPSI

LANJUTAN FAKTOR EKSTERNAL, PEMICU PERILAKU


KORUP YANG DISEBABKAN OLEH FAKTOR DI LUAR DIRI
PELAKU.

 Aspek Organisasi

Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan


Tidak adanya kultur organisasi yang benar
Kurang memadainya sistem akuntabilitas yang benar
Kelemahan sistim pengendalian manajemen
Lemahnya pengawasan

Faktor Penyebab Korupsi 15


ETIKA & ANTI-KORUPSI

PENYEBAB KORUPSI DALAM


PERSPEKTIF TEORETIS

Cultural determinisme sering dipakai sebagai acuan ketika


mempelajari penyebab terjadinya korupsi.

Fiona Robertson-Snape (1999) bahwa penjelasan kultural


praktik korupsi di Indonesia dihubungkan dengan bukti-bukti
kebiasaan-kebiasaan kuno orang jawa.

Padahal bila dirunut prilaku korup pada dasarnya merupakan


sebuah fenomena sosiologis yang memiliki implikasi ekonomi
dan politik yang terkait dengan jabaran beberapa teori

Faktor Penyebab Korupsi 16


ETIKA & ANTI-KORUPSI

TEORI PERILAKU KORUP

TEORI MEANS-ENDS SCHEME : Robert


Merton.
 menyatakan bahwa korupsi merupakan
suatu perilaku manusia yang diakibatkan oleh
tekanan sosial, sehingga menyebabkan
pelanggaran norma-norma.

Faktor Penyebab Korupsi 17


ETIKA & ANTI-KORUPSI

TEORI PRILAKU KORUP

TEORI SOLIDARITAS SOSIAL

Teori lain yang menjabarkan terjadinya korupsi adalah


teori Solidaritas Sosial yang dikembangkan oleh Emile
Durkheim (1858-1917).

Teori ini memandang bahwa watak manusia


sebenarnya bersifat pasif dan dikendalikan oleh
masyarakatnya

Faktor Penyebab Korupsi 18


ETIKA & ANTI-KORUPSI

TEORI PRILAKU KORUP

GONE THEORY

Teori yang juga membahas mengenai prilaku korupsi,


dengan baik di hadirkan oleh Jack Bologne (Bologne :
2006), yang dikenal dengan teori GONE.
Ilustrasi GONE Theory terkait dengan faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya kecurangan atau korupsi yang
meliputi Greeds (keserakahan), Opportunities
(kesempatan), Needs (kebutuhan) dan Exposure
(pengungkapan).

Faktor Penyebab Korupsi 19


ETIKA & ANTI-KORUPSI

EQUATION THEORY

 Robert Klitgaard

C=M+D–A

Corruption = Monopoly + Discretion - Accountability

Faktor Penyebab Korupsi 20


ETIKA & ANTI-KORUPSI

TEORI FRAUD TRIANGLE

Donald Cressey

Teori yang juga membahas mengenai prilaku korupsi


atau Fraud, yang dikenal dengan teori Segitiga Fraud,
yakni:
dengan 3 faktor yang menyebabkan terjadinya
kecurangan atau korupsi yang meliputi Pressure
(tekanan), Opportunities (kesempatan), dan
Razionalisation (unsur pembenar/ rasionalisasi)

Faktor Penyebab Korupsi 21


ETIKA & ANTI-KORUPSI

TEORI FRAUD DIAMOND

WOLFE & HERMANSON

Teori yang merupakan pengembangan dari Fraud


Triangle, yang dikenal dengan teori Fraud Diamond,
yakni:
dengan 4 faktor yang menyebabkan terjadinya
kecurangan atau korupsi yang meliputi Pressure
(tekanan), Opportunities (kesempatan),
Razionalisation (unsur pembenar/ rasionalisasi), dan
Capability (kemampuan).

Faktor Penyebab Korupsi 22


ETIKA & ANTI-KORUPSI

Selamat datang
generasi muda
anti-korupsi

Indonesia akan
lebih baik jika
tanpa korupsi

Faktor Penyebab Korupsi 23


Presented By
Harry Mills / PRESENTATIONPRO
Sejarah Korupsi di Indonesia

 Korupsi di Indonesia terjadi sejak dahulu kala, meskipun bukan


bermakna secara langsung, tapi merupakan perilaku yang
mengindikasikan kearah korupsi seperti mengambil barang yang bukan
haknya, menipu, menjebak, menyuap, memberi keterangan palsu,
membocorkan rahasia dan sejenisnya.
 Korupsi di Indonesia dibagi kedalam 4 fase jaman, yaitu :
1) Zaman Kerajaan-Kerajaan
2) Zaman Penjajahan/Pra-kemerdekaan
3) Zaman Pasca kemerdekaan
4) Zaman Modern/saat ini

Presented By
Harry Mills / PRESENTATIONPRO
Korupsi di Zaman Kerajaan

 Di Indonesia, korupsi telah ada sejak zaman dulu. Tentunya bukan


dengan nama korupsi. Pada zaman dulu kerajaan-kerajaan menarik
upeti (pajak) dari rakyatnya.
 Dalam penarikan upeti tersebut, banyak pejabat pemerintahan yang
tidak jujur. Salah satunya dengan cara menggelapkan pajak yang
harusnya sampai ke kerajaan.
 Bentuk korupsi yang lain, adalah dengan memberikan janji atau upah
pada seseorang untuk membunuh musuh-musuhnya.

Presented By
Harry Mills / PRESENTATIONPRO
Korupsi di Zaman Penjajahan

 Datangnya penjajah ke Indonesia mempunyai peran penting dalam


proses kehancuran kerajaan-kerajaan di Indonesia. Perselisihan di
dalam kerajaan menjadi semakin parah dengan campur tangan
penjajah.
 Budaya korupsi ini berkembang dikalangan tokoh-tokoh lokal yang
sengaja dijadikan badut politik oleh penjajah, untuk menjalankan
daerah adiministratif tertentu, semisal demang (lurah), tumenggung
(setingkat kabupaten atau provinsi), dan pejabat-pejabat lainnya yang
notabene merupakan orang-orang suruhan penjajah Belanda untuk
menjaga dan mengawasi daerah territorial tertentu.

Presented By
Harry Mills / PRESENTATIONPRO
 Mereka yang diangkat dan dipekerjakan oleh Belanda untuk
memanen upeti atau pajak dari rakyat, digunakan oleh penjajah
Belanda untuk memperkaya diri dengan menghisap hak dan
kehidupan rakyat Indonesia.
 Budaya penjajah yang mempraktekkan hegemoni dan dominasi
ini, menjadikan orang Indonesia juga tak segan menindas
bangsanya sendiri lewat perilaku dan praktek korupsi-nya.
 dalam pelaksaan cultur stelsel, terdapat berbagai indikasi
korupsi. Misalnya pengambilan pajak yang tidak semestinya,
penggelapan pajak itu sendiri, penggelapan sisa hasil panen,
maupun tindakan menjilat para penghianat bangsa terhadap
penjajah.
Presented By
Harry Mills / PRESENTATIONPRO
Korupsi di Indonesia Pasca-Kemerdekaan

1. ORDE LAMA
 Dibentuk Badan Pemberantasan Korupsi, Panitia Retooling
Aparatur Negara (PARAN) dibentuk berdasarkan UU Keadaan
Bahaya, dipimpin oleh A.H. Nasution dan dibantu oleh dua orang
anggota yakni Prof M Yamin dan Roeslan Abdulgani. Namun
ternyata pemerintah pada waktu itu setengah hati
menjalankannya.
 Pejabat pemerintah diharuskan mengisi formulir yang disediakan istilah
sekarang : daftar kekayaan pejabat negara. Dalam perkembangannya kemudian
ternyata kewajiban pengisian formulir tersebut mendapat reaksi keras dari para
pejabat. Mereka berdalih agar formulir itu tidak diserahkan kepada PARAN
tetapi langsung kepada Presiden. Tahun 1963 melalui Keputusan
Presented By
Presiden No.
Harry Mills / PRESENTATIONPRO
275.
 Tahun 1963, upaya pemberantasan korupsi kembali digalakkan. A.H.
Nasution yang saat itu menjabat sebagai Menkohankam/ Kasab dibantu
oleh Wiryono Prodjodikusumo. Tugasnya yaitu meneruskan kasus kasus
korupsi ke meja Pengadilan. Lembaga ini di kemudian hari dikenal
dengan istilah “Operasi Budhi”. Sasarannya adalah perusahaan-
perusahaan negara serta lembaga-lembaga negara lainnya yang dianggap
rawan praktik korupsi dan kolusi. Operasi Budhi ternyata juga mengalami
hambatan.
Presented By
Harry Mills / PRESENTATIONPRO
 Soebandrio mengumumkan pembubaran PARAN/Operasi Budhi yang
kemudian diganti namanya menjadi Kotrar (Komando Tertinggi Retooling
Aparat Revolusi) di mana Presiden Sukarno menjadi ketuanya serta dibantu
oleh Soebandrio dan Letjen Ahmad Yani. Sejarah kemudian mencatat
pemberantasan korupsi pada masa itu akhirnya mengalami stagnasi. -
Dalam kurun waktu 3 bulan sejak Operasi Budhi dijalankan, keuangan
negara dapat diselamatkan sebesar kurang lebih Rp 11 miliar, jumlah yang
cukup signifikan untuk kurun waktu itu. Karena dianggap mengganggu
prestise Presiden, akhirnya Operasi Budhi dihentikan.

Presented By
Harry Mills / PRESENTATIONPRO
1. ORDE BARU
 Dibentuk Tim Pemberantasan Korupsi (TPK) yang diketuai Jaksa
Agung.
 Tahun 1970, terdorong oleh ketidakseriusan TPK dalam memberantas
korupsi seperti komitmen Soeharto, mahasiswa dan pelajar
melakukan unjuk rasa memprotes keberadaan TPK.
 Perusahaan-perusahaan negara seperti Bulog, Pertamina,
Departemen Kehutanan banyak disorot masyarakat karena dianggap
sebagai sarang korupsi. Maraknya gelombang protes dan unjuk rasa
yang dilakukan mahasiswa, akhirnya ditanggapi Soeharto.
Presented By
Harry Mills / PRESENTATIONPRO
Dibentuk Komite Empat beranggotakan tokoh tokoh tua yang
dianggap bersih dan berwibawa seperti Prof Johannes, I.J Kasimo,
Mr Wilopo dan A Tjokroaminoto. Tugasnya yang utama adalah
membersihkan antara lain Departemen Agama, Bulog, CV
Waringin, PT Mantrust, Telkom, dan Pertamina. Namun kornite ini
hanya “macan ompong” karena hasil temuannya tentang dugaan
korupsi di Pertamina tak direspon pemerintah.

Presented By
Harry Mills / PRESENTATIONPRO
1. ORDE BARU
 Ketika Laksamana Sudomo diangkat sebagai Pangkopkamtib,
dibentuklah Opstib (Operasi Tertib) dengan tugas antara lain
juga memberantas korupsi. Kebijakan ini hanya melahirkan
sinisme di masyarakat. Tak lama setelah Opstib terbentuk, suatu
ketika timbul perbedaan pendapat yang cukup tajam antara
Sudomo dengan Nasution. Hal itu menyangkut pemilihan
metode atau cara pemberantasan korupsi, Nasution
berpendapat apabila ingin berhasil dalam memberantas korupsi,
harus dimulai dari atas. Nasution juga menyarankan kepada
Laksamana Sudomo agar memulai dari dirinya. Seiring dengan
berjalannya waktu, Opstib pun hilang tanpa bekas
Presentedsama
By sekali.
Harry Mills / PRESENTATIONPRO
REFORMASI
 Pada Era Reformasi hampir seluruh elemen penyelenggara negara sudah
terjangkit “Virus Korupsi” yang sangat ganas.
 Presiden BJ Habibie mengeluarkan UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari KKN berikut
pembentukan berbagai komisi atau badan baru seperti KPKPN, KPPU
atau lembaga Ombudsman.

Presented By
Harry Mills / PRESENTATIONPRO
 Presiden Abdurrahman Wahid membentuk Tim Gabungan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (TGPTPK) dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2000 Namun di tengah
semangat menggebu-gebu untuk rnemberantas korupsi dari
anggota tim, melalui suatu judicial review Mahkamah Agung,
TGPTPK akhirnya dibubarkan. Sejak itu, Indonesia mengalami
kemunduran dalam upaya pemberantasan KKN.
 Di samping membubarkan TGPTPK, Presiden Gus Dur juga
dianggap tidak bisa menunjukkan kepemimpinan yang dapat
mendukung upaya pemberantasan korupsi.

Presented By
Harry Mills / PRESENTATIONPRO
REFORMASI (Lanj)
 Proses pemeriksaan kasus dugaan korupsi yang melibatkan konglomerat
Sofyan Wanandi dihentikan dengan Surat Perintah Penghentian
Penyidikan (SP3) dari Jaksa Agung Marzuki Darusman. Akhirnya, Gus Dur
didera kasus Buloggate.
 Di masa pemerintahan Megawati, wibawa hukum semakin merosot, di
mana yang menonjol adalah otoritas kekuasaan.

Presented By
Harry Mills / PRESENTATIONPRO
 Konglomerat bermasalah bisa mengecoh aparat hukum dengan
alasan berobat ke luar negeri. Pemberian SP3 untuk Prajogo
Pangestu, Marimutu Sinivasan, Sjamsul Nursalim, The Nien King,
lolosnya Samadikun Hartono dari jeratan eksekusi putusan MA,
pemberian fasilitas MSAA kepada konglomerat yang utangnya macet,
menjadi bukti kuat bahwa elit pemerintahan tidak serius dalam upaya
memberantas korupsi. Masyarakat menilai bahwa pemerintah masih
memberi perlindungan kepada para pengusaha besar yang notabene
memberi andil bagi kebangkrutan perekonomian nasional.
Pemerintah semakin lama semakin kehilangan wibawa. Belakangan
kasus-kasus korupsi merebak pula di sejumlah DPRD era Reformasi.
Presented By
Harry Mills / PRESENTATIONPRO
REFORMASI (Lanj)
 Komisi Pemberantasan Korupsi, atau disingkat menjadi KPK, adalah
komisi yang dibentuk pada tahun 2003 untuk mengatasi, menanggulangi
dan memberantas korupsi di Indonesia. Komisi ini didirikan berdasarkan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 mengenai
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
 Pada tanggal 16 Desember 2003, Taufiequrachman Ruki, dilantik menjadi
Ketua KPK. KPK hendak memposisikan dirinya sebagai katalisator
(pemicu) bagi aparat dan institusi lain untuk terciptanya jalannya sebuah
“good and clean governance” (pemerintahan baik dan bersih) di Republik
Indonesia.
Presented By
Harry Mills / PRESENTATIONPRO
Kasus kasus Korupsi Besar

- BLBI
- KPU
- Century
- Hambalang
- E-KTP

Presented By
Harry Mills / PRESENTATIONPRO
Lembaga Anti Korupsi yang Pernah Ada di
Indonesia

Indonesia telah melakukan upaya untuk menangani korupsi sejak


orde lama. Salah satunya adalah membentuk sebuah lembaga
yang khusus menangani pemberantasan korupsi.
• Tim Pemberantas Korupsi (TPK) yang diketuai oleh Jaksa
Agung Sugih pada tahun 1967
• Komisi Anti Korupsi (KAK). Komisi ini beranggotakan beberapa
aktivis angkatan 66, salah satunya adalah Akbar Tandjung pada
tahun 1970
• Komisi Empat yang diketuai oleh Wilopo dibentuk pada tahun
1970
• Operasi Tertib (Opstib) yang beranggotakan Menpan,
Pangkopkamtib, Jaksa Agung yang dibantu pejabat daerah dan
Kapolri yang dibentuk pada tahun 1977
Presented By
Harry Mills / PRESENTATIONPRO
• Tim Pemberantas Korupsi (TPK) diketuai oleh Tim dijabat
MA Mudjono pada tahun 1982
• Komisi Pemeriksa Kekayaaan Penyelenggara Negara
(KPKPN). Sebagai ketua komisi diangkat Yusuf Syakir.
Komisi ini muncul ketika Habibie menggantikan Soeharto
menjadi Presiden RI pada tahun 1999
• Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
atau disingkat TGPTPK yang diketuai oleh Adi Andojo
Soetjipto, seorang hakim agung di Mahkamah Agung.
Dibentuk pada tahun 1999 pada era Presiden
Abdurrahman Wahid
• Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada tahun 2003
Presented By
Harry Mills / PRESENTATIONPRO
ETIKA & ANTI-KORUPSI

Week 9

UPAYA
PEMBERANTASAN
KORUPSI
“No impunity to
corruptors“

Upaya Pemberantasan Korupsi 1


ETIKA & ANTI-KORUPSI

Kompetensi Dasar
POKOK BAHASAN :
1. Mahasiswa mampu
Upaya Pemberantasan Korupsi
menjelaskan berbagai upaya
pemberantasan korupsi;
SUB POKOK BAHASAN :
2. Mahasiswa mampu
1. Konsep Pemberantasan
membandingkan berbagai
Korupsi;
kelebihan dan kelemahan
2. Upaya Penanggulangan
upaya pemberantasan korupsi
Kejahatan (Korupsi) dengan
dari berbagai sudut pandang;
Menggunakan Hukum
3. Mahasiswa mampu
Pidana;
menjelaskan berbagai upaya
3. Berbagai Strategi dan/atau
apa yang dapat dilakukannya
Upaya Pemberantasan
dalam rangka mencegah dan
memberantas korupsi baik di Korupsi.
lingkungannya maupun dalam
masyarakat.

Upaya Pemberantasan Korupsi 2


ETIKA & ANTI-KORUPSI

A. KONSEP PEMBERANTASAN
KORUPSI

Mengapa korupsi timbul dan berkembang demikian


masif di sebuah negara dan tidak di negara lain?
Korupsi ibarat penyakit ‘kanker ganas’  sifatnya
kronis juga akut.

Perekonomian negara digerogoti secara perlahan


namun pasti. Korupsi di Indonesia menempel pada
semua aspek atau bidang kehidupan masyarakat.

PENTING DIPAHAMI : di manapun dan sampai pada


tingkatan tertentu, korupsi akan selalu ada dalam
suatu negara atau masyarakat walaupun dalam
tingkat rendah shg IPK tidak ada yg 100

Upaya Pemberantasan Korupsi 3


3
ETIKA & ANTI-KORUPSI

It is always necessary to relate anti-corruption


strategies to characteristics of the actors involved (and
the environment they operate in). THERE IS NO
SINGLE CONCEPT and program of good governance
FOR ALL COUNTRIES and organizations, there is no
‘one right way’. There are many initiatives and most are
tailored to specifics contexts. SOCIETIES and
organizations WILL HAVE TO SEEK THEIR OWN
SOLUTIONS.
(Fijnaut dan Huberts : 2002)

DISKUSIKANLAH PENDAPAT
BERIKUT

Upaya Pemberantasan Korupsi 4


4
ETIKA & ANTI-KORUPSI

REALITA DI INDONESIA

• Ada PERANGKAT HUKUM : ada Peraturan Per-


UU, ada lembaga serta aparat hukum yang
mengabdi untuk menjalankan peraturan
(kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan); ada
lembaga independen ‘Super Body’ yang bernama
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang
dibentuk untuk memberantas korupsi.
• Di sekolah siswa/mahasiswa Pendidikan Agama,
Pendidikan Kewarganegaraan.
• Realita : korupsi tetap tumbuh subur dan
berkembang dengan pesat.
• Apa yang salah???
Upaya Pemberantasan Korupsi 5
5
ETIKA & ANTI-KORUPSI

UPAYA PENANGGULANGAN
KEJAHATAN KORUPSI
JALUR PENAL JALUR NON-PENAL

• Kebijakan penerapan Hukum • Kebijakan pencegahan tanpa


Pidana (Criminal Law hukum pidana (prevention without
Application); punishment);
• Sifat repressive (penumpasan/ • Kebijakan untuk mempengaruhi
penindasan/pemberantasan) pandangan masyarakat mengenai
apabila kejahatan sudah terjadi; kejahatan dan pemidanaan lewat
• Perlu dipahami bahwa: mass media (influencing views of
upaya/tindakan represif juga society on crime and
dapat dilihat sebagai punishment/mass media atau
upaya/tindakan preventif dalam media lain seperti penyuluhan,
arti luas pendidikan dll);
(Nawawi Arief : 2008) • Sifat preventive (pencegahan)

Upaya Pemberantasan Korupsi 6


6
ETIKA & ANTI KORUPSI

UPAYA PENAL DAN NON-PENAL

• Sasaran dari upaya non-penal adalah menangani


faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya korupsi,
yang berpusat pada masalah-masalah atau kondisi-
kondisi politik, ekonomi maupun sosial yang secara
langsung atau tidak langsung dapat menimbulkan atau
menumbuh-suburkan kejahatan (korupsi);
• Upaya penal dilakukan dengan memanggil atau
menggunakan hukum pidana yaitu dengan
menghukum atau memberi pidana atau penderitaan
atau nestapa bagi pelaku korupsi;
• Upaya non-penal seharusnya menjadi kunci atau
memiliki posisi penting atau posisi strategis dari
keseluruhan upaya penanggulangan korupsi  karena
sifatnya preventif atau mencegah sebelum terjadi.

Upaya Pemberantasan Korupsi 7


7
ETIKA & ANTI-KORUPSI

KETERBATASAN SARANA PENAL

• Sarana penal memiliki ‘keterbatasan’,


mengandung ‘kelemahan’ (sisi negatif).
Fungsi sarana penal seharusnya hanya
digunakan secara ‘subsidair’.
• Secara dogmatis, sanksi pidana merupakan
jenis sanksi yang paling tajam dalam bidang
hukum, sehingga harus digunakan sebagai
ultimum remedium (obat yang terakhir apabila
cara lain atau bidang hukum lain sudah tidak
dapat digunakan lagi);

Upaya Pemberantasan Korupsi 8


8
ETIKA & ANTI-KORUPSI

KETERBATASAN SARANA PENAL

• Secara fungsional/pragmatis,
operasionalisasi dan aplikasinya menuntut
biaya yang tinggi;
• Sanksi pidana mengandung sifat
kontradiktif/paradoksal, mengadung efek
sampingan yang negatif. Lihat realita kondisi
overload Lembaga Pemasyarakatan;
• Hukum pidana dan pemidanaan bukanlah
‘obat yang manjur’ atau ‘panacea’ atau
‘bukan segala-galanya’ untuk menanggulangi
kejahatan.

Upaya Pemberantasan Korupsi 9


9
ETIKA & ANTI-KORUPSI

KETERBATASAN SARANA PENAL

• Penggunaan hukum pidana dalam


menanggulangi kejahatan hanya merupakan
‘kurieren am symptom’ (menyembuhkan
gejala), hanya merupakan pengobatan
simptomatik bukan kausatif karena sebab-
sebab kejahatan demikian kompleks dan
berada di luar jangkauan hukum pidana;
• Hukum pidana hanya merupakan bagian kecil
(sub sistem) dari sarana kontrol sosial yang
tidak mungkin mengatasi kejahatan sebagai
masalah kemanusiaan dan kemasyarakatan
yang sangat kompleks;

Upaya Pemberantasan Korupsi 10


10
ETIKA & PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KETERBATASAN SARANA PENAL

• Sistem pemidanaan bersifat fragmentair dan


individual/personal; tidak bersifat struktural
atau fungsional;
• Efektifitas pidana (hukuman) bergantung
pada banyak faktor dan masih sering
diperdebatkan oleh para ahli.
• Hukum pidana dan pemidanaan bukanlah
‘obat yang manjur’ atau ‘panacea’ atau
‘bukan segala-galanya’ untuk menanggulangi
kejahatan.

(Nawawi Arief : 1998)


Upaya Pemberantasan Korupsi 11
11
ETIKA & PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

HUKUM PIDANA BUKAN


PANACEA

Rubin : hukum pidana atau pemidanaan tidak


mempunyai pengaruh terhadap masalah
kejahatan.

Schultz : naik turunnya angka kejahatan tidak


berhubungan dengan perubahan di dalam
hukum atau putusan pengadilan, tetapi
berhubungan dengan bekerjanya atau
berfungsinya perubahan kultural dalam
kehidupan masyarakat.

Upaya Pemberantasan Korupsi 12


12
ETIKA & PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

HUKUM PIDANA BUKAN


PANACEA

Karl. O. Christiansen : pengaruh pidana


terhadap masyarakat luas sulit diukur.

S.R. Brody : 5 (lima) dari 9 (sembilan)


penelitian menyatakan bahwa lamanya waktu
yang dijalani oleh seseorang di dalam penjara
tidak berpengaruh pada adanya reconviction
atau penghukuman kembali.

Upaya Pemberantasan Korupsi 13


13
ETIKA & PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

HUKUM PIDANA BUKAN


PANACEA
Wolf Middendorf : tidak ada hubungan logis antara
kejahatan dengan lamanya pidana. Kita tidak dapat
mengetahui hubungan sesungguhnya antara sebab
dan akibat. Orang melakukan kejahatan dan
mungkin mengulanginya lagi tanpa hubungan
dengan ada tidaknya UU atau pidana yang
dijatuhkan. Sarana kontrol sosial lainnya, seperti
kekuasaan orang tua, kebiasaan-kebiasaan atau
agama mungkin dapat mencegah perbuatan, yang
sama efektifnya dengan ketakutan orang pada
pidana.
(Nawawi Arief : 1998)

Upaya Pemberantasan Korupsi 14


14
ETIKA & PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

HUKUM PIDANA BUKAN


PANACEA

Diskusikanlah kasus perlakuan istimewa yang


diberikan kepada Artalita. Ia bisa menyulap ruang
tempat ia mendekam di LP Cipinang menjadi ruang
yang sangat nyaman bagaikan ruang hotel
berbintang. Bagaimana pula dengan Gayus yang
bebas berkeliaran dan berpelesiran ke luar negeri
selama menjadi tahanan kasus penggelapan pajak.
Menurut and apa yang harus dilakukan untuk
mencegah hal ini?

Upaya Pemberantasan Korupsi 15


15
ETIKA & PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

STRATEGI DAN/ATAU UPAYA


PENANGGULANGAN KORUPSI

1 Pembentukan Lembaga Anti-Korupsi

2 Pencegahan Korupsi di Sektor Publik

3 Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat

Pengembangan dan Pembuatan berbagai Instrumen Hukum yang


4 mendukung Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi

5 Monitoring dan Evaluasi

6 Kerjasama Internasional
Upaya Pemberantasan Korupsi 16
16
UU NO 19
TAHUN 2019
PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG
NOMOR 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI
PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI
BAB I
KETENTUAN UMUM
(Pasal 1 UU No 19 Tahun 2019)
Tindak Pidana Korupsi adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam undang-
undang yang mengatur mengenai Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. (Pasal 1
ayat (1))

Penyelenggara Negara adalah pejabat negara yang menjalankan kekuasaan


eksekutif, legislatif, atau yudikatif dan pejabat lain yang fungsi dan tugas berkaitan
dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan. (Pasal 1 ayat (2))

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang selanjutnya disebut Komisi


Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara dalam rumpun kekuasaan
eksekutif yang melaksanakan tugas pencegahan dan pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi sesuai dengan Undang-Undang ini. (Pasal 1 ayat (3))
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi adalah serangkaian
kegiatan untuk mencegah dan memberantas terjadinya tindak
pidana korupsi melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor,
penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pemeriksaan di sidang
pengadilan, dengan peran serta masyarakat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. (Pasal 1 ayat (4))

Penyadapan adalah kegiatan untuk mendengarkan, merekam,


dan/atau mencatat transmisi informasi elektronik dan/atau dokumen
elektronik yang tidak bersifat publik, baik menggunakan jaringan
kabel, komunikasi, jaringan nirkabel, seperti pancaran
elektromagnetis atau radio frekuensi maupun alat elektronik lainnya.
(Pasal 1 ayat (5))

Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi adalah aparatur sipil


negara sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-
undangan mengenai aparatur sipil negara. (Pasal 1 ayat (6))
Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari
pengaruh kekuasaan manapun. (Pasal 3 UU No 30 Tahun 2002)

Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara dalam rumpun kekuasaan


eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen
dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun. (Pasal 3 UU No 19 Tahun 2019)
Komisi Pemberantasan Korupsi dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna
dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. (Pasal 4 UU
No 30 Tahun 2002)
Asas
UU No 19 Tahun 2019
Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Komisi
Pemberantasan Korupsi berasaskan pada :
a. kepastian hukum;
b. keterbukaan;
c. akuntabilitas;
d. kepentingan umum; dan
e. proporsionalitas.
f. penghormatan terhadap hak asasi manusia.
BAB II
TUGAS, WEWENANG, DAN KEWAJIBAN
UU No 19 Tahun 2019 (Pasal 6)
Komisi Pemberantasan Korupsi bertugas melakukan:
a. tindakan-tindakan pencegahan sehingga tidak terjadi Tindak
Pidana Korupsi;
b. koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan instansi yang
bertugas melaksanakan pelayanan publik;
c. monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara;
d. supervisi terhadap instansi yang berwenang melaksanakan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
e. penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap Tindak
Pidana Korupsi; dan
f. tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Pasal 7
1. Dalam melaksanakan tugas pencegahan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 huruf a, Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang:
a. melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta
kekayaan penyelenggara negara;
b. menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi;
c. menyelenggarakan program pendidikan anti korupsi pada setiap
jejaring pendidikan;
d. merencanakan dan melaksanakan program sosialisasi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
e. melakukan kampanye anti korupsi kepada masyarakat; dan
f. melakukan kerja sama bilateral atau multilateral dalam
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

2. Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1), Komisi Pemberantasan Korupsi wajib membuat laporan
pertanggungjawaban 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun kepada
Presiden
Pasal 8
Dalam melaksanakan tugas koordinasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b, Komisi
Pemberantasan Korupsi berwenang:
a. mengoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan dalam Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi;
b. menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
c. meminta informasi tentang kegiatan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi kepada instansi
yang terkait;
d. melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang dalam
melakukan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi; dan
e. meminta laporan kepada instansi berwenang mengenai upaya pencegahan sehingga tidak
terjadi Tindak Pidana Korupsi.
Pasal 9
Dalam melaksanakan tugas monitor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
huruf c, Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang:
a. melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi di semua
lembaga negara dan lembaga pemerintahan;
b. memberi saran kepada pimpinan lembaga negara dan lembaga
pemerintahan untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil
pengkajian, sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi
menyebabkan terjadinya Tindak Pidana Korupsi; dan
c. melaporkan kepada Presiden Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia, dan Badan Pemeriksa Keuangan, jika saran Komisi
Pemberantasan Korupsi mengenai usulan perubahan tidak dilaksanakan.
Pasal 10
(1) Dalam melaksanakan tugas supervisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
huruf d, Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang melakukan pengawasan,
penelitian, atau penelaahan terhadap instansi yang menjalankan tugas dan
wewenangnya yang berkaitan dengan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

(2) Ketentuan mengenai pelaksanaan tugas supervisi sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Presiden.
Pasal 10A
(1) Dalam melaksanakan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Komisi
Pemberantasan Korupsi berwenang mengambil alih penyidikan dan/atau penuntutan terhadap pelaku
Tindak Pidana Korupsi yang sedang dilakukan oleh kepolisian atau kejaksaan.
(2) Pengambilalihan penyidikan dan/atau penuntutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi dengan alasan:
a. laporan masyarakat mengenai Tindak Pidana Korupsi tidak ditindaklanjuti;
b. proses penanganan Tindak Pidana Korupsi tanpa ada penyelesaian atau tertunda tanpa
alasan yang dapat dipertanggungjawabkan;
c. penanganan Tindak Pidana Korupsi ditujukan untuk melindungi pelaku Tindak Pidana
Korupsi yang sesungguhnya;
d. penanganan Tindak Pidana Korupsi mengandung unsur Tindak Pidana Korupsi;
e. hambatan penanganan Tindak Pidana Korupsi karena campur tangan dari pemegang
kekuasaan eksekutif, yudikatif, atau legislatif; atau
f. keadaan lain yang menurut pertimbangan kepolisian atau kejaksaan, penanganan tindak
pidana korupsi sulit dilaksanakan secara baik dan dapat dipertanggungjawabkan.
Pasal 10A

(3) Dalam hal Komisi Pemberantasan Korupsi mengambil alih penyidikan dan/atau penuntutan,
kepolisian dan/atau kejaksaan wajib menyerahkan tersangka dan seluruh berkas perkara
beserta alat bukti dan dokumen lain yang diperlukan paling lama 14 (empat belas) hari kerja,
terhitung sejak tanggal permintaan Komisi Pemberantasan Korupsi.

(4) Penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dengan membuat dan
menandatangani berita acara penyerahan sehingga segala tugas dan kewenangan kepolisian
dan/atau kejaksaan pada saat penyerahan tersebut beralih kepada Komisi Pemberantasan
Korupsi.

(5) Komisi Pemberantasan Korupsi dalam mengambil alih penyidikan dan/atau penuntutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan kepada penyidik atau penuntut umum
yang menangani Tindak Pidana Korupsi.
Pasal 11
UU No 19 Tahun 2019
(1) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
huruf e, Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang melakukan
penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap Tindak Pidana
Korupsi yang:
a. melibatkan aparat penegak hukum, Penyelenggara Negara, dan
orang lain yang ada kaitannya dengan Tindak Pidana Korupsi
yang dilakukan oleh aparat penegak hukum atau Penyelenggara
Negara; dan/atau
b. menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp1.000.000.000,00
(satu milyar rupiah).

(2) Dalam hal Tindak Pidana Korupsi tidak memenuhi ketentuan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Komisi Pemberantasan Korupsi
wajib menyerahkan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan kepada
kepolisian dan/atau kejaksaan.

(3) Komisi Pemberantasan Korupsi melakukan supervisi terhadap


penyelidikan, penyidikan, dan/atau penuntutan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2).
Pasal 12
UU No 19 Tahun 2019
(1) Dalam melaksanakan tugas penyelidikan dan penyidikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf e, Komisi
Pemberantasan Korupsi berwenang melakukan penyadapan.
(2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang:
a. memerintahkan kepada instansi yang terkait untuk melarang
seseorang bepergian ke luar negeri;
b. meminta keterangan kepada bank atau lembaga keuangan
lainnya tentang keadaan keuangan tersangka atau terdakwa
yang sedang di periksa;
c. memerintahkan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya
untuk memblokir rekening yang diduga hasil dari korupsi milik
tersangka, terdakwa, atau pihak lain yang terkait;
d. memerintahkan kepada pimpinan atau atasan tersangka untuk
memberhentikan sementara tersangka dari jabatannya;
Pasal 12
UU No 19 Tahun 2019
e. meminta data kekayaan dan data perpajakan tersangka atau
terdakwa kepada instansi yang terkait;

f. menghentikan sementara suatu transaksi keuangan, transaksi


perdagangan, dan perjanjian lainnya atau pencabutan sementara
perizinan, lisensi serta konsesi yang dilakukan atau dimiliki oleh
tersangka atau terdakwa yang diduga berdasarkan bukti awal yang
cukup ada hubungannya dengan Tindak Pidana Korupsi yang sedang
diperiksa;

g. meminta bantuan Interpol Indonesia atau instansi penegak hukum


negara lain untuk melakukan pencarian, penangkapan, dan penyitaan
barang bukti di luar negeri; dan

h. meminta bantuan kepolisian atau instansi lain yang terkait untuk


melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan
dalam perkara Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang sedang
ditangani.
Pasal 12A
UU No 19 Tahun 2019
Dalam melaksanakan tugas penuntutan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 huruf e, penuntut pada Komisi Pemberantasan Korupsi
melaksanakan koordinasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 12B
UU No 19 Tahun 2019
(1) Penyadapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1),
dilaksanakan setelah mendapatkan izin tertulis dari Dewan
Pengawas.
(2) Untuk mendapatkan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan berdasarkan permintaan secara tertulis dari
Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi.
(3) Dewan Pengawas dapat memberikan izin tertulis terhadap
permintaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling lama 1
x 24 (satu kali dua puluh empat) jam terhitung sejak permintaan
diajukan.
(4) Dalam hal Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi
mendapatkan izin tertulis dari Dewan Pengawas sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), Penyadapan dilakukan paling lama 6
(enam) bulan terhitung sejak izin tertulis diterima dan dapat
diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu yang sama.
Pasal 12C
UU No 19 Tahun 2019
(1) Penyelidik dan penyidik melaporkan Penyadapan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1)
yang sedang berlangsung kepada Pimpinan Komisi
Pemberantasan Korupsi secara berkala.

(2) Penyadapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal


12 ayat (1) yang telah selesai dilaksanakan harus
dipertanggungjawabkan kepada Pimpinan Komisi
Pemberantasan Korupsi dan Dewan Pengawas
paling lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitung
sejak Penyadapan selesai dilaksanakan.
Pasal 12D
UU No 19 Tahun 2019
(1) Hasil Penyadapan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 ayat (1) bersifat rahasia dan hanya untuk
kepentingan peradilan dalam Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.
(2) Hasil Penyadapan yang tidak terkait dengan Tindak
Pidana Korupsi yang sedang ditangani Komisi
Pemberantasan Korupsi wajib dimusnahkan
seketika.
(3) Dalam hal kewajiban sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) tidak dilaksanakan, pejabat dan/atau orang
yang menyimpan hasil Penyadapan dijatuhi
hukuman pidana sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
Pasal 13
UU No 19 Tahun 2019
Dalam melaksanakan tugas untuk melaksanakan
penetapan hakim dan putusan pengadilan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 huruf f, Komisi Pemberantasan
Korupsi berwenang melakukan tindakan hukum yang
diperlukan dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai
dengan isi dari penetapan hakim atau putusan
pengadilan.
Pasal 14
UU No 19 Tahun 2019
Pasal 14 dihapus.
Masuk dalam Pasal 9 melaksanakan tugas monitor
Pasal 15
UU No 19 Tahun 2019
Komisi Pemberantasan Korupsi berkewajiban:
a. memberikan perlindungan terhadap saksi atau pelapor yang
menyampaikan laporan ataupun memberikan keterangan mengenai
terjadinya Tindak Pidana Korupsi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. memberikan informasi kepada masyarakat yang memerlukan atau
memberikan bantuan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan
hasil penuntutan Tindak Pidana Korupsi yang ditanganinya;
c. menyusun laporan tahunan dan menyampaikannya kepada Presiden
Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia,
dan Badan Pemeriksa Keuangan;
d. menegakkan sumpah jabatan;
e. menjalankan tugas, tanggung jawab, dan wewenangnya berdasarkan
asas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5;
f. menyusun kode etik pimpinan dan Pegawai Komisi Pemberantasan
Korupsi.
PASAL 16
Setiap pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima gratifikasi wajib
melaporkan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi, dengan tata cara sebagai berikut :
a. Laporan disampaikan secara tertulis dengan mengisi formulir sebagaimana ditetapkan
oleh Komisi Pemberantasan Korupsi dengan melampirkan dokumen yang berkaitan
dengan gratifikasi.
b. Formulir sebagaimana dimaksud pada huruf a sekurangkurangnya memuat :
1. nama dan alamat lengkap penerima dan pemberi gratifikasi;
2. jabatan pegawai negeri atau penyelenggara negara;
3. tempat dan waktu penerimaan gratifikasi;
4. uraian jenis gratifikasi yang diterima; dan
5. nilai gratifikasi yang diterima.
PASAL 17
(1) Komisi Pemberantasan Korupsi dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari
kerja terhitung sejak tanggal laporan diterima wajib menetapkan status
kepemilikan gratifikasi disertai pertimbangan.
(2) Dalam menetapkan status kepemilikan gratifikasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) Komisi Pemberantasan Korupsi dapat memanggil penerima gratifikasi
untuk memberikan keterangan berkaitan dengan penerimaan gratifikasi.
(3) Status kepemilikan gratifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan keputusan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi.
(4) Keputusan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dapat berupa penetapan status kepemilikan gratifikasi bagi
penerima gratifikasi atau menjadi milik negara.
(5) Komisi Pemberantasan Korupsi wajib menyerahkan keputusan status
kepemilikan gratifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) kepada penerima
gratifikasi paling lambat 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak tanggal ditetapkan.
(6) Penyerahan gratifikasi yang menjadi milik negara kepada Menteri Keuangan,
dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak tanggal ditetapkan.
Komisi Pemberantasan Korupsi wajib mengumumkan gratifikasi yang ditetapkan
menjadi milik negara paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun dalam Berita Negara.
Pasal 19
(1) Komisi Pemberantasan Korupsi berkedudukan di ibukota negara Republik
Indonesia dan wilayah kerjanya meliputi seluruh wilayah negara Republik
Indonesia.
(2) Komisi Pemberantasan Korupsi dapat membentuk perwakilan di daerah
provinsi. (Dihapus)
(1) Komisi Pemberantasan Korupsi bertanggung jawab kepada publik atas pelaksanaan
tugasnya dan menyampaikan laporannya secara terbuka dan berkala kepada Presiden
Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, dan Badan
Pemeriksa Keuangan.
(2) Pertanggungjawaban publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan
cara :
a. wajib audit terhadap kinerja dan pertanggungjawaban keuangan sesuai dengan
program kerjanya;
b. menerbitkan laporan tahunan; dan
c. membuka akses informasi.
(1) Komisi Pemberantasan Korupsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 terdiri atas : a. Pimpinan
Komisi Pemberantasan Korupsi yang terdiri dari 5 (lima) Anggota Komisi Pemberantasan
Korupsi; b. Tim Penasihat yang terdiri dari 4 (empat) Anggota; dan c. Pegawai Komisi
Pemberantasan Korupsi sebagai pelaksana tugas.
(2) Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a disusun
sebagai berikut : a. Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi merangkap Anggota; dan b. Wakil
Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi terdiri atas 4 (empat) orang, masing-masing merangkap
Anggota.
(3) Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah
pejabat negara.
(4) Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah
penyidik dan penuntut umum.
(5) Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bekerja secara
kolektif.
(6) Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah
penanggung jawab tertinggi Komisi Pemberantasan Korupsi.
(1) Komisi Pemberantasan Korupsi terdiri atas: a. Dewan Pengawas yang berjumlah
5 (lima) orang; b. Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi yang terdiri dari 5
(lima) orang Anggota Komisi Pemberantasan Korupsi; dan c. Pegawai Komisi
Pemberantasan Korupsi.
(2) Susunan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b terdiri dari: a. ketua merangkap anggota; dan b. wakil ketua
terdiri dari 4 (empat) orang, masing-masing merangkap anggota.
(3) Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b merupakan pejabat negara.
(4) Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
bersifat kolektif kolegial.
Pasal 24
UU No 19 Tahun 2019
(1) Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21 ayat (1) huruf c merupakan warga negara Indonesia yang karena
keahliannya diangkat sebagai pegawai pada Komisi Pemberantasan
Korupsi.
(2) Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi merupakan anggota korps profesi
pegawai aparatur sipil negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan.
(3) Ketentuan mengenai tata cara pengangkatan Pegawai Komisi
Pemberantasan Korupsi dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Susunan Komisi Pemberantasan Korupsi terdiri atas Ketua Komisi
Pemberantasan Korupsi dan 4 (empat) orang Wakil Ketua Komisi
Pemberantasan Korupsi.
Komisi Pemberantasan Korupsi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) membawahkan 4 (empat) bidang yang terdiri atas:
a. Bidang Pencegahan;
b. Bidang Penindakan;
c. Bidang Informasi dan Data; dan
d. Bidang Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat.
Syarat Pimpinan KPK
a. warga negara Indonesia;
b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. sehat jasmani dan rohani;
d. berijazah sarjana hukum atau sarjana lain yang memiliki keahlian dan pengalaman paling sedikit 15 (lima
belas) tahun dalam bidang hukum, ekonomi, keuangan, atau perbankan;
e. berusia paling rendah 50 (lima puluh) tahun dan paling tinggi 65 (enam puluh lima) tahun pada proses
pemilihan; (berumur sekurang-kurangnya 40 (empat puluh) tahun, UU No 30 Tahun 2002)
f. tidak pernah melakukan perbuatan tercela;
g. cakap, jujur, memiliki integritas moral yang tinggi, dan memiliki reputasi yang baik; h. tidak menjadi pengurus
salah satu partai politik;
h. melepaskan jabatan struktural dan/atau jabatan lainnya selama menjadi anggota Komisi Pemberantasan
Korupsi;
i. tidak menjalankan profesinya selama menjadi anggota Komisi Pemberantasan Korupsi; dan
j. mengumumkan kekayaannya sebelum dan setelah menjabat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia berdasarkan
calon anggota yang diusulkan oleh Presiden Republik Indonesia.

Untuk melancarkan pemilihan dan penentuan calon Pimpinan Komisi


Pemberantasan Korupsi, Pemerintah membentuk panitia seleksi yang
bertugas melaksanakan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang
ini.

Pemlihanan dilakukan secara transparan.


Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi berhenti atau diberhentikan karena:
a. meninggal dunia;
b. berakhir masa jabatannya;
c. melakukan perbuatan tercela; (Penambahan dari UU No 30 Tahun 2002)
d. menjadi terdakwa karena melakukan tindak pidana kejahatan;
e. berhalangan tetap atau secara terus-menerus selama lebih dari 3 (tiga) bulan tidak dapat melaksanakan
tugasnya;
f. mengundurkan diri; atau
g. dikenai sanksi berdasarkan Undang-Undang ini.
Dalam hal Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi menjadi tersangka tindak pidana kejahatan, pimpinan Komisi
Pemberantasan Korupsi diberhentikan sementara dari jabatannya.
Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi yang mengundurkan diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f,
dilarang untuk jangka waktu 5 (lima) tahun sejak tanggal pengunduran dirinya menduduki jabatan publik.
Pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Presiden.
Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi memegang jabatan selama 4 (empat) tahun dan dapat dipilih kembali
hanya untuk sekali masa jabatan.
Pasal 37A
(1) Dalam rangka mengawasi pelaksanaan tugas dan wewenang Komisi
Pemberantasan Korupsi dibentuk Dewan Pengawas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf a.
(2) Anggota Dewan Pengawas berjumlah 5 (lima) orang.
(3) Anggota Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
memegang jabatan selama 4 (empat) tahun dan dapat dipilih kembali
dalam jabatan yang sama hanya untuk 1 (satu) kali masa jabatan.
Dewan Pengawas bertugas:
a. mengawasi pelaksanaan tugas dan wewenang KPK;
b. memberikan izin atau tidak memberikan izin Penyadapan, penggeledahan, dan/atau penyitaan;
c. menyusun dan menetapkan kode etik Pimpinan dan Pegawai KPK;
d. menerima dan menindaklanjuti laporan dari masyarakat mengenai adanya dugaan pelanggaran
kode etik oleh Pimpinan dan Pegawai KPK atau pelanggaran ketentuan dalam Undang-Undang
ini;
e. menyelenggarakan sidang untuk memeriksa adanya dugaan pelanggaran kode etik oleh
Pimpinan dan Pegawai KPK; dan
f. melakukan evaluasi kinerja Pimpinan dan Pegawai KPK secara berkala 1 (satu) kali dalam 1
(satu) tahun.
Dewan Pengawas membuat laporan pelaksanaan tugas secara berkala 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
tahun
Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Presiden Republik Indonesia dan
DPR RI.
Pasal 38
Segala kewenangan yang berkaitan dengan penyelidikan, penyidikan, dan
penuntutan yang diatur dalam undang-undang yang mengatur mengenai
hukum acara pidana berlaku juga bagi penyelidik, penyidik dan penuntut
umum pada KPK, kecuali ditentukan lain berdasarkan UU ini.
Dalam UU No 30 Tahun 2002 KPK tidak berwenang mengeluarkan surat perintah penghentian
penyidikan dan penuntutan dalam perkara tindak pidana korupsi.

UU No 19 Tahun 2019
(1) KPK dapat menghentikan penyidikan dan penuntutan terhadap perkara Tindak Pidana Korupsi
yang penyidikan dan penuntutannya tidak selesai dalam jangka waktu paling lama 2 (dua)
tahun.
(2) Penghentian penyidikan dan penuntutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dilaporkan kepada Dewan Pengawas paling lambat 1 (satu) minggu terhitung sejak
dikeluarkannya surat perintah penghentian penyidikan dan penuntutan.
(3) Penghentian penyidikan dan penuntutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
diumumkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi kepada publik.
(4) Penghentian penyidikan dan penuntutan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dicabut
oleh Pimpinan KPK apabila ditemukan bukti baru yang dapat membatalkan alasan penghentian
penyidikan dan penuntutan, atau berdasarkan putusan praperadilan sebagaimana dimaksud
dalam peraturan perundang-undangan.
UU No 19 Tahun 2019
1.Penyelidik Komisi Pemberantasan Korupsi dapat berasal dari
kepolisian, kejaksaan, instansi pemerintah lainnya, dan/atau internal
Komisi Pemberantasan Korupsi.
2. Penyelidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dan
diberhentikan oleh Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi.
3. Penyelidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) wajib
tunduk pada mekanisme penyelidikan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
1. Jika penyelidik dalam melakukan penyelidikan menemukan bukti permulaan yang cukup adanya
dugaan tindak pidana korupsi, dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak tanggal
ditemukan bukti permulaan yang cukup tersebut, penyelidik melaporkan kepada Komisi
Pemberantasan Korupsi.
2. Bukti permulaan yang cukup dianggap telah ada apabila telah ditemukan sekurang-kurangnya 2
(dua) alat bukti, termasuk dan tidak terbatas pada informasi atau data yang diucapkan, dikirim,
diterima, atau disimpan baik secara biasa maupun elektronik atau optik.
3. Dalam hal penyelidik melakukan tugasnya tidak menemukan bukti permulaan yang cukup
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyelidik melaporkan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi
dan Komisi Pemberantasan Korupsi menghentikan penyelidikan.
4. Dalam hal Komisi Pemberantasan Korupsi berpendapat bahwa perkara tersebut diteruskan,
Komisi Pemberantasan Korupsi melaksanakan penyidikan sendiri atau dapat melimpahkan perkara
tersebut kepada penyidik kepolisian atau kejaksaan.
5. Dalam hal penyidikan dilimpahkan kepada kepolisian atau kejaksaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (4), kepolisian atau kejaksaan wajib melaksanakan koordinasi dan melaporkan perkembangan
penyidikan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi.
UU No 19 Tahun 2019
1. Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi dapat berasal dari
kepolisian, kejaksaan, penyidik pegawai negeri sipil yang diberi
wewenang khusus oleh undang-undang, dan penyelidik Komisi
Pemberantasan Korupsi.
2. Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dan
diberhentikan oleh Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi.
3. Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) wajib
tunduk pada mekanisme penyidikan yang diatur berdasarkan ketentuan
hukum acara pidana.
4. Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) wajib
mempunyai standar kompetensi yang sama.
Proses Penyidikan
Pasal 47 UU Nomor 19 Tahun 2019
(1)Dalam proses penyidikan, penyidik dapat melakukan penggeledahan dan penyitaan
atas izin tertulis dari Dewan Pengawas.
(2) Dewan Pengawas dapat memberikan izin tertulis atau tidak memberikan izin tertulis
terhadap permintaan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama 1 x 24 (satu
kali dua puluh empat) jam sejak permintaan izin diajukan.
(3) Penggeledahan dan penyitaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib membuat
berita acara penggeledahan dan penyitaan pada hari penggeledahan dan penyitaan
paling sedikit memuat:
a. nama, jenis, dan jumlah barang atau benda berharga lain yang digeledah dan disita;
b. keterangan tempat, waktu, hari, tanggal, bulan, dan tahun dilakukan penggeledahan
dan penyitaan;
c. keterangan mengenai pemilik atau yang menguasai barang atau benda berharga lain
tersebut;
d. tanda tangan dan identitas penyidik yang melakukan penggeledahan dan penyitaan;
dan
e. tanda tangan dan identitas dari pemilik atau orang yang menguasai barang tersebut.
(4) Salinan berita acara penggeledahan dan penyitaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) disampaikan kepada tersangka atau keluarganya.
Penuntutan
Pasal 51
(1) Penuntut adalah Penuntut Umum pada Komisi Pemberantasan
Korupsi yang diangkat dan diberhentikan oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi.
(2) Penuntut Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
melaksanakan fungsi penuntutan tindak pidana korupsi.
(3) Penuntut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Jaksa
Penuntut Umum.
PEMERIKSAAN DI SIDANG PENGADILAN

Pasal 53
Dengan Undang-Undang ini dibentuk Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
yang bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus tindak pidana
korupsi yang penuntutannya diajukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi
REHABILITASI DAN KOMPENSASI
Pasal 63
1. Dalam hal seseorang dirugikan sebagai akibat penyelidikan, penyidikan, dan
penuntutan, yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi secara bertentangan
dengan UndangUndang ini atau dengan hukum yang berlaku, orang yang
bersangkutan berhak untuk mengajukan gugatan rehabilitasi dan/atau kompensasi.
2. Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak mengurangi hak orang yang
dirugikan untuk mengajukan gugatan praperadilan, jika terdapat alasan-alasan
pengajuan praperadilan sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
3. Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Pengadilan Negeri
yang berwenang mengadili perkara tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 54.
4. Dalam putusan Pengadilan Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditentukan
jenis, jumlah, jangka waktu, dan cara pelaksanaan rehabilitasi dan/atau kompensasi
yang harus dipenuhi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.
PEMBIAYAAN
Pasal 64
Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas Komisi Pemberantasan
Korupsi dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
KETENTUAN PIDANA
Pasal 65
Setiap Anggota Komisi Pemberantasan Korupsi yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 36, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun.

Pasal 66
Dipidana dengan pidana penjara yang sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65, pegawai
pada Komisi Pemberantasan Korupsi yang :
1. mengadakan hubungan langsung atau tidak langsung dengan tersangka atau pihak lain
yang terkait dengan perkara tindak pidana korupsi yang ditangani Komisi Pemberantasan
Korupsi tanpa alasan yang sah;
2. menangani perkara tindak pidana korupsi yang pelakunya mempunyai hubungan keluarga
sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai derajat ketiga
dengan pegawai pada Komisi Pemberantasan Korupsi yang bersangkutan;
3. menjabat komisaris atau direksi suatu perseroan, organ yayasan, pengurus koperasi, dan
jabatan profesi lainnya atau kegiatan lainnya yang berhubungan dengan jabatan tersebut.
KETENTUAN PIDANA

Pasal 67
Setiap Anggota Komisi Pemberantasan Korupsi dan pegawai pada Komisi Pemberantasan
Korupsi yang melakukan tindak pidana korupsi, pidananya diperberat dengan menambah
1/3 (satu pertiga) dari ancaman pidana pokok.
Pasal 69A
(1) Ketua dan anggota Dewan Pengawas untuk pertama kalinya ditunjuk dan diangkat
oleh Presiden Republik Indonesia.
(2) Kriteria ketua dan anggota Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sesuai dengan ketentuan Pasal 37D termasuk dan tidak terbatas pada aparat
penegak hukum yang sedang menjabat dan yang telah berpengalaman paling
sedikit 15 (lima belas) tahun.
(3) Penunjukan dan pengangkatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk 1
(satu) kali masa jabatan sesuai masa jabatan Dewan Pengawas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37A ayat (3).
(4) Pengangkatan ketua dan anggota Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan bersamaan dengan pengangkatan Pimpinan Komisi
Pemberantasan Korupsi periode tahun 2019 sampai dengan tahun 2023.
Pasal 69B
(1) Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, penyelidik atau penyidik Komisi
Pemberantasan Korupsi yang belum berstatus sebagai pegawai aparatur sipil
negara dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun sejak Undang-Undang ini
berlaku dapat diangkat sebagai pegawai aparatur sipil negara sepanjang
memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Pengangkatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi penyelidik atau
penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi yang telah mengikuti dan lulus
pendidikan di bidang penyelidikan dan penyidikan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 69C
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi
yang belum berstatus sebagai pegawai aparatur sipil negara dalam jangka waktu paling
lama 2 (dua) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini mulai berlaku dapat diangkat
menjadi pegawai aparatur sipil negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 69D
Sebelum Dewan Pengawas terbentuk, pelaksanaan tugas dan kewenangan Komisi
Pemberantasan Korupsi dilaksanakan berdasarkan ketentuan sebelum Undang-
Undang ini diubah.
Pasal 70B
Pada saat Undang-Undang ini berlaku, semua peraturan perundang-undangan yang
bertentangan dengan Undang-Undang ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 70C
Pada saat Undang-Undang ini berlaku, semua tindakan penyelidikan, penyidikan, dan
penuntutan Tindak Pidana Korupsi yang proses hukumnya belum selesai harus
dilakukan berdasarkan ketentuan sebagaimana diatur dalam UndangUndang ini.
ETIKA & PENDIDIKAN ANTI
KORUPSI

UU
NOMOR 07
TAHUN
2006
United Nation Convention Against Corruption
United Nation Convention Against Corruption

Condition in Indonesia

Substance of the law

Importance and impact to Indonesia


The United Nations Convention against Corruption
(UNCAC) is the only legally binding
international anti-corruption multilateral treaty.

UNCAC's goal is to reduce various types


of corruption that can occur across country borders,
such as trading in influence and abuse of power, as
well as corruption in the private sector, such
as embezzlement and money laundering.
Drafted Signed Effective
31 Oktober 2003 9 Desember 2003 14 Desember 2005

Signed in
Merida, Yucatan, Mexico
UN headquartes in New York City
181 UN member states, the Cook Islands, Niue, the Holy See, the State of Palestine, and the European Union.

12 UN member states that have not ratified the convention are

Andora
Barbados
Eritrea
Monaco
North Korea
Saint Kitts and Nevis
Saint Vincent and Grenandies
San Marino
Somalia
Suriname
Syiria
Tonga
Korupsi memerlukan langkah-Iangkah pencegahan dan pemberantasan pada
tingkat nasional maupun tingkat internasional.

Dukungan manajemen pemerintahan yang baik dan kerja sama


internasional.

Peraturan perundang-undangan yang sudah ada belum memadai.

Pemerintah Republik Indonesia ikut menandatangani Konvensi Perserikatan


Bangsa Bangsa tentang Anti Korupsi.
Masa Sebelumnya...

• UU Tipikor di Indonesia masih belum menyentuh


korupsi di beberapa sektor
• Belum adanya peraturan mengenai pengembalian
aset-aset yang dikorup
• Belum ada peraturan yang melarang aktivitas
seperti pencucian uang (money laundering),
mencegah korupsi, dan saling bekerja sama satu
sama lain
Pasal 1
1) Mengesahkan United Nations Conention Against Corruption, 2003
(Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi, 2003) dengan
Reservation (Pensyaratan) terhadap Pasal 66 ayat (2) tentang
Penyelesaian Sengketa.
2) Salinan naskah asli United Nations Convention Against Corruption,
2003 (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi, 2003)
dengan Reservation (Pensyaratan) terhadap Pasal 66 ayat (2) tentang
Penyelesaian Sengketa dalam bahasa Inggris dan terjemahannya
dalam bahasa Indonesia sebagaimana terlampir dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Undang-Undang ini.

Isi Undang-Undang
Sesuai dengan ketentuan Konvensi, Indonesia juga menyatakan reservation
(persyaratan) terhadap Pasal 66 ayat (2) Konvensi yang mengatur upaya
penyelesaian sengketa, seandainya terjadi, mengenai penafsiran dan
pelaksanaan Konvensi melalui Mahkamah Internasional. Sikap ini diambil
antara-lain atas pertimbangan bahwa Indonesia tidak mengakui jurisdiksi
yang mengikat secara clematis (compulsory jurisdiction) dari Mahkamah
Internasional. Pensyaratan tersebut bersifat prosedural sesuai dengan
ketentuan internasional yang berlaku.

Penjelasan
Lingkup Konvensi pembukaan dan batang tubuh yang terdiri
atas 8 (delapan) bab dan 71 (tujuh puluh satu) pasal dengan
sistematika sebagai berikut:
Bab I : Ketentuan Umum
Bab II : Tindakan-tindakan Pencegahan
Bab III : Kriminalitas dan Penegakan Hukum
Bab IV : Kerja Sama Internasional
Bab V : Pengembalian Aset
Bab VI : Bantuan Teknis dan Pertukaran
Informasi
Bab VII : Mekanisme-mekanisme Pelaksanaan
Bab VIII : Ketentuan-ketentuan Akhir

Pokok-pokok Isi Konvensi


Pasal 2
“Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan
penempatannya dalam Lembara Negara Republik Indonesia.”

Isi Undang-Undang
The preparation of the United Nations Convention began in 2000 where
the General Assembly of the United Nations in its 55th session through
Resolution Number 55/61.

It is necessary to formulate international anti-corruption legal


instruments globally that connect different legal systems and advance
effective efforts to eradicate corruption.

An Ad Hoc was formed to negotiate the draft convention until finally


the UNCAC created.
The ratification of this convention is a national commitment to improve the image of the
Indonesian nation in international political circles. Other important meanings of the ratification
of the convention are:
1. Increasing international cooperation especially in tracking, freezing, confiscating, and
returning assets resulting from corruption committed abroad;
2. Increase international cooperation in realizing good governance;
3. Increasing international cooperation in implementing extradition agreements, mutual legal
assistance, transfer of prisoners, transfer of criminal proceedings, and cooperation in law
enforcement;
4. Encourage the establishment of technical cooperation and information exchange in the
prevention and eradication of criminal acts of corruption under the umbrella of economic
development cooperation and technical assistance in the bilateral, regional and multilateral
scope; and
5. Harmonization of national legislation in the prevention and eradication of corruption in
accordance with this convention.

Important Meaning for Indonesia


The juridical consequences of the ratification of UNCAC by Indonesia
through the Law Number 7 of 2006 concerning on the existence of need
to adopt important norms inwardly positive law in Indonesia. In addition
to "catching up" behind and shortcomings of the current Corruption
Crime Act, the ratification also shows a serious commitment from this
country to eradicate corruption.
BUT THE CONDITIONS TODAY ARE...

• Corruption is increasingly sophisticated and


varied in its mode of operation while the
development of law is relatively lagging behind
the development of society and information

1
technology.
The case of complexity corruption crime • This means that unlike other conventional
crimes, corruption is a crime that develops
dynamically over time.
• Htt recht hinkt achter de feiten aan. An
expression in Dutch which means that the law is
left out of the event.
Broadly speaking there are two categories of
international crime codification in various treaty.
First, treaties that expressly state actions that are

2
prohibited and are declared as crimes under
Internationalization corruption crime international law. Secondly, treaties which do not
declare prohibited acts of crime as a crime, but
require the participating countries to demand or
extradite the perpetrators of these acts based on
national law.
The relationship between international criminal law

3
and national criminal law is a complementary
The connection between “International
relationship with one another and has an important
Law and National Law” and the influence
meaning in the framework of the enforcement of
of International Law
criminal law itself. International Law as
complement of National Law.
• Based on UNCAC, corruption is an
international crime, so the universal principle in
criminal law applies in every country is obliged
to prosecute and punish perpetrators of
international crimes.

4
• The ratification of the UNCAC by the
How’s the implementation of UNCAC in
Indonesian Government is of course based on
Indonesian Law
careful consideration that the contents of the
convention are in accordance with the situation
and condition of the country which is currently
active in eradicating corruption.
• The ratification of the UNCAC applies as a self-
executing treaty. That is, it can be immediately
applied as a positive law.
The results that have been achieved and Indonesia's plans for the 8 articles
are the priority and the pilot focus of UNCAC. The 8 articles are among
others:

• Article 5 (anti-corruption prevention policies and practices),


• Article 15 (bribery of national public officials),
• Article 16 (bribery of foreign public officials and officials from
international organizations),
• Article 17 (embezzlement, misuse or transfer of property by other
means by a public official),
• Article 25 (Acts obstruct judicial proceedings),
• Article 46 (reciprocal assistance in criminal matters),
• Article 52 (Prevention and Tracking of transfer of proceeds of
proceeds of crime), and
• Article 53 (Actions for direct return of assets)
The important thing in ensuring the acceleration of eradicating corruption in
Indonesia in supporting UNCAC is to ensure that the current legal instruments and
regulations are in accordance with the objectives of UNCAC. For this reason, the
KPK, assisted by donors, took the initiative to conduct gap analysis of articles
in the UNCAC with the applicable rules and regulations in Indonesia. This gap
analysis study is carried out by Indonesian and International legal experts who are
experienced and competent in their fields
Penyuapan pejabat publik dalam negeri [MANDATORY] Gap Analysis berpendapat bahwa ketentuan ini
sudah dipuaskan pasal-pasal 5 dan 6 UU No. 31/99.
Pasal
15
Penyuapan pejabat publik luar negeri dan pejabat publik organisasi internasional [AYAT (1) MANDATORY;
AYAT (2) NON-MANDATORY Konsep kriminalisasi penyuapan pejabat publik luar negeri belum tercantum
dalam hukum Indonesia. Dalam pasal ini, tindakan-tindakan yang perlu dikriminalisasikan adalah
pengundangan (solicitation) suap oleh pejabat publik luar negeri/organisasi internasional (AYAT 2 – NON
MANDATORY), serta penawaran suap kepada pejabat publik luar negeri/organisasi internasional oleh pihak
manapun (AYAT 1 - MANDATORY). Gap Analysis memberi rekomendasi bahwa ketentuan ini perlu dibuat
eksplisit dalam UU Anti-korupsi, karena ketentuan ini akan merubah subyek dari UU tersebut, sehingga
merangkup pengundangan (solicitation) suap oleh seorang warga asing pejabat publik/organisasi
internasional di Indonesia, serta warga negara Indonesia yang melakukan penyuapan warga asing pejabat
publik/organisasi internasional di negara asing. Secara umum, Gap Analysis mengingatkan bahwa KUHP
berdasarkan prinsip teritorial dalam pasal 2-nya, memungkinkan pemrosesan secara pidana seorang pejabat
publik asing/pejabat publik organisasi internasional yang melakukan tindak pidana di Indonesia.
Pasal
Pencurian (Embezzlement), Misapropriasi dan Pengalihan Properti lainnya oleh pejabat publik 16
[MANDATORY] Gap Analysis berpendapat bahwa ketentuan ini sudah dipuaskan pasal-pasal 8, 9 dan 10
UU No. 31/99.
Pasal 17
• Given Indonesia's preparation and sincerity in
eradicating corruption and implementing UNCAC,
Indonesia was chosen as one of the countries that was
used as a pilot project in implementation, where
Indonesia was willing to be reviewed by other
countries. In this case Indonesia is willing to be
Conclusion reviewed by the Netherlands and Jordan.
• Though the complexity case of corruption, Indonesia
still trying best to face and correlate between national
crime law and conversion rule that has been ratified.

The process and effort show Indonesia’s commitment to


push and fight against corruption case!
Thank You
ETIKA & ANTI-KORUPSI

Week
11

GERAKAN,
KERJASAMA DAN
INSTRUMEN
INTERNASIONAL
PENCEGAHAN
KORUPSI

Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional 1


1
ETIKA & ANTI-KORUPSI

Kompetensi Dasar
1. Mahasiswa mampu menjelaskan
gerakan-gerakan internasional POKOK BAHASAN
pencegahan korupsi; Gerakan-gerakan, kerjasama
2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan beberapa instrumen
kerjasama-kerjasama internasional pencegahan
internasional pencegahan korupsi.
korupsi;
3. Mahasiswa mampu menjelaskan
beberapa instrumen SUB POKOK BAHASAN
internasional pencegahan 1. Gerakan dan Kerjasama
korupsi; Internasional Pencegahan
4. Mahasiswa mampu Korupsi;
membandingkan kelemahan- 2. Instrumen Internasional
kelemahan dan kelebihan- Pencegahan Korupsi;
kelebihan pemberantasan 3. Pencegahan Korupsi :
korupsi di negara lain; Belajar dari Negara Lain.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan
arti penting ratifikasi Konvensi
Anti Korupsi bagi Indonesia.
Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional 2
2
ETIKA & ANTI-KORUPSI

GERAKAN ORGANISASI
INTERNASIONAL

Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional 3


3
ETIKA & ANTI-KORUPSI

BOTTOM UP APPROACH
Berangkat dari 5 (lima) asumsi yakni:
a) semakin luas pemahaman atau
pandangan mengenai permasalahan
yang ada, semakin mudah untuk
meningkatkan awareness untuk
memberantas korupsi;
b) adanya network atau jejaring yang baik
akan lebih membantu pemerintah dan
masyarakat sipil (civil society). Untuk itu
perlu dikembangkan rasa saling percaya
serta memberdayakan modal sosial
(social capital) dari masyarakat;

Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional 4


4
ETIKA & ANTI-KORUPSI

BOTTOM UP APPROACH
c) Perlu penyediaan data mengenai efesiensi dan
efektifitas pelayanan pemerintah melalui corruption
diagnostics. Dengan penyediaan data dan
pengetahuan yang luas mengenai problem korupsi,
reformasi administratif-politis dapat disusun secara
lebih baik;
d) Adanya pelatihan-pelatihan khusus. Pelatihan ini
dapat diambil dari toolbox yang disediakan oleh
World Bank yang diharapkan dapat membantu
mempercepat pemberantasan korupsi. Bahan-
bahan yang ada dipilih sendiri dan harus
menyesuaikan dengan kondisi masing-masing
negara; dan

Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional 5


5
ETIKA & ANTI-KORUPSI

BOTTOM UP APPROACH
e) adanya rencana aksi pendahuluan yang
dipilih atau dikonstruksi sendiri oleh
negara peserta, diharapkan akan
memiliki trickle-down effect dalam arti
masyarakat mengetahui pentingnya
pemberantasan korupsi.

(Haarhuis : 2005)

Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional 6


6
ETIKA & ANTI-KORUPSI

TOP-DOWN APPROACH
Pendekatan dari atas atau top-down
dilakukan dengan melaksanakan
reformasi di segala bidang baik hukum,
politik , ekonomi maupun administrasi
pemeritahan. Corruption is a symptom of
a weak state and weak institution,
sehingga harus ditangani dengan cara
melakukan reformasi di segala bidang.

(Haarhuis : 2005)
Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional 7
7
ETIKA & ANTI-KORUPSI

Bahan Diskusi

Dari 2 (dua) macam pendekatan untuk melaksanakan


program anti-korupsi, diskusikanlah dengan rekan-
rekan anda, pendekatan mana yang anda rasa lebih
baik? Apa kelemahan dan kelebihan pendekatan dari
bawah (bottom-up) dan pendekatan dari atas (top-
down)? Mana yang kira-kira lebih efektif untuk
pemberantasan korupsi? Anda dapat menambahkan
opini anda dan rekan-rekan anda, sehingga diskusi
akan bertambah menarik.

Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional 8


8
ETIKA & ANTI-KORUPSI

GERAKAN LEMBAGA SWADAYA


INTERNASIONAL (INTERNATIONAL NGOs)

Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional 9


9
ETIKA & ANTI-KORUPSI

GERAKAN LEMBAGA SWADAYA


INTERNASIONAL (INTERNATIONAL NGOs)
POSISI INDONESIA DALAM INDEKS
PERSEPSI KORUPSI TI
Tahun 2012-2018

Sumber : www.transparency.org
Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional 10
10
ETIKA & ANTI-KORUPSI

GERAKAN LEMBAGA SWADAYA


INTERNASIONAL (INTERNATIONAL NGOs)

• Salah satu program TIRI adalah membuat jejaring


dengan universitas untuk mengembangkan
kurikulum Pendidikan Integritas dan/atau
Pendidikan Anti Korupsi di perguruan tinggi.
Jaringan ini di Indonesia disingkat dengan nama I-
IEN atau Indonesian-Integrity Education Network.

• TIRI berkeyakinan bahwa dengan mengembangkan


kurikulum Pendidikan Integritas dan/atau
Pendidikan Anti Korupsi, mahasiswa dapat
mengetahui bahaya laten korupsi bagi masa depan
bangsa.
www.i-ien.org www.tiri.org

Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional 11


11
ETIKA & ANTI-KORUPSI

INSTRUMEN INTERNASIONAL
PENCEGAHAN KORUPSI

United Nations Convention against


Corruption (UNCAC)  telah
ditandatangani oleh lebih dari 140 negara.
Penandatanganan pertama kali dilakukan pada
konvensi internasional yang diselenggarakan di
Mérida, Yucatán, Mexico, pada tanggal 31
Oktober 2003.;

Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional 12


12
ETIKA & ANTI-KORUPSI

INSTRUMEN INTERNASIONAL
PENCEGAHAN KORUPSI

Convention on Bribery of Foreign Public


Official in International Business
Transaction  konvensi internasional yang
dipelopori oleh OECD. Konvensi ini menetapkan
standar-standar hukum yang mengikat (legally
binding) negara-negara peserta untuk
mengkriminalisasi pejabat publik asing yang
menerima suap (bribe) dalam transaksi bisnis
internasional.

Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional 13


13
ETIKA & ANTI-KORUPSI

BELAJAR DARI NEGARA LAIN

Malaysia : Hongkong :
Indonesia :
the Malaysia Independent
Filipina : Komisi
Anti- Commission
Lembaga Pemberantas
Corruption against
Ombudsman; an Korupsi
Commission Corruption
(KPK).
(MACC); (ICAC);

Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional 14


14
ETIKA & ANTI-KORUPSI

ARTI PENTING RATIFIKASI KONVENSI


ANTI KORUPSI BAGI INDONESIA

• Ratifikasi United Nations Convention


against Corruption (UNCAC), 2003 dengan
Undang-Undang No. 7 Tahun 2006, LN 32
Tahun 2006;

• Kewajiban Pemerintah Indonesia untuk


melaksanakan isi konvensi internasional
dan melaporkan perkembangan
pencegahan dan pemberantasan korupsi di
Indonesia.
.
Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional 15
15
ETIKA & ANTI-KORUPSI

Bahan Diskusi

Ada beberapa isu penting yang masih menjadi kendala


dalam pemberantasan korupsi di tingkat internasional. Isu
tersebut misalnya mengenai pengembalian aset hasil tindak
pidana korupsi, pertukaran tersangka, terdakwa maupun
narapidana tindak pidana korupsi dengan negara-negara
lain, juga kerjasama interpol untuk melacak pelaku dan
mutual legal assistance di antara negara-negara. Beberapa
negara masih menjadi surga untuk menyimpan aset hasil
tindak pidana korupsi karena sulit dan kakunya pengaturan
mengenai kerahasiaan bank.

Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional 16


16
ETIKA & ANTI-KORUPSI

Selamat datang
generasi muda
anti-korupsi

Indonesia akan
lebih baik jika
tanpa korupsi

17
17
TINDAK PIDANA
KORUPSI
Oleh : IRAWATI

PKN STAN, 25 JULI 2020


Delik – Delik Tindak Pidana Korupsi dlm UU
Pemberantasan TPK
Dulu: Sekarang:
Bermula dari penjara… Bermula dari pejabat negara..
berakhir menjadi pejabat negara.... ....dan berakhir di Penjara
Pengertian Delik
Kata delik berasal dari bahasa Latin, yaitu “delictum” yang
artinya “kesalahan / kegagalan / kerusakan”.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia


“Delik adalah perbuatan yang dapat dikenakan hukuman
karena merupakan pelanggaran terhadap undang-undang;
tindak pidana.”
Delik Menurut Ahli
Moeljatno, (Rusli Effendy, 1980: 47) merumuskan delik adalah “perbuatan yang
dilarang dan diancam dengan pidana, barang siapa yang melanggar larangan
tersebut”.

Tresna (Rusli Effendy, 1980: 53) merumuskan peristiwa pidana sebagai berikut:
Perbuatan atau rangkaian perbuatan manusia yang bertentangan dengan
Undang-Undang atau peraturan perundang-undangan atau peraturan
perundang-undangan lainnya terhadap perbuatan diadakan tindakan
pemidanaan.

Dari beberapa rumusan tentang delik yang dikemukakan oleh beberapa


sarjana di atas, dapat disimpulakan bahwa:

“delik adalah suatu perbuatan yang dilarang oleh Undang-Undang karena


merupakan perbuatan yang merugikan kepentingan umum dan pelakunya
dapat dikenakan pidana”.
Latar Belakang

Tindak Pidana Korupsi dan Tindak


Pidana Pencucian Uang adalah satu dari
beberapa tindak pidana yang bersifat
luar biasa atau biasa dikenal sebagai
extra ordinary crime, yang karenanya
pemberantasannya membutuhkan cara-
cara yang luar biasa pula.
Extra Ordinary Crime, secara umum memiliki ciri
sebagai berikut:

1. Berpotensi dilakukan oleh siapa saja;


2. Random target/random victim;
3. Kerugiannya besar dan meluas (snowball atau
domino effect);
4. Terorganisasi atau oleh organisasi;
5. Bersifat lintas negara
Delik Tindak Pidana Korupsi
Ada 30 bentuk/ jenis tindak pidana korupsi yang
dirumuskan kedalam 13 pasal dalam UU No. 31
Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001.

Dari 13 pasal tadi dapat dikelompokkan menjadi 7


macam perbuatan utama.+1
Merugikan Keuangan Negara

30 Bentuk Penggelapan Dalam Jabatan


Tipikor
Suap-Menyuap

13 Pasal 7 Macam Benturan Kepentingan dalam


UU No 31 Th 1999
jo UU No. 20 Th.
2001
Perbuatan Pengadaan

Perbuatan Curang

Perbuatan Pemerasan
+1

Menghalangi proses penegakkan hukum Gratifikasi


Penyelidikan:
Serangkaian tindakan
penyelidik untuk mencari dan
Pasal 40 UU KPK : terbaru menemukan suatu peristiwa yang
(UU 19/2019) menjadi "Komisi diduga sebagai tindak pidana
Pemberantasan Korupsi dapat guna menentukan dapat tidaknya
menghentikanpenyidikan dan dilakukan penyidikan menurut
penuntutan terhadap Masyarakat yang menemukan cara yang diatur dalam undang-
perkaraTindak Pidana Korupsi Tindak Pidana Korupsi dapat undang ini. (Pasal 1 angka 5
yang penyidikan melaporkan dugaan Tipikor ke KUHAP) Undang Undang No. 8
danpenuntutannya tidak selesai Tahun 1981
dalam jangka waktupaling lama 2 Pengaduan Masyarakat KPK
(dua) tahun"
“Penyidikan adalah serangkaian
tindakan penyidik dalam hal dan
menurut cara yang diatur dalam
Penyelidikan: undang-undang ini untuk mencari
Penyelidik KPK melakukan serta mengumpulkan bukti yang
Berdasarkan Pengaduan dari Masyarakat, dengan bukti itu membuat terang
DUMAS Melakukan Verifikasi ada tidaknya Pengumpulan minimal 2 tentang tindak pidana yang terjadi
dugaan Tindak Pidana Korupsi, dan memenuhi alat bukti dan guna menemukan tersangkanya”
(Pasal 1 angka 2 KUHAP) Undang
kriteria yang dapat ditangani KPK Undang No. 8 Tahun 1981
Saksi Tersangka

Penyidikan:
Aparat Penegak
Melakukan Pembuktian sebagaimana
Hukum Lainnya
diatur dalam KUHP dan dalam
rangka Penuntutan
Perkara yang berkekuatan Terpidana
Eksekusi
Hukum Tetap (Inkracht)
P21: Pemberitahuan

Penuntutan:
Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan P22:
perkara pidana ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan Berkas &
Bading > Kasasi > Persidangan TSK
menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini dengan permintaan
Peninjauan Kembali supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan. (Pasal 1
(Pasal 1 Angka 12 KUHAP) angka 2 KUHAP) Undang Undang No. 8 Tahun 1981
Terdakwa
12

Subjek Hukum Pelaku


Tindak Pidana Korupsi
Subjek Hukum TP Korupsi
“Setiap Orang” (Pasal 1 angka 3)
a. orang perseorangan: siapa saja, setiap orang, pribadi kodrati;
b. korporasi (Pasal 1 angka 1): kumpulan orang atau kekayaan yang
terorganisasi, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan
hukum;
c. Pegawai Negeri:
- pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam UU tentang
kepegawaian
- pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam KUHP,
- orang yang menerima gaji/upah dari keuangan negara/daerah,
- orang yang menerima gaji/upah dari suatu korporasi yang
menerima bantuan dari keuangan negara/daerah
- orang yang mempergunakan modal atau fasilitas dari
negara/masyarakat
Pengertian Pegawai Negeri menurut UU 5 th 2014
Ps 1 ayat (3)

Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS


adalah warga negara Indonesia yang memenuhi
syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara
tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk
menduduki jabatan pemerintahan
Pengertian Pegawai Negeri menurut KUHP
Pasal 92 ayat (1)

Yang disebut pejabat, termasuk juga orang-orang


yang dipilih dalam pemilihan yang diadakan
berdasarkan aturan-aturan umum, begitu juga orang-
orang yang, bukan karena pemilihan, menjadi anggota
badan pembentuk undang-undang badan
pemerintahan, atau badan perwakilan rakyat, yang
dibentuk oleh Pemerintah atau atas nama
Pemerintah; begitu juga semua anggota dewan
waterschap, dan semua kepala rakyat Indonesia asli
dan kepala golongan Timur Asing yang menjalankan
kekuasaan yang sah.
Penyelenggara Negara
Menurut UU No. 28 Tahun 1999,
Penyelenggara Negara, meliputi:
Bab II pasal 2 Pejabat Negara Lainnya :
- Pejabat Negara pada Lembaga Duta Besar
Tertinggi Negara
Wakil Gubernur
- Pejabat Negara pada Lembaga Bupati / Walikota dan Wakilnya
Tinggi Negara
Pejabat lainnya yang memiliki fungsi strategis :
- Menteri
- Komisaris, Direksi, dan Pejabat Struktural pada
- Gubernur
BUMN dan BUMD
- Hakim
- Pimpinan Bank Indonesia.
- Pejabat Negara lain sesuai dengan - Pimpinan Perguruan Tinggi.
ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, dan - Pimpinan Eselon Satu dan Pejabat lainnya yang

- Pejabat lain yang memiliki fungsi disamakan pada lingkungan Sipil dan Militer.
strategis dalam kaitannya - Jaksa.
dengan penyelenggaraan negara
sesuai dengan - Penyidik.
ketentuan perundang- - Panitera Pengadilan.
undangan yang berlaku
- Pimpinan Proyek atau Bendaharawan Proyek.
- Pegawai Negeri
17

Jenis Tindak Pidana Korupsi


UU No. 31/1999 jo. UU No. 20/2001
Kerugian Keuangan Penggelapan dalam
Penyuapan
Negara Jabatan

• Pasal 5 ayat (1) huruf


• Pasal 2 (1) • Pasal 8
a dan b
• Pasal 3 • Pasal 9
• Pasal 13
• Pasal 5 (2) • Pasal 10 huruf a, b,
• Pasal 12 huruf a dan dan c
b
• Pasal 11
• Pasal 6 (1) huruf a
dan b
• Pasal 6 (2)
• Pasal 12 huruf c dan
c
UU No. 31/1999 jo. UU No. 20/2001

Perbuatan Curang Pemerasan Benturan Kepentingan


dalam Pengadaan

• Pasal 7 (1) huruf a,


b, c, dan d • Pasal 12 huruf e, f, • Pasal 12 huruf i
• Pasal 7 (2) dan g
• Pasal 12 huruf h

Gratifikasi

• Pasal 12B jo, Pasal


12C
1. Merugikan Keuangan Negara
Pasal 2(1) dan Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001
Merugikan Keuangan Negara
Pasal 2(1) dan Pasal 3
Pasal 2

(1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan


perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara, dipidana penjara dengan penjara
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling
sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
“Keadaan tertentu”
UU No. 20/2001
Pasal 1 angka 1:
“Pasal 2 ayat (2) substansi tetap, penjelasan pasal diubah sehingga…”
Penjelasan Pasal 1 angka 1:
“Pasal 2 ayat (2)
… adalah keadaan yang dapat dijadikan alasan pemberatan pidana
bagi pelaku tindak pidana korupsi yaitu apabila tindak pidana
tersebut dilakukan,
- terhadap dana-dana yang diperuntukkan bagi
penanggulangan: keadaan bahaya, bencana alam nasional,
akibat kerusuhan sosial yang meluas, krisis
ekonomi/moneter; dan
- pengulangan tindak pidana korupsi
Merugikan Keuangan Negara
Pasal 2(1) dan Pasal 3

Pasal 3
Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana
yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang
dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup
atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling
sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
Pengertian kerugian keuangan negara diatur di dalam
bagian Penjelasan Umum UU No. 31/1999, yaitu:

Keuangan negara yang dimaksud adalah seluruh


kekayaan negara dalam bentuk apapun, yang dipisahkan
atau yang tidak dipisahkan, termasuk di dalamnya segala
bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban
yang timbul karena :
a. berada dalam penguasaan, pengurusan, dan
pertanggungjawaban pejabat lembaga negara, baik
ditingkat pusat maupun di daerah.
b. berada dalam penguasaan, pengurusan dan
pertanggungjawaban BUMN/BUMD, yayasan, badan
hukum, dan perusahaan yang menyertakan modal
negara atau perusahaan yang menyertakan modal
pihak ketiga berdasarkan perjanjian dengan Negara.
Demikian pula pengertian “perekonomian negara”,
Penjelasan Umum UU No. 31/1999 menjelaskan
sebagai
kehidupan perekonomian yang disusun sebagai usaha
bersama berdasarkan asas kekeluargaan ataupun
usaha masyarakat secara mandiri yang didasarkan
pada kebijakan pemerintah, baik di tingkat pusat
maupun di daerah sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku yang bertujuan
memberikan manfaat, kemakmuran, dan
kesejahteraan kepada seluruh kehidupan rakyat.
26

Kerugian Keuangan Negara

Pasal 2 ayat (1) Pasal 3

• Menyalahgunakan
• Melawan Hukum kewenangan,
kesempatan atau
sarana yang ada
padanya

“Kerugian Negara/Daerah adalah kekurangan uang, surat


berharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai
akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai.”
Pasal 1 angka 15 UU No. 15/2006 tentang BPK
Pasal 1 angka 22 UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan
Negara
27
2. PENGGELAPAN
DALAM JABATAN
Pasal 8, 9, 10 huruf a b c UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001
Pengertian
• Pasal 374 KUHP
“Penggelapan yang dilakukan oleh orang yang
penguasaannya terhadap barang disebabkan karena
ada hubungan kerja atau karena pencarian atau
karena mendapat upah untuk itu, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun.”
Pasal 8
Pegawai negeri atau orang lain selain pegawai
negeri
yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum
secara terus menerus atau untuk sementara waktu
sengaja:
a. menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan
karena jabatannya; atau
b. Membiarkan uang atau surat berharga itu diambil atau
digelapkan oleh orang lain; atau
c. membantu dalam melakukan perbuatan (mengambil
atau menggelapkan uang atau surat berharga) tersebut.
Pasal 9
Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri
Yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan
umum:
a. secara terus menerus, atau
b. untuk sementara waktu
Dengan sengaja :
a. Memalsukan buku-buku atau daftar-daftar yang khusus
untuk pemeriksaan administrasi
Pasal 10
• Huruf a
Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri
yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan umum
secara terus menerus atau sementara waktu
menggelapkan, menghancurkan, merusakkan, atau
membuat tidak dapat dipakai :
 barang, akta, surat, atau daftar
 yang digunakan untuk meyakinkan atau membuktikan di
muka pejabat yang berwenang
 yang dikuasai karena jabatannya
• Huruf b
Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri
yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan umum
secara terus menerus atau sementara waktu
Membiarkan orang lain menghilangkan,
menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak
dapat dipakai,
- Barang, akta, surat, atau daftar
• Huruf c
Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri
yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan umum
secara terus menerus atau sementara waktu
Membantu orang lain menghancurkan, menghilangkan,
merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai
- Barang, akta, surat, atau daftar
Contoh Kasus

Jabatan yang dijalani dapat berupa jabatan yang terus-menerus


atau sementara waktu
• Penggelapan adalah kejahatan yang hampir sama dengan
pencurian tetapi pada penggelapan pada waktu dimilikinya
barang tersebut, sudah ada di tangannya tidak dengan
jalan kejahatan/melawan hukum. Sehingga, bisa dikatakan
penggelapan jika unsur-unsur dibawah ini terpenuhi :
1. Barang siapa (ada pelaku);
2. Dengan sengaja dan melawan hukum;
3. Memiliki barang sesuatu yang seluruh atau sebagian adalah
kepunyaan orang lain;
4. Barang tersebut ada dalam kekuasaannya bukan karena
kejahatan.
3. Delik Pemberian Sesuatu/Janji/Kepada Pegawai
Negeri/Penyelenggara Negara (PENYUAPAN)
Pasal 5, 6, 11, 12, 13 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001
3. Delik Pemberian Sesuatu/Janji/Kepada Pegawai
Negeri/Penyelenggara Negara (PENYUAPAN)

Penyuapan merupakan istilah yang


dituangkan dalam undang-undang
sebagai suatu hadiah atau janji
(giften/beloften) yang diberikan atau
diterima, meliputi
 penyuapan aktif
 penyuapan pasif
Ada 3 unsur yang esensial dari delik suap
yaitu:

1. Menerima hadiah atau janji;


2. Berkaitan dengan kekuasaan yang
melekat pada jabatan;
3. Bertentangan dengan kewajiban atau
tugasnya.

Subjek Penerima dalam Tindak Pidana


Penyuapan adalah Pegawai Negeri atau
Penyelenggara Negara
• Pasal 92 KUHP
• Pasal 1 angka 2 UU 31/1999
• Pasal 1 angka 2 UU 5/2014
• Pasal 1 & 2 UU 28/1999
PASAL 5
Pasal 5 (1) huruf a & b  Pemberi Suap
Pasal 5 (2 )  Penerima Suap

(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling
lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus
lima puluh juta rupiah) setiap orang yang:
a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut berbuat
atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan
kewajibannya; atau
b. memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau
berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau
tidak dilakukan dalam jabatannya.
(2) Bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima pemberian
atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau huruf b,
dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
PASAL 6
Pasal 6 (1) huruf a & b  Pemberi
Pasal 6 (2)  Penerima
(1)Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling
lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 150.000.000,00
(seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh
ratus lima puluh juta rupiah) setiap orang yang:
a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud untuk mempengaruhi
putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili; atau
b. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan ditentukan menjadi advokat untuk menghadiri sidang pengadilan
dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan
berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili.

(2)Bagi hakim yang menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud


dalam ayat (1) huruf a atau advokat yang menerima pemberian atau janji
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, dipidana dengan pidana
yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
PASAL 11  Penerima

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun


dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling
sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling
banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)
pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima
hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa
hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau
kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau yang
menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji
tersebut ada hubungan dengan jabatannya.
PASAL 12  Penerima Suap
Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah):
a. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji, padahal
diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan
agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan
kewajibannya;
b. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah, padahal diketahui atau
patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah
melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan
kewajibannya;
c. hakim yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah
atau janji tersebut diberikan untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan
kepadanya untuk diadili;
d. seseorang yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan ditentukan menjadi
advokat untuk menghadiri sidang pengadilan, menerima hadiah atau janji, padahal diketahui
atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut untuk mempengaruhi nasihat atau
pendapat yang akan diberikan, berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada
pengadilan untuk diadili;
Pasal 12 huruf

- Pegawai negeri atau penyelenggara negara


- Dengan maksud
- Menguntungkan diri sendiri atau orang lain
- Secara melawan hukum
- Dengan menyalahgunakan kekuasaannya
- Memaksa seseorang
- Memberikan sesuatu yang dibayar, atau menerima pembayaran dengan
potongan, atau mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri.
Pasal 12 huruf f

- Pegawai negeri atau penyelenggara negara


- Pada waktu menjalankan tugas
- Meminta, menerima, atau memotong
- Pembayaran kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara lain atau
kepada kas umum
- Seolah mereka itu mempunyai utang kepadanya
- Padahal diketahui bukan utang
Pasal 12 huruf g

- Pegawai negeri atau penyelenggara negara


- Pada waktu menjalankan tugas
- Meminta atau menerima pekerjaan, atau penyerahan barang
- Seolah-olah merupakan utang kepada dirinya
- Padahal diketahui bukan utang.
Pasal 12 huruf h

- Pegawai negeri atau penyelenggara negara


- Pada waktu menjalankan tugas
- Menggunakan tanah negara yang diatasnya terdapat hak pakai
- Seolah sesuai per-UU-an
- Telah merugikan orang yang berhak
- Padahal diketahuinya
- Perbuatan tersebut bertentangan dengan per-UU-an
Pasal 12 huruf i

- Pegawai negeri atau penyelenggara negara


- Langsung maupun tidak langsung
- Turut serta dalam pemborongan, pengadaan, atau persewaan
- Yang pada saat perbuatan dilakukan
- Seluruh atau sebagian ditugaskan untuk mengurus atau
mengawasinya.
Pasal 12B ayat (1) ttg gratifikasi (akan dibahas di slide
tersendiri)
PASAL 13  Pemberi

Setiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada pegawai


negeri dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang
melekat pada jabatan atau kedudukannya, atau oleh pemberi
hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau
kedudukan tersebut, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan atau denda paling banyak
150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
Contoh

• Pragsono, Hakim PN Tipikor Semarang


• Asmadinata – Hakim ad hoc Tipikor Palu
• Kartini Juliana M. M., Hakim ad hoc PN
Tipikor Semarang
• Heru Kisbandono, Hakim ad hoc Tipikor
Pontianak
• Tripeni Irianto Putro – Ketua PTUN Medan
• Amir Fauzi – Hakim PTUN Medan
• Janner Purba – Ketua PN Kepahiang
• Sudiwardono – Ketua PT Manado
• O. C. Kaligis
• Kasman Sangaji
• Akhmad Zaini
• Mario C. Bernardo
• Frederich Yunadi (Terkait perkara menghalang-halangi penyidikan
perkara e-KTP)
Contoh Kasus

Patrialis ditetapkan sebagai


tersangka karena diduga menerima
suap sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 c atau Pasal 11 UU No. 20
Tahun 2001 tentang Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi (UU Tipikor).
4. Delik Benturan Kepentingan Dalam Pengadaan
Pasal 12 huruf i UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001
Delik Benturan Kepentingan Dalam Pengadaan
PASAL 12
Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana
penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20
(dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah):
i. pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung
maupun tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam
pemborongan, pengadaan, atau persewaan, yang pada saat
dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian ditugaskan
untuk mengurus atau mengawasinya.”
Contoh Kasus
PN yang mendapatkan
kekuasaan dan kewenangan
berdasarkan peraturan
perundang-undangan memiliki
atau diduga memiliki
kepentingan pribadi atas setiap
penggunaan wewenang yang
dimilikinya sehingga dapat
mempengaruhi kualitas dan
kinerja yang seharusnya
5.Delik Perbuatan Curang
Pasal 7 (1) huruf a, b, c, dan d; Pasal 7(2)
Pasal 12 huruf h UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001
Delik Perbuatan
Curang
Pasal 7 ayat (1) huruf a, b, c, dan d
Pasal 7 ayat (2)
Pasal 12 huruf h

Tindakan curang dilakukan oleh Pemborong


Ahli Bangunan, Pengawas Proyek, Rekanan
TNI/Polri yang merugikan negara, serta
Pejabat Penyelenggara Negara menyerobot
tanah
Ketentuan Pidana
Pasal 7 ayat (1)
oPidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh)
tahun
oPidana denda paling sedikit Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan
paling banyak Rp350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah)
Pemborong Berbuat Curang
Pasal 7 ayat (1) huruf a

oPemborong, ahli bangunan, atau penjual bahan bangunan


oMelakukan perbuatan curang
oPada waktu membuat bangunan atau menyerahkan bahan
bangunan
oYang dapat membahayakan:
• keamanan orang atau barang, atau
• Keselamatan negara dalam keadaan perang.
Pengawas Proyek Membiarkan Perbuatan Curang
Pasal 7 ayat (1) huruf b

oSetiap orang yang bertugas mengawasi


pembangunan atau penyerahan bahan bangunan
oDengan sengaja
oMembiarkan perbuatan curang sebagaimana
dimaksud dalam huruf a
Rekanan TNI atau POLRI Berbuat Curang
Pasal 7 ayat (1) huruf c

oSetiap orang
oMelakukan perbuatan curang
oPada waktu menyerahkan barang keperluan TNI dan atau Polri
oDapat membahayakan keselamatan negara dalam keadaan perang
Pengawas Rekanan TNI/POLRI Membiarkan
Perbuatan Curang
Pasal 7 ayat (1) huruf d

oSetiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan


barang keperluan TNI dan atau Polri
oDengan sengaja
oMembiarkan perbuatan curang sebagaimana
dimaksud Pasal 7 ayat (1) huruf c
Penerima Barang TNI/POLRI Membiarkan
Perbuatan Curang
Pasal 7 ayat (2)

oSetiap orang
oYang menerima
penyerahan bahan bangunan; atau
penyerahan barang keperluan TNI dan atau Polri;
oMembiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud
ayat (1) huruf a atau c
Pegawai Negeri Menyerobot Tanah Negara
Sehingga Merugikan Orang Lain
Pasal 12 huruf h
• Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun
• Dan pidana denda paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)

oPegawai negeri atau penyelenggara negara


oPada waktu menjalankan tugas
oMenggunakan tanah negara yang diatasnya terdapat hak pakai
oSeolah sesuai dengan peraturan perundang-undangan
oTelah merugikan orang yang berhak
oPadahal diketahuinya
oPerbuatan tersebut bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan
6. Delik Perbuatan Pemerasan
Pasal 12 huruf e, f, g

“Pemerasan terjadi ketika


ada permintaan atau
pemaksaan untuk
membeberikan sesuatu
atau uang”
Pegawai Negeri Melakukan Pemerasan (1)
Pasal 12 huruf e

oPegawai negeri atau penyelenggara negara


oDengan maksud menguntungkan diri sendiri atau
orang lain
oSecara melawan hukum atau dengan
menyalahgunakan kekuasaannya
oMemaksa seseorang
oMemberikan sesuatu yang dibayar, atau menerima
pembayaran dengan potongan, atau mengerjakan
sesuatu bagi dirinya sendiri.
Pegawai Negeri Melakukan Pemerasan (2)
Pasal 12 huruf g

oPegawai negeri atau penyelenggara negara


oPada waktu menjalankan tugas
oMeminta atau menerima pekerjaan, atau penyerahan
barang
oSeolah-olah merupakan utang kepada dirinya
oPadahal diketahui bukan utang
Pegawai Negeri Melakukan Pemerasan
kepada pegawai negeri yang lain
Pasal 12 huruf f

oPegawai negeri atau penyelenggara negara


oPada waktu menjalankan tugas
oMeminta, menerima, atau memotong pembayaran
oKepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
lain atau kepada kas umum
oSeolah mereka itu mempunyai utang kepadanya
oPadahal diketahui bukan utang
Kasus Pemerasan Kawasan Wisata, KPK Tahan Bupati Lombok
Barat Zaini Arony
7. Gratifikasi
Pasal 12 huruf B dan C UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001
Pengertian Gratifikasi
Arti gratifikasi dapat diperoleh dari Penjelasan Pasal 12B Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001, yaitu pemberian dalam arti luas, yakni
meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman
tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata,
pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik
yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan
dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik
Gratifikasi Bermakna Negatif ?
Gratifikasi sebenarnya bermakna
pemberian yang bersifat netral. Suatu
pemberian menjadi gratifikasi yang
dianggap suap jika terkait dengan jabatan
dan bertentangan dengan kewajiban atau
tugas penerima.

Pemberian sesuatu kepada pegawai negeri


atau penyelenggara negara berkaitan dengan
jabatan yang dimilikinya
Pasal 12B
(1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap
pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan
kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. yang nilainya Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih, pembuktian bahwa
gratifikasi tersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh penerima gratifikasi;
b. yang nilainya kurang dari Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah), pembuktian bahwa
gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh penuntut umum.
(2) Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara sebagaimana dimaksud dalam
ayat
(1) adalah pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun, dan pidana denda paling sedikit
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
Pasal 12 C
(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 B ayat (1) tidak berlaku,
jika penerima melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
(2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib dilakukan
oleh penerima gratifikasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja terhitng sejak
tanggal gratifikasi tersebut diterima
(3) Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam waktu paling lambat 30
(tiga puluh) hari kerja sejak tanggal menerima laporan wajib menetapkan
gratifikasi dapat menjadi milik penerima atau milik negara.
(4) Ketentuan mengenai tata cara penyampaian laporan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) dan penentuan status gratifikasi sebagaimana dimaksud dalam
ayat (3) diatur dalam Undang-undang tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.
Pembuktian Gratifikasi

Gratifikasi Tidak dianggap sebagai suap saat


dilaporkan paling lambat 30 Hari sejak
Gratifikasi itu diterima
81

Pemidaanan Tipikor
82

Pidana Pokok (Pasal 10 KUHP)


₋ Penjara
₋ Kurungan
₋ Denda

Pidana Tambahan

Pasal 18 Ayat (1) UU No. 31/1999 jo. UU No. 20/2001

Pengembalian Kerugian Negara


₋ Tidak menghapus pidana
₋ Putusan bebas tidak menghapus hak menuntut kerugian
terhadap keuangan negara

Beban Tanggungjawab
Percobaan, perbuatan, pemufakatan jahat memiliki beban tanggungjawab yang sama
84

KASUS
85

PERKARA
PERIZINAN KEHUTANAN
TENGKU AZMUN JAFFAR/ TAJ (Mantan Bupati
Pelalawan, Riau)
Dakwaan : Primair – Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18
UU NO. 31/1999 jo. UU 20/2001
Subsidair – Pasal 3 jo. Pasal 18 UU NO.
31/1999 jo. UU 20/2001
Kerugian Negara : Rp 1.209 triliun
Perkara :
TAJ menyalahgunakan kewenangan dengan
memberikan izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
pada Hutan Tanaman Industri (IUPHHK-HT) kepada 7
perususahaan yang sengaja didirikan atau dipinjam
padahal perusahaan-perusahaan tersebut tidak
memenuhi persyaratan.
Dari izin yang diberikan telah dilakukan penebangan
diareal yang telah diberikan izin dan telah
menyebabkan kerugian negara.
86

PERKARA CEK PELAWAT

MIRANDA SWARAY GOELTOM/ MSG (Mantan Deputi


Gubernur Senior Bank Indonesia 2004-2009)
Dakwaan : Pasal 5 ayat (1) huruf b UU NO. 31/1999
jo. UU 20/2001 jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1
KUHPidana
Nilai Cek : Rp 24 Miliar (total)
Perkara :
MSG memberikan traveller’s check sebagai bentuk
ucapan terima kasih dalam rangka pemilihan dirinya
sebagai Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia
(DGSBI) kepada Anggota Komisi IX DPR RI.
87 PERKARA
PEMBANGUNAN DERMAGA
SABANG

Tersangka : IRWANDI YUSUF/ IY (Mantan


Gubernur Aceh), PT NINDYA KARYA, dan PT TUAH
SEJATI
Perkara :
- Sumber dana dari proyek pembangunan dermaga
ini adalah APBN 2006-2011 dengan total nilai
proyek senilai Rp 793 Miliar
- Dugaan Kerugian Negara Rp 313 Miliar karena
adanya penyimpangan dalam proyek
- PT Nindya Karya diperkirakan mendapatkan
keuntungan sebesar Rp 44,68 Miliar sedangkan PT
Tuah Sejati sebesar 49,9 Miliar
- Dalam proyek ini, IY selaku Gubernur Aceh juga
menerima gratifikasi dengan total Rp 32,3 Miliar
88

PERKARA
PERIZINAN KELAPA SAWIT

Tersangka : RITA WIDYASARI/ RW (Mantan Bupati


Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur)
Perkara :
- RW didakwa dengan Pasal 12 huruf B atau Pasal 11
UU NO. 31/1999 jo. UU 20/2001 jo. Pasal 64 ayat (1)
KUHPidana
- RW didakwa telah menerima suap sebesar Rp 6
Miliar terkait dengan pemberian izin lokasi
perkebunan kelapa sawit dan menerima gratifikasi
sebesar Rp 469 Miliar terkait dengan perizinan dan
proyek-proyek di lingkungan Pemerintahan
Kabupaten Kutai Kertanegara
- RW divonis dengan pidana penjara selama 10 tahun
dan denda sejumlah Rp 600 Juta subsidair kurungan
selama 3 bulan
89 PERKARA PENGADAAN MESIN JAHIT,
SARUNG,
DAN SAPI IMPOR

BACHTIAR CHAMSYAH (Menteri Sosial RI Periode


2001-2009)
Dakwaan : Pertama - Pasal 3 jo. Pasal 18 UU NO.
31/1999 jo. UU 20/2001 jo. Pasal 55 ayat
(1) ke-1 KUHP Jo. Pasal 65 ayat (1) KUHPidana
Kedua - Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18 UU NO.
31/1999 jo. UU 20/2001 jo. Pasal 55 ayat (1)
ke-1 KUHP Jo.Pasal 65 ayat (1) KUHPidana
Kerugian Negara : Rp 36,6 Miliar
Hukuman : Pidana penjara 1 tahun 8 bulan dan
denda sebesar Rp 50 Juta subsidair
pidana kurungan selama 3 bulan
90 PERKARA
TINDAK PIDANA PENCUCIAN
UANG

Tersangka : WA ODE NURHAYATI/ WON (Mantan


Anggota DPR)
Dakwaan : Primair Kesatu – Pasal 12 huruf a UU NO.
31/1999 jo. UU 20/2001
Primair Kedua – Pasal 3 UU NO. 31/1999 jo. UU
20/2001
Perkara :
WON sebagai Anggota DPR membantu beberapa
daerah untuk mendapatkan dana dari Pemerintah
dengan meminta imbalan. Beberapa daerah
diantaranya adalah Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten
Pidie Jaya, Kabupaten Bener Meriah, dan Kabupaten
Minahasa
91

PERKARA JUAL BELI JABATAN

TAUFIQURRAHMAN (T) (Mantan Bupati Nganjuk)


Dakwaan : Pasal 12 huruf A atau huruf B atau Pasal 11
UU NO. 31/1999 jo. UU 20/2001 jo. Pasal 55 Ayat 1
ke- 1 KUHP
Nilai Suap : Rp 1,35 Miliar
Hukuman: Piidana penjara 7 tahun dan denda sebesar
Rp 350 Juta Subsidair 4 bulan penjara
Ringkasan Perkara:
Selaku Bupati Nganjuk, T telah menerima suap dengan
jumlah total Rp 1,35 Miliar. Suap yang diterima
berkaitan dengan jual beli jabatan untuk pengisian
posisi tertentu di wilayah Nganjuk.
92

PERKARA PEMALSUAN
SERTIFIKAT LAHAN

Tersangka : SUBRI/ S (Mantan Kejaksaan Negeri


Praya, NTB)
Dakwaan : Primair Kesatu - Pasal 12 ayat (1) huruf a UU
NO. 31/1999 jo. UU 20/2001
Primair Kedua – Pasal 5 ayat (1) huruf a UU NO.
31/1999 jo. UU 20/2001
Perkara :
S telah menerima suap terkait dengan pemalsuan
sertifikat lahan di Selong Belanak, Lombok Tengah,
Nusa Tenggara Barat (NTB).
93

Penyelesaian Masalah Korupsi


Penyelesaian nmasalah korupsi tidak pidana diselesaikan hanya melalui 3
pendekatan yaitu Hukum, Ekonomi, dan Moral

Pemimpin yang Baik


Pemberantasan korupsi haruslah dipimpin oleh pemimpin yang bersih,
reputasinya baik, moralnya tinggi dan bisa menjadi teladan.

Peran Serta Masyarakat


Peran serta masyarakat sangat penting dalam upaya pencegahan dan
penindakan korupsi

Pemberantasan Korupsi =
Pencegahan + Penindakan + Peran Masyarakat
“Banyak yang salah jalan tapi
merasa tenang karena banyak
teman yang sama-sama salah.
Beranilah menjadi benar,
meskipun sendirian”
- Baharuddin Lopa
Daftar Pustaka
• UU Nomor 31 Tahun 1999 jo. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi
• https://aclc.kpk.go.id/materi/berpikir-kritis-terhadap-
korupsi/infografis
• https://nasional.kompas.com/read/2015/03/17/22174201/Kasus.Pe
merasan.Kawasan.Wisata.KPK.Tahan.Bupati.Lombok.Barat
• https://daerah.sindonews.com/read/781482/25/kasus-jembatan-
runtuh-2-terdakwa-terancam-5-tahun-bui-1378811297
• http://3.bp.blogspot.com/-fP-
OzTlfRik/Uyeg4nTY3sI/AAAAAAAACHc/f4n-PM7XIzc/s1600/jujur.png
• https://news.detik.com/berita/3161946/terbukti-korupsi-ups-alex-
usman-dihukum-6-tahun-penjara
• https://www.liputan6.com/news/read/529816/terbukti-korupsi-
mantan-walikota-cilegon-divonis-35-tahun-bui
Delik – Delik Tindak
Pidana Korupsi dlm
UU Pemberantasan
TPK
Pengertian Delik
Kata delik berasal dari bahasa Latin, yaitu “delictum” yang
artinya “kesalahan / kegagalan / kerusakan”.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia


“Delik adalah perbuatan yang dapat dikenakan hukuman
karena merupakan pelanggaran terhadap undang-undang;
tindak pidana.”
Delik Menurut Ahli
Moeljatno, (Rusli Effendy, 1980: 47) merumuskan delik adalah “perbuatan yang
dilarang dan diancam dengan pidana, barang siapa yang melanggar larangan
tersebut”.

Tresna (Rusli Effendy, 1980: 53) merumuskan peristiwa pidana sebagai berikut:
Perbuatan atau rangkaian perbuatan manusia yang bertentangan dengan
Undang-Undang atau peraturan perundang-undangan atau peraturan
perundang-undangan lainnya terhadap perbuatan diadakan tindakan
pemidanaan.

Dari beberapa rumusan tentang delik yang dikemukakan oleh beberapa


sarjana di atas, dapat disimpulakan bahwa:

“delik adalah suatu perbuatan yang dilarang oleh Undang-Undang karena


merupakan perbuatan yang merugikan kepentingan umum dan pelakunya
dapat dikenakan pidana”.
Latar Belakang

Tindak Pidana Korupsi dan Tindak


Pidana Pencucian Uang adalah satu dari
beberapa tindak pidana yang bersifat
luar biasa atau biasa dikenal sebagai
extra ordinary crime, yang karenanya
pemberantasannya membutuhkan cara-
cara yang luar biasa pula.
Extra Ordinary Crime, secara umum memiliki ciri
sebagai berikut:

1. Berpotensi dilakukan oleh siapa saja;


2. Random target/random victim;
3. Kerugiannya besar dan meluas (snowball atau
domino effect);
4. Terorganisasi atau oleh organisasi;
5. Bersifat lintas negara
Delik Tindak Pidana Korupsi
Ada 30 bentuk/ jenis tindak pidana korupsi yang
dirumuskan kedalam 13 pasal dalam UU No. 31
Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001.

Dari 13 pasal tadi dapat dikelompokkan menjadi 7


macam perbuatan utama.
Merugikan Keuangan Negara

30 Bentuk Penggelapan Dalam Jabatan


Tipikor
Suap-Menyuap

13 Pasal 7 Macam Benturan Kepentingan dalam


UU No 31 Th 1999
jo UU No. 20 Th.
2001
Perbuatan Pengadaan

Perbuatan Curang

Perbuatan Pemerasan

Gratifikasi
Subjek Hukum TP Korupsi
“Setiap Orang” (Pasal 1 angka 3)
a. orang perseorangan: siapa saja, setiap orang, pribadi kodrati;
b. korporasi (Pasal 1 angka 1): kumpulan orang atau kekayaan yang
terorganisasi, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan
hukum;
c. Pegawai Negeri:
- pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam UU tentang
kepegawaian
- pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam KUHP,
- orang yang menerima gaji/upah dari keuangan negara/daerah,
- orang yang menerima gaji/upah dari suatu korporasi yang
menerima bantuan dari keuangan negara/daerah
- orang yang mempergunakan modal atau fasilitas dari
negara/masyarakat
Pengertian Pegawai Negeri menurut UU 5 th 2014
Ps 1 ayat (3)

Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS


adalah warga negara Indonesia yang memenuhi
syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara
tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk
menduduki jabatan pemerintahan
Pengertian Pegawai Negeri menurut KUHP
Pasal 92 ayat (1)

Yang disebut pejabat, termasuk juga orang-orang


yang dipilih dalam pemilihan yang diadakan
berdasarkan aturan-aturan umum, begitu juga orang-
orang yang, bukan karena pemilihan, menjadi anggota
badan pembentuk undang-undang badan
pemerintahan, atau badan perwakilan rakyat, yang
dibentuk oleh Pemerintah atau atas nama
Pemerintah; begitu juga semua anggota dewan
waterschap, dan semua kepala rakyat Indonesia asli
dan kepala golongan Timur Asing yang menjalankan
kekuasaan yang sah.
1. Merugikan Keuangan Negara
Pasal 2(1) dan Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001
Merugikan Keuangan Negara
Pasal 2(1) dan Pasal 3
Pasal 2

(1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan


perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara, dipidana penjara dengan penjara
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling
sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
Unsur-unsur dari Merugikan Keuangan Negara menurut Pasal 2
yaitu:
a) Setiap Orang
b) Melawan Hukum
c) Melakukan Perbuatan
d) Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi
e) Dapat merugikan Keuangan Negara
atau Perekonomian Negara
“Keadaan tertentu”

UU No. 20/2001

Pasal 1 angka 1:

“Pasal 2 ayat (2) substansi tetap, penjelasan pasal diubah sehingga…”

Penjelasan Pasal 1 angka 1:

“Pasal 2 ayat (2)


… adalah keadaan yang dapat dijadikan alasan pemberatan pidana
bagi pelaku tindak pidana korupsi yaitu apabila tindak pidana
tersebut dilakukan,
- terhadap dana-dana yang diperuntukkan bagi
penanggulangan: keadaan bahaya, bencana alam nasional,
akibat kerusuhan sosial yang meluas, krisis ekonomi/moneter; dan
- pengulangan tindak pidana korupsi
Merugikan Keuangan Negara
Pasal 2(1) dan Pasal 3

Pasal 3
Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana
yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang
dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup
atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling
sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
Unsur-unsur dari Merugikan Keuangan Negara menurut Pasal 3
yaitu:
a) Setiap Orang
b) Dengan Tujuan
c) Menguntungkan diri sendiri, orang lain, atau korporasi
d) Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana
e) Yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan
f) Yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara
Pengertian kerugian keuangan negara diatur di dalam
bagian Penjelasan Umum UU No. 31/1999, yaitu:

Keuangan negara yang dimaksud adalah seluruh


kekayaan negara dalam bentuk apapun, yang dipisahkan
atau yang tidak dipisahkan, termasuk di dalamnya segala
bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban
yang timbul karena :
a. berada dalam penguasaan, pengurusan, dan
pertanggungjawaban pejabat lembaga negara, baik
ditingkat pusat maupun di daerah.
b. berada dalam penguasaan, pengurusan dan
pertanggungjawaban BUMN/BUMD, yayasan, badan
hukum, dan perusahaan yang menyertakan modal
negara atau perusahaan yang menyertakan modal
pihak ketiga berdasarkan perjanjian dengan Negara.
Demikian pula pengertian “perekonomian negara”,
Penjelasan Umum UU No. 31/1999 menjelaskan sebagai
kehidupan perekonomian yang disusun sebagai usaha
bersama berdasarkan asas kekeluargaan ataupun usaha
masyarakat secara mandiri yang didasarkan pada
kebijakan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun di
daerah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku yang bertujuan memberikan manfaat,
kemakmuran, dan kesejahteraan kepada seluruh
kehidupan rakyat.
2. PENGGELAPAN
DALAM JABATAN
Pasal 8, 9, 10 huruf a b c UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001
Pengertian
• Pasal 374 KUHP
“Penggelapan yang dilakukan oleh orang yang
penguasaannya terhadap barang disebabkan karena
ada hubungan kerja atau karena pencarian atau
karena mendapat upah untuk itu, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun.”
Pasal 8
Pegawai negeri atau orang lain selain pegawai
negeri
yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum
secara terus menerus atau untuk sementara waktu
sengaja:
a. menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan
karena jabatannya; atau
b. Membiarkan uang atau surat berharga itu diambil atau
digelapkan oleh orang lain; atau
c. membantu dalam melakukan perbuatan (mengambil
atau menggelapkan uang atau surat berharga) tersebut.
Pasal 9
Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri
Yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan
umum:
a. secara terus menerus, atau
b. untuk sementara waktu
Dengan sengaja :
a. Memalsukan buku-buku atau daftar-daftar yang khusus
untuk pemeriksaan administrasi
Pasal 10
• Huruf a
Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri
yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan umum
secara terus menerus atau sementara waktu
menggelapkan, menghancurkan, merusakkan, atau
membuat tidak dapat dipakai :
 barang, akta, surat, atau daftar
 yang digunakan untuk meyakinkan atau membuktikan di
muka pejabat yang berwenang
 yang dikuasai karena jabatannya
• Huruf b
Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri
yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan umum
secara terus menerus atau sementara waktu
Membiarkan orang lain menghilangkan,
menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak
dapat dipakai,
- Barang, akta, surat, atau daftar
• Huruf c
Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri
yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan umum
secara terus menerus atau sementara waktu
Membantu orang lain menghancurkan, menghilangkan,
merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai
- Barang, akta, surat, atau daftar
Contoh Kasus
• Penggelapan adalah kejahatan yang hampir sama dengan
pencurian tetapi pada penggelapan pada waktu dimilikinya
barang tersebut, sudah ada di tangannya tidak dengan
jalan kejahatan/melawan hukum. Sehingga, bisa dikatakan
penggelapan jika unsur-unsur dibawah ini terpenuhi :
1. Barang siapa (ada pelaku);
2. Dengan sengaja dan melawan hukum;
3. Memiliki barang sesuatu yang seluruh atau sebagian adalah
kepunyaan orang lain;
4. Barang tersebut ada dalam kekuasaannya bukan karena
kejahatan.
3. Delik Pemberian Sesuatu/Janji/Kepada Pegawai
Negeri/Penyelenggara Negara (PENYUAPAN)
Pasal 5, 6, 11, 12, 13 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001
3. Delik Pemberian Sesuatu/Janji/Kepada Pegawai
Negeri/Penyelenggara Negara (PENYUAPAN)

Penyuapan merupakan istilah yang


dituangkan dalam undang-undang
sebagai suatu hadiah atau janji
(giften/beloften) yang diberikan atau
diterima, meliputi
 penyuapan aktif
 penyuapan pasif
Ada 3 unsur yang esensial dari
delik suap yaitu:

1. Menerima hadiah atau janji;


2. Berkaitan dengan kekuasaan
yang melekat pada jabatan;
3. Bertentangan dengan
kewajiban atau tugasnya.
PASAL 5

(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling
lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus
lima puluh juta rupiah) setiap orang yang:
a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut berbuat
atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan
kewajibannya; atau
b. memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau
berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau
tidak dilakukan dalam jabatannya.
(2) Bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima pemberian
atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau huruf b,
dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
Pasal 5 ayat (1) huruf a:
- Setiap orang
- memberi atau menjanjikan sesuatu
- kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
- dengan maksud
- supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara
tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam
jabatannya
- yang bertentangan dengan kewajibannya
Pasal 5 ayat (1) huruf b:
- Setiap orang
- memberi sesuatu
- kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
- karena atau berhubungan dengan sesuatu
- yang bertentangan dengan kewajiban
- dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya
Penyelenggara Negara
Menurut UU No. 28 Tahun 1999, Penyelenggara Negara, meliputi:
- Pejabat Negara pada Lembaga Tertinggi Negara
- Pejabat Negara pada Lembaga Tinggi Negara
- Menteri
- Gubernur
- Hakim
- Pejabat Negara lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dan
- Pejabat lain yang memiliki fungsi strategis dalam kaitannya
dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku
PASAL 6
(1)Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling
lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 150.000.000,00
(seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh
ratus lima puluh juta rupiah) setiap orang yang:
a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud untuk mempengaruhi
putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili; atau
b. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan ditentukan menjadi advokat untuk menghadiri sidang pengadilan
dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan
berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili.

(2)Bagi hakim yang menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud


dalam ayat (1) huruf a atau advokat yang menerima pemberian atau janji
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, dipidana dengan pidana
yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
Pasal 6
(1) - Setiap orang
- Yang memberi atau menjanjikan sesuatu kepada
hakim
- Dengan maksud
- Untuk mempengaruhi putusan perkara yang
diserahkan kepadanya untuk diadili; atau
- Yang memberi atau menjanjikan sesuatu kepada
seseorang yang menurut UU ditentukan menjadi
advokat untuk menghadiri sidang
- dengan maksud
- untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang
akan diberikan
PASAL 11

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun


dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling
sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling
banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)
pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima
hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa
hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau
kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau yang
menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji
tersebut ada hubungan dengan jabatannya.
Pasal 11

- Pegawai negeri atau penyelenggara negara


- menerima hadiah atau menerima janji
- diketahui atau patut diduga
- hadiah atau janji tersebut diberikan karena
kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan
dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran
orang yang memberikan hadiah atau janji
tersebut ada hubungan dengan jabatannya”
PASAL 12
Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah):
a. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji, padahal
diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan
agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan
kewajibannya;
b. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah, padahal diketahui atau
patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah
melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan
kewajibannya;
c. hakim yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah
atau janji tersebut diberikan untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan
kepadanya untuk diadili;
d. seseorang yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan ditentukan menjadi
advokat untuk menghadiri sidang pengadilan, menerima hadiah atau janji, padahal diketahui
atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut untuk mempengaruhi nasihat atau
pendapat yang akan diberikan, berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada
pengadilan untuk diadili;
Pasal 12 huruf e
- Pegawai negeri atau penyelenggara negara
- Dengan maksud
- Menguntungkan diri sendiri atau orang lain
- Secara melawan hukum
- Dengan menyalahgunakan kekuasaannya
- Memaksa seseorang
- Memberikan sesuatu yang dibayar, atau menerima
pembayaran dengan potongan, atau mengerjakan
sesuatu bagi dirinya sendiri.
Pasal 12 huruf f
- Pegawai negeri atau penyelenggara negara
- Pada waktu menjalankan tugas
- Meminta, menerima, atau memotong
- Pembayaran kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara lain atau kepada kas umum
- Seolah mereka itu mempunyai utang kepadanya
- Padahal diketahui bukan utang
Pasal 12 huruf g
- Pegawai negeri atau penyelenggara negara
- Pada waktu menjalankan tugas
- Meminta atau menerima pekerjaan, atau
penyerahan barang
- Seolah-olah merupakan utang kepada dirinya
- Padahal diketahui bukan utang.
Pasal 12 huruf h
- Pegawai negeri atau penyelenggara negara
- Pada waktu menjalankan tugas
- Menggunakan tanah negara yang diatasnya terdapat
hak pakai
- Seolah sesuai per-UU-an
- Telah merugikan orang yang berhak
- Padahal diketahuinya
- Perbuatan tersebut bertentangan dengan per-UU-an
Pasal 12 huruf i
- Pegawai negeri atau penyelenggara negara
- Langsung maupun tidak langsung
- Turut serta dalam pemborongan, pengadaan, atau
persewaan
- Yang pada saat perbuatan dilakukan
- Seluruh atau sebagian ditugaskan untuk mengurus
atau mengawasinya.
Pasal 12B ayat (1) ttg gratifikasi (akan dibahas di slide
tersendiri)
PASAL 13

Setiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada pegawai


negeri dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang
melekat pada jabatan atau kedudukannya, atau oleh pemberi
hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau
kedudukan tersebut, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan atau denda paling banyak
150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
Contoh Kasus

Patrialis ditetapkan sebagai


tersangka karena diduga menerima
suap sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 c atau Pasal 11 UU No. 20
Tahun 2001 tentang Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi (UU Tipikor).
4. Delik Benturan Kepentingan Dalam Pengadaan
Pasal 12 huruf i UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001
Delik Benturan Kepentingan Dalam Pengadaan
PASAL 12
Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah):
i. pegawai negeri atau penyelenggara negara baik
langsung maupun tidak langsung dengan sengaja
turut serta dalam pemborongan, pengadaan, atau
persewaan, yang pada saat dilakukan perbuatan,
untuk seluruh atau sebagian ditugaskan untuk
mengurus atau mengawasinya.”
Contoh Kasus
5.Delik Perbuatan Curang
Pasal 7 (1) huruf a, b, c, dan d; Pasal 7(2)
Pasal 12 huruf h UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001
Delik Perbuatan
Curang
Pasal 7 ayat (1) huruf a, b, c, dan d
Pasal 7 ayat (2)
Pasal 12 huruf h
Ketentuan Pidana
Pasal 7 ayat (1)
oPidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh)
tahun
oPidana denda paling sedikit Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan
paling banyak Rp350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah)
Pemborong Berbuat Curang
Pasal 7 ayat (1) huruf a

oPemborong, ahli bangunan, atau penjual bahan bangunan


oMelakukan perbuatan curang
oPada waktu membuat bangunan atau menyerahkan bahan
bangunan
oYang dapat membahayakan:
• keamanan orang atau barang, atau
• Keselamatan negara dalam keadaan perang.
Pengawas Proyek Membiarkan Perbuatan Curang
Pasal 7 ayat (1) huruf b

oSetiap orang yang bertugas mengawasi


pembangunan atau penyerahan bahan bangunan
oDengan sengaja
oMembiarkan perbuatan curang sebagaimana
dimaksud dalam huruf a
Rekanan TNI atau POLRI Berbuat Curang
Pasal 7 ayat (1) huruf c

oSetiap orang
oMelakukan perbuatan curang
oPada waktu menyerahkan barang keperluan TNI dan atau Polri
oDapat membahayakan keselamatan negara dalam keadaan perang
Pengawas Rekanan TNI/POLRI Membiarkan
Perbuatan Curang
Pasal 7 ayat (1) huruf d

oSetiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan


barang keperluan TNI dan atau Polri
oDengan sengaja
oMembiarkan perbuatan curang sebagaimana
dimaksud Pasal 7 ayat (1) huruf c
Penerima Barang TNI/POLRI Membiarkan
Perbuatan Curang
Pasal 7 ayat (2)

oSetiap orang
oYang menerima
penyerahan bahan bangunan; atau
penyerahan barang keperluan TNI dan atau Polri;
oMembiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud
ayat (1) huruf a atau c
Pegawai Negeri Menyerobot Tanah Negara
Sehingga Merugikan Orang Lain
Pasal 12 huruf h
• Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun
• Dan pidana denda paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)

oPegawai negeri atau penyelenggara negara


oPada waktu menjalankan tugas
oMenggunakan tanah negara yang diatasnya terdapat hak pakai
oSeolah sesuai dengan peraturan perundang-undangan
oTelah merugikan orang yang berhak
oPadahal diketahuinya
oPerbuatan tersebut bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan
6. Delik Perbuatan Pemerasan
Pasal 12 huruf e, f, g
Pegawai Negeri Melakukan Pemerasan (1)
Pasal 12 huruf e

oPegawai negeri atau penyelenggara negara


oDengan maksud menguntungkan diri sendiri atau
orang lain
oSecara melawan hukum atau dengan
menyalahgunakan kekuasaannya
oMemaksa seseorang
oMemberikan sesuatu yang dibayar, atau menerima
pembayaran dengan potongan, atau mengerjakan
sesuatu bagi dirinya sendiri.
Pegawai Negeri Melakukan Pemerasan (2)
Pasal 12 huruf g

oPegawai negeri atau penyelenggara negara


oPada waktu menjalankan tugas
oMeminta atau menerima pekerjaan, atau penyerahan
barang
oSeolah-olah merupakan utang kepada dirinya
oPadahal diketahui bukan utang
Pegawai Negeri Melakukan Pemerasan
kepada pegawai negeri yang lain
Pasal 12 huruf f

oPegawai negeri atau penyelenggara negara


oPada waktu menjalankan tugas
oMeminta, menerima, atau memotong pembayaran
oKepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
lain atau kepada kas umum
oSeolah mereka itu mempunyai utang kepadanya
oPadahal diketahui bukan utang
Kasus Pemerasan Kawasan Wisata, KPK Tahan Bupati Lombok
Barat Zaini Arony
7. Gratifikasi
Pasal 12 huruf B dan C UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001
Pengertian Gratifikasi
Arti gratifikasi dapat diperoleh dari Penjelasan Pasal 12B Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001, yaitu pemberian dalam arti luas, yakni
meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman
tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata,
pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik
yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan
dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik
Gratifikasi Bermakna Negatif ?
gratifikasi sebenarnya bermakna
pemberian yang bersifat netral. Suatu
pemberian menjadi gratifikasi yang
dianggap suap jika terkait dengan jabatan
dan bertentangan dengan kewajiban atau
tugas penerima.
SUAP = Gratifikasi + Jabatan
Pasal 12B
(1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap
pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan
kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. yang nilainya Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih, pembuktian bahwa
gratifikasi tersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh penerima gratifikasi;
b. yang nilainya kurang dari Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah), pembuktian bahwa
gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh penuntut umum.
(2) Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara sebagaimana dimaksud dalam
ayat
(1) adalah pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun, dan pidana denda paling sedikit
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
Pasal 12 C
(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 B ayat (1) tidak berlaku,
jika penerima melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
(2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib dilakukan
oleh penerima gratifikasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja terhitng sejak
tanggal gratifikasi tersebut diterima
(3) Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam waktu paling lambat 30
(tiga puluh) hari kerja sejak tanggal menerima laporan wajib menetapkan
gratifikasi dapat menjadi milik penerima atau milik negara.
(4) Ketentuan mengenai tata cara penyampaian laporan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) dan penentuan status gratifikasi sebagaimana dimaksud dalam
ayat (3) diatur dalam Undang-undang tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.
Pembuktian Gratifikasi

Gratifikasi Tidak dianggap sebagai suap saat


dilaporkan paling lambat 30 Hari sejak
Gratifikasi itu diterima
Gagasan Plato (427 SM – 347 SM)

“Para pelayan bangsa harus memberikan pelayanan mereka tanpa


menerima hadiah-hadiah. Mereka yang membangkang, kalau terbukti
bersalah, harus dibunuh tanpa upacara”
Penutup
Tidak tahu atau ketidaktahuan mengenai suatu peraturan perundang-
undangan bukan alasan untuk menghindar dari tanggung jawab pidana.

Teori Fiksi dalam hukum:


“Setiap orang dianggap tahu seketika
setelah suatu peraturan perundang-
undangan diberlakukan!”
Daftar Pustaka
• UU Nomor 31 Tahun 1999 jo. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi
• https://aclc.kpk.go.id/materi/berpikir-kritis-terhadap-
korupsi/infografis
• https://nasional.kompas.com/read/2015/03/17/22174201/Kasus.Pe
merasan.Kawasan.Wisata.KPK.Tahan.Bupati.Lombok.Barat
• https://daerah.sindonews.com/read/781482/25/kasus-jembatan-
runtuh-2-terdakwa-terancam-5-tahun-bui-1378811297
• http://3.bp.blogspot.com/-fP-
OzTlfRik/Uyeg4nTY3sI/AAAAAAAACHc/f4n-PM7XIzc/s1600/jujur.png
• https://news.detik.com/berita/3161946/terbukti-korupsi-ups-alex-
usman-dihukum-6-tahun-penjara
• https://www.liputan6.com/news/read/529816/terbukti-korupsi-
mantan-walikota-cilegon-divonis-35-tahun-bui
Essay
Kelompok 8: 1 Agustus 2020
(Bedah Ketentuan Gratifikasi, UPG dan PPG)
Suap, Gratifikasi & Program Pengendalian
Gratifikasi
1. Apa beda suap, Gratifikasi dan pemerasan ?
2. Apakah semua Gratifikasi itu tidak boleh diterima ? Jelaskan !
3. Gratifikasi ilegal harus ditolak dalam kesempatan pertama.
Kondisi apa yang membuat mau tidak mau Gratifikasi harus
diterima dan kemudian dilaporkan ke KPK ?
4. Mengapa hukuman Gratifikasi illegal bisa diancam seumur
hidup padahal hukuman Pemerasan tidak diancam seumur
hidup ?
GRATIFIKASI
akar dari
KORUPSI
Dianggap kecil
Tapi merusak

MENUMBUHKAN
Image by congerdesign from Pixabay MENTAL PENGEMIS
SEBUTKAN CONTOH-CONTOH GRATIFIKASI
DI KEHIDUPAN SEHARI-HARI !
Hadiah parsel hari raya dari bawahan untuk atasan
Bingkisan untuk dosen penguji setelah selesai sidang skripsi
Tip untuk petugas Pelayanan sekedar tanda terimakasih
Amplop isi uang dibagi rata dari bendahara dari sumber yang tidak jelas
Sponsorship dari vendor diberikan langsung tidak melalui institusi
Pejabat negara ditraktir tiket jalan-jalan bersama keluarga oleh vendor
Biaya pendidikan kedinasan pengembangan karir dibiayai oleh pengusaha
Oleh-oleh dari instansi tempat dilakukan pemeriksaan ketika selesai audit
Contoh lain ?

Image by StockSnap from Pixabay


DAMPAK
GRATIFIKASI
Mempengaruhi Pejabat
Publik

Rusaknya Sistem
dan Prosedur

Tidak tercapainya
Visi, Misi dan Tujuan
6
Graft Fraud Triangle
1. Just to express thank you;
Pressure 2. They gave me for free;
3. Just small money;
4. There is no state loss
5. Nothing to do with projects;
6. Everybody does the same;
7. This is for the office, this is for me
8

SUBJEK HUKUM PELAKU


TINDAK PIDANA KORUPSI
D E F I N I S I

GRA ∙ TI ∙ FI ∙ KA
∙ SI
Pemberian dalam arti luas
Yakni, meliputi pemberian uang,
KBBI
barang, Rabat (discount), komisi,
gra·ti·fi·ka·si n
pinjaman tanpa bunga, tiket
Uang hadiah kepada pegawai
perjalanan, fasilitas penginapan,
di luar gaji yang telah ditentukan
perjalanan wisata, pengobatan cuma-
cuma, dan fasilitas lainnya.

Gratifikasi tersebut baik yang Blacks Law Dictionary


diterima di dalam negeri maupun di
luar negeri dan yang dilakukan dengan A gratuity; a recompense or
menggunakan sarana elektronik atau reward for services or benefits,
tanpa sarana elektronik. given voluntarily, without
solicitation or promise
(Penjelasan Pasal 12B UU No. 20 tahun 2001)
Masyarakat Masyarakat
/Pengusaha /Pengusaha

Penyuapan Gratifikasi
“Transaksional” “Pasif”

Pegawai Negeri
SEGI /Penyelenggara Negara

TIGA Pemerasan
“Aktif”
PEMERASAN

Masyarakat
/Pengusaha
• Berhubungan dengan jabatan
• Bersifat tanam budi
• Tidak membutuhkan
kesepakatan
Contoh:
Pengusaha memberi hadiah
voucher belanja kepada PNS
• Ada kesepakatan karena merasa terbantu dalam
• Biasanya dilakukan secara pengurusan perizinan
rahasia dan tertutup

Contoh:
Pengusaha menyuap pejabat
pemerintah untuk mendapatkan proyek

• Ada permintaan sepihak


dari penerima (pejabat)
• Bersifat memaksa Contoh:
• Penyalahgunaan kuasa Pejabat memaksa calon peserta tender untuk
memberikan sejumlah uang dengan ancaman
akan menggugurkan calon peserta tersebut
PEMERASAN
UU NO. 20 TAHUN 2001, PASAL 12

DIPIDANA DENGAN PIDANA PENJARA SEUMUR HIDUP ATAU PIDANA PENJARA PALING SINGKAT 4
(EMPAT) TAHUN DAN PALING LAMA 20 (DUA PULUH) TAHUN DAN PIDANA DENDA PALING SEDIKIT
RP 200.000.000,00 (DUA RATUS JUTA RUPIAH) DAN PALING BANYAK RP 1.000.000.000,00 (SATU
MILIAR RUPIAH):

e.pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan diri
sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya
memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan
potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri;

f. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas, meminta,
menerima, atau memotong pembayaran kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
yang lain atau kepada kas umum, seolah-olah pegawai negeri atau penyelenggara
negara yang lain atau kas umum tersebut mempunyai utang kepadanya, padahal diketahui
bahwa hal tersebut bukan merupakan utang;

g. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas, meminta
atau menerima pekerjaan, atau penyerahan barang, seolah-olah merupakan utang kepada
dirinya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang;
UU No. 20 Tahun 2001
-Setiap gratifikasi Pasal 12B ayat (1)
-Kepada pegawai negeri
atau penyelenggara
negara
-Dianggap pemberian
suap
-Apabila berhubungan a. yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta
dengan jabatan rupiah) atau lebih, pembuktian bahwa gratifikasi
tersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh
-Dan yang berlawanan penerima gratifikasi;
dengan kewajiban atau b. yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00
(sepuluh juta rupiah), pembuktian bahwa
tugasnya gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh
penuntut umum.
Pasal 12B ayat (2), UU No.31 Tahun
1999 j.o UU No.20 Tahun 2001

Pidana bagi pegawai negeri


atau penyelenggara negara
sebagaimana dimaksud dalam
Ayat (1) adalah pidana penjara
seumur hidup atau pidana
penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama
20 (dua puluh) tahun, dan
pidana denda paling sedikit Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).
PENGECUALIAN
SANKSI HUKUM

(Pasal 12 C UU No. 20 Tahun 2001)

Gratifikasi tidak dianggap SUAP, jika LAPOR


Komisi Pemberantasan Korupsi sebelum
30 HARI sejak Gratifikasi diterima
Pasal 12 C
(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 B ayat (1) tidak
berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
(2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib
dilakukan oleh penerima gratifikasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja
terhitng sejak tanggal gratifikasi tersebut diterima
(3) Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam waktu paling lambat
30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal menerima laporan wajib menetapkan
gratifikasi dapat menjadi milik penerima atau milik negara.
(4) Ketentuan mengenai tata cara penyampaian laporan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) dan penentuan status gratifikasi sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) diatur dalam Undang-undang tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
PASAL 16
Setiap pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima gratifikasi wajib
melaporkan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi, dengan tata cara sebagai berikut :
a. Laporan disampaikan secara tertulis dengan mengisi formulir sebagaimana ditetapkan
oleh Komisi Pemberantasan Korupsi dengan melampirkan dokumen yang berkaitan
dengan gratifikasi.
b. Formulir sebagaimana dimaksud pada huruf a sekurangkurangnya memuat :
1. nama dan alamat lengkap penerima dan pemberi gratifikasi;
2. jabatan pegawai negeri atau penyelenggara negara;
3. tempat dan waktu penerimaan gratifikasi;
4. uraian jenis gratifikasi yang diterima; dan
5. nilai gratifikasi yang diterima.
PASAL 17
(1) Komisi Pemberantasan Korupsi dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari
kerja terhitung sejak tanggal laporan diterima wajib menetapkan status
kepemilikan gratifikasi disertai pertimbangan.
(2) Dalam menetapkan status kepemilikan gratifikasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) Komisi Pemberantasan Korupsi dapat memanggil penerima gratifikasi
untuk memberikan keterangan berkaitan dengan penerimaan gratifikasi.
(3) Status kepemilikan gratifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan keputusan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi.
(4) Keputusan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dapat berupa penetapan status kepemilikan gratifikasi bagi
penerima gratifikasi atau menjadi milik negara.
(5) Komisi Pemberantasan Korupsi wajib menyerahkan keputusan status
kepemilikan gratifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) kepada penerima
gratifikasi paling lambat 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak tanggal ditetapkan.
(6) Penyerahan gratifikasi yang menjadi milik negara kepada Menteri Keuangan,
dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak tanggal ditetapkan.
Komisi Pemberantasan Korupsi wajib mengumumkan gratifikasi yang ditetapkan
menjadi milik negara paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun dalam Berita Negara.
UNSUR PASAL GRATIFIKASI
YANG DIANGGAP SUAP

Pn/PN
Menerima Berhubungan jabatan
Gratifikas & berlawanan dengan
i kewajiban/tugasnya

Tidak
Lapor
≤ 30 HK
GRATIFIKASI YANG WAJIB
DILAPORKAN

GRATIFIKASI YANG TIDAK


WAJIB DILAPORKAN
GRATIFIKASI DALAM RANGKA
CONTOH GRATIFIKASI YANG PELAKSANAAN TUGAS
WAJIB DILAPORKAN 1. Terkait dengan pemberian layanan pada
masyarakat
2. Terkait dengan tugas dalam proses
penyusunan anggaran
3. Terkait dengan tugas dalam proses
pemeriksaan, audit, monitoring dan
evaluasi;
4. Terkait dengan pelaksanaan perjalanan
dinas;
5. Dalam proses penerimaan/promosi/mutasi
pegawai;
6. Dalam proses komunikasi, negosiasi dan
pelaksanaan kegiatan dengan pihak lain
terkait dengan pelaksanaan tugas dan
kewenangannya;
7. Sebagai akibat dari perjanjian
kerjasama/kontrak/kesepakatan dengan pihak
lain yang bertentangan dengan undang-
undang
8. Sebagai ungkapan terima kasih sebelum,
selama atau setelah proses pengadaan
barang dan jasa;
P R I N S I P

NEGATIVE LIST

Memudahkan PN/Pn atas Semua gratifikasi Negative list:


keraguan kategori WAJIB DILAPORKAN gratifikasi yang
gratifikasi kecuali dalam daftar tidak wajib
“negative list” dilaporkan
KARAKTERISTIK UMUM

BERLAKU UMUM
👩 (Jenis, persyaratan, dan nilai sama dan
memenuhi prinsip kewajaran/kepatutan)

📖
Tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku

Dalam ranah adat istiadat, kebiasaan, dan


norma yang hidup di masyarakat

Dipandang sebagai wujud ekspresi, keramah-tamahan


Gratifikasi yang tidak
wajib dilaporkan diatur
dalam Peraturan KPK No. 2
Tahun 2019 tentang
Pelaporan Gratifikasi
GRATIFIKASI YANG
DIKELOLA INSTANSI
1. Ditempatkan sebagai barang display
2. Digunakan untuk kegiatan operasional
instansi
3. Disalurkan kepada pihak yang
membutuhkan antara lain, panti
asuhan, panti jompo, atau tempat
penyaluran bantuan social lainnya
4. Diserahkan kepada pegawai yang
menerima Gratifikasi untuk
dimanfaatkan sebagai penunjang
kinerja
PMK RI NO. 7 TAHUN 2017, PASAL 2

(2) Gratifikasi yang tidak dapat ditolak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c merupakan Gratifikasi yang memenuhi kondisi sebagai berikut:

a. Gratifikasi tidak diterima secara langsung;

b. pemberi gratifikasi tidak diketahui;

c. penerima Gratifikasi ragu dengan kategori Gratifikasi


yang diterima; dan/atau

d. terdapat kondisi tertentu yang tidak mungkin ditolak,


yang antara lain dapat mengakibatkan rusaknya
hubungan baik institusi, membahayakan diri
sendiri / karier penerima / ada ancaman lain.
PMK RI NO. 7 TAHUN 2017, PASAL 4 AYAT 2 HURUF a :

2. Kompensasi yang diterima dari Pihak Lain sepanjang tidak melebihi standar
biaya yang berlaku di Kementrian Keuangan, tidak terdapat Pembiayaan Ganda,
Benturan Kepentingan, atau pelanggaran atas ketentuan yang berlaku di instansi
penerima, yang antara lain berupa :

a. Honor/insentif, baik berupa uang maupun setara uang;


b. Fasilitas penginapan;
c. Cinderamata/ souvenir/ plakat;
d. Jamuan makan;
e. Fasilitas transportasi; dan/ atau
f. Barang yang bersifat mudah busuk atau rusak antara lain seperti bingkisan
makanan atau buah
APLIKASI MOBILE
GRATIFIKASI
Meet Our Team
08. Evelyn Christina Br. Saragih 16. Hasna Nabila

32. Pradien Irwien Satria 24. Lusiana Friska L. Gaol


GRATIFIKASI
Pengaturan Gratifikasi dalam
Perspektif Pemberantasan Korupsi
Apa itu Gratifikasi?
Definisi dan Bentuk Gratifikasi
Menurut penjelasan Pasal 12B UU No.20 tahun 2001

 DEFINISI
komisi
Pemberian dalam arti luas

 BENTUK

Pinjaman tanpa Pengobatan


Uang barang bunga Cuma-cuma

Perjalanan
diskon Tiket
wisata penginapan
perjalanan
Hadiah, gratifikasi, suap, gratifikasi yang
dianggap suap

• Pemberian yang wajar • Gratifikasi


• Tidak berkaitan dengan • Pemberian dalam arti
jabatan, karena luas
hadiah gratifikasi
hubungan baik • Penerima PN/PL

Gratifikasi
suap yang • Berhubungan dengan
dianggap jabatan
• Meeting of mind suap
• transaksional • Berlawanan dengan
kewajiban/tugas
Gratifikasi
Ilegal Pasal 12B ayat(1), UU No.31 tahun 1999, UU No.20
tahun 2001

Gratifikasi kepada pegawai negeri atau


penyelenggara negara dianggapi suap apabila
terkait dengan jabatan dan bertentangan
dengan kewajiban atau tugas penerima.

Pidana bagi pegawai negeri atau


penyelenggara negara sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) adalah pidana
penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling
lama 20 (dua puluh) tahun, dan pidana
denda paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Unsur pasal 12B
ayat 1 UU No.20
tahun 2001 Pegawai Negeri atau
penyelanggara negara

Menerima Gratifikasi

Berhubungan dengan
kewajiban atau tugasnya
Pegawai Negeri
UU No.31 Tahun 1999 dan UU NO.20 Tahun
Pegawai negeri sebagaimana 2001
dimaksud dalam UU tentang
kepegawaian

Pegawai negeri sebagimana


dimaksud dalam kitab UU Hk. Pidana

Orang yang menerima gaji/upah dari


keuangan negara/daerah

Orang yang menerima gaji/upah dari C E R T I F I C AT E


korporasi yang menerima bantuan
dari keuangan negara/daerah

Orang yang menerima gaji atau upah dari


korporasi lain yang menggunakan modal
atau dfasilitas dari negara
Penyelenggara Negara
UU No.31 Tahun 1999 dan UU NO.20 Tahun
2001
Pejabat Negara pada Lembaga tertinggi
negara

Pejabat Negara pada Lembaga tinggi


negara

Menteri

C E R T I F I C AT E
gubernur

Pejabat Negara yang lain sesuai dengan


ketentuan perUU yang berlaku : Dubes,
Wagub, Bupati/Walkot, dll
Pasal 12C ayat 1 UU No.20 Tahun 2001

Sanksi hukum tidak berlaku, jika


lapor Komisi Pembertantasan Korupsi
Beban Pembuktian
Terbalik
Pembuktian bahwa gratifikasi tersebut
<10 jt bukan merupakan suap dilakukan oleh
penuntut umum

Pembuktian bahwa gratifikasi tersebut


>10 jt bukan merupakan suap dilakukan oleh
penerima gratifikasi

ALLPPT Layou
GRATIFIKASI Penolakan
dan
Pelaporan Gratifikasi
• Terindikasi dianggap suap

GRATIFIKASI SUAP

SIKAP TERHADAP
• Gratifikasi diterima langsung

Terima dan Laporkan

• Diterima secara tidak langsung


• Dalam keadaan sulit menolak
• Ragu dengan jenis gratifikasi
Penerimaan terkait
gratifikasi ditinjau dari
segala keadaan Gratifikasi
jabatan tetapi, sah dianggap terkait
secara hukum dengan jabatan
• pemberian karena hubungan
Yang Wajib
• terkait dengan pemberian
layanan pada masyarakat
• terkait dengan tugas
keluarga
• penerimaan uang/barang oleh
pejabat/pegawai dalam suatu
kegiatan
Dilaporkan
dalam proses
• pemberian terkait dengan
penyusunan anggaran
musibah atau bencana yang penerimaan dalam bentuk
• terkait dengan tugas dialami oleh penerima apapun yang diperoleh
dalam proses • pemberian sesama pegawai
pegawai negeri/penyelenggara
pemeriksaan, audit, setara dengan Rp300.000,00 per
pemberian per orang dengan negara dari pihak-pihak yang
monitoring dan evaluasi
total pemberian Rp1.000.000,00 diduga memiliki keterkaitan
• terkait dengan
dalam 1 tahun dari pemberi yang dengan jabatan penerima
pelaksanaan perjalanan
sama
dinas • pemberian sesama rekan kerja
• dalam proses tidak dalam bentuk uang atau
penerimaan/promosi/muta tidak berbentuk setara uang
si pegawai yang melebihi Rp200.000,00 per
• dari Pejabat/pegawai atau pemberian per orang dengan
total pemberian maksimal
Pihak Ketiga pada hari
Rp1.000.000,00 dalam 1tahun
raya keagamaan dari pemberi yang sama
• Dll
Gratifikasi Yang Tidak Wajib Dilaporkan

Karena secara prinsip terdapat


Karakteristik gratifikasi yang tidak wajib dilaporkan secara umum
begitu banyak bentuk pemberian
yang sesungguhnya tidak terkait adalah:
sama sekali dengan jabatan dan 1. Berlaku umum, yaitu suatu kondisi pemberian yang diberlakukan sama
tidak berlawanan dengan kewajiban dalam hal jenis, bentuk, persyaratan atau nilai, untuk semua peserta dan
atau tugasnya. Contoh: memenuhi prinsip kewajaran atau kepatutan;
1. pemberian karena hubungan 2. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
keluarga, sepanjang tidak 3. Dipandang sebagai wujud ekspresi, keramah-tamahan, penghormatan
memiliki konflik kepentingan. dalam hubungan sosial antar sesama dalam batasan nilai yang wajar; atau,
2. hadiah (tanda kasih) dalam
4. Merupakan bentuk pemberian yang berada dalam ranah adat istiadat,
bentuk uang atau barang yang
memiliki nilai jual dalam kebiasaan, dan norma yang hidup di masyarakat dalam batasan nilai yang
penyelenggaraan pesta atau wajar.
upacara adat/agama lainnya
dengan batasan nilai per
pemberi dalam setiap acara
paling banyak Rp1.000.000,00
3. pemberian terkait dengan
Musibah atau Bencana yang
dialami oleh keluarga penerima
Gratifikasi yang Terkait dengan Kedinasan
Dalam acara resmi kedinasan atau penugasan yang dilaksanakan oleh pegawai
negeri/penyelenggara negara, pemberian-pemberian seperti plakat, cinderamata,
goody bag/gimmick dan fasilitas pelatihan lainnya merupakan praktik yang dianggap
wajar dan tidak berseberangan dengan standar etika yang berlaku. Penerimaan
tersebut juga dipandang dalam konteks hubungan antar lembaga/instansi. Bahkan
pola hubungan seperti itu juga ditemukan dalam relasi antar Negara. Seringkali
dalam kunjungan-kunjungan kenegaraan pegawai negeri/penyelenggara negara
saling bertukar cinderamata.
Mengingat bahwa penerimaan gratifikasi dalam kedinasan dapat
terjadi ketika pegawai negeri/penyelenggara negara menjalankan penugasan
resmi dari lembaga/instansinya, maka perlu adanya pengelolaan dan
mekanisme kontrol dari lembaga/instansi, melalui kewajiban pelaporan setiap
penerimaan gratifikasi terkait kedinasan kepada instansi/lembaga yang
bersangkutan
GRATIFIKASI Mekanisme Pelaporan
dan
Penetapan Status Gratifkasi
MEKANISME PELAPORAN DAN
PENETAPAN STATUS GRATIFIKASI
GRATIFIKASI Manfaat Pelaporan Gratifikasi
bagi Pegawai Negeri/
Penyelenggara Negara
MANFAAT PELAPORAN
GRATIFIKASI BAGI
Melepaskan Ancaman Hukuman
ASN/PENYELENGGARA 01 terhadap Penerima
NEGARA
penerima gratifikasi dapat dibebaskan dari hukuman atau ancaman
pidana tersebut jika melaporkan penerimaan paling lama 30 hari kerja
terhitung sejak gratifikasi diterima.

02 Memutus Konflik Kepentingan


Pada konteks ini, pelaporan gratifikasi ditempatkan sebagai alat
untuk mencegah terjadinya perbuatan penyalahgunaan
kewenangan sebagaimana yang mungkin dikehendaki oleh pihak
pemberi gratifikasi

03 Cerminan Integritas Individu


Semakin tinggi tingkat integritas seorang pegawai negeri/penyelenggara
negara, semakin tinggi tingkat kehati-hatian dan kesadaran yang dimiliki
oleh pegawai negeri/penyelenggara negara, yang diwujudkan dalam
bentuk penolakan maupun pelaporan gratifikasi yang terpaksa diterima.
Self-assessment bagi Pegawai Negeri/Penyelenggara
Negara untuk Melaporkan Penerimaan Gratifikasi
Di bawah ini sejumlah contoh pertanyaan reflektif yang dapat
diajukan:
1. Apakah ada aturan atau kode etik yang melarang penerimaan Ketika pegawai
tersebut? negeri/penyelenggara negara
2. Apakah ada kegiatan kedinasan yang dilakukan bersama-sama menghadapi kondisi adanya
dengan pihak pemberi saat itu? pemberian gratifikasi terhadap
3. Apakah publikasi atas penerimaan tersebut akan membuat anda dirinya, ia dapat mengajukan
merasa malu atau apakah pemberian dilakukan secara terbuka atau pertanyaan reflektif sebagai
tertutup (sembunyi-sembunyi)? metode untuk melakukan self
4. Apakah setidaknya patut diduga seseorang memberikan gratifikasi assessment.
karena pemberi berpikir bahwa anda memiliki jabatan di sebuah
instansi, terkait pengambilan keputusan, pelayanan atau perizinan?
5. Apakah nilai pemberian gratifikasi tersebut wajar atau tidak?
6. Apakah nilai moral pribadi anda memperbolehkan sebuah gratifikasi
diterima?

Apabila jawaban dari salah satu dari pertanyaan reflektif di atas adalah
“Ya”, maka penerimaan tersebut sebaiknya ditolak, atau jika terpaksa
diterima segera dilaporkan.
GRATIFIKASI
Sistem Pengendalian
Gratifikasi
Sistem Pengendalian Gratifikasi
Pembangunan Sistem Pengendalian Gratifikasi.

Dasar Hukum.

Perangkst Sistem Pengendalian Internal.

Manfaat Sistem Pengendslian Gratifikasi.

Cek fakta:

60% dari seluruh PNS di Indonesia pernah


menerima gratifikasi (detikNews, 2011)
Pembangunan
Sistem Pengendalian Gratifikasi

Pengendalian gratifikasi merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan


untuk mengendalikan penerimaan gratifikasi melalui peningkatan
pemahaman dan kesadaran pelaporan gratifikasi secara transparan dan
akuntabel sesuai peraturan perundang-undangan.

Parameter penilaian tingkat integritas pada Kementrian,


Lembaga, Organisasi dan Pemerintah Daerah
Dasar Hukum
Keputusan Presiden Nomor 47 Tahun 1992 Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara
tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Nomor 10 Nomor: PER-09/MBU/2012
Tahun 1974 tentang Beberapa Pembatasan Kegiatan tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Badan
Pegawai Negeri Dalam Rangka Pendayagunaan Usaha Milik Negara Nomor PER01/MBU2011Tentang
Aparatur Negara dan Kesederhanaan Hidup Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good
Corporate Governance) Pada Badan Usaha Milik Negara;

Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun


tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Sipil; Reformasi Birokrasi Nomor 52 Tahun 2014
tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas menuju
Wilayah Bebas Dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan
Melayani di Lingkungan Instansi Pemerintah
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008
tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan


Reformasi Birokrasi Nomor 52 Tahun 2014
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010
tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil
Perangkat Sistem Pengendalian Gratifikasi

Perangkat sistem pengendalian gratifikasi


sekurang-kurangnya memuat:

Peraturan etika terkait penerimaan Pelaksana fungsi pengendalian


dan pemberian gratifikasi gratifikasi

Komitmen Pimpinan

Pengawasan dan evaluasi terhadap


Sosialisasi aturan etika gratifikasi
sistem pengendalian gratifikasi
Peraturan Etika terkait Penerimaan dan Pemberiaan Gratifikasi
Sikap pegawai negeri/penyelenggara negara
Kewajiban menolak gratifikasi yang
apabila menghadapi praktik penerimaan,
dianggap suap;
penolakan dan pemberian gratifikasi;
.

Kewajiban pelaporan atas penerimaan, Pengelolaan penerimaan dan pemberian

penolakan dan pemberian gratifikasi; gratifikasi yang terkait kedinasan;


.

Bentuk gratifikasi yang wajib dilaporkan Mekanisme pelaporan penerimaan,


dan tidak wajib dilaporkan. penolakan dan pemberian gratifikasi;
Pelaksana fungsi pengendalian gratifikasi

menerima, mereviu dan mengadministrasikan menyalurkan laporan penerimaan, penolakan


laporan penerimaan, penolakan dan pemberian dan pemberian Gratifikasi kepada KPK untuk
gratifikasi dari pegawai negeri/penyelenggara dilakukan analisis dan penetapan status
negara di lingkungan instansi;. kepemilikan gratifikasinya oleh KPK;

Add Text
Simple PowerPoint
Presentation

menyampaikan hasil pengelolaan laporan mengkoordinasikan kegiatan diseminasi


gratifikasi dan usulan kebijakan pengendalian aturan etika gratifikasi kepada pihak internal
gratifikasi kepada pimpinan instansi; dan eksternal instansi.
GRATIFIKASI
Manfaat Sistem
Pengendalian Gratifikasi
Manfaat Sistem Pengendalian Gratifikasi

Add Title Add Title


You can simply impress your audience You can simply impress your audience
and add a unique zing and appeal to and add a unique zing and appeal to
your Presentations. Easy to change your Presentations. Easy to change
colors, photos and Text. Get a modern colors, photos and Text. Get a modern
PowerPoint Presentation that is PowerPoint Presentation that is
beautifully designed. beautifully designed.

Add Title
Add Title
You can simply impress your audience
You can simply impress your audience
and add a unique zing and appeal to
and add a unique zing and appeal to
your Presentations. Easy to change
your Presentations. Easy to change
colors, photos and Text. Get a modern
colors, photos and Text. Get a modern
PowerPoint Presentation that is
PowerPoint Presentation that is
beautifully designed.
beautifully designed.
GRATIFIKASI
Peran Masyarakat dan Korporasi
dalam Pengendalian Gratifikasi
Definisi Peran Masyarakat dalam UU Nomor 31 Tahun 1999

2. 3.
hak untuk memperoleh hak menyampaikan saran dan
pelayanan dalam mencari, pendapat secara
memperoleh dan memberikan bertanggungjawab kepada
informasi adanya dugaan telah penegak hukum yang
terjadi tindak pidana korupsi menangani perkara tindak
kepada penegak hukum yang pidana korupsi;
4.
menangani perkara tindak hak untuk memperoleh jawaban
pidana korupsi; atas pertanyaan tentang
laporannya yang diberikan
kepada penegak hukum dalam
waktu paling lama 30 hari;

Masyarakat dapat berperan


1. serta membantu upaya pencegahan
hak mencari, memperoleh 5.
dan pemberantasan tindak pidana
dan memberikan informasi hak untuk
adanya dugaan telah terjadi korupsi. Peran serta masyarakat memperoleh
tindak pidana korupsi; diwujudkan dalam bentuk: perlindungan
hukum.
Definisi Korporasi dalam Undang-undang Nomor Nomor 31 Tahun 1999

“kumpulan orang dan atau kekayaan yang


terorganisasi baik merupakan badan hukum
maupun bukan badan hukum”. (Pasal 1 ayat (1))

Korporasi mencakup:

Perseroan Terbatas
Yayasan

Organisasi Masyarakat

Partai Politik

Bentuk-bentuk korporasi lainnya sesuai peraturan


perundang-undangan
Surat Edaran KPK kepada Sektor Swasta

KPK mengirimkan surat himbauan Nomor: B-33/01-13/01/2014 tanggal 7


Januari 2014 perihal Peran Serta Sektor Swasta dalam Pencegahan Tindak
Pidana Korupsi.

Dikirim kepada : Ketua KADIN Indonesia, Ketua Asosiasi/Gabungan


Himpunan yang tergabung dalam KADIN Indonesia, dan pimpinan sektor
swasta dan korporasi

Tujuan : memperkuat pencegahan tindak pidana korupsi dan meningkatkan


kesadaran mengenai suap, gratifikasi, pemerasan atau uang pelicin kepada
korporasi yang bersifat mencari keuntungan (profit).

Substansi : agar korporasi tidak memberi atau membiarkan terjadinya


pemberian gratifikasi, suap, atau uang pelicin kepada pegawai
negeri/penyelenggara negara dan agar korporasi membentuk lingkungan
yang bersih dengan meningkatkan integritas, pengawasan dan perbaikan
sistem secara berkelanjutan.
Bentuk Nyata Peran Masyarakat

1. Menolak permintaan gratifikasi dari


pegawai negeri/penyelenggara negara

Prinsip : pegawai negeri/penyelenggara negara merupakan


pelayan publik yang mengurusi kepentingan masyarakat, bukan
sebaliknya. Masyarakat perlu mengetahui berapa biaya yang
sah secara hukum yang harus dibayar untuk sebuah pelayanan.

2. Tidak memberikan gratifikasi

Menolak memberikan gratifikasi adalah langkah terpuji dan


menghargai martabat pegawai negeri/penyelenggara negara,
bukan berarti anggota masyarakat tersebut bersikap pelit atau
bahkan berkekurangan secara materi.
Bentuk Nyata Peran Sektor Swasta/Korporasi
2. Membentuk Unit Pengendalian Gratifikasi

Tugas-tugas minimal UPG :

a. melakukan sosialisasi pengendalian gratifikasi,

b. melakukan koordinasi dengan unit atau bagian


terkait,
1. Menyusun standar etika untuk internal dan sectoral c. melakukan identifikasi/kajian atas titik rawan atau
potensi gratifikasi,

d. mengusulkan kebijakan pengelolaan,


pembentukan lingkungan anti gratifikasi dan
pencegahan korupsi di lingkungan Instansi, dan
3. Melaporkan upaya permintaan yang dihadapi swasta
e. menerima laporan gratifikasi dari pihak internal dan
mengkoordinasikannya dengan KPK.
Manfaat Bagi Masyarakat

1. Layanan yang bebas pungutan


Ketika stakeholder sadar bahwa pemberian
layanan adalah tugasnya dan suatu kesalahan apabila
menuntut pemberian pemberian dari masyarakat yang
dilayani, dampak langsungnya pelayanan menjadi
transparan dan masyarakat dibebaskan dari berbagai
pungutan tidak resmi.

2. Harga komoditas lebih terjangkau


Dampak dari pelayanan yang transparan dan bebas
pungutan tidak resmi adalah turunnya harga barang
atau jasa karena terus dipangkasnya ekonomi biaya
tinggi (high cost economy) yang dikapitalisasi ke dalam
komponen biaya barang/jasa.
G. Manfaat Swasta/Korporasi

3. Meminimalisasi potensi
1. Menurunkan biaya 2. Meningkatkan
kecurangan
operasional kepercayaan
investor/mitra/konsumen
Sistem pengendalian
Berdasarkan penelitian gratifikasi efektif untuk
LPEM UI Tahun 2003, Praktik bisnis yang bersih meminimalisir potensi
pengeluaran perusahaan dan beretika secara konflik kepentingan karena
untuk biaya “tambahan atau transparan dan konsisten antar individu atau pihak
pungutan liar” mencapai akan meningkatkan tidak dibebani dengan
11% dari biaya produksi kepercayaan oleh para pamrih akibat pemberian-
(Sumber RPJMN). stakeholder. pemberian di masa lalu.

Sistem pengendalian
gratifikasi, suap, dan uang
pelicin yang masif dan
berkelanjutan dapat
menekan dan menurunkan
biaya operasional tidak
resmi (biaya siluman)
secara perlahan dan
konsisten.
GRATIFIKASI
Peran Masyarakat dan Korporasi
dalam Pengendalian Gratifikasi
Perlindungan terhadap Pelapor
PELAPOR GRATIFIKASI MEMPUNYAI HAK UNTUK
DIBERIKAN PERLINDUNGAN SECARA HUKUM

Pasal 15 UU KPK : KPK wajib memberikan perlindungan terhadap


Saksi atau Pelapor yang telah menyampaikan laporan atau
memberikan keterangan mengenai terjadinya tindak pidana
korupsi.

UU Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan


Korban, Lembaga Perlindungan Saksi Korban (LPSK) mempunyai
tanggung jawab untuk memberikan perlindungan dan bantuan
kepada saksi dan korban.
Instansi/lembaga pemerintah
Pelapor gratifikasi yang
menghadapi potensi ancaman
Pelapor disarankan untuk
menyediakan mekanisme
dapat mengajukan permintaan
perlindungan kepada KPK
Gratifikasi perlindungan khususnya
ancaman terhadap karir atau
atau LPSK. aspek administrasi
kepegawaian lainnya.
Pengertian Gratifikasi

Gratifikasi adalah semua pemberian yang diterima oleh Pegawai


Negeri atau Penyelenggara Negara (Pn/PN). pemberian dalam
arti luas, yakni uang, barangrabat (diskon), komisi, pinjaman
tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan
wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya, baik yang
diterima di dalam negeri maupun di luar negeri, yang dilakukan
dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana
elektronik.
,

Penjelasan Pasal 12B UU No. 20/2001 tentang Perubahan atas UU No.31/1999


Pe gawai Ne ge ri
1. Aparatur Sipil Negara (ASN)
2. Pejabat publik
3. Orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan negara atau
daerah;

Siapa
4. Orang yang menerima gaji atau upah dari suatu korporasi yang
menerima bantuan dari keuangan negara atau daerah; atau
5. Orang yang menerima gaji atau upah dari korporasi lain yang

Pn /PN? mempergunakan modal atau fasilitas dari negara atau masyarakat.

.
Pe j abat Ne gara

pejabat negara yang menjalankan fungsi eksekutif, legislatif atau yudikatif


Pegawai Negeri dan Pejabat Negara
dan pejabat lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan
penyelenggaraan negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku

.
Apakah Semua Gratifikasi Dilarang?

Tidak, pada dasarnya gratifikasi ialah pemberian yang bersifat netral. Kriteria
Gratifikasi yang dilarang adalah :
1. Gratifikasi yang diterima berhubungan dengan jabatan
2. Penerimaan tersebut dilarang oleh peraturan yang berlaku, bertentangan
dengan kode etik, memiliki konflik kepentingan atau merupakan
penerimaan yang tidak patut / tidak wajar .

, Mengapa Ada yang Dilarang?


1. Gratifikasi pada dasarnya adalah “suap yang tertunda”.
2. Gratifikasi tersebut dilarang karena dapat mendorong Pn/PN bersikap tidak
obyektif, tidak adil dan tidak profesional.
3. Undang-undang menggunakan istilah “gratifikasi yang dianggap pemberian suap”
untuk menunjukkan bahwa penerimaan gratifikasi yang berhubungan dengan
jabatan dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya.
Bagaimana dengan Gratifikasi yang Diterima?

Kriteria dari Gratifikasi yang diterima adalah sebagai berikut:


1. Berlaku umum, yaitu suatu kondisi pemberian yang diberlakukan sama
dalam hal jenis, bentuk, persyaratan atau nilai, untuk semua peserta
dan memenuhi prinsip kewajaran atau kepatutan;
2. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
3. Dipandang sebagai wujud ekspresi, keramah-tamahan, penghormatan
dalam hubungan sosial antar sesama dalam batasan nilai yang wajar;
atau,
4. Merupakan bentuk pemberian yang berada dalam ranah adat istiadat,
kebiasaan, dan norma yang hidup di masyarakat dalam batasan nilai
yang wajar.
Apa Saja Bentuknya?

1. pemberian dari keluarga, tanpa benturan kepentingan.

2. hadiah tanda kasih yang memiliki nilai jual dalam penyelenggaraan kegiatan

adat setiap acara max 1.000.000

3. pemberian terkait dengan musibah atau bencana yang dialami oleh penerima,

bapak/ibu/mertua, suami/istri, atau anak penerima gratifikasi max 1.000.000

4. pemberian dari sesama pegawai yang lazim dilakukan dalam konteks sosial

sesama rekan kerja (bukan uang). Max @ 300.000 batasan max setahun

1.000.000

5. pemberian sesama pegawai (uang) dengan batasan max 200.000 batasan

setahun max 1.000.000


Apa Saja Bentuknya? (2)

6. hidangan atau sajian yang berlaku umum;


7. prestasi akademis atau non akademis yang diikuti dengan menggunakan biaya
sendiri.
8. keuntungan atau bunga dari penempatan dana, investasi atau kepemilikan
saham pribadi yang berlaku umum;
9. manfaat bagi seluruh peserta koperasi pegawai berdasarkan keanggotaan
koperasi Pegawai Negeri yang berlaku umum;
10. seminar kit yang berbentuk seperangkat modul dan alat tulis serta sertifikat
yang berlaku umum;
11. penerimaan hadiah atau tunjangan yang ada kaitannya dengan peningkatan
prestasi kerja yang diberikan oleh Pemerintah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku; atau,
12. diperoleh dari kompensasi atas profesi di luar kedinasan, yang tidak terkait
dengan tugas pokok dan fungsi dari pejabat/pegawai, tidak memiliki konflik
kepentingan dan tidak melanggar aturan internal instansi pegawai;
Gratifikasi
Pemerasan
• Berhubungan dengan jabatan
• ersifat inventif (tanam budi) • Adanya permintaan sepihak dari

• Tidak membutuhkan kesepakatan pejabat (penerima)

(transaksional) • Bersifat memaksa


Penyalahgunaan kekuasaan
Gratifikasi Suap dan •

Ex : Pengusaha memberi hadiah Ex: Pejabat memaksa calon peserta tender

voucher belanja kepada PNS karena


Pemerasan untuk memberikan sejumlah uang dengan
Sedikit Mirip Lalu Apa
merasa terbantu dalam pengurusan Bedanya? ancaman jika tidak diberikan akan

perizinan digugurkan dalam proses tender

Suap
• Transaksional ( pertemuan kehendak pemberi
dan penerima )
• Umumnya dilakukan secara tertutup
Ex : Pengusaha menyuap pejabat pemerintah untuk
mendapatkan proyek
UU Tipikor Pasal 12B dan 12C
Aturan
Dasar
UU No. 3 Th 2002 dan Perkom
02 Th 2014, Perkom 06 Th 2015

Gratifikasi
• Batas lama pelaporan gratifikasi 30 hari
• Penetapan Status Gratifikasi
Implementasi dalam Keseharian

Seorang Fiskus akan menerima gratifikasi


berupa :

• Jaket dari the legislative seharga 299rb rupiah sebagai kenang-kenangan karena mutasi pegawai

Diterima

• Tiket pesawat PP Jakarta-Tokyo oleh maskapai ANTA dari wajib pajak sebagai rasa terima kasih

Ditolak / Dilaporkan
(30 hari sejak diterima)
www.kpk.go.id/layanan-
publik/gratifikasi/formulir-gratifikasi

• Penyerahan langsung atau melalui


surat ke alamat Jl. Kuningan
Persada kav. 4, Setiabudi Jakarta
Selatan 12950;
• Melalui Unit Pengendalian
Gratifikasi (UPG) di instansi;
• E-mail ke
pelaporan.gratifikasi@kpk.go.id ;
• Faksimile ke 021-5289-2459;
• Website pelaporan online:
https://gol.kpk.go.id
Apa yang harus dilakukan saat menerima gratifikasi?

• Jika pemberian tersebut berhubungan dengan jabatan kita atau ada


ketentuan yang melarang, maka pemberian tersebut harus DITOLAK.
• Jika pada keadaan tertentu kita tidak dapat menolaknya, seperti
dikirimkan ke rumah, diberikan melalui anggota keluarga, atau untuk
menjaga hubungan baik antar lembaga, maka pemberian tersebut
wajib DILAPORKAN kepada KPK.

P Purpose
R Rules
Tanyakan pada Diri Sendiri O Openess

PROVE IT V Value
E Ethics
I Identity
T Timing
Gratifikasi tidak mempengaruhi keputusan?

Pemberian gratifikasi pada umumnya tidak ditujukan untuk


mempengaruhi keputusan pejabat secara langsung, namun cenderung
sebagai “tanam budi” atau upaya menarik perhatian pejabat.
Jangka waktu pelaporan:
• Laporan gratifikasi wajib disampaikan kepada KPK paling lambat 30 hari
kerja sejak gratifikasi diterima.
• Jika sudah terdapat Unit Pengendali Gratifikasi (UPG) di instansi Pn/PN
dapat melaporkan pada KPK melalui UPG paling lambat 7 hari kerja
sejak gratifikasi diterima.

Lapor Gratifikasi Jika ingin menyampaikan laporan pengaduan gratifikasi yang diterima oleh
orang lain, maka kita dapat menggunakan mekanisme Pengaduan Masyarakat
Melaporkannya kepada
KPK dengan cara mengisi
dengan cara mengakses alamat berikut: www.kws.kpk.go.id.
formulir laporan penerimaan
gratifikasi yang dapat
diunduh pada tautan:
www.kpk.go.id/layanan-
publik/gratifikasi/formulir- Penyerahan barang gratifikasi:
gratifika
• Kewajiban penyerahan uang atau barang gratifikasi adalah 7 hari kerja
terhitung sejak tanggal penetapan status kepemilikan oleh KPK
(tanggal SK).
• KPK akan menindaklanjuti dan menetapkan status kepemilikannya
menjadi milik negara atau milik penerima dalam waktu 30 Hari Kerja.
MEKANISME PENANGANAN
PELAPORAN GRATIFIKASI
MEKANISME PENGGANTIAN
BARANG GRATIFIKASI
Pelapor Pemberi
• Pelapor gratifikasi berhak Tidak semua pemberi gratifikasi dapat
mendapatkan perlindungan diberikan sanksi, kecuali
dari berbagai bentuk tekanan memenuhi unsur tindak pidana suap.
akibat laporan yang
disampaikan.
• Perlindungan dilakukan oleh
KPK mulai dari perlindungan
kerahasiaan informasi Pelapor
(identitas Pelapor) dan dapat
Setelah Lapor
bekerjasama dengan LPSK atau Apa yang terjadi pada
Pelapor, Pemberi, dan
institusi lain yang berwenang. Barang Gratifikasi?

Barang Gratifikasi
• KPK menyetorkan gratifikasi dalam bentuk uang ke
rekening kas negara dan dicatat sebagai penerimaan
negara.
• Jika berupa barang, KPK menyerahkan kepada
Kementerian Keuangan melalui Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara (DJKN) untuk dilelang. Hasil lelang
dicatat sebagai penerimaan negara.
Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 7/PMK.09/2017
tentang Pedoman
Pengendalian Gratifikasi di
Lingkungan Kementerian
Keuangan
LATAR BELAKANG
• Kementerian Keuangan telah menjalankan Program Pengendalian
Gratifikasi dengan terbitnya:
1. SE-10/MK.01/2013 tentang Program Pengendalian
Gratifikasi di Lingkungan Kementerian Keuangan.
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 83/PMK.01/2015
tentang Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan
Kementerian Keuangan.
• berdasarkan hasil evaluasi atas pelaksanaan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 83/PMK.01/2015 tersebut, dan dalam rangka
menyelaraskan dengan Peraturan Ketua Komisi Pemberantasan
Korupsi Nomor 02 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaporan dan
Penetapan Status Gratifikasi, telah ditetapkan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 7/PMK.09/2017 tentang Pedoman Pengendalian
Gratifikasi di Lingkungan Kementerian Keuangan.
2
PMK-7/PMK.09/2017
0
POKOK-POKOK PERUBAHAN
• PMK-83/2015 PMK-7/2017

• Kewajiban ASN untuk • Kewajiban ASN Kemenkeu


melaporkan Penerimaan untuk menolak gratifikasi.
Gratifikasi. • Gratifikasi kepada Unit Kerja.
• Tidak ada pengaturan • Gratifikasi dari sesama rekan
kerja.
• Gratifikasi kepada Unit Kerja.
• Penegasan Struktur dan
• Tidak ada pengaturan
Personil UPG.
Gratifikasi dari sesama rekan
kerja. • Penjabaran Mekanisme
• Struktur dan Personil UPG Pelaporan.

• belum jelas.
• Mekanisme Pelaporan belum
detil.
DASAR HUKUM GRATIFIKASI

Pasal 12B & 12C UU No. 20 Pasal 16, 17, 18 UU No. 30


Tahun 2001 (UU Tipikor) Tahun 2002 (UU KPK)

Peraturan KPK No. 2 Tahun 2014


Surat Edaran KPK No. B.143 ttg Pedoman Pelaporan dan
tahun 2013 Penetapan Status Gratifikasi

PMK-7/PMK.09/2017 ttg
PMK-83/PMK.01/2015 ttg
Pedoman Pengendalian
Pengendalian Gratifikasi di
Gratifikasi di Lingkungan
Lingkungan Kemenkeu
Kemenkeu
UNIT PENGENDALIAN
GRATIFIKASI
Unit Pengendali Gratifikasi (UPG)

Fungsi Kedudukan
Kantor Pusat
Unit yang
Unit pelayanan dan mempunyai tusi di
informasi (help desk) bidang Kepatuhan Kantor Wilayah
pengendalian Internal seluruh
Eselon I Kantor
Gratifikasi
Pelayanan/UPT
• UPG ditetapkan dengan keputusan pimpinan unit eselon I yang
ditandatangani oleh pimpinan unit eselon I, atau eselon II atas nama
pimpinan unit eselon I pada unit yang bersangkutan. Pasal 5 & 6 PMK-7/PMK.09/2017
UPG Koordinator

Fungsi Kedudukan

Mengoordinasikan Inspektorat
pelaksanaan Jenderal
pengendalian Gratifikasi
di lingkungan
Kementerian Keuangan

• UPG Koordinator ditetapkan dengan keputusan Inspektur Jenderal


Pasal 5 & 6 PMK-7/PMK.09/2017
Struktur UPG
• UPG Koordinator dan UPG tingkat kantor pusat/
kantor wilayah paling sedikit memiliki personil
yang terdiri dari 1 (satu) orang pejabat eselon III/
setara eselon III sebagai Ketua UPG, 1 ( satu) orang
pejabat eselon IV/setara eselon IV, dan 1 (satu)
orang pelaksana sebagai administrator.
• UPG tingkat kantor pelayanan/UPT paling sedikit
memiliki personil yang terdiri dari 1 (satu) orang
pejabat eselon IV sebagai Ketua UPG dan 1 (satu)
orang pelaksana sebagai administrator.
Pasal 7 PMK-7/PMK.09/2017
Tugas dan Tanggung Jawab UPG Koordinator

• mengoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan


pengendalian Gratifikasi di lingkungan Kementerian
Keuangan;
• menyampaikan laporan semesteran pengendalian
Gratifikasi kepada Menteri;
• melaksanakan koordinasi, konsultasi, dan surat menyurat dengan
KPK atas nama Menteri dalam pelaksanaan ketentuan pengendalian
Gratifikasi; dan
• menyiapkan dan mengoordinasikan pelaporan Gratifikasi melalui
aplikasi
Pasal 8 PMK-7/PMK.09/2017
Tugas dan Tanggung Jawab UPG (1/4)
• memberikan saran dan pertimbangan terkait
Gratifikasi pada unit masing- masing;
• menenma laporan adanya Gratifikasi dan
melakukan verifikasi kelengkapan dan analisis atas
laporan Gratifikasi yang bersangkutan;
• meminta keterangan kepada Pelapor
dalam hal diperlukan;
• memberikan rekomendasi dan menetapkan
status Gratifikasi terkait Kedinasan;
Pasal 8 PMK-7/PMK.09/2017
Tugas dan Tanggung Jawab UPG (2/4)
• menyusun rekapitulasi laporan penanganan Gratifikasi di
unit masing-masing dan menyampaikan secara
berjenjang kepada UPG setingkat di atasnya dengan
tembusan kepada KPK;
• menindaklanjuti rekomendasi KPK dalam hal
penanganan dan pemanfaatan Gratifikasi;
• memantau tindak lanjut atas rekomendasi dan
pemanfaatan Gratifikasi yang diberikan oleh KPK;

Pasal 8 PMK-7/PMK.09/2017
Tugas dan Tanggung Jawab UPG (3/4)
• memberikan informasi dan data terkait penanganan
serta perkembangan sistem pengendalian Gratifikasi
sebagai bahan pertimbangan (management tools) bagi
pimpinan instansi dalam penentuan kebijakan dan
strategi pengendalian;
• melakukan sosialisasi/internalisasi atas ketentuan
Gratifikasi atau penerapan pengendalian Gratifikasi;
• melakukan koordinasi dan konsultasi dengan UPG
Koordinator dalam pelaksanaan pengendalian Gratifikasi;
Pasal 8 PMK-7/PMK.09/2017
Tugas dan Tanggung Jawab UPG (4/4)
• melakukan langkah monitoring ke KPK terkait penetapan status
barang Gratifikasi apabila diperlukan; dan
• menyusun dan mengevaluasi rencana aksi dan daftar titik
rawan Gratifikasi di lingkungan unit kerja masing- masing UPG

Pasal 8 PMK-7/PMK.09/2017
PELAPORAN GRATIFIKASI
Mekanisme Pelaporan Gratifikasi

Secara langsung

Penerima
Gratifikasi
UPG KPK

Melalui UPG
Pelaporan Gratifikasi Melalui UPG

Disampaikan paling lambat dalam


waktu 7 hari kerja terhitung sejak
diterima/ditolaknya Gratifikasi.

Laporan disampaikan dengan


mengisi Formulir Pelaporan
Gratifikasi secara lengkap.

Pasal 9 PMK-7/PMK.09/2017
Kelengkapan Laporan Gratifikasi
• UPG melakukan verifikasi atas kelengkapan laporan gratifikasi.
• Laporan Gratifikasi dianggap lengkap apabila memuat informasi paling
kurang:
a) nama dan alamat Pelapor dan pemberi Gratifikasi;
b) jabatan Pelapor Gratifikasi;
c) tempat dan waktu penerimaan dan/ atau penolakan Gratifikasi;
d) uraian jenis Gratifikasi yang diterima dan/atau ditolak, dan
melampirkan bukti dalam bentuk sampel atau foto apabila tersedia;
e) nilai atau taksiran nilai Gratifikasi yang diterima dan/ atau ditolak;
dan
f) kronologis penenmaan dan/atau penolakan Gratifikasi.
• Penyampaian laporan dinyatakan sah apabila Pelapor telah mendapat bukti
tanda terima penyampaian laporan dari UPG.
Pasal 9 PMK-7/PMK.09/2017
Penyaluran Barang Gratifikasi yang Mudah Rusak

 Jika Barang Gratifikasi berupa makanan/minuman yang


sifatnya mudah rusak atau memiliki masa kadaluarsa yang
singkat, penerima Gratifikasi dapat langsung menyalurkan
barang Gratifikasi tersebut ke panti asuhan, panti jompo, atau
tempat sosial lainnya.
 Dokumentasi penyaluran kepada tempat sosial dilampirkan
dalam formulir laporan gratifikasi dalam bentuk foto dan/ atau
tanda terima penyerahan barang.

Pasal 10 PMK-7/PMK.09/2017
Pelaporan Gratifikasi Langsung ke KPK

Pelaporan atas penerimaan yang Disampaikan secara


melebihi 7 Hari Kerja sejak tanggal langsung/pos/e-mail/website KPK
penerimaan. Pelaporan dilakukan (online), baik oleh penerima atau
maksimal 30 Hari Kerja. orang yang mendapat kuasa
tertulis.

Menyampaikan salinan bukti


pelaporan kepada UPG maksimal 7
hari kerja sejak tanggal pelaporan.

Pasal 11, 12 PMK-7/PMK.09/2017


Penanganan Laporan Gratifikasi oleh UPG
• UPG dapat meminta keterangan tambahan kepada
pihal terkait jika memerlukan tabahan informasi.
• UPG melakukan analisis atas laporan gratifikasi
dengan menggunakan lembar analisis laporan
gratifikasi.
• Menyampaikan kepada KPK paling lambat 7 hari
kerja atas laporan gratifikasi yang berdasarkan hasil
analisis akan ditangani oleh KPK.

Pasal 13 PMK-7/PMK.09/2017
Pengecualian Penanganan Laporan Gratifikasi oleh UPG

• UPG dapat tidak menindaklanjuti laporan Gratifikasi, dalam hal sebagai


berikut:
• Pelapor tidak menyampaikan laporan secara lengkap sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4);
• Pelapor tidak melengkapi informasi dalam jangka waktu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (5);
• sedang dilakukan penyelidikan, penyidikan, atau penuntutan tindak
pidana korupsi; dan/ atau
• laporan Gratifikasi disampaikan karena adanya temuan dari
lnspektorat Jenderal/Unit Kepatuhan Internal/ pengawas eksternal.

Pasal 13 PMK-7/PMK.09/2017
Pelaporan Gratifikasi oleh Selain Penerima Gratifikasi
• UPG hanya memproses laporan Gratifikasi oleh
penerima Gratifikasi dan/ atau orang lain yang
mendapat kuasa secara tertulis.
• Laporan Gratifikasi selain oleh penenma Gratifikasi dan/
atau orang lain yang mendapat kuasa secara tertulis,
disampaikan kepada unit yang menangani pengaduan
dan/ atau whistleblowing system untuk diproses
sebagaimana ketentuan yang berlaku.

Pasal 14 PMK-7/PMK.09/2017
Pelaporan Hasil Penanganan Laporan Gratifikasi
• UPG menyusun rekapitulasi hasil penanganan laporan
Gratifikasi dengan format terlampir dalam PMK-
7/PMK.09/2017
• Rekapitulasi disampaikan berjenjang setiap awal bulan kepada
UPG setingkat di atasnya dengan tembusan kepada KPK.
• UPG tingkat kantor pusat menyampaikan rekapitulasi
semesteran kepada UPG Koordinator.
• UPG Koordinator menyampaikan laporan semesteran
penanganan Gratifikasi tingkat Kementerian kepada Menteri
Keuangan.
Pasal 15 PMK-7/PMK.09/2017
Ketentuan Umum Terkait Barang Gratifikasi
• Barang Gratifikasi harus disimpan oleh
penerima Gratifikasi sampai dengan
penetapan status barang Gratifikasi oleh KPK.
• Penerima Gratifikasi bertanggung jawab
dalam hal barang Gratifikasi hilang dan/atau
rusak .

Pasal 16 PMK-7/PMK.09/2017
Penetapan Status Barang Gratifikasi

Oleh KPK Oleh UPG

• Ditetapkan dengan Ditetapkan dengan


Surat Keputusan KPK Surat dari UPG

• Pelapor
menyampaikan
salinan Surat
Keputusan kepada
UPG Pasal 17, 18 PMK-
7/PMK.09/2017
Penetapan Status Barang Gratifikasi

Milik Negara Milik Unit Kerja Milik Penerima


Pasal 19, 20, 21 PMK-7/PMK.09/2017
Penyerahan Barang Gratifikasi (1/3)
1 yang ditetapkan menjadi milik Penerima

Dalam hal Gratifikasi ditetapkan


menjadi milik Penerima,
barang Gratifikasi menjadi hak
milik Penerima terhitung sejak
tanggal ditetapkan.

Milik Penerima

Pasal 19 PMK-7/PMK.09/2017
Penyerahan Barang Gratifikasi (2/3)
2 yang ditetapkan menjadi milik Negara

Bukti Setor
Menyetorkan maks 7 hari kerja
ke rekening KPK salinan
UPG
Uang salinan

Bukti
Menyerahkan maks 7 hari kerja Penyerahan

Barang DJKN
Pasal 20 PMK-7/PMK.09/2017
Penyerahan Barang Gratifikasi (3/3)
3 yang ditetapkan menjadi milik Unit Kerja

Menyerahkan maks 7 hari kerja


UPG
Barang Pemanfaatan Barang Gratifikasi

Operasional Disumbangkan Display Barang


ke Yayasan Perpustakaan
Unit Kerja Gratifikasi
Sosial

Pasal 21 PMK-7/PMK.09/2017
GAMBARAN UMUM
PROSES PELAPORAN
GRATIFIKASI

48
/ Toward IACM level 4 INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KEUANGAN
PERLINDUNGAN PELAPOR

• UPG wajib memberikan perlindungan kepada


Pelapor Gratifikasi dengan menjaga kerahasiaan
identitas Pelapor Gratifikasi.
• Identitas Pelapor Gratifikasi hanya dapat diungkap
untuk keperluan bahan pertimbangan (management
tools) , UPG, dan KPK.

Pasal 22 PMK-7/PMK.09/2017
FORM
PELAPORAN
GRATIFIKASI
Dapat diunduh di:
http://www.kpk.go.id/gratifikasi/images
/pdf/FormGrat.pdf
Budi Budiman
Jl. Angkasa No. 1,
Jakarta
Budi Budiman
Bandung, 17 Agustus 1970 09831983109230
Kepala Subbagian Umum
KPP Madya Jakarta

Direktorat Jenderal Pajak


Jl. Angkasa No. 1,
Jakarta
Jakarta DKI Jakarta
Jl. Jambu Air No. 1, Depok

Depok Depok Jawa Barat

budi.budiman@gmail.com 087789721368
021-3568218 087789721368
B Barang berupa handphone ± Rp 5 juta D Diterima di
merek Samsung Galaxy Note. kantor,
tanggal 5
Januari 2016

Toto Suroto
Wiraswasta, Pemilik perusahaan catering
Jl. Angkasa Bundar No.28, Jakarta

Rekanan
Diberikan sebagai ucapan terima kasih.

Diberikan di kantor di ruang Kepala Subbagian Umum pada saat jam makan siang.
Kondisi tidak ada orang lain, hanya saya dan pemberi yang ada di ruangan pada saat itu.

Jakarta, 6 Januari 16

ԂԄ
Budi Budiman
TERIMA KASIH
PERBEDAAN GRATIFIKASI,
SUAP, UANG PELICIN, DAN
PEMERASAN
GRATIFIKASI

SUAP

PEMERASAN

KORUPSI PERBUATAN CURANG

PENYALAHGUNAAN
WEWENANG

PENGGELAPAN JABATAN

BENTURAN
KEPENTINGAN DALAM
PENGADAAN
Gratifikasi

 Pemberian dalam arti luas, meliputi


pemberian uang, barang, rabat (diskon),
komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket
perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan
wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas
lainnya
(Penjelasan Pasal 12B UU No. 20 Tahun 2001)
 Sanksi:
Pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun
dan paling lama 20 (dua puluh) tahun, dan
pidana denda paling sedikit Rp200juta dan
paling banyak Rp1milyar
Suap

 Bentuk pemberian yang dilakukan oleh korporasi atau


pihak swasta berupa pemberian barang, uang, janji, dan
bentuk lainnya yang bertujuan untuk mempengaruhi
pengambilan keputusan dari pihak penerima suap.
 Sanksi:
Pidana penjara paling singkat 4 (satu) tahun dan paling
lama 20 tahun, dan pidana denda paling sedikit Rp
200juta dan paling banyak Rp 1 Milyar (Pasal 12 huruf a
atau b – suap aktif)
Pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 5
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 50 juta dan
paling banyak Rp 250 juta (psl 5 ayat 2 atau pasal 11 –
suap pasif)
Uang Pelicin

 Sejumlah pemberian (biasanya dalam bentuk uang)


untuk memulai, mengamankan, mempercepat akses
pada terjadinya suatu layanan.
 Merupakan salah satu bentuk tindakan suap dalam skala
kecil, untuk mempercepat dan mengurangi
ketidaknyamanan yang terkait dengan proses
administratif.
Pemerasan

 Pegawai negeri atau penyelenggara negara dengan maksud


menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan
hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya
memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar atau
menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk
mengerjakan sesuatu bagi dirinya.
(Pasal 12 huruf e UU No. 20 Tahun 2001)
(pasal 12 huruf f untuk potongan yang dilakukan sesame
pegawai negeri / Penyelenggara Negara)
 Sanksi:
Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling
singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
tahun, dan pidana denda paling sedikit Rp200juta dan
paling banyak Rp1milyar
PERBEDAAN

Gratifikasi Suap Uang Pelicin Pemerasan

Inisiator Pemberi Pemberi Pemberi Penerima


atau
penerima
Meeting of Tidak Ada Ada Ada
mind
Transaksional Tidak Ya Ya Ya

Paksaan Tidak Tidak Tidak Ya


TERIMA KASIH
Buku Saku

Memahami
Gratifikasi
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
DIREKTORAT GRATIFIKASI
KEDEPUTIAN BIDANG PENCEGAHAN

BUKU SAKU
MEMAHAMI GRATIFIKASI

Tim Penulis:
Doni Muhardiansyah
Aida Ratna Zulaiha
Wahyu Dewantara Susilo
Annisa Nugrahani
Fahrannia Imbrita Rosalba
Bariroh Barid
I Gusti Ayu Nyoman Lia Oktirani

Didukung oleh:
Muhammad Sigit
Wahyu PRYP
Andreas Budi Sampurno
Chalimatus Sadiyah
Meila Indira

Diterbitkan oleh:
Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia
Cetakan Pertama, Desember 2010

Jl. H.R. Rasuna Said Kav. C-1 Jakarta Selatan 12920


Telp. (021) 2557 8311, Faks (021) 5289 2441
www.kpk.go.id
Buku Saku Memahami Gratifikasi

Kata Pengantar

Korupsi merupakan salah satu kata yang cukup populer di ma-


syarakat dan telah menjadi tema pembicaraan sehari-hari. Namun
demikian, ternyata masih banyak masyarakat yang belum menge-
tahui apa itu korupsi. Pada umumnya, masyarakat memahami korupsi
sebagai sesuatu yang merugikan keuangan negara semata. Padahal
dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Un-
dang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, ada 30 jenis tindak pidana korupsi. Ke-30 jenis tindak
pidana korupsi tersebut pada dasarnya dapat dikelompok-
kan menjadi tujuh, yaitu: i) kerugian keuangan Negara; ii) suap-
menyuap; iii) penggelapan dalam jabatan; iv) pemerasan; v) per-
buatan curang; vi) benturan kepentingan dalam pengadaan; dan vii)
gratifikasi.

Dari berbagai jenis korupsi yang diatur dalam undang-undang,


gratifikasi merupakan suatu hal yang relatif baru dalam penegakan
hukum tindak pidana korupsi di Indonesia. Gratifikasi diatur dalam
Pasal 12B Undang-Undang tersebut di atas. Dalam penjelasan
pasal tersebut, gratifikasi didefinisikan sebagai suatu pemberian
dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat, komisi,
pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan,
perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya,
yang diterima di dalam negeri maupun yang di luar negeri dan yang
dilakukan dengan menggunakan sarana elektronika maupun tanpa
sarana elektronika. Meskipun sudah diterangkan di dalam undang-
undang, ternyata masih banyak masyarakat Indonesia yang belum
memahami definisi gratifikasi, bahkan para pakar pun masih
memperdebatkan hal ini.

Dengan latar belakang rendahnya pemahaman masyarakat Indonesia


atas gratifikasi yang dianggap suap sebagai salah satu jenis
tindak pidana korupsi, maka Direktorat Penelitian dan Pengembangan
bekerja sama dengan Direktorat Gratifikasi Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) berinisiatif untuk menerbitkan Buku Saku Memahami
Gratifikasi. Diharapkan buku saku ini dapat menjadi pedoman bagi
seluruh masyarakat Indonesia untuk memahami definisi dan konsep
gratifikasi serta mengetahui harus bersikap bagaimana apabila
berhadapan dengan gratifikasi.

Jakarta, Desember 2010


Salam Anti Korupsi,

Pimpinan KPK

Komisi Pemberantasan Korupsi iii


Buku Saku Memahami Gratifikasi

Daftar Isi
• Kata Pengantar iii
• Daftar Isi iv
• Pendahuluan 1
• Apa yang Dimaksud dengan Gratifikasi? 3
• Bilamana Gratifikasi Dikatakan Sebagai Tindak 4
Pidana Korupsi?
• Mengapa Gratifikasi yang Diberikan kepada Penyelenggara 5
Negara atau Pegawai Negeri Perlu Diatur Dalam
Suatu Peraturan?
1. Perkembangan Praktik Pemberian Hadiah 5
2. Konflik Kepentingan dalam Gratifikasi 7
• Landasan Hukum Tentang Gratifikasi Sebagai 9
Tindak Pidana Korupsi
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 9
Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi
2. Penerima Gratifikasi yang Wajib Melaporkan Gratifikasi 10
3. Konsekuensi Hukum dari Tidak Melaporkan Gratifikasi 11
yang Diterima
• Bagaimana Mengidentifikasi Gratitifikasi yang Dilarang 12
(Ilegal)?
• Jika Saya Menerima Gratifikasi Apa yang Harus 16
Saya Lakukan?
• Apa Saja yang Harus Saya Lakukan dan Siapkan 16
dalam Melaporkan Gratifikasi Ilegal?
• Apa yang Dilakukan oleh KPK pada Laporan Saya 17
Setelah Laporan Diserahkan dan Diterima Secara Resmi?

• Contoh-Contoh Kasus Gratifikasi 19


Contoh 1: Pemberian Pinjaman Barang dari Rekanan 20
secara Cuma-cuma
Contoh 2: Pemberian Tiket Perjalanan oleh Rekanan 21
untuk Keperluan Dinas/Pribadi secara
Cuma-cuma
Contoh 3: Pemberian Tiket Perjalanan oleh Pihak 22
Ketiga untuk Keperluan Dinas/Pribadi secara
Cuma-cuma
Contoh 4: Pemberian Insentif oleh BUMN/BUMD 24
Kepada Pihak Swasta karena Target
Penjualannya Berhasil Dicapai
Contoh 5: Penerimaan Honor sebagai Narasumber 25
dalam Suatu Acara
Contoh 6: Pemberian Sumbangan oleh Instansi 26
Pemerintah dalam Acara Khusus
Contoh 7: Pemberian Barang (Suvenir, Makanan, dll) 27
oleh Kawan Lama atau Tetangga
Contoh 8: Pemberian oleh Rekanan melalui Pihak Ketiga 28

iv Komisi Pemberantasan Korupsi


Buku Saku Memahami Gratifikasi

Contoh 9: Pemberian Hadiah atau Uang sebagai 29


Ucapan Terima Kasih atas Jasa yang Diberikan
Contoh 10: Pemberian Hadiah atau Uang oleh Debitur 30
kepada Pegawai Bank BUMN/BUMD
Contoh 11: Pemberian Cash Back kepada Nasabah 31
oleh Bank BUMN/BUMD
Contoh 12: Pemberian Fasilitas Penginapan oleh Pemda 32
Setempat pada Saat Kunjungan di Daerah
Contoh 13: Pemberian Sumbangan/Hadiah Pernikahan 33
Contoh 14: Pemberian kepada Pensiunan 34
Contoh 15: Hadiah karena Prestasi 35

Komisi Pemberantasan Korupsi v


Buku Saku Memahami Gratifikasi

Pendahuluan
Pada tahun 2001 dilakukan amandemen terhadap Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001. Dalam Undang-
Undang yang baru ini lebih diuraikan elemen-elemen dalam pasal-
pasal Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang pada
awalnya hanya disebutkan saja dalam Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999. Dalam amademen ini juga, untuk pertama kalinya istilah
gratifikasi dipergunakan dalam peraturan perundang-undangan di
Indonesia, yang diatur dalam Pasal 12B.

Dalam Pasal 12B ini, perbuatan penerimaan gratifikasi oleh Pegawai


Negeri atau Penyelenggara Negara yang dianggap sebagai perbuatan
suap apabila pemberian tersebut dilakukan karena berhubungan
dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban atau
tugasnya. Terbentuknya peraturan tentang gratifikasi ini merupakan
bentuk kesadaran bahwa gratifikasi dapat mempunyai dampak
yang negatif dan dapat disalahgunakan, khususnya dalam rangka
penyelenggaraan pelayanan publik, sehingga unsur ini diatur dalam
perundang-undangan mengenai tindak pidana korupsi. Diharapkan
jika budaya pemberian dan penerimaan gratifikasi kepada/oleh
Penyelenggara Negara dan Pegawai Negeri dapat dihentikan,
maka tindak pidana pemerasan dan suap dapat diminimalkan atau
bahkan dihilangkan.

Implementasi penegakan peraturan gratifikasi ini tidak sedikit meng-


hadapi kendala karena banyak masyarakat Indonesia masih
mengangap bahwa memberi hadiah (baca: gratifikasi) merupakan
hal yang lumrah. Secara sosiologis, hadiah adalah sesuatu
yang bukan saja lumrah tetapi juga berperan sangat penting
dalam merekat ‘kohesi sosial’ dalam suatu masyarakat maupun
antarmasyarakat bahkan antarbangsa.

Gratifikasi menjadi unsur penting dalam sistem dan mekanisme per-


tukaran hadiah. Sehingga kondisi ini memunculkan banyak pertan-
yaan pada penyelenggara negara, pegawai negeri dan masyarakat
seperti: Apa yang dimaksud dengan gratifikasi? Apakah gratifikasi
sama dengan pemberian hadiah yang umum dilakukan dalam ma-
syarakat? Apakah setiap gratifikasi yang diterima oleh penyeleng-
gara negara atau pegawai negeri merupakan perbuatan yang ber-
lawanan dengan hukum? Apa saja bentuk gratifikasi yang dilarang
maupun yang diperbolehkan?

Jika istri seorang Penyelenggara Negara dari suatu lembaga di


Indonesia menerima voucher berbelanja senilai Rp. 2 juta, yang
merupakan pemberian dari seorang pengusaha ketika istri yang
bersangkutan tersebut berulang tahun, apakah voucher tersebut
termasuk gratifikasi ilegal? Istri seorang penyelenggara negara
berada dalam kondisi ini apa yang harus diperbuat? Apakah
pemberian seperti ini harus dilaporkan kepada KPK?

Komisi Pemberantasan Korupsi 1


Buku Saku Memahami Gratifikasi

Dalam kasus lain, Pimpinan suatu lembaga penegak hukum,


menerima parsel pada perayaan Idul Fitri berupa kurma yang
berasal dari Kerajaan X dan Perusahaan Y. Dari kedua pihak tersebut
tidak ada satu pun yang sedang memiliki perkara di lembaga penegak
hukum yang dipimpin pejabat tersebut. Apakah pejabat tersebut ha-
rus melaporkan kepada KPK terhadap penerimaan parsel tersebut?
Apakah benar pejabat negara dilarang menerima parsel pada hari
raya keagamaan?

Kasus yang paling jamak terjadi adalah pengguna layanan memberikan


sesuatu sebagai ucapan terima kasih kepada petugas layanan misalnya
dalam pengurusan KTP, karena pengguna layanan mendapatkan
pelayanan yang baik (sesuai prosedur) dari petugas sehingga KTP
dapat selesai tepat waktu. Apakah pemberian pengguna layanan
kepada petugas termasuk pemberian yang dilarang? Apa yang harus
dilakukan pengguna layanan dan petugas pembuat KTP?

Pertanyaan-pertanyaan ini hanyalah beberapa pertanyaan yang


sering diajukan penyelenggara negara, pegawai negeri dan ma-
syarakat. Dengan latar belakang inilah KPK sebagai insitusi yang
diberi amanat oleh Undang-Undang untuk menerima laporan pe-
nerimaan gratifikasi dan menetapkan status kepemilikan gratifikasi,
berkewajiban untuk meningkatkan pemahaman penyelenggara
negara, pegawai negeri dan masyarakat mengenai korupsi yang
terkait dengan gratifikasi.

Buku Saku Memahami Gratifikasi ini diharapkan memberi pemahaman


yang lebih baik bagi penyelenggara negara dan pegawai negeri
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, mengenai gratifikasi
yang terkait dengan Tindak Pidana Korupsi, seperti yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2001. Buku Saku ini juga memaparkan tentang peran
KPK sebagai lembaga yang diberi kewenangan untuk menegakkan
aturan tersebut. Contoh-contoh kasus gratifikasi yang sering terjadi
juga diuraikan dalam buku ini, dengan disertai analisis mengapa
suatu pemberian/hadiah tersebut bersifat legal atau ilegal, serta si-
kap yang harus diambil (dalam hal ini penyelenggara negara dan
pegawai negeri) ketika berada dalam situasi tersebut.

2 Komisi Pemberantasan Korupsi


Buku Saku Memahami Gratifikasi

Apa yang Dimaksud dengan Gratifikasi?


Pengertian gratifikasi terdapat pada Penjelasan Pasal 12B Ayat (1)
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001, bahwa:

“Yang dimaksud dengan ”gratifikasi” dalam ayat ini adalah pemberian


dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat
(discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas
penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas
lainnya. Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun
di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana
elektronik atau tanpa sarana elektronik”.

Apabila dicermati penjelasan pasal 12B Ayat (1) di atas, kalimat


yang termasuk definisi gratifikasi adalah sebatas kalimat: pemberian
dalam arti luas, sedangkan kalimat setelah itu merupakan bentuk-
bentuk gratifikasi. Dari penjelasan pasal 12B Ayat (1) juga dapat
dilihat bahwa pengertian gratifikasi mempunyai makna yang netral,
artinya tidak terdapat makna tercela atau negatif dari arti kata gratifi-
kasi tersebut. Apabila penjelasan ini dihubungkan dengan rumu-
san pasal 12B dapat dipahami bahwa tidak semua gratifikasi itu
bertentangan dengan hukum, melainkan hanya gratifikasi yang
memenuhi kriteria dalam unsur pasal 12B saja. Uraian lebih lanjut
mengenai hal ini dapat dilihat pada bagian selanjutnya.

Komisi Pemberantasan Korupsi 3


Buku Saku Memahami Gratifikasi

Bilamana Gratifikasi Dikatakan


Sebagai Tindak Pidana Korupsi?
Untuk mengetahui kapan gratifikasi menjadi kejahatan korupsi, perlu
dilihat rumusan Pasal 12B Ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.

“Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara


negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan
jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya,
dengan ketentuan sebagai berikut:....”

Jika dilihat dari rumusan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan


bahwa suatu gratifikasi atau pemberian hadiah berubah menjadi
suatu yang perbuatan pidana suap khususnya pada seorang
Penyelenggara Negara atau Pegawai Negeri adalah pada saat
Penyelenggara Negara atau Pegawai Negeri tersebut melakukan
tindakan menerima suatu gratifikasi atau pemberian hadiah dari pi-
hak manapun sepanjang pemberian tersebut diberikan berhubungan
dengan jabatan ataupun pekerjaannya.

Salah satu kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat adalah


pemberian tanda terima kasih atas jasa yang telah diberikan oleh
petugas, baik dalam bentuk barang atau bahkan uang. Hal ini dapat
menjadi suatu kebiasaan yang bersifat negatif dan dapat mengarah
menjadi potensi perbuatan korupsi di kemudian hari. Potensi korupsi
inilah yang berusaha dicegah oleh peraturan undang-undang. Oleh
karena itu, berapapun nilai gratifikasi yang diterima seorang Peny-
elenggara Negara atau Pegawai Negeri, bila pemberian itu patut
diduga berkaitan dengan jabatan/kewenangan yang dimiliki, maka
sebaiknya Penyelenggara Negara atau Pegawai Negeri tersebut
segera melaporkannya pada KPK untuk dianalisis lebih lanjut.

Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak benar bila Pasal 12B dalam
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001 telah melarang praktik gratifikasi atau
pemberian hadiah di Indonesia. Sesungguhnya, praktik gratifikasi
atau pemberian hadiah di kalangan masyarakat tidak dilarang tetapi
perlu diperhatikan adanya sebuah rambu tambahan yaitu larangan
bagi Pegawai Negeri/Penyelenggara Negara untuk menerima gratifikasi
yang dapat dianggap suap.

Pembahasan “Bagaimana Mengidentifikasi Gratifikasi yang Dilarang


(Ilegal)?” akan diberikan lebih lanjut pada bagian lain dalam buku
ini.

4 Komisi Pemberantasan Korupsi


Buku Saku Memahami Gratifikasi

Mengapa gratifikasi yang diberikan


kepada penyelenggara negara atau
pegawai negeri perlu diatur dalam
suatu peraturan?
Gratifikasi saat ini diatur di dalam Undang-Undang tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Undang-Undang
tentang Komisi Pemberantasan Korupsi. Berikut adalah beberapa
gambaran yang dapat digunakan pembaca untuk lebih memahami
mengapa gratifikasi kepada penyelenggara negara dan pegawai
negeri perlu diatur dalam suatu peraturan.

1. Perkembangan Praktik Pemberian Hadiah


Salah satu catatan tertua mengenai terjadinya praktik pemberian
gratifikasi di Indonesia ditemukan dalam catatan seorang Biksu
Budha I Tsing (Yi Jing atau Zhang Wen Ming) pada abad ke 7.
Pada abad ke-7, pedagang dari Champa (saat ini Vietnam dan
sebagian Kamboja) serta China datang dan berusaha membuka
upaya perdagangan dengan Kerajaan Sriwijaya. Berdasar-
kan catatan tersebut, pada tahun 671M adalah masa di mana
Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat perdagangan di wilayah Asia
Tenggara. Dikisahkan bahwa para pedagang dari Champa dan
China pada saat kedatangan di Sumatera disambut oleh prajurit
Kerajaan Sriwijaya yang menguasai bahasa Melayu Kuno dan
Sansekerta sementara para pedagang Champa dan China
hanya menguasai bahasa Cina dan Sansekerta berdasar kitab
Budha, hal ini mengakibatkan terjadinya permasalahan komuni-
kasi.

Pada saat itu, Kerajaan Sriwijaya telah menggunakan emas dan


perak sebagai alat tukar namun belum berbentuk mata uang
hanya berbentuk gumpalan ataupun butiran kecil, sebaliknya
Champa dan China telah menggunakan emas, perak dan tembaga
sebagai alat tukar dalam bentuk koin serta cetakan keong dengan
berat tertentu yang dalam bahasa Melayu disebut “tael”. Dalam
catatannya, I Tsing menjabarkan secara singkat bahwa para
pedagang tersebut memberikan koin-koin perak kepada para
prajurit penjaga pada saat akan bertemu dengan pihak Kerabat
Kerajaan Sriwijaya yang menangani masalah perdagangan.
Adapun pemberian tersebut diduga bertujuan untuk memper-
mudah komunikasi. Pemberian koin perak tersebut kemudian
menjadi kebiasaan tersendiri di kalangan pedagang dari Champa
dan China pada saat berhubungan dagang dengan Kerajaan
Sriwijaya untuk menjalin hubungan baik serta agar dikenal
identitasnya oleh pihak Kerajaan Sriwijaya.

Seiring berjalannya waktu, diduga kebiasaan menerima gratifi-


kasi membuat para pemegang kekuasaan meminta pemberian
gratifikasi tanpa menyadari bahwa saat gratifikasi diberikan di
bawah permintaan, hal tersebut telah berubah menjadi bentuk
pemerasan. Hal ini dapat terlihat juga dari catatan I Tsing pada
Komisi Pemberantasan Korupsi 5
Buku Saku Memahami Gratifikasi

masa dimana sebagian kerajaan Champa berperang dengan


Sriwijaya, para pedagang China memberitakan bahwa prajurit-
prajurit kerajaan di wilayah Indonesia tanpa ragu-ragu meminta
sejumlah barang pada saat para pedagang tersebut akan menemui
kerabat kerajaan. Disebutkan, jika para pedagang menolak
memberikan apa yang diminta, maka para prajurit tersebut
akan melarang mereka memasuki wilayah pekarangan kerabat
kerajaan tempat mereka melakukan perdagangan. Disebutkan
pula bahwa pedagang Arab yang memasuki wilayah Indonesia
setelah sebelumnya mempelajari adat istiadat wilayah Indonesia
dari pedagang lain, seringkali memberikan uang tidak resmi
agar mereka diizinkan bersandar di pelabuhan-pelabuhan
Indonesia pada saat itu.

Catatan lain terkait perkembangan praktik terkini pemberian


hadiah di Indonesia diungkapkan oleh Verhezen (2003),
Harkristuti (2006) dan Lukmantoro (2007). Verhezen dalam
studinya mengungkapkan adanya perubahan mekanisme
pemberian hadiah pada masyarakat jawa modern yang meng-
gunakan hal tersebut sebagai alat untuk mencapai tujuan bagi
pegawai-pegawai pemerintah dan elit-elit ekonomi. Pemberian
hadiah (Gratifikasi) dalam hal ini berubah menjadi cenderung
ke arah suap. Dalam konteks budaya Indonesia dimana
terdapat praktik umum pemberian hadiah pada atasan dan
adanya penekanan pada pentingnya hubungan yang sifatnya
personal, budaya pemberian hadiah menurut Verhazen lebih mu-
dah mengarah pada suap. Penulis lain, Harkristuti (2006) ter-
kait pemberian hadiah mengungkapkan adanya perkembangan
pemberian hadiah yang tidak ada kaitannya dengan hubungan
atasan-bawahan, tapi sebagai tanda kasih dan apresiasi ke-
pada seseorang yang dianggap telah memberikan jasa atau
memberi kesenangan pada sang pemberi hadiah. Demikian
berkembangnya pemberian ini, yang kemudian dikembangkan
menjadi ‘komisi’ sehingga para pejabat pemegang otoritas ban-
yak yang menganggap bahwa hal ini merupakan ‘hak mereka’.
Lukmantoro (2007) disisi lain membahas mengenai praktik pen-
giriman parsel pada saat perayaan hari besar keagamaan atau
di luar itu yang dikirimkan dengan maksud untuk memuluskan
suatu proyek atau kepentingan politik tertentu sebagai bentuk
praktik politik gratifikasi.

Catatan-catatan diatas paling tidak memberikan gambaran


mengenai adanya kecenderungan transformasi pemberian
hadiah yang diterima oleh pejabat publik. Jika dilihat dari ke-
biasaan, tradisi saling memberi-menerima tumbuh subur dalam
kebiasaan masyarakat. Hal ini sebenarnya positif sebagai
bentuk solidaritas, gotong royong dan sebagainya. Namun jika
praktik diadopsi oleh sistem birokrasi, praktik positif tersebut
berubah menjadi kendala di dalam upaya membangun tata ke-
lola pemerintahan yang baik. Pemberian yang diberikan kepada
pejabat publik cenderung memiliki pamrih dan dalam jangka
panjang dapat berpotensi mempengaruhi kinerja pejabat publik,

6 Komisi Pemberantasan Korupsi


Buku Saku Memahami Gratifikasi

menciptakan ekonomi biaya tinggi dan dapat mempengaruhi


kualitas dan keadilan layanan yang diberikan pada masyarakat.

2. Konflik Kepentingan dalam Gratifikasi


Bagaimana hubungan antara gratifikasi dan pengaruhnya
terhadap pejabat publik? Salah satu kajian yang dilakukan oleh
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK (2009)
mengungkapkan bahwa pemberian hadiah atau gratifikasi
yang diterima oleh penyelenggara negara adalah salah satu
sumber penyebab timbulnya konflik kepentingan. Konflik ke-
pentingan yang tidak ditangani dengan baik dapat berpotensi
mendorong terjadinya tindak pidana korupsi.

Definisi konflik kepentingan adalah situasi dimana seseorang


Penyelenggara Negara yang mendapatkan kekuasaan dan
kewenangan berdasarkan peraturan perundang-undangan
memiliki atau diduga memiliki kepentingan pribadi atas setiap
penggunaan wewenang yang dimilikinya sehingga dapat
mempengaruhi kualitas dan kinerja yang seharusnya.

Situasi yang menyebabkan seseorang penyelenggara negara


menerima gratifikasi atau pemberian/penerimaan hadiah atas
suatu keputusan/jabatan merupakan salah satu kejadian yang
sering dihadapi oleh penyelenggara negara yang dapat menim-
bulkan konflik kepentingan.

Beberapa bentuk konflik kepentingan yang dapat timbul dari


pemberian gratifikasi ini antara lain adalah:
1. Penerimaan gratifikasi dapat membawa vested interest dan
kewajiban timbal balik atas sebuah pemberian sehingga
independensi penyelenggara negara dapat terganggu;
2. Penerimaan gratifikasi dapat mempengaruhi objektivitas
dan penilaian profesional penyelenggara negara;
3. Penerimaan gratifikasi dapat digunakan sedemikian rupa
untuk mengaburkan terjadinya tindak pidana korupsi;
4. dan lain-lain.

Penerimaan gratifikasi oleh penyelenggara negara atau pegawai


negeri dan keluarganya dalam suatu acara pribadi, atau menerima
pemberian suatu fasilitas tertentu yang tidak wajar, semakin lama
akan menjadi kebiasaan yang cepat atau lambat akan mempengaruhi
penyelenggara negara atau pegawai negeri yang bersangkutan.
Banyak yang berpendapat bahwa pemberian tersebut sekedar tanda
terima kasih dan sah-sah saja, tetapi pemberian tersebut patut
diwaspadai sebagai pemberian yang berpotensi menimbulkan konflik
kepentingan karena terkait dengan jabatan yang dipangku oleh pe-
nerima serta kemungkinan adanya kepentingan-kepentingan dari
pemberi, dan pada saatnya pejabat penerima akan berbuat sesuatu
untuk kepentingan pemberi sebagai balas jasa.

Komisi Pemberantasan Korupsi 7


Buku Saku Memahami Gratifikasi

KEPENTINGAN KORUPSI YANG


KONFLIK
PRIBADI TERKAIT
KEPENTINGAN
GRATIFIKASI

Hubungan Afiliasi: Declaration of Penyalahgunaan


1. Kekerabatan Interest : Wewenang
2. Kedinasan (untuk memutus
3. dan lain-lain kepentingan pribadi)

Untuk Penerimaan Grati-


fikasi Penyelenggara
Negara dan Pegawai
Negeri Wajib Melapor-
kan Gratifikasi yang
Diterimanya ke KPK

Konflik Kepentingan yang Dapat Timbul dari Gratifikasi yang


Diberikan kepada Penyelenggara Negara atau Pegawai Negeri

Penyelenggara negara atau pegawai negeri yang menerima gratifi-


kasi dari pihak yang memiliki hubungan afiliasi (misalnya: pemberi
kerja-penerima kerja, atasan-bawahan dan kedinasan) dapat ter-
pengaruh dengan pemberian tersebut, yang semula tidak memiliki
kepentingan pribadi terhadap kewenangan dan jabatan yang dimil-
ikinya menjadi memiliki kepentingan pribadi dikarenakan adanya
gratifikasi. Pemberian tersebut dapat dikatakan berpotensi untuk
menimbulkan konflik kepentingan pada pejabat yang bersangkutan.

Untuk menghindari terjadinya konflik kepentingan yang timbul


karena gratifikasi tersebut, penyelenggara negara atau pegawai
Negeri harus membuat suatu declaration of interest untuk memutus
kepentingan pribadi yang timbul dalam hal penerimaan gratifikasi.
Oleh karena itu, penyelenggara negara atau pegawai negeri harus
melaporkan gratifikasi yang diterimanya untuk kemudian ditetapkan
status kepemilikan gratifikasi tersebut oleh KPK, sesuai dengan
pasal 12C Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001.

8 Komisi Pemberantasan Korupsi


Buku Saku Memahami Gratifikasi

Landasan Hukum Tentang Gratifikasi


Sebagai Tindak Pidana Korupsi
Pengaturan tentang gratifikasi berdasarkan penjelasan sebelumnya
diperlukan untuk mencegah terjadinya tindak pidana korupsi yang
dilakukan oleh penyelenggara negara atau pegawai negeri. melalui
pengaturan ini diharapkan penyelenggara negara atau pegawai
negeri dan masyarakat dapat mengambil langkah-langkah yang
tepat, yaitu menolak atau segera melaporkan gratifikasi yang
diterimanya. Secara khusus gratifikasi ini diatur dalam:

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001,


tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Pasal 12B:

1. Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara


negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan
dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban
atau tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. yang nilainya Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah)
atau lebih, pembuktian bahwa gratifikasi tersebut bukan
merupakan suap dilakukan oleh penerima gratifikasi;
b. yang nilainya kurang dari Rp. 10.000.000,00 (sepuluh
juta rupiah), pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap
dilakukan oleh penuntut umum.
2. Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara se-
bagaimana dimaksud dalam Ayat (1) adalah pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun, dan pidana
denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).

Penjelasan Pasal 12B Ayat (1) Undang-Undang Nomor 20


Tahun 2001
Yang dimaksud dengan gratifikasi adalah pemberian dalam arti
luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat, komisi
pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan,
perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma dan fasilitas lain-
nya. Gratifikasi tersebut baik yang diterima didalam negeri mau-
pun di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan
sarana elektronika atau tanpa sarana elektronika.

Pasal 12C:
1. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12B ayat
(1) tidak berlaku jika penerima melaporkan gratifikasi yang
diterimanya kepada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.

Komisi Pemberantasan Korupsi 9


Buku Saku Memahami Gratifikasi

2. Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat


(1) wajib dilakukan oleh penerima gratifikasi paling lambat
30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal gratifikasi
tersebut diterima.
3. Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam waktu
paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal
menerima laporan, wajib menetapkan gratifikasi dapat
menjadi milik penerima atau milik negara.
4. Ketentuan mengenai tata cara penyampaian laporan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan penentuan
status gratifikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)
diatur dalam Undang-Undang tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi.

2. Penerima Gratifikasi yang Wajib Melaporkan Gratifikasi

Penerimaan gratifikasi oleh pegawai negeri atau penyelenggara


negara wajib dilaporkan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak
tanggal gratifikasi tersebut diterima. Hal ini sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam Pasal 12C ayat (2) Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2001 bahwa penyampaian laporan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) wajib dilakukan oleh Penerima
Gratifikasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung
sejak tanggal gratifikasi tersebut diterima.

Yang dimaksud penyelenggara negara berdasarkan Pasal 2


Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyeleng-
gara Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme, meliputi:
1. Pejabat Negara pada Lembaga Tertinggi Negara
2. Pejabat Negara pada Lembaga Tinggi Negara
3. Menteri
4. Gubernur
5. Hakim
6. Pejabat negara yang lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
a. Duta Besar
b. Wakil Gubenur
c. Bupati/Walikota
7. Pejabat lain yang memiliki fungsi strategis dalam kaitannya
dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku:
a. Komisaris, Direksi, Pejabat Struktural pada BUMN dan
BUMD
b. Pimpinan BI dan Pimpinan Badan Penyehatan Perbankan
Nasional
c. Pimpinan Perguruan Tinggi Negeri
d. Pejabat Eselon Satu dan pejabat lain yang disamakan
pada lingkungan sipil, militer, dan kepolisian negara RI
e. Jaksa

10 Komisi Pemberantasan Korupsi


Buku Saku Memahami Gratifikasi

f. Penyidik
g. Panitera Pengadilan
h. Pimpinan dan Bendahara Proyek

Sementara yang dimaksud dengan Pegawai Negeri berdasarkan


Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2001, meliputi:
1. Pegawai pada: MA, MK
2. Pegawai pada Kementerian/Departemen & Lembaga
Pemerintah Non Departemen
3. Pegawai pada Kejagung
4. Pegawai pada Bank Indonesia
5. Pimpinan dan pegawai pada sekretariat MPR/DPR/DPD/
DPRD Provinsi/Dati II
6. Pegawai dan perguruan tinggi
7. Pegawai pada komisi atau badan yang dibentuk berdasar-
kan Undang-Undang, Keppres maupun PP
8. Pimpinan dan pegawai pada Sekretariat Presiden, Sekre-
tariat Wakil Presiden, Sekretariat Kabinet dan Sekretariat
Militer
9. Pegawai pada BUMN dan BUMD
10. Pegawai pada Badan Peradilan
11. Anggota TNI dan POLRI serta Pegawai Sipil di lingkungan
TNI dan POLRI
12. Pimpinan dan pegawai di lingkungan Pemda Dati I dan Dati II

3. Konsekuensi Hukum Dari Tidak Melaporkan Gratifikasi


yang Diterima

Sanksi pidana yang ditetapkan pada tindak pidana ini cukup berat,
yaitu pidana penjara minimum empat tahun, dan maksimum 20
tahun atau pidana penjara seumur hidup, dan pidana denda paling
sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), maksimum Rp.
1.000.000.000,00 (satu miliyar rupiah). Dari rumusan ini jelas sekali
bahwa penerimaan gratifikasi merupakan hal yang sangat serius
sebagai salah satu bentuk tindak pidana korupsi, dengan sanksi
pidana yang persis sama dengan tindak pidana suap lainnya dalam
Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Komisi Pemberantasan Korupsi 11


Buku Saku Memahami Gratifikasi

Bagaimana Mengidentifikasi
Gratifikasi yang Dilarang (Ilegal)?
Untuk memudahkan pembaca memahami apakah gratifikasi yang
diterima termasuk suatu pemberian hadiah yang ilegal atau legal,
maka ilustrasi berikut dapat membantu memperjelas. Jika seorang
Ibu penjual makanan di sebuah warung memberi makanan kepada
anaknya yang datang ke warung, maka itu merupakan pemberian
keibuan. Pembayaran dari si anak bukan suatu yang diharapkan
oleh si Ibu. Balasan yang diharapkan lebih berupa cinta kasih anak,
dan berbagai macam balasan lain yang mungkin diberikan. Kemu-
dian datang seorang pelanggan, si Ibu memberi makanan kepada
pelanggan tersebut lalu menerima pembayaran sebagai balasannya.
Keduanya tidak termasuk gratifikasi ilegal. Pada saat lain, datang
seorang inspektur kesehatan dan si Ibu memberi makanan kepada
si inspektur serta menolak menerima pembayaran. Tindakan si Ibu
menolak menerima pembayaran dan si Inspektur menerima makanan
ini adalah gratifikasi ilegal karena pemberian makanan tersebut
memiliki harapan bahwa inspektur itu akan menggunakan jabatan-
nya untuk melindungi kepentingannya. Andaikan inspektur kesehatan
tersebut tidak memiliki kewenang dan jabatan lagi, akankah si ibu
penjual memberikan makanan tersebut secara cuma-cuma?

Dengan adanya pemahaman ini, maka seyogyanya masyarakat


tidak perlu tersinggung seandainya pegawai negeri/penyelenggara
negara menolak suatu pemberian, hal ini dilakukan dikarenakan
kesadaran terhadap apa yang mungkin tersembunyi di balik gratifikasi
tersebut dan kepatuhannya terhadap peraturan perundangan.

Bagi penyelenggara negara atau pegawai negeri yang ingin mengi-


dentifikasi dan menilai apakah suatu pemberian yang diterimanya
cenderung ke arah gratifikasi ilegal/suap atau legal, dapat berpedo-
man pada beberapa pertanyaan yang sifatnya reflektif sebagai beri-
kut:

Pertanyaan Reflektif untuk Mengidentifikasi dan Menilai


apakah Suatu Pemberian Mengarah pada Gratifikasi Ilegal
atau Legal
Pertanyaan Reflektif Jawaban atas Pertanyaan
No (Pertanyaan Kepada Diri (Apakah Pemberian Cenderung ke Arah Gratifikasi
Sendiri) Ilegal/Suap atau Legal)
1 Apakah motif dari pembe- Jika motifnya menurut dugaan Anda adalah dituju-
rian hadiah yang diberikan kan untuk mempengaruhi keputusan Anda sebagai
oleh pihak pemberi kepada pejabat publik, maka pemberian tersebut dapat
Anda? dikatakan cenderung ke arah gratifikasi ilegal dan
sebaiknya Anda tolak. Seandainya ‘karena terpaksa
oleh keadaan’ gratifikasi diterima, sebaiknya segera
laporkan ke KPK atau jika ternyata Instansi tempat
Anda bekerja telah memiliki kerjasama dengan KPK
dalam bentuk Program Pengendalian Gratifikasi
(PPG) maka Anda dapat menyampaikannya melalui
instansi Anda untuk kemudian dilaporkan ke KPK.

12 Komisi Pemberantasan Korupsi


Buku Saku Memahami Gratifikasi

2 a. Apakah pemberian Jika jawabannya adalah ya (memiliki posisi setara),


tersebut diberikan oleh maka bisa jadi kemungkinan pemberian tersebut
pemberi yang memiliki diberikan atas dasar pertemanan atau kekerabatan
hubungan kekuasaan/ (sosial), meski demikian untuk berjaga-jaga ada
posisi setara dengan baiknya Anda mencoba menjawab pertanyaan 2b.
Anda atau tidak? Jika jawabannya tidak (memiliki posisi tidak
Misalnya pemberian setara) maka Anda perlu mulai meningkatkan
tersebut diberikan oleh kewaspadaan Anda mengenai motif pemberian dan
bawahan, atasan atau menanyakan pertanyaan 2b untuk mendapatkan
pihak lain yang tidak pemahaman lebih lanjut.
setara secara kedudu-
kan/posisi baik dalam
lingkup hubungan kerja
atau konteks sosial
yang terkait kerja.
b. Apakah terdapat Jika jawabannya ya, maka pemberian tersebut
hubungan relasi kuasa patut Anda duga dan waspadai sebagai pemberian
yang bersifat strategis? yang cenderung ke arah gratifikasi ilegal.
Artinya terdapat kaitan
berkenaan dengan/
menyangkut akses ke
aset-aset dan kontrol
atas aset-aset
sumberdaya strategis
ekonomi, politik, sosial,
dan budaya yang Anda
miliki akibat posisi
Anda saat ini seperti
misalnya sebagai panitia
pengadaaan barang dan
jasa atau lainnya.
3 Apakah pemberian tersebut Jika jawabannya ya, maka sebaiknya pemberian
memiliki potensi menim- tersebut Anda tolak dengan cara yang baik dan
bulkan konflik kepentingan sedapat mungkin tidak menyinggung. Jika pembe-
saat ini maupun di masa rian tersebut tidak dapat ditolak karena keadaan
mendatang? tertentu maka pemberian tersebut sebaiknya
dilaporkan dan dikonsultasikan ke KPK untuk
menghindari fitnah atau memberikan kepastian
jawaban mengenai status pemberian tersebut.
4 Bagaimana metode pem- Anda patut mewaspadai gratifikasi yang diberikan
berian dilakukan? Terbuka secara tidak langsung, apalagi dengan cara yang
atau rahasia? bersifat sembunyi-sembunyi (rahasia). Adanya
metode pemberian ini mengindikasikan bahwa
pemberian tersebut cenderung ke arah gratifikasi
ilegal.
5 Bagaimana kepantasan/ke- Jika pemberian tersebut di atas nilai kewajaran
wajaran nilai dan frekuensi yang berlaku di masyarakat ataupun frekuensi
pemberian yang diterima pemberian yang terlalu sering sehingga membuat
(secara sosial)? orang yang berakal sehat menduga ada sesuatu di
balik pemberian tersebut, maka pemberian tersebut
sebaiknya Anda laporkan ke KPK atau sedapat
mungkin Anda tolak.

* Pertanyaan reflektif ini dapat digunakan untuk gratifikasi/pemberian hadiah yang diberikan dalam semua situ-
asi, tidak terkecuali pemberian pada situasi yang secara sosial wajar dilakukan seperti: pemberian hadiah/grati-
fikasi pada acara pernikahan, pertunangan, ulang tahun, perpisahan, syukuran, khitanan atau acara lainnya.

Komisi Pemberantasan Korupsi 13


Buku Saku Memahami Gratifikasi

Selengkapnya mengenai perbedaan karakteristik antara hadiah


yang legal dan ilegal dapat dilihat secara ringkas pada tabel berikut
ini:

Perbedaan Antara Hadiah yang Legal dan Hadiah Ilegal


Karakteristik Hadiah Legal Hadiah Ilegal
Tujuan/Motif Pemberian Dilakukan untuk men- Ditujukan untuk mem-
jalankan hubungan baik, pengaruhi keputusan dan
menghormati martabat diberikan karena apa yang
seseorang, memenuhi dikendalikan/dikuasai oleh
tuntutan agama, dan penerima (wewenang yang
mengembangkan berbagai melekat pada jabatan,
bentuk perilaku simbolis sumber daya lainnya)
(Diberikan karena alasan
yang dibenarkan secara
sosial)
Hubungan antara Pemberi Setara Timpang
dan Penerima*
Hubungan yang bersifat Umumnya tidak ada Pasti Ada
strategis**
Timbulnya Konflik Ke- Umumnya tidak ada Pasti Ada
pentingan
Situasi Pemberian Acara-acara yang sifatnya Bukan merupakan peristiwa
sosial berakar pada adat kolektif meski bisa saja
istiadat dan peristiwa pemberian diberikan pada
kolektif acara sosial
Resiprositas (Sifat Timbal Bersifat ambigu dalam Resiprokal secara alami
Balik) perspektif bisa
resiprokal & kadang-
kadang tidak resiprokal
Kesenjangan Waktu Memungkinkan kesenjan- Tidak memungkinkan ada
gan waktu yang panjang kesenjangan waktu yang
pada saat pemberian kem- panjang
bali (membalas pemberian)
Sifat Hubungan Aliansi sosial untuk mencari Patronase dan sering-
pengakuan sosial kali nepotisme dan ikatan
serupa ini penting untuk
mencapai tujuan
Ikatan yang Terbentuk Sifatnya jangka panjang Sifatnya jangka pendek dan
dan emosional transaksional
Kecenderungan Adanya Terjadi sirkulasi barang/ Tidak terjadi sirkulasi
Sirkulasi Barang/produk produk barang/produk
Nilai atau Harga dari Menitikberatkan pada nilai Menekankan pada nilai
Pemberian instrinsik sosial moneter
Metode Pemberian Umumnya langsung dan Umumnya tidak langsung
bersifat terbuka (melalui agen/perantara)
dan bersifat tertutup/ra-
hasia

14 Komisi Pemberantasan Korupsi


Buku Saku Memahami Gratifikasi

Mekanisme Penentuan Berdasarkan kewajaran/ Ditentukan oleh pihak-pihak


Nilai/harga kepantasan secara sosial yang terlibat
(masyarakat)
Akuntabilitas Sosial Akuntabel dalam arti sosial Tidak akuntabel secara
sosial

* Ada tiga model hubungan: (1) vertikal-dominatif (seperti hubungan atasan-bawahan); (2) diagonal
(seperti petugas layanan publik-pengguna layanan publik); dan (3) setara (seperti antara teman dan
antar tetangga); Dua yang pertama adalah relasi-kuasa yang timpang.
** Strategis artinya berkenaan dengan/menyangkut akses ke aset-aset dan kontrol atas aset-aset sum-
berdaya strategis ekonomi, politik, sosial dan budaya. Ketimpangan strategis ini biasanya antar posisi
strategis yang terhubungkan lewat hubungan strategis. Sebagai contoh adalah hubungan antara se-
seorang yang menduduki posisi strategis sebagai panitia pengadaaan barang dan jasa dengan peserta
lelang pengadaan barang dan jasa. Pada posisi ini terdapat hubungan strategis di mana sebagai panitia
pengadaan barang dan jasa seseorang memiliki kewenangan untuk melakukan pengalokasian/pendis-
tribusian aset-aset sumberdaya strategis yang dipercayakan kepadanya pada pihak lain, sedangkan di
lain sisi peserta lelang berkpentingan terhadap sumberdaya yang dikuasai oleh panitia tersebut.

Komisi Pemberantasan Korupsi 15


Buku Saku Memahami Gratifikasi

Jika Saya Menerima Gratifikasi Apa


yang Harus Saya Lakukan?
Jika Anda memiliki posisi sebagai penyelenggara negara atau pega-
wai negeri menerima gratifikasi maka langkah terbaik yang bisa
Anda lakukan (jika Anda dapat mengidentifikasi motif pemberian
adalah gratifikasi ilegal) adalah menolak gratifikasi tersebut secara
baik, sehingga sedapat mungkin tidak menyinggung perasaan pem-
beri. Jika keadaan memaksa Anda menerima gratifikasi tersebut,
misalnya pemberian terlanjur dilakukan melalui orang terdekat Anda
(suami, istri, anak dan lain-lain) atau ada perasaan tidak enak kare-
na dapat menyinggung pemberi, maka sebaiknya gratifikasi yang
diterima segera dilaporkan ke KPK. Jika instansi Anda kebetulan
adalah salah satu instansi yang telah bekerjasama dengan KPK
dalam Program Pengendalian Gratifikasi (PPG), maka Anda dapat
melaporkan langsung di instansi Anda.

Apa Saja yang Harus Saya Lakukan dan


Siapkan dalam Melaporkan Gratifikasi
Ilegal?
Tata cara pelaporan penerimaan gratifikasi yang diatur dalam Pasal
16 huruf a Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komi-
si Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, menyebutkan bahwa
laporan disampaikan secara tertulis dengan mengisi formulir se-
bagaimana ditetapkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi dengan
melampirkan dokumen yang berkaitan dengan gratifikasi. Pasal ini
mensyaratkan bahwa setiap laporan harus diformalkan dalam for-
mulir gratifikasi, adapun formulir gratifikasi bisa diperoleh dengan
cara mendapatkannya secara langsung dari Kantor KPK, mengun-
duh (download) dari situs resmi KPK (www.kpk.go.id), memfotokopi
formulir gratifikasi asli atau cara-cara lain sepanjang formulir terse-
but merupakan formulir gratifikasi; sedangkan pada huruf b pasal
yang sama menyebutkan bahwa formulir sebagaimana dimaksud
pada huruf a sekurang-kurangnya memuat:
1. Nama dan alamat lengkap penerima dan pemberi gratifikasi;
2. Jabatan pegawai negeri atau penyelanggara negara;
3. Tempat dan waktu penerimaan gratifikasi;
4. Uraian jenis gratifikasi yang diterima; dan
5. Nilai gratifikasi yang diterima.

16 Komisi Pemberantasan Korupsi


Buku Saku Memahami Gratifikasi

Apa yang Dilakukan oleh KPK pada


Laporan Saya Setelah Laporan Diserah-
kan dan Diterima Secara Resmi?
Setelah formulir gratifikasi terisi dengan lengkap, KPK akan mem-
proses laporan gratifikasi tersebut sesuai dengan ketentuan yang
diatur pada Pasal 17 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 ten-
tang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dengan urut-
urutan sebagai berikut:
1. Komisi Pemberantasan Korupsi dalam waktu paling lama 30
(tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal laporan diterima
wajib menetapkan status kepemilikan gratifikasi disertai pertim-
bangan.

Pertimbangan yang dimaksud adalah KPK melakukan analisa


terhadap motif dari gratifikasi tersebut, serta hubungan pemberi
dengan penerima gratifikasi. Ini dilakukan untuk menjaga agar
penetapan status gratifikasi dapat seobyektif mungkin.

2. Dalam menetapkan status kepemilikan gratifikasi sebagaimana


dimaksud pada Ayat (1) Komisi Pemberantasan Korupsi dapat
memanggil penerima gratifikasi untuk memberikan keterangan
berkaitan dengan penerimaan gratifikasi.

Pemanggilan yang dimaksud adalah jika diperlukan untuk


menunjang obyektivitas dan keakuratan dalam penetapan sta-
tus gratifikasi, serta sebagai media klarifikasi dan verifikasi ke-
benaran laporan gratifikasi penyelenggara negara atau pegawai
negeri.

3. Status kepemilikan gratifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) ditetapkan dengan keputusan Pimpinan Komisi Pemberan-
tasan Korupsi. Pada Ayat ini Pimpinan KPK diberi kewenangan
untuk melakukan penetatapan status kepemilikan gratifikasi
tersebut.

4. Keputusan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi seb-


agaimana dimaksud pada ayat (3) dapat berupa penetapan sta-
tus kepemilikan gratifikasi bagi penerima gratifikasi atau men-
jadi milik negara.

5. Komisi Pemberantasan Korupsi wajib menyerahkan keputusan


status kepemilikan gratifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) kepada penerima gratifikasi paling lambat 7 (tujuh) hari kerja
terhitung sejak tanggal ditetapkan.

6. Penyerahan gratifikasi yang menjadi milik negara kepada Men-


teri Keuangan, dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja terhi-
tung sejak tanggal ditetapkan.

Komisi Pemberantasan Korupsi 17


Buku Saku Memahami Gratifikasi

Untuk lebih jelas mengenai mekanisme pelaporan dan penetapan


status kepemilikan gratifikasi, dapat dilihat pada gambar berikut.

Proses
Penerima Gratifikasi Laporan Tertulis
Penetapan
Kepada KPK
Status

30 hari kerja sejak


Pasal 12C Gratifikasi diterima
Dapat Memanggil
Undang-Undang Penerima
No. 20 Tahun 2001 Gratifikasi

30 hari kerja

Pimpinan KPK
Melakukan
Penelitian

Menteri Keuangan

SK Pimpinan
KPK tentang
Status
Gratifikasi

Penerima Gratifikasi

7 hari kerja sejak


ditetapkan Status
Gratifikasi

Alur Pelaporan dan Penentuan Status Gratifikasi

18 Komisi Pemberantasan Korupsi


Buku Saku Memahami Gratifikasi

Contoh-Contoh Kasus Gratifikasi


Untuk memberikan pemahaman tentang gratifikasi dan penanga-
nannya, berikut ini akan diuraikan beberapa contoh kasus gratifikasi
baik yang dilarang berdasarkan ketentuan pasal 12B Undang-Un-
dang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor 20 Ta-
hun 2001 (selanjutnya baca gratifikasi yang dilarang) maupun yang
tidak. Tentu saja hal ini hanya merupakan sebagian kecil saja dari
situasi-situasi terkait gratifikasi yang seringkali terjadi.

Contoh-contoh pemberian yang dapat dikategorikan sebagai gratifi-


kasi yang sering terjadi adalah:
1. Pemberian hadiah atau parsel kepada pejabat pada saat hari
raya keagamaan, oleh rekanan atau bawahannya
2. Hadiah atau sumbangan pada saat perkawinan anak dari peja-
bat oleh rekanan kantor pejabat tersebut
3. Pemberian tiket perjalanan kepada pejabat atau keluarganya
untuk keperluan pribadi secara cuma-cuma
4. Pemberian potongan harga khusus bagi pejabat untuk pembe-
lian barang dari rekanan
5. Pemberian biaya atau ongkos naik haji dari rekanan kepada pe-
jabat
6. Pemberian hadiah ulang tahun atau pada acara-acara pribadi
lainnya dari rekanan
7. Pemberian hadiah atau souvenir kepada pejabat pada saat kun-
jungan kerja
8. Pemberian hadiah atau uang sebagai ucapan terima kasih kare-
na telah dibantu

Berbagai contoh kasus gratifikasi dapat dibaca pada halaman-


halaman berikut ini.

Komisi Pemberantasan Korupsi 19


Buku Saku Memahami Gratifikasi

[CONTOH 1]
PEMBERIAN PINJAMAN BARANG DARI REKANAN KEPADA
PEJABAT/PEGAWAI NEGERI SECARA CUMA-CUMA

Anda adalah seorang pejabat senior di biro perlengkapan yang


mempunyai kewenangan dalam hal pengadaan barang dan jasa
sebuah Kementerian. Seorang penyedia barang dan jasa yang su-
dah biasa melayani peralatan komputer yang digunakan oleh Ke-
menterian Anda selama dua tahun lamanya, menawarkan kepada
Anda sebuah komputer secara cuma-cuma untuk digunakan di
rumah. Seiring dengan berjalannya waktu, kontraktor tersebut men-
jadi teman akrab Anda. Dengan menggunakan komputer pemberian
tersebut, Anda banyak melakukan pekerjaan yang ditugaskan oleh
Kementerian di rumah, terutama pada akhir minggu, dan komputer
tersebut berguna pula untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah Anda.

Teman kontraktor Anda itu juga menyatakan bahwa Anda dapat


menggunakan komputer tersebut selama Anda membutuhkannya.
Tiga bulan lagi kontrak layanan peralatan komputer bagi Kementerian
perlu diperbaharui dan Anda biasanya menjadi anggota dari kepani-
tiaan yang akan memutuskan perusahaan mana yang memenang-
kan kontrak tersebut.

Pertanyaan : Apakah penerimaan oleh pegawai senior biro perlengkapan di sebuah


kementerian tersebut termasuk konsep gratifikasi yang dilarang?
Jawaban : Ya
Pertanyaan : Mengapa penerimaan tersebut termasuk konsep gratifikasi yang
dilarang?
Jawaban : Sebagai penyelenggara negara atau pegawai negeri (pegawai senior
dari biro perlengkapan di sebuah Kementerian), Anda telah menerima
pemberian hadiah (gratifikasi) berupa komputer dari pihak yang Anda
ketahui sebagai rekanan dari Kementerian. Anda juga mengetahui
bahwa Anda akan menjadi panitia pengadaan yang berhak untuk
menentukan perusahaan mana yang akan dipilih oleh Kementerian
untuk memberikan layanan pengadaan komputer. Pemberian kom-
puter ini dapat dilihat sebagai upaya untuk mengurangi independensi
Anda pada saat menentukan siapa pemenang tender. Karena dengan
pemberian tersebut Anda akan merasa berhutang budi pada kontrak-
tor yang telah memberikan komputer .
Pertanyaan : Apa tindakan yang seharusnya Anda lakukan dalam kondisi ini?
Jawaban : Anda seharusnya menolak pemberian komputer tersebut, untuk
memelihara integritas pribadi Anda demi kepentingan organisasi.
Jika karena situasi dan kondisi yang mendesak, Anda terpaksa
menerima pemberian tersebut, misalnya pemberian komputer
dilakukan dengan diantarkan ke rumah, di saat Anda tidak berada di
rumah, maka penerimaan komputer tersebut harus dilaporkan kepada
KPK sebagai pelaporan gratifikasi paling lambat 30 hari kerja sejak
penerimaan untuk ditetapkan status kepemilikan gratifikasinya oleh
KPK, atau jika ternyata instansi tempat Anda bekerja telah memiliki
kerjasama dengan KPK dalam bentuk Program Pengendalian Grati-
fikasi (PPG) maka Anda dapat menyampaikannya melalui instansi
Anda untuk kemudian dilaporkan ke KPK.

20 Komisi Pemberantasan Korupsi


Buku Saku Memahami Gratifikasi

[CONTOH 2]
PEMBERIAN TIKET PERJALANAN OLEH REKANAN KEPADA
PENYELENGGARA NEGARA ATAU PEGAWAI NEGERI ATAU
KELUARGANYA UNTUK KEPERLUAN DINAS/PRIBADI SECARA
CUMA-CUMA

Anda adalah seorang Ketua Kelompok Kerja Pelaksanaan Kajian


Hukum Tindak Pidana Korupsi Nasional di suatu Kementerian.
Kelompok kerja ini bertugas untuk meningkatkan percepatan pem-
berantasan korupsi. Atasan Anda (Menteri), adalah orang yang
bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan Kajian Hukum Tindak
Pidana Korupsi Nasional yang saat ini sedang dilakukan. Pada
suatu hari konsultan yang bekerjasama dengan kelompok kerja
Anda untuk melakukan proyek kajian tersebut bertanya kepada
Anda, bagaimana jika perusahaanya mengundang Menteri untuk
menghadiri pertandingan final sepak bola Piala Dunia yang akan
berlangsung di negara tetangga. Menteri sangat menyukai sepak
bola dan dulu pernah menjabat sebagai Ketua Federasi Sepak Bola.
Biaya perjalanan dan akomodasi akan ditanggung oleh konsultan
dan Menteri akan menjadi tamu kehormatan perusahaan konsultan.
Konsultan berpendapat bahwa kegiatan ini akan memberikan
kesempatan yang baik kepada Menteri untuk bertemu dengan
Menteri-Menteri lainnya yang juga akan berada di sana.

Pertanyaan : Apakah tiket menonton bola dari konsultan rekanan Kementerian


tersebut termasuk konsep gratifikasi yang dilarang?
Jawaban : Ya
Pertanyaan : Mengapa permasalahan di atas termasuk konsep gratifikasi yang
dilarang?
Jawaban : Pemberian hadiah oleh konsultan akan mempengaruhi penilaian
Menteri terhadap pekerjaan konsultan. Hadiah juga dapat dilihat
sebagai maksud untuk mempengaruhi keputusan Menteri dalam
proyek-proyek selanjutnya yang mungkin diikuti oleh perusahaan.
Pertanyaan : Apa tindakan yang seharusnya Anda lakukan dalam kondisi ini?
Jawaban : Tawaran dari konsultan tersebut harus ditolak karena pemberian
tersebut berpotensi menimbulkan situasi konflik kepentingan yang
dapat mempengaruhi objektivitas dan penilaian profesional Menteri
terhadap pekerjaan konsultan, dan selain itu peristiwa seperti final
sepak bola Piala Dunia tidak berhubungan dengan tugas dan tang-
gung jawab dari seorang penyelenggara negara atau pegawai negeri

Komisi Pemberantasan Korupsi 21


Buku Saku Memahami Gratifikasi

[CONTOH 3]
PEMBERIAN TIKET PERJALANAN OLEH PIHAK KETIGA
KEPADA PENYELENGGARA NEGARA ATAU PEGAWAI NEGERI
ATAU KELUARGANYA UNTUK KEPERLUAN DINAS/PRIBADI
SECARA CUMA-CUMA

Adanya pemekaran suatu provinsi menyebabkan sebuah kabupaten


berubah menjadi sebuah provinsi baru. Provinsi baru ini perlu
wilayah baru yang akan dijadikan sebagai Ibu Kota. Berdasarkan
hasil pencarian, pemerintah daerah dari provinsi baru tersebut
menemukan sebuah kawasan yang cocok sebagai calon ibu kota.
Sayangnya, kawasan tersebut merupakan daerah hutan lindung
untuk penyerapan air, bahkan keperluan air untuk negara tetangga
disediakan dari daerah tersebut. Oleh karena itu, Kementerian
Kehutanan menetapkannya sebagai kawasan hutan lindung.

Agar kawasan hutan lindung dapat dialihfungsikan menjadi ibu


kota maka perlu dilakukan proses pengalihan fungsi kawasan yang
dimulai dengan permintaan dari pemerintah daerah kepada Menteri
Kehutanan. Kemudian, Menteri Kehutanan akan menyampaikan
permohonan ini kepada Komisi “Z” di Dewan Perwakilan Rakyat
dan atas ijin DPR, Menteri akan membentuk tim terpadu yang bersifat
independen untuk melakukan kajian. Selain itu, kajian juga akan
melibatkan lembaga-lembaga akademis, seperti Lembaga Penelitian
Nasional. Berdasarkan hasil kajian, tim terpadu merekomendasikan
bahwa fungsi hutan lindung tersebut pantas dialihkan karena awalnya
hutan tersebut merupakan perkampungan dan berubah fungsinya
menjadi hutan lindung lebih karena kepentingan tertentu. Selanjutnya,
Menteri membawa rekomendasi dari tim terpadu ini untuk dimintakan
persetujuannya kepada Komisi “Z”.

Untuk mempercepat proses persetujuan Komisi ”Z” terhadap


pengalihan fungsi kawasan sehingga ibu kota provinsi dapat
segera dibangun, pemerintah daerah bersepakat dengan salah
satu anggota komisi untuk memberikan bantuan dalam peninjauan
ke kawasan, antara lain tiket perjalanan dan akomodasi selama di
kawasan.

Pertanyaan : Apakah pemberian bantuan dalam peninjauan ke kawasan tersebut


termasuk gratifikasi yang dilarang?
Jawaban : Ya
Pertanyaan : Mengapa permasalahan di atas termasuk konsep gratifikasi yang
dilarang?
Jawaban : Pemberian bantuan dalam peninjauan ke kawasan diduga merupakan
upaya dari pihak pemerintah daerah yang memiliki kepentingan, untuk
mempengaruhi independensi keputusan komisi sebagai pemberi
persetujuan dalam mengesahkan hasil kajian dari tim terpadu.
Pertanyaan : Jika Anda berada dalam kondisi yang sama seperti yang dialami ang-
gota komisi apa tindakan yang seharusnya Anda lakukan?

22 Komisi Pemberantasan Korupsi


Buku Saku Memahami Gratifikasi

Jawaban : Untuk menghindari terjadinya konflik kepentingan, anggota komisi


seharusnya menolak bantuan dalam melakukan peninjauan ke ka-
wasan dan memelihara integritas dari proses pengambilalihan fungsi
kawasan. Jika karena situasi dan kondisi yang mendesak ternyata
tiket perjalanan dan akomodasi sudah ditanggung oleh pihak pemda
tanpa diketahui sebelumnya oleh anggota komisi, maka anggota
komisi harus melaporkan penerimaan ini sebagai pelaporan gratifikasi
kepada KPK paling lambat 30 hari kerja setelah peninjauan selesai
dilaksanakan.

Komisi Pemberantasan Korupsi 23


Buku Saku Memahami Gratifikasi

[CONTOH 4]
PEMBERIAN INSENTIF OLEH BUMN/BUMD KEPADA PIHAK
SWASTA KARENA TARGET PENJUALANNYA BERHASIL DICAPAI

Sebuah BUMN di bidang transportasi, yaitu Maskapai “X” banyak


bekerjasama dengan agen perjalanan di seluruh Indonesia un-
tuk melakukan penjualan tiket. Sebagai imbalan dan juga strategi
pemasaran, maka Maskapai ”X” memberikan insentif kepada agen-
agen perjalanan yang berhasil memenuhi target penjualan. Apakah
pemberian insentif tersebut termasuk gratifikasi?

Pertanyaan : Apakah insentif yang diberikan oleh Maskapai “X” tersebut termasuk
gratifikasi yang dilarang?
Jawaban : Tidak
Pertanyaan : Mengapa permasalahan di atas termasuk konsep gratifikasi yang
tidak larang?
Jawaban : Hal tersebut bukan merupakan gratifikasi sebagaimana definisi
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001, karena pemberian diberikan kepada pihak
swasta. Ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 mengenai gratifikasi
mengikat pegawai negeri atau penyelenggara negara.

Berbeda halnya apabila pemberian yang dilakukan sebagai bagian


dari kegiatan pemasaran yang dikemas dalam bentuk biaya promosi
jika diberikan kepada penyelenggara negara atau pegawai negeri
maka pemberian tersebut harus dilaporkan sebagai pelaporan
gratifikasi kepada KPK paling lambat 30 hari kerja sejak penerimaan
tersebut.

Pertanyaan : Apa yang mesti diperhatikan dalam hal ini?


Jawaban : Perlu diperhatikan bahwa pemberian tersebut akan berpotensi
menjadi suatu permasalahan hukum ketika insentif tersebut tidak
disalurkan sesuai dengan peraturan yang ada (misal peraturan yang
mengatur masalah persaingan usaha). Dalam contoh kasus ini hal
tersebut belum merupakan gratifikasi yang diatur dalam ketentuan
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001.

24 Komisi Pemberantasan Korupsi


Buku Saku Memahami Gratifikasi

[CONTOH 5]
PENERIMAAN HONOR SEBAGAI NARASUMBER OLEH
SEORANG PENYELENGGARA NEGARA ATAU PEGAWAI NEGERI
DALAM SUATU ACARA

Dalam menjalankan tugas seorang penyelenggara negara atau


pegawai negeri seringkali mendapatkan penunjukan tugas menjadi
pembicara untuk menjelaskan sesuatu, dan biasanya mendapatkan
honor sejumlah uang dari panitia.

Pertanyaan : Apakah penerimaan honor tersebut termasuk dalam konsep gratifikasi


yang dilarang?
Jawaban : Jika penerimaan honor tersebut tidak dilarang dalam Kode Etik atau
peraturan internal intansi dari penyelenggara negara atau pegawai
negeri maka hal tersebut bukanlah gratifikasi sebagaimana diatur
dalam UU Nomor 31 Tahun 1999 juncto UU Nomor 20 Tahun 2001.
Pertanyaan : Apa yang mesti diperhatikan dalam masalah ini?
Jawaban : Sering terjadi banyak instansi yang telah mencantumkan pelarangan
menerima honor menjadi pembicara dalam kode etiknya dan
menganggap hal tersebut (menjadi pembicara untuk menjelaskan
tupoksinya) adalah bagian dari pekerjaan, tetapi penyelenggara
negara atau pegawai negeri tidak melaporkan uang honor/pemberian
dari panitia tersebut. Jika terdapat larangan sebaiknya penyelenggara
negara atau pegawai negeri tidak menerima pemberian honor terse-
but. Tetapi jika dalam kondisi tidak dapat menolak, atau dalam kondisi
penerima tidak dapat menentukan benar atau tidaknya penerimaan
dimaksud maka penyelenggara negara atau pegawai negeri dapat
mengkonsultasikan dan melaporkan pemberian honor tersebut ke
KPK.

Sebagai tambahan gambaran di KPK terdapat peraturan yang jelas


bahwa kegiatan sosialisasi adalah bagian dari pekerjaan, jadi pegawai
tidak dibenarkan menerima segala bentuk pemberian yang terkait
dengan sosialisasi, seperti tidak menerima pemberian fasilitas trans-
portasi ataupun akomodasi dari panitia sepanjang tempat sosialisasi
tersebut masih dapat dijangkau oleh masyarakat biasa.

Komisi Pemberantasan Korupsi 25


Buku Saku Memahami Gratifikasi

[CONTOH 6]
PEMBERIAN SUMBANGAN OLEH BADAN USAHA MILIK NEGARA
(BUMN) DALAM ACARA KHUSUS

BUMN memberikan sejumlah sumbangan/hibah kepada masyara-


kat sekitar termasuk didalamnya adalah pihak Kepolisian, Kejak-
saan, TNI, dan Instansi Pemerintah lainnya, pada acara-acara ter-
tentu misalnya HUT Kepolisian dan Kejaksaan.

Pertanyaan : Apakah pemberian sumbangan tersebut termasuk ke dalam konsep


gratifikasi yang dilarang?
Jawaban : Ya, untuk pemberian kepada Instansi Kepolisian, Kejaksaan, TNI dan
Instansi Pemerintah lainnya. Untuk pemberian kepada masyarakat
sekitar tidak termasuk gratifikasi sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2001.
Pertanyaan : Mengapa permasalahan di atas termasuk konsep gratifikasi yang
dilarang?
Jawaban : Bila pemberian sumbangan/hibah oleh BUMN diberikan kepada
masyarakat sekitar maka pemberian tersebut tidak mengandung
gratifikasi yang bersifat kurang baik, tetapi bila pemberian tersebut
diberikan kepada suatu instansi maka dikhawatirkan dengan adanya
pemberian tersebut berpotensi mempengaruhi keputusan instansi
pada masa yang akan datang atau pada saat itu.
Pertanyaan : Apa yang mesti diperhatikan dalam masalah ini?
Jawaban : Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang pemberantasan TPK, Pasal
12B mengenai gratifikasi bahwa yang bisa dikenai unsur pidana
adalah pemberian kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
bukan kepada instansinya. Namun untuk pemberian kepada instansi
juga harus memperhatikan peraturan perundangan terkait dengan
sumbangan/hibah kepada instansi lain, agar pemberian tersebut
tidak disalahgunakan oleh pimpinan instansi yang bersangkutan dan
digunakan untuk kepentingan pribadi.

Terkait pemberian yang ditujukan untuk kepentingan operasional


instansi, ada 2 mekanisme yang harus dijalankan, yaitu:
1. Pimpinan instansi terkait melaporkan penerimaan tersebut kepada
KPK untuk mendapatkan penetapan bahwa barang pemberian
dari sumbangan/hibah tersebut menjadi milik Negara, dalam hal
ini untuk kepentingan operasional instansi terkait; selanjutnya
2. Pimpinan instansi terkait meminta ijin penggunaan barang
pemberian dari sumbangan/hibah tersebut terlebih dahulu kepada
Kementerian Keuangan RI sebagai mekanisme pendaftaran
barang pemberian dari sumbangan/hibah tersebut sebagai aset
negara untuk kepentingan instansi terkait. Berdasarkan ijin dari
Kementerian Keuangan RI, instansi yang menerima selanjutnya
melakukan proses pencatatan/inventarisasi atas barang pembe-
rian dari sumbangan/hibah tersebut untuk dapat mempergunakan-
nya dalam pelaksanaan operasional instansi.

Perlu diwaspadai terkadang pemberian sumbangan dipergunakan


sebagai kamuflase untuk motif yang bernilai negatif.

26 Komisi Pemberantasan Korupsi


Buku Saku Memahami Gratifikasi

[CONTOH 7]
PEMBERIAN BARANG (SUVENIR, MAKANAN, DLL) OLEH
KAWAN LAMA ATAU TETANGGA

Seringkali seorang penyelenggara negara atau pegawai negeri


pada saat melaksanakan tugas ke luar daerah bertemu dengan
kawan lamanya, dimana penyelenggara negara atau pegawai negeri
yang bersangkutan pernah ditugaskan di daerah tersebut. Pada
waktu bertemu dengan kawan lama itu, penyelenggara negara
atau pegawai negeri diberi oleh-oleh berupa makanan, hiasan un-
tuk rumah dan kerajinan lokal. Dalam kondisi demikian, apakah hal
tersebut termasuk gratifikasi?

Pertanyaan : Apakah pemberian souvenir, makanan oleh kawan lama/tetangga


termasuk konsep gratifikasi yang dilarang?
Jawaban : Pada prinsipnya pemberian kepada penyelenggara negara sebagaimana
contoh di atas tidak dapat digolongkan sebagai gratifikasi yang
dilarang menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 karena pemberian tersebut
hanya berdasar pada hubungan perkawanan/kekerabatan saja dan
dalam jumlah yang wajar.
Pertanyaan : Mengapa permasalahan di atas termasuk konsep gratifikasi yang
tidak dilarang?
Jawaban : Bila diartikan secara sederhana, gratifikasi berarti pemberian. Apa
yang diterima oleh penyelenggara negara atau pegawai negeri
seperti contoh kasus di atas memang termasuk gratifikasi, tetapi
bukan gratifikasi sebagaimana diamanahkan oleh Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001. Hukum tidak membuat kita menjadi makhluk asing. Hukum
merupakan suatu media atau sarana untuk berbuat dengan benar
dan adil. Sebagaimana makhluk sosial yang hidup bermasyarakat,
bertetangga dan tentunya bersosialisasi bukan berarti kita menghilang-
kan peran-peran dan konsekuensi sosial kemasyarakatan yang telah
ada. Dengan demikian pemberian-pemberian seperti yang ada di atas
adalah pemberian yang timbul dari rasa persaudaraan dan silaturahmi
dalam kehidupan.

Namun jika pemberian tersebut terkait dengan pekerjaan atau jabatan


yang diemban oleh penyelenggara negara atau pegawai negeri,
maka penyelenggara negara atau pegawai negeri sebaiknya menolak
pemberian tersebut atau melaporkannya kepada KPK
Pertanyaan : Apa yang harus diperhatikan dalam masalah ini?
Jawaban : Perlu diwaspadai terkadang pemberian sumbangan dipergunakan
sebagai kamuflase untuk motif yang bernilai negatif.

Komisi Pemberantasan Korupsi 27


Buku Saku Memahami Gratifikasi

[CONTOH 8]
PEMBERIAN OLEH REKANAN MELALUI PIHAK KETIGA

Terkadang pemberian gratifikasi dari pihak rekanan instansi tidak


langsung diberikan kepada penyelenggara negara atau pegawai
negeri, tetapi diberikan melalui istri atau anak. Apakah pemberian
tersebut juga harus dilaporkan kepada KPK?

Pertanyaan : Apakah pemberian oleh rekanan melalui pihak ketiga tersebut terma-
suk konsep gratifikasi yang dilarang?
Jawaban : Ya
Pertanyaan : Mengapa permasalahan di atas termasuk konsep gratifikasi yang
dilarang?
Jawaban : Perlu diwaspadai terkadang suatu pemberian kepada penyelenggara
negara atau pegawai negeri diberikan secara tidak langsung dengan
menggunakan perantara pihak ketiga (melalui istri atau anak), ini
dilakukan oleh pemberi sebagai kamuflase untuk menutupi motif yang
bernilai negatif.

Dalam situasi seperti yang diungkapkan diatas walaupun pemberian


hadiah oleh rekanan tersebut dilakukan melalui pihak ketiga, tetapi
dapat diduga bahwa pemberian dilakukan untuk mempengaruhi
penilaian Anda terhadap pekerjaan rekanan tersebut, atau hadiah juga
dapat dilihat sebagai maksud untuk mempengaruhi keputusan dalam
proyek-proyek selanjutnya yang mungkin diikuti oleh perusahaan
tersebut.

Pertanyaan : Apa tindakan yang seharusnya Anda lakukan dalam kondisi ini?
Jawaban : Apabila penyelenggara negara atau pegawai negeri tersebut menge-
tahui bahwa gratifikasi yang diberikan kepada istri, anak dan atau
saudaranya tersebut berasal dari rekanan dan terkait dengan jabatannya
saat ini, maka penyelenggara negara atau pegawai negeri wajib
melaporkan pemberian tersebut ke KPK paling lambat 30 hari kerja
sejak penerimaan barang tersebut, karena inti dari pemberian tersebut
ditujukan kepada penyelenggara negara atau pegawai negeri yang
bersangkutan.

Dalam kondisi Anda tidak dapat menentukan benar atau tidaknya


pemberian dimaksud maka penyelenggara negara atau pegawai
negeri dapat mengkonsultasikan dan melaporkan pemberian honor
tersebut ke KPK

28 Komisi Pemberantasan Korupsi


Buku Saku Memahami Gratifikasi

[CONTOH 9]
PEMBERIAN HADIAH ATAU UANG SEBAGAI UCAPAN TERIMA
KASIH ATAS JASA YANG DIBERIKAN

Seorang penyelenggara negara atau pegawai negeri yang bertugas


memberikan layanan publik pembuatan KTP, menerima pemberian
dari pengguna layanan sebagai tanda terima kasih atas pelayanan
yang dinilai baik. Pengguna layanan memberikan uang kepada
petugas tersebut secara sukarela dan tulus hati.

Pertanyaan : Apakah pemberian hadiah/uang sebagai ucapan terima kasih atas


jasa yang diberikan oleh instansi pelayanan publik termasuk konsep
gratifikasi yang dilarang?
Jawaban : Ya
Pertanyaan : Mengapa permasalahan di atas termasuk konsep gratifikasi yang
dilarang?
Jawaban : Walaupun pemberian tersebut diberikan secara sukarela dan tulus
hati kepada petugas layanan, tetapi pemberian tersebut dapat
dikategorikan sebagai pemberian yang berhubungan dengan jabatan
dan berkaitan dengan kewajiban penyelenggara negara atau pegawai
negeri, karena pelayanan yang baik memang harus diberikan oleh
petugas sebagai bentuk pelaksanaan tugasnya. Oleh karena itu,
masyarakat berhak dan pantas untuk mendapatkan layanan yang
baik.
Pertanyaan : Apa tindakan yang seharusnya petugas lakukan dalam kondisi ini?
Jawaban : Apabila petugas layanan mendapatkan pemberian uang/benda
apapun tanda terima kasih tersebut, sebaiknya petugas menolak
pemberian dan menjelaskan kepada pengguna layanan bahwa apa
yang dilakukannya adalah bagian dari tugas dan kewajiban petugas
tersebut.

Untuk pengguna layanan sebaiknya tidak memberikan uang/benda


apapun sebagai tanda terima kasih atas pelayanan yang dia dapat,
karena pelayanan yang diterima tersebut sudah selayaknya diterima.
Kebiasaan memberi hadiah/uang sebagai wujud tanda terima kasih
kepada petugas, akan memicu lahirnya budaya “mensyaratkan”
adanya pemberian dalam setiap pelayanan publik .

Komisi Pemberantasan Korupsi 29


Buku Saku Memahami Gratifikasi

[CONTOH 10]
PEMBERIAN HADIAH ATAU UANG OLEH DEBITUR KEPADA
PEGAWAI BANK BUMN/BUMD

Seorang penyelenggara negara atau pegawai negeri yang bekerja


pada salah satu bank BUMN/BUMD menerima bingkisan atau uang
dari nasabah (perusahaan) yang telah menerima pemberian kredit
oleh bank.

Pertanyaan : Apakah pemberian hadiah atau uang oleh debitur termasuk konsep
gratifikasi yang dilarang?
Jawaban : Ya
Pertanyaan : Mengapa permasalahan di atas termasuk konsep gratifikasi yang
dilarang?
Jawaban : Pemberian bingkisan atau uang ini dapat dilihat sebagai upaya untuk
mengurangi independensi pada saat pemberian kredit karena petugas
merasa berhutang budi pada nasabah, dalam hal ini perusahaan yang
telah memberikan bingkisan atau uang.

Alasan filosofis mengapa ketentuan yang berlaku tersebut melarang


adanya penerimaan dari pihak-pihak yang diduga terkait adalah ad-
anya resiko si penerima yang notabene memiliki kewenangan tertentu
akan terpengaruh dalam pengambilan keputusan terkait kredit kepada
nasabah yang bersangkutan di kemudian hari.

Pertanyaan : Apa tindakan yang seharusnya dilakukan dalam kondisi ini?


Jawaban : Pemberian tersebut sebaiknya ditolak saja, namun apabila memang
pemberian tersebut tidak dapat ditolak lagi, dengan memperhatikan
ketentuan Pasal 12C Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1999, maka petugas wajib melapor-
kannya kepada KPK dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh)
hari kerja terhitung sejak tanggal petugas bank menerima pemberian
tersebut, untuk selanjutnya akan dilakukan verifikasi dan klarifikasi
oleh KPK agar dapat diterbitkan Surat Keputusan Pimpinan KPK yang
menetapkan apakah pemberian tersebut menjadi milik negara atau
menjadi milik penerima, serta melaporkan kepada unit kerja tertentu
pada bank terkait sesuai ketentuan kode etik bank tersebut.

30 Komisi Pemberantasan Korupsi


Buku Saku Memahami Gratifikasi

[CONTOH 11]
PEMBERIAN CASH BACK KEPADA NASABAH OLEH BANK
BUMN/BUMD

Sebuah Bank BUMN/BUMD memiliki program khusus bagi na-


sabah yang memiliki saldo di atas 10 juta untuk mendapatkan
cash back serta diskon khusus apabila menggunakan kartu debet
dari Bank BUMN/BUMD tersebut. Seorang penyelenggara negara
yang merupakan nasabah, termasuk dalam kriteria tersebut dan
mendapat cash back berupa uang tunai sebesar 200 ribu rupiah
serta mendapatkan diskon khusus karena telah menggunakan kartu
debet dari Bank BUMN/BUMD tersebut.

Pertanyaan : Apakah pemberian cash back kepada Penyelenggara Negara selaku


nasabah pada Bank BUMN/BUMD termasuk konsep gratifikasi yang
dilarang?
Jawaban : Tidak
Pertanyaan : Mengapa permasalahan di atas tidak termasuk konsep gratifikasi
yang dilarang?
Jawaban : Apabila pemberian diskon ataupun cash back tersebut berlaku umum
bagi semua nasabah sebuah bank dan tidak bagi penyelenggara
negara atau pegawai negeri saja, maka hal tersebut tidak termasuk
gratifikasi yang dilarang. Selain itu tidak terdapat vested interest yang
berkaitan dengan jabatan serta tugas dan kewajibannya.
Pertanyaan : Apa yang mesti diperhatikan dalam masalah ini?
Jawaban : Inti dari ketentuan gratifikasi sebagai salah satu bentuk korupsi adalah
pemberian yang terkait dengan pekerjaan atau jabatannya dan yang
bertentangan dengan kewajiban atau tugasnya selaku penyelenggara
negara atau pegawai negeri. apabila pemberian diskon ataupun cash
back tersebut hanya berlaku bagi penyelenggara negara atau pega-
wai negeri saja, maka hal tersebut termasuk gratifikasi dan sebaiknya
penyelenggara negara atau pegawai negeri menolak pemberian cash
back tersebut.

Namun apabila memang pemberian tersebut tidak dapat ditolak lagi,


dengan memperhatikan ketentuan Pasal 12C Undang-Undang Nomor
31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001, maka
penyelenggara negara wajib melaporkannya kepada kpk dalam waktu
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal
diterimanya pemberian tersebut, untuk selanjutnya akan dilakukan
verifikasi dan klarifikasi oleh KPK agar dapat diterbitkan Surat Kepu-
tusan Pimpinan KPK yang menetapkan apakah pemberian tersebut
menjadi milik Negara atau menjadi milik Penerima.

Komisi Pemberantasan Korupsi 31


Buku Saku Memahami Gratifikasi

[CONTOH 12]
PEMBERIAN FASILITAS PENGINAPAN OLEH PEMDA SETEM-
PAT KEPADA PENYELENGGARA NEGARA ATAU PEGAWAI
NEGERI PADA SAAT KUNJUNGAN DI DAERAH

Penyelenggara negara atau pegawai negeri diberikan fasilitas


penginapan berupa mess Pemda setempat karena pada saat
melakukan kunjungan di daerah terpencil, tidak ada penginapan
yang dapat disewa di daerah tersebut.

Pertanyaan : Apakah pemberian fasilitas penginapan berupa mess Pemda kepada


penyelenggara negara atau pegawai negeri pada saat kunjungan di
daerah terpencil termasuk konsep gratifikasi yang dilarang?
Jawaban : Ya, jika atas pemberian fasilitas penginapan tersebut penyelenggara
negara atau pegawai negeri tidak dikenakan biaya;

Tidak, jika atas pemberian fasilitas penginapan tersebut dikompensa-


sikan dengan biaya sebagaimana ketentuan yang berlaku.

Pertanyaan : Apa yang mesti diperhatikan dalam masalah ini?


Jawaban : Bahwa dalam pelaksanaan tugas seharusnya penyelenggara negara
atau pegawai negeri mencari tempat penginapan yang bersifat netral,
tidak terdapat hubungan dengan tempat dimana penyelenggara
negara atau pegawai negeri melaksanakan tugasnya.

Jika penyelenggara negara atau pegawai negeri menginap pada mess


pemda setempat, maka penyelenggara negara atau pegawai negeri
sebaiknya meminta pihak pengelola mess agar penyelenggara negara
atau pegawai negeri agar diperlakukan sebagai tamu umum dan
membayar sama seperti tamu umum. Karena biasanya untuk tamu
Pemda sendiri tidak dikenakan biaya.

Perlu diperhatikan jika pengelola mess bersikeras untuk menolak


pembayaran penginapan dari penyelenggara negara atau pegawai
negeri, maka penyelenggara negara atau pegawai negeri tidak boleh
menggunakan anggaran biaya penginapan dari instansinya untuk
kepentingan lain selain dinas. Biaya untuk penginapan tersebut wajib
dikembalikan ke instansinya.

32 Komisi Pemberantasan Korupsi


Buku Saku Memahami Gratifikasi

[CONTOH 13]
PEMBERIAN SUMBANGAN/HADIAH PERNIKAHAN PENYELENG-
GARA NEGARA ATAU PEGAWAI NEGERI PADA SAAT PE-
NYELENGGARA NEGARA/PEGAWAI NEGERI MENIKAHKAN
ANAKNYA

Pertanyaan : Apakah pemberian sumbangan pernikahan kepada penyelenggara


negara atau pegawai negeri yang menikahkan anaknya termasuk
konsep gratifikasi yang dilarang?
Jawaban : Ya, jika dalam pemberian ini terkandung vested interest dari pihak
pemberi terkait dengan jabatan serta tugas dan kewajiban penyeleng-
gara negara atau pegawai negeri sebagai penerima gratifikasi.
Tidak, jika dalam pemberian ini tidak terkandung vested interest dari
pihak pemberi terkait dengan jabatan serta tugas dan kewajiban
penyelenggara negara atau pegawai negeri sebagai penerima
gratifikasi.
Pertanyaan : Mengapa permasalahan di atas termasuk konsep gratifikasi yang
dilarang?
Jawaban : Karena dikhawatirkan dalam pemberian ini terkandung vested interest
dari pihak pemberi terkait dengan jabatan serta tugas dan kewajiban
penyelenggara negara atau pegawai negeri sebagai penerima
gratifikasi.
Pertanyaan : Apa yang mesti diperhatikan dalam masalah ini?
Jawaban : Untuk pemberian yang tidak dapat dihindari/ditolak oleh penyeleng-
gara negara atau pegawai negeri dalam suatu acara yang bersifat
adat atau kebiasaan, seperti upacara pernikahan, kematian, ulang
tahun ataupun serah terima jabatan, maka penyelenggara negara
atau pegawai negeri wajib melaporkan kepada KPK paling lambat 30
hari kerja sejak penerimaan gratifikasi tersebut.

Dalam pelaporan gratifikasi pernikahan, KPK akan meminta data-


data/dokumen pendukung sebagai berikut:
1. Daftar rencana undangan;
2. Contoh undangan;
3. Daftar tamu yang hadir/buku tamu;
4. Rincian lengkap daftar sumbangan per undangan;
5. Daftar pemberian berupa karangan bunga dan natura lainnya.

Dari data-data tersebut, KPK akan melakukan analisa apakah


terdapat pemberian dari orang atau pihak yang ada hubungannya
dengan pekerjaan atau jabatan dari penyelenggara negara atau
pegawai negeri tersebut. Selanjutnya KPK akan melakukan klarifikasi
dan verifikasi terlebih dahulu kepada pelapor, dan dari hasil analisa
dan hasil klarifikasi dan verifikasi tersebut selanjutnya akan diterbitkan
SK Penetapan Status Kepemilikan Gratifikasi.

Komisi Pemberantasan Korupsi 33


Buku Saku Memahami Gratifikasi

[CONTOH 14]
PEMBERIAN KEPADA PENSIUNAN PEGAWAI NEGERI ATAU
JANDA PENSIUNAN

Suatu instansi memberikan paket lebaran kepada pensiunan pega-


wai negeri atau janda pensiunan. Pemberian diberikan dalam rang-
kan tetap menjalin silaturahmi atau sebagai ucapan terima kasih
atas jasa-jasa yang diberikan oleh pensiunan pegawai negeri terse-
but sewaktu masih bekerja di instansinya.

Pertanyaan : Apakah pemberian kepada pensiunan pegawai negeri atau janda


pensiun termasuk konsep gratifikasi yang dilarang?
Jawaban : Tidak
Pertanyaan : Mengapa permasalahan di atas tidak termasuk konsep gratifikasi
yang dilarang?
Jawaban : Hal tersebut bukan merupakan gratifikasi yang dilarang sebagaimana
definisi Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001, karena pemberian diberikan bukan
kepada penyelenggara negara atau pegawai negeri. Yang diatur
dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 adalah gratifikasi kepada
Penyelenggara Negara atau Pegawai Negeri.
Pertanyaan : Apa yang mesti diperhatikan dalam masalah ini?
Jawaban : Penerimaan semacam ini diperbolehkan dan tidak perlu dilaporkan
kepada KPK

34 Komisi Pemberantasan Korupsi


Buku Saku Memahami Gratifikasi

[CONTOH 15]
HADIAH KARENA PRESTASI

X adalah Pegawai yang berprestasi di kantornya, tugas-tugasnya


selalu dapat dikerjakan dengan baik dan tepat waktu. Sebagai ben-
tuk penghargaan pada karyawan terhadap prestasi kerja, Biro SDM
mengadakan pemilihan karyawan terbaik yang diadakan setiap
bulannya. Untuk bulan ini X terpilih sebagai karyawan terbaik dan
diberikan hadiah dari kantornya.

Pertanyaan : Apakah pemberian hadiah kepada karyawan karena prestasinya


termasuk konsep gratifikasi yang dilarang?
Jawaban : Tidak
Pertanyaan : Mengapa permasalahan di atas tidak termasuk konsep gratifikasi
yang dilarang?
Jawaban : Apabila pemberian hadiah oleh kantor kepada pegawai atas prestasi
kerja pegawai bersangkutan tersebut didasarkan pada peraturan
internal instansi yang berlaku umum bagi pegawai di instansi tersebut,
maka pemberian tersebut tidak termasuk kategori gratifikasi.
Pertanyaan : Apa yang mesti diperhatikan dalam masalah ini?
Jawaban : Apabila pemberian hadiah tersebut tidak memiliki dasar ketentuan
yang jelas dan tidak berlaku umum dalam internal instansi tersebut,
maka pemberian tersebut masuk kategori gratifikasi yang wajib
dilaporkan kepada KPK selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja
terhitung sejak tanggal penerimaan hadiah tersebut. Selanjutnya KPK
akan menganalisa dan menetapkan status kepemilikan gratifikasi
tersebut.

Hal yang perlu diperhatikan juga yaitu nilai dari hadiah yang diberikan
tentu saja adalah nilai yang sewajarnya dan tidak berlebihan. Hal
tersebut diatur dalam peraturan internal dari instansi yang bersang-
kutan.

Komisi Pemberantasan Korupsi 35


MENGENAL
GRATIFIKASI

Membangun Budaya Anti Gratifikasi


Daftar Isi
Bagian 1 : Mengenal Gratifikasi (A to Z)
A Apa yang dimaksud Gratifikasi? 2 N Dalam budaya dan adat istiadat di 12
Indonesia, praktek saling memberi
B Apa kriteria gratifikasi yang dilarang? 2 dan menerima adalah hal yang lazim.
Apakah pengaturan tentang gratifikasi
C Mengapa gratifikasi itu dilarang? 3 tidak beresiko menghapuskan nilai-nilai
budaya dan adat istiadat yang sudah
D Siapa saja yang dimaksud dengan 3 hidup sejak lama?
Pegawai Negeri dan Penyelenggara
Negara? O Adakah orang yang dihukum penjara 13
karena melanggar aturan gratifikasi?
E Apa yang menjadi dasar pengaturan 5
gratifikasi bagi Pn/PN? P Jika saya menerima gratifikasi, kemana 13
saya harus melapor?
F Apa saja gratifikasi yang boleh 6
diterima? Q Apakah saya bisa menyampaikan 14
laporan pengaduan gratifikasi yang
G Apakah gratifikasi boleh diterima 7 diterima oleh orang lain?
dari pihak yang memiliki konflik
kepentingan dalam pelaksanaan R Pada saat melapor, apakah gratifikasi 14
resepsi, upacara adat/budaya/tradisi yang saya terima harus langsung
dan perayaan agama? diserahkan?

H Apa saja gratifikasi yang tidak boleh 7 S Bagaimana mekanisme yang dilakukan 15
diterima? oleh KPK setelah saya melaporkan
penerimaan gratifikasi?
I Apa yang dilakukan jika Pn/PN diberi 8
gratifikasi yang dilarang? T Bolehkah saya memiliki barang 16
gratifikasi yang telah saya laporkan?
J Bagaimana jika saya tidak meminta 9
gratifikasi, namun masih tetap diberi, U Apakah pelapor gratifikasi dilindungi 17
bolehkah saya menerimanya? secara hukum?

K Jika gratifikasi tidak mempengaruhi 10 V Apakah pemberi gratifikasi diberi sanksi? 17


keputusan saya, apakah saya masih
dilarang untuk menerimanya? W Setelah diputuskan KPK menjadi 17
Milik Negara, siapa yang membiayai
L Apa perbedaan antara gratifikasi, suap 10 pengiriman barang gratifikasi tersebut?
dan pemerasan?
X Apa yang dilakukan KPK terhadap 18
M Bagaimana karakteristik gratifikasi 12 gratifikasi yang telah diserahkan?
yang boleh diterima?
Y Apakah saya diperbolehkan mengikuti 18
lelang barang gratifikasi?

Z Dimana saya bisa mendapatkan 18


informasi gratifikasi?
Pengenalan Gratifikasi

Apa yang dimaksud Gratifikasi?


A

Gratifikasi adalah semua pemberian yang diterima oleh Pegawai Negeri atau
Penyelenggara Negara (Pn/PN). Oleh karena itu gratifikasi memiliki arti yang
netral, sehingga tidak semua gratifikasi merupakan hal yang dilarang atau
sesuatu yang salah.

Gratifikasi adalah“pemberian dalam arti luas yang meliputi pemberian uang,


barang, rabat (diskon), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas
penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya.
Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri
dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana
elektronik”.

Penjelasan Pasal 12B UU No. 20/2001 tentang Perubahan atas UU No.31/1999


tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU Tipikor).

B
Apa kriteria gratifikasi yang dilarang?

1. Gratifikasi yang diterima berhubungan


dengan jabatan
2. Penerimaan tersebut dilarang oleh peraturan
yang berlaku, bertentangan dengan kode etik,
memiliki konflik kepentingan atau merupakan
penerimaan yang tidak patut / tidak wajar

Untuk selanjutnya, penyebutan “gratifikasi yang


dilarang” ditulis dengan “Gratifikasi”.

3
Pengenalan Gratifikasi

Mengapa gratifikasi itu dilarang?


C

Gratifikasi pada dasarnya adalah “suap yang tertunda” atau sering juga disebut
“suap terselubung”. Pegawai negeri atau penyelenggara negara (Pn/PN) yang
terbiasa menerima gratifikasi terlarang lama kelamaan dapat terjerumus
melakukan korupsi bentuk lain, seperti suap, pemerasan dan korupsi lainnya.
Sehingga gratifikasi dianggap sebagai akar korupsi.

Gratifikasi tersebut dilarang karena dapat mendorong Pn/PN bersikap tidak


obyektif, tidak adil dan tidak profesional. Sehingga Pn/PN tidak dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik.

Undang-undang menggunakan istilah “gratifikasi yang dianggap


pemberian suap” untuk menunjukkan bahwa penerimaan gratifikasi
yang berhubungan dengan jabatan dan berlawanan dengan kewajiban
atau tugasnya.

D Siapa saja yang dimaksud dengan Pegawai Negeri


dan Penyelenggara Negara?

Kebanyakan orang awam beranggapan bahwa yang dimaksud Pegawai Negeri


hanyalah Pegawai Negeri Sipil (PNS), padahal Undang-Undang mengatur lebih luas
bahwa Pegawai Negeri meliputi:
1. Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau yang saat ini disebut Aparatur Sipil Negara (ASN)
2. Pejabat publik (pemangku jabatan/ambtenaar) yaitu:
a. Orang yang memegang jabatan atau profesi yang diangkat oleh instansi
umum atau kekuasaan umum atau kekuasaan negara
b. Orang yang memangku jabatan umum
c. Orang yang melakukan tugas negara atau sebagian tugas negara
3. Orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan negara atau daerah;
4. Orang yang menerima gaji atau upah dari suatu korporasi yang menerima
bantuan dari keuangan negara atau daerah; atau
5. Orang yang menerima gaji atau upah dari korporasi lain yang mempergunakan
modal atau fasilitas dari negara atau masyarakat.

Pasal 1 angka 2 UU No. 20/2001 tentang Perubahan atas UU No.31/1999 tentang


Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU Tipikor).

4
Pengenalan Gratifikasi

Sedangkan yang dimaksud dengan Penyelenggara Negara adalah pejabat negara


yang menjalankan fungsi eksekutif, legislatif atau yudikatif dan pejabat lain yang
fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, contohnya :

• Presiden dan Wakil Presiden;


• Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat;
• Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat;
• Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan Perwakilan Daerah;
• Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda dan Hakim Agung pada Mahkamah Agung
serta Ketua, Wakil Ketua, dan Hakim pada semua Badan Peradilan;
• Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Mahkamah Konstitusi;
• Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Badan Pemeriksa Keuangan;
• Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Komisi Yudisial;
• Ketua dan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi;
• Menteri dan jabatan setingkat menteri;
• Kepala Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yang berkedudukan
sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh;
• Gubernur dan Wakil Gubernur;
• Bupati/Walikota dan Wakil Bupati/Wakil Walikota; dan
• Pejabat negara lainnya yang ditentukan oleh Undang-Undang
• Kepala Perwakilan RI di luar negeri yang berkedudukan sebagai Duta Besar Luar
Biasa dan berkuasa penuh, Wakil Gubernur dan Bupati/Walikota;
• Direksi, Komisaris, dan pejabat struktural lainnya pada Badan Usaha Milik Negara
dan Badan Usaha Milik Daerah;
• Pimpinan Perguruan Tinggi Negeri;
• Pejabat Eselon I dan pejabat lain yang disamakan di lingkungan sipil, militer, dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia;
• Jaksa;
• Penyidik;
• Panitera Pengadilan;
• Pemimpin dan Bendaharawan Proyek;
• Pejabat Pembuat Komitmen;
• Panitia Pengadaan, Panitia Penerima Barang. PEGAWAI NEGERI

UU No. 28/1999, UU No. 5/2014 dan peraturan terkait lainnya


PEGAWAI NEGERI SIPIL

5
Pengenalan Gratifikasi

Apa yang menjadi dasar pengaturan E


gratifikasi bagi Pn/PN?

Gratifikasi merupakan salah satu jenis tindak pidana korupsi baru yang diatur
dalam Pasal 12B dan 12C UU Tipikor sejak tahun 2001. Namun, jika penerima
gratifikasi melaporkan pada KPK paling lambat 30 hari kerja, maka Pn/PN
dibebaskan dari ancaman pidana gratifikasi.

Berikut adalah pasal yang mengatur tentang gratifikasi:

Pasal 12B
(1) Setiap gratifikasi kepada Pn/PN dianggap pemberian suap, apabila
berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban
atau tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih,
pembuktian bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan suap
dilakukan oleh penerima gratifikasi;
b. yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah),
pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh penuntut
umum.
(2) Pidana bagi Pn/PN sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pidana
penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun
dan paling lama 20 (dua puluh) tahun, dan pidana denda paling sedikit
Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pasal 12C
(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12B ayat (1) tidak berlaku,
jika penerima melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
(2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib
dilakukan oleh penerima gratifikasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja
terhitung sejak tanggal gratifikasi tersebut diterima.

Selain itu, Pasal 16 UU No. 30/2002 tentang KPK juga mengatur bahwa
setiap Pn/PN yang menerima gratifikasi wajib melaporkan kepada KPK
paling lambat 30 hari kerja terhitung sejak tanggal penerimaan.

KPK menerbitkan Peraturan KPK (Perkom) Nomor: 02 Tahun 2014 dan Perkom
Nomor: 06 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaporan dan Penetapan Status
Gratifikasi. Untuk menjelaskan lebih jauh, KPK juga menerbitkan Pedoman
Pengendalian Gratifikasi sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 16 Perkom
tersebut.

6
Pengenalan Gratifikasi

Apa saja gratifikasi yang boleh diterima? F

Pada dasarnya, semua gratifikasi yang diterima oleh Pn/PN wajib dilaporkan pada
KPK, kecuali :
a) pemberian dari keluarga, yakni kakek/nenek, bapak/ibu/mertua, suami/istri,
anak/anak menantu, cucu, besan, paman/bibi, kakak ipar/adik ipar, sepupu/
keponakan. Gratifikasi dari pihak-pihak tersebut boleh diterima dengan syarat
tidak memiliki benturan kepentingan dengan posisi ataupun jabatan penerima;
b) hadiah tanda kasih dalam bentuk uang atau barang yang memiliki nilai jual
dalam penyelenggaraan pesta pernikahan, kelahiran, aqiqah, baptis, khitanan,
dan potong gigi, atau upacara adat/agama lainnya dengan batasan nilai per
pemberi dalam setiap acara paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah);
c) pemberian terkait dengan musibah atau bencana yang dialami oleh penerima,
bapak/ibu/mertua, suami/istri, atau anak penerima gratifikasi paling banyak
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah);
d) pemberian dari sesama pegawai dalam rangka pisah sambut, pensiun, promosi
jabatan, ulang tahun ataupun perayaan lainnya yang lazim dilakukan dalam
konteks sosial sesama rekan kerja. Pemberian tersebut tidak berbentuk uang
ataupun setara uang, misalnya pemberian voucher belanja, pulsa, cek atau
giro. Nilai pemberian paling banyak Rp300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah) per
pemberian per orang, dengan batasan total pemberian selama satu tahun
sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) dari pemberi yang sama;
e) pemberian sesama pegawai dengan batasan paling banyak Rp200.000,00 (dua
ratus ribu rupiah) per pemberian per orang, dengan batasan total pemberian
selama satu tahun sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) dari pemberi yang
sama. Pemberian tersebut tidak berbentuk uang ataupun setara uang, misalnya
voucher belanja, pulsa, cek atau giro;
f ) hidangan atau sajian yang berlaku umum;
g) prestasi akademis atau non akademis yang diikuti dengan menggunakan biaya
sendiri seperti kejuaraan, perlombaan atau kompetisi tidak terkait kedinasan;
h) keuntungan atau bunga dari penempatan dana, investasi atau kepemilikan
saham pribadi yang berlaku umum;
i) manfaat bagi seluruh peserta koperasi pegawai berdasarkan keanggotaan
koperasi Pegawai Negeri yang berlaku umum;
j) seminar kit yang berbentuk seperangkat modul dan alat tulis serta sertifikat
yang diperoleh dari kegiatan resmi kedinasan seperti rapat, seminar, workshop,
konferensi, pelatihan, atau kegiatan lain sejenis yang berlaku umum;
k) penerimaan hadiah atau tunjangan baik berupa uang atau barang yang ada
kaitannya dengan peningkatan prestasi kerja yang diberikan oleh Pemerintah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; atau,
l) diperoleh dari kompensasi atas profesi di luar kedinasan, yang tidak terkait
dengan tugas pokok dan fungsi dari pejabat/pegawai, tidak memiliki konflik
kepentingan dan tidak melanggar aturan internal instansi pegawai;

7
Pengenalan Gratifikasi

Apakah gratifikasi boleh diterima dari pihak yang G


memiliki konflik kepentingan dalam pelaksanaan
resepsi, upacara adat/budaya/tradisi, dan perayaan
agama?

Boleh diterima. Namun untuk penerimaan yang melebihi nilai wajar tertentu
(saat ini batasannya adalah Rp1.000.000,00) maka penerimaan itu wajib
dilaporkan pada KPK. Hal ini dikarenakan penyelenggaraan acara tersebut
membutuhkan biaya, dan sudah menjadi bagian dari tradisi yang sudah
berjalan.

Tidak semua penerimaan di atas Rp1.000.000,00 secara otomatis menjadi milik


negara, karena KPK akan mempertimbangkan aspek hubungan dengan jabatan
penerima. Penerimaan gratifikasi yang nilainya di atas Rp1.000.000,00 dan
mempunyai potensi konflik kepentingan akan menjadi milik negara.

H Apa saja gratifikasi yang tidak boleh diterima?

Gratifikasi yang tidak boleh diterima adalah gratifikasi terlarang, yaitu yang
berhubungan dengan jabatan dan berlawanan dengan tugas dan kewajiban
pegawai negeri atau penyelenggara negara.

Untuk memudahkan pemahaman, berikut adalah contoh gratifikasi yang


tidak boleh diterima :

a. terkait dengan pemberian layanan pada masyarakat diluar penerimaan


yang sah;
b. terkait dengan tugas dalam proses penyusunan anggaran diluar penerimaan
yang sah;
c. terkait dengan tugas dalam proses pemeriksaan, audit, monitoring dan
evaluasi diluar penerimaan yang sah;
d. terkait dengan pelaksanaan perjalanan dinas diluar penerimaan
yang sah/resmi dari Instansi;
e. dalam proses penerimaan/promosi/mutasi pegawai;

8
Pengenalan Gratifikasi

f. dalam proses komunikasi, negosiasi dan pelaksanaan kegiatan dengan


pihak lain terkait dengan pelaksanaan tugas dan kewenangannya;
g. sebagai akibat dari perjanjian kerjasama/kontrak/kesepakatan dengan
pihak lain;
h. sebagai ungkapan terima kasih sebelum, selama atau setelah proses
pengadaan barang dan jasa;
i. merupakan hadiah atau souvenir bagi pegawai/pengawas/tamu selama
kunjungan dinas;
j. merupakan fasilitas hiburan, fasilitas wisata, voucher oleh Pejabat/Pegawai
dalam kegiatan yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan kewajibannya
dengan pemberi gratifikasi yang tidak relevan dengan penugasan yang
diterima;
k. dalam rangka mempengaruhi kebijakan/keputusan /perlakuan pemangku
kewenangan;
l. dalam pelaksanaan pekerjaan yang terkait dengan jabatan dan bertentangan
dengan kewajiban/tugas Pejabat/Pegawai;
m. dan lain sebagainya.

Apa yang dilakukan jika Pn/PN diberi gratifikasi


I
yang dilarang?

Tindakan yang harus dilakukan Pn/PN adalah


MENOLAK PEMBERIAN tersebut.

Jika pada kondisi tertentu Pn/PN tidak dapat


menolaknya, misalnya gratifikasi disampaikan
melalui perantara istri/suami/anak, identitas
pemberi tidak diketahui, atau demi menjaga
hubungan baik dengan pemberi, maka Pn/
PN wajib MELAPORKAN PENERIMAAN
GRATIFIKASI tersebut kepada KPK dalam waktu
maksimal 30 hari kerja sejak tanggal penerimaan.

Penolakan terhadap gratifikasi akan membangun


kebiasaan dan budaya anti gratifikasi.

9
Pengenalan Gratifikasi

Bagaimana jika saya tidak meminta gratifikasi, J


namun masih tetap diberi, bolehkah saya
menerimanya?

Jika pemberian tersebut berhubungan dengan jabatan kita atau ada


ketentuan yang melarang, maka pemberian tersebut harus DITOLAK,
walaupun kita tidak memintanya. Jika pada keadaan tertentu kita
tidak dapat menolaknya, seperti dikirimkan ke rumah, diberikan
melalui anggota keluarga, atau untuk menjaga hubungan baik antar
lembaga, maka pemberian tersebut wajib DILAPORKAN kepada KPK.

Berikut beberapa pertanyaan yang dapat diajukan kepada diri sendiri


saat mempertimbangkan apakah sebuah hadiah boleh kita terima
atau tidak. Metode ini disebut dengan istilah PROVE IT

P Purpose atau tujuan “Apakah tujuan pemberian ini?”

atau aturan “Bagaimanakan aturan perundangan


R Rules
mengatur tentang gratifikasi?”

atau keterbukaan “Bagaimana substansi keterbukaan


O Openess pemberian tersebut?” apakah hadiah diberikan secara
sembunyi-sembunyi atau di depan umum

atau nilai “Berapa nilai dari gratifikasi tersebut?”


Value Jika gratifikasi memiliki nilai yang cukup tinggi maka
V
sebaiknya Pn/PN bersikap lebih berhati-hati dan menolak
pemberian tersebut

atau etika “Apakah nilai moral pribadi anda


E Ethics
memperbolehkan penerimaan hadiah tersebut?”

atau identitas pemberi “Apakah pemberi memiliki


I Identity
hubungan jabatan, calon rekanan, atau rekanan instansi?”

atau waktu pemberian, “Apakah pemberian gratifikasi


Timing berhubungan dengan pengambilan keputusan,
pelayanan atau perizinan?”

10
Pengenalan Gratifikasi

Jika gratifikasi tidak mempengaruhi keputusan K


saya, apakah saya masih dilarang untuk
menerimanya?

Ya, dilarang.

Pemberian gratifikasi pada umumnya


tidak ditujukan untuk mempengaruhi
keputusan pejabat secara langsung,
namun cenderung sebagai “tanam budi”
atau upaya menarik perhatian pejabat.

Ketentuan tentang gratifikasi hanya


mensyaratkan adanya hubungan jabatan
dan pelanggaran terhadap aturan, kode
etik atau kepatutan.

Jika pemberian tersebut dimaksudkan


untuk mempengaruhi keputusan dan
bersifat transaksional maka hal itu
merupakan suap.

L Apa perbedaan antara gratifikasi, suap dan


pemerasan?

Secara sederhana gratifikasi tidak membutuhkan sesuatu yang transaksional


atau ditujukan untuk mempengaruhi keputusan atau kewenangan secara
langsung. Hal ini berbeda dengan suap yang bersifat transaksional.

Sedangkan pidana pemerasan, inisiatif permintaan dan paksaan


berasal dari Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara. Pada pidana
pemerasan yang dihukum pidana hanyalah pihak penerima saja.

11
Pengenalan Gratifikasi

GRATIFIKASI
• Berhubungan dengan jabatan
• Bersifat inventif (tanam budi)
• Tidak membutuhkan kesepakatan (transaksional)

Contoh : Pengusaha memberi hadiah


voucher belanja kepada PNS karena
merasa terbantu dalam pengurusan
perizinan

IKHLAS!
SUAP
• Transaksional ( pertemuan kehendak
pemberi dan penerima )
• Umumnya dilakukan secara tertutup

Contoh : Pengusaha menyuap pejabat


pemerintah untuk mendapatkan proyek

DEAL !

PEMERASAN
• Adanya permintaan sepihak dari pejabat Rp
(penerima) PBJ
• Bersifat memaksa
• Penyalahgunaan kekuasaan

Contoh : Pejabat memaksa calon peserta


30% ! ?
tender untuk memberikan sejumlah uang
dengan ancaman jika tidak diberikan akan
digugurkan dalam proses tender

Sekilas perbedaan GRATIFIKASI, SUAP


dan PEMERASAN beserta contoh
kasusnya

12
Pengenalan Gratifikasi

Bagaimana karakteristik gratifikasi yang M


boleh diterima?

Gratifikasi yang boleh diterima memiliki karakteristik sebagai berikut:


a) Berlaku umum, yaitu suatu kondisi pemberian yang diberlakukan
sama dalam hal jenis, bentuk, persyaratan atau nilai, untuk semua
peserta dan memenuhi prinsip kewajaran atau kepatutan;
b) Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
c) Dipandang sebagai wujud ekspresi, keramah-tamahan,
penghormatan dalam hubungan sosial antar sesama dalam batasan
nilai yang wajar; atau,
d) Merupakan bentuk pemberian yang berada dalam ranah adat istiadat,
kebiasaan, dan norma yang hidup di masyarakat dalam batasan nilai
yang wajar.

N Dalam budaya dan adat istiadat di Indonesia,


praktik saling memberi dan menerima adalah
hal yang lazim. Apakah pengaturan tentang
gratifikasi tidak beresiko menghapuskan
nilai-nilai budaya dan adat istiadat yang sudah
hidup sejak lama?

Ketentuan tentang gratifikasi tidak bertentangan dan bukan dalam rangka


menghapus kearifan masyarakat dalam adat dan budaya. Namun hal ini justru
ditujukan untuk memurnikan nilai luhur budaya dan adat istiadat agar tidak
ditunggangi kepentingan pihak-pihak tertentu untuk melakukan korupsi.

Larangan gratifikasi terkait jabatan tidak bertentangan dengan nilai-nilai


agama dan budaya luhur bangsa Indonesia. Kebiasaan memberi dan menerima
gratifikasi tumbuh subur di lingkungan yang tidak berprinsip pada tata kelola
pemerintahan dan perusahaan yang baik.

13
Pengenalan Gratifikasi

Adakah orang yang dihukum penjara karena O


melanggar aturan gratifikasi?

Cukup banyak.

Hingga akhir tahun 2015 sudah banyak putusan hakim terkait tindak pidana
gratifikasi, mulai dari pegawai negeri, pejabat eksekutif, anggota legislatif, hingga
kepala daerah dan pejabat lainnya.

Dalam salah satu putusan pengadilan yang menggunakan pasal 12B, Hakim
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1. Subjek hukum/terdakwa sebagai Pegawai Negeri
2. Terdapat ketidakseimbangan antara penghasilan yang sah dengan kekayaan
yang dimiliki oleh terdakwa
3. Terdakwa gagal untuk membuktikan bahwa hartanya diperoleh dari
penghasilan yang sah
4. Terdakwa tidak pernah melaporkan penerimaan gratifikasi kepada KPK

P Jika saya menerima Gratifikasi, kemana saya


harus melapor?

Jika kita sebagai Pn/PN menerima gratifikasi, dapat melaporkannya kepada


KPK dengan cara mengisi formulir laporan penerimaan gratifikasi yang dapat
diunduh pada tautan:
www.kpk.go.id/layanan-publik/gratifikasi/formulir-gratifikasi

Formulir laporan gratifikasi dapat diserahkan kepada KPK dengan cara:


a. Penyerahan langsung atau melalui surat ke alamat Jl. Kuningan
Persada kav. 4, Setiabudi Jakarta Selatan 12950;
b. Melalui Unit Pengendalian Gratifikasi (UPG) di instansi;
c. E-mail ke pelaporan.gratifikasi@kpk.go.id ;
d. Faksimili ke 021-5289-2459;
e. Website pelaporan online: https://gol.kpk.go.id

Laporan gratifikasi wajib disampaikan kepada KPK paling lambat 30 hari kerja
sejak gratifikasi diterima. Atau jika sudah terdapat Unit Pengendali Gratifikasi
(UPG) di instansi Pn/PN dapat melaporkan pada KPK melalui UPG paling lambat
7 hari kerja sejak gratifikasi diterima.

14
Pengenalan Gratifikasi

Apakah saya bisa menyampaikan laporan Q


pengaduan gratifikasi yang diterima oleh
orang lain?

Jika ingin menyampaikan laporan pengaduan gratifikasi yang diterima oleh


orang lain, maka kita dapat menggunakan mekanisme Pengaduan Masyarakat
dengan cara mengakses alamat berikut: www.kws.kpk.go.id.

R Pada saat melapor, apakah Gratifikasi yang


saya terima harus langsung diserahkan?

Pada saat melaporkan penerimaan gratifikasi, Pelapor wajib mengisi formulir


pelaporan gratifikasi dengan lengkap. Uang ataupun barang gratifikasi yang
diterima tidak harus langsung diserahkan pada saat penyerahan formulir.
Pelapor dapat menitipkan uang atau barang gratifikasi pada KPK.

Kewajiban penyerahan uang atau barang gratifikasi adalah 7 hari kerja terhitung
sejak tanggal penetapan status kepemilikan oleh KPK
(tanggal SK).

Barang gratifikasi dapat diambil


oleh KPK atas permintaan
Pelapor, atau dapat
dititipkan di Kantor
Pelayanan Kekayaan
Negara dan Lelang
(KPKNL) di wilayah
terdekat dengan
menginformasikan
kepada KPK.

15
Pengenalan Gratifikasi

Bagaimana mekanisme yang dilakukan oleh KPK S


setelah saya melaporkan penerimaan Gratifikasi?

Setiap laporan Gratifikasi yang disampaikan kepada KPK akan ditindaklanjuti


dan ditetapkan status kepemilikannya menjadi milik negara atau milik penerima
dalam waktu 30 Hari Kerja (HK). KPK akan melakukan klarifikasi dan verifikasi
kepada Pelapor.

MEKANISME PENANGANAN PELAPORAN GRATIFIKASI

1 Disampaikan melalui :

PENERIMA GRATIFIKASI Mengisi Formulir


(PELAPOR) Langsung Email Fax Surat Web Online
Diserahkan

SK diserahkan
4 ke Pelapor 2a Disampaikan melalui UPG (7 HK sejak gratifikasi diterima)
(7 HK setelah
ditetapkan) Disampaikan kepada KPK (30 HK sejak gratifikasi diterima) 2b

PROSES PENETAPAN STATUS GRATIFIKASI (30 HK)

UNIT PENGENDALIAN GRATIFIKASI


SK Penetapan Review Hasil Analisis atas
Gratifikasi i Dokumen Rekapitulasi Laporan
& Review
5
Rekapitulasi
Verifikasi Laporan &
ii Review (14 HK)
Kelengkapan

Gratifikasi Milik
Negara 3
(Diserahkan 7 HK
sejak SK ditetapkan)
6

KPKNL
Kemenkeu
iii ii i

Permintaan Data Analisis dan Verifikasi


dan Keterangan Penetapan Status Kelengkapan
Rekening
Kas Negara

16
Pengenalan Gratifikasi

Bolehkah saya memiliki barang gratifikasi yang T


telah saya laporkan?

Boleh.

Barang gratifikasi yang telah ditetapkan menjadi milik negara dapat


dimiliki oleh Pelapor dengan cara menggantinya dengan uang
senilai barang tersebut.

MEKANISME PENGGANTIAN BARANG GRATIFIKASI

Pelapor menyampaikan
1 keinginannya untuk
4
memiliki barang
gratifikasi dengan
Rp
mengganti sejumlah
uang ketika dilakukan
proses klarifikasi dan
verifikasi. KPK mengeluarkan SK gratifikasi
milik negara yang dapat diganti
dengan sejumlah uang.

2 Pelapor menyerahkan
5
barang gratifikasi
kepada KPK untuk
keperluan penaksiran.

3 Pelapor menyetorkan uang


pengganti kepada KPK dan
KPK memroses laporan
memperoleh barang gratifikasi
dan nilai barang.
yang dimaksud.

17
Pengenalan Gratifikasi

Apakah Pelapor gratifikasi dilindungi U


secara hukum?

Pelapor gratifikasi berhak mendapatkan perlindungan dari berbagai bentuk


tekanan akibat laporan yang disampaikan. Perlindungan dilakukan oleh KPK
mulai dari perlindungan kerahasiaan informasi Pelapor (identitas Pelapor) dan
dapat bekerjasama dengan LPSK atau institusi lain yang berwenang.

V Apakah pemberi gratifikasi diberi sanksi?

Tidak semua pemberi gratifikasi dapat diberikan sanksi, kecuali


memenuhi unsur tindak pidana suap.

Ketentuan ini diatur pada UU Tipikor Pasal 5 ayat (1) dengan ancaman
hukuman penjara antara 1 sampai 5 tahun dan Pasal 13 dengan
ancaman hukuman penjara maksimal 3 tahun.

Setelah diputuskan KPK menjadi Milik Negara, W


siapa yang membiayai pengiriman barang gratifikasi
tersebut?

Pelapor menyerahkan barang gratifikasi kepada KPK setelah diputuskan menjadi


Milik Negara. Penyerahan dapat dilakukan secara langsung atau melalui jasa
pengiriman. Biaya terkait pengiriman barang gratifikasi dapat ditanggung oleh
KPK.

18
Pengenalan Gratifikasi

Apa yang dilakukan KPK terhadap X


gratifikasi yang telah diserahkan?

KPK menyetorkan gratifikasi dalam bentuk uang ke rekening kas negara dan
dicatat sebagai penerimaan negara.
Jika berupa barang, KPK menyerahkan kepada Kementerian Keuangan melalui
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) untuk dilelang. Hasil lelang dicatat
sebagai penerimaan negara.

Y Apakah saya diperbolehkan mengikuti lelang


barang gratifikasi?

Seluruh masyarakat diperbolehkan mengikuti lelang barang gratifikasi. Informasi


dan tata cara lelang dapat dilihat di website Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
Kementerian Keuangan RI, pengumuman di media cetak atau media lainnya.

Dimana saya bisa mendapatkan informasi Z


gratifikasi?

Informasi tentang gratifikasi dapat diperoleh melalui:


Aplikasi GRATis di Google Play dan App Store
E-learning Gratifikasi di http://www.kpk.go.id/gratifikasi
Website pelaporan online : https://gol.kpk.go.id
Direktorat Gratifikasi KPK
Jl. Kuningan Persada Kav. 4, Setiabudi Jakarta Selatan 12950
Telp. : 021-2557-8440/8448
Call Centre : 0855 8845 678
Fax : 021-5289-2459
E-mail : pelaporan.gratifikasi@kpk.go.id
Unit Pengendalian Gratifikasi (UPG) pada instansi masing-masing

19
KENALI LEBIH JAUH TENTANG

GRATIFIKASI
Dengan mengunduh aplikasi GRATis* di Gadget Anda

Dapat di download di :

Keyword : GRATis,KPK,Gratifikasi

*Gratifikasi, Informasi dan Sosialisasi


SOLUSI MEMAHAMI

GRATIFIKASI
Dengan mengakses e-learning Gratifikasi di PC, Laptop dan Gadget Anda

Yuk, belajar gratifikasi


dengan gembira!

http://kpk.go.id/gratifikasi
Dapat di download di :

Keyword : GRATis,KPK,Gratifikasi

Pelaporan online
https://gol.kpk.go.id

e-learning
http://www.kpk.go.id/gratifikasi

Direktorat Gratifikasi KPK


Jl. Kuningan Persada Kav. 4, Setiabudi Jakarta Selatan 12950
Telp. (021) 2557 8440 / 8448, 0855 8845 678
www.kpk.go.id/gratifikasi
PENGENDALIAN
GRATIFIKASI

Membangun Budaya Anti Gratifikasi


Daftar Isi
Bagian 2 : Pengendalian Gratifikasi (A to Z)
A Apa yang dimaksud dengan 2 N Apakah penerapan pengendalian 9
pengendalian gratifikasi? gratifikasi membutuhkan alokasi
anggaran?
B Apa manfaat pengendalian gratifikasi? 2
O Apa yang dapat dilakukan instansi agar 9
C Bagaimana tahapan dalam 3 pegawai menaati aturan gratifikasi?
menerapkan pengendalian gratifikasi?
P Apa hubungannya Pengendalian 10
D Siapa saja yang harus terlibat dalam 4 Gratifikasi dengan program
penerapan pengendalian gratifikasi? pemerintah lainnya?

E Apa peran pimpinan instansi dalam 4 Q Apakah pihak swasta dan mitra kerja 10
pembangunan Pengendalian menjadi bagian dari pengendalian
Gratifikasi? gratifikasi?

F Apa yang dimaksud dengan Komitmen 4 R Apa wujud keterlibatan pihak swasta 11
Pengendalian Gratifikasi? dalam pengendalian gratifikasi?

G Apa saja isi Komitmen Pengendalian 5 S Apa peran masyarakat dan organisasi 11
Gratifikasi? masyarakat sipil dalam penerapan
pengendalian gratifikasi?
H Apakah instansi harus memiliki aturan 6
internal Pengendalian Gratifikasi? T Apa peran KPK dalam pembangunan 12
pengendalian gratifikasi?
I Apa saja isi dari Aturan Pengendalian 6
Gratifikasi? U Apa ukuran keberhasilan penerapan 12
Pengendalian Gratifikasi?
J Apakah Unit Pengendalian Gratifikasi 7
(UPG) penting dimiliki instansi? V Apa hubungannya pengendalian 12
gratifikasi dengan perubahan budaya?
K Apakah UPG harus berbentuk unit 7
khusus? W Apa yang dimaksud dengan Budaya 13
Anti Gratifikasi?
L Apa Tugas UPG? 8
X Apa peranan dari 5 (lima) komponen 14
M Apa peran pegawai dalam 8 budaya anti gratifikasi tersebut?
keberhasilan penerapan pengendalian
gratifikasi? Y Bagaimana cara mewujudkan Budaya 15
Anti Gratifikasi?

Z Instansi mana saja yang telah 15


menerapkan Pengendalian Gratifikasi?
Apa yang dimaksud dengan A
pengendalian gratifikasi?

Pengendalian gratifikasi adalah bagian dari upaya pembangunan suatu sistem


pencegahan korupsi. Sistem ini bertujuan untuk mengendalikan penerimaan
gratifikasi secara transparan dan akuntabel melalui serangkaian kegiatan yang
melibatkan partisipasi aktif badan pemerintahan, dunia usaha dan masyarakat
untuk membentuk lingkungan pengendalian gratifikasi.

B
Apa manfaat pengendalian gratifikasi?

Manfaat bagi individu:


• Membentuk pegawai
yang berintegritas
• Meningkatkan kesadaran
pegawai untuk menolak
gratifikasi

Manfaat bagi instansi:


• Membentuk citra positif
dan kredibilitas instansi
• Mendukung terciptanya
lingkungan pengendalian
yang kondusif dalam
pencegahan korupsi
TINGKAT KEPERCAYAAN PUBLIK
Manfaat bagi masyarakat:
• Memperoleh layanan dengan
baik tanpa memberikan
gratifikasi maupun uang
pelicin, suap dan pemerasan

3
Bagaimana tahapan dalam menerapkan C
Pengendalian Gratifikasi?

Terdapat 4 tahapan utama dalam penerapan Pengendalian Gratifikasi yaitu:

AP
TAH
4
AP
TAH
3
AP
TAH
2 ng
onitori i
M luas
a
& Ev dalian
tuka
n gen
be n Pen tifikasi
AP Pem Unit Gra
TAH lian
enda
1 g
Pen tifikasi
Gra G)
sun
an (UP
y u
Pen uran
At alian
d
gen
Pen tifikasi
n Gra
m itme n
Ko pina
Pim
dari tansi
Ins
4
Siapa saja yang harus terlibat dalam penerapan D
Pengendalian Gratifikasi?

Pimpinan instansi bertanggungjawab atas penerapan pengendalian gratifikasi


dengan cara merealisasikan 4 (empat) tahapan pengendalian gratifikasi dan
memberikan contoh teladan penolakan gratifikasi.
Agar penerapan pengendalian gratifikasi lebih optimal dibutuhkan peran serta
aktif dari seluruh pegawai instansi dan pemangku kepentingan.

E Apa peran pimpinan instansi dalam pembangunan


Pengendalian Gratifikasi?

Pimpinan instansi berperan penting sebagai teladan yang memberikan contoh


dan mendorong pembangunan dan penerapan pengendalian gratifikasi di
lingkungannya secara berkesinambungan. Peran ini dikenal dengan istilah
tone from the top

Apa yang dimaksud dengan Komitmen F


Pengendalian Gratifikasi?

Komitmen Pengendalian Gratifikasi merupakan salah satu tahapan penerapan


pengendalian gratifikasi. Bentuknya berupa pernyataan resmi pimpinan instansi
secara tertulis untuk menerapkan pengendalian gratifikasi. Pernyataan tersebut
disampaikan kepada seluruh jajaran pejabat dan pegawai suatu instansi, rekanan
serta para pemangku kepentingan lainnya.

5
Apa saja isi Komitmen Pengendalian Gratifikasi?
G

Komitmen Pengendalian Gratifikasi berisi antara lain:


a) Tidak menawarkan atau memberikan suap, gratifikasi atau uang pelicin dalam
bentuk apapun kepada lembaga negara/pemerintah, perseorangan atau
kelembagaan, perusahaan domestik atau asing;
b) Tidak menerima gratifikasi yang dianggap suap dalam bentuk apapun terkait
dengan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya;
c) Menerapkan dan melaksanakan fungsi pengendalian gratifikasi, termasuk
melalui pembentukan Unit Pengendali Gratifikasi (UPG);
d) Menyediakan sumber daya yang diperlukan dalam pelaksanaan
pengendalian gratifikasi;
e) Menjaga kerahasiaan data pelapor dan memberikan jaminan perlindungan
bagi pelapor gratifikasi;
f ) Mengupayakan pencegahan korupsi dan/atau gratifikasi yang dianggap suap
di lingkungannya.

6
Apakah instansi harus memiliki aturan H
internal Pengendalian Gratifikasi?

Ya. Aturan internal diperlukan untuk memberikan ketentuan yang jelas tentang
gratifikasi yang tidak wajib dilaporkan, dasar pembentukan UPG, memudahkan
prosedur pelaporan serta perlindungan hukum bagi pimpinan dan pegawai di
instansi yang menerapkan pengendalian gratifikasi.

I
Apa saja isi dari Aturan Pengendalian Gratifikasi?

Aturan Pengendalian Gratifikasi memuat hal-hal berikut :

1. Prinsip dasar pengendalian gratifikasi;


Yaitu tidak menerima, tidak memberi dan menolak pemberian gratifikasi
yang berhubungan dengan jabatan dan berlawanan dengan tugas/
kewajibannya.
2. Jenis-jenis gratifikasi yang wajib dilaporkan;
Memuat jenis gratifikasi yang wajib dilaporkan kepada KPK dan/atau instansi.
3. Jenis-jenis gratifikasi yang tidak wajib dilaporkan;
Memuat jenis gratifikasi yang tidak wajib dilaporkan kepada KPK
dan/atau instansi.
4. Mekanisme dan tata cara pelaporan gratifikasi;
Menjelaskan prosedur dan tata cara pelaporan gratifikasi kepada KPK
dan/atau instansi.
5. Unit Pengendalian Gratifikasi;
Menguraikan tugas dan kewenangan unit pelaksana fungsi pengendalian
gratifikasi di instansi.
6. Perlindungan bagi Pelapor;
Menjelaskan jaminan perlindungan dan kerahasiaan pegawai
negeri dan penyelenggara negara yang melaporkan penerimaan
gratifikasi.

7
7. Penghargaan dan Sanksi;
Menjelaskan penghargaan bagi pegawai negeri dan penyelenggara negara
yang patuh terhadap aturan pengendalian gratifikasi dan sebaliknya.
8. Penyediaan sumber daya yang dibutuhkan
Menyediakan sumber daya yang dibutuhkan dalam melaksanakan
pengendalian gratifikasi, antara lain sumber daya manusia, anggaran serta
sarana dan prasarana pendukung.

Apakah Unit Pengendalian Gratifikasi J


(UPG) penting dimiliki instansi?

UPG berperan sebagai motor penggerak kegiatan pengendalian gratifikasi.


Kehadiran UPG dapat mengurangi tekanan psikologis untuk melaporkan
gratifikasi kepada KPK karena penerima gratifikasi cukup melapor ke UPG.
UPG juga dapat menjadi perpanjangan tangan KPK dalam hal pusat informasi
gratifikasi. Selain itu, UPG berperan sebagai unit yang memberikan masukan
kepada pimpinan lembaga untuk memperbaiki area yang rawan gratifikasi
atau korupsi.

K
Apakah UPG harus berbentuk unit khusus?

UPG dapat berupa unit khusus/unit tambahan yang ada dalam struktur
organisasi ataupun secara fungsi melekat dalam fungsi kepatuhan atau fungsi
pengawasan internal.

8
Apa tugas UPG?
L

Tugas-tugas UPG antara lain:


a) Mempersiapkan perangkat aturan, petunjuk teknis dan kebutuhan
lain yang sejenis untuk mendukung penerapan pengendalian
gratifikasi;
b) Menerima, menganalisa dan mengadministrasikan laporan
penerimaan dan penolakan gratifikasi dari Pn/PN;
c) Meneruskan laporan penerimaan gratifikasi kepada KPK;
d) Melaporkan rekapitulasi laporan gratifikasi secara periodik kepada KPK;
e) Menyampaikan hasil pengelolaan laporan gratifikasi dan usulan kebijakan
pengendalian gratifikasi kepada instansi;
f ) Melakukan sosialisasi aturan gratifikasi kepada pihak internal dan eksternal
instansi;
g) Melakukan pengelolaan barang gratifikasi yang menjadi kewenangan
instansi;
h) Melakukan pemetaan titik rawan penerimaan dan pemberian gratifikasi; dan
i) Melakukan monitoring dan evaluasi penerapan pengendalian gratifikasi
bersama KPK.

Apa peran pegawai dalam keberhasilan M


penerapan Pengendalian Gratifikasi?

Pegawai berperan aktif melaksanakan komitmen pengendalian gratifikasi


antara lain dengan menolak gratifikasi yang dianggap suap, melaporkan
penerimaan gratifikasi terutama terkait dengan pelayanan publik yang
diberikan, memberikan pemahaman kepada rekan atau mitra kerja
terkait aturan gratifikasi dan saling mengapresiasi atau menghargai
sesama rekan kerja yang melaporkan penerimaan gratifikasi.

Selain itu diharapkan pegawai melaporkan setiap pelanggaran hukum


bagi orang yang menerima gratifikasi namun tidak melaporkan kepada KPK.

9
Apakah penerapan Pengendalian Gratifikasi N
membutuhkan alokasi anggaran?

Dalam penerapan Pengendalian Gratifikasi dibutuhkan alokasi anggaran yang


digunakan untuk pembentukan perangkat pengendalian gratifikasi yakni aturan
dan UPG, pelaksanaan kegiatan UPG dan penyebaran/diseminasi informasi
gratifikasi.

O Apa yang dapat dilakukan instansi agar pegawai


menaati aturan gratifikasi?

a
Mensosialisasikan aturan gratifikasi
kepada seluruh pegawai serta mitra
kerja secara berkesinambungan.

c Memroses secara
internal pelanggaran
terhadap aturan
gratifikasi dan

b Memberikan penghargaan
dan menjamin perlindungan
menjatuhkan
sanksi.
hukum kepada pegawai
yang melaporkan
penerimaan gratifikasi.

10
Apa hubungannya Pengendalian Gratifikasi P
dengan program pemerintah lainnya?

Pengendalian Gratifikasi sejalan dengan program pemerintah dalam upaya


pemberantasan korupsi sebagai berikut:
• Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), membantu terwujudnya salah
satu sub unsur lingkungan pengendalian yaitu penegakan integritas dan nilai
etika;
• Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi;
• Instruksi Presiden tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi;
• Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (ZI WBK) dan Wilayah
Birokrasi Bersih Melayani (WBBM);
• Good Corporate Governance (GCG), pengendalian gratifikasi mendukung
transparansi dan akuntabilitas yang merupakan nilai-nilai dalam GCG;
• Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 061/7737/SJ tanggal
30 Desember 2014 tentang Pembentukan Unit Pengendalian Gratifikasi
di Lingkungan Pemerintah Daerah.;
• dan program lainnya.

Q Apakah pihak swasta dan mitra kerja menjadi


bagian dari Pengendalian Gratifikasi?

Pihak swasta dan mitra kerja dapat


menjadi bagian penting dan pendukung
utama keberhasilan penerapan
Pengendalian Gratifikasi, yakni dengan
tidak memberikan dan menawarkan
gratifikasi kepada Pegawai Negeri/
Penyelenggara Negara.

11
Apa wujud keterlibatan pihak swasta dalam R
pengendalian gratifikasi?

a) Pihak swasta tidak memberi atau membiarkan terjadinya pemberian


gratifikasi, suap, atau uang pelicin kepada Pegawai Negeri/Penyelenggara
Negara dan agar korporasi membentuk lingkungan yang bersih dengan
meningkatkan integritas, pengawasan dan perbaikan sistem secara
berkelanjutan;
b) Membangun Tata Kelola Perusahaan yang Baik atau GCG
Dalam rangka membangun lingkungan korporasi yang bersih dan selalu
menjunjung tinggi etika beserta nilai-nilainya, diperlukan standar etik berupa
kode etik (code of ethic) dan/atau kode perilaku (code of conduct), serta
membangun elemen-elemen GCG lainnya seperti pengendalian gratifikasi,
pelaporan kekayaan, whistle blower system, mitigasi risiko, dan sebagainya;
c) Melaporkan upaya permintaan gratifikasi dari Pihak Pemerintah/
Kementerian/ Lembaga;
d) Menjadi bagian koalisi anti korupsi;
e) Mematuhi segala ketentuan hukum dan perundang-undangan.

S Apa peran masyarakat dan organisasi masyarakat


sipil dalam penerapan pengendalian gratifikasi?

a) Tidak memberikan gratifikasi kepada Pegawai Negeri/Penyelenggara Negara


yang berhubungan dengan jabatan;
b) Menolak permintaan gratifikasi dari Pegawai Negeri/Penyelenggara Negara;
c) Melaporkan kepada instansi yang berwenang jika mengetahui praktik
gratifikasi yang dilarang.

Peran organisasi masyarakat sipil, yaitu mengawasi pelaksanaan


pelayanan publik dan memfasilitasi pengaduan atau keluhan terkait
gratifikasi kepada KPK, penegak hukum dan instansi yang berwenang.

12
Apa peran KPK dalam pembangunan T
Pengendalian Gratifikasi?

KPK berperan sebagai fasilitator dalam pembangunan Pengendalian Gratifikasi


di kementerian/lembaga sebagai upaya pencegahan tindak pidana korupsi.
Peran yang dilakukan KPK antara lain: memberikan bimbingan teknis dan
asistensi terkait aturan gratifikasi, pembentukan UPG, serta monitoring dan
evaluasi penerapan Pengendalian Gratifikasi.

U Apa ukuran keberhasilan penerapan Pengendalian


Gratifikasi?

Keberhasilan Pengendalian Gratifikasi ditunjukkan dengan terciptanya


Budaya Anti Gratifikasi yang tercermin dari tingkat pemahaman dan
kepatuhan pejabat dan pegawai suatu instansi terhadap aturan
gratifikasi. Bentuk nyata dari budaya anti gratifikasi yaitu sikap
menolak gratifikasi yang dilarang, melaporkan penerimaan gratifikasi,
mampu memberikan pemahaman aturan gratifikasi kepada orang lain,
serta mengapresiasi Pelapor gratifikasi di lingkungannya.

Apa hubungannya pengendalian V


gratifikasi dengan perubahan budaya?

Dengan penerapan pengendalian gratifikasi di instansi diharapkan dapat


mengubah budaya permisif penerimaan atau pemberian gratifikasi yang
dilarang, menjadi budaya menolak pemberian gratifikasi (budaya anti
gratifikasi).

13
W
Apa yang dimaksud dengan Budaya Anti Gratifikasi?

Budaya Anti Gratifikasi adalah suatu cara hidup di masyarakat untuk tidak
memberikan dan tidak menerima gratifikasi sehubungan dengan jabatan, tugas
atau kewenangan seseorang.

Budaya Anti Gratifikasi terbentuk dengan sinergi lima komponen yang


terdiri dari Pegawai Negeri dan Penyelenggara Negara, lembaga pemerintah,
masyarakat, pihak swasta serta organisasi masyarakat sipil.

Pegawai Negeri /
Penyelenggara
Negara

Organisasi Lembaga
Masyarakat Pemerintah
Sipil

Budaya
Anti Gratifikasi

Swasta Masyarakat

Membangun Budaya Anti Gratifikasi perlu melibatkan


LIMA elemen penting pemangku kepentingan

14
Apa peranan dari 5 (lima) komponen budaya X
anti gratifikasi tersebut?

Berikut ini dijabarkan peran dari masing-masing komponen pendukung Budaya


Anti Gratifikasi, mulai dari Pegawai Negeri dan Penyelenggara Negara yang
tidak menerima gratifikasi atau melaporkan gratifikasi yang diterimanya sampai
dengan organisasi masyarakat sipil untuk mengawasi pelaksanaan terhadap
pelayanan publik.

Pegawai Negeri / Penyelenggara Negara


Memahami dan patuh terhadap aturan gratifikasi

Lembaga Pemerintahan
Membangun lingkungan yang bebas dan bersih dari
gratifikasi, melalui pelembagaan pengendalian gratifikasi

MasyarakaT
Tidak memberi gratifikasi kepada Pegawai
Negeri/ Penyelenggara Negara

SWASTA
Melakukan praktik bisnis yang bersih dari
gratifikasi, suap dan uang pelicin

Organisasi Masyarakat Sipil


Mengawasi pelaksanaan pelayanan publik

15
Bagaimana cara mewujudkan Budaya Anti Y
Gratifikasi?

Budaya Anti Gratifikasi dapat diwujudkan dengan cara:


• Meningkatkan pemahaman Pegawai Negeri dan Penyelenggara Negara agar
tidak menerima gratifikasi terkait jabatan, tugas, atau kewenangannya;
• Mendorong lembaga pemerintahan menciptakan lingkungan yang bersih dari
gratifikasi dengan cara menerapkan Pengendalian Gratifikasi;
• Memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk tidak memberi gratifikasi
kepada Pegawai Negeri dan Penyelenggara Negara;
• Mengajak pihak swasta untuk melakukan praktik bisnis yang bersih dari
gratifikasi, suap dan uang pelicin;
• Mendorong organisasi masyarakat sipil untuk mengawasi pelayanan publik
sehingga bebas dari praktik gratifikasi dan pungutan liar.

Budaya Anti Gratifikasi, diharapkan mengubah perilaku kita agar membiasakan


hal yang benar dan bukan membenarkan hal yang biasa.

Z Instansi mana saja yang telah menerapkan


Pengendalian Gratifikasi?

Terdapat ratusan instansi yang telah menerapkan pengendalian gratifikasi baik


Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, BUMN/BUMD.
Institusi tersebut secara detil dapat dilihat di website : www.kpk.go.id/gratifikasi

Informasi tentang gratifikasi dapat diperoleh melalui:

Aplikasi GRATis di Google Play dan App Store


E-learning Gratifikasi di http://www.kpk.go.id/gratifikasi
Website pelaporan online : https://gol.kpk.go.id
Direktorat Gratifikasi KPK
Jl. Kuningan Persada Kav. 4, Setiabudi Jakarta Selatan 12950
Telp. : 021-2557-8440/8448
Call Centre : 0855 8845 678
Fax : 021-5289-2459
E-mail : pelaporan.gratifikasi@kpk.go.id
Unit Pengendalian Gratifikasi (UPG) pada instansi masing-masing
16
SOLUSI MEMAHAMI

GRATIFIKASI
Kenali lebih jauh tentang Gratifikasi dengan mengunduh aplikasi GRATis*
atau mengakses e-learning Gratifikasi di PC, Laptop atau Gadget Anda

Dapat di download di :

Keyword : GRATis,KPK,Gratifikasi

Yuk, belajar gratifikasi


dengan gembira!

http://kpk.go.id/gratifikasi
*Gratifikasi, Informasi dan Sosialisasi
Dapat di download di :

Keyword : GRATis,KPK,Gratifikasi

Pelaporan online
https://gol.kpk.go.id

e-learning
http://www.kpk.go.id/gratifikasi

Direktorat Gratifikasi KPK


Jl. Kuningan Persada Kav. 4, Setiabudi Jakarta Selatan 12950
Telp. (021) 2557 8440 / 8448, 0855 8845 678
www.kpk.go.id/gratifikasi
Membangun
Budaya
Anti Gratifikasi

MENGENAL
GRATIFIKASI
Hai Grato, jelasin dong apa
itu gratifikasi?

Gratifikasi adalah semua pemberian yang diterima oleh Pegawai


Negeri atau Penyelenggara Negara (Pn/PN). Oleh karena itu gratifikasi
memiliki arti yang netral, sehingga tidak semua gratifikasi merupakan hal
yang dilarang atau sesuatu yang salah. Gratifikasi adalah pemberian dalam arti
luas yang meliputi pemberian uang, barang, rabat (diskon), komisi, pinjaman tanpa
bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-
cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik diterima di dalam negeri maupun di
luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana
elektronik.
Penjelasan Pasal 12B UU No. 20/2001 tentang Perubahan atas UU No.31/1999.

Grato, bagaimana sikap pegawai


negeri atau penyelenggara negara jika
menerima gratifikasi?

Tindakan yang harus dilakukan pegawai negeri dan


penyelenggara negara adalah MENOLAK PEMBERIAN
tersebut. Jika pada kondisi tertentu pegawai negeri dan
penyelenggara negara tidak dapat menolaknya, misalnya
gratifikasi disampaikan melalui perantara istri/suami/
anak, identitas pemberi tidak diketahui, atau demi
menjaga hubungan baik dengan pemberi, maka pegawai negeri dan
penyelenggara negara wajib MELAPORKAN penerimaan gratifikasi
tersebut kepada KPK dalam waktu maksimal 30 hari kerja sejak
tanggal penerimaan. Penolakan terhadap gratifikasi akan
membangun kebiasaan dan budaya anti gratifikasi.
Halo Grato, saya pegawai honorer di
kantor kabupaten, bukan pegawai
negeri sipil. Apakah saya juga harus
tunduk dengan ketentuan gratifikasi?

Kebanyakan orang awam beranggapan bahwa yang dimaksud Pegawai


Negeri hanyalah Pegawai Negeri Sipil (PNS), namun Undang-Undang mengatur
lebih luas bahwa Pegawai Negeri meliputi :
1.
1 Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau yang saat ini disebut Aparatur Sipil Negara (ASN);
2.
2 Pejabat publik (pemangku jabatan/ambtenaar);
3.
3 Orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan negara atau daerah;
4.
4 Orang yang menerima gaji atau upah dari suatu korporasi yang
menerima bantuan dari keuangan negara atau daerah; atau
5.
5 Orang yang menerima gaji atau upah dari korporasi lain yang
mempergunakan modal atau fasilitas dari negara atau masyarakat.
Mengingat Anda adalah pegawai
honorer yang mendapat gaji atau
upah dari keuangan daerah maka
Anda dapat dikategorikan
sebagai pegawai negeri.
Sehingga Anda wajib
melaporkan penerimaan
gratifikasi kepada KPK.
Saya sudah melaporkan penerimaan
gratifikasi berupa kain tenun dari
rekanan. Jika telah ditetapkan menjadi
milik negara, apakah saya dapat
menggantinya dengan uang?

Tentu saja bisa.

Barang gratifikasi yang telah ditetapkan menjadi milik negara


dapat dimiliki oleh Pelapor dengan cara menggantinya dengan
uang senilai barang tersebut.

Grato, saya terima laptop dari vendor yang


dikirimkan ke rumah. Saya sudah melaporkannya
ke KPK, tetapi laptopnya masih saya simpan.
Bagaimana dong solusinya?

Pada saat melaporkan penerimaan gratifikasi, Anda


wajib mengisi formulir pelaporan gratifikasi dengan
lengkap. Namun, barang gratifikasi yang diterima
tidak harus diserahkan pada saat menyampaikan
laporan ke KPK.

Jika telah ditetapkan menjadi milik negara,


Anda akan menerima Surat Keputusan
Penetapan Status Kepemilikan Gratifikasi.
Kewajiban penyerahan uang atau barang gratifikasi adalah
7 hari kerja sejak tanggal SK, biaya pengiriman dapat
diganti oleh KPK.
Grato, apakah ada batasan nilai
gratifikasi yang boleh diterima?

Seringkali ada persinggungan antara gratifikasi dengan aspek budaya,


adat istiadat, agama dan hubungan baik sehari-hari yang sama sekali
tidak berhubungan dengan jabatan. Sehingga dalam batasan nilai tertentu,
dan dalam kondisi khusus terdapat batasan nilai wajar gratifikasi yang dapat
diterima sehingga tidak wajib dilaporkan kepada KPK.
Simak 4 bentuk gratifikasi tambahan yang tidak wajib dilaporkan di bawah ini:
1.
1 Hadiah (tanda kasih) dalam bentuk uang atau barang yang memiliki nilai jual
dalam penyelenggaraan pesta pernikahan, kelahiran, aqiqah, baptis, khitanan,
dan potong gigi, atau upacara adat/agama lainnya dengan batasan nilai per
pemberi dalam setiap acara paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).
2.
2 Pemberian terkait dengan musibah atau bencana yang dialami oleh
penerima, bapak/ibu/ mertua, suami/istri, atau anak penerima gratifikasi
paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah);
3.
3 Pemberian sesama pegawai dalam rangka pisah sambut, pensiun, promosi
jabatan, dan ulang tahun yang tidak dalam bentuk uang atau tidak
berbentuk setara uang yang paling banyak Rp300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah)
per pemberian per orang dengan total pemberian Rp1.000.000,00 (satu juta
rupiah) dalam 1 (satu) tahun dari pemberi yang sama;
4. Pemberian sesama rekan kerja tidak dalam bentuk uang atau tidak berbentuk
4
setara uang (cek, bilyet giro, saham, deposito, voucher, pulsa, dan lain-lain)
paling banyak Rp200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) per pemberian per orang
dengan total pemberian maksimal Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) dalam
1 (satu) tahun dari pemberi yang sama.
Batasan nilai tersebut tidak berlaku untuk kondisi selain 4 bentuk
gratifikasi di atas. Misalnya jika Anda menerima pemberian dengan
jumlah diatas Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) per pemberian
per orang pada saat penyelenggaraan pesta perkawinan, maka
yang wajib dilaporkan ke KPK adalah hanya penerimaan di
atas Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) tersebut.
Grato, Apakah semua penerimaan
gratifikasi oleh pegawai negeri
atau penyelenggara negara wajib
dilaporkan?
Tentu saja tidak. Penerimaan yang tidak ada hubungan sama sekali
dengan jabatan atau pekerjaan tentu diluar maksud gratifikasi yang
diatur di Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ataupun
Undang Undang KPK. Berikut adalah bentuk-bentuk gratifikasi yang tidak wajib
dilaporkan:
1.
1 Pemberian karena hubungan keluarga, yaitu kakek/nenek, bapak/ibu/mertua,
suami/istri, anak/menantu, cucu, besan, paman/bibi, kakak/adik/ipar,sepupu dan
keponakan, sepanjang tidak memiliki konflik kepentingan;
Hidangan atau sajian yang berlaku umum;
2
3.
3 Prestasi akademis atau non akademis yang diikuti dengan menggunakan biaya
sendiri seperti kejuaraan, perlombaan atau kompetisi tidak terkait kedinasan;
4.
4 Keuntungan atau bunga dari penempatan dana, investasi atau
kepemilikan saham pribadi yang berlaku umum;
5.
5 Manfaat bagi seluruh peserta koperasi pegawai berdasarkan
keanggotaan koperasi pegawai negeri yang berlaku umum;
6 Seminar kit yang berbentuk seperangkat modul dan alat tulis serta
6.
sertifikat yang diperoleh dari kegiatan resmi kedinasan seperti rapat,
seminar, workshop, konferensi, pelatihan, atau kegiatan lain sejenis
yang berlaku umum;
7.
7 Penerimaan hadiah atau tunjangan baik berupa uang atau barang yang ada
kaitannya dengan peningkatan prestasi kerja yang diberikan oleh Pemerintah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
8.
8 Kompensasi atas profesi diluar kedinasan, yang tidak terkait dengan
tugas pokok dan fungsi dari pejabat/pegawai, tidak memiliki konflik
kepentingan dan tidak melanggar aturan internal instansi pegawai.

Jika pegawai negeri atau penyelenggara negara menerima


gratifikasi yang termasuk pada 8 jenis di atas, maka silahkan
diterima dan tidak wajib dilaporkan pada KPK.
SOLUSI MEMAHAMI
GRATIFIKASI
Kenali lebih jauh tentang Gratifikasi
dengan mengunduh aplikasi GRATis*
atau mengakses e-learning Gratifikasi
di PC, Laptop atau Gadget Anda.

*Gratifikasi, Informasi dan Sosialisasi

http://kpk.go.id/gratifikasi
http://www.kpk.go.id/gratifikasi

Dapat di download di :

Keyword : GRATis,KPK,Gratifikasi

Pelaporan online
https://gol.kpk.go.id

Direktorat Gratifikasi KPK


Jl. Kuningan Persada Kav. 4, Setiabudi
Jakarta Selatan 12950
Telp. (021) 2557 8440 / 8448,
0855 8845 678
www.kpk.go.id/gratifikasi
PENGENDALIAN
GRATIFIKASI

Membangun Budaya Anti Gratifikasi


Apa itu
pengendalian gratifikasi?
Pengendalian gratifikasi adalah bagian dari upaya
pembangunan suatu sistem pencegahan korupsi. Sistem
ini bertujuan untuk mengendalikan penerimaan gratifikasi
secara transparan dan akuntabel melalui serangkaian kegiatan yang
melibatkan partisipasi aktif badan pemerintahan, dunia usaha dan
masyarakat untuk membentuk lingkungan pengendalian gratifikasi.

Apa manfaat pengendalian


gratifikasi?
Manfaat bagi individu:
• Membentuk pegawai
yang berintegritas
• Meningkatkan kesadaran pegawai
untuk menolak gratifikasi

Manfaat bagi instansi:


• Membentuk citra positif
dan kredibilitas instansi
• Mendukung terciptanya lingkungan
pengendalian yang kondusif dalam
pencegahan korupsi

Manfaat bagi masyarakat:


• Memperoleh layanan dengan baik
tanpa memberikan gratifikasi maupun
uang pelicin, suap dan pemerasan
Bagaimana tahapan
dalam menerapkan Pengendalian
Gratifikasi?

AP
TAH
4
AP
TAH
3
ng
itori
AP Mon luasi
TAH a
& Ev dalian
2 gn
e
Pen tifikasi
Gra

kan
m bentu
AP Pe Unit
TAH lian
enda
1 g
Pen tifikasi
Gra G)
nan (UP
e nyusu an
P erap
n
& Pe uran
At alian
d
gen
n Pen tifikasi Terdapat 4 tahapan
itme Gra utama dalam penerapan
Kom pinan
Pim Pengendalian Gratifikasi
dari tansi
Ins
Apa yang dimaksud dengan
Komitmen Pengendalian Gratifikasi?
Komitmen Pengendalian Gratifikasi merupakan salah satu tahapan
penerapan pengendalian gratifikasi. Komitmen berbentuk pernyataan
resmi pimpinan instansi secara tertulis untuk menerapkan pengendalian
gratifikasi. Pernyataan tersebut disampaikan kepada seluruh jajaran pejabat
dan pegawai suatu instansi serta para pemangku kepentingan lainnya.

Apa saja Isi komitmen Pengendalian Gratifikasi?


Komitmen Pengendalian Gratifikasi berisi antara lain:
a) Tidak menawarkan atau memberikan suap, gratifikasi atau uang pelicin dalam
bentuk apapun kepada lembaga negara/pemerintah, perseorangan atau
kelembagaan, perusahaan domestik atau asing;
b) Tidak menerima gratifikasi yang dianggap suap
dalam bentuk apapun terkait dengan pelaksanaan
tugas pokok dan fungsinya;
c) Menerapkan dan melaksanakan fungsi
pengendalian gratifikasi, termasuk melalui
pembentukan Unit Pengendali Gratifikasi (UPG);
d) Menyediakan sumber daya yang diperlukan
dalam pelaksanaan pengendalian gratifikasi;
e) Menjaga kerahasiaan data pelapor dan memberikan
jaminan perlindungan bagi pelapor gratifikasi;
f ) Mengupayakan pencegahan korupsi dan/atau
gratifikasi yang dianggap suap di lingkungannya.
Apa tugas Unit Pengendalian Gratifikasi (UPG)?
Tugas-tugas UPG antara lain:
a) Mempersiapkan perangkat aturan, petunjuk teknis dan kebutuhan lain yang
sejenis untuk mendukung penerapan pengendalian gratifikasi;
b) Menerima, menganalisa dan mengadministrasikan laporan penerimaan dan
penolakan gratifikasi dari Pegawai Negeri dan Penyelenggara Negara;
c) Meneruskan laporan penerimaan gratifikasi kepada KPK;
d) Melaporkan rekapitulasi laporan gratifikasi secara periodik kepada KPK;
e) Menyampaikan hasil pengelolaan laporan gratifikasi dan usulan kebijakan
pengendalian gratifikasi kepada instansi;
f ) Melakukan sosialisasi aturan gratifikasi kepada pihak internal dan eksternal instansi;
g) Melakukan pengelolaan barang gratifikasi yang menjadi kewenangan instansi;
h) Melakukan pemetaan titik rawan penerimaan dan pemberian gratifikasi; dan
i) Melakukan monitoring dan evaluasi penerapan pengendalian gratifikasi
bersama KPK.
Apa saja isi dari
Aturan Pengendalian Gratifikasi?
1. Prinsip dasar pengendalian gratifikasi
tidak menerima, tidak memberi dan menolak
pemberian gratifikasi yang berhubungan dengan jabatan
dan berlawanan dengan tugas kewajibannya;
2. Jenis-jenis gratifikasi yang wajib dilaporkan
memuat jenis gratifikasi yang wajib dilaporkan
3. Jenis-jenis gratifikasi yang tidak wajib dilaporkan
memuat jenis gratifikasi yang tidak wajib dilaporkan
4. Mekanisme dan tata cara pelaporan gratifikasi
Menjelaskan prosedur dan tata cara pelaporan gratifikasi
kepada KPK dan/atau instansi
5. Unit Pengendalian Gratifikasi;
Menguraikan tugas dan kewenangan unit pelaksana fungsi
pengendalian gratifikasi di instansi
6. Perlindungan bagi Pelapor;
Menjelaskan jaminan perlindungan dan kerahasiaan pegawai
negeri dan penyelenggara negara yang melaporkan penerimaan
gratifikasi.
7. Penghargaan dan Sanksi;
Menjelaskan penghargaan bagi pegawai negeri dan penyelenggara negara yang
patuh terhadap aturan pengendalian gratifikasi dan sebaliknya.
8. Penyediaan sumber daya yang dibutuhkan
Menyediakan sumber daya yang dibutuhkan dalam melaksanakan pengendalian
gratifikasi, antara lain sumber daya manusia, anggaran serta sarana dan prasarana
pendukung.
Bagaimana agar semua
pihak berpartisipasi dalam
mengendalikan gratifikasi?

Pegawai Negeri /
Penyelenggara
Negara

Organisasi Lembaga
Masyarakat Pemerintah
Sipil

Budaya
Anti Gratifikasi

Swasta Masyarakat

Pegawai Negeri / Penyelenggara Negara


Memahami dan patuh terhadap aturan gratifikasi

Lembaga Pemerintahan
Membangun lingkungan yang bebas dan bersih dari
gratifikasi, melalui pelembagaan pengendalian gratifikasi

MasyarakaT
Tidak memberi gratifikasi kepada Pegawai
Negeri/ Penyelenggara Negara

SWASTA
Melakukan praktik bisnis yang bersih
dari gratifikasi, suap dan uang pelicin
www.kpk.go.id/gratifikasi

Dapat di download di :

Keyword : GRATis,KPK,Gratifikasi https://gol.kpk.go.id

Instansi mana saja yang telah menerapkan Pengendalian Gratifikasi?


Terdapat ratusan instansi yang telah menerapkan pengendalian gratifikasi baik
Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, BUMN/BUMD.
Institusi tersebut secara detil dapat dilihat di website :
www.kpk.go.id/gratifikasi

Dimana saya bisa belajar pengendalian gratifikasi secara mandiri?


Aplikasi GRATis di Google Play dan App Store
E-learning Gratifikasi di http://www.kpk.go.id/gratifikasi
E-mail : pelaporan.gratifikasi@kpk.go.id
Website pelaporan online : https://gol.kpk.go.id
Atau hubungi Direktorat Gratifikasi KPK
Jl. Kuningan Persada Kav. 4, Setiabudi Jakarta Selatan 12950
Telp : 021-2557-8440/8448, 0855 8845 678 , Fax : 021-5289-2459
1
2
Pokok Bahasan
Nilai-nilai anti korupsi dan prinsip-prinsip anti
korupsi

Sub Pokok Bahasan


1. Nilai-nilai anti korupsi
2. Prinsip-prinsip anti korupsi
Lingkungan /
Pribadi / Individu
System
A strong
motive to take
advantage of
privileges
Incapacity to
Environmental
prevent
stimulations
intention

Elemen
dasar
perilaku
korupsi
PERSONAL
DISPOSITION

SCHOOL
PARENT’S
EDUCATION
ROLE BEHAVIOR VALUES
VALUES

FAKTOR YANG SOCIAL AND


MEMPENGARUHI CULTURAL
SYSTEM
VALUES
Infographic Style
PERILAKU

NIAT NILAI

01 Perilaku korupsi terbentuk (salah satu dimensinya) dari


intention (niatan) 02 Agar seseorang berperilaku anti korupsi, maka sejak dini ia
harus memiliki sikap negatif terhadap perilaku dan pelaku
korupsi, dan pada saat yang sama bersikap positif
terhadap nilai-nilai kebaikan utama (virtues) anti korupsi.

Untuk mencegah tumbuhnya intensi melakukan korupsi,

03 maka perlu memperkuat perceived behavioral control.


Faktor ini dapat bersifat langsung atau tidak langsung
membentuk perilaku
Pendidikan Tinggi
Menjadi Orang Tua

Pendidikan Dasar /
Menengah
Pendidikan Anak
Usia Dini / Berbasis
Keluarga
Manusia Integral ?

Proses Pendidikan
INTEGRITAS
Berpikir, berkata, BERPERILAKU BERTINDAK
dengan baik dan benar serta memegang teguh KODE ETIK dg
prinsip prinsip moral

“LANDASAN 9 NILAI
INTEGRITAS-ANTI KORUPSI ”
Sudahkah Kita Berintegritas
KITA SENDIRILAH YANG
MEMUTUSKAN MENJADI
BAIK ATAU BURUK
NILAI – NILAI ANTI KORUPSI
PRINSIP ANTI KORUPSI
Prinsip-prinsip Anti Korupsi

Kewajaran Kontrol
Akuntabllitas Transparansi Kebijakkan Kebijakkan
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

1. AKUNTABILITAS

• Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan


pelaksanaan kerja.
• Semua lembaga mempertanggung jawabkan
kinerjanya sesuai aturan main baik dalam bentuk
konvensi (de facto) maupun konstitusi (de jure), baik
pada level budaya (individu dengan individu)
maupun pada level lembaga.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Nilai & Prinsip Anti-korupsi
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

AKUNTABILITAS

• Dalam pelaksanaannya, akuntabilitas harus dapat diukur


dan dipertanggungjawabkan melalui mekanisme pelaporan
dan pertanggungjawaban atas semua kegiatan yang
dilakukan.
• Evaluasi atas kinerja administrasi, proses pelaksanaan,
dampak dan manfaat yang diperoleh masyarakat baik
secara langsung maupun manfaat jangka panjang dari
sebuah kegiatan.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Nilai & Prinsip Anti-korupsi
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

AKUNTABILITAS

• Mahasiswa sebagai bagian dari civitas akademika


merupakan target pelaku penegakan akuntabilitas
masa kini dan masa depan.
• Dengan harapan bahwa integritas atau kesesuaian
antara aturan dengan pelaksanaan kerja pada diri
mahasiswa dapat semakin ditingkatkan.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Nilai & Prinsip Anti-korupsi
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

AKUNTABILITAS

• Prinsip akuntabilitas dapat mulai diterapkan oleh


mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari sebagai
mahasiswa di kampus.
• Misalnya program-program kegiatan kemahasiswaan
harus dibuat dengan mengindahkan aturan yang
berlaku di kampus dan dijalankan sesuai dengan
aturan.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Nilai & Prinsip Anti-korupsi
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

2. TRANSPARANSI

• Prinsip transparansi penting karena pemberantasan


korupsi dimulai dari transparansi dan mengharuskan
semua proses kebijakan dilakukan secara terbuka,
sehingga segala bentuk penyimpangan dapat diketahui
oleh publik (Prasojo : 2007).
• Transparansi menjadi pintu masuk sekaligus kontrol bagi
seluruh proses dinamika struktural kelembagaan.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Nilai & Prinsip Anti-korupsi
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

TRANSPARANSI

Dalam prosesnya, transparansi dibagi menjadi


lima yaitu:
• proses penganggaran,
• proses penyusunan kegiatan,
• proses pembahasan,
• proses pengawasan, dan
• proses evaluasi.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Nilai & Prinsip Anti-korupsi
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

TRANSPARANSI

• Prinsip transparansi dapat mulai diterapkan oleh


mahasiswa dalam kehidupan di kampus. Misalnya,
program kegiatan kemahasiswaan dan laporan
kegiatannya harus dapat diakses oleh seluruh
mahasiswa.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Nilai & Prinsip Anti-korupsi
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

3. KEWAJARAN

• Prinsip fairness atau kewajaran ini ditujukan untuk


mencegah terjadinya manipulasi (ketidakwajaran) dalam
penganggaran, baik dalam bentuk mark up maupun
ketidakwajaran lainnya.
• Sifat-sifat prinsip kewajaran ini terdiri dari lima hal penting
yaitu komprehensif dan disiplin, fleksibilitas, terprediksi,
kejujuran, dan informatif.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Nilai & Prinsip Anti-korupsi
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEWAJARAN

• Terprediksi berarti adanya ketetapan dalam


perencanaan atas dasar asas value for money untuk
menghindari defisit dalam tahun anggaran berjalan.
• Anggaran yang terprediksi merupakan cerminan dari
adanya prinsip fairness di dalam proses perencanaan
pembangunan.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Nilai & Prinsip Anti-korupsi
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

4. KEBIJAKAN

• Pembahasan mengenai prinsip ini ditujukan agar


mahasiswa dapat mengetahui dan memahami kebijakan
anti korupsi.
• Kebijakan ini berperan untuk mengatur tata interaksi agar
tidak terjadi penyimpangan yang dapat merugikan negara
dan masyarakat.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Nilai & Prinsip Anti-korupsi 1
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEBIJAKAN

• Kebijakan anti korupsi ini tidak selalu identik dengan


undang-undang anti-korupsi, namun bisa berupa undang-
undang kebebasan mengakses informasi, undang-undang
desentralisasi, undang-undang anti-monopoli, maupun
lainnya yang dapat memudahkan masyarakat mengetahui
sekaligus mengontrol terhadap kinerja dan penggunaan
anggaran negara oleh para pejabat negara.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Nilai & Prinsip Anti-korupsi
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEBIJAKAN

• Aspek-aspek kebijakan terdiri dari isi kebijakan, pembuat


kebijakan, pelaksana kebijakan, kultur kebijakan.
• Kebijakan anti-korupsi akan efektif apabila di dalamnya
terkandung unsur-unsur yang terkait dengan persoalan
korupsi dan kualitas dari isi kebijakan tergantung pada
kualitas dan integritas pembuatnya.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Nilai & Prinsip Anti-korupsi
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEBIJAKAN

• Kebijakan yang telah dibuat dapat berfungsi apabila


didukung oleh aktor-aktor penegak kebijakan yaitu
kepolisian, kejaksaan, pengadilan, pengacara, dan
lembaga pemasyarakatan.
• Eksistensi sebuah kebijakan tersebut terkait dengan nilai-
nilai, pemahaman, sikap, persepsi, dan kesadaran
masyarakat terhadap hukum atau undang-undang anti
korupsi.
• Lebih jauh lagi, kultur kebijakan ini akan menentukan
tingkat partisipasi masyarakat dalam pemberantasan
korupsi.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Nilai & Prinsip Anti-korupsi 4
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEBIJAKAN

• Prinsip kebijakan juga dapat mulai diterapkan oleh


mahasiswa dalam kehidupan di kampus.
• Misalnya, dalam membuat kebijakan atau aturan main
tentang kegiatan kemahasiswaan harus mengindahkan
seluruh aturan dan ketentuan yang berlaku di kampus.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Nilai & Prinsip Anti-korupsi
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

5. KONTROL KEBIJAKAN

• Kontrol kebijakan merupakan upaya agar


kebijakan yang dibuat betul-betul efektif dan
mengeliminasi semua bentuk korupsi.
• Bentuk kontrol kebijakan berupa partisipasi,
evolusi dan reformasi.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Nilai & Prinsip Anti-korupsi
MARI BERCERMIN DIRI

Refleksi terhadap aktualisasi nilai-nilai integritas


dalam kehidupan sehari-hari; di rumah, di tempat
kerja, di lingkungan sosial yang lebih luas
Apa itu Integritas menurut Anda ? Manfaat Integritas bagi Diri ?

Manfaat Integritas bagi lingkungan


sekitar Anda ?
(keluarga dan pekerjaan) REGULASI
• VS

MORAL INTEGRITY


INSPIRASI INTEGRITAS
Carilah...Tokoh yang Menjadi
Inspirasi Integritas Anda, lalu
ceritakanlah kepada rekan anda
kenapa anda mengidolakannya ?
Sebarkan
TOKOH INTEGRITAS
JADILAH PRIBADI YANG BERINTEGRITAS
KARENA BANGSA INI MEMBUTUHKAN KALIAN
SEBAGAI GENERASI PELURUS BANGSA INI………
DEMI MEMAJUKAN NEGARA INDONESIA DIKEMUDIAN HARI
THANK YOU
JADILAH ORANG BAIK BUKAN KARENA INGIN DI NILAI
BAIK TETAPI KARENA DIRIMULAH PRIBADI YANG BAIK
ETIKA & ANTI-KORUPSI

Week
14

NILAI DAN
PRINSIP ANTI-
“Lead the people KORUPSI
to the path
of uncorrupted”

Nilai &Prinsip Anti-korupsi 1


ETIKA & ANTI-KORUPSI

Kompetensi Dasar
1. Mahasiswa mampu menjelaskan Pokok Bahasan
nilai-nilai anti korupsi untuk Nilai-nilai anti korupsi dan
mengatasi faktor internal prinsip-prinsip anti korupsi
penyebab terjadinya korupsi;
2. Mahasiswa mampu menjelaskan
prinsip-prinsip anti korupsi yang Sub Pokok Bahasan
berpedoman pada nilai-nilai anti 1. Nilai-nilai anti korupsi
korupsi untuk mengatasi faktor
eksternal penyebab terjadinya 2. Prinsip-prinsip anti
korupsi agar korupsi tidak terjadi; korupsi
3. Mahasiswa mampu memberikan
contoh penerapan prinsip-prinsip
dan nilai-nilai anti korupsi dalam
suatu organisasi/institusi/
masyarakat untuk mencegah
terjadinya korupsi dalam setiap
kegiatannya.

Nilai &Prinsip Anti-korupsi 2


ETIKA & ANTI-KORUPSI

PENYEBAB KORUPSI

• Penyebab korupsi terdiri atas faktor internal


dan faktor eksternal.
• Faktor internal merupakan penyebab yang
datangnya dari diri pribadi atau individu
• Faktor eksternal berasal dari lingkungan atau
sistem.
• Pencegahan korupsi dapat dilakukan dengan
menghilangkan, atau setidaknya mengurangi,
kedua faktor penyebab tersebut.

Nilai & Prinsip Anti-korupsi 3


ETIKA & ANTI-KORUPSI

PENYEBAB KORUPSI

• Faktor internal sangat ditentukan oleh kuat


tidaknya nilai-nilai anti korupsi tertanam dalam
diri setiap individu.
• Nilai-nilai anti korupsi itu perlu diterapkan oleh
setiap individu untuk dapat mengatasi faktor
eksternal agar korupsi tidak terjadi.
• Untuk mencegah terjadinya faktor eksternal,
selain memiliki nilai-nilai anti korupsi, setiap
individu perlu memahami dengan mendalam
prinsip-prinsip anti korupsi

Nilai & Prinsip Anti-korupsi 4


ETIKA & ANTI-KORUPSI

A. NILAI-NILAI ANTI-KORUPSI

1 2 3
KEJUJURAN KEPEDULIAN KEMANDIRIAN

4 5 6
TANGGUNG
KEDISIPLINAN KERJA KERAS
JAWAB

7 8 9
KESEDERHANAAN KEBERANIAN KEADILAN

JUPE MANDI TANGKER KEBEDIL


Nilai & Prinsip Anti-korupsi 5
ETIKA & ANTI-KORUPSI

B. PRINSIP-PRINSIP ANTI-
KORUPSI

AKUNTABILITAS

TRANSPARANSI

KEWAJARAN

KEBIJAKAN

KONTROL KEBIJAKAN

Nilai & Prinsip Anti-korupsi 6


ETIKA & ANTI-KORUPSI

Selamat datang
generasi muda
anti-korupsi

Indonesia akan
lebih baik jika
tanpa korupsi

Nilai & Prinsip Anti-korupsi 7


BELAJAR INTEGRITAS KEPADA TOKOH BANGSA
PEDULI MANDIRI

DISIPLIN
JUJUR

NILAI-NILAI ANTI
KORUPSI
ADIL TANGGUNG
JAWAB

KERJA
BERANI
KERAS
SEDERHANA
Haji Agus Salim
“Leidein is Lijden,
Memimpin adalah Menderita”
Biografi
Nama Asli : Musyudul Haq
Tempat Lahir : Koto Gadang, Sumatera Barat
Tanggal Lahir : 8 Oktober 1883
Pendidikan :
• Europeeshe Lagere School (ELS)
• Hoogere Burger School (HBS)
Karier :
• Penerjemah di Konsulat Belanda (1906)
• Memperjuangkan kemerdekaan bersama Serikat Islam (1915)
• Jong Islamieten Bond (JIB)
• Seorang Jurnalis
• Mendirikan surat kabar Fadjar Asia
• Menteri muda luar negeri di Kabinet Sjahrir I dan II
• Menteri luar negeri di Kabinet Sjarifuddin dan Kabinet Hatta
Wafat : Jakarta, 4 November 1954
Kisah Hidup
Berdamai dengan Kemelaratan Tak Mendamba Istana
Mohammad Roem menyebut Agus Salim Semasa tinggal di Jakarta, ia berpindah-
sebagai manifestasi nyata dari prinsip Leiden pindah dari satu kontrakan ke kontrakan
is Lejden “memimpin adalah menderita” lain, yakni Gang Tanah Tinggi, Gang
yang dipopulerkan oleh Mr. Kasman Taopekong, Jatinegara, dan lainnya.
Singodimejo. Kebanyakan rumah yang dikontraknya pun
tidaklah luas dan nyaman. Tak jarang
Dibalik sosoknya yang mampu berbicara dan hanya memiliki satu kamar dan setiap
menulis secara sempurna sedikitnya dalam enam bulan sekali, disusun ulang tata letak
sembilan bahasa. Beliau adalah seorang yang barang-barangnya demi mengganti
bershaja. Kesahajaan ini yang oleh suasana.
Schermerhorn disebut sebagai kemelaratan.
Meski demikian, keluarga H. Agus Salim
Suatu ketika, di sebuah tempat di dataran tak mengeluh. Mereka selalu
Eropa, berkumpullah para diplomat dari mengedepankan syukur. Bila hujan tiba
pelbagai negara. Diantaranya hadir Agus dan atap bocor, Zainatun Nahar, istrinya,
Salim yang keberadaannya sangat kontras bergegas menaruh ember di tempat-
dengan lainnya. Bila para diplomat lain tempat yang bocor. Ia lalu mengajak anak-
berpenampilan necis, ia justru mengenakan anak mereka yang masih kecil membuat
jas berhiaskan beberapa jahitan di sana-sini. perahu dari kertas, dan asyiklah mereka
bermain perahu bersama.
Pada akhirnya, Agus Salim memiliki rumah
yang lantas bisa diwariskan kepada
anakanaknya. Rumah itu terletak di Tanah
Tinggi, Jakarta Pusat.
Nilai Integritas

SEDERHANA

KERJA KERAS
Baharuddin Lopa
“Menakar dengan Pikir dan
Hati, Menolak Apa Pun yang
Tak Masuk Dalam Takarannya”
Biografi
Nama Akrab : Barlop
Tempat Lahir : Mandar, Sulawesi Selatan
Tanggal Lahir : 27 Agustus 1935
Pendidikan :
• Fakultas Hukum Universitas Hasanudin
• Kursus Reguler Lemhanas
• Meraih gelar doktor di Universitas Diponegoro
Karier :
• Jaksa di Kejaksaan Negeri Makassar (1958-1960)
• Bupati Majene
• Kepala Kejaksaan Negeri Ternate (1964)
• Keoala Kejaksaan Tinggi Aceh
• Kepala Pusdiklat Kejaksaan Agung RI (1976-1982)
• Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan (1982-1986)
• Duta Besar RI untuk Arab Saudi
• Menteri Kehakiman dan Perundang-undangan (2001)
Wafat : 3 Juli 2001
Kisah Hidup
Fasilitas Bukan Milik Pribadi Tak Mendamba Istana
Segala sesuatu harus sesuai peruntukannya. Suatu ketika, sebagai Kepala Kejaksaan
Mobil dinas hanya untuk keperluan dinas, Tinggi Sulawesi Selatan, Lopa mengadakan
tak boleh untuk kepentingan pribadi. Bagi kunjungan ke sebuah kabupaten di wilayah
Baharuddin Lopa, itu prinsip yang sangat kerjanya. Dalam perjalanan pulang, Lopa
mendasar. Itu sebabnya, dia melarang istri tiba-tiba menyuruh ajudannya
dan ketujuh anaknya menggunakan mobil menghentikan mobil. Lopa bertanya
dinas untuk keperluan sehari-hari. kepada sang ajudan mengenai siapa yang
mengisi bensin. Mengetahui bahwa Jaksa
Suatu ketika, saat beliau diundang menjadi yang mengisikan bensin ke mobil itu, Lopa
saksi pernikahan, pada 1983. Ia bersama dan ajudan memutar kembali ke tempat
sang istri datang ke sana dengan sang jaksa dan memintanya menyedot
menumpang pete-pete, angkutan kota khas kembali bensin sesuai dengan jumlah yang
Makassar. diisikannya.
“Ini hari Minggu. Ini juga bukan acara dinas. “Saya punya uang jalan untuk beli bensin,
Jadi, saya tak boleh datang dengan mobil dan itu harus saya pakai,” seloroh Lopa.
kantor,” terang Lopa.
Sangat berhati-hati dan cermat sudah
Bukan hanya urusan mobil, soal telepon pun
menjadi kebiasaan Baharuddin Lopa. Bagi
Lopa sangat ketat. Di rumahnya, telepon
dia, tak ada urusan sepele.
dinas selalu dikunci. Bahkan, semasa
menjabat Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi
Selatan, dia sampai memasang telepon koin
di rumah dinasnya agar pemakaiannya
terpantau
Kisah Hidup
Bukan Tega Kepada Sahabat Hadiah Harusnya Untuk
Orang Susah
Sikap tegas yang diterapkan kepada diri Dalam kapasitas sebagai pejabat negara,
sendiri dan keluarga secara otomatis hadiah tak bisa diterima begitu saja karena
terbawa pula dalam menjalankan tugas. biasanya ada udang di balik batu.
Salah satu contoh ketegasan itu adalah saat Baharuddin Lopa adalah sosok yang sangat
Lopa mengusut kasus pengadaan fiktif alergi terhadap hadiah dalam bentuk apa
Alquran senilai Rp 2 juta yang melibatkan pun, baik yang diberikan oleh pejabat
Kepala Kanwil Agama Sulawesi Selatan K.H. bawahannya, pejabat dari instansi lain,
Badawi. Ia tak mau berkompromi meskipun maupun pengusaha.
Badawi adalah sahabatnya.
Ia selalu menolak dengan halus. Setiap
Dalam kasus itu, Lopa tetap mengusu menerima parsel pun, ia akan langsung
tuntas. Ia tak menggubris meskipun Badawi mengembalikannya.
berkali-kali memohon agar kasusnya itu tidak
diproses.
Nilai Integritas

JUJUR BERANI

TANGGUNG JAWAB

ADIL DISIPLIN
Sri Sultan Hamengku Buwono IX
“Setiap Orang, Siapa Pun, dan
Apa Pun Jabatannya, Harus
Taat Kepada Hukum”
Biografi
Nama : Bendoro Raden Mas Dorodjantun
Tempat Lahir : Yogyakarta
Tanggal Lahir : 12 April 1912
Pendidikan :
• Algemeene Middelbare School (AMS)
• Faculteit Indologie Universiteit Leiden
Karier :
• Naik tahta (1940)
• Ditetapkan sebagai Gubernur DIY (1948)
• Menteri Negara di Kabinet Sjahrir II dan Kabinet Hatta
• Deputi Perdana Menteri di Kabinet Natsir,
• Menteri Pertahanan di Kabinet Wilopo
• Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri di Kabinet Ampera
• Wakil Presiden (1972-1978)
Wafat : 2 Oktober 1988
Kisah Hidup
Surat Tilang Untuk Sultan Sopir Mbok Bakul
Kala itu, Sri Sultan Hamengku Buwono IX Jip Willys berhenti seketika kala seorang
mengendarai sendiri mobilnya ke luar kota, mbok bakul, wanita pedagang gendong
tepatnya ke Pekalongan. Entah mengapa, Sri hasil desa, memintanya menepi.
Sultan saat itu melakukan kesalahan. Dia Pengemudinya lantas turun dan
melanggar rambu lalu lintas. Seorang polisi membantu menaikkan karung-karung dan
yang tengah berjaga memergokinya dan membawanya ke Pasar Kranggan, Jetis,
menghentikan mobil Sri Sultan. Yogyakarta. Si mbok memang terbiasa
melakukan hal ini dan membayar satu
Polisi itu yakni Brigadir Royadin. Saat sang rupiah untuk sekali jalan.
polisi tahu bahwa orang yang ditindaknya
adalah Sri Sultan, Brigadir Royadin gugup Di sepanjang perjalanan, tak ada hal aneh.
bukan main. Namun, dia segera mencoba Keanehan baru terlihat saat mobil tiba di
memperbaiki sikap demi wibawanya sebagai pasar. Sejumlah pedagang terperangah
polisi. melihat si mbok turun dari jip itu dan
seorang berkata, “Mbok tahu siapa orang
Ketika melihat keragu- rauan di wajah yang tadi itu? Beliau adalah Sampeyan
Brigadir Royadin, Sri Sultan berkata, Dalem!” katanya.
“Buatkan saja saya surat tilang.”
Mendengar itu, si mbok seperti disambar
Singkat cerita, sang polisi pun melakukan
petir, pingsan.
tilang kepada Sri Sultan. Tak lama kemudian,
Brigadir Royadin yang bertugas di Yogyakarta Cerita itu sangat populer di kalangan
dinaikkan pangkatnya satu tingkat. kawula Ngayogyakarta. Sebuah kisah yang
Alasannya, Royadin dianggap sebagai polisi membuktikan sikap mulia Sultan
yang berani dan tegas Hamengku Buwono IX. Meski menjadi raja,
ia tak lantasbesar kepala dan gila hormat
Nilai Integritas

PEDULI

BERTANGGUNG
JAWAB
Hoegeng Iman Santoso
“Pantang Terima Pemberian
Karena Jabatan”
Biografi
Tempat Lahir : Pekalongan, Jawa Tengah
Tanggal Lahir : 14 Oktober 1921
Pendidikan :
• Algemeene Middelbare School (AMS)
• Rechtshogeschool (RHS)
• Leeterling Hoofdagent Van Politie (Pendidikan Ajun Inspektur Polisi)
• Koto Keitsatsu Gakko (Sekolah Tinggi Polisi)
• Provost Marshall General School
• Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian
• Pendidikan Brigade Mobil (Brimob)
Karier :
• Agen Polisi
• Kapolsek Jomblang, Semarang (1945)
• Kepala Dinas Pengawasan Keamanan Negara (DPKN) (1952-1955)
• Kepala Reskrim Sumatera Utara (1955–1959)
• Deputi Operasi Menteri Muda Panglima Angkatan Kepolisian (Menpangak) (1967–1968)
• Kepala Jawatan Imigrasi RI (1960-1967)
• Kepala Kepolisian Republik Indonesia (1968–1971)
Wafat : Jakarta, 14 Juli 2004
Kisah Hidup
Tutupnya Toko Kembang Kami Itu Bukan Rumah Kami
Hoegeng Iman Santoso menutup toko Ketika Hoegeng Iman Santosa diangkat
kembang hanya satu hari jelang pelantikan sebagai Kepala Direktorat Reserse dan
sebagai kepala jawatan Kriminal Polda Sumatera Utara pada 1956.
imigrasi. Sempat, beliau sekeluarga berdiam di
Hotel De Boer selama beberapa waktu
Ibu Merry tak habis pikir dengan permintaan karena rumah dinas masih dihuni pejabat
suaminya itu karena toko kembang tersebut lama.
adalah salah satu sumber penghasilan
tambahan mereka. Hoegeng terkejut saat akan menempati
rumah dinasnya karena dipenuhi
Hoegeng menjawab tegas, “Nanti semua barang-barang mewah. Ia dan
orang yang berurusan dengan imigrasi akan keluarganya berkeras tetap tinggal di hotel
memesan kembang pada toko kembang ibu, jika barang-barang mewah itu masih ada di
dan ini tidak adil untuk toko-toko kembang sana.
lainnya.”
Pada akhirnya, Hoegeng dan keluarganya
Dia tak ingin orang-orang membeli kembang
mengeluarkan semua barang mewah itu
di toko itu hanya karena melihat jabatan
ke tepi jalan. Belakangan diketahui,
yang diembannya
barangbarang itu berasal dari bandar judi
yang hendak menyuapnya.
Nilai Integritas

JUJUR

BERANI DAN ADIL


Ki Hajar Dewantara
“Lebih baik tak punya apa-
apa tapi senang hati,
daripada bergelimang
harta namun tak bahagia”
BIOGRAFI
Nama : R. Soewardi Soerjaningrat
Lahir : 2 Mei 1889
Nama lepas gelar : Ki Hajar Dewantara(usia 40)
Ayah : GPH Soejaningrat
Kakek : Pakualam III
Pendidikan :
 Eerste Lagere School (ELS)
 School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) atau sekolah
dokter bumi putera, namun urung lulus & jadi dokter karena sakit
Wafat : 28 April 1959
Dimakamkan : di Yogyakarta
Kiprah KHD

1. Jurnalistik = Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia,


Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara

2. Politik = Boedi Oetomo, Indische Partij (25 Desember 1912).


 Pendiri IP sangat dimusuhi Belanda sehingga pernah dijatuhi
hukuman masa pembuangan 5 tahun di Belanda. Ki Hajar
Dewantara mendapatkan Europeesche Akte yang memungkinkan
mendirikan lembaga pendidikan.

3. Perguruan Taman Siswa 1922, yang menjadi dasar pendidikan


nasional Bangsa

4. Menteri pendidikan dan pengajaran saat Indonesia Merdeka.


Karena perjuangan dan komitmen terhadap pendidikan, beliau
diberi Gelar doktor honoris causa dari UGM tahun 1957
Kisah Hidup
Mie Godhok Sang Menteri
• Setelah ditetapkan ditetapkan menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan
Republik Indonesia, Ki Hadjar pulang larut malam. Umunya usai pelatikan ada pesta
besar bagi para pejabat , namun tidak dengan Ki Hajar Dewantara. Ia keluarga justru
meniikmati serntang mie godhok pinggir jalan bersama keluarganya dirumah..
• “Aku hanya orang biasa yang bekerja untuk bangsa Indonesia, dengan cara Indonesia.
Namun, yang penting untuk kalian yakini, sesaat pun aku tak pernah mengkhianati tanah
air dan bangsaku, lahir maupun batin aku tak pernah mengkorup kekayaan negara. Aku
bersyukur kepada Tuhan yang telah menyelamatkan langkah perjuanganku.”
Kisah Hidup
Berburu Perabotan Bekas
• Ki Hajar Dewantara. Ia tak malu untuk membeli barang perabotan bekas Belanda yang
murah. Menurutnya hal terpenting dari sebuah benda adalah manfaatnya, bukan
umurnya. Jikalau masih berguna, barang bekas tak kalah dari barang baru.

Museum Dewantara Kirti Griya Yogya

• Ini sesuai dengan cara pandang Ki Hadjar terhadap kehidupan manusia. Ia pernah berujar,
“Memayu hayuning sariro.., memayu hayuning bangsa.., memayu hayuning
bawana.”Artinya, apa pun yang dikerjakan oleh seseorang harusnya bisa bermanfaat bagi
dirinya sendiri, bermanfaat bagi bangsa, dan bermanfaat bagi dunia.
NILAI INTEGRITAS YANG DAPAT DIPETIK
Sederhana Jujur Peduli
 Pesta pelantikan  Tak silau memandang  Memayu hayuning
dengan makan mie dunia hingga ia tak sariro, memayu
godhok serantang mengkhianati tanah hayuning bangsa,
dengan keluarga air dan bangsa dan memayu hayuning
tidak mengkorup bawana / haruslah
 Membeli perabotan kekayanaan negara bermanfaat bagi diri
bekas Belanda yang demi kepentingan sendiri, bangsa, dan
murah karena yang pribadi. dunia, saling peduli
penting adalah satu sama lain
manfaatnya.
Mohammad Hatta
“Setiap perbuatan adalah
demi negara yang dicintai,
janganlah berkhianat”
BIOGRAFI
Nama : Mohammad Athar

TTL : Bukit Tinggi 12 Agustus 1902

Istri : Rahmi Hatta

Pendidikan :
• Sekolah Rakyat Melayu (Fort De Kock) tahun 1913
• Europeesche Lagere School (ELS ) 1916 di Padang
• Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Padang yang membuatnya
bergabung dengan Jong Sumatranen Bond dan menjadi bendahara
• Nederland Handelshogeschool 1921 di Rotterdam
Pergerakan :
• Jong Sumatranen Bond
• Indische Vereniging yang lantas berubah menjadi
Perhimpunan Indonesia

Jabatan yang penah diemban:


• Wakil Presiden pertama tahun
1945 bersama Ir. Soekarno
• Menteri luar negeri
• Perdana Menteri

Wafat : 14 Maret 1980


Makam : TPU Tanah Kusir
Kisah Hidup
Kembalikan Saja Uang Itu
Alkisah ketika ia berobat ke Bangkok
pada tahun 1970an, jumalh uang
yang diberikan pemerintah untuk
berobat ternyata sebagian masih
utuh karena biaya tidak sebesar
dugaan. Moh Hatta meminta untuk
mengembalikan uang sisa itu
kepada pemerintah via Kedubes RI
di Bangkok. Juga saat ada sisa dana
non bujeter untuk keperluan
operasioanal dirinya selama
menjabat wakil presiden, Bung
Hatta juga mengembalikannya
kepada negara. Ia tak ingin
meracuni diri dan mengotori jiwa
dengan rejeki yang bukan haknya.
Kisah Hidup
Demi Sebuah Rahasia
Kala itu ketika Bung Hatta
mengumumkan senering, beliau
mendapat kekecewaan dari istri nya
sendiri yaitu Rahmi Hatta. Sang istri
merasa dikhianati karena tidak diberi
tahu tentang kebijakan tersebut,
padahal dirinya akan membeli mesin
jahit dengan uang yang telah ia
kumpulkan. Uang tersebut tidak dapat
lagi digunakan untuk membeli mesin
jahit karena nilai nya menurun. Bung
Hatta menanggapi nya dengan bijak
bahwasanya apabila ia
memberitahukan rahasia negara akan
melakukan senering kepada sang istri,
maka itu tidak baik bagi orang
lain.kebijakan negara tidak ada
sangkut paunya dengan usaha
memupuk kepentingan keluarga.
Kisah Hidup
Mimpi Tak Terbeli
• ketika ia menginginkan sebuah sepatu Bally tahun 1950an yang kala itu
merupakan merek bermutu tinggi, ia tetap berusaha untuk menabung.
Namun uang tabungannya tidak pernah mencukupi karena terambil
untuk keperluan rumah tangga dan membantu orang yang datang minta
pertolongan. Hingga akhir hayatnya, sepatu Bally pun tidak pernah
terealisasi.
NILAI INTEGRITAS YANG DAPAT DIPETIK
Jujur Sederhana Berani dan
Tanggungjawab

 M. Hatta jujur atas uang  Terdapat sisa dana Non  Atas rahasia negara
sisa hasil pengobatan dan Bujeter untuk keperluan senering yang tidak
justru malah operasional dirinya saat ia disampaikan kepada
mengembalikan ke negara menjabat sebagai wakil istrinya, beliau tidak
presiden. Ia tidak gentar menghadapi
 Beliau tidak berlebihan dalam istrinya yang dipastikan
membocorkan rahasia menggunakannya dan kecewa. Pun juga dari
negara yaitu kebijakan justru keluarganya. Dan beliau
Senering, walaupun mengembalikannya. siap menanggung resiko
kepada istrinya sendiri. atas perbuatannya
Rahasia negara tetap tersebut.
rahasia
NILAI INTEGRITAS YANG DAPAT DIPETIK
Kerja Keras Peduli

 Beliau yang menginginkan  Impian membeli sepatu Bally


mendapat sepatu Bally, tidak terealisasikan karena
berusaha keras dengan cara beliau lebih mementingkan
menabung agar dapat keperluan rumah tangga dan
membelinya sekalipun mahal membantu orang yang
meminta pertolongan
kepadanya
Mohammad Natsir
“Jabatan dan kedudukan tak
seharusnya mengubah
kesahajaan ”
BIOGRAFI
Nama : Muhammad Natsir
TTL : Alahan Panjang, Solok 17 Juli 1908
Pendidikan :
• Hollandsch Indissche School (IHS)
• Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO)
• Algemeene Middelbare School (AMS) Bandung
Organisasi :
• Pandu Nationale Islamietische Pavinderij
• Jong Islamieten Bond
• Wakil Ketua Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
• Presiden Liga Muslim Sedunia (World Moslem Congress)
• Ketua Dewan Masjid Sedunia
Peran semasa hidup :
• Ia menyampaikan Mosi Integral 1950, yang lantas
menyebabkan ia diangkat menjadi Perdana Menteri
walaupun hanya sebentar karena perlawanan dari Pantai
Nasional Indonesia
• Bergabung dengan gerakan Pemerintah Revolusioner
Republik Indonesia (PRRI). Ini membuat ia ditangkap dan
dipenjarakan pada 1962.
• Sikap kritis Natsir berlanjut pada era Orde Baru. Natsir
termasuk salah satu penanda tangan Petisi 50 pada 5 Mei
1980 dan yang mencairkan hubungan Indonesia dan
Malaysia.

Wafat : 6 Februari 1993


Kisah Hidup
Kemeja Bertambal
• Beberapa kali menjabat sebagai
menteri dan perdana menteri,
namun tampil sederhana apa
adanya. Ia sering memakai
kemej a bertambal. Diketahui
bahwa Natsir hanya memiliki 2
stel kemeja kerja yang sudah
tidak begitu bagus. Ia tidak malu
menjahir kemejanya itu bila
robek. Mencerminkan bahwa
pribadinya sangat sederhana.
Kisah Hidup
Syukuri Apa Adanya
• Saat itu ketika seorang tamu
memberikan sebuah mobil
mewah kepada Natsir, Natsir
justru malah menolak
pemberian tersebut. Ia rela
memakai mobilnya yang sudah
kusam daripada menerima
pemberian orang lain yang
lantas akan menjadi beban
dalam menjalankan amanah
nya. Ia selalu memenuhi
kebutuhan hidup dengan
perjuangannya sendiri. Ia tidak
malu untuk menumpang di
rumah / pavilliun temannya.
NILAI INTEGRITAS YANG DAPAT DIPETIK
Sederhana Kerja keras
 Tatkala menjabat sebagai  Ia selalu memenuhi
menteri, beliau tidak malu kebutuhan hidup dengan
memakai kemeja kerja yang perjuangannya sendiri,
tidak layak. Dan tidak segan termasuk saat ia diberi
untuk menjait apabila robek. hadiah oranglain, ia sangat
Cermin bahwa ia sederhana anti. Karena akan menjadi
dalam berpakaian dan tidak beban dalam menjalankan
memaksakan dirinya. amanah.

 Natsir rela menaiki mobil


usangnya dibanding menerima
pemberian orang. Dan tidak
malu untuk menumpang di
pavilliun temanya tatkala belum
mempunyai rumah dinas
Saifuddin Zuhri
“Menjadi Pejabat bukan
berarti memanjakan
kerabat dan
sahabat ”
BIOGRAFI
Nama : Saifuddin Zuhri
TTL : Banyumas 1 Oktober 1919
Wafat : 25 Februari 1986

Pendidikan :
• Madrasah Ibtidaiyah Al Huda
• Madrasah Mambaul Ulum
• Madrasah Salafiyah
• Lembaga Pendidikan Al Islam

Organisasi :
• Laskar Hizbullah 1944 – Komandan Divisi Hizbullah Jawa Tengah dan
anggota Dewan Pertahanan Daerah Kedu
• Nahdlatul Ulama – Konsul Daerah Ansor dan NU Jawa Tengah dan
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar NU

Pemerintahan :
• Dewan Pertimbangan Agung (DPA)
• Menteri Agama 1964 Kabinet Dwikora I
Kisah Hidup
Karena Kamu Adikku Hobi Baru Sang Mantan Menteri
• Mohammad Zainuddin Dahlan, adik • Setelah Saifuddin purna dari
ipar dari Saifuddin mendatangi pekerjaannya atau pensiun, ia
kantor Saifuddin kala ia menjabat justru memilih berdagang beras di
sebagai Menteri Agama. Ia meminta pasar tanpa sepengetahuan
Saifuddin memberangkatkannya ke keluarganya, hanya semata ingin
tahan suci dengan menggunakan menghidupi keluarganya dengan
fasilitas Kementerian Agama. uang hasil jerih payahnya sendiri.
Sontak membuat Saifuddin Uang pensiun dari kas negara tidak
menolaknya. Lantaran Dahlan disentuhnya. Justru dikumpulkan
adalah adiknya sendiri. untuk membeli rumah yang
dijadikan Rumah Bersalin Muslimat
NU.
NILAI INTEGRITAS YANG DAPAT DIPETIK
Adil Kerja Keras Peduli

 Saat menjabat sebagai  Saifuddin bekerja  Uang pensiun dari negara


menteri Agama, adik berdagang beras di tidak disentuhnya justru
iparnya meminta pasar dengan tujuan malah dikumpulkan
memberangkatkannya ke untuk menghidupi untuk membeli rumah
tanah suci dengan fasilitas keluarganya dengan yang dijadikan Rumah
Kementerian Agama, hasil jerih payah nya Bersalin Muslimat NU. Ia
namun Saifuddin sendiri. Uang pensiun memperhatkan
menolak, lantaran ia dari negara tidak sesamanya, dengan
adalah adiknya sendiri. disentuhnya. mendirikan rumah sakit
Udin berlaku adil , untuk orang2.
bertindak wajar, dan tidak
meyalahgunakan
kewenangan
Sjafruddin Prawiranegara
“Malu itu bila mengambil
milik orang lain atau
mengambil uang negara”
Sjafruddin Prawiranegara

• TTL : Serang, Banten, pada 28


Februari 1911
• Pendidikan : Algemeene
Middelbare School (AMS) ,
Rechtshogeschool (RHS) dengan
gelar Meester in de Rechten (Mr)
• Jabatan : pegawai di radio swasta,
petugas Departemen Keuangan,
menteri keuangan, perdana
menteri, wakil perdana menteri,
Gubernur Bank Indonesia dan
Presiden PDRI
Tertusuk Gunting Sang Suami

• Sjafruddin diakui sebagai sosok


amanah yang memegang teguh
kesetiaan kepada negaranya. Saking Peduli
setianya, dia bahkan tak
membocorkan kebijakan penting
kepada istrinya, Tengku Halimah.
• Menggariskan uang di atas Rp5
dipotong menjadi dua alias menjadi
hanya setengahnya. Tanggung Jawab
• Kebijakan kontroversial tersebut
dikenal sebagai “Gunting
Sjafruddin”.
Sukun Goreng Ibu Presiden
• Sjafruddin yang pernah
menjabat sebagai
presiden Pemerintah
Darurat Republik
Indonesia sering Sederhana
menasehati istrinya agar
jangan bergantung pada
orang lain. Kalau tidak
penting sekali, jangan
pernah meminjam uang.
Jangan pernah berutang
• Selama mendampingi
suaminya menjalankan
Mandiri
tugas itu, Tengku
Halimah berjualan
sukun goreng demi
menghidupi empat
anaknya yang masih
kecil, yakni Icah, Vivi,
Khalid, dan Farid.
R. Soeprapto
“Demi keadilan, perkara apa
pun wajib diputus secara
bijak. Pihak yang bersalah
harus dihukum setimpal”
R. Soeprapto
• TTL : Trenggalek, 27 Maret 1897
• Pendidikan : Europeesche
Lagere School (ELS) pada 1914,
Recht School (RS)
• Jabatan : Landraad pada 1917
dan Jaksa Agung RI pada 1950
selama 9 tahun.
• Penghormatan : Soeprapto
diabadikan dalam bentuk
patung setengah badan di
Gedung Kejaksaan Agung
Bola dan Abang Becak
• Ketika melihat Sus (anaknya)
sedang bermain bola, kemudian
tak sengaja mengenai tukang
becak yang sedang lewat hingga
becak pun terguling dan 3
penumpangnya babak belur.
• Tanpa ragu, ia menyuruh Sus
meminta maaf dan membayar
ganti rugi kepada si abang
becak.
• Sus juga diharuskan
memberikan biaya pengobatan
bagi ketiga penumpang becak
Tanggung
Disiplin Jawab

Adil Berani
Gelang Pakistan
• Pada kesempatan lain, ketika
sedang bermain di halaman, Sylvia,
putri Jaksa Agung R. Soeprapto,
didatangi seorang pria paruh baya.
Pria itu memberikan sebuah dus
berwarna merah, lalu bergegas
pergi.
• Hatinya girang bukan kepalang,
karena isi dus merah itu ternyata
dua buah gelang emas. Ia pun
segera memakainya dan
memamerkan gelang barunya itu
kepada sang ayah.
• Saat itu juga, Sylvia disuruh
mengembalikan gelang pemberian
tersebut.

Berani Disiplin Jujur


Ir. Soekarno
“Biarlah diri merana asalkan
negara tetap terjaga”
Bung Karno
• TTL : Surabaya, pada 6 Juni
1901.
• Pendidikan : Eerste Inlandsche
School (EIS), Europeesche Lagere
School (ELS), Hoogere Burger
School (HBS) hingga Technische
Hoogeschool te Bandoeng
dengan jurusan teknik sipil.
• Jabatan : Bapak Proklamator RI,
Presiden pertama RI
Tak Usik Fasilitas Negara

• Tak lama setelah mosi tak percaya parlemen


bentukan Nasution pada 1967 dan MPRS
menunjuk Soeharto sebagai presiden baru, Bung
Karno menerima surat perintah untuk segera
meninggalkan istana. Peduli
• Meski merasa dikhianati, Bung Karno tak
memendam dengki. Bakti kepada negeri tetap
dijunjungnya tinggi-tinggi.
• Dengan tegas, ia memperingatkan anak-anaknya Jujur
untuk tak membawa apa pun yang bukan milik
pribadi.
Tinggalkan Duku Idaman
• Usai menjabat presiden dan terusir
dari istana, Bung Karno tak punya
apa-apa. Selama ini, ia hanya sibuk
berbuat untuk bangsa dan negara.
• Suatu ketika, saat berjalan-jalan
keliling kota, Bung Karno berhasrat
membeli duku. Akan tetapi tidak
punya uang. Kemudian Nitri
(ajudannya) membuka dompetnya,
uangnya masihlah cukup.
• Kemudian penjual mengenali Bung
Karno sehingga berteriak
memberitahu teman-temannya.
• Bung Karno khawatir tukang duku
Sederhana dan teman-temannya nanti diburu
tentara karena dianggap
mendukung dirinya. Bung Karno
pun berlalu dan melupakan duku
yang diidamkannya. Baginya,
keselamatan orang lain, apalagi
Peduli rakyat kecil, lebih berharga dari
beberapa butir duku yang
diinginkannya.
Widodo Budidarmo
“Tak ada imunitas di dalam
hukum, siapa pun dia ”
Widodo Budidarmo
• TTL : Kapas Krampung, Surabaya, pada 1
September 1927
• Pendidikan : Christelijk Hollandsche
Inlandsche School (HIS Kristen), lalu
melanjutkan ke sekolah teknik, Koningen
Emma School (KES) dan Perguruan Tinggi
Ilmu Kepolisian (PTIK).
• Jabatan : Kepala Bagian Organisasi
Kantor Polisi Karesidenan Purwakarta,
Panglima Komando Daerah Kepolisian II
Sumatera Utara (1967), Kadapol VII
Metro Jaya (1970), Kapolri pada 1974–
1978. Widodo sempat pula menjadi Duta
Besar RI untuk Kanada, Komisaris Perum
Percetakan Uang Negara RI (Peruri),
Wakil Ketua Kwartir Nasional Gerakan
Pramuka, dan komisaris di Bank BRI.
Menghukum Anak Kandung

• Suatu hari, Tono, panggilan


akrab Agus Aditono (anak bapak
Widodo) yang saat itu masih
duduk di bangku kelas II SMP,
bermain-main dengan pistol.
• Tak sengaja, pistol itu meletup
dan peluru menyambar sopir
mereka. Sang sopir pun tewas Disiplin
karena insiden tersebut.
• Pak Widodo menyeret anaknya
ke pengadilan.
Jujur

Adil
Jangan Mentang-mentang Keluargaku!!!
• Semenjak dilantik menjadi Kapolri,
Widodo menyatakan perang
Adil terhadap kejahatan narkotika yang
kala itu memang marak.
• Gebrakan awal itu bukan hanya
dilakukan di lingkungan dinasnya. Di
lingkungan keluarga, ia pun
Sederhana Disiplin membuat sebuah maklumat keras
bagi istri dan anak-anaknya. Ia
melarang mereka jemawa karena
jabatan yang kini disandangnya.
• Widodo juga tak memanjakan anak
dan istrinya dengan fasilitas yang
didapatkan sebagai panglima
tertinggi kepolisian. Hanya sesekali
Martini (anak sulungnya) dan kedua
adiknya berangkat ke sekolah
dengan diantar sopir. Mereka lebih
sering menggunakan angkutan
umum demi mematuhi maklumat
sang ayah.
Belajar Integritas
kepada
Tokoh Bangsa
ORANGE JUICE FOR INTEGRITY Belajar Integritas kepada Tokoh Bangsa

Komisi Pemberantasan Korupsi (c) 2014

Diterbitkan oleh
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Kedeputian Bidang Pencegahan
Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat
Jln. H.R. Rasuna Said Kav C-1, Jakarta 12920
www.kpk.go.id

Hak cipta dilindungi undang-undang. Buku ini boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya, diperbanyak
untuk tujuan pendidikan serta nonkomersial lainnya, dan bukan untuk diperjualbelikan.

Pengarah : Pimpinan KPK


Deputi Bidang Pencegahan
Penanggung Jawab : Dedie A Rachim
Supervisi : Sandri Justiana
Editor Pengembang : Izzudin Irsam Mujib, Asep Ginanjar
Desain : Deden Sopandi, Didy Hardyansyah
Ilustrasi : Feri
Cetakan kedua, 2015
ISBN : 978-602-9488-11-1
Bangsa yang besar adalah
bangsa yang meneladani
integritas para tokoh
bangsanya
Kian menjadi dan seolah berakar sangat dalam. Begitulah kesan
yang timbul saat kita mengamati korupsi yang demikian marak di
negeri ini. Pada satu titik, timbul pertanyaan menggelitik. Adakah
korupsi ini merupakan budaya yang diwariskan para pendahulu
kita? Apakah korupsi itu adalah warisan sejarah? Apakah kita
memang anak cucu para koruptor? Untuk menjawabnya, marilah
menengok sejarah. Di sana tercatat apik bahwa bangsa ini memiliki
sosok-sosok pendiri yang memiliki integritas tinggi. Mereka
berwatak pejuang, disiplin, jujur, berdedikasi, dan antikorupsi.
Dalam buku ini, terurai kisah-kisah para tokoh bangsa dengan
integritas tinggi itu tatkala dihadapkan pada pilihan antara
kepentingan negara dan kepentingan pribadi atau keluarga.
Ibarat jus jeruk yang demikian menyegarkan saat kita
berada di gurun, seperti itu pula kisah mereka bagi
kita yang hidup pada zaman penuh kasus korupsi ini.
Para tokoh yang kami angkat kisahnya dalam buku
ini memilih hidup sederhana bukan karena tidak mampu, bukan
pula karena tidak bisa kaya. Mereka memilih opsi itu karena fokus
dalam menjalankan amanat rakyat, bukan fokus memperkaya diri.
Menjadi abdi negara dan rakyat bukan berarti mencari kehidupan
dengan memanfaatkan kekayaan negara dan rakyat. Menoleh pada
deretan tokoh yang ada di buku ini, kita patut menarik napas lega
dan berbangga hati. Setidaknya, mereka membuktikan bahwa
negeri ini pernah memiliki pemimpin-pemimpin yang amanah,
jujur, sederhana, dan sangat bertanggung jawab. Mereka adalah
fakta bahwa bangsa kita tidaklah memiliki budaya korupsi sejak
lama. Dari mereka, kita bisa optimistis, menjadi pribadi berintegritas
dan amanah bukanlah kemustahilan bagi kita. Persoalannya,
maukah kita meneladani jejak langkah mereka?

4
SEMBILAN NILAI ANTIKORUPSI
Mencari teladan, dalam hal apa pun, bukan Namun, itu bukan berarti kita tak bisa menemukan
perkara gampang. Sering kali kita terjebak mencari sosok-sosok yang mampu menolak godaan
sosok yang sempurna sebagai rujukan atau korupsi.
teladan. Padahal, tidak ada satu pun manusia
yang sempurna. Selalu ada sisi baik dan buruk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memiliki
yang melekat pada setiap orang. Sebaik apa rumusan sembilan nilai antikorupsi yang
pun seseorang, bila dikorek-korek, pasti ada saja juga dikenal sebagai sembilan nilai integritas.
keburukannya. Kesembilan nilai itulah yang bisa dijadikan
tolok ukur oleh kita dalam menilai seorang
Dalam urusan melawan korupsi pun begitu. tokoh, apakah bisa dijadikan teladan dalam
Kiranya tidak mudah mencari sosok yang benar- melawan korupsi atau tidak. Semakin banyak nilai
benar bersih, tak pernah bersinggungan dengan antikorupsi yang ditunjukkan, semakin tinggi
tindakan-tindakan yang tergolong korupsi. integritas seseorang dan semakin pantas untuk
dijadikan teladan dalam pemberantasan korupsi.

APA SAJAKAH KESEMBILAN NILAI ITU?


JUJUR : Lurus hati, tidak berbohong, tidak curang
PEDULI : Mengindahkan, memperhatikan atau menghiraukan orang lain
MANDIRI : Tidak bergantung pada orang lain
DISIPLIN : Taat terhadap peraturan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis
TANGGUNG JAWAB : Siap menanggung akibat dari perbuatan yang dilakukan, tidak buang badan
KERJA KERAS : Gigih dan fokus dalam melakukan sesuatu, tidak asal-asalan
SEDERHANA : Bersahaja, tidak berlebih-lebihan
BERANI : Mantap hati dan percaya diri, tidak gentar dalam menghadapi bahaya, kesulitan,
dan sebagainya
ADIL : Berlaku sepatutnya, tidak sewenang-wenang

5
TELADAN ITU (PERNAH) ADA...................................................................................4
DAFTAR ISI..................................................................................................................6
H. AGUS SALIM...........................................................................................................10
Berdamai dengan Kemelaratan........................................................................................................................ 12
Tak Mendamba Istana............................................................................................................................................ 14
BAHARUDDIN LOPA...................................................................................................16
Siapa yang Mengisi Bensin?................................................................................................................................ 18
Fasilitas Bukan Milik Pribadi................................................................................................................................. 20
Bukan Tega kepada Sahabat.............................................................................................................................. 22
Hadiah Harusnya untuk Orang Susah.......................................................................................................... 24
SRI SULTAN HAMENGKU BUWONO IX.....................................................................26
Surat Tilang untuk Sultan..................................................................................................................................... 28
Sopir Mbok Bakul....................................................................................................................................................... 30
HOEGENG IMAN SANTOSA.......................................................................................32
Tutupnya Toko Kembang Kami........................................................................................................................ 34
Itu Bukan Rumah Kami........................................................................................................................................... 36
KI HADJAR DEWANTARA...........................................................................................38
Mi Godhok Sang Menteri..................................................................................................................................... 40
Berburu Perabotan Bekas..................................................................................................................................... 42
MOHAMMAD HATTA.................................................................................................44
Kembalikan Saja Uang Itu.................................................................................................................................... 46
Demi Sebuah Rahasia............................................................................................................................................. 48
Mimpi Tak Terbeli...................................................................................................................................................... 50

6
DAFTAR ISI
MOHAMMAD NATSIR................................................................................................52
Kemeja Bertambal..................................................................................................................................................... 54
Syukuri Apa Adanya................................................................................................................................................. 56
SAIFUDDIN ZUHRI.....................................................................................................58
Karena Kamu Adikku............................................................................................................................................... 60
Hobi Baru Sang Mantan Menter...................................................................................................................... 62
SJAFRUDDIN PRAWIRANEGARA..............................................................................64
Tertusuk “Gunting” Sang Suami....................................................................................................................... 66
Sukun Goreng Ibu Presiden................................................................................................................................ 68
R. SOEPRAPTO............................................................................................................70
Bola dan Abang Becak........................................................................................................................................... 72
Gelang Pakistan.......................................................................................................................................................... 74
IR. SUKARNO..............................................................................................................76
Tak Usik Fasilitas Negara....................................................................................................................................... 78
Tinggalkan Duku Idaman..................................................................................................................................... 80
WIDODO BUDIDARMO..............................................................................................82
Menghukum Sang Anak Kandung................................................................................................................. 84
Jangan Mentang-mentang Keluargaku!..................................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................88

7
8
SEPENGGAL KISAH SEJUTA TELADAN

bukan tak mampu,


tapi tak mau

9
Haji Agus Salim
“LEIDEN IS LIJDEN,
MEMIMPIN ADALAH
MENDERITA”

10
L ahir dengan nama asli Musyudul Haq di Koto
Gadang, Sumatera Barat, 8 Oktober 1884, Agus
Salim menimba ilmu di sekolah khusus anak-anak
Kiprah Agus Salim dalam perjuangan
kemerdekaan dimulai bersama Serikat Islam
(SI) pada 1915. Saat menjadi anggota Volskraad
Eropa, Europeesche Lagere School (ELS). Begitu periode 1921–1924, ia dikenal sebagai sosok
lulus pada 1897, anak jaksa di Pengadilan Riau itu yang bersuara keras. Kiprahnya lantas berlanjut di
melanjutkan studinya ke Hoogere Burger School Jong Islamieten Bond (JIB). Selain bergerak di jalur
(HBS) di Batavia. politik, Agus Salim juga seorang jurnalis. Ia antara
lain sempat berkiprah bersama Harian Neratja,
Lulus dari HBS dengan nilai tertinggi saat Hindia Baroe, dan mendirikan surat kabar Fadjar
berumur 19 tahun, Agus Salim mengajukan Asia.
beasiswa untuk belajar kedokteran di Belanda.
Namun, permohonannya ditolak. Meski kemudian Setelah Indonesia merdeka, karena
direkomendasikan oleh R.A. Kartini dan disetujui kompetensinya, Agus Salim sempat dipercaya
pemerintah, Agus Salim kadung tersinggung dan menjabat menteri dalam beberapa kabinet. Di
memutuskan tak melanjutkan studinya. Ia mulai Kabinet Sjahrir I dan II, Agus Salim adalah menteri
bekerja. muda luar negeri. Sementara itu, di Kabinet Amir
Sjarifuddin (1947) dan Kabinet Hatta (1948–1949),
Pada 1906, ia terbang ke Jeddah untuk menjadi ia menjabat menteri luar negeri.
penerjemah di Konsulat Belanda. Di sanalah ia
memperdalam ilmu agama Islam, diplomatik, dan Agus Salim meninggal di Jakarta pada 4
beberapa bahasa asing macam Belanda, Inggris, November 1954 dan dimakamkan di Taman
Jerman, Prancis, Turki, Jepang, dan tentu saja Makam Pahlawan Kalibata.
Arab.

11
“Orang tua yang sangat pandai ini adalah seorang
yang genius. Ia mampu berbicara dan menulis
secara sempurna sedikitnya dalam sembilan
bahasa. Kelemahannya hanya satu: ia hidup
melarat.”

Berdamai
Itulah tulisan Willem Schermerhorn, seorang
pejabat Belanda, dalam Het dagboek van
Schermerhorn (Buku Harian Schermerhorn) saat
dengan mengomentari H. Agus Salim. Faktanya memang
demikian. H. Agus Salim selalu bersahaja.
Kemelaratan

12
Suatu ketika, di sebuah tempat di dataran Eropa, “Saya teringat perkataan Kasman, Leiden is Lijden,
berkumpullah para diplomat dari pelbagai negara. memimpin adalah menderita. Penderitaan tidak
Di antara mereka terselip seorang pria berjanggut hanya berupa penjara, tetapi juga kepahitan
putih. hidup. Penderitaannya ditunjukkan dalam hidup
sederhana yang kadang-kadang mendekati
Keberadaannya sangat mudah dibedakan dari serbakekurangan dan kemiskinan,” tutur
yang lain. Selain lebih pendek, dandanannya Mohammad Roem dalam tulisannya, Haji Agus
pun sungguh kontras. Bila para diplomat lain Salim, Memimpin adalah Menderita, pada 1977.
berpenampilan necis, ia justru mengenakan jas
berhiaskan beberapa jahitan di sana-sini.

Kesahajaan yang oleh Schermerhorn disebut


sebagai kemelaratan itu oleh Mohammad Roem
disebut sebagai manifestasi nyata dari prinsip
Leiden is Lijden “memimpin adalah menderita”
yang pertama kali dipopulerkan oleh Mr. Kasman
Singodimejo.

Menurut Anda, nilai-nilai integritas apa yang bisa kita teladani dalam
kisah tadi?
Jujur Peduli Sederhana
Berani Tanggung jawab Adil
Mandiri Kerja keras Disiplin

13
Rumah mewah atau setidaknya salah satu
yang terbagus di lingkungannya. Begitulah
bayangan awam ketika memperkirakan kediaman
seorang pesohor, apalagi pejabat negara yang
berpengaruh. Tapi, membayangkan rumah H.
Agus Salim seperti itu adalah kekeliruan besar.

Tak Walaupun sempat menduduki jabatan menteri


dalam beberapa kabinet pemerintahan di negeri
Mendamba ini, Agus Salim ternyata sempat tak memiliki
rumah kediaman tetap. Semasa tinggal di Jakarta,
Istana ia berpindah-pindah dari satu kontrakan ke
kontrakan lain. Agus Salim sempat tinggal di
Gang Tanah Tinggi, lalu ke Gang Taopekong, ke
Jatinegara, dan beberapa tempat lain.

14
Kebanyakan rumah yang dikontrak oleh Agus Pada akhirnya, Agus Salim memiliki rumah
Salim pun tidaklah luas dan nyaman. Tak jarang yang lantas bisa diwariskan kepada anak-
hanya memiliki satu kamar. Demi mengubah anaknya. Rumah itu terletak di Tanah Tinggi,
suasana, setiap enam bulan sekali, Agus Salim Jakarta Pusat. Namun, rumah tersebut juga
menyusun ulang tata letak meja-kursi, lemari, bukanlah istana megah. “Rumahnya, seperti
hingga tempat tidur. Dengan melakukan itu, rumah perkampungan, sama sekali tidak
ia merasa mengubah lingkungan tanpa perlu mencerminkan seorang tokoh terkenal seperti kita
pindah ke tempat lain. Tak jarang pula, rumah bayangkan,”kisah Mohammad Roem.
yang ditempatinya itu bocor di mana-mana.

Meski demikian, keluarga H. Agus Salim tak


mengeluh. Mereka selalu mengedepankan syukur.
Bagi mereka, rumah yang bocor justru dirasakan
sebagai suka cita yang dapat menciptakan
keasyikan bersama. Bila hujan tiba dan atap
bocor, Zainatun Nahar, istri Agus Salim, bergegas
menaruh ember-ember di tempat-tempat yang
bocor. Ia lalu mengajak anak-anak mereka yang
masih kecil membuat perahu dari kertas, dan
asyiklah mereka bermain perahu bersama.

Menurut Anda, nilai-nilai integritas apa yang bisa kita teladani dalam
kisah tadi?
Jujur Peduli Sederhana
Berani Tanggung jawab Adil
Mandiri Kerja keras Disiplin

15
Baharuddin
Lopa
MENAKAR DENGAN PIKIR
DAN HATI, MENOLAK APA
PUN YANG TAK MASUK
DALAM TAKARANNYA.

16
S eseorang yang mampu menjadi pemimpin
daerah dalam umur 25 tahun tentu bukanlah
orang biasa. Begitulah Baharuddin Lopa. Pria
Berikutnya, ia menjabat Kepala Pusdiklat Kejaksaan
Agung RI (1976–1982), dan Kepala Kejaksaan
Tinggi Sulawesi Selatan (1982–1986).
kelahiran Mandar, Sulawesi Selatan, 27 Agustus
1935 itu menjabat Bupati Majene saat baru Sempat menjadi Duta Besar RI untuk Arab Saudi,
berumur 25 tahun. Hebatnya, dia tak segan Barlop akhirnya menjadi Jaksa Agung RI sekaligus
berkonfrontasi dengan Komandan Batalyon 710 Menteri Kehakiman dan Perundang-undangan
yang melakukan penyelundupan. pada 2001. Sayang, hanya sebentar ia bertugas.
Pada 3 Juli 2001, saat melakukan perjalanan dinas
Meski demikian, karier pria yang biasa disapa ke Arab Saudi, ia mengembuskan napas terakhir
Barlop itu bukanlah sebagai birokrat, melainkan karena serangan jantung dan kelelahan.
penegak hukum. Itu sesuai dengan pendidikan
yang ditempuhnya. Selepas SMA, Barlop memilih Semasa aktif, Barlop dikenal tegas dan berani
masuk Fakultas Hukum Universitas Hasanudin. Ia melawan kejahatan kerah putih. Ia menyeret
mempertajam pendidikannya dengan mengikuti Tony Gozal alias Go Tiong Kien dengan tuduhan
Kursus Reguler Lemhanas pada 1979 dan meraih memanipulasi dana reboisasi Rp2 miliar. Barlop
gelar doktor di Fakultas Hukum Universitas juga mengejar keterlibatan Arifin Panigoro, Akbar
Diponegoro pada 1982. Tanjung, dan Nurdin Halid dalam kasus korupsi.
Selain itu, ia pun berani mengusut kasus yang
Kariernya diawali sebagai jaksa di Kejaksaan melibatkan mantan Presiden Soeharto.
Negeri Makassar pada 1958–1960. Usai menjabat
Bupati Majene, ia menjadi Kepala Kejaksaan
Negeri Ternate pada 1964. Dua tahun kemudian,
Barlop menjadi Kepala Kejaksaan Tinggi Aceh
hingga pindah ke Kalimantan Barat pada 1974.

17
Sangat berhati-hati dan cermat sudah menjadi
kebiasaan Baharuddin Lopa. Bagi dia, tak ada
urusan sepele. Tak terkecuali soal bensin di mobil
yang dipakainya.

Suatu ketika, sebagai Kepala Kejaksaan Tinggi


Tak Sulawesi Selatan, Lopa mengadakan kunjungan
ke sebuah kabupaten di wilayah kerjanya. Dalam
Mendamba perjalanan pulang, Lopa tiba-tiba menyuruh
ajudannya menghentikan mobil.

Istana Lopa bertanya kepada sang ajudan, “Siapa yang


mengisi bensin?” Si ajudan pun dengan jujur
menjawab, “Pak Jaksa, Pak!”

18
Mendengar itu, Lopa menyuruh ajudannya
memutar mobil, kembali ke kantor sang jaksa
yang mengisikan bensin ke mobil itu. Tiba di sana,
Lopa meminta sang jaksa menyedot kembali
bensin sesuai dengan jumlah yang diisikannya.
“Saya punya uang jalan untuk beli bensin, dan itu
harus saya pakai,” seloroh Lopa.

Kecurigaan Lopa berawal saat jarum penunjuk


di meteran bahan bakar mendekati “F”. Padahal,
seingat dia, saat tiba di tujuan, jarum penunjuk
justru mendekati “E”. Dari situlah, ia mengetahui
ada orang yang telah mengisikan bensin ke
mobilnya.

Menurut Anda, nilai-nilai integritas apa yang bisa kita teladani dalam
kisah tadi?
Jujur Peduli Sederhana
Berani Tanggung jawab Adil
Mandiri Kerja keras Disiplin

19
Segala sesuatu harus sesuai peruntukannya. Mobil
dinas hanya untuk keperluan dinas, tak boleh
untuk kepentingan pribadi. Bagi Baharuddin
Lopa, itu prinsip yang sangat mendasar. Itu
sebabnya, dia melarang istri dan ketujuh anaknya

Fasilitas menggunakan mobil dinas untuk keperluan


sehari-hari.

Bukan Suatu ketika, hal itu membuat seorang kerabatnya

Milik
kecele. Ceritanya, pada 1983, Lopa diundang
menjadi saksi pernikahan. Tuan rumah yang juga

Pribadi
kerabatnya, Riri Amin Daud, dan pagar ayu telah
menunggu kedatangannya.

20
Mereka menanti mobil dinas berpelat DD-3 Bukan hanya urusan mobil, soal telepon pun
berhenti di depan pintu. Namun, lama ditunggu, Lopa sangat ketat. Di rumahnya, telepon dinas
mobil itu tak jua tiba. Ketika sedang resah selalu dikunci. Bahkan, semasa menjabat Kepala
menanti, tiba-tiba saja suara Lopa terdengar dari Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan, dia sampai
dalam rumah. memasang telepon koin di rumah dinasnya agar
pemakaiannya terpantau.
Rupanya, ia bersama sang istri datang ke sana
dengan menumpang pete-pete, angkutan kota
khas Makassar. “Ini hari Minggu. Ini juga bukan
acara dinas. Jadi, saya tak boleh datang dengan
mobil kantor,” terang Lopa.

Menurut Anda, nilai-nilai integritas apa yang bisa kita teladani dalam
kisah tadi?
Jujur Peduli Sederhana
Berani Tanggung jawab Adil
Mandiri Kerja keras Disiplin

21
Sikap tegas yang diterapkan kepada diri sendiri
dan keluarga secara otomatis terbawa pula dalam
menjalankan tugas. Baharuddin Lopa dikenal sebagai
sosok yang tak kenal kompromi. Siapa pun siap
dihadapinya bila memang bermasalah.

Bukan
Salah satu contoh ketegasan itu adalah saat Lopa
mengusut kasus pengadaan fiktif Alquran senilai Rp2
juta yang melibatkan Kepala Kanwil Agama Sulawesi
Tega Selatan K.H. Badawi. Ia tak mau berkompromi meskipun
Badawi adalah sahabatnya.
kepada “Pak Lopa dengan Pak K.H. Badawi saat itu berteman

Sahabat akrab. Hampir setiap malam Jumat, saya disuruh


menjemput Pak K.H. Badawi untuk baca doa selamat di
rumah Pak Lopa,” terang Pariama, eks ajudan Lopa.

Dalam kasus itu, Lopa tetap mengusut tuntas. Ia tak


menggubris meskipun Badawi berkali-kali memohon
agar kasusnya itu tidak diproses.

22
Menurut Anda, nilai-nilai integritas apa yang bisa kita teladani dalam
kisah tadi?
Jujur Peduli Sederhana
Berani Tanggung jawab Adil
Mandiri Kerja keras Disiplin

23
Saling memberi hadiah untuk menyenangkan
hati memang tuntunan agama. Namun, dalam
kapasitas sebagai pejabat negara, hadiah tak
bisa diterima begitu saja karena biasanya ada
udang di balik batu. Ada maksud tertentu di balik

Hadiah pemberian itu.

Harusnya
Baharuddin Lopa adalah sosok yang sangat alergi
terhadap hadiah dalam bentuk apa pun, baik

untuk
yang diberikan oleh pejabat bawahannya, pejabat
dari instansi lain, maupun pengusaha. Ia selalu

Orang
menolak dengan halus. Setiap menerima parsel
pun, ia akan langsung mengembalikannya.

Susah

24
Pariama yang pernah menjadi ajudan Lopa tahu Suatu ketika, Lopa mendapatkan hadiah
betul mengenai hal itu. “Ia selalu mengatakan Rp100.000 dari H. Edi Sabara yang kala itu
kepada si pemberi hadiah bahwa dirinya tidak menjabat Gubernur Sulawesi Tenggara. Pada
perlu diberi hadiah karena ia memiliki gaji. Yang 1970-an, nilai uang itu sangat besar. Namun,
perlu diberi hadiah adalah rakyat yang susah,” Lopa tak tergiur. Ia tak mengambil uang itu, tapi
katanya. menyuruh ajudannya untuk menyerahkannya ke
panti jompo di Lepo-Lepo, Kendari.

Menurut Anda, nilai-nilai integritas apa yang bisa kita teladani dalam
kisah tadi?
Jujur Peduli Sederhana
Berani Tanggung jawab Adil
Mandiri Kerja keras Disiplin

25
Sri Sultan
Hamengku
Buwono IX
SETIAP ORANG, SIAPA PUN
DAN APA PUN JABATANNYA,
HARUS TAAT KEPADA
HUKUM.

26
R atusan ribu orang menangis, bersedih, dan
berduyun-duyun mengantar ke Imogiri,
Kompleks Pemakaman Raja-raja Mataram, pada
Lahir di Yogyakarta pada 12 April 1912, Sri Sultan
sejak kanak-kanak mendapatkan pendidikan
bercorak Belanda. Bahkan, selepas tamat dari
Oktober 1988. Tak sedikit dari mereka meratap Algemeene Middelbare School (AMS) di Bandung, ia
ingin melihat wajah Sultan Hamengku Buwono melanjutkan studi di Faculteit Indologie Universiteit
IX yang mangkat pada 2 Oktober tahun itu di Leiden, Belanda. Meski begitu, ia tak tercerabut
Washington DC, Amerika Serikat. dari akarnya. Saat pulang ke Indonesia dan
diangkat sebagai sultan, ia menegaskan bahwa
Sri Sultan yang bernama asli Bendoro Raden Mas dirinya tetaplah seorang Jawa.
Dorodjatun memang memiliki tempat tersendiri
di hati rakyat Yogyakarta, bahkan Indonesia. Ia Sejak Indonesia merdeka, Sri Sultan ditetapkan
dikenal sebagai sultan yang demokratis, merakyat, sebagai Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta.
dan setia kepada Negara Kesatuan Republik Selain itu, ia pun beberapa kali diangkat sebagai
Indonesia. menteri. Antara lain menteri negara dalam Kabinet
Syahrir III dan Kabinet Hatta, deputi perdana
Naik takhta pada 18 Maret 1940, ia terlibat menteri dalam Kabinet Natsir, menteri pertahanan
langsung dalam pergulatan negeri ini dalam di Kabinet Wilopo, serta menteri koordinator
memperjuangkan kemerdekaan dari penjajah bidang ekonomi, keuangan, dan industri Kabinet
Belanda dan Jepang. Peran besar Sri Sultan antara Ampera. Puncaknya, ia menduduki kursi wakil
lain saat menjadikan keraton sebagai benteng presiden pada 1972– 1978.
persembunyian para pejuang yang bertempur
melawan tentara Belanda. Ia juga sempat
menyerahkan cek senilai enam juta gulden pada
1948 bagi kepentingan Republik Indonesia.

27
Kala itu, pertengahan 1960-an. Sri Sultan
Hamengku Buwono IX mengendarai sendiri
mobilnya ke luar kota, tepatnya ke Pekalongan.
Entah mengapa, Sri Sultan saat itu melakukan
kesalahan. Dia melanggar rambu lalu lintas.
Malang bagi Sri Sultan, seorang polisi yang
Surat Tilang tengah berjaga memergokinya. Tak ayal, priiiit...
Polisi itu pun menghentikan mobil Sri Sultan.

untuk Sultan “Selamat pagi!” ucap Brigadir Royadin, polisi


itu, sambil memberi hormat dengan sikap
sempurna. “Boleh ditunjukkan rebewes (surat-
surat kelengkapan kendaraan berikut surat
izin mengemudi).” Sri Sultan tersenyum dan
memenuhi permintaan sang polisi.

Saat itulah sang polisi baru tahu bahwa orang


yang ditindaknya adalah Sri Sultan. Brigadir
Royadin gugup bukan main. Namun, dia segera
mencoba memperbaiki sikap demi wibawanya
sebagai polisi.

TO P
S
28
“Bapak melanggar verbodden. Tidak boleh lewat
sini. Ini satu arah!” kata dia.

“Benar... Saya yang salah,” jawab Sri Sultan.


Ketika melihat keragu- rauan di wajah Brigadir
Royadin, beliau berkata, “Buatkan saja saya surat
tilang.”

Singkat cerita, sang polisi pun melakukan tilang


kepada Sri Sultan. Tak ada sikap mentang-
mentang berkuasa yang diperlihatkan Sri Sultan
pada saat itu.

Bahkan, tak lama kemudian, dia meminta Brigadir


Royadin bertugas di Yogyakarta dan menaikkan
pangkatnya satu tingkat. Alasannya, Royadin
dianggap sebagai polisi yang berani
dan tegas.

Menurut Anda, nilai-nilai integritas apa yang bisa kita teladani dalam
kisah tadi?
Jujur Peduli Sederhana
Berani Tanggung jawab Adil
Mandiri Kerja keras Disiplin

29
Jip Willys itu berhenti seketika kala seorang mbok
bakul, wanita pedagang gendong hasil desa,
memintanya menepi. Pengemudinya lantas turun
dan membantu menaikkan karung-karung yang
hendak dibawa si mbok ke Pasar Kranggan, Jetis,
Yogyakarta. Si mbok memang terbiasa menyetop
Sopir oplet yang lewat dan membayar satu rupiah
untuk sekali jalan.

Mbok Bakul Di sepanjang perjalanan, tak ada hal aneh. Si


mbok berbincang santai dengan sopir jip itu.
Keanehan baru terlihat saat mobil tiba di pasar.
Sejumlah pedagang terperangah melihat si mbok
turun dari jip itu. Apalagi ketika menyaksikan
sopirnya ikut menurunkan karung- karung milik si
mbok.

30
Meski begitu, si mbok yang fokus pada barang- Tiba-tiba saja, seseorang menegurnya. “Mbok
barang bawaannya tak memperhatikan hal tahu siapa orang yang tadi itu? Beliau adalah
tersebut. Begitu seluruh bawaannya turun dari Sampeyan Dalem!” katanya. Mendengar itu, si
mobil, si mbok mengeluarkan uang dari balik mbok seperti disambar petir, pingsan. Pasalnya,
kembennya untuk diberikan kepada sopir yang Sampeyan Dalem adalah sebutan para kawula
telah mengantarkannya itu. Ngayogyakarta bagi sang raja, Sultan Hamengku
“Berapa ongkosnya, Pak Sopir?” Buwono IX
“Wah... Ndak usah, Bu.”
“Walah.., Pak Sopir. Kayak ndak butuh uang saja.” Cerita itu sangat populer di kalangan
“Sudah tidak, Bu, terima kasih.” kawula Ngayogyakarta. Sebuah kisah yang
“Lho, kurang toh? Biasanya saya kasihnya juga membuktikan sikap mulia Sultan Hamengku
segini.” Buwono IX. Meski menjadi raja, ia tak lantas
“Ndak apa-apa, Bu... Saya cuma mau membantu.” besar kepala dan gila hormat.
“Sudah merasa kaya toh, Pak Sopir ndak mau
terima uang?”

Sang sopir hanya tersenyum, lalu pamit keluar


dari pasar. Si mbok terus mengumpat dan
menggerutu meski sang sopir jip telah berlalu
dari hadapannya.

Menurut Anda, nilai-nilai integritas apa yang bisa kita teladani dalam
kisah tadi?
Jujur Peduli Sederhana
Berani Tanggung jawab Adil
Mandiri Kerja keras Disiplin

31
Hoegeng Iman
Santoso
PANTANG TERIMA
PEMBERIAN KARENA
JABATAN.

32
K onon, menjadi polisi sudah menjadi cita-cita
masa kecil Hoegeng Iman Santoso. Itu antara
lain karena ia sangat terkesan oleh sosok Ating
Setelah itu, ia masuk Koto Keitsatsu Gakko (Sekolah
Tinggi Polisi) di Sukabumi pada 1944, mengikuti
pendidikan di Provost Marshall General School,
Natadikusumah yang kala itu menjabat Kepala AS, pada 1950, masuk Perguruan Tinggi Ilmu
Jawatan Kepolisian Karesidenan Pekalongan. Kepolisian (PTIK) pada 1952, dan mengikuti
Di mata Hoegeng, Ating yang gagah, suka Pendidikan Brigade Mobil (Brimob) di Porong
menolong, dan banyak teman adalah sosok yang pada 1959.
pantas dijadikan teladan.
Kariernya dijalani secara bertahap. Hoegeng
Menariknya, saat menapaki dunia pendidikan, pada awalnya menjadi agen polisi, lalu
Hoegeng justru mengambil jalur hukum. Selepas menjabat Kapolsek Jomblang, Semarang, pada
bersekolah di Algemeene Middelbare School 1945. Selanjutnya, ia menjabat Kepala Dinas
(AMS) Yogyakarta, ia malah melanjutkan ke Pengawasan Keamanan Negara (DPKN) Surabaya
Rechtshogeschool (RHS) di Jakarta. Ini sangat (1952–1955), Kepala Reskrim Sumatera Utara
mungkin karena ayahnya, Sukario Hatmodjo, (1955–1959), Deputi Operasi Menteri Muda
berkiprah di bidang hukum dan sempat menjadi Panglima Angkatan Kepolisian (Menpangak) pada
Kepala Kejaksaan Pekalongan. 1967–1968, hingga akhirnya diangkat sebagai
Kepala Kepolisian Republik Indonesia pada 1968–
Perpindahan jalur yang dialami Hoegeng tak 1971.
terlepas dari kedatangan Jepang pada 1942.
Hoegeng terpaksa harus pulang ke Pekalongan Di samping di jalur kepolisian, Hoegeng yang
dan meninggalkan kuliahnya di RHS. Memasuki meninggal di Jakarta pada 14 Juli 2004 juga
1943, Hoegeng mengikuti pendidikan polisi sempat menjadi kepala Jawatan Imigrasi RI (1960–
Leeterling Hoofdagent Van Politie (Pendidikan Ajun 1965) dan Menteri Iuran Negara RI (1966–1967).
Inspektur Polisi).

33
“Apa hubungannya toko kembang dengan
jabatan kepala jawatan imigrasi?”

Itulah protes yang dilontarkan Merry Roeslani,


istri Jenderal Hoegeng Iman Santoso yang lantas
menjadi Kapolri, ketika diminta sang suami
Tutupnya Toko menutup toko kembang milik mereka hanya satu
hari jelang pelantikan sebagai kepala jawatan

Kembang imigrasi.

Kami Ibu Merry tak habis pikir dengan permintaan


suaminya itu karena toko kembang tersebut
adalah salah satu sumber penghasilan tambahan
mereka.

34
Hoegeng menjawab tegas, “Nanti semua orang
yang berurusan dengan imigrasi akan memesan
kembang pada toko kembang ibu, dan ini tidak
adil untuk toko-toko kembang lainnya.”

Rupa-rupanya, Hoegeng takut toko bunga itu


menjadi beban bagi dirinya dalam menjalankan
tugasnya. Dia tak ingin orang-orang membeli
kembang di toko itu hanya karena melihat jabatan
yang diembannya.

Menurut Anda, nilai-nilai integritas apa yang bisa kita teladani dalam
kisah tadi?
Jujur Peduli Sederhana
Berani Tanggung jawab Adil
Mandiri Kerja keras Disiplin

35
Hoegeng Iman Santosa dan keluarganya
mendapat sebuah kejutan besar ketika diangkat
sebagai Kepala Direktorat Reserse dan Kriminal
Polda Sumatera Utara pada 1956. Sempat
berdiam di Hotel De Boer selama beberapa waktu
karena rumah dinas masih dihuni pejabat lama,
Itu Bukan Hoegeng terkejut bukan kepalang saat tiba giliran
menempati rumah itu. Rumah dinas itu dipenuhi

Rumah Kami barang-barang mewah.

Hoegeng tak bisa menerima hal itu. Ia dan


keluarganya berkeras tetap tinggal di hotel jika
barang-barang mewah itu masih ada di sana.
Mereka baru akan pindah bila rumah tersebut
hanya diisi barang-barang inventaris kantor.
Pada akhirnya, Hoegeng dan keluarganya
mengeluarkan semua barang mewah itu ke tepi
jalan.

Bagi Hoegeng, keberadaan barang-barang


mewah itu sangat mencurigakan. Pasalnya,
mereka belum mengenal siapa pun di tempat
baru tersebut. Belakangan diketahui, barang-
barang itu berasal dari bandar judi yang hendak
menyuapnya.

36
Menurut Anda, nilai-nilai integritas apa yang bisa kita teladani dalam
kisah tadi?
Jujur Peduli Sederhana
Berani Tanggung jawab Adil
Mandiri Kerja keras Disiplin

37
Ki Hadjar
Dewantara
LEBIH BAIK TAK PUNYA
APA-APA TAPI SENANG HATI
DARIPADA BERGELIMANG
HARTA NAMUN TAK BAHAGIA.

38
T erlahir di keluarga bangsawan, tepatnya putra
GPH Soerjaningrat dan cucu Pakualam III, R.
Soewardi Soerjaningrat tak kesulitan meretas
Atas hukuman itu, ketiganya mengajukan
permohonan untuk dibuang ke Belanda,
bukan tempat terpencil di negeri sendiri. Pada
pendidikan. Bermula dari Eerste Lagere School 1913, pemerintah kolonial menyetujui hal
(ELS), ia lantas diterima belajar di School tot itu. Selama lima tahun, Ki Hadjar menjalani
Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA), sekolah masa pembuangan di Negeri Kincir Angin.
dokter Bumiputera. Namun, ia urung lulus dan Kesempatan itu digunakan untuk mendalami
menjadi dokter karena sakit. masalah pendidikan dan pengajaran hingga
akhirnya Ki Hadjar mendapatkan Europeesche Akte
Soewardi lantas berkiprah di dunia jurnalistik. yang memungkinkannya mendirikan lembaga
Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan pendidikan.
Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan
Poesara adalah beberapa media yang pernah Itulah titik balik perjuangan Ki Hadjar. Sepulang ke
menjadi pelabuhan kariernya. Pada saat yang tanah air, dia mendirikan Perguruan Taman Siswa
bersamaan, ia pun berkiprah di dunia politik. pada 1922. Perjuangan penanya pun bergeser
Sempat bergabung dengan Boedi Oetomo, dari masalah politik ke pendidikan. Tulisan-tulisan
ia bersama Douwes Dekker dan dr. Cipto itulah yang lantas menjadi dasar-dasar pendidikan
Mangoenkoesoemo lantas mendirikan Indische nasional bagi bangsa Indonesia. Saat Indonesia
Partij pada 25 Desember 1912. merdeka, ia pun dipercaya menjabat menteri
pendidikan dan pengajaran.
Karena penanya yang tajam dan kiprah politiknya,
pria yang memutuskan menanggalkan gelar Berkat perjuangan dan komitmennya terhadap
kebangsawanannya dengan mengganti nama pendidikan, Ki Hadjar mendapat gelar doktor
menjadi Ki Hadjar Dewantara pada umur 40 tahun honoris causa dari Universitas Gajah Mada pada
tersebut sangat dimusuhi pemerintah kolonial 1957. Dua tahun berselang, tepatnya 28 April
Belanda. Bersama dua sahabatnya sesama pendiri 1959, Ki Hadjar meninggal dunia dan dimakamkan
Indische Partij, Ki Hadjar dijatuhi hukuman tanpa di Yogyakarta.
proses pengadilan. Mereka harus menjalani masa
pembuangan.

39
Bagi seorang petinggi negeri, kenikmatan
duniawi bukanlah hal yang sukar untuk dirasakan
dan didapatkan. Pesta besar usai pelantikan
sebagai pejabat adalah hal lumrah dengan
dalih sebagai bentuk syukur kepada Tuhan atas
kepercayaan yang diembankan. Namun, hal itu
Mi Godhok tak berlaku bagi Ki Hadjar Dewantara.

Sang Menteri Setelah ditetapkan menjadi orang pertama yang


menjabat Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan
Kebudayaan Republik Indonesia, Ki Hadjar pulang
larut malam. Tak ada pesta atau makan besar
istimewa yang menyambut kedatangannya.
Bahkan sekadar lauk- pauk pun tak tersedia di
meja makan. Nyi Hadjar lantas menyuruh salah
satu anak mereka untuk membeli mi godhok
di pinggir jalan. Makan malam dengan menu
serantang mi godhok untuk sekeluarga pun
jadilah.

40
Bagi Ki Hadjar, itu bukan masalah besar. Meski
berasal dari keluarga bangsawan, kesederhanaan
memang telah menjadi bagian dari sikap
hidupnya. Kesederhanaan inilah yang membuat
Ki Hadjar tak silau memandang dunia walaupun
jabatan prestisius disandangnya.

Seperti terpampang di Museum Sumpah Pemuda,


Ki Hadjar pernah berujar, “Aku hanya orang biasa
yang bekerja untuk bangsa Indonesia, dengan
cara Indonesia. Namun, yang penting untuk kalian
yakini, sesaat pun aku tak pernah mengkhianati
tanah air dan bangsaku, lahir maupun batin
aku tak pernah mengkorup kekayaan negara.
Aku bersyukur kepada Tuhan yang telah
menyelamatkan langkah perjuanganku.”

Menurut Anda, nilai-nilai integritas apa yang bisa kita teladani dalam
kisah tadi?
Jujur Peduli Sederhana
Berani Tanggung jawab Adil
Mandiri Kerja keras Disiplin

41
Seorang terpandang, berkedudukan, dan terlahir
dari keluarga bangsawan. Begitulah Ki Hadjar
Dewantara. Namun, dalam kesehariannya,
kemewahan bukanlah hal yang melekat pada
diri pria bernama asli Raden Mas Soewardi
Soerjaningrat tersebut. Salah satu buktinya, ia tak
Berburu sungkan membeli perabotan bekas dari teman
atau pelelangan.

Perabotan Pada zaman penjajahan, warga Belanda yang

Bekas akan kembali ke negaranya karena sudah pensiun


biasa melelang rumah berikut perabotannya.
Kesempatan ini tidak dilewatkan keluarga Ki
Hadjar.

42
Sudah barang tentu, itu karena perabotan bekas Sikap inilah yang membuat Ki Hadjar tak silau
pakai yang dijual itu berharga murah. Bagi Ki terhadap dunia. Bagi dirinya, derajat seseorang
Hadjar, hal terpenting dari sebuah benda adalah bukan ditentukan oleh kekuasaan dan kekayaan
manfaatnya, bukan umurnya. Jikalau masih yang dimiliki, melainkan oleh perbuatan dan
berguna, barang bekas tak kalah dari barang baru. kebermanfaatannya di dunia.

Ini sesuai dengan cara pandang Ki Hadjar


terhadap kehidupan manusia. Ia pernah berujar,
“Memayu hayuning sariro.., memayu hayuning
bangsa.., memayu hayuning bawana.”Artinya, apa
pun yang dikerjakan oleh seseorang harusnya bisa
bermanfaat bagi dirinya sendiri, bermanfaat bagi
bangsa, dan bermanfaat bagi dunia.

Menurut Anda, nilai-nilai integritas apa yang bisa kita teladani dalam
kisah tadi?
Jujur Peduli Sederhana
Berani Tanggung jawab Adil
Mandiri Kerja keras Disiplin

43
Mohammad
Hatta
SETIAP PERBUATAN
ADALAH DEMI
NEGARA YANG
DICINTAI, JANGANLAH
BERKHIANAT.

44
S osok Mohammad Hatta dikenal sebagai
seorang negarawan besar Indonesia.
Selain menjadi ujung tombak dalam beberapa
Sosoknya kian mengemuka semasa menimba
ilmu di Nederland Handelshogeschool di
Rotterdam pada 1921. Ia bergabung dengan
perundingan dengan pemerintah kolonial Indische Vereniging yang lantas berubah menjadi
Belanda, Hatta adalah ekonom jempolan dan Perhimpunan Indonesia. Pada 1926, Hatta menjadi
orang pertama yang menjabat wakil presiden. pemimpin organisasi pergerakan nasional di
Belanda tersebut.
Kisah hidup Hatta penuh warna. Dia lahir di
Bukttinggi, 12 Agustus 1902, dalam keluarga yang Karena pengaruhnya yang besar, Hatta
dipengaruhi dua hal berbeda. Ayahnya berasal berkali-kali ditangkap dan diasingkan oleh
dari keluarga ulama, sedangkan ibunya berasal pemerintah kolonial. Namun, perjuangannya
dari keluarga pedagang. tak pernah berhenti hingga menjadi sosok yang
mendampingi Ir. Soekarno memproklamasikan
Namun, Hatta yang terlahir dengan nama kemerdekaan Indonesia pada 1945. Selain menjadi
Mohammad Athar tak lama menikmati belaian wakil presiden, Hatta juga sempat menjabat
sang ayah. Saat Hatta berumur tujuh bulan, sang menteri luar negeri dan perdana menteri.
ayah meninggal dunia.
Hatta meninggal pada 14 Maret 1980 setelah
Memulai pendidikan di Sekolah Rakyat Melayu dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo,
Fort De kock pada 1913, Hatta pindah ke Jakarta. Jenazahnya kemudian dikebumikan di
Europeesche Lagere School (ELS) di Padang pada TPU Tanah Kusir.
1916. Setelah lulus, ia meneruskan studi ke Meer
Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di kota yang
sama.

Sejak masuk MULO inilah Hatta mulai tertarik pada


pergerakan. Ia lantas bergabung dengan Jong
Sumatranen Bond. Di sana, hingga 1921, Hatta
menjabat bendahara.

45
Jujur, sederhana, dan teguh memegang prinsip.
Begitulah kepribadian Mohammad Hatta. Mahar
Mardjono, mantan Rektor Universitas Indonesia
yang juga seorang dokter, menjadi saksi hal

Kembailkan tersebut ketika mendampingi Bung Hatta berobat


ke luar negeri pada 1970-an.

Saja Uang “Waktu singgah di Bangkok dalam perjalanan

Itu
pulang ke Jakarta, Bung Hatta bertanya kepada
sekretarisnya, Pak Wangsa, jumlah sisa uang yang
diberikan pemerintah untuk berobat. Ternyata
sebagian uang masih utuh karena ongkos
pengobatan tak sebesar dari dugaan.
Segera Hatta memerintahkan mengembalikan
uang sisa itu kepada pemerintah via Kedubes RI di
Bangkok,” ungkap Mahar.

46
Hal serupa juga dilakukan Bung Hatta sesaat
setelah lengser dari posisinya sebagai wakil
presiden. Kala itu, Sekretaris Kabinet Maria Ulfah
menyodorkan uang Rp6 juta yang merupakan sisa
dana nonbujeter untuk keperluan operasional
dirinya selama menjabat wakil presiden. Namun,
dana itu ditolaknya. Bung Hatta mengembalikan
uang itu kepada negara.

Bung Hatta melakukan itu karena tak ingin


meracuni diri dan mengotori jiwanya dengan
rezeki yang bukan haknya. Dia selalu teringat
pepatah Jerman, Der Mensch ist, war es iszt, sikap
manusia sepadan dengan caranya mendapat
makan.

Menurut Anda, nilai-nilai integritas apa yang bisa kita teladani dalam
kisah tadi?
Jujur Peduli Sederhana
Berani Tanggung jawab Adil
Mandiri Kerja keras Disiplin

47
“Aduh, Ayah! Mengapa tidak bilang terlebih
dahulu akan ada penotongan uang? Ya.., uang
tabungan kita tidak ada gunanya lagi! Untuk
membeli mesin jahit sudah tak bisa lagi, tak ada
harganya.”

Demi Kalimat penyesalan itu terlontah dari mulut Rahmi


Hatta, istri wakil presiden saat itu, Mohammad

Sebuah Hatta. Ibu Rahmi pantas kecewa. Demi membeli


sebuah mesin jahit, sedikit demi sedikit ia

Rahasia menyisihkan sebagian dari penghasilan yang


diberikan Bung Hatta.

48
Namun, ketika tabungannya sudah cukup untuk “Kepentingan negara tidak ada sangkut pautnya
membeli mesin jahit idamannya, tiba-tiba saja dengan usaha memupuk kepentingan keluarga.
pemerintah mengeluarkan kebijakan senering Rahasia negara adalah tetap rahasia. Sungguhpun
(pemotongan nilai uang) dari Rp100 menjadi Rp1. saya bisa percaya kepadamu, tetapi rahasia ini
Alhasil, nilai tabungan Ibu Rahmi pun menurun tidak patut dibocorkan kepada siapa pun. Biarlah
dan tak lagi cukup untuk membeli mesin jahit. Ibu kita rugi sedikit demi kepentingan seluruh negara.
Rahmi merasa dikhianati karena justru Bung Hatta Kita coba nabung lagi, ya.”
yang mengumumkan senering tersebut.

Keluhan sang istri yang akrab dipanggil Yuke


itu tak membuat Bung Hatta marah. Dengan
tenang, dia berujar, “Yuke, seandainya Kak Hatta
mengatakan terlebih dahulu kepadamu, nanti
pasti hal itu akan disampaikan kepada ibumu.
Lalu, kalian berdua akan mempersiapkan diri, dan
mungkin akan memeri tahu kawan-kawan dekat
lainnya. Itu tidak baik!”

Menurut Anda, nilai-nilai integritas apa yang bisa kita teladani dalam
kisah tadi?
Jujur Peduli Sederhana
Berani Tanggung jawab Adil
Mandiri Kerja keras Disiplin

49
Seperti wajarnya manusia biasa, Mohammad Hatta
juga memiliki impian yang berkaitan dengan
materi. Salah satunya, dia begitu mengidamkan
sepatu Bally. Pada 1950-an, Bally adalah merek
sepatu bermutu tinggi.

Mimpi Tak Harganya tentu saja tidaklah murah. Potongan


iklan yang memuat alamat penjual sepatu

Terbeli itu menjadi saksi bisu keinginan sang wakil


presiden. Demi sepatu itu, Bung Hatta berusaha
menabung. Namun, uang tabungannya tidak
pernah mencukupi karena selalu terambil untuk
keperluan rumah tangga atau untuk membantu
kerabat dan handai taulan yang datang meminta
pertolongan.

50
Hingga akhir hayatnya, Bung Hatta tak pernah bisa
memiliki sepatu Bally idamannya itu. Sebenarnya
bisa saja Bung Hatta merealisasikan keinginannya.
Dia tinggal meminta bantuan orang lain untuk
membelikan sepatu itu. Namun, bagi Bung Hatta,
itu mencederai prinsip hidup dan kesetiaannya
kepada negara.

Menurut Anda, nilai-nilai integritas apa yang bisa kita teladani dalam
kisah tadi?
Jujur Peduli Sederhana
Berani Tanggung jawab Adil
Mandiri Kerja keras Disiplin

51
Mohammad
Natsir
JABATAN DAN
KEDUDUKAN TAK
SEHARUSNYA MENGUBAH
KESAHAJAAN.

52
P erdagangan dan agama adalah dua hal yang
begitu lekat dengan M. Natsir sejak terlahir
di Alahan Panjang, Solok, Sumatera Barat, 17 Juli
Natsir menyita perhatian ketika menyampaikan
mosi integral pada 1950. Ia lantas diangkat
menjadi perdana menteri walaupun hanya
1908. Berkali-kali dia tinggal bersama saudagar sebentar bertugas karena ada penolakan dan
dan tak henti menuntut ilmu agama Islam. Saat perlawanan dari Partai Nasional Indonesia
menimba ilmu di Hollandsch Indische School (PNI) menyusul kritik terhadap Soekarno atas
(HIS), ia juga tetap belajar di madrasah diniyah. ketimpangan kesejahteraan antara Jawa dan luar
Selepas dari HIS, Natsir melanjutkan studinya ke Jawa.
Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), lalu ke
Algemeene Middelbare School (AMS) di Bandung. Ketidakpuasan membuat Natsir bergabung
dengan gerakan Pemerintah Revolusioner
Kegemarannya berorganisasi dimulai sejak di Republik Indonesia (PRRI). Ini membuat ia
MULO. Natsir antara lain bergabung dengan ditangkap dan dipenjarakan pada 1962. Sikap
Pandu Nationale Islamietische Pavinderij, dan Jong kritis Natsir berlanjut pada era Orde Baru. Natsir
Islamieten Bond. Kiprahnya terus mengemuka di termasuk salah satu penanda tangan Petisi 50
pelbagai organisasi. Ia kemudian menjadi Wakil pada 5 Mei 1980. Meski demikian, sosok yang
Ketua Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) meninggal pada 6 Februari 1993 ini tetap
dan Presiden Liga Muslim Sedunia (World Moslem berkontribusi besar. Antara lain dalam mencairkan
Congress), dan Ketua Dewan Masjid Sedunia. hubungan Indonesia dan Malaysia.

53
Seorang menteri yang juga tokoh ternama
di dunia internasional mengenakan kemeja
bertambal? Jika hal itu diungkapkan pada saat

Kemeja
ini, mungkin tak ada orang yang akan percaya.
Namun, dulu sosok seperti itu nyata adanya.

Bertambal
Dialah Mohammad Natsir, tokoh besar yang
berkali-kali menjadi menteri dan sempat pula
menjabat perdana menteri.

George McTurnan Kahin, guru besar


Universitas Cornell, Amerika Serikat, sampai
terhenyak kala bertemu M. Natsir untuk kali
pertama pada 1946. Ketika itu, Natsir adalah
Menteri Penerangan RI. “Ia memakai kemeja
bertambalan, sesuatu yang belum pernah saya
lihat di antara para pegawai pemerintah mana
pun,” terang Kahin seperti tertulis dalam buku
Natsir: 70 Tahun Kenang-kenangan Kehidupan
dan Perjuangan.

54
Belakangan, Kahin mengetahui bahwa Natsir
hanya memiliki dua stel kemeja kerja yang
sudah tidak begitu bagus. Natsir tak malu
menjahit kemejanya itu bila robek. Hal itu sampai
membuat para pegawai Kementerian Penerangan
mengumpulkan uang untuk membelikan Natsir
baju agar terlihat seperti menteri sungguhan.

Menurut Anda, nilai-nilai integritas apa yang bisa kita teladani dalam
kisah tadi?
Jujur Peduli Sederhana
Berani Tanggung jawab Adil
Mandiri Kerja keras Disiplin

55
“Mobil itu bukan milik kita. Lagi pula, yang ada
masih cukup. Cukupkan yang ada. Jangan cari
yang tiada. Pandai-pandailah mensyukuri nikmat.”

Syukuri Apa Demikianlah jawaban Mohammad Natsir atas

Adanya
pertanyaan putrinya, Lies, pada suatu ketika. Hal
yang ditanyakan Lies adalah putusan sang ayah
menolak pemberian sebuah mobil dari tamunya.
Padahal, mobil yang akan diberikan sang tamu
kepada Natsir yang saat itu memimpin Fraksi
Masyumi di parlemen adalah buatan Amerika
Serikat yang tergolong mewah.

Dalam pandangan Lies, mobil itu bisa


menggantikan mobil ayahnya yang sudah kusam.

56
Natsir berpandangan lain. Ia pantang menerima
pemberian seseorang yang lantas akan menjadi
beban dalam menjalankan amanah. Natsir
memang lebih suka memenuhi kebutuhan
hidup dengan perjuangannya sendiri. Bertahun-
tahun, Natsir tak malu nenumpang di paviliun
rumah Prawoto Mangkusasmito. Dia pun sempat
menumpang di rumah H. Agus Salim. Baru pada
1946, pemerintah memberikan rumah dinas
kepadanya.

Menurut Anda, nilai-nilai integritas apa yang bisa kita teladani dalam
kisah tadi?
Jujur Peduli Sederhana
Berani Tanggung jawab Adil
Mandiri Kerja keras Disiplin

57
Saifuddin
Zuhri
MENJADI PEJABAT BUKAN
BERARTI MEMANJAKAN
KERABAT DAN SAHABAT.

58
L askar Hizbullah. Pada zaman revolusi fisik,
laskar yang dibentuk pada 1944 itu memiliki
peran cukup besar. Dari laskar ini pula muncul
Saifuddin juga aktif di organisasi Nahdlatul Ulama.
Ia antara lain sempat menjadi Konsul Daerah
Ansor dan NU Jawa Tengah serta Sekretaris
beberapa tokoh nasional. Salah satunya Saifuddin Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
Zuhri. Ia adalah Komandan Divisi Hizbullah Jawa Adapun di pemerintahan, keterlibatan Saifuddin
Tengah dan anggota Dewan Pertahanan Daerah diawali di Dewan Pertimbangan Agung (DPA).
Kedu. Ia antara lain terlibat dalam Pertempuran Lantas, ia diangkat sebagai menteri agama pada
Ambarawa. 1964.

Lahir di Banyumas pada 1 Oktober 1919, Saifuddin Dalam kehidupannya, Saifuddin yang semasa
sejak kanak-kanak tumbuh dalam lingkungan muda berprofesi sebagai wartawan juga dikenal
agamis. Tak heran bila jalur pendidikan yang sebagai penulis buku. Salah satu karyanya adalah
ditempuhnya selalu di jalur ini. Ia sempat Berangkat dari Pesantren. Buku ini rampung
menimba ilmu di Madrasah Ibtidaiyah Al Huda, pada 10 September 1985. Sekitar enam bulan
Madrasah Mambaul Ulum, Madrasah Salafiyah, berselang, tepatnya 25 Februari 1986, Saifuddin
dan Lembaga Pendidikan Al Islam. meninggal dunia. Buku yang diterbitkan pada
1987 itu pun menjadi karya terakhirnya.

59
Karena
Kamu
Adikku

60
Ada pertimbangan sangat masak yang dibuat Mendengar hal itu, Saifuddin menolaknya.
Bung Karno ketika memutuskan mengangkat “Sebagai orang yang berjasa dan mengingat
Saifuddin Zuhri sebagai menteri agama di Kabinet kondisi perekonomianmu belum memungkinkan,
Dwikora I pada 27 Agustus 1964. Bung Karno sudah layak jika Departemen Agama menghajikan.
terkesan oleh kepribadian dan sikap amanah yang Apalagi kamu pernah berjuang dalam
ditunjukkan Saifuddin kala diberi kepercayaan. perang kemerdekaan. Tapi, ada satu hal yang
menyebabkan aku tak mungkin membantu
Sebagai menteri agama, Saifuddin kembali melalui haji departemen. Karena kamu adikku.
menunjukkan sikap tersebut. Suatu ketika, Coba kamu orang lain, sudah lama aku hajikan,”
Mohammad Zainuddin Dahlan, adik iparnya, tutur Saifuddin.
mendatangani kantor Saifuddin. Ia bermaksud
meminta Saifuddin memberangkatkannya ke
tanah suci untuk menunaikan ibadah haji dengan
menggunakan fasilitas Kementerian Agama yang
dipimpin Saifuddin.

Menurut Anda, nilai-nilai integritas apa yang terkandung dalam kisah


tadi?
Jujur Peduli Sederhana
Berani Tanggung jawab Adil
Mandiri Kerja keras Disiplin

61
Sungguh mencurigakan. Demikian terbersit
di benak anak-anak Saifuddin Zuhri melihat
kebiasaan baru sang ayah pada 1980-an. Selepas

Hobi Baru
salat duha, sekitar pukul 09.00, ia keluar dari
rumah mengendarai mobilnya. Sendirian saja.

Sang Mantan
Siang hari, selepas zuhur, barulah ia kembali ke
rumah. Itu berlangsung setiap hari.

Menteri Selidik punya selidik, Menteri Agama RI periode


1962–1967 itu berangkat ke Glodok. Di Pasar
Glodok, tanpa sepengetahuan keluarganya,
Saifuddin berjualan beras. Hal ini kemudian
terkuak juga ketika seorang anaknya memergoki ia
tengah menjajakan beras dagangannya.

62
Fakta ini cukup mengejutkan karena Saifuddin
sebenarnya memiliki uang pensiun yang cukup
untuk menghidupi keluarganya. Namun, Saifuddin
memilih berdagang karena ingin keluarganya
makan dari uang hasil jerih payahnya sendiri,
bukan dari uang pensiun yang bersumber dari kas
negara.

Konon, uang pensiun itu tidak disentuhnya. Uang


itu dikumpulkan hingga kemudian dibelikan
rumah di Jalan Hang Tuah 1/6, Kebayoran
Baru, Jakarta Selatan. Rumah itu pun tak lantas
ditinggali bersama keluarganya, tetapi dijadikan
Rumah Bersalin Muslimat NU.

Menurut Anda, nilai-nilai integritas apa yang bisa kita teladani dalam
kisah tadi?
Jujur Peduli Sederhana
Berani Tanggung jawab Adil
Mandiri Kerja keras Disiplin

63
Sjafruddin
Prawiranegara
MALU ITU BILA MENGAMBIL
MILIK ORANG LAIN ATAU
MENGAMBIL UANG NEGARA.

64
P residen yang terlupakan. Begitulah
beberapa pihak menyebut sosok Sjafruddin
Prawiranegara yang lahir di Serang, Banten, pada
Setelah Indonesia merdeka, Sjafruddin sempat
menjabat menteri keuangan, perdana menteri,
wakil perdana menteri, dan Gubernur Bank
28 Februari 1911. Maklum, dalam daftar Presiden Indonesia. Saat terjadi Agresi Militer II yang
RI, Sjafruddin tak tercantum meski sempat dilancarkan Belanda pada 1948, Sjafruddin
menjabat Presiden Pemerintah Darurat Republik dipercaya mengambil alih pemerintahan karena
Indonesia (PDRI). Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moh.
Hatta ditangkap oleh Belanda. Pada 13 Juli 1949,
Sjafruddin lahir dari seorang ayah yang berprofesi Sjafruddin mengembalikan mandat kepada
jaksa. Tak heran bila ia kemudian memilih masuk Presiden Soekarno.
Rechtshogeschool (RHS) usai menyelesaikan
pendidikan di Algemeene Middelbare School (AMS) Pengabdian Sjafruddin bagi negeri ini berakhir
pada 1931. Pada 1939, Sjafruddin meraih titel pada 15 Februari 1989. Dalam usia 77 tahun, ia
Meester in de Rechten (Mr). berpulang ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa.

Menariknya, pria yang saat kecil akrab dipanggil


Kuding itu justru berkarier di bidang lain. Sempat
menjadi pegawai di radio swasta, ia lantas
menjadi petugas Departemen Keuangan, baik
pada akhir penjajahan Belanda maupun saat
pendudukan Jepang.

65
Tertusuk
”Gunting”
Sang Suami

66
Seperti sekeping uang, dalam sejarah Indonesia, Kebijakan itu menggariskan uang di atas Rp5
Sjafruddin Prawiranegara memiliki dua sisi yang dipotong menjadi dua alias menjadi hanya
bertolak belakang. Di satu sisi, dia adalah salah setengahnya. Setengah bagian dipinjamkan
satu tokoh kemerdekaan. Di sisi lain, dia juga kepada negara yang saat itu tengah kesulitan
tokoh PRRI yang sempat memberontak terhadap dana. Kebijakan kontroversial tersebut dikenal
pemerintah. sebagai “Gunting Sjafruddin”.
“Kok tidak bilang-bilang?” protes Tengku Halimah.
Terlepas dari hal itu, Sjafruddin diakui sebagai Sjafruddin menjawab, “Kalau bilang-bilang, tidak
sosok amanah yang memegang teguh kesetiaan rahasia, dong!”
kepada negaranya. Saking setianya, dia bahkan tak
membocorkan kebijakan penting kepada istrinya, Demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
Tengku Halimah. delapan anaknya, Tengku Halimah pun harus
kas bon ke Kementerian Keuangan. Utang itu
Pada 1950-an, Tengku Halimah terkejut saat terus bertambah dan baru bisa dilunasi ketika
menerima gaji sang suami. Pasalnya, gaji yang tak Sjafruddin menjabat Presiden Direktur De Javasche
seberapa itu harus dipotong setengah. Itu sebagai Bank (Bank Indonesia) pada 1951.
akibat dari kebijakan menteri keuangan yang tak
lain dari suaminya, Sjafruddin.

Menurut Anda, nilai-nilai integritas apa yang bisa kita teladani dalam
kisah tadi?
Jujur Peduli Sederhana
Berani Tanggung jawab Adil
Mandiri Kerja keras Disiplin

67
Suatu hari pada 1948, seorang gadis kecil
bercengkerama dengan ibunya. Sebuah
pertanyaan lugu terlontar dari mulutnya.
“Mengapa kita tidak minta bantuan saja pada
Presiden Om Karno dan Wakil Presiden Om Hatta
serta Om Hengky yang Raja Jawa, Bu?” kata dia.

Sukun “Apakah ibu tidak malu (berjualan sukun goreng)?


Ayah orang hebat, keluarga ayah dan ibu juga

Goreng Ibu orang-orang hebat.”

Presiden Sang ibu tersenyum simpul, lalu menjawab, “Iya,


sayang... Ibu mengerti. Tapi, dengarkan, ya...
Yang membuat kita boleh malu adalah kalau
kita mengambil milik orang lain yang bukan hak
kita, atau mengambil uang negara. Itu pencuri
namanya. Orang-orang mungkin tidak tahu, tapi
Allah tahu.”

68
“Ayahmu sering mengatakan kepada ibu agar kita Selama 207 hari, Sjafruddin memimpin PDRI
jangan bergantung pada orang lain. Kalau tidak demi mempertahankan kemerdekaan yang
penting sekali, jangan pernah meminjam uang. diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.
Jangan pernah berutang.”
Selama 207 hari mendampingi suaminya
Si gadis kecil lugu itu bernama Icah, sementara menjalankan tugas itu, Tengku Halimah berjualan
sang ibunda adalah Tengku Halimah, istri sukun goreng demi menghidupi empat anaknya
Sjafruddin Prawiranegara. Seperti dikatakan Icah, yang masih kecil, yakni Icah, Vivi, Khalid, dan Farid.
Sjafruddin memang bukan orang sembarangan.
Dia pernah menjabat sebagai Gubernur
Bank Indonesia, menteri keuangan, menteri
kemakmuran, wakil perdana menteri, dan Presiden
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI).

Menurut Anda, nilai-nilai integritas apa yang bisa kita teladani dalam
kisah tadi?
Jujur Peduli Sederhana
Berani Tanggung jawab Adil
Mandiri Kerja keras Disiplin

69
R. Soeprapto
“DEMI KEADILAN, PERKARA
APA PUN WAJIB DIPUTUS
SECARA BIJAK. PIHAK YANG
BERSALAH HARUS DIHUKUM
SETIMPAL”

70
T renggalek, 27 Maret 1897. Seorang anak lahir
di keluarga R. Hadiwiloyo. Anak itu lantas
diberi nama Soeprapto. Meskipun sang ayah
Kiprah Soeprapto dimulai sebagai pejabat yang
diperbantukan di Landraad (Pengadilan untuk
Bumiputera) Tulungagung dan Trenggalek pada
bekerja di perpajakan, minat Soeprapto adalah 1917. Kariernya terus meroket. Sempat bertugas
di bidang hukum. Usai menamatkan Europeesche di Surabaya, Semarang, Bandung, hingga Cirebon,
Lagere School (ELS) pada 1914, Soeprapto Soeprapto akhirnya dipercaya menjabat Jaksa
melanjutkan studinya ke Recht School (RS). Agung RI pada 1950. Sembilan tahun lamanya
Soeprapto berada di posisi tersebut.
Namun, setelah tamat pada 1920, ia justru
memilih langsung berkarier, tak melanjutkan Sebagai penghormatan atas keberanian,
studi ke perguruan tinggi. Itu sebabnya, ia tak kecerdasan, dan ketelitiannya, pada 22 Juli 1967,
menyandang gelar Meester in de Rechten (Mr). Soeprapto diabadikan dalam bentuk patung
setengah badan di Gedung Kejaksaan Agung. Pria
yang meninggal di Jakarta pada 2 Desember 1964
itu pun disebut sebagai Bapak Kejaksaan RI.

71
Sus, demikian panggilan anak kecil bernama
Susanto itu. Kegemarannya bermain bola.
Ayahnya bernama Soeprapto, seorang jaksa

Bola dan
agung.

Abang Becak
Suatu hari, Sus bersama kawan-kawannya
bermain bola di halaman rumah. Ketika sedang
asyik bermain, tendangan Sus meleset dan bola
meluncur ke jalan. Bola melesat cepat ke arah
sebuah becak yang tengah melucur di jalan. Si
pengemudi becak kaget tak alang kepalang dan
becak pun terguling. Tiga penumpang yang ada
di becak itu babak belur, sementara si pengemudi
becak meringis menahan sakit.

72
Pertengkaran pun terjadi antara si abang becak Begitulah kebijakan dan ketegasan Pak Prapto
dan anak-anak. Si abang becak menuduh Sus dkk. dalam menjunjung hukum. Bukan hanya Sus,
menyebabkan kecelakaan hingga penumpangnya sang anak, yang merasakan hal itu. Sederet
terluka. Ia pun meminta ganti rugi. Sus dkk. tak menteri pun tak lepas dari prinsip itu. Ruslan
terima. Mereka berkeras tak bersalah karena Abdulgani, Kasman Singodimejo, dan Sumitro
hanya bermain-main, tak sengaja mengakibatkan Djojohadikusumo adalah beberapa menteri yang
kecelakaan. sempat diseret ke meja hijau oleh Pak Prapto. Bagi
Pak Prapto, tak ada imunitas dalam hukum, tak
Pak Prapto yang sedari tadi memerhatikan terkecuali keluarganya dan para pejabat negara.
pertengkaran itu lantas mendatangi mereka dan
melerai pertengkaran. Tanpa ragu, ia menyuruh
Sus meminta maaf dan membayar ganti rugi
kepada si abang becak. Sus juga diharuskan
memberikan biaya pengobatan bagi ketiga
penumpang becak.

Menurut Anda, nilai-nilai integritas apa yang bisa kita teladani dalam
kisah tadi?
Jujur Peduli Sederhana
Berani Tanggung jawab Adil
Mandiri Kerja keras Disiplin

73
Ketika sedang bermain di halaman, Sylvia, putri
Jaksa Agung R. Soeprapto, didatangi seorang
pria paruh baya. Pria itu memberikan sebuah dus

Gelang
berwarna merah, lalu bergegas pergi.

Pakistan
Dengan senang hati, Sylvia menerima dus merah
itu dan segera membukanya. Matanya terbelalak,
hatinya girang bukan kepalang, karena isi dus
merah itu ternyata dua buah gelang emas. Ia pun
segera memakainya. Dengan wajah berseri-seri,
Sylvia memamerkan gelang barunya itu kepada
sang ayah.

74
Akan tetapi, keceriaan Sylvia hanya berlaku sesaat. Belakangan, Sylvia mengetahui bahwa pemberi
Pasalnya, sang ayah justru marah besar. Saat gelang itu adalah orang Pakistan yang sedang
itu juga, Sylvia disuruh mengembalikan gelang terkena kasus. Pengusaha itu kerap mencoba
pemberian tersebut. Anak perempuan itu kaget menemui Pak Prapto, namun selalu gagal karena
dan menangis. ditolak mentah-mentah. Sylvia pun sadar, orang
Pakistan itu memberinya gelang agar kasusnya
Ketakutan menyergapnya. Ia tak tahu harus ke diringkankan oleh Pak Prapto. Di situ, Sylvia
mana mengembalikan gelang itu. Ia tak kenal memahami kemarahan sang ayah kepadanya.
orang yang memberikan gelang tadi, apalagi
alamat rumahnya. Beruntunglah, berkat bantuan
ajudan sang ayah, ia akhirnya bisa juga memenuhi
titah sang jaksa agung.

Menurut Anda, nilai-nilai integritas apa yang bisa kita teladani dalam
kisah tadi?
Jujur Peduli Sederhana
Berani Tanggung jawab Adil
Mandiri Kerja keras Disiplin

75
Ir. Soekarno
BIARLAH DIRI MERANA ASALKAN
NEGARA TETAP
TERJAGA.

76
S iapa tak kenal Ir. Sukarno, presiden pertama
sekaligus proklamator kemerdekaan Republik
Indonesia? Sosok luar biasa yang tak hanya dikenal
Langkah Bung Karno selanjutnya mengemuka
bersama Partai Nasional Indonesia (PNI) yang
didirikannya pada 1927. Karena aktivitas
sebagai seorang negarawan, namun juga arsitek politiknya, Bung Karno terus dikejar pemerintah
jempolan dengan karya-karya monumental. kolonial Belanda dan beberapa kali dipenjara dan
diasingkan.
Bung Karno lahir di Surabaya, Jawa Timur, pada
6 Juni 1901 dari pasangan Raden Soekemi Sosok Bung Karno kemudian sangat mengemuka
Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai. Ia tinggal dalam pergerakan nasional hingga akhirnya
bersama kakeknya, Raden Hardjokromo, di menjadi orang yang memproklamasikan
Tulung Agung. Di kota itulah ia mulai bersekolah, kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
namun pindah ke Mojokerto, mengikuti kedua Ia pun lantas menjadi presiden pertama Republik
orangtuanya. Indonesia. Jabatan itu disandangnya selama tujuh
tahun.
Bung Karno pada awalnya masuk Eerste Inlandsche
School (EIS), tempat ayahnya bertugas. Namun, Bung Karno mengembuskan napas terakhir pada
kemudian dipindahkan ke Europeesche Lagere 21 Juni 1970 karena sakit ginjal yang dideritanya
School (ELS) pada 1911. Selanjutnya, ia menuntut sejak 1965. Masa-masa akhir hayatnya terbilang
ilmu di Hoogere Burger School (HBS). Dari sana, merana karena dijadikan tahanan politik oleh Orde
pada 1921, Bung Karno masuk ke Technische Baru yang berkuasa kala itu.
Hoogeschool te Bandoeng dan mengambil jurusan
teknik sipil.

Sejak di HBS, karena tinggal di pondokan milik


HOS Tjokroaminoto, Bung Karno mulai berkenalan
dengan para pemimpin Sarekat Islam dan
mengenal pergerakan kemerdekaan. Ia pun lantas
aktif di organisasi Tri Koro Darmo yang lantas
berubah menjadi Jong Java.

77
Akhir tragis dan tak mengenakkan dialami Ir.
Sukarno selaku Presiden Republik Indonesia.
Tak lama setelah mosi tak percaya parlemen
bentukan Nasution pada 1967 dan MPRS
menunjuk Soeharto sebagai presiden baru,
Bung Karno menerima surat perintah untuk
Tak Usik segera meninggalkan istana. Ada rasa sedih
yang menjalar di tubuhnya. Namun, ia harus
Fasilitas rela dan mengalah.

Negara Meski merasa dikhianati, Bung Karno tak


memendam dengki, apalagi sampai terlintas
untuk melakukan pembalasan. Bakti kepada
negeri tetap dijunjungnya tinggi-tinggi.
Dengan tegas, ia memperingatkan anak-
anaknya untuk tak membawa apa pun yang
bukan milik pribadi.

78
daripada bangsa saya harus perang saudara!”
“Mana kakak-kakamu?” tanya Bung Karno
kepada Guruh. “Mereka pergi ke rumah ibu Saat akhirnya meninggalkan istana, Bung Karno
(Fatmawati),” jawab Guruh. “Mas Guruh, bapak pun hanya mengenakan kaus oblong putih dan
sudah tidak boleh tinggal di istana ini lagi. celana panjang hitam. Dengan menumpang VW
Kamu persiapkan barang-barangmu, jangan kodok, ia minta diantarkan ke rumah Fatmawati
kamu ambil lukisan atau hal lain. Itu punya di bilangan Sriwijaya, Kebayoran.
negara!” tandas Bung Karno yang lantas
menyampaikan hal serupa kepada para
ajudannya.

Salah satu ajudan Bung Karno kala itu bertanya,


“Kenapa Bapak tidak melawan? Kenapa dari
dulu Bapak tidak melawan?” Mendengar
pertanyaan itu, Bung Karno menjawab, “Kalian
tahu apa... Kalau saya melawan, nanti perang
saudara. Perang saudara itu sulit. Jikalau perang
dengan Belanda, kita jelas... Hidungnya beda
dengan hidung kita. Perang dengan bangsa
sendiri tidak... Lebih baik saya robek dan hancur

Menurut Anda, nilai-nilai integritas apa yang bisa kita teladani dalam
kisah tadi?
Jujur Peduli Sederhana
Berani Tanggung jawab Adil
Mandiri Kerja keras Disiplin

79
Usai menjabat presiden dan terusir dari istana,
Bung Karno bisa dikatakan merana. Ia tak punya
apa-apa. Selama ini, ia hanya sibuk berbuat untuk
bangsa dan negara. Ia tak sempat punya waktu
Tinggalkan untuk memikirkan diri sendiri, apalagi menimbun
kekayaan. Beberapa kali, Bung Karno harus
Duku mencari utangan. Salah satunya ketika hendak
menikahkan Sukmawati.
Idaman

80
Suatu ketika, saat berjalan-jalan keliling kota, Bung Tukang duku terhenyak ketika mendengar suara
Karno berhasrat membeli duku. “Tri, aku ingin yang dirasa sangat akrab di telinganya itu. “Lha, itu
duku,” kata Bung Karno kepada Putu Sugianitri, kan suara Bapak... Bapak... Bapak..!” seru si tukang
ajudan yang menemaninya. “Uangnya mana?” duku sembari berlari ke arah teman-temannya.
tanya Nitri. Bung Karno menjawab, “Sing ngelah “Ada Pak Karno! Ada Pak Karno!”
pis. Aku tak punya uang.”
Bung Karno tertawa dalam hati. Namun, dia
Nitri membuka dompetnya. Untuk membeli khawatir tukang duku dan teman-temannya nanti
sekilo duku, uangnya masihlah cukup. Ia lantas diburu tentara karena dianggap mendukung
mendatangi tukang duku dan meminta duku- dirinya. “Tri, cepat jalan...” Bung Karno pun
duku itu dibawa ke arah Bung Karno. “Mau pilih berlalu dan melupakan duku yang diidamkannya.
mana, Pak? Manis-manis nih,” kata tukang duku Baginya, keselamatan orang lain, apalagi rakyat
itu. Bung Karno menjawab, “Coba kamu cari yang kecil, lebih berharga dari beberapa butir duku
enak.” yang diinginkannya.

Menurut Anda, nilai-nilai integritas apa yang bisa kita teladani dalam
kisah tadi?
Jujur Peduli Sederhana
Berani Tanggung jawab Adil
Mandiri Kerja keras Disiplin

81
Widodo
Budidarmo
TAK ADA IMUNITAS DI
DALAM HUKUM, SIAPA
PUN DIA.

82
P ria kalem itu lahir di Kapas Krampung,
Surabaya, pada 1 September 1927. Namanya,
Widodo Budidarmo. Andai tak ada tawaran
Karena gemilang, Widodo langsung mendapat
kepercayaan besar. Hanya satu tahun bertugas
di Markas Besar Jawatan Kepolisian Negara sejak
bergabung dengan Heiho pada 1945, mungkin lulus dari PTIK pada 1955, ia diangkat menjadi
saja langkahnya akan berbeda. Pasalnya, selepas Kepala Bagian Organisasi Kantor Polisi Karesidenan
dari Christelijk Hollandsche Inlandsche School (HIS Purwakarta. Perlahan namun pasti, kariernya terus
Kristen), ia justru memilih masuk sekolah teknik, meroket. Pada 1967, ia diangkat menjadi Panglima
Koningen Emma School (KES). Komando Daerah Kepolisian II Sumatera Utara.
Tiga tahun kemudian, jabatan Kadapol VII Metro
Akan tetapi, Tuhan rupanya menghendaki Jaya. Dari sana, ia menapaki puncak dengan
Widodo menjadi polisi. Berawal dari tawaran menjabat Kapolri pada 1974–1978.
direktur sekolahnya untuk mengikuti pelatihan
Heiho di Jakarta, Widodo bersama rekannya, Usai bertugas di lembaga kepolisian, Widodo
Soewoto Soekendar, mencicipi pendidikan militer. sempat pula menjadi Duta Besar RI untuk Kanada,
Pendidikan ini menjadi penting bagi Widodo Komisaris Perum Percetakan Uang Negara RI
saat terlibat dalam Perang Kemerdekaan di Jawa (Peruri), Wakil Ketua Kwartir Nasional Gerakan
Timur. Pramuka, dan komisaris di Bank BRI.

Setamat SMA pada 1950, Widodo mengikuti ujian


masuk Angkatan Udara dan Perguruan Tinggi Ilmu
Kepolisian (PTIK). Berhasil lolos seleksi di kedua
lembaga itu, Widodo akhirnya memilih PTIK.

83
Seorang pemimpin harus tegas kepada siapa pun.
Tak peduli anak, istri, kerabat, maupun sahabat,
bila melanggar hukum haruslah diproses. Prinsip
itu dipegang teguh oleh Widodo Budidarmo yang

Menghukum pada 1973 menyeret anaknya ke pengadilan.

Sang Anak Kisahnya bermula dari insiden yang melibatkan


Agus Aditono, anak Widodo. Suatu hari, Tono

Kandung –panggilan akrab Agus Aditono– yang saat itu


masih duduk di bangku kelas II SMP, bermain-
main dengan pistol. Tak sengaja, pistol itu
meletup dan peluru menyambar sopir mereka.
Sang sopir pun tewas karena insiden tersebut.

84
Sebagai Kepala Daerah Kepolisian (Kadapol) Widodo lantas menyerahkan putranya kepada
Metropolitan Jaya, Widodo bisa saja Kepolisian Sektor (Polsek) Kebayoran Baru untuk
menyembunyikan kasus itu. Anak buah dan diproses secara hukum. Dalam persidangan di
stafnya pun menyarankan hal tersebut. Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Tono dijatuhi
hukuman percobaan.
Menurut mereka, ada baiknya peristiwa itu
ditutupi demi menjaga nama baik Widodo. “Bapak bilang, meskipun kamu anak polisi, tetap
Namun, Widodo justru mengambil langkah harus bertanggung jawab. Akhirnya, saya disidang
sebaliknya. Ia membuka peristiwa penembakan itu di pengadilan dan dihukum setahun masa
kepada publik dalam sebuah jumpa pers. percobaan. Sebagai seorang anak, saat itu saya
merasakan betul ketegasan Bapak,” kenang Tono.

Menurut Anda, nilai-nilai integritas apa yang bisa kita teladani dalam
kisah tadi?
Jujur Peduli Sederhana
Berani Tanggung jawab Adil
Mandiri Kerja keras Disiplin

85
Ketika dilantik sebagai Kepala Kepolisian Republik
Indonesia (Kapolri) menggantikan Muhammad
Hasan pada 24 Juni 1974, langkah awal Widodo

Jangan
Budidarmo adalah menyatakan perang terhadap
kejahatan narkotika yang kala itu memang marak.

Mentang- Lewat Operasi Gurita, 239 pengedar narkotika

Mentang
dibekuk. Sebuah tempat pengolahan morfin di
Riau pun berhasil dibongkar.

Keluargaku!

86
Gebrakan awal itu bukan hanya dilakukan di Widodo juga tak memanjakan mereka dengan
lingkungan dinasnya. Di lingkungan keluarga, ia fasilitas yang didapatkan sebagai panglima
pun membuat sebuah maklumat keras bagi istri tertinggi kepolisian. Hanya sesekali Martini dan
dan anak-anaknya. Ia melarang mereka jemawa kedua adiknya berangkat ke sekolah dengan
karena jabatan yang kini disandangnya. diantar sopir. Mereka lebih sering menggunakan
angkutan umum demi mematuhi maklumat sang
“Ketika mau diangkat sebagai kapolri, kami ayah.
sekeluarga dikumpulkan semua,” kisah Martini
Indah, anak sulung Widodo. “Beliau minta
agar kami semua tak mengganggu tugas
beliau sebagai kapolri. Artinya, kami tak boleh
menggunakan nama dan jabatan bapak untuk
keperluan pribadi.”

Menurut Anda, nilai-nilai integritas apa yang bisa kita teladani dalam
kisah tadi?
Jujur Peduli Sederhana
Berani Tanggung jawab Adil
Mandiri Kerja keras Disiplin

87
Atmakusumah (ed.). 2011. Takhta Untuk Rakyat: Celah-Celah
Kehidupan Sultan Hamengku Buwono IX. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
Basral, Akmal Nasery. 2011. Presiden Pawiranegara: Kisah 207 Hari
Syafruddin Prawiranegara Memimpin Indonesia. Jakarta: Mizan
Pustaka
Hakiem, Lukman (ed.). 2008. 100 Tahun Mohammad Natsir: Berdamai
dengan Sejarah. Jakarta: Republika
Hasibuan, Imran, dkk. 2004. Semua Karena Kuasa dan Kasih-Nya:
Biografi Widodo Budidarmo. Jakarta: Praja Bhakti Nusantara dan Q
Communication
Koespradono, Gantyo. 2008. Kick Andy: Menonton dengan Hati.
Yogyakarta: Bentang Pustaka
Mahyudin, Muhammad Alfan Alfian. 2009. Menjadi Pemimpin
Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Santosa, Aris, dkk. 2009. Hoegeng: Oase Menyejukkan di Tengah
Perilaku Koruptif Para Pemimpin Bangsa. Jakarta: Penerbit
Bentang
Sularto, St. (ed.). 2004. Haji Agus Salim (1884-1954): Tentang Perang,
Jihad, dan Pluralisme. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Swasono, Meutia Farida (ed.). 1980. Bung Hatta: Pribadinya dalam
Kenangan. Jakarta: UI Press dan Sinar Harapan
Yahya, Iip D. 2004. Mengadili Menteri Memeriksa Perwira: Jaksa Agung
Soeprapto dan Penegakan Hukum di Indonesia Periode 1950 –
1959. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Zuhri, Saifuddin. 1987. Berangkat dari Pesantren. Jakarta: Gunung
Agung _____________. 2001. Guruku Orang-Orang dari
Pesantren. Yogyakarta: LKiS

88
Week 15

PERAN
MAHASISWA
DALAM GERAKAN
ANTI-KORUPSI

Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi 1


ETIKA & ANTI-KORUPSI

Kompetensi Dasar
1. Mahasiswa mampu POKOK BAHASAN
memahami perilaku korupsi Peranan dan keterlibatan
dengan memperhatikan mahasiswa dalam
berbagai peristiwa yang pencegahan korupsi
terjadi di lingkungan
keluarga, kampus,
masyarakat sekitar, dan
SUB POKOK BAHASAN
lingkup nasional. 1. Gerakan Anti Korupsi
2. Mahasiswa mampu dan 2. Peranan Mahasiswa
berani untuk melakukan 3. Keterlibatan Mahasiswa
berbagai bentuk tindakan
pencegahan korupsi.
3. Mahasiswa mampu
menginternalisasi perilaku
anti korupsi ke dalam
kehidupan sehari-hari.

Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi 2


LATAR BELAKANG

 Korupsi adalah kejahatan luar biasa (extra


ordinary crime) yang berdampak sangat
luar biasa
 Berdampak buruk pada seluruh sendi
kehidupan manusia
 Merupakan salah satu faktor penyebab
utama tidak tercapainya keadilan dan
kemakmuran suatu bangsa

Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi 3


ETIKA & ANTI-KORUPSI

LATAR BELAKANG

 Berdampak buruk pada sistem


perekonomian,
 sistem demokrasi, sistem politik, sistem
hukum, sistem pemerintahan, dan tatanan
sosial kemasyarakatan
 Dapat merendahkan martabat suatu bangsa
dalam tata pergaulan internasional
 Korupsi sebagai musuh bersama (common
enemy) yang harus kita perangi bersama-
sama dengan sungguh-sungguh

Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi 4


ETIKA & ANTI-KORUPSI

A. GERAKAN ANTI-KORUPSI

• Korupsi di Indonesia sudah berlangsung


lama. Berbagai upaya pemberantasan
korupsipun sudah dilakukan sejak tahun-
tahun awal setelah kemerdekaan
• Dimulai dari Tim Pemberantasan Korupsi
pada tahun 1967 sampai dengan
pendirian KPK pada tahun 2003

Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi 5


ETIKA & ANTI-KORUPSI

GERAKAN ANTI-KORUPSI

• Berdasarkan UU No.30 tahun 2002,


Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
dirumuskan sebagai serangkaian tindakan
untuk mencegah dan memberantastindak
pidana korupsi - melalui upaya koordinasi,
supervisi, monitor, penyelidikan, penyidikan,
penuntutan, dan pemeriksaan di sidang
pengadilan - dengan peran serta masyarakat
berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku

Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi 6


GERAKAN ANTI-KORUPSI

• Upaya pemberantasan korupsi tidak akan


pernah berhasil tanpa melibatkan peran serta
masyarakat.
• Dengan demikian dalam strategi
pemberantasan korupsi terdapat 3 (tiga) unsur
utama, yaitu: pencegahan, penindakan, dan
peran serta masyarakat.
• Salah satu upaya pemberantasan korupsi
adalah dengan sadar melakukan suatu
Gerakan Anti-korupsi di masyarakat

Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi 7


GERAKAN ANTI-KORUPSI

• Korupsi itu terjadi jika ada pertemuan antara tiga


faktor utama, yaitu: niat, kesempatan dan
kewenangan.
• Niat adalah unsur setiap tindak pidana yang lebih
terkait dengan individu manusia, misalnya
perilaku dan nilai-nilai yang dianut oleh
seseorang.
• Kesempatan lebih terkait dengan sistem yang
ada.
• Kewenangan yang dimiliki seseorang akan secara
langsung memperkuat kesempatan yang tersedia.

Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi 8


GERAKAN ANTI-KORUPSI

• Meskipun muncul niat dan terbuka kesempatan


tetapi tidak diikuti oleh kewenangan, maka
korupsi tidak akan terjadi.
• Dengan demikian, korupsi tidak akan terjadi
jika ketiga faktor tersebut, yaitu niat,
kesempatan,
• dan kewenangan tidak ada dan tidak bertemu.
• Upaya memerangi korupsi pada dasarnya
adalah upaya untuk menghilangkan atau
setidaknya meminimalkan ketiga faktor
tersebut.

Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi 9


GERAKAN ANTI-KORUPSI

• Meskipun muncul niat dan terbuka kesempatan


tetapi tidak diikuti oleh kewenangan, maka
korupsi tidak akan terjadi.
• Dengan demikian, korupsi tidak akan terjadi
jika ketiga faktor tersebut, yaitu niat,
kesempatan,
• dan kewenangan tidak ada dan tidak bertemu.
• Upaya memerangi korupsi pada dasarnya
adalah upaya untuk menghilangkan atau
setidaknya meminimalkan ketiga faktor
tersebut.

Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi 10


B. PERAN MAHASISWA

Dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia tercatat


bahwa mahasiswa mempunyai peranan yang sangat
penting.
• Kebangkitan Nasional tahun 1908
• Sumpah Pemuda tahun 1928
• Proklamasi Kemerdekaan NKRI tahun 1945
• Lahirnya Orde Baru tahun 1966
• Reformasi tahun 1998.
Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam peristiwa-peristiwa
besar tersebut mahasiswa tampil di depan sebagai
motor penggerak dengan berbagai gagasan, semangat
dan idealisme yang mereka miliki.

Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi 11


B. PERAN MAHASISWA

Mahasiswa memiliki karakteristik:


intelektualitas, jiwa muda, dan
idealisme
Dengan kemampuan intelektual yang tinggi, jiwa
muda yang penuh semangat, dan idealisme
yang murni telah terbukti bahwa mahasiswa
selalu mengambil peran penting dalam sejarah
perjalanan bangsa ini.

Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi 12


B. PERAN MAHASISWA

Mahasiswa didukung oleh modal dasar yang


mereka miliki, yaitu: intelegensia,
kemampuan berpikir kritis, dan keberanian
untuk menyatakan kebenaran.
Dengan kompetensi yang mereka miliki tersebut
mahasiswa diharapkan mampu menjadi agen
perubahan, mampu menyuarakan kepentingan
rakyat, mampu mengkritisi kebijakan-kebijakan
yang koruptif, dan mampu menjadi watch dog
lembaga-lembaga negara dan penegak hukum.

Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi 13


Tantangan pemuda
masa lalu adalah
perjuangan
kemerdekaan
Indonesia dengan
memerangi
penjajah..,
..tantangan
generasi muda
Indonesia saat ini
adalah memerangi
korupsi!

Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi 14


C. KETERLIBATAN MAHASISWA

Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan


anti korupsi pada dasarnya dapat
dibedakan menjadi empat wilayah, yaitu:

• Lingkungan keluarga
• Lingkungan kampus
• Masyarakat sekitar
• Tingkat lokal/nasional

Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi 16


1. DALAM KELUARGA

a) Apakah dalam mengendarai kendaraan


bermotor bersama ayahnya atau anggota
keluarga yang lain, peraturan lalin dipatuhi?
Misalnya: tidak berbelok/berputar di tempat
dimana ada tanda larangan berbelok/
berputar, tidak menghentikan kendaraan
melewati batas marka jalan tanda berhenti di
saat lampu lalu lintas berwarna merah, tidak
memarkir/menghentikan kendaraan di
tempat dimana terdapat tanda dilarang
parkir/berhenti, dsb.

Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi 16


DALAM KELUARGA

b) Apakah ketika berboncengan motor


bersama kakaknya atau anggota
keluarga lainnya, tidak menjalankan
motornya di atas pedestrian dan
mengambil hak pejalan kaki? Tidak
mengendarai motor berlawanan arah?
Tidak mengendarai motor melebihi
kapasitas (misalnya satu motor
berpenumpang 3 atau bahkan 4 orang?
Dsb).

Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi 17


DALAM KELUARGA

c) Apakah penghasilan orang tua tidak


berasal dari tindak korupsi? Apakah
orang tua tidak menyalahgunakan
fasilitas kantor yang menjadi haknya?

d) Apakah ada diantara anggota


keluarga yang menggunakan produk-
produk bajakan (lagu, film, software,
tas, sepatu, dsb.)

Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi 18


DALAM KELUARGA

Pelajaran yang dapat diambil dari


lingkungan keluarga ini adalah tingkat
ketaatan seseorang terhadap aturan/tata
tertib yang berlaku.

Substansi dari dilanggarnya aturan/tata tertib


adalah dirugikannya orang lain karena
haknya terampas. Terampasnya hak orang
lain merupakan cikal bakal dari tindakan
korupsi.

Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi 19


2. DI LINGKUNGAN KAMPUS

Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti-korupsi


di lingkungan kampus dapat dibagi ke dalam dua
wilayah, yaitu: untuk individu mahasiswanya sendiri,
dan untuk komunitas
mahasiswa.
Untuk konteks individu, seorang mahasiswa
diharapkan dapat mencegah agar dirinya sendiri
tidak berperilaku koruptif dan tidak korupsi.
Sedangkan untuk konteks komunitas, seorang
mahasiswa diharapkan dapat mencegah agar rekan-
rekannya sesama mahasiswa dan organisasi
kemahasiswaan di kampus tidak berperilaku koruptif
dan tidak korupsi.

Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi 20


DI LINGKUNGAN KAMPUS

Berbagai bentuk kegiatan dapat dilakukan untuk


menanamkan nilai-nilai anti korupsi kepada komunitas
mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan.
Kegiatan kampanye, sosialisasi, seminar,pelatihan,
kaderisasi, dan lain-lain dapat dilakukan untuk
menumbuhkan budaya anti korupsi.
Kegiatan kampanye ujian bersih atau anti mencontek
misalnya, dapat dilakukan untuk menumbuhkan antara
lain nilai-nilai kerja keras, kejujuran, tanggung jawab, dan
kemandirian.
Kantin kejujuran adalah contoh lain yang dapat dilakukan
untuk menumbuhkan nilai-nilai kejujuran dan tanggung
jawab.

Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi 21


3. DI MASYARAKAT SEKITAR

Hal yang sama dapat dilakukan oleh mahasiswa atau


kelompok mahasiswa untuk mengamati lingkungan di
lingkungan masyarakat sekitar, misalnya:

a. Apakah kantor-kantor pemerintah menjalankan fungsi


pelayanan kepada masyarakatnya dengan sewajarnya:
pembuatan KTP, SIM, KK, laporan kehilangan,
pelayanan pajak? Adakah biaya yang diperlukan untuk
pembuatan surat-surat atau dokumen tersebut?
Wajarkah jumlah biaya dan apakah jumlah biaya
tersebut resmi diumumkan secara transparan sehingga
masyarakat umum tahu?

Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi 22


DI MASYARAKAT SEKITAR

c. Apakah infrastruktur kota bagi pelayanan publik sudah


memadai? Misalnya: kondisi jalan, penerangan
terutama di waktu malam, ketersediaan fasilitas
umum, rambu-rambu penyeberangan jalan, dsb

c. Apakah pelayanan publik untuk masyarakat miskin


sudah memadai? Misalnya: pembagian kompor gas,
Bantuan Langsung Tunai, dsb

c. Apakah akses publik kepada berbagai informasi


mudah didapatkan?

Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi 23


3. DI TINGKAT LOKAL DAN
NASIONAL

Dalam konteks nasional, keterlibatan seorang


mahasiswa dalam gerakan anti korupsi
bertujuan agar dapat mencegah terjadinya
perilaku koruptif dan tindak korupsi yang masif
dan sistematis di masyarakat. Mahasiswa
dengan kompetensi yang dimilikinya dapat
menjadi pemimpin (leader) dalam gerakan
massa anti korupsi baik yang bersifat lokal
maupun nasional.

Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi 24


DI TINGKAT LOKAL DAN
NASIONAL

Berawal dari kegiatan-kegiatan yang terorganisir


dari dalam kampus, mahasiswa dapat
menyebarkan perilaku anti korupsi kepada
masyarakat luas, dimulai dari masyarakat yang
berada di sekitar kampus kemudian akan
meluas ke lingkup yang lebih luas.

Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi 25


Selamat datang
generasi muda
anti-korupsi

Indonesia akan
lebih baik jika
tanpa korupsi

Lomba poster KPK, Karya : Christian Tumpak

Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi 26


TUJUAN UMUM

Setelah mengikuti materi ini, peserta


latih mampu memahami Pemerintahan
baik & bersih ( Clean & Good Governance)
TUJUAN KHUSUS

1. Menjelaskan Konsep Clean & Good Governance


2. Menjelaskan dan menguraikan prinsip-prinsip Clean &
Good Governance
3. Menjelaskan LHKPN (di slide tersendiri)
4. Menjelaskan sistem Pengendalian Internal Pemerintah
(di slide tersendiri)
Clean & Good Governance

4
KEPEMERINTAHAN YG BAIK
(Good Governance)

Proses pengambilan keputusan di


berbagai level pemerintahan & Proses
bagaimana keputusan tersebut
dilaksanakan atau tidak dilaksanakan
Prinsip-prinsip Good Governance
menurut United Nations Development Program (UNDP) :
1. Partisipasi (Participation)

Syarat utama warga negara dalam berpartisipasi :


a. ada rasa kesukarelaan dan tanpa paksaaan;
b. ada keterlibatan secara emosional;
c. memperoleh manfaat, secara langsung dan tidak
langsung dari keterlibatannya.
2. Penegakan Hukum (Rule of Law);

Membangun sistem hukum yang sehat, baik perangkat


lunaknya (software),perangkat keras (hardware) maupun
sumber daya manusianya (humanware)
3. Transparansi (Transparancy);
Keterbukaan mencakup semua aspek aktivitas yang
menyangkut kepentingan publik, mulai dari proses
pengambilan keputusan, penggunaan dana publik sampai
pada tahapan evaluasi.
4. Daya Tanggap (Responsiveness);

Sektor publik selama ini dianggap tertutup,arogan dan


berorientasi pada kekuasaan.

5. Berorientasi pada konsensus (Consensus Orientation);

Dalam pengambilan keputusan lebih


menitikberatkan konsensus . Musyawarah merupakan
proses, sedangkan mufakat merupakan hasil.

6. Keadilan/kesetaraan (Equity)

Setiap warga negara memiliki kesempatan yang sama


untuk memperoleh kesejahteraan, walaupun kemampuan
individu berlainan namun sektor publik harus berperan
agar kesejahteraan dan keadilan seiring sejalan.
7. Keefektifan dan Efisiensi (Effectiveness &
Efficiency);

Perlunya kompetisi untuk menciptakan keefektifan dan


efisiensi pada sektor publik.

8. Akuntabilitas (Accountability)

Pertanggungjawaban setiap aktivitas menyeluruh


kepada publik/masyarakat luas, disamping kepada
atasan.

9. Visi Strategis (Strategic Vision)

Perlunya visi jangka pendek (short-term vision) dan


visi jangka panjang (long-term vision).
TATA KELOLA PEMERITAHAN YANG BAIK & BERSIH

1. LHKPN

2. Sistem Pengendalian Internal Pemerintah

3. Implementasi Good Governance

10
Materi
LAPORANChart
HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA
NEGARA (LHKPN)
Anggaran 2011 Anggaran 2012 • Isi / Keterangan Presentasi
6
DIREKTORAT PENDAFTARAN DAN PEMERIKSAAN LHKPN
5

4
Komisi Pemberantasan Korupsi
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

2
• Judul Presentasi ……
1

0
Januari Februari Maret April Mei
Definisi LHKPN
Definisi LHKPN

Daftar seluruh harta kekayaan Penyelenggara Negara


(beserta pasangan dan anak yang masih menjadi
tanggungan) yang dituangkan di dalam Formulir LHKPN
yang ditetapkan oleh KPK.
Manfaat
Definisi pelaporan harta
LHKPN

• Penanaman sifat keterbukaan dan tanggung jawab;


• Penyediaan sarana kontrol masyarakat;
• Kerapihan administrasi dokumen harta;
• Menghindari fitnah.
Dasar Hukum LHKPN
Kewajiban PN
(UU 28 Tahun 1999)
Kewenangan KPK
(UU 30 Tahun 2002)
KLASIFIKASI PN
Wajib lhkpn menurut
UU No. 28 Th 1999 Pasal 2
Penjelasan UU No. 28 Th 1999 Pasal 2, angka (7)

Pejabat lain yang memiliki fungsi strategis :


• Direksi, Komisaris & Pejabat struktural lainnya pada BUMN dan
BUMD
• Pimpinan Bank Indonesia
• Pimpinan Perguruan Tinggi Negeri
• Pejabat Es. I dan Pejabat lain yang disamakan
• Jaksa
• Penyidik
• Panitera Pengadilan
• Pemimpin & bendaharawan proyek
WAJIB LHKPN SESUAI DENGAN
Penjelasan UU No. 30 Th.2002 Pasal 11, huruf (a)

Yang dimaksud dengan PN,


adalah sebagaimana dimaksud dalam
UU No. 28 Th. 1999,
tentang PN yang Bersih dan Bebas dari KKN,
termasuk
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
WAJIB LHKPN SESUAI DENGAN
UU No. 32 Th.2004 Pasal 58

Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah


adalah WNI yang memenuhi syarat :
(i) menyerahkan daftar kekayaan pribadi dan
bersedia untuk diumumkan
Komitmen Pemerintah dalam
Pemberantasan KORUPSI
Regulasi Pendukung untuk Eksekutif (1)
SURAT EDARAN MENPANRB
SE/05/M.PAN/4/2006 SE/01/M.PAN/2008
SE MENPANRB
Memerintahkan Pimpinan Instansi Memerintahkan Pimpinan Instansi
untuk: No.05 Th. 2012
untuk:
Kewajiban Penyampaian
- Mengeluarkan Penetapan Wajib - Tidak mengusulkan PNS untuk
LHKPN menduduki Jabatan apabila tidak dan Sanksi Atas
menyampaikan LHKPN Keterlambatan
- Menugaskan Unit Kepegawaian Penyampaian LHKPN di
untuk mengelola LHKPN - Tidak melantik PNS yang Lingkungan
diangkat dalam Jabatan apabila Kementerian/ Lembaga
- Menugaskan SPI untuk yang bersangkutan belum
memonitor Penyampaian LHKPN menyampaikan LHKPN dan Pemerintah Daerah
Formulir LHKPN

LHKPN MODEL KPK-B

Diisi oleh PN/Pejabat Wajib LHKPN yang


telah menyampaikan LHKPN Model
KPK-A, apabila:
LHKPN MODEL KPK-A 1. Mengalami perubahan jabatan
(mutasi/promosi/pensiun)
Diisi oleh PN/Pejabat Wajib LHKPN 2. Dua tahun dalam jabatan yang sama
untuk yang pertama kalinya 3. Sewaktu-waktu atas permintaan KPK
Muatan LHKPN
Harta yang dicantumkan
Kepemilikan Harta
ATAS NAMA:
………………….

HUBUNGAN KELUARGA:
1. Yang bersangkutan
2. Isteri/Suami
3. Anak
4. Lainnya *
Asal usul harta
Cara Memperoleh Formulir
Tips Pengisian Formulir LHKPN
Anti Corruption Clearing House
(ACCH)
Anti Corruption Clearing House (ACCH) dirancang sebagai sumber
pengetahuan dan informasi yang terdistribusi secara terbuka untuk
public “public knowledge management” dalam upaya membangun
semangat, visi, dan budaya antikorupsi.

KPK mengembangkan ACCH sebagai salah satu pilar strategi


pencegahan korupsi, dan merupakan platform jejaring antikorupsi
dalam menjalankan misi pemberantasan korupsi di Indonesia.
PORTAL ACCH
http://acch.kpk.go.id
Anti Corruption Clearing House (ACCH) terimplementasi dalam
beberapa program diantaranya adalah PORTAL ACCH.
 PORTAL ACCH
http://acch.kpk.go.id Web portal ACCH sebagai wadah online
yang berisi data dan informasi mengenai antikorupsi. Beberapa
fitur yang terus dikembangkan adalah arsip penindakan
(penyidikan, penuntutan, putusan pengadilan) arsip sorotan
kasus korupsi, data statistik, edukasi antikorupsi, tanya jawab anti
korupsi, publikasi riset dan kajian dan lain-lain.
MANUAL PORTAL ACCH
 Buka halaman website dengan alamat http://acch.kpk.go.id

 Ketik nama atau NHK (Nomor Harta Kekayaan) Penyelenggara Negara yang anda ingin
ketahui TBN nya;

 Ketik kode validasi sesuai dengan gambar;

 Klik Go, maka akan ditampilkan daftar pengumuman (TBN) a.n. PN yang dimaksud secarat
urut berdasarkan tanggal pelaporan;

 Klik View untuk memilih TBN dimaksud ;

 Lakukan Sign up (bagi yang belum memiliki account di website ACCH), untuk
mendaftarkan email kita.

 Lakukan Login dengan memasukkan email dan password sesuai dengan yang kita
daftarkan sebelumnya;

 TBN akan ditampilkan dalam pop up, tanpa tombol Save.


http://acch.kpk.go.id
http://acch.kpk.go.id
http://acch.kpk.go.id
http://acch.kpk.go.id
Mari Berkontribusi
Caranya?

Kita mulai dari keluarga:

• Saling menanyakan asal-usul barang atau uang

• Saling mengingatkan

• Penanaman sifat kejujuran


Ingatkan untuk kebaikan

Terima kasih
AT PLANE ……

Aktifitas Pengendalian Infokom

Penilaian Risiko
Lingk. Pengendalian
Monev
BAYANGKAN ..!!! (JIKA TANPA PENGENDALIAN)
Menurut PP 60/2008, Bab I Pasal 1;
SPI adalah proses yang integral pada tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh
pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan
keyakinan memadai atas tercapainya tujuan
organisasi melalui :
1. Kegiatan yang efektif dan efisien
2. Keandalan pelaporan keuangan
3. Pengamanan aset negara, dan
4. Ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan.
4
Unsur SPIP
kondisi dalam instansi pemerintah yang mempengaruhi
1. Lingkungan Pengendalian efektivitas pengendalian intern

kegiatan penilaian atas kemungkinan kejadian yang


2. Penilaian Risiko mengancam pencapaian tujuan dan sasaran instansi
pemerintah

tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko serta


penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur
3. Kegiatan Pengendalian untuk memastikan bahwa tindakan mengatasi risiko telah
dilaksanakan secara efektif
proses pengolahan data yang telah diolah dan dapat
4 Informasi dan komunikasi digunakan untuk pengambilan keputusan serta
tersampaikan informasi harus dicatat dan dilaporkan
kepada pimpinan instansi pemerintah dan pihak lain yang
ditentukan
pemantauan harus dapat menilai kualitas kinerja baik
5. Pemantauan pengendalian Intern secara kualitatif dan kuantitatif dari waktu ke waktu dan
memastikan bahwa rekomendasi hasil audit dan reviu
lainnya dapat segera ditindaklanjuti 5

Anda mungkin juga menyukai