Anda di halaman 1dari 104

Pendidikan Anti-Korupsi

Untuk Perguruan Tinggi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI

ANANG SUGENG C
UNIVERSITAS TULUNGAGUNG
081331259696
Anang Sugeng Kadhi
akusukambahdi@gmail.com
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

MATERI PAK
1. Pengertian Korupsi
2. Faktor Penyebab Korupsi
3. Dampak Masif korupsi
4. Nilai & Prinsip Anti Korupsi
5. Upaya Pemberantasan Korupsi
6. Gerakan, kerjasama, instrumen internasional
7. Delik Korupsi
8. Peran mahasiswa dalam gerakan anti-korupsi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

“To end corruption Bab


01
is my dream;
togetherness in
fighting it makes the
dream come true”.
PENGERTIAN
KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Pengertian Korupsi
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Kompetensi Dasar
1. Mahasiswa mampu menjelaskan Pokok Bahasan
arti kata dan definisi korupsi secara
tepat dan benar; Pengertian Korupsi
2. Mahasiswa mampu menjelaskan
sejarah korupsi dan
Sub Pokok Bahasan
pemberantasan korupsi di
Indonesia dengan benar; 1. Definisi Korupsi
3. Mahasiswa mampu menjelaskan 2. Bentuk-bentuk Korupsi
bentuk-bentuk korupsi dan perilaku
koruptif dengan benar;
3. Sejarah Korupsi
4. Mahasiswa mampu membedakan
bentuk tindak pidana korupsi dan
perilaku koruptif;
5. Mahasiswa mampu menganalisis
perbuatan korupsi dan perilaku
koruptif di masyarakat;
6. Mahasiswa mampu mengevaluasi
dan memahami berbagai bentuk
tindak korupsi dan perilaku
koruptif.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Pengertian Korupsi
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Pretest
Nilai filosofis apa yang bisa anda simpulkan
dari gambar dibawah ini??

1……………?
2……………?
3……………?

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

PERTEMUAN KE 2
DEFINISI KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Pengertian Korupsi
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

DEFINISI
KORUPSI “KORUPSI” dari bahasa Latin
“corruptio” atau “corruptus”
“corruptio” dari kata “corrumpere”,
➔ “corruption, corrupt” (Inggris),
“corruption” (Perancis) dan
“corruptie/korruptie” (Belanda).

kebusukan, keburukan, kebejatan,


ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral,
penyimpangan dari kesucian

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Pengertian Korupsi
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

DEFINISI
KORUPSI Di Malaysia dipakai kata
“resuah” dari bahasa Arab
“risywah”,
menurut Kamus umum Arab-
Indonesia artinya korupsi.

Risywah (suap) secara terminologis berarti pemberian yang diberikan


seseorang kepada hakim atau lainnya untuk memenangkan
perkaranya dengan cara yang tidak dibenarkan atau untuk
memperoleh kedudukan Semua ulama sepakat mengharamkan
risywah yang terkait dengan pemutusan hukum, perbuatan ini
termasuk dosa.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Pengertian Korupsi
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

PENDAPAT PAKAR

corruptie adalah korupsi,


perbuatan curang yaitu tindak
pidana yang merugikan
keuangan negara.

Subekti dan Tjitrosoedibio

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Pengertian Korupsi
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

PENDAPAT PAKAR
menguraikan istilah korupsi dalam berbagai
bidang, yakni yang menyangkut masalah
penyuapan, yang berhubungan dengan
manipulasi di bidang ekonomi, dan yang
menyangkut bidang kepentingan umum.
Hal ini diambil dari definisi “financial
manipulations and deliction injurious
to the economiy are often labeled
corrupt”

Baharuddin Lopa mengutip


pendapat David M. Chalmers
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Pengertian Korupsi
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perbuatan korupsi menyangkut :

Sesuatu yang bersifat amoral,


Sifat dan keadaan yang busuk,
Menyangkut jabatan instansi atau aparatur
pemerintah,
Penyelewengan kekuasaan dalam jabatan
karena pemberian,
Menyangkut faktor ekonomi dan politik dan
penempatan keluarga atau golongan ke
dalam kedinasan di bawah kekuasaan
jabatan.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Pengertian Korupsi 15
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

PENGERTIAN
Korup artinya buruk, rusak, busuk;
1 Koruptif artinya bersifat korupsi ( sifat takut berkorban
dan mudah ditaklukkan ) kamus B.Ind.

Korupsi perbuatan melawan hukum,


memperkaya diri orang/badan lain yg merugikan
2 keuangan negara (UU No.31/99 jo UU
no.20/2001 pasal 2)

3 Koruptor artinya orang yang melakukan korupsi.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Pengertian Korupsi
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

“Fight Corruption:
be the one who helps
build a better society”.

FAKTOR
PENYEBAB
KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Faktor Penyebab Korupsi
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Kompetensi Dasar
1. Mahasiswa mampu menjelaskan POKOK BAHASAN :
faktor pendorong terjadinya Faktor Penyebab Korupsi
korupsi;
SUB POKOK BAHASAN :
2. Mahasiswa dapat membedakan
1. Faktor Penyebab Korupsi;
faktor internal dan faktor eksternal
2. Penyebab Korupsi dalam
penyebab terjadinya korupsi; Perspektif Teori;
3. Mahasiswa dapat menyimpulkan 3. Faktor Internal dan
faktor internal dan faktor eksternal Eksternal Penyebab
Korupsi.
pendorong prilaku korup;
4. Mahasiswa mampu mengeliminir
sikap diri sendiri yang cenderung
mendorong perilaku korup;
5. Mahasiswa dapat menumbuhkan
sikap anti korupsi.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Faktor Penyebab Korupsi
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

DUA FAKTOR PENYEBAB KORUPSI

FAKTOR INTERNAL

FAKTOR EKSTERNAL

Faktor internal
merupakan
penyebab korupsi yang faktor penyebab
datang dari diri pribadi terjadinya korupsi karena
sebab-sebab dari luar.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Faktor Penyebab Korupsi
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

BEBERAPA PENDAPAT
FAKTOR PENYEBAB KORUPSI

Ketika perilaku Korupsi akan terus


materialistik dan berlangsung selama masih
konsumtif terdapat kesalahan tentang
masyarakat serta cara memandang kekayaan.
sistem politik yang
masih
"mendewakan“ Semakin banyak orang salah dalam memandang kekayaan,
materi maka dapat semakin besar pula kemungkinan orang melakukan kesalahan
"memaksa" dalam mengakses kekayaan.
terjadinya
Bagaimana menurut anda perilaku orang-orang yang
permainan uang
dan korupsi memandang kekayaan dan uang sebagai suatu hal yang
(Ansari Yamamah : punya arti segala-galanya? Bagaimana bentuk
2009) penyadaran yang tepat?

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Faktor Penyebab Korupsi
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

PENDAPAT YANG MENGARAH PADA


FAKTOR INTERNAL

1. Sifat tamak manusia,


2. Moral yang kurang kuat menghadapi
godaan,
3. Gaya hidup konsumtif,
4. Tidak mau (malas) bekerja keras

Isa Wahyudi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Faktor Penyebab Korupsi
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

SIKAP BURUK LEBIH CEPAT MENULAR


DARIPADA SIKAP BAIK
(hukum apel busuk)
WAPANNURI.com
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

1. Tidak mampu mengakui kesalahan


2. Mengembangkan rasa iri hati
3. Memiliki penyakit sombong
4. Ingin memonopoli tujuan
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
Pendidikan Anti-Korupsi
Untuk Perguruan Tinggi

PERTEMUAN KE – 4
FAKTOR PENYEBAB KORUPSI
(EKSTERNAL DAN PERSPEKTIF TEORI) part 1

ANANG SUGENG C
UNIVERSITAS TULUNGAGUNG
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

PENDAPAT YANG MENGARAH PADA


FAKTOR EKSTERNAL
1. Kurang keteladanan dan kepemimpinan elite bangsa,
2. Rendahnya gaji Pegawai Negeri Sipil,
3. Lemahnya komitmen dan konsistensi penegakan hukum
dan peraturan perundangan,
4. Rendahnya integritas dan profesionalisme,
5. Mekanisme pengawasan internal di semua lembaga
perbankan, keuangan, dan birokrasi belum mapan,
6. Kondisi lingkungan kerja, tugas jabatan, dan lingkungan
masyarakat, dan
7. Lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu, moral dan
etika

Erry Riyana Hardjapamekas

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Faktor Penyebab Korupsi
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

PENDAPAT YANG MENGARAH PADA


FAKTOR EKSTERNAL

1. Faktor politik,
2. Faktor hukum,
3. Faktor ekonomi dan
4. Organisasi

Indonesia Corruption Watch | ICW

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Faktor Penyebab Korupsi
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

1. FAKTOR POLITIK

Perilaku korup seperti penyuapan, politik


uang merupakan fenomena yang sering
terjadi. Terkait dengan hal itu Terrence Gomes
(2000) memberikan gambaran bahwa politik
uang (money politic) sebagai use of money
and material benefits in the pursuit of
political influence.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Faktor Penyebab Korupsi
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

2. FAKTOR HUKUM

Faktor hukum ini bisa Tidak baiknya substansi hukum, mudah


lihat dari dua sisi, di satu ditemukan dalam aturan-aturan yang
diskriminatif dan tidak adil; rumusan yang
sisi dari aspek tidak jelas-tegas (non lex certa) sehingga
perundang-undangan dan multi tafsir; kontradiksi dan overlapping
sisi lain adalah lemahnya dengan peraturan lain (baik yang sederajat
penegakan hukum. maupun yang lebih tinggi).

Praktik penegakan hukum juga masih dililit berbagai


permasalahan yang menjauhkan hukum dari tujuannya. Secara
kasat mata, publik dapat melihat banyak kasus yang menunjukan
adanya diskriminasi dalam proses penegakan hukum termasuk
putusan-putusan pengadilan.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Faktor Penyebab Korupsi
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

3. FAKTOR EKONOMI

Faktor ekonomi juga merupakan


penyebab terjadinya korupsi. Hal itu
dapat dijelaskan dari pendapatan atau
gaji yang tidak mencukupi kebutuhan.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Faktor Penyebab Korupsi
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

4. FAKTOR ORGANISASI
Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang
luas, termasuk sistem pengorganisasian lingkungan
masyarakat. Organisasi yang menjadi korban korupsi atau di
mana korupsi terjadi biasanya memberi andil terjadinya
korupsi karena membuka peluang atau kesempatan untuk
terjadinya korupsi
Berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan oleh Kompas 29/7/2004
di kota Surabaya, Medan, Jakarta dan Makasar mengenai korupsi
yang terjadi di tubuh organisasi kepemerintahan (eksekutif) maupun
legislatif disebutkan bahwa tidak kurang dari 40% responden
menilai bahwa tindakan korupsi dilingkungan birokrasi
kepemerintahan dan wakil rakyat di daerahnya semakin menjadi-
jadi. Hanya 20% responden saja yang berpendapat bahwa perilaku
korupsi di Pemerintah Daerah dan DPRD masing-masing sudah
berkurang.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Faktor Penyebab Korupsi
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

PROBLEM

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Faktor Penyebab Korupsi 18
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

PERTEMUAN 5

ANANG SUGENG CAHYONO


UNIVERSITAS TULUNGAGUNG
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
Korupsi di Indonesia sudah
‘MEMBUDAYA’ sejak dulu, sebelum dan
sesudah kemerdekaan, di era Orde
Lama, Orde Baru, berlanjut hingga era
Reformasi. Berbagai upaya telah
dilakukan untuk memberantas korupsi,
namun hasilnya masih jauh DARI
HARAPAN.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Pengertian Korupsi
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

PRA KEMERDEKAAN
1.Zaman Kerajaan
Budaya korupsi didorong motif kekuasaan,
kekayaan dan wanita:
• Perebutan kekuasaan Singosari
• Pemberontakan Majapahit
• Demak
• Banten (Sultan Haji merebut kekuasaan ayahnya
Sultan Ageng Tirtayasa)
2.Zaman Penjajahan Belanda
• Kebiasaan mengambil Upeti dari rakyat terlebih
tidak hanya dilakukan oleh Belanda tetapi oleh
jajaran abdi dalem ke Lurah /Tumenggung
• Terjadinya sistem Cultuur Stelsel sistem
pembudayaan. Hasil pembudayaan tanaman
produktif seharusnya masuk ke masyarakat tetapi
dimasukkan ke kas Belanda
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

PASCA KEMERDEKAAN
1.Zaman Orde Lama
• Berdasar UU Keadaan Bahaya di bentuk Badan
Pemberantasan Korupsi dipimpin AH Nasution,M. Yamin
• Pejabat Pemerintah mengisi formulir daftar kekayaan
pejabat tetapi pada prakteknya mendapat tentangan
keras dari pejabat
• Tahun 1963 melalui Kepres No. 275 Tahun 1963
dibentuklah “Operasi Budhi” tujuannya memberantas
korupsi di lembaga negara / BUMN
• Dalam kurun waktu 3 bulan “Operasi Budhi” dapat
menyelamatkan Rp. 11 M akan tetapi karena diketuai
oleh presiden maka tugas tsb dianggap menganggu
tugas prestise Presiden dan akhirnya “Operasi Budhi”
Dibubarkan
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

PASCA KEMERDEKAAN
2.Zaman Orde Baru
Berikut ini beberapa peraturan yang terbit di masa
Orde Baru :
• GBHN Tahun 1973 tentang Pembinaan Aparatur yang
Berwibawa dan Bersih dalam Pengelolaan Negara;
• GBHN Tahun 1978 tentang Kebijakan dan Langkah-Langkah
dalam rangka Penertiban Aparatur Negara dari Masalah
Korupsi, Penyalahgunaan Wewenang, Kebocoran dan
Pemborosan Kekayaan dan Kuangan Negara, Pungutan-
Pungutan Liar serta Berbagai Bentuk Penyelewengan
Lainnya yang Menghambat Pelaksanaan Pembangunan;
• Undang-Undang No.3 Tahun 1971 tentang Tindak Pidana
Korupsi;
• Keppres No. 52 Tahun 1971 tentang Pelaporan Pajak Para
Pejabat dan PNS;
• Inpres Nomor 9 Tahun 1977 tentang Operasi Penertiban;
• Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1980 tentang Tindak
Pidana Suap.
BERHASIL???
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

PASCA KEMERDEKAAN
3. Reformasi
• Presiden BJ Habibie mengeluarkan UU No.28 Tahun
1999 ttg penyelenggaraan negara yg bebas dari KKN
dibentuklah KPKPN
• Pada pemerintahan Gus Dur terjadi kasus besar
Bulloggate yg melibatkan Sofyan Winandi
(konglomerat) mendapat SP3 dari Jaksa Agung Marzuki
Darusman
• Pada Pemerintahan Megawati hukum semakin merosot
dibuktikan dengan banyaknya kasus konglomerat
bahkan anggota DPRD yg terjerat KKN mendapat
perlindungan dari pemerintah. Dan pada pemerintahan
megawati di tahun 2003 terbentuklah KPK yg diketuai
Taufiequrachman Ruki. Berbagai ancaman didapat oleh
sebagian besar jajaran Tim KPK yg pada akirnya
hampir melumpuhkan KPK pd saat Antasari Ashar
tertangkap dengan kasus yg biasa ditanganinya.
Sejarah
Perjalanan &
Tantangan KPK
JILID 1 (2008-2009)
Anthasari Azar VS Kepala Badan Reserse Kriminal
(Kabareskrim) Polri kala itu, Susno Duadji
diduga menerima gratifikasi dari nasabah Bank Century,
Boedi Sampoerna, karena berhasil “memaksa” Bank
Century mencairkan dana nasabah itu sebelum bank itu
ditutup. RUU
JILID 2 (2012) KPK
KPK (Novel Baswedan) VS mantan Kepala Korps Lalu 2019??
Lintas Polri Irjen Djoko Susilo sebagai tersangka kasus
korupsi di proyek simulator ujian SIM.

JILID 3 (2015)
BW VS BG Calon Kapolri Komisaris Jenderal Budi
Gunawan ditetapkan sebagai tersangka kasus gratifikasi
oleh KPK
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
PERJALANAN RUU KE UU KPK
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

OPINI TENTANG KPK!!!


1. Dari Aspek kelembagaan. KPK bergerak menjadikan dirinya
sebagai lembaga superbody
2. Kelembagaan KPK dengan argumen independennya mengarah
kepada kebebasan atau lepas dari pemegang cabang-cabang
kekuasaan negara.
3. KPK yang dibentuk bukan atas mandat Konstitusi
4. Dalam menjalankan fungsi koordinasi, KPK cenderung berjalan
sendiri tanpa mempertimbangkan esksistensi, jati diri, kehormatan
dan kepercayaan publik atas lembaga-lembaga negara, penegak
hukum.
5. Dalam hal fungsi supervisi, KPK Iebih cenderung menangani
sendiri tanpa koordinasi, dibandingkan dengan upaya mendorong,
memotivasi dan mengarahkan kemban instansi Kepolisian dan
Kejaksaan.
6. Terkait dengan penggunaan anggaran, berdasarkan hasil audit
BPK, banyak hal yang belum dapat dipertanggungjawabkan dan
belum ditindaklanjuti atas temuan tersebut. Untuk itu dibutuhkan
audit lanjutan BPK untuk tujuan tertentu.
PERTEMUAN KE 6
BENTUK – BENTUK
KORUPSI
Anang Sugeng C
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

BENTUK KORUPSI
Kerugian Keuangan Negara

Suap Menyuap

Penggelapan Dalam Jabatan

Pemerasan

Perbuatan Curang

Benturan Kepentingan Dalam Pengadaan

Gratifikasi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Pengertian Korupsi
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Kerugian keuangan negara


Pasal 1 angka 15 UU No 15 th 2006 ttg BPK &
UU No. 1 th 2004 ttg Perbendaharaan Negara:
Kerugian negara/daerah adalah kekurangan
uang,surat berharga, dan barang yang nyata
jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan
hukum baik sengaja maupun lalai.
Pasal 32 ayat 1 UU No 31 th 1999 ttg
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi :
Kerugian yang sudah dapat dihitung jumlahnya
berdasarkan hasil temuan instansi yang
berwenang atau akuntan publik yang ditunjuk.
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Kerugian keuangan negara


Petunjuk Badan Pengawas Keuangan &
Pembangunan (BPKP) :
Pengertian kerugian keuangan/kekayaan Negara
adalah suatu kerugian Negara yang tidak hanya
bersiat riil yaitu yang belum terjadi seperti adanya
pendapatan Negara yang akan diterima dan lain
sebagainya.
Prof Komariah Emong S menyebut UU 31 th
1999: menganut konsep kerugian dalam arti delik
formil bukan materiil atau dengan kata lain
tindakan yang berpotensi menimbulkan kerugian
keuangan negara
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Kerugian keuangan negara


Pasal 2 ayat (1) UU Tipikor jo. Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 25/PUU-XIV/2016
mengatur bahwa:
Setiap orang yang secara melawan hukum
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi yang merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara,
dipidana penjara dengan penjara seumur hidup
atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun
dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda
paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu milyar rupiah).
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Kerugian keuangan negara


TAHUN JUMLAH KETERANGAN
(Triliun Rp)
2014 5,29 E-KTP (Rp.1,12 T), Haji ( Rp.1 T),
Dll ( Rp.3,17 T )
2015 3,1 Pelaku : 1.124 orang
Jumlah Kasus : 550 kasus korupsi
2016 3,085 Pelaku : 500 orang , 62 kasus korupsi di desa
dengan kerugian negara mencapai Rp 18
miliar.
2017 6,5 576 kasus korupsi,
korupsi dana desa dari segi aktor merupakan
kepala desa,perangkat desa
2018 9,29 926 terdakwa pada tingkat pengadilan negeri,
208 pada tingkat pengadilan tinggi, dan 28
terdakwa di tingkat MA.
2019 8,4 270 Kasus, tersangka 580 orang
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Suap menyuap
Pasal 5 UU 20/2001 :
1. Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun
dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling
sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling
banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)
setiap orang yang:
a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai negeri
atau penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak berbuat
sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan
kewajibannya; atau
b. memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara
negara karena atau berhubungan dengan sesuatu yang
bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan
dalam jabatannya.
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Suap
menyuap????
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Penggelapan dlm Jabatan


Pasal 374 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”) yang berbunyi:
“Penggelapan yang dilakukan oleh orang yang penguasaannya
terhadap barang disebabkan karena ada hubungan kerja atau karena
pencarian atau karena mendapat upah untuk itu, diancam dengan pidana
penjara paling lama lima tahun.”

Pasal 8 UU No. 20 Tahun 2001 tentangPerubahan atas UU No. 31 Tahun


1999 tentang PemberantasanTindak Pidana Korupsi (“UU Tipikor”):
“Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan
paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp
150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp
750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah), pegawai negeri atau
orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan
umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan
sengaja menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena
jabatannya, atau membiarkan uang atau surat berharga tersebut diambil
atau digelapkan oleh orang lain, atau membantu dalam melakukan
perbuatan tersebut.”
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Penggelapan dlm
Jabatan
PERTEMUAN KE 7
BENTUK – BENTUK KORUPSI
Anang Sugeng C
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Pemerasan dlm Jabatan

• (TINDAK PIDANA / Delik Pemerasan dalam Jabatan)Pasal


12 UU No. 31/1999 jo. UU No. 20/2001 ( UU TIPIKOR )
• Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan
maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain
secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan
kekuasaannya memaksa seseorang memberikan
sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan
potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya
sendiri;
• Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada
waktu menjalankan tugas, meminta, menerima, atau
memotong pembayaran kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara yang lain atau kepada kas umum ,
seolah-olah pegawai negeri atau penyelenggara negara
yang lain atau kas umum tersebut mempunyai utang
kepadanya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan
merupakan utang;
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
CURANG
Perbuatan curang dalam Pasal 7 ayat (1) UU 20/2001
dan perubahannya di antaranya berbentuk:
1. Pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat
bangunan, atau penjual bahan bangunan yang pada
waktu menyerahkan bahan bangunan, melakukan
perbuatan curang yang dapat membahayakan
keamanan orang atau barang, atau keselamatan
negara dalam keadaan perang;
2. Setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan
atau penyerahan bahan bangunan, sengaja
membiarkan perbuatan curang di atas;
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Benturan Kepentingan Pengadaan Barang

• Pengadaan barang adalah kegiatan pengadaan


barang/jasa yang dibiayai APBN/APBD baik yg
dilaksanakan secara swakelola maupun
penyedia barang/jasa.

• Benturan kepentingan adalah kondisi dimana


seseorang yg karena jabatannya, memiliki
kewenangan yg berpotensi disalahgunakan
baik sengaja maupun tidak sengaja utk
kepentingan lain sehingga berpengaruh thd
kualitas keputusan dan kinerja yg dapat
merugikan negara/organisasi.
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Benturan KepentinganPengadaan Barang

Pasal 12 huruf i UU 20/2001


Benturan kepentingan dalam pengadaan barang/jasa
pemerintah adalah situasi di mana seorang pegawai
negeri atau penyelenggara negara, baik langsung
maupun tidak langsung, dengan sengaja turut serta
dalam pemborongan, pengadaan, atau persewaan,
yang pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh
atau sebagian ditugaskan untuk mengurus atau
mengawasinya.
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Benturan KepentinganPengadaan Barang


PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Gratifikasi

• Pemberian dalam arti luas yakni meliputi


pemberian biaya tambahan (fee), uang, barang,
diskon, tiket perjalanan, fasilitas penginapan,
perjalanan wisata dan fasilitas lainnya
• Gratifikasi tersebut baik diterima di dalam
negeri maupun di luar negeri dan yang
dilakukan dengan menggunakan sarana
elektronik, atau tanpa sarana elektronik
(Penjelasan Pasal 12B UU 20/2001
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Gratifikasi

Dasar hukum:
Pasal 12 B UU No. 31/1999 jo UU No.
20/2001

Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri


atau penyelenggara negara dianggap
pemberian suap, apabila berhubungan
dengan jabatannya dan yang berlawanan
dengan kewajiban atau tugasnya.
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Gratifikasi
Gratifikasi merupakan setiap penerimaan
seseorang dari orang lain yang bukan
tergolong ke dalam tindak pidana suap.

Gratifikasi kepada pegawai


negeri/penyelenggara negara yang
berhubungan dengan jabatan atau
kedudukannya (pekerjaan) dianggap suap.

Rumus:
Suap = Gratifikasi + Jabatan/kedudukan/pekerjaan
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 10
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Gratifikasi

Gratifikasi tidak dianggap sebagai


suap apabila penerima
menyampaikan laporan kepada
Komisi Pemberantasan Korupsi,
selambat-lambatnya 30 hari
sejak menerima gratifikasi tersebut

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 12


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Tatacara Pelaporan dan


Penentuan Status Gratifikasi
(Pasal 16 UU No. 31/1999 jo.
UU No. 20/2001
1. Laporan ditujukan kepada KPK, dibuat
secara tertulis dengan mengisi formulir
dan melampirkan dokumen terkait (bila
ada).
2. Laporan setidaknya memuat nama serta
alamat pemberi dan penerima gratifikasi,
jabatan, tempat/waktu/nilai gratifikasi.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 14


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Tatacara Pelaporan dan


Penentuan Status Gratifikasi
(Pasal 16 UU No. 31/1999 jo.
UU No. 20/2001
3. Dalam kurun waktu 30 hari sejak
laporan diterima, KPK akan menetapkan
status gratifikasi tersebut menjadi milik
penerima atau milik negara.
Gratifikasi yang menjadi milik negara
wajib diserahkan kepada Menteri
Keuangan paling lambat 7 (tujuh) hari
setelah ditetapkan.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 15


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

PERTEMUAN 8

NILAI DAN
PRINSIP ANTI-
“Lead the people KORUPSI
to the path
of uncorrupted”

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Nilai &Prinsip Anti-korupsi
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Kompetensi Dasar
1. Mahasiswa mampu menjelaskan Pokok Bahasan
nilai-nilai anti korupsi untuk Nilai-nilai anti korupsi dan
mengatasi faktor internal prinsip-prinsip anti korupsi
penyebab terjadinya korupsi;
2. Mahasiswa mampu menjelaskan
prinsip-prinsip anti korupsi yang Sub Pokok Bahasan
berpedoman pada nilai-nilai anti 1. Nilai-nilai anti korupsi
korupsi untuk mengatasi faktor
eksternal penyebab terjadinya 2. Prinsip-prinsip anti
korupsi agar korupsi tidak terjadi; korupsi
3. Mahasiswa mampu memberikan
contoh penerapan prinsip-prinsip
dan nilai-nilai anti korupsi dalam
suatu organisasi/institusi/
masyarakat untuk mencegah
terjadinya korupsi dalam setiap
kegiatannya.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Nilai &Prinsip Anti-korupsi
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

PENYEBAB KORUPSI

• Penyebab korupsi terdiri atas faktor internal dan


faktor eksternal.
• Faktor internal sangat ditentukan oleh kuat tidaknya
nilai-nilai anti korupsi tertanam dalam diri setiap
individu.
• Nilai-nilai anti korupsi itu perlu diterapkan oleh
setiap individu untuk dapat mengatasi faktor
eksternal agar korupsi tidak terjadi.
• Untuk mencegah terjadinya faktor eksternal, selain
memiliki nilai-nilai anti korupsi, setiap individu perlu
memahami dengan mendalam prinsip-prinsip anti
korupsi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Nilai & Prinsip Anti-korupsi
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

A. NILAI-NILAI ANTI-KORUPSI

1 2 3
KEJUJURAN KEPEDULIAN KEMANDIRIAN

4 5 6
TANGGUNG
KEDISIPLINAN KERJA KERAS
JAWAB

7 8 9
KESEDERHANAAN KEBERANIAN KEADILAN

JUPE MANDI TANGKER KEBEDIL


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Nilai & Prinsip Anti-korupsi
GENERASI PEMIMPIN ANTI KORUPSI

4. NILAI-NILAI ANTI-KORUPSI

1 2 3
KEJUJURAN KEPEDULIAN KEMANDIRIAN
GENERASI PEMIMPIN ANTI KORUPSI

4. NILAI-NILAI ANTI-KORUPSI

4 5 6
TANGGUNG
KEDISIPLINAN KERJA KERAS
JAWAB
GENERASI PEMIMPIN ANTI KORUPSI

4. NILAI-NILAI ANTI-KORUPSI

7 8 9
KESEDERHAAN KEBERANIAN KEADILAN
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

B. PRINSIP-PRINSIP ANTI-
KORUPSI

AKUNTABILITAS

TRANSPARANSI

KEWAJARAN

KEBIJAKAN

KONTROL KEBIJAKAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Nilai & Prinsip Anti-korupsi
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

PERTEMUAN
10

UPAYA
PEMBERANTASAN
KORUPSI
“No impunity to
corruptors“

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Kompetensi Dasar
POKOK BAHASAN :
1. Mahasiswa mampu
Upaya Pemberantasan Korupsi
menjelaskan berbagai upaya
pemberantasan korupsi;
SUB POKOK BAHASAN :
2. Mahasiswa mampu
1. Konsep Pemberantasan
membandingkan berbagai
Korupsi;
kelebihan dan kelemahan
2. Upaya Penanggulangan
upaya pemberantasan korupsi
Kejahatan (Korupsi) dengan
dari berbagai sudut pandang;
Menggunakan Hukum
3. Mahasiswa mampu
Pidana;
menjelaskan berbagai upaya
3. Berbagai Strategi dan/atau
apa yang dapat dilakukannya
Upaya Pemberantasan
dalam rangka mencegah dan
memberantas korupsi baik di Korupsi.
lingkungannya maupun dalam
masyarakat.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

A. KONSEP PEMBERANTASAN
KORUPSI

Mengapa korupsi timbul dan berkembang demikian


masif di sebuah negara dan tidak di negara lain?
Korupsi ibarat penyakit ‘kanker ganas’ → sifatnya
kronis juga akut.

Perekonomian negara digerogoti secara perlahan


namun pasti. Korupsi di Indonesia menempel pada
semua aspek atau bidang kehidupan masyarakat.

PENTING DIPAHAMI : di manapun dan sampai pada


tingkatan tertentu, korupsi akan selalu ada dalam
suatu negara atau masyarakat

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi 3


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

It is always necessary to relate anti-corruption


strategies to characteristics of the actors involved (and
the environment they operate in). THERE IS NO
SINGLE CONCEPT and program of good governance
FOR ALL COUNTRIES and organizations, there is no
‘one right way’. There are many initiatives and most are
tailored to specifics contexts. SOCIETIES and
organizations WILL HAVE TO SEEK THEIR OWN
SOLUTIONS.
(Fijnaut dan Huberts : 2002)

BAGAIMANA MENURUT ANDA?:

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi 4


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

UPAYA PENANGGULANGAN
KEJAHATAN KORUPSI
JALUR PENAL JALUR NON-PENAL

• Kebijakan penerapan Hukum • Kebijakan pencegahan tanpa


Pidana (Criminal Law hukum pidana (prevention without
Application); punishment);
• Sifat repressive (penumpasan/ • Kebijakan untuk mempengaruhi
penindasan/pemberantasan) pandangan masyarakat mengenai
apabila kejahatan sudah terjadi; kejahatan dan pemidanaan lewat
• Perlu dipahami bahwa: mass media (influencing views of
upaya/tindakan represif juga society on crime and
dapat dilihat sebagai punishment/mass media atau
upaya/tindakan preventif dalam media lain seperti penyuluhan,
arti luas pendidikan dll);
(Nawawi Arief : 2008) • Sifat preventive (pencegahan)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi 5


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

UPAYA PENAL DAN NON-PENAL

• Sasaran dari upaya non-penal adalah menangani


faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya korupsi,
yang berpusat pada masalah-masalah atau kondisi-
kondisi politik, ekonomi maupun sosial yang secara
langsung atau tidak langsung dapat menimbulkan atau
menumbuh-suburkan kejahatan (korupsi);
• Upaya penal dilakukan dengan memanggil atau
menggunakan hukum pidana yaitu dengan
menghukum atau memberi pidana atau penderitaan
atau nestapa bagi pelaku korupsi;
• Upaya non-penal seharusnya menjadi kunci atau
memiliki posisi penting atau posisi strategis dari
keseluruhan upaya penanggulangan korupsi → karena
sifatnya preventif atau mencegah sebelum terjadi.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi 6


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KETERBATASAN SARANA PENAL

• Sarana penal memiliki ‘keterbatasan’,


mengandung ‘kelemahan’ (sisi negatif).
Fungsi sarana penal seharusnya hanya
digunakan secara ‘subsidair’.
• Secara dogmatis, sanksi pidana merupakan
jenis sanksi yang paling tajam dalam bidang
hukum, sehingga harus digunakan sebagai
ultimum remedium (obat yang terakhir apabila
cara lain atau bidang hukum lain sudah tidak
dapat digunakan lagi);

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi 7


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KETERBATASAN SARANA PENAL

• Secara fungsional/pragmatis,
operasionalisasi dan aplikasinya menuntut
biaya yang tinggi;
• Sanksi pidana mengandung sifat
kontradiktif/paradoksal, mengadung efek
sampingan yang negatif. Lihat realita kondisi
overload Lembaga Pemasyarakatan;
• Hukum pidana dan pemidanaan bukanlah
‘obat yang manjur’ atau ‘panacea’ atau
‘bukan segala-galanya’ untuk menanggulangi
kejahatan.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi 8


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KETERBATASAN SARANA PENAL

• Penggunaan hukum pidana dalam


menanggulangi kejahatan hanya merupakan
‘kurieren am symptom’ (menyembuhkan
gejala), hanya merupakan pengobatan
simptomatik bukan kausatif karena sebab-
sebab kejahatan demikian kompleks dan
berada di luar jangkauan hukum pidana;
• Hukum pidana hanya merupakan bagian kecil
(sub sistem) dari sarana kontrol sosial yang
tidak mungkin mengatasi kejahatan sebagai
masalah kemanusiaan dan kemasyarakatan
yang sangat kompleks;

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi 9


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KETERBATASAN SARANA PENAL

• Sistem pemidanaan bersifat fragmentair dan


individual/personal; tidak bersifat struktural
atau fungsional;
• Efektifitas pidana (hukuman) bergantung
pada banyak faktor dan masih sering
diperdebatkan oleh para ahli.
• Hukum pidana dan pemidanaan bukanlah
‘obat yang manjur’ atau ‘panacea’ atau
‘bukan segala-galanya’ untuk menanggulangi
kejahatan.

(Nawawi Arief : 1998)


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi 10
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

REALITA DI INDONESIA

DISKUSIKAN! • Ada PERANGKAT HUKUM : ada Peraturan Per-


UU, ada lembaga serta aparat hukum yang
mengabdi untuk menjalankan peraturan
(kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan); ada
lembaga independen ‘Super Body’ yang bernama
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang
dibentuk untuk memberantas korupsi.
• Di sekolah siswa/mahasiswa Pendidikan Agama,
Pendidikan Kewarganegaraan.
• Realita : korupsi tetap tumbuh subur dan
berkembang dengan pesat.
• Apa yang salah???
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi 11
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

PERTEMUAN
11

UPAYA
PEMBERANTASAN
KORUPSI
“No impunity to
corruptors“

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Kompetensi Dasar
POKOK BAHASAN :
1. Mahasiswa mampu
Upaya Pemberantasan Korupsi
menjelaskan berbagai upaya
pemberantasan korupsi;
SUB POKOK BAHASAN :
2. Mahasiswa mampu
1. Konsep Pemberantasan
membandingkan berbagai
Korupsi;
kelebihan dan kelemahan
2. Upaya Penanggulangan
upaya pemberantasan korupsi
Kejahatan (Korupsi) dengan
dari berbagai sudut pandang;
Menggunakan Hukum
3. Mahasiswa mampu
Pidana;
menjelaskan berbagai upaya
3. Berbagai Strategi dan/atau
apa yang dapat dilakukannya
Upaya Pemberantasan
dalam rangka mencegah dan
memberantas korupsi baik di Korupsi.
lingkungannya maupun dalam
masyarakat.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

HUKUM PIDANA BUKAN


PANACEA

Rubin : hukum pidana atau pemidanaan tidak


mempunyai pengaruh terhadap masalah
kejahatan.

Schultz : naik turunnya angka kejahatan tidak


berhubungan dengan perubahan di dalam
hukum atau putusan pengadilan, tetapi
berhubungan dengan bekerjanya atau
berfungsinya perubahan kultural dalam
kehidupan masyarakat.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi 3


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

HUKUM PIDANA BUKAN


PANACEA

Karl. O. Christiansen : pengaruh pidana


terhadap masyarakat luas sulit diukur.

S.R. Brody : 5 (lima) dari 9 (sembilan)


penelitian menyatakan bahwa lamanya waktu
yang dijalani oleh seseorang di dalam penjara
tidak berpengaruh pada adanya reconviction
atau penghukuman kembali.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi 4


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

HUKUM PIDANA BUKAN


PANACEA
Wolf Middendorf : tidak ada hubungan logis antara
kejahatan dengan lamanya pidana. Kita tidak dapat
mengetahui hubungan sesungguhnya antara sebab
dan akibat. Orang melakukan kejahatan dan
mungkin mengulanginya lagi tanpa hubungan
dengan ada tidaknya UU atau pidana yang
dijatuhkan. Sarana kontrol sosial lainnya, seperti
kekuasaan orang tua, kebiasaan-kebiasaan atau
agama mungkin dapat mencegah perbuatan, yang
sama efektifnya dengan ketakutan orang pada
pidana.
(Nawawi Arief : 1998)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi 5
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

STRATEGI DAN/ATAU UPAYA


PENANGGULANGAN KORUPSI

1 Pembentukan Lembaga Anti-Korupsi

2 Pencegahan Korupsi di Sektor Publik

3 Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat

Pengembangan dan Pembuatan berbagai Instrumen Hukum yang


4 mendukung Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi

5 Monitoring dan Evaluasi

6 Kerjasama Internasional
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi 6
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

HUKUM PIDANA BUKAN


PANACEA

Diskusikanlah kasus perlakuan istimewa yang


diberikan kepada Artalita, Setya Novanto dkk. Ia bisa
menyulap ruang tempat ia mendekam di LP Cipinang
menjadi ruang yang sangat nyaman bagaikan ruang
hotel berbintang. Bagaimana pula dengan Gayus
yang bebas berkeliaran dan berpelesiran ke luar
negeri selama menjadi tahanan kasus penggelapan
pajak. Menurut and apa yang harus dilakukan untuk
mencegah hal ini?

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi 7


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

PERTEMUAN
12

GERAKAN,
KERJASAMA DAN
INSTRUMEN
INTERNASIONAL
“No impunity to PENCEGAHAN
corruptors“ KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional 1


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Kompetensi Dasar
1. Mahasiswa mampu menjelaskan
gerakan-gerakan internasional POKOK BAHASAN
pencegahan korupsi; Gerakan-gerakan, kerjasama
2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan beberapa instrumen
kerjasama-kerjasama internasional pencegahan
internasional pencegahan korupsi.
korupsi;
3. Mahasiswa mampu menjelaskan
beberapa instrumen SUB POKOK BAHASAN
internasional pencegahan 1. Pendekatan yang
korupsi; digunakan
4. Mahasiswa mampu 2. Gerakan dan Kerjasama
membandingkan kelemahan- Internasional Pencegahan
kelemahan dan kelebihan- Korupsi;
kelebihan pemberantasan 3. Instrumen Internasional
korupsi di negara lain; Pencegahan Korupsi;
5. Mahasiswa mampu menjelaskan
4. Pencegahan Korupsi :
arti penting ratifikasi Konvensi
Anti Korupsi bagi Indonesia. Belajar dari Negara Lain.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional 2


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

BOTTOM UP APPROACH
Berangkat dari 5 (lima) asumsi yakni:
a) semakin luas pemahaman atau
pandangan mengenai permasalahan
yang ada, semakin mudah untuk
meningkatkan awareness untuk
memberantas korupsi;
b) adanya network atau jejaring yang baik
akan lebih membantu pemerintah dan
masyarakat sipil (civil society). Untuk itu
perlu dikembangkan rasa saling percaya
serta memberdayakan modal sosial
(social capital) dari masyarakat;

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional 3


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

BOTTOM UP APPROACH
c) Perlu penyediaan data mengenai efesiensi dan
efektifitas pelayanan pemerintah melalui corruption
diagnostics. Dengan penyediaan data dan
pengetahuan yang luas mengenai problem korupsi,
reformasi administratif-politis dapat disusun secara
lebih baik;
d) Adanya pelatihan-pelatihan khusus. Pelatihan ini
dapat diambil dari toolbox yang disediakan oleh
World Bank yang diharapkan dapat membantu
mempercepat pemberantasan korupsi. Bahan-
bahan yang ada dipilih sendiri dan harus
menyesuaikan dengan kondisi masing-masing
negara; dan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional 4


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

BOTTOM UP APPROACH
e) adanya rencana aksi pendahuluan yang
dipilih atau dikonstruksi sendiri oleh
negara peserta, diharapkan akan
memiliki trickle-down effect dalam arti
masyarakat mengetahui pentingnya
pemberantasan korupsi.

(Haarhuis : 2005)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional 5


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

TOP-DOWN APPROACH
Pendekatan dari atas atau top-down
dilakukan dengan melaksanakan
reformasi di segala bidang baik hukum,
politik , ekonomi maupun administrasi
pemeritahan. Corruption is a symptom of
a weak state and weak institution,
sehingga harus ditangani dengan cara
melakukan reformasi di segala bidang.

(Haarhuis : 2005)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional 6
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
PERTEMUAN 13
KORUPSI DALAM PERSPEKTIF TEORI
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

TEORI PERILAKU KORUP


TEORI MEANS-ENDS SCHEME :
menyatakan bahwa korupsi
merupakan suatu perilaku manusia
yang diakibatkan oleh tekanan sosial,
sehingga menyebabkan pelanggaran
norma-norma.

Robert Merton.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

TEORI PERILAKU KORUP

TEORI SOLIDARITAS SOSIAL

Teori lain yang menjabarkan terjadinya korupsi


adalah teori Solidaritas Sosial yang dikembangkan
oleh Emile Durkheim (1858-1917).
Teori ini memandang bahwa watak manusia
sebenarnya bersifat pasif dan dikendalikan oleh
masyarakatnya

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

TEORI PERILAKU KORUP

GONE THEORY
Teori yang juga membahas mengenai prilaku korupsi,
dengan baik di hadirkan oleh Jack Bologne (Bologne :
2006), yang dikenal dengan teori GONE.
Ilustrasi GONE Theory terkait dengan faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya kecurangan atau korupsi yang
meliputi :
1. Greeds (keserakahan),
2. Opportunities (kesempatan),
3. Needs (kebutuhan) dan
4. Exposure (pengungkapan).

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Faktor Penyebab Korupsi
BERAGAM
PERSPEKTIF
TEORI
PENYEBAB
KORUPSI
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

PENYEBAB KORUPSI DALAM


PERSPEKTIF TEORETIS

Cultural determinisme sering dipakai sebagai acuan ketika


mempelajari penyebab terjadinya korupsi.

Fiona Robertson-Snape (1999) bahwa penjelasan kultural


praktik korupsi di Indonesia dihubungkan dengan bukti-bukti
kebiasaan-kebiasaan kuno orang jawa.

Padahal bila dirunut prilaku korup pada dasarnya merupakan


sebuah fenomena sosiologis yang memiliki implikasi ekonomi
dan politik yang terkait dengan jabaran beberapa teori

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI

Anda mungkin juga menyukai