Anda di halaman 1dari 53

Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan

ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

Rencana Kerja dan Syarat-syarat

PENGEMBANGAN JARINGAN AKSES FIBER OPTIC


LINTASARTA 2015
106 KOTA

Hal : 1/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

Bagian A :Umum
A. PENDAHULUAN
PT Aplikanusa Lintasarta, disingkat LINTASARTA, berdiri pada tanggal 4 April 1988 bergerak dalam
bidang penyediaan infrastruktur telekomunikasi modern. Pada awal berdirinya, Lintasarta hanya
melayani Industri Perbankan di Indonesia. Bekerja sama dengan Bank Indonesia (BI), pada tahun
1989 Lintasarta membangun Sistem Pelaporan Bank Otomatis (Automatic Banking Reporting System).
Dalam perjalanannya, Lintasarta juga membangun jaringan Automatic Teller Machine (ATM) yang
terdiri dari beberapa bank peserta. Jaringan ATM ini dikenal dengan ATM BERSAMA yang merupakan
Jaringan Shared-ATM pertama di Indonesia.

Sejak tahun 1991, Lintasarta mulai memfokuskan diri pada penyediaan jasa komunkasi data. Dengan
pertumbuhan yang sangat cepat, saat ini pasar Lintasarta bukan hanya terbatas pada industri
perbankan akan tetapi juga industri-industri lain seperti industri transportasi, pertambangan,
pemerintahan, perorangan dan lain-lain.

Lintasarta juga merupakan salah satu penyelengara jasa internet/Internet Service Provider (ISP) di
Indonesia, dengan memfokuskan diri pada segmen pasar corporate.

Saat ini Lintasarta adalah perusahaan penyelenggara telekomunikasi data terbesar di Indonesia,
dengan sebagian besar kepemilikan dimiliki oleh PT INDOSAT.

B. MAKSUD DAN TUJUAN


Saat ini LINTASARTA telah memiliki jaringan Fiber Optic di beberapa kota (Innercity). Sehubungan
dengan pertumbuhan perusahaan yang semakin berkembang dan kebutuhan akan Bandwidth besar
semakin mendesak, dan tuntutan akan jaringan yang handal maka PT. Aplikanusa Lintasarta
merencanakan pembangunan jaringan berbasis Fiber Optic di 106 kota seluruh Indonesia. Untuk
keperluan tersebut diatas PT. Aplikanusa Lintasarta bermaksud untuk mengundang mitra pelaksana
pembangunan melakukan perencanaan yang maksimum, dengan konsep perencanaan yang
memenuhi ketentuan-ketentuan yang diminta.

C. LINGKUP KERJA
1. Pengadaan dan pemasangan Jaringan Fiber Optic (OSP) :
a. Site Survey
b. Pemasangan Kabel Tanah (Subduct/HDPE)
• Pembangunan Handhole
• Pengadaan Material Ducting dan Handhole
• Penggalian Jalur Ducting dan perapihan kembali
• Pengadaan dan Pemasangan Kabel
c. Pemasangan Kabel Udara
• Penyediaan dan Pemasangan Tiang
• Pengadaan dan Pemasangan Kabel
d. Perijinan :
• Perijinan Ke Permintah Daerah (Provinsi, Kab/Kodya/Camat,Lurah)
• Perijinan ke Dinas Pekerjaan Umum (PU)
• Koordinasi dengan pihak kepolisian dan keamanan terkait pengaturan lalu lintas
selamapekerjaan berlangsung
• Koordinasi dengan Instansi lain yang memiliki utilitas di bawah tanah maupundiudara
(PAM,PLN,PT.KERETA API,Pertamina, Gas, Telekomunkasi)

Hal : 2/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

2. Pengadaan dan Pemasangan Passive Splitter


a. Site Survey
b. Splitter Level 1 , terhubung langsung ke Port OLT : 2 Unit
c. Splitter Level 2 , terhubung ke splitter level1 : 4 Unit
d. Penarikan Lastmile FO untuk 4 jaringan pelanggan

3. Pengadaan dan Pemasangan Outdoor Cabinet (ODC)


a. Site Survey
b. Pengadaan dan Pemasangan ODC
c. System Catu Daya
a. Penyediaan Daya Listrik (Pasang Baru) PLN
b. Perijinan / Site Acquisition (SITAQ)

4. Pengadaan, Pemasangan , dan Provisioning Perangkat GPON , Switch dan Router


a. Pengadaan dan Pemasangan Perangkat
b. Penyediaan material Instalasi
c. Interkoneksi
d. Test dan Commisioning.

5. Project Management

Gambar 1: Konfigurasi umum (Kondisi 1)

D. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB MITRA


1. MITRA harus tunduk kepada aturan-aturan yang diberlakukan LINTASARTA;
2. MITRA bertanggung jawab terhadap kerugian yang mungkin timbul selama proses pekerjaan
berlangsung;
3. Kualitas Material yang digunakan harus sesuai dengan standar yang dipersyaratkan LINTASARTA;

Hal : 3/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

4. Tata letak/Layout penempatan perangkat dan sarana penunjang lainnya harus sesuai dengan
persyaratan LINTASARTA;
5. Selama Bekerja di area milik pihak lain peserta harus tunduk pada atauran-aturan yang berlaku
dan selalu menjaga nama baik LINTASARTA;
6. MITRA harus menyediakan Contact Person yang dedicated yang bisa dihubungi setiap saat oleh
LINTASARTA;
7. MITRA harus menyediakan SDM yang memiliki kompetensi di bidangnya.
8. Security Deposit,Biaya supervisi dan biaya lain-lain yang mungkin timbul selama proses pekerjaan
berlangsung menjadi tanggung jawab MITRA;
9. Pelaksana Pekerjaan dalam setiap pekerjaan harus membuat Gambar Rencana (As Planned
Drawing);
10. MITRA bertanggung jawab penuh atas penyediaan fasilitas dan sarana kerja yang diperlukan,
diantaranya :
a. Teknisi dan tenaga kasar serta keselamatan kerjanya.
b. Kantor, mebelair dan alat-alat kantor lainnya.
c. Sarana transportasi.
d. Alat-alat berat, jika diperlukan.
e. Jaminan keamanan atas seluruh perangkat sampai secara resmi diterima oleh LINTASARTA.
11. Mitra haru menyerahkan semua dokumen-dokumen berlangganan Listrik Pasca Bayar.
12. Selama Pekerjaan berlangsung mitra harus
a. Mengambil langkah-langkah pencegahan kecelakaan dengan, diantaranya menyiapkan
rambu-rambu / tanda-tanda peringatan di ruangan, disekitar gedung dan atau di lokasi
tempat dimana kegiatan dilaksanakan.
b. Memelihara agar area tempat bekerja senantiasa bersih dan rapih.
c. Menjamin bahwa petugas instalasi memahami keadaan darurat dan sudah di instruksikan
tentang cara-cara penggunaan pemadam kebakaran.
d. Menjamin bahwa petugas instalasi sudah dilindungi dari bahaya bahan-bahan kimia dan
material berbahaya. Jika dalam pekerjaan ini digunakan bahan-bahan kimia dan atau
material berbahaya, bahan-kimia / material tersebut harus diberi label yang jelas..
13. MITRA harus memberi laporan :
a. Laporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan kepada LINTASARTA setiap minggu dan dikirim
pada setiap hari Rabu maksimal jam 15.00
b. Laporan mingguan tersebut berisi tentang perkembangan proyek, hasil instalasi, penyerapan
keuangan dan permasalahan-permasalahan yang terjadi.Format laporan diutamakan dalam
bentuk “S Curve”
c. Laporan jika terdapat hal hal kusus
d. Bila ada keterlambatan pelaksanaan proyek dibandingkan dengan jadual pelaksanaan proyek
yang telah ditentukan juga harus dilaporkan dan disebutkan penyebabnya serta dituangkan
dalam Berita Acara yang ditanda tangani oleh MITRA dan disetujui LINTASARTA
e. MITRA harus menyerahkan 2 (dua) copy As Built Drawing dalam bentuk hardcopy dan
softcopy setelah pekerjaan dinyatakan diterima LINTASARTA pada saat pengujian dengan
ketentuan sebagai berikut:
f. Dokumen harus memenuhi standard engineering penggambaran “as build drawing”.
Dokumen harus disiapkan dalam bahasa Indonesia dan menggunakan ukuran sistem metrik
yang standard. Semua istilah, penandaan dan singkatan harus mengikuti standard yang
berlaku di LINTASARTA.
g. Format softcopy harus dapat dibaca dan diedit dengan menggunakan software aplikasi grafis
standard
h. MITRA harus menyerahkan 5 (lima) copy As Built Drawing dalam bentuk hardcopy dan
softcopy setelah pekerjaan dinyatakan diterima LINTASARTA pada saat pengujian .

Hal : 4/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

Bagian B :Ketentuan Instalasi Fiber Optic


A. UMUM
1. Ketentuan-ketentuan yang tertulis dalam Bagian B ini merupakan persyaratan minimal sebagai
pedoman untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi Jaringan kabel FO dengan konstruksi Kabel
tanah menggunakan 1 pipa subduct HDPE , kabel udara menggunakan tiang , serta syarat syarat
teknis material kabel dan bangunan pelengkap lainnya.
2. Konstruksi pemasangankabel fiber optic diutamakan menggunakan konstruksi kabel udara
(Aerial) , kecuali jika kondisi tidak memungkinkan , misalnya terkait masalah perijinan.
3. Sebelum melaksanakan pekerjaan galian dan instalasi di lapangan, Mitra wajib terlebih dahulu
mempelajari lampiran gambar/desain rencana dalam RKS ini serta Dokumen Pedoman Pelengkap
Lapangan, jika perlu mendiskusikannya terlebih dahulu dengan Perencana Proyek dan
Pengawas Lapangan (untuk menghindari salah persepsi). Dan gambar rencana tersebut,
kemudian dituangkan dalam proposal rencana kerja dan As Planned Drawing yang terdiri dari :
a. Gambar konstruksi dan instalasi - Handhole .
b. Gambar konstruksi dan instalasi. pipa subduct (HDPE).
c. Pelaksanaan perbaikan kembali bekas galian.
d. Gambar konstruksi instalasi jembatan duct (perkuatan sendiri, menempel atau gantung).
e. Gambar konstruksi Boring duct pada lintasan jalan (mesin dan manual).
f. Gambar konstruksi Boring 1 pipa subduct sejajar/pada jalur galian.
g. Gambar Konstruksi Penanaman Tiang
h. Gambar Konstruksi penambatan kabel pada tiang
i. Pengaturan SDM dan pembagian jadual kerja
4. Penempatan Handhole tidak boleh sebagian di badan jalan dan sebagian lagi di trotoar/tepi jalan.
Penempatan Handhole harus sepenuhnya di badan jalan atau di troroar/tepi jalan (pertimbangan
estetika dan keselamatan pengguna jalan),denganmodifikasi tertentu disesuaikan
kondisi.lapangan.
5. Mitra wajib menyediakan rambu-rambu, pagar pengaman dengan jumlah yang memadai,
sehingga kegiatan pekerjaan tidak membahayakan tenaga kerja dan pihak ketiga (masyarakat
umum, kendaraan, dll).
6. Kelalaian baik yang disengaja maupun tidak disengaja yang dilakukan oleh tukang/pekerja,
sehingga menyebabkan kerusakan utilitas milik instansi lain dan kelalaian penyediaan
rambu/pagar pengaman, sehingga terjadi klaim, kecelakaan pihak ketiga tersebut menjadi
tanggungjawab Mitra dan harus segera memperbaikinya / segera menyelesaikannya dengan
biaya sendiri.
7. Apabila dalam pelaksanaan ditemukan rintangan-rintangan sehingga pekerjaan tidak dapat
dilaksanaan sesuai gambar rencana, maka Mitra wajib mengajukan proposal lain sebagai
alternatif pelaksanaan untuk bersama-sama dibahas dengan pengawas Lapangan dan disetujui
Pemberi Tugas

B. KETENTUAN INSTALASI HANDHOLE


1. Handhole ditempatkan pada setiap jarak 200 meter pada rute jaringan atau disesuaikan
kebutuhan/kondisi lapangan (di tempat-tempat di mana akan terdapat branching, kebutuhan
operasional atau sulit pada penarikan kabel FO).
2. Selama proses cetak dilakukan, seperti perakitan besi tulang / pembesian dan pengecoran,
harus diawasi dan diketahui oleh Pengawas Lapangan
3. Mutu beton untuk tutup handhole = K-225, badan handhole = K-225.
4. Spesifikasi bahan lain adalah sebagai berikut
a. Diameter besi untuk tutup = 12 mm, kerapatan anyaman = 100 X 100 mm2.
b. Diameter besi untuk badan dan dasar = 10 mm, kerapatan anyaman = 150 (Horizontal) X 100
(Vertikal) mm2. Dua lapis anyaman besi, tebal anyaman = 100 mm.

Hal : 5/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

c. Frame besi untuk tutup, adalah besi-L (siku); tebal = 5 mm, lebar sisi = 50 mm X 50 mm.
d. Frame besi untuk leher (penyangga tutup), adalah besi-L (siku) ; tebal = 5 mm, lebar sisi = 50
mm X 50 mm (di double).
e. Diameter besi untuk kupingan pengangkat tutup = 16 mm, dengan profil U ditekuk bukan las-
lasan dan penampang plat bawah dilas.
f. Standard besi = setara Krakatau Steel (KS), diameter tidak boleh kurang dari yang
ditentukan (diukur dengan Sigmat).
g. Bearer cable; bahan besi harus digalvanis 75 micron (dengan metoda hot dip).

C. DIMENSI HANDHOLE
1. Tebal beton untuk dinding = 15 cm
2. Tebal beton untuk tutup = 20 cm.
3. Ukuran dalam handhole :
a. panjang bersih = 80 cm.
b. Lebar bersih = 80 cm.
c. Kedalaman Bersih =100 cm
d. Bentuk handhole = segi empat
e. Apabila karena sesuatu hal dimensi Handhole ditetapkan tersebut diatas tidak rekanan
harus membuat proposal solusinya dengan Shop Drawing, persetujuan tertulis dari
Lintasarta

Gambar 2: Konstruksi Handhole (1)

Hal : 6/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

Gambar 3: Konstruksi Handhole (2)

D. PEKERJAAN GALIAN TANAH


1. Penggalian tanah terbatas pada daerah di mana letak Handhole direncanakan.
2. Ruangan handhole diusahakan bebas dari adanya utilitas milik instansi lain, apabila pada waktu
penggalian tanah ditemui pipa, kabel atau saluran yang mengganggu, maka Mitra wajib
melaporkannya kepada pengawas lapangan.
3. Pada sekeliling galian Handhole perlu dibuatkan pagar pengaman yang diberi warna/cat kuning-
hitam, dengan tambahan cat khusus yang berpendar jika tertimpa cahaya pada malam hari
(scotch light) pada keempat sisi pagar ini. Tinggi pagar pengaman adalah 1,5 meter terbuat dari
seng bergelombang dengan kerangka balok silang-menyilang.
4. Penutupan, perbaikan dan pemadatan kembali bekas galian harus dilakukan secara bertahap.
Pelaksanaan selambat-Iambatnya satu minggu setelah pekerjaan pengecoran selesai.

E. PERLENGKAPAN DALAM HANDHOLE


1. Di dalam Handhole harus dipasang Pulling Iron yang terbuat dari besi bulat berdiameter 12 cm
ditanam pada lantai sedalam 20 em.
2. Besi bulat tersebut harus digalvanis setebal 75 (tujuhpuluh lima) micron dan berjumlah 2 buah
pada tiap-tiap Handhole.
3. Fungsi Pulling Iron tersebut adalah tempat pemasangan roller sebagai alat bantu dalam
pelaksanaan penarikan kabel.
4. Pada masing-masing Handholeharus dipasang label didalam/dinding dengan format label yang
disetujui Lintasarta.

F. KUALITAS MATERIAL
1. Pipa HDPE :
a. Bahan HDPE, diameter luar pipa untuk = 40 mm, ketebalan 3 mm. Warna pipa HDPE =
Birustrip Orange. Pada kulit terluarnya harus ada indikasi panjang per- meter (m-l - m-2). Di
tengah indikasi panjang tadi (m-l - m-2) dibuat cap tulisan (teknik Hot Printing)
b. Panjang tiap segmen instalasi pada pipa HDPE, biasanya maksimal adalah 200 meter,
sehingga direkomendasikan agar panjang per -haspel pipa HDPE adalah 200 meter juga, tidak
dibolehkan ada sambungan pipa HDPE dalam satu segmen instalasi.

Hal : 7/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

c. Material pipa HDPE yang dikirim ke site instalasi, harus ada bukti Certificate of Origin dari
pabrik serta dokumen delivery order-nya. Hal ini dimaksudkan ada penjamin mutu
material tersebut.
d. Lintasarta akan melakukan uji kualitas di pabrik, diantaranya meliputi pengetesan
kelenturan, daya tahar pipa terhadap tekanan tertentu dan bahan kimia. Semua biaya dan
kelengkapan pengetesan ditanggung oleh Mitra.
e. Pengawas Lapangan sewaktu-waktu berhak untuk mengintruksikan uji kualitas kepada Mitra
di laboratorium pabrik pembuat pipa, terhadap Pipa HDPE yang terdapat di tempat
penyimpanan bahan/material secara acak. Apabila dalam uji kualitas tersebut ternyata
ditemukan indikasi penyimpangan spesifikasi, maka Mitra harus mengganti seluruh pipa PVC
tersebut dengan pipa yang baru dan sesuai spesifikasi.
f. Sebelum ditanam/diinstalasi, Pengawas Lapangan harus memeriksa setiap pipa HDPE,
apabila didapat cacat, maka pengawas Lapangan berhak menolak pipa HDPE tersebut.

2. Pipa Besi Bergalvanized (instalasi pada jembatan) ;


a. Apabila dalam dokumen tender tidak ditentukan lain, maka baja yang digunakan adalah dari
kualitas U-24 untuk baja tulangan beton dan SS-41 (JIS) untuk baja profil.
b. Sebagai lapisan luar untuk cover pipa PVC, di lokasi jembatan menempel atau berpenguat
sendiri (lintasan pendek); diameter luar 125 mm, ketebalan medium.
c. Bahan untuk jembatan berpenguat sendiri self support, besi IWF-30.

3. Warning Tape
a. Warna kuning, bahan dari Polyethylene, lebar 150 mm. Tulisan warna hitam 2 baris. Tulisan
baris-1 : ' HATI-HATI'Tulisan baris -2 : KABEL OPTIK -besar huruf proporsional, tulisan berjarak
tiap 50 cm. .

G. PEKERJAAN GALIAN TANAH


1. Penggalian tanah terbatas pada daerah dimana Jalur duct direncanakan. Kedalaman standard
galian 110 centimeter
2. Pada tanah yang lunak/lembek, tanah basah maupun tanah lereng serta pada lokasi yang banyak
kendaraan berlalu-Ialang, Mitra harus membuat turap pengaman untuk menghindari tanah
longsor.
3. Apabila pada waktu penggalian tanah ditemui pipa, kabel atau saluran yang mengganggu, maka
Mitra wajib melaporkannya kepada pengawas lapangan.
4. Apabila dipandang perlu untuk menggeser pipa, kabel atau saluran tersebut maka penggeseran
tersebut harus terlebih dahulu dikonsultasikan oleh Mitra kepada pemiliknya (PLN, PDAM,
PERUM GAS, TELKOM, dll). Kondisi ini harus dicatat didalam Log Book Kegiatan.
5. Tanah hasil galian harus ditimbun/dipindahkan sementara pada tempat-tempat yang tidak
mengganggu pekerjaan dan kegiatan masyarakat umum/lalu-lintas. Tempat untuk penimbunan
tanah tersebut harus diberi papan pembatas untuk menjaga melebarnya tanah galian tersebut ke
tempat lain.
6. Pada sekeliling galian jaringan perlu dibuatkan pagar pengaman yang diberl warna/cat kuning-
hitam, dengan tambahan cat khusus yang berpendar jika tertimpa cahaya pada malam hari
(scotch light) pada keempat sisi pagar ini. Tinggi pagar pengaman adalah 1,5 meter terbuat dari
seng bergelombang dengan.kerangka balok silang menyilang.
7. Penutupan, perbaikan dan pemadatan kembali bekas galian harus dilakukan secara bertahap dan
sesegera mungkin sesuai aturan dari Pemda setempat.
8. Apabila kondisi kedalaman galian tidak bisa sesuai ketentuan diatas ( 110 centimeter) maka
diatas permukaan di atas pipa HDPE ditambah lapisan cor beton K-175 tebal 30 cm.
9. Khusus untuk kondisi lahan yang berbatu padas atau berbatu keras, kedalaman galian
diperbolehkan minimal sedalam 40 cm. Pipa HDPE diselimuti beton K-175 setebal 20 cm, di
atasnya tetap dipasang Warning Tape, kemudian baru lapisan sesuai kondisi semula.

Hal : 8/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

10. Khusus untuk kondisi lahan berkelok-kelok yang curam sepanjang lokasi tersebut, pipa HDPE
dilindungi oleh pipa Galvanized 2,5 inchi, dan di cor sepanjang kelokan (+/- 200 meter) dan dicor
setebal 20 cm (K225).
11. Pada lokasi dimana jaringan Lintasarta terpaksa harus diinstalasi di dalam got, Parit, saluran air
jalan, maka pipa HDPE yang ditanam minimal harus 50 cm di bawah dasar Got, Parit, Saluran air
jalan tersebut. Setelah ditutup dengan lapisan pasir urug setebal 20 cm, diatasnya tetap harus
dipasang Warning Tape.
12. Untuk pemasangan kabel dengan menggunakan tiang , maka pada setiap 200 meter harus

Gambar 4: Konstruksi Galian Tanah

H. KONSTRUKSI JEMBATAN DUCT


1. Pada lokasi di mana terdapat sungai, saluran air, buangan limbah industri maupun pipa utama gas
(diameter besar) yang menyilang dengan rute duct, serta diwajibkan oleh Pemda setempat atau
pemilik jaringan utilitas tersebut, maka harus dibuat suatu jembatan duct diatasnya untuk sarana
penyebrangan pipa duct yang dibangun.
2. Ketentuan-ketentuan untuk jembatan duct tersebut, diuraikan sebagai berikut:
a. Jembatan Berpenguatan Sendiri (2 pipa PVC; 6 meter s.d 16 meter) :
• Konstruksi jembatan duct tersebut terdiri dari 2 potongan besi baja IWF-30 yang
dijadikan satu (dengan memberi lembar baja di sisi bawahnya dilas), sehingga terdapat
rongga di dalamnya untuk tempat pipa duct diinstalasi. Pipa PVC tersebut kemudian
dieor beton K-225 (seluruh rongga).
• Jumlah pipa PVC yang diinstalasi adalah 2 pipa, pada salah satu pipa diinstalasi 3 pipa
subduct HDPE.
• Panjang jembatan duct dari 6 meter hingga 16 meter (untuk menghindari ada pondasi di
tengah).
• Pekerjaan pengelasan harus dilakukan dengan las listrik. Proses pengelasan tidak
diperkenankan merusak profil besi baja utamanya.
• Mutu besi baja yang digunakan harus memenuhi standard 55-41 (JIS).

Hal : 9/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

• Pondasi jembatan dapat dibuat dari pondasi batu kali, beton cyclop bertulang, beton
bertulang atau tiang pancang (kontruksi disesuaikan dengan kondisi lapangan).
• Rekanan harus membuat dan mengajukan proposal Soft Drawing kontruksi jembatan
duct ini (pondasi, badan, perkuatan, pengamanan) kepada Lintasarta
• Bentuk, posisi pondasi jembatan harus diperhitungkan sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu aliran air maupun mengakibatkan terjadinya pusaran air di sekitar pondasi
jembatan yang akan mengakibatkan terkikisnya pondasi.
• Konstruksi jembatan harus diperhitungkan sedemikian rupa, sehingga tidak terjadi
lendutan ditengah jembatan.
• Badan jembatan duct harus dicat warna hitam (atau ditentukan warna lain atas
persetujuan pengawas Lapangan). Standard warna ICI.
• Badan jembatan dililit oleh kawat berduri.
• Pada kedua ujung jembatan ada pagar pengaman.
• Pipa duct yang menuju jembatan duct harus dilindungi dengan cor betan K-175 tanpa
tulangan tebal selimut 20 cm (tujuannya agar pipa PVC yang naik ke permukaan tidak
terlihat dan terlindungi), minimal sepanjang 8 meter kiri kanan ujung jembatan duct.

b. Jembatan Berpenguatan Sendiri (1 pipa PVC maksimal panjang 6 meter)


• Cover luar menggunakan pipa besi galvanized 125 mm, ketebalan medium.
• Jumlah pipa PVC yang diinstalasi adalah 1 pipa di dalamnya diinstalasi 3 pipa subduct
HDPE.
• Panjang jembatan maksimal 6 meter.
• Penyambungan antar pipa besi bergalvanized harus dengan soch-drat pipa kemudian
dilas dengan las listrik. Proses pengelasan tidak diperkenankan merusak profit besi baja
utamanya.
• Mutu besi baja yang digunakan harus memenuhi standard 55-41 (JIS).
• Pondasi jembatan dapat dibuat dari pondasi batu kali, beton cyclop bertulang, beton
bertulang atau tiang pancang (kontruksi disesuaikan dengan kondisi lapangan).
• Rekanan harus membuat dan mengajukan proposal Soft Drawing kontruksi jembatan
duct ini (pondasi, badan, perkuatan, pengamanan) kepada Lintasarta
• Pada kedua ujung pipa duct tersebut (di pinggir/tepi lintasan), sebagai pondasi dicor
beton K-225 berbentuk persegi 50 X 50 X 70 cm, dengan tulangan 1 lapis 40 X 40 X 40
cm, besi diameter 10 cm kerapatan 10 X 20 cm.
• Konstruksi jembatan harus diperhitungkan sedemikian rupa, sehingga tidak terjadi
lendutan ditengah jembatan.
• Badan jembatan duct harus dicat warna hitam (atau ditentukan warna lain atas
persetujuan Lintasarta / pengawas lapangan). Standard warna ICI
• Badan jembatan dililit oleh kawat berduri.
• Pipa duct yang menuju jembatan duct harus dilindungi dengan cor beton K-175 tanpa.
tulangan tebal selimut 10 cm (tujuannya. agar pipa PVC yang naik ke permukaan tidak
terlihat dan terlindungi), minimal sepanjang 8 meter kiri-kanan ujung jembatan duct.

c. Jembatan Menempel (Lintasan sungai yang panjang, atau yang mendapat ijin untuk
dilakukan instalasi menempel) :
• Rangkaian pipa duct yang diklem ke badan jembatan jalan raya.
• Untuk panjang jembatan hingga 100 meter (konstruksi terdiri dari 2 tapis pipa. Lapis-1 /
lapisan terluar, dari pipa Galvanized (Medium), diameter dalam 12.5 cm. Pipa-2 langsung
dengan pipa subduct (1 pipa) diamater luar 40 mm tebal 3 mm.
• Untuk panjang jembatan lebih dari 100 meter, konstruksi terdiri dari 3 lapis pipa. Lapis-1
/ lapisan terluar, dari pipa Galvanized (Medium), diameter dalam 12.5 cm. Lapisan-2 dari
pipa PVC 110 cm, tebal 5.5 mm. Lapisan -3 subduct (3 pipa) diamater luar 40 mm tebal 3
mm.

Hal : 10/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

• Setiap 1.5 meter harus dipasang penyangga pipa duct. penyangga ini terbuat dari besi
siku (dibentuk segitiga) ; 50 X 50 X 5 mm, panjang 25 cm, yang digalvanis dan dibor pada
badan jembatan. Pipa duct tersebut kemudian diklem dengan kuat menggunakan baut
pada penyangga tersebut.
• Pipa duct yang menuju jembatan duct harus dilindungi dengan cor beton K-175 tanpa
tulangan tebal selimut 20 cm (tujuannya agar pipa PVC yang naik ke permukaan tidak
terlihat dan terlindungi), minimal sepanjang 8 meter kiri-kanan ujung jembatan duct.
• Rekanan harus membuat dan mengajukan proposal Soft Drawing kontruksi jembatan
duct ini kepada. Lintasarta

d. Jembatan Gantung
• Digunakan pada kondisi panjang intasan sungai lebih panjang dari 36 meter, dan di
lokasi jembatan tersebut tidak diijinkan untuk menggunakan jembatan duct menempel.
• sebagai penyangga utama digunakan 2 tiang concrete pool tinggi 12 meter, diameter
atas tiang 20 cm, diameter dasar 32 cm atau sesuai dengan standard PLN, Telkom.
Menggunakan pondasi K-225, dimensi terlampir
• Disamping pondasi tiang, ditempatkan Pull Box atau handhole, sebagai tempat
penarikan kabel FO ke atas tiang.
• Untuk menggantungkan kabel optik sepanjang bentangan, kabel dimasukkan ke dalam
pipa sub-duct HDPE warna kuning diameter luar 40 mm tebal 3 mm, dan dikaitkan ke
kawat baja slink diameter 10 mm.
• Setiap 1 meter, untuk menempelkan pipa sub-duct HDPE pad a kawat slink digunakan
klem/wire clip.
• Detail konstruksi jembatan terlampir.
• Rekanan harus membuat dan mengajukan proposal Soft Drawing kontruksi jembatan
duct ini kepada

e. Jembatan Gantung Pipa


• Sebagai penyangga utama digunakan 2 tiang concrete pool tinggi 12 meter, diameter
atas tiang 20 cm, diameter dasar 32 cm atau sesuai dengan standard PLN, Telkom. Jarak
bersih antar tiang adalah 100 cm.
• Kedua tiang tesebut dijadikan satu dan diperkuat dengan pondasi cor bertulang K-225,
dimensi terlampir.
• Pada kedua ujung-ujung tiang (pada atas dan bawah tiang), direntangkan tambang baja
diameter 12 mm, yang nantinya digunakan untuk menggantung pipa (membentuk pola:
busur).
• Setiap jarak 2 meter ditambatkan penyangga pipa yang terbuat dari besi IWF
bergalvanized 75 micron, lebar besi IWF 80 mm, panjang 140 cm. Besi IWF ini diikat dan
disatukan pada tambang baja (item. C) pada kedua sisinya dengan menggunakan
tambang baja diameter 10 mm atas bawah sehingga membentuk. jala vertikal.
• Disamping pondasi tiang, ditempatkan Pull Box atau handhole. sebagai tempat
penarikan kabel FO dari galian ke pipa pada jembatan gantung .
• Jumlah pipa yang digantung minimal 2 pipa.
• Di atas besi IWF ini diletakan pipa ducting, yang terdiri dari 3 lapis pipa selimut terluar
dari pipa besi bergalvanis (Medium) dicat warna hitam diameter dalam 12.5 cm, lapis
kedua berupa pipa PVC warna abu-abu diameter dalam 100 mm. tebal 5.5 mm, pipa
paling dalam berupa 3 pipa HDPE warna kuning diameter luar 40 mm tebal 3 mm. Pipa
ducting tersebut diikatkan pada besi IWF dengan klem.
• Rekanan harus membuat dan mengajukan proposal Soft Drawing kontruksi jembatan
gantung duct ini kepada Lintasarta.

Hal : 11/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

I. SPESIFIKASI DAN KETENTUAN INSTALASI TIANG


1. Spesifikasi teknis tiang/pole harus mengacu pada standar yang telah diterbitkan oleh Telkom R&D
yaitu spesifikasi telekomunikasi tiang telepon besi dengan sambungan , dokumen no STEL L-003-
2004 Versi 2.0
2. Tinggi tiang adalah 7 meter untuk jalur lurus dan 9 meter untuk jalur crossing
3. Material tiang adalah besi dengan finishing hot deep galvanized 7 micron
4. Tiang di tanam dengan kedalaman minimal 20 % dari tinggi tiang dan di cor sekililingnya , 40 cm
cor ada didalam tanah , 30 cm cor ada di luar.Diameter cor adalah 30 Cm untuk tiang 7 meter dan
40 cm untuk tiang 9 m .Material Cor adalah 1 bagian semen , 2 bagian split dan 3 bagian
pasir.Finishing di aci rapi.
5. Dalam pelaksanaan pekerjaan Instalasi Fiber Optic Aerial selain harus memperhatikan
persyaratan teknis juga harus memperhatikan segi estetika
6. Tiang harus di pasang tegak lurus.
7. Pada Setiap 200 meter , harus di sediakan slack (spare) kabel sepanjang 50 meter.Slack Kabel
harus di tempatkan rapi pad tiang dengan menggunakan aksesories ”Fixing Slack”
8. Lokasi tiang tidak boleh mengganggu pejalan kaki/ kendaraan.
9. Penempatan tiang diatur sedemikian rupa agar tidak mengganggu estetika pemandangan/
keindahan kota.
10. Jarak antar tiang ± 50 meter.
11. Tiang didirikan tegak lurus di tengah-tengah lobang , kemudian lobang ditimbun dengan tanah
galian dan dipadatkan.
12. Tiang dicat dengan cat besi warna hitam dan ban warna perak, untuk mencegah korosi bagian
tiang yang berada 30 cm diatas dan dibawah permukaan tanah harus dicor beton (voetstuk).
Bagian voetstuk yang ada diatas permukaan tanah diplester halus dan permukaan atasnya dibuat
miring dengan kemiringan 15 derajat.
13. Pemasangan temberang Tarik :
a. Tiang awal dan akhir dari rute kabel udara.
b. Tiang rute kabel udara dengan sudut tikungan lebih besar 15 derajat.
c. Tiang rute lurus dengan beban cukup berat dan sering teganggu oleh angin kencang
pada setiap 5 (lima) gawang atau sesuai kebutuhan.

J. INSTALASI KABEL FIBER OPTIC


1. Di dalam handhole/pull box/joint box :
a. Untuk tiap handhole harus diberi spare kabel sepanjang 15 M.
b. Untuk tiap hand hole yang terdapat joint, disediakan spare kabel 15 M kiri dan 15M kanan.
c. Kelebihan kabel FO harus digulung dengan rapi diikat dengan tie wrap, besar radius gulungan
harus memperhatikan ketentuan yang disyaratkan dalam RKS.
d. Joint Closure harus ditempatkan pada bearer dengan benar dan diikat kuat.
e. Harus ada label kabel yang menyatakan kapasitas kabel, arah datang kabel dan arah tujuan.
berikutnya.

2. Di dalam Ruang Perangkat/Cable Tray:


a. Bila letak tray cable di dinding yang terbuka ke luar, maka kabel FO tersebut harus dilindungi
dengan flexible subduct dan diikat dengan kuat ke tray cable.
b. Bagian kabet FO yang dikupas untuk penyambungan dengan Pig Tail, harus terlindung dan
diberi selubung flexible sub duct.

3. Di dalam OTB
a. Penyambungan kabel FO dengan Pig Tail, harus pada tray/cassette.
b. Core FO yang disambung harus diberi nomor dan kodefikasi yang berurutan, untuk
memudahkan maJntenance.

Hal : 12/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

4. Instalasi OTB
a. Jenis dan kapasitas OTB yang dipasang harus sesuai dengan BoQ Kontrak.
b. Housing OTB tidak ada yang cacat dan cat tidak ada yang terkelupas.
c. Engsel OTB berfungsi dengan baik.
d. Pada Adaptor Plate harus ada penomoran dan labeling core FO dan harus dilengkapi dengan
penutup Adaptor.
e. Type coupling/Adaptor dan Connector harus sesuai dengan BoQ Kontrak, bahan terbuat dari
Ceramic.
f. OTB mempunyai management tray untuk patch core berikut pelindungnya.

5. Penambatan Kabel pada tiang


a. Dengan Cara di gantung Untuk rute-rute yang lurus dan di daerah yang jarang terjadi angin
kencang dan jarak antar tiang 40-50 meter
b. Dengan Cara Tambat untuk rute-rute yang membelok dan sering terjadi angin kencang serta
jarak antar tiang diatas 50 meter
c. Dengan Cara Tambat Awal/Akhir untuk tiang-tiang yang difungsikan sebagai Distribution
Point atau pertemuan kabel udara dengan kabel tanah.
d. Penambatan atau penggantungan kabel harus menggunakan aksesories standar dan tidak
diperkenankan menggunakan material lain di lura standar.
e. Pada tiang awal dan akhir serta pada setiap Tiang jalur tidak lurus/belok , harus di lengkapi
dengan temberang tarik
f. Konstruksi tiang terdiri dari 3 bagian , yaitu pipa 5” , Pipa 4 ” dan pipa 3 ”.Pada sambungan
antara pipa 5” dan 4” , di cat warna biru melingkar dengan lebar 10 cm sebagai identitas
Lintasarta.
g. Pada Setiap 200 meter , harus di sediakan slack (spare) kabel sepanjang 50 meter.Slack Kabel
harus di tempatkan rapi pada tiang dengan menggunakan aksesories ”Fixing Slack”
h. Aksesories standar adalah :
• Suspension Clamp : Untuk menambatkan kabel pada tiang jalur lurus
• Strain Clamp: Untuk Menambatkan Kabel pada tiang Jalur Belok
• Dead End Clamp : Untuk menambatkan kabel pada tiang terkahir
• Fixing Slack : Untuk menempatkan Slack Kabel pada tiang
6. Pedoman Instalasi Kabel Udara
a. Buat spare sepanjang 5 meter pada masing-masing ujung kabelnya untuk penyambungan,
setelah panjang kabel cukup maka kabel dapat dipotong.
b. Slack dari sambungan/ pencabangan atau spare kabel serat optik digulung dan dipasang
pada tiang dengan radius gulungan 20 kali diameter kabel yang dipasang.
c. Bila setelah penarikan tidak langsung dilaksanakan penyambungan, maka ujung kabel
diamankan dari gangguan dan ujungnya harus ditutup/ didop dengan end cap panas kerut
d. Pada saat penarikan kabel serat optik terutama pada alur kabel yang banyak tikungan supaya
dihindari tekukan yang tajam, bending radius minimum 20 x diameter kabel.
e. Posisi kabel harus teratur rapi pada tiang tidak boleh melintir atau melilit dengan kabel
existing.
f. Buat spare sepanjang 5 meter pada masing-masing ujung kabelnya untuk penyambungan,
setelah panjang kabel cukup maka kabel dapat dipotong.
g. Slack dari sambungan/ pencabangan atau spare kabel serat optik digulung dan dipasang
pada tiang dengan radius gulungan 20 kali diameter kabel yang dipasang.

Hal : 13/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

h. Buat spare sepanjang 5 meter pada masing-masing ujung kabelnya untuk penyambungan,
setelah panjang kabel cukup maka kabel dapat dipotong.
i. Slack dari sambungan/ pencabangan atau spare kabel serat optik digulung dan dipasang
pada tiang dengan radius gulungan 20 kali diameter kabel yang dipasang.
j. Bila setelah penarikan tidak langsung dilaksanakan penyambungan, maka ujung kabel
diamankan dari gangguan dan ujungnya harus ditutup/ didop dengan end cap panas kerut
k. Pada saat penarikan kabel serat optik terutama pada alur kabel yang banyak tikungan supaya
dihindari tekukan yang tajam, bending radius minimum 20 x diameter kabel.
l. Posisi kabel harus teratur rapi pada tiang tidak boleh melintir atau melilit dengan kabel
existing.
m. Buat spare sepanjang 5 meter pada masing-masing ujung kabelnya untuk penyambungan,
setelah panjang kabel cukup maka kabel dapat dipotong.
n. Slack dari sambungan/ pencabangan atau spare kabel serat optik digulung dan dipasang
pada tiang dengan radius gulungan 20 kali diameter kabel yang dipasang.
o. Bila setelah penarikan tidak langsung dilaksanakan penyambungan, maka ujung kabel
diamankan dari gangguan dan ujungnya harus ditutup/ didop dengan end cap panas kerut
p. Pada saat penarikan kabel serat optik terutama pada alur kabel yang banyak tikungan supaya
dihindari tekukan yang tajam, bending radius minimum 20 x diameter kabel.
q. Posisi kabel harus teratur rapi pada tiang tidak boleh melintir atau melilit dengan kabel
existing.
r. Buat spare sepanjang 5 meter pada masing-masing ujung kabelnya untuk penyambungan,
setelah panjang kabel cukup maka kabel dapat dipotong.
s. Slack dari sambungan/ pencabangan atau spare kabel serat optik digulung dan dipasang
pada tiang dengan radius gulungan 20 kali diameter kabel yang dipasang.
t. Bila setelah penarikan tidak langsung dilaksanakan penyambungan, maka ujung kabel
diamankan dari gangguan dan ujungnya harus ditutup/ didop dengan end cap panas kerut
u. Pada saat penarikan kabel serat optik terutama pada alur kabel yang banyak tikungan supaya
dihindari tekukan yang tajam, bending radius minimum 20 x diameter kabel.
v. Posisi kabel harus teratur rapi pada tiang tidak boleh melintir atau melilit dengan kabel
existing.
w. Apabila kabel serat optik menyebrang jalan raya, menyebrang sungai atau menyebrang rel
kereta api maka pemasangannya pada tiang dengan cara ditambat dan dilengkapi temberang
serta tidak boleh ada sambungan.
x. Apabila kabel serat optik menyebrang jalan raya, menyebrang sungai atau menyebrang rel
kereta api maka pemasangannya pada tiang dengan cara ditambat dan dilengkapi temberang
serta tidak boleh ada sambungan.
y. Sudut penyeberangan diatur sedemikian rupa sehingga lintasan kabel yang menyebrang
sependek mungkin, tinggi rute kabel udara diatas jalan raya dan diatas sungai minimal 6
meter atau sesuai peraturan PEMDA setempat sedangkan untuk rute diatas rel kereta api
minimal 7,5 meter atau menurut ketentuan PT.KAI.
z. Untuk rute kabel udara yang berada dibawah saluran listrik tegangan tinggi maka disarankan
dipilih kabel udara yang sedikit mengandung unsur metallic dan perlu memperhatikan
keselamatan kerja.

Hal : 14/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

Gambar 5: Instalasi Tiang

Gambar 6: Penambatan Kabel Pada Tiang

Hal : 15/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

Span Wartel

Stay Wire

Treck Anchoor

45°

Gambar 7: Temberang Tarik

Gambar 8: Penempatan Slack kabel

7. Pengukuran Optis Kabel FO


a. Pengukuran dilakukan dengan alat ukur yang telah dikalibrasi, bersertifikat, uptodate, dan
disediakan oleh Kontraktor (OTDR, Power Meter dan alat ukur PMO).
b. Hasil atenuasi test per-sambungan kabel harus sesuai persyaratan RKS, yaitu maksimum 0.08
dB per-sambungan (dibaca pada layar OTDR).
c. Untuk mendapatkan hasil end to end test yang benar, maka baik core FO eksisting maupun
core FO baru harus dilakukan pengetesan (Total Loss dan PMD test).

Hal : 16/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

Bagian C :Ketentuan Instalasi Passive Splitter


A. UMUM
1. Passive splitter merupakan salah satu komponen pada Jaringan GPON Lintasarta
2. Passive Splitter di utamakan di tempatkan di public área, kecuali ada kondisi khusus.
3. Passive Splitter dapat di tempakan pada tiang atau Box/cabinet.
4. Passive splitter di tempatkan di área bisnis
5. Jika pada saat instalasi splitter memerlukan penarikan kabel Fiber Optic , maka harus mengikuti
ketentuan ketentuan pada Bagian C
B. SPESIFIKASI SPLITTER
1. Split Rasio 2:8
2. SC/APC Connector

C. JARINGAN GPON LINTASARTA


1. Komponen Jaringan GPON terdiri dari OLT,Passive Splitter dan ONT
2. Terdiri dari 2 Level splitter

Gambar 9 : Topology Jaringan GPON Lintasarta

Hal : 17/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

Gambar 10 : Penempatan Splitter di tiang

Hal : 18/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

Bagian D : Spesifikasi Kabel Fiber Optic


A. UMUM
1. Tujuan dari spesifikasi kabel FO ini adalah untuk mendefinisikan kebutuhan pada pengadaan dan
instalasi kabel serat optik untuk proyek.
2. Spesifikasi ini mencakup kebutuhan minimum untuk kabe! serat optik yang akan digunakan untuk
aplikasi ducting, berikut juga kelengkapan pendukungnya, seperti Joint dosure, OTB, Coupling
Connector/Adaptor dan Patch Cord.
3. Karakteristik utama dari kabel serat optik ini harus sesuai dengan ITU-T Recommendations G.652
D, karakteristik aplikasi kabel serat optik tipe Single Mode, dengan jumlah kebutuhan core sesuai
yang di tetapkan.
a. Cakupan kebutuhan Lintasarta dalam pengadaan ini, adalah sebagai berikut :
b. Pengadaan dan Instalasi kabel serat optik
c. Pengadaan dan Instalasi joint dosure.
d. Jasa penyambungan kabel.
e. Pengadaan dan Instalasi (OTB) Optical Terminating Box
f. Pengadaan dan Instalasi coupling connector Adaptor type LC/PC.
4. Pengujian kabel sebelum instalasi dan End to end test (atenuasi dan PMD test).
5. Kabel serat optik akan digunakan untuk membawa trafik telephoni , video, dataf dan multi media.
6. Spesifikasi ini didesain untuk usia pakai serat optik 15 tahun. Untuk mendukung hal ini maka
harus ada surat pemyataan dari pabrik pembuat core kabel maupun dari pabrik pembungkus
kabel dan jaminan tertulis pihak. pabrik pembuat core kabel maupun dari pabrik pembungkus
kabel akan mengganti dengan kabel baru termasuk biaya instalasinya, bila temyata usia pakai
kabel serat optik tersebut < 15 tahun (degradasi kualitas optik dan fisik kabel yang tidak
semestinya).
7. Degradasi maksimal yang ditentukan untuk mendukung item 6.1.6 diatas, adalah 1% per-tahun
untuk kualitas parameter optic kabel terutama untuk Atenuasi/Loss.

B. SPESIFIKASI KABEL
1. TIPE KABEL
a. Kabel serat optik dengan tipe Single Mode harus sesuai dengan ITU-T Recommendations
G.652 D.
a. Kabel tipe ini akan diinstalasi pada sub-duct atau dud yang dapat terbuat dari bermacam-
macam material termasuk high-density polyethylene / HDPE atau PVC:
a. Kabel tipe ini harus didesain untuk memiliki central strength member, loose buffer tube,
aluminium layer, aramid yarns, rip cord dan laminated polyethylene sheath.

2. KONSTRUKSI KABEL
a. Lapisan Utama (Primary Coating)
• Serat Optik akan di uji keandalan (proo/tested). Lapisan utama serat optik haruslah diuji
keandalan (proof tested) dengan sebuah tegangan setara (strain equivalent) setidaknya
0.5% dengan durasi selama satu detik.
• Lapisan utama (primary coating) terbuat dari dua lapisan UV-Curable resin coatings.
Lapisan pertama I dalam memiliki modulus yang rendah dan lapisan kedua memiliki
modulus yang tinggi. Pembuatan inibertujuan untuk melindungi serat optik terhadap
rugi-rugi microbendingdan abrasi.
• Lapisan (Coating) seharusnya memiliki ketebalan sebesar 250 +/- micrometer.
• Material coating akan dipilih secara seksama dengan mempertimbangkan faktor faktor
berikut :

Hal : 19/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

− Proteksi serat optik terhadap breakage.


− Stabilitas dari optical loss pada various stress
− Kemudahan untuk handling
− Kemudahan untuk stripping
− Reliabilitas jangka panjang
• Kemudahan untuk joint
• Hidrogen intrusion

3. Proteksi kedua (Secondary Protection)


a. Serat optik haruslah diletakkan dalam sebuah thermal plastic tube. High molecular weight
extrudable plastic material yang dikembangkan untuk kabel serat optik haruslah digunakan.
Serat optik haruslah memiliki sifat-sifat mekanikal, hidrolisis, dan thermal yang baik.
b. Polybutyleneterepthalate (PBT), direkomendasikan untuk digunakan sebagai material tube.

2. Indentifikasi Serat Optik


a. Serat harus dapat diidentifikasikan dengan mudah berdasarkan warna. Warna-warna
tersebut haruslah dapat dibedakan secara jelas/ transparan/ dan memiliki properti warna
tahan luntur (colour fast properties), selama umur kabel (15 tahun).
b. Untuk system pewarnaan tinta UV-Curable harus digunakan.

4. Inti Kabel (Cable Core)


a. Pembuatan inti kabel/ terutama pada core serat optiknya, metode perlindungannya dan
lokasi dari strength members harus didefinisikan dengan jelas.
b. Desain kabel berdasarkan pada 8 loose tube untuk kapasitas 96 core (12 core/tube), diuntai
dengan cara S-Z seputar selubung polyethylene central strength member. Desain ini dapat
terdiri dari banyak kombinasi of fibre filled tubes, apper quad cable dan filler rods.
c. Struktur dari Loose tube cable, adalah sebagai berikut :
• Pengisian (filling) akan berupa kombinasi sejenis (homogeneous) dan merata dan akan
mengandung element anti-oxidant. Persenyawaan pengisian akan tidak berwarna
(colourless).
• Persenyawaan pengisian (filling compound) tidak akan merusak, merubah karakteristik
dari serat optik.
• Persenyawaan pengisian tidak akan menghalangi penyambungan serat optik:
• Persenyawaan pengisian akan bebas debut kotoran/ partikel logam/ dan bahan/material
asing dan akan dapat dipindahkan secara mudah (easily removable)/tidak beracun dan
memiliki resiko normal.
• Penutupan loose tube secara keseluruhan dengan lapisan Aramid Yarns/ yang
merupakan lapisan serat berupa benang (berwama kuning), untuk menjaga beban tarik
secara langsung pada Loose tube. Lapisan aramid yarn ini harus mampu menahan beban
tarik tambahan pada kabel hingga 2300 N, hingga kapasitas benang yang
direkomendasikan adalah sebesar +/- 4 Kg per-Km panjang kabel. Aramid yarn yang
terpasang di kabel harus sarna jenis dan ketebalannya pada sepanjang kabel yang
disupply untuk proyek ini.
• Lapisan alumunium (Aluminium tape/foil) akan melindungi core FO dari gangguan
elektrik dari luar. Pita Alumunium ini bersambung tidak terputus sepanjang kabel. Pada
titik joint clossure antar pita alumunium disambung.
• Laminated polyethylene (LAP) sheath yang mengandung carbon hitam digunakan
sebagai pelapis tambahan aluminium tape sisi luar dalam.

5. Strenght Member
a. Strength member akan diletakkan pada pusat dari kabel dan akan memiliki ketahanan
terhadap beban tensile yang dikenakan pada kabel dan inti serat optik. pada saat pekerjaan

Hal : 20/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

instalasi. Strenght member ini didesain agar mampu menahan tarikan sebesar minimal 900
N per-km panjang kabel (pada saat instalasi).
b. Material strength member berupa Non Metal Central Member, sehingga tahan tekuk.

2. Kekuatan Tensile (Tensile Strength)


a. Kekuatan tensile adalah kekuatan menahan beban tarik, pada saat kabel serat optik
diinstalasijditarik/dimasukkan ke dalam duct atau subduct sepanjang 1 Km, sebagaimana
aplikasi yang dikehendaki tanpa menurunkan kinerja mekanical, optikal, atau electrikal.
b. Kekuatan tensile yang diperkenankan adalah minimal 3200 N per-Km panjang kabel (saat
instalasi), yaitu dari Strength Member/GRP = 900 N + Aramid Yarns = 2300 N.

6. Parameter Fiber
a. Tipe/Struktur Fiber.
b. Material inti serat optik {fibre core material, refractive index dan dimensi termasuk hal-hal di
luar keadaan normal/kewajaran.
c. Material Gadding, refractive index, dan dimensinya.
d. Proof level (percent strain).
e. Protective jacket material, dan ketebalan dalam microns.
f. Dispersi dalam ps/km, rata-rata dan toleransinya.
g. Karakteristik Dispersi vs panjang Gelombang
h. Karakteristik Optical attenuation vs wavelength.
i. Rugi-rugi variasi (Loss variation) yang diperbolehkan per kilometer and per bagian panjang
dari fiber Termasuk efek dari perubahan temperatur, torsi dan bending.
j. Range dan akurasi yang diperkirakan dari pengukuran backscatter
k. Cut-off wavelength.
l. Numerical Aperture (NA).

7. Parameter Elektric harus dicantunkan dalam proposal teknis


a. Nilai Tahanan Konduktor
b. Nilai Tahanan/Insulasi
c. Nilai Kapsitansi

8. Karakteristik Optic
a. Serat optik yang akan digunakan untuk kabel ini adalah single mode fiber, sesuai dengan
versi terakhir dari ITU-T Recommendations G.652 D, untuk aplikasi duct.
b. The refractive index profile dari serat optik akan sesuai dengan cladding profile.
c. Serat optik harus bebas dari phosphorus pada inti dan cladding

Gambar 11 : Struktur Umum Kabel FO Duct

Hal : 21/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

C. PEDOMAN PENGADAAN KABEL OPTIC


1. Core/Fiber FO yang ditawarkan atau disupply kontraktor harus baru (produksi sesuai tahun
berjalan proyek), harus dibuktikan dengan Certificate of Origin dan dokumen pengiriman dari
pembuat Core/Fiber FO Certificate ini juga harus memuat kesanggupan untuk menjamin bahwa
parameter optic dan elektris tidak akan mengalami degradasi melebihi 1 % per-tahun dari yang
dipersyaratkan Lintasarta dalam RKS teknis. Certificate tersebut harus disampaikan pada saat
Evaluasi Teknis.
2. Proses pembungkusan core/fiber FO harus baru (produksi sesuai tahun berjalan proyek),
dibuktikan dengan Certificate dari Pabrik dan Factory test. Serta disertai dengan pernyataan
comply terhadap ketentuan konstruksi kabel FO yang tertuang dalam RKS teknis.
3. Sebelum kabel FO tersebut dikirim ke lokasi instalasi, kabel FO tersebut harus dilakukan test
pabrik yang disaksikan petugas
4. Item-item test pabrik, diantaranya meliputi:
a. PMD dan Attenuation test.
b. Core and cable dimensional + struktur test
c. Tensile Strength test.
d. Crush + Impact test.
e. Temperature Cycling.
f. Repeat Bending.
g. Sampling
5. Pada kulit luar pembungkus kabel, harus ada labeling kabel yang menunjukan jenis kabel, jumlah
core, tahun produksi, pembuat kabel, pemilik kabel. Labeling kabel tersebut harus tercetak setiap
panjang 1 meter dengan cara embosment dan berwarna, diantara tanda jarak panjang kabel,
dalam 1 haspel kabel.

D. PEDOMAN INSTALASI
1. Panjang standard dalam 1 haspel adalah kurang lebih harus mendekati 2000 meter, disesuaikan
dengan drum plan dari hasil pengukuran titikitik lokasi handhole / pull box / joint box.
2. Penarikan kabel harus dijaga agar tidak melebiili Tensile Stength kabel, disarankan titik penarikan
dimulai dari kira-kira pertengahan jarak 1 haspel kabel yang akan diinstalasi. Tidak diizinkan untuk
melakukan penarikan kabel dengan kendaraan bermotor.
3. Pembengkokan/pengguluogan kabel tidak boleh melebihi radius bending yang diijinkan (20 X
diameter kabel ).
4. Pada setiap handholefpull box harus diberi slack (panjang cadangan), sepanjang 15 meter yang
digulung dengan rapi dan aman didalam handhole/pull box, sedang pada titik sambung kabel
harus diberi slack/panjang cadangan sepanjang 15 meter ke kiri dan 15 meter ke kanan.
5. Proses penyambungan core/fiber dengan menggunakan metoda Fusion. Loss penyambungan
yang diijinkan maksimal 0.08 dB yang terbaca pada monitor alat ukur OTDR.
6. Alumunium Tape kabel harus disambungkan dengan sistem grounding pada closure, pada saat
dilakukan penyambungan kabel.
7. Pada setiap handhole/pull box/joint box, pada kabel FO harus diberi label yang menyatakan
sistem jaringan FO, arah datang (dari mana, tujuan berikutnya, nama kontraktor, tahun
pengerjaan).
8. Pada pelaksanaan uji terima, pengetesan fungsi optis kabel FO, meliputi :
• End to end test: Total LossAtenuasi dan PMD test
• Joint test : Loss/Atenuasi persambungan kabel.

E. CABLE JOINT
1. Kabel Joint (enclosure) yang diinginkan berupa selubung plastik (Thermo plastic hosing) yang
tahan terhadap korosi pada udara yang jenuh dengan kelembaban, korosi dari bahan senyawa
kimia, sehingga cukup kuat untuk dIetakkan di dalam hand hole/pull box/joint box yang selalu
terendam air tawar atau taut, maupun ditanam secara langsung dalam tanah yang lembab (air
tawar atau air laut).

Hal : 22/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

2. Type closure adalah MechanicalIn-Line Closure, didesain mudah untuk buka-tutup sambungan
tanpa merusak selubung serta bisa dipakai berulang-ulang, untuk memperbaiki sambungan atau
menambah titik sambung cukup dengan membuka screw / baut.
3. Closure harus dilengkapi dengan air pressure system (ada air check valve).
4. Kelengkapan Splice Tray berupa Mulaple Tray Accessr tiap Tray mampu menampung 12
core/fiber (standard operasional)
5. Joint closure yang ditawarkan harus baru serta memiliki sertifikat lulus uji Litbang/Risti Telkom
dengan didukung pula oleh keagenan yang jelas sehingga mutunya dapat dipertanggungjawabkan
(ada surat jaminan Certificate of origin dan agen resmi).
6. Joint closure yang ditawarkan adalah benar-benar untuk aplikasi selubung kabel serat optik
(branded bukan modifikasi).
7. Joint closure yang ditawarkan mudah diinstalasi dengan peralatan umum instalasi (tidak dengan
Tool Kits khusus).
8. Sebelum closure digunakan harus dilengkapi dahulu kelengkapan semua part komponennya.
9. Bagian-bagian yang perlu dilakukan pengetesanr harus dilakukan pengetesan terlebih dahulu
(seperti fungsi air pressure, sistem baut keras atau tidak dll).
10. Peletakan core/fiber pada splice tray harus benar dan tersusun rapi berdasarkan urutan tube
cable.
11. Alumunium Tape pada lapisan kabel harus disambung dengan sistem grounding pada housing
closure.
12. Hosing closure setelah selesai proses penyambungan, harus diletakan pada bearercable yang
disediakan di dalam hand hole/pull box dan diikat dengan kuat.

F. OPTICAL TERMINATION BOARD (OTB)


1. Rack/Cabinet Fiber Distribution Frame, Stand alone, standard 19 inchi.
2. FO Unit Enclosure for Rack installation, standard 19 inchi.
3. Pig Tail, ferule type Ceramic Connector/Adaptor maksimum atenuasi/loss 0.5 dB, panjang 5 - 15
meter. .
4. Tray management untuk patch cord beserta pengamannya.
5. Adaptor Panel + Ceramic Adaptor,.maksimum atenuasi 0.5 dB.
6. Pengadaan untuk butir a. tersebut di atas, disesuaikan dengan kebutuhan lokasi (sesuai BoQ
pengadaan).
7. Semua jenis perangkat OTB seperti butir a. di atas, yang disupply Kontraktor harus branded,
field proven, dan baru serta dilengkapi dengan Certificate of Origin dari fabrikan dan jaminan
kualitas dari agen resmi.
8. Rekanan harus menunjukkan contoh perangkat yang akm disupply pada saat klarifikasi dan
evaluasi teknis.
9. Pemasangan ceramic adaptor pada front panel harus dengan sistem screw/dibaut.
10. Front Panel harus dilengkapi sistem penomoran/nomenclature label Core FO (In-Out).

G. AERIAL CABLE (KABEL UDARA)


1. Fiber Optik Single Mode Optical Fiber for Aerial Application G.652D
2. Mempunyai Supporting wire/messenger wire yang terbuat dari bahan metal.
3. Mempunyai tension member/strength member
4. Mempunyai pelindung core
o o
5. Tahan terhadap suhu luar -25 C sampai dengan +60 C.
6. Fiber: 0.5 mm-coated optical fiber
7. Berat minimal 70kg/km
8. Structure: Slack attached structure, Double Notch Structure

Hal : 23/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

Gambar 11: Struktur Umum Kabel FO Aerial

Hal : 24/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

Bagian E : Spesifikasi dan Instalasi Outdoor Cabinet


A. UMUM
1. Outdoor Cabinet (ODC) adalah suatu kompartemen/ruang yang berbentuk kotak atau kubah
(dome) yang terbuat dari material khusus yang berfungsi sebagai tempat pemasangan perangkat
telekomunikasi aktif dan pasif ,perangkat penunjang (catu daya, power distribusi, battere) dan
lain lain.
2. Mengingat Cabinet ini ditempatkan di luar ruangan (outdoor) dengan tingkat kelembaban tinggi
dan temperature antara 20 ℃~35 ℃ , maka temperature ruangan didalam cabinet harus
memiliki system pendinginan yang memadai

B. SPESIFIKASI ODC
1. Rangka ODC harus terbuat dari bahan logam stainless stell yang harus tahan karat/korosi, tahan
cuaca, kuat dan kokoh sebagai tempat mounting kotak ODC pada pondasi maupun sebagai
tempat instalasi kelengkapan dan kotak luar ODC (dinding, atap, pintu).
2. Dinding ODC terbuat dari hot galvanized metal sheet dengan finishing fowder coating.
3. Dinding terdiri dari 2 lapis plat besi (double skin) , dimana ruang antara plat yang satu dengan
yang lainnya diisi dengan heatinsulation foam dengan ketebalan 20mm yang berfungsi menahan
panas dari luar.
4. Structure dalam ODC terdiri dari 2 ruang (compartement) , yaitu ruangan untuk perangkat
(Eqipment Compartement) dan ruang battere (bettere compartement)
5. Ruang perangkat adalah frame standar 19”. Kapasitas untuk perangkat 25 U
6. Ruang untuk battere mampu untuk penempatan battere sebanyak 4 x 150AH dan di lengkapi
dengan system pendinginan sendiri
7. Masing masing ruangan memiliki pintu sendiri sendiri.
8. Untuk kemudahan operasional , ruang perangkat di syaratkan memiliki 2 pintu , di belakang dan
di depan.
9. Khusus kelengkapan berupa baut, mur, engsel pintu, dan sejenisnya yang berbahan logam harus
menggunakan logam baja tahan korosi, tahan cuaca.
10. Methode Pendinginan menggunakan “Air Conditioner” dengan di lengkapi Extra Fan yang
dilengkapi controller.Extra Fan akan berfungsi jika Temperature dalam ruangan perangkat diatas
temperature yang diinginkan yang diakibatkan Air Conditioner mati , atau tidak berfungsi secara
normal.
11. Hembusan udara dingin dari Air Condioner harus datang dari arah depan perangkat , untuk
memperoleh efek pendinginan yang optimal.
12. Suhu yang di pesyaratkan dengan asumsi perangkat terpasang adalah 1 Unit OLT , 1 Unit Switch ,1
Unit Router dan 1 Unit Rectifier adalah 25 ⁰ C .
13. Mitra harus membuktikan bahwa suhu yang diinginkan sesuai dengan persyaratan dengan
melakukan simulasi sesuai kondisi real.
14. Dimensi ODC maksimal 150 cm x 150 cm x 65 cm .
15. Water Proof IP Grade : Minimal IP55
16. Pada bagian dinding samping luar , di lengkapi dengan kompartemen/ruangan untuk penempatan
KHW meter, Change over Switch (CoS) , dengan pintu yang dilengkapi dengan kunci dan jendela
yang terbuat dari mika.Terdapat jalur kabel menuju ruang perangkat.
17. ODC harus di lengkapi dengan grounding system.

Hal : 25/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

Gambar 12: Contoh Desain ODC

Gambar 13: Air Flow

Hal : 26/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

C. SPESIFIKASI PONDASI
1. Kabinet perangkat harus dipasang diatas dudukan/ pondasi beton dengan kedalaman minimal 70
cm dan ketinggian minimal 50 cm dari permukaan lantai kerja, bagian pondasi yang berada diatas
permukaan tanah harus diplester/ dihaluskan dan permukaan atas dudukan beton harus dibuat
miring agar air tidak menggenang disekitar kabinet. Khusus untuk daerah rawan banjir tinggi
dudukan/ pondasi disesuaikan.
2. Pondasi terbuat dari beton cor dengan perbandingan semen, pasir, batu pecahan 1:2:3, ukuran
pondasi disesuaikan dengan ukuran kabinet, pondasi dapat dibuat langsung ditempat ataupun
dicetak terlebih dahulu (precast).
3. Bagian bawah kabinet (cabinet root) harus terpasang kuat pada pondasi beton dengan
kedalaman ± 15 cm,
4. Type pondasi menggunakan beton cor yang dilengkapi dengan tulangan besi ulirminimal
diameter 8 mm.
5. Pondasi ODC dilapisi keramik ( untuk memudahkan perawatan )
6. Lebar dan panjang pondasi ODC disarankan lebih lebar 20 cm dari lebar ODC

D. SPESIFIKASI KERANGKENG
1. Spek kerangkeng/pengaman terdiri dari besi beton ukuran 10 mm (besi KS ).
2. Kunci kerangkeng/pengaman ODC harus menggunakan gembok yang bertype outdoor ( untuk
mempermudah buka tutup pintu pengaman )
3. Type Kerangkeng/Pengaman ODC didisain bisa dibuka tutup depan belakang ( untuk
memudahkan akses maintenance ).
4. Engsel pintu kerangkeng dengan desain engsel yang tidak bisa dilepas.
5. Besi Kerangkeng/pengaman ODC disarankan dilapisi cat dasar anti karat/cat meni dan dilapisi cat
untuk type outdoor/marine coating.

E. GROUNDING SYSTEM
1. Umum
a. Grounding System/ Sistim Pentanahan adalah bagian yang sangat penting dari system
kelistrikan.
b. Grounding System/ Sistim Pentanahan adalah penghubung atau penghantar yang
menghubungkan system/Body Perlalatan dan instalasi kelistrikan dengan bumi/tanah
sehingga dapat mengamankanm anusia dari sengatan listrik , mengamankan
komponen/perangkat dari bahaya tegangan/arus yang tidak normal.
c. Grounding system dibuat dengan cara menanam Kutub Pentanahan .

2. Spesifikasi Gorunding System:


a. Grounding rod, yaitu batang grounding yang ditanam di dalam tanah. Terdiri dari pipa
galvanis medium ¾”, kawat tembaga BC berdiamater 16 mm2, Dan dilengkapi dengan
“splitzen” yang dikencangkan dengan baut.
b. Grounding road terbuat pipa padat yang terbuat dari tembaga. Disamping sebagai daya
hantar yang kuat, tembaga tidak mudah berkarat. Penggunaan besi biasa tidak
diperbolehkan karena mudah berkarat.
c. Panjang grounding rod ini 1.5 m s/d 3 m dan di tanam pada kedalaman 4 meter.
d. Lokasi penempatan grounding road tidak terlalu jauh dari bangunan ODC, di lokasi yang
diperkirakan tidak akan terganggu dan tidak merusak sistim instalasi / pemipaan yang telah
tertanam.
e. Dilengkapi bak control , dengan dimensi disesuiakan dengan kondisi lokasi.
f. Penyambungan grounding rod dengan kabel grounding adalah dengan sistim pengelasan
dengan menggunakan alat Cadweld.Penyambungan harus menggunakan bubuk mesiu
standar , karena pemakaian bubuk mesiu akan memepengaruhi kekuatan sambungannya.
Hal ini juga dilakuan untuk penyambungan antara kabel grounding dengan kabel grounding

Hal : 27/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

dan juga untuk penyambungan antara kabel grounding ke plate terminal grounding/
Grounding Bar.
g. Pemasangan grounding road yang makin banyak akan menghasilkan sistim pentanahan yang
baik. Jika anda akan memasang beberapa buah grounding road usahakan jangan terlalu
berdekatan, supaya pembumian menyebar dan untuk menjaga bila salah satu grounding rod
sitim pembumiannya tidak bagus maka bisa dibumikan oleh grounding rod lainnya.
h. Grounding/Pembumian yang baik dan benar harus bisa mempunyai nilai dibawah 1 Ohm .

Gambar 14: Grounding Rod

Bak Kontrol

Batang/Rod

Gambar 15: Pemasangan Grounding Rod

Hal : 28/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

Gambar 16: Grounding Bar

F. PENEMPATAN OUTDOOR CABINET


1. Umum
a. ODC dapat di tempatkan di public area atau di private area sesuai dengan kondisi di masing
masing kota.
b. Perijinan/Site Acquisition menjadi tanggung jawab Mitra.Dalam proses perijinan , Mitra
bekerja untuk dan atas nama Lintasarta.
c. Jika dalam proses perijinan , mengharuskan adanya kontrak/Perjanjian Kerja Sama, maka
Kontrak/PKS harus atas nama Lintasarta dengan pemilik lokasi/Instansi berwenang.
d. Untuk kota-kota dimana sudah terdapat lokasi Lintasarta eksisting , maka perangkat aktif
akan di tempatkan di lokasi tersebut selama kondisi secara teknis masih memungkinkan.
e. ODC di utamakan di letakan green field diatas Pondasi beton dengan ketinggian pondasi
minimal 50 cm dari permukaan tanah.
f. Lokasi pemasangan ODC sedapat mungkin dekat dengan lokasi/ persil kelompok pelanggan
sehingga kabel yang ditarik kearah pelanggan bisa lebih pendek dan persyaratan teknisnya
(redaman transmisi dan tahanan loop) terpenuhi.
g. Lokasi pemasangan ODC harus dekat dengan sumber tegangan distribusi PLN, mudah
dijangkau serta mudah dalam operasi dan pemeliharaanya.
h. Lokasi pemasangan ODC tidak boleh pada lokasi yang rawan longsor ataupun rawan banjir.
i. Lokasi pemasangan ODC harus memperhatikan rencana tata kota seperti kemungkinan
adanya pelebaran jalan, pembangunan sarana umum dan lain sebagainya.
j. Lokasi pemasangan ODC harus aman dari gangguan external seperti lalu lintas kendaraan,
pejalan kaki dan tindakan kriminal, bila lokasinya rawan kejahatan maka perlu ditambah
pagar dan kunci pengaman
k. Syarat dan ketentuan penempatan ODC adalah sebagai berikut :
l. Jika di tempatkan di area public ,Letak ODC tidak boleh menghalangi dan membahayakan
lalu lintas dan pengguna jalan.
• Hindari penempatan ODC pada tempat yang menurut perkiraan mudah terganggu oleh
lalu-lintas.
• Penempatan ODC harus serasi dengan lingkungan sekitarnya, jangan sampai merusak
pemandangan yang ada.
• Apabila lokasi ODC dekat dengan tikungan tajam, maka letak ODC paling sedikit harus 5
m dari ujung tikungan. Apabila belokan yang dimaksud merupakan lingkaran, maka
ketentuan tersebut tidak berlaku.
• Penempatan ODC jangan terlalu dekat dengan sudut jalan, terutama apabila ODC yang
di maksud terletak di sisi kiri.
• Bila perlu dapat dipasang patok pengaman 4 atau lebih buah untuk menghindari
kemungkinan ODCterlanggar langsung oleh kendaraan
• Penempatan harus seijin dari dinas pertamanan/instasi setempat
• Penempatan ODC tidak boleh merusak keindahan Taman.

Hal : 29/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

m. Apabila karena suatu hal kabinet harus ditempatkan dihalaman atau persil penduduk atau
halaman kantor, maka harus mendapat ijin tertulis terlebih dahulu dari pemilik persil yang
bersangkutan dan Kedudukan ODC harus bebas dari kemungkinan perbaikan dan
perubahan struktur tanah/bangunan
n. Jika pemilik lahan mengenakan biaya sewa , maka mitra harus menginformasikan kepada
Lintasarta.
o. Pada daerah rawan vandalisme sepert Pasar , stasiun ODC harus dilengkapai dengan
kerangkeng.

Gambar 17 : Penempatan Kabinet pada sudut jalan

3. Grounding System/ Sistim Pentanahan


a. Grounding System/ Sistim Pentanahan adalah bagian yang sangat penting dari system
kelistrikan.
b. Grounding System/ Sistim Pentanahan adalah penghubung atau penghantar yang
menghubungkan system/Body Perlalatan dan instalasi kelistrikan dengan bumi/tanah
sehingga dapat mengamankan anusia dari sengatan listrik , mengamankan
komponen/perangkat dari bahaya tegangan/arus yang tidak normal
c. ODC harus di lengkapi dengan Grounding System
d. Grounding system dibuat dengan cara menanam Kutub Pentanahan

4. System Catu Daya


a. Sistem Catu daya akan mencatu seluruh perangkat utama maupun perangkat
penunjang.Kapasitas catu daya yang dibutuhkan minimal 10 A .Daya yang dibutuhkan
disediakan oleh PLN Pasca Bayar.
b. Catuan AC yang diambil dari jala-jala PLN harus diterminasikan pada Box/Panel tersendiri dan
dilengkapi dengan Circuit Breaker dengan besaran arus yang sesuai.
c. Jalur kabel sepanjang rute kabel harus diberikan pipa pelindung yang kuat.
d. Jenis dan diameter kabel yang dipilih harus disesuaikan dengan besarnya arus/ampere yang
dibutuhkan dan telah memenuhi Standar Industri Indonesia (SII).
e. Batere yang direkomendasikan adalah batere kering agar tidak terjadi korosi didalam
kabinet, batere tersebut harus dapat memberikan catuan yang cukup minimal selama 8 jam
pada saat catuan utama (PLN) putus.
f. Untuk keseragaman perkabelan batere gunakan kabel warna hitam untuk kutub (-) dan kabel
warna merah untuk kutub (+). Kabel batere yang terpasang pada kutubnya harus dilengkapi
sepatu kabel dan dikuatkan dengan baut pengencang .

Hal : 30/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

6. Kelengkapan System Catu Daya adalah sebagai berikut :


a. KWH Meter :
• Berfungsi sebagai alat pencatat/pengukur konsumsi daya yang digunakan oleh Lintasarta
yang menjadi dasar untuk pembayaran Listrik
• Diletakan dibagian luar ODC ,di tempatkan pada sebuah Box yang memiliki jendela
untuk memudahkan pencatatan dan di kunci.

b. Power Distribution Board (PDB)


• Berfungsi sebagai pembagi daya AC dan DC
• Spesifikasi:
− Memliki Terminal Grounding
− Memiliki Terminal Netral Input dan Netral Output yang terpisah
− Memliki Terminal untuk distribusi ke rak perangkat
− Memiliki “breaker” yang berfungsi untuk “Bypass Maintenance”
− Dilengkapi dengan arrester/ surge protector

c. AC to DC Rectifier
• Spesifikasi Umum Rectifier adalah :
− Dimensi maksimal 3 U
− Modular
• Memiliki module control berbasis SNMP.Komunikasi melalui Ethernet.GSM.Standar
Modem , TCP/IP .
• Memiliki Port digital Input yang sewaktu-waktu jika diperlukan bisa di manfaatkan ,
misalnya untuk kontrol pintu dan lain-lain.
• Module Control harus memiliki kemampuan untuk :
− Mengukur Remaining Time, estimasi waktu kemampuan battere mem back up
− Mengukur Beban Pemakaian
− Mengukur Temperature
• AC Supply : 100–240V,50–60Hz(nominal)
• DC Output : 21.5V–32V/43-57.5V
• Operating temperature: -40°Cto+70°C[-40°Fto+158°F]
• Dilengkapi dengan battere sebagai back up apabila catuan utama dari PLN terputus.
• Battere memiliki kemampuan mem back up selama 8 Jam.
• Jumlah Battere adalah 4 x 150 AH.
• Change Over Switch
− Diperlukan untuk antisipasi jika harus menggunakan Generator pada saat terjadi
gangguan supply listrik baik dari PLN atau ketika battere sudah tidak bisa memback
up.
− CoS di tempatkan pada Box KWH Meter di lengkapi dengan Power Inlet Socket.
• Kelengkapan lain :
− Surge Protector
− Grounding System

4. Penyediaan Daya Listrik PLN


a. Langganan Pasca Bayar
b. Daya 2200 VA (10 A)
c. Tarikan Kabel Listrik dari jala jala PLN dibuat seaman mungkin untuk menghindari terjadinya
kabel putus karena ganggguan external , jika diperlukan dapat di pasang tiang tambahan di
dekat ODC untuk tarikan kabel Listrik agartidak langsung menuju ke ODC .

Hal : 31/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

Gambar 18: Cara Instalasi Kabel PLN

Gambar 19: Diagram Catu Daya System

Hal : 32/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

Gambar 20 : Layout Penempatan Perangkat pada ODC

Hal : 33/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

Bagian F :Spesifikasi dan Instalasi Perangkat Aktif


A. UMUM
1. Perangkat yang dibutuhkan didalam kabinet adalah paling tidak terdiri dari :
a. GPON
b. AGGR SWITCH
c. INTERNET ROUTER
2. Service yang akan dideliver adalah :
a. Metro Ethernet
b. VPN IP
c. Internet Dedicated
d. Internet BroadBand
e. 3Play
3. GPON yang ditawarkan harus bersifat MSAN dan memiliki skalabilitas tipe kecil, menengah dan
besar dan dapat dipasang diarea Outdoor / Harden
4. Tipe GPON yang dibutuhkan adalah tipe menengah, dengan topologi DUAL STAR dengan
kapasitas BackPlane dari Switching Card ke masing masing Access Card minimal 100Gbps dan
memiliki minimal 4 slot akses MSAN (4 card OLT)
5. Card Switching yang ditawarkan minimal 20G, jumlah port OLT minimal 8 port / Card dengan
kapasitas switching minimal 2*20G. Memenuhi Standar GPON ITU G.984.x dan menerapkan
OMCI. Sytem GPON yang ditawarkan harus :
a. Minimal operational temperature 65 ⁰C.
b. Redundant Power DC -48V
c. Rackmountable dengan lebar 19 Inchi
d. Hot Swapp untuk semua card, fan dan power
e. Memiliki penutup slot yang kosong dan filter udara
f. Memiliki Fan yang dapat diset hidup otomatis pada suhu tertentu
g. Memiliki UpLink min 4*10G menggunakan SFP+ / XFP
h. Kebutuhan awal 8 port OLT dengan SFP OLT min 30dB
i. MTU Node GPON min 9000 Byte
j. Line Rate Forwarding at All Frame Size ( 64 – 9000 Byte )
k. MTU dari ONT min 2000 Byte ( ONT Tipe 1 Bridging )
l. Plug and Play ONT Activation ( tidak perlu provisioning di customer site )
m. Kompatible dengan ONT merk lain yang memenuhi standar ITU
n. Semua interface Optik harus support ALS ( Auto Laser Shutdown )
6. GPON yang ditawarkan harus tersedia secara EXPLISIT di User Manual, CLI dan NMS untuk
mengcreate service TLS ( Transparant LAN Service ), VOIP, Internet BroadBand ( DHCP, PPPoE )
maupun VIDEO ( IGMP ).
7. Sebagai Akses Metro Ethernet, GPON yang ditawarkan harus benar benar transparant terhadap
L2 Protokol dari Customer, terutama untuk protokol IGMP, DHCP, PPPOE dan ARP. Serta tidak
ada MAC Learning sehingga trafik dapat di Initiate baik dari arah ONT maupun dari arah OLT saat
perangkat GPON pertama kali hidup.
8. Kabinet surveilance agar dapat diakses dari Internet, maka dibutuhkan :
a. CCTV
b. IP PHONE Skypee
c. ROUTER 3G
9. Peserta Tender harus memiliki :
a. Lokal support di Jakarta dan fasih berbahasa Indonesia

Hal : 34/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

b. Tenaga Ahli yang dapat berbahasa Indonesia


c. Proyek Manager berpengalaman dan bersertifikasi
d. Lab Uji yang berada di Jakarta lengkap dengan Kabinet, Perangkat, NMS, Alat Ukur dan
Accesories yang akan digunakan
e. Satu set Gpon, Splitter dan NMS untuk dipinjamkan ke Lintasarta selama proyek berlangsung
10. Proposal Teknis Perangkat harus berisi
a. RoadMap pengembangan GPON 5 tahun kedepan
b. Datasheet semua Perangkat, Passive Splitter dan NMS
c. GPON Deployment Guide :
• ONT Discovery dan Activation
• Ethernet Virtual Circuit Mapping ( ONT Port to UPLINK )
• TLS ( Transparant LAN Service ) Provisioning
• VIDEO dan IGMP Provisioning
• VOICE Provisioning
• QoS dan Traffic Shapping Provisioning
d. User Manual Perangkat dan NMS ( Soft Copy saja )
e. Alarm Guide dan TroubleShooting Guide ( Soft Copy saja )
f. Statement of Compliance
g. Management Project
• Contoh interkoneksi dengan ONT merk lain dan hasil testnya
• Contoh Implementasi GPON sebagai MetroEthernet Akses ( TLS ) dengan ONT Tipe 1 (
Bridging )
• Opsi di sisi OLT : Single-Tag dan Dual-Tag
• Disisi ONT ada 4 akses MetroEthernet sekaligus, misal :
(i) Port GE1 ONT : Untag, VLAN 100 Cos 1
(ii) Port GE2 ONT : Multiple VLAN 200, 201, 202, 203 CoS 2
(iii) Port GE3 ONT : QinQ VLAN 300 CoS 3
(iv) Port GE4 ONT : Untag VLAN 400 CoS 4
(v) Dilengkapi dengan Topologi, Konfig, Show Screen CLI, Hasil Test, NMS Capture,
dll.
• Contoh Konfig VOIP dengan ONT tipe 1 ( Bridging )
• Contoh implementasi GPON sebagai 3Play ( Internet, VoIP, IP TV dan WiFi ) dengan ONT
Tipe 2 ( Home Gateway ) beserta QoS untuk masing2 service ( Fixed, Assured, Non
Assures dan BE ) dilengkapi dengan Topologi, Konfig, Show Screen CLI, Hasil Test, NMS
Capture, dll.
• Contoh Implementasi GPON untuk Internet Broadban dengan DHCP, PPPOE dan BRAS
• Contoh konfig Broadcast Strom Detection and Avoidance dimana Port ONT tertentu
yang menyebabkan Broadcast dapat di ShutDown Automatic temporary.
• Contoh konfig AAA dan pembagian user priviledge ( admin, provisioning, view only )
dengan user yang berbeda2
• Contoh perhitungan Link Budget dan dibandingkan dengan hasil penampakan di ONT
dan OLT Power Receive dan Transmit di Show Screen CLI dan dengan hasil pengukuran
dilapangan dengan GPON meter / OTDR
11. BoQ dari Lintasarta hanya sebagai Referensi
12. Detail BoQ, Spesifikasi dan P/N perangkat yang ditawarkan harus sepertujuan Lintasarta
13. Peserta harus memaparkan semua Licence Hardware dan Licence NMS yang dibutuhkan, untuk
pengembangan kedepan dengan asumsi 100% Utilisasi ( ONT, Connection, Services, Voice Call dll
)

Hal : 35/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

14. Kelebihan Perangkat, Kabinet, Splitter, PatchCord dan Kabel LAN dikirim ke gudang Lintasarta
15. PoC ( Prove of Concept ) akan dilakukan berbarengan dengan DRM ( Design Review Metting )
yang akan ditentukan jadwalnya setelah Kick Off Project.
16. Bila terdapat fitur yang tidak berjalan sesuai dengan Service yang dibutuhkan dan Statement of
Compliant maka akan diberi waktu 1 minggu untuk penyelesaiannya, bila tidak ada penyelesaian,
maka akan dilimpahkan ke area non Teknis maupun Administratif.
17. Peserta harus memberikan MIB ( Management Information Based ) diawal project
18. GPON yang ditawarkan harus terbukti telah sukses digunakan paling tidak di 3 operator besar
dalam kurun waktu 3 tahun terakhir untuk Metro Ethernet akses dan 3Play Services.

B. KEBUTUHAN SISTEM GPON dan OLT

Gambar 21 : Konfigurasi System

1. 2.488 Gbps downstream (with rate limiting) and 1.244 Gbps upstream rates
2. Ethernet GEM encapsulation untuk semua services, termasuk video dan voice
3. DBA ( Dynamic Bandwidth Allocation )
4. AES
5. FEC UpLink and FEC DownLink
6. 802.3ah, 802.1ag
7. 802.1 Q VLAN Tagging
8. 802.1 Q-in-Q VLAN Tagging
9. 802.3ad Link Aggregation Control Protocol (LACP)
10. 802.1p for Class of Service (CoS)
11. Y.1731
12. IP V6 Support
13. minimal Split Ratio 1 : 64
14. minimal 32K MAC Address
15. 4K VLAN
16. Storm Control ( Detection and Avoidance, Vlan based )

Hal : 36/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

17. Support for 1:1 and N:1 VLAN topologies


18. Proxy ARP
19. Supports Session Initiation Protocol (SIP)
20. Internet Protocol Television (IPTV) menggunakan IGMP v2 Proxy and Snooping
21. Point-to-Point Protocol over Ethernet (PPPoE)
22. Memenuhi international compliance :
a. NEBS Level 3
b. UL 60950
c. RoHS
d. FCC Part 15 Class A

C. KEBUTUHAN NMS
1. GPON harus memiliki Outband Management berupa Ethernet interface
2. Sistem yang ditawarkan harus memiliki kemampuan untuk melakukan manajemen jaringan, baik
melalui Lokal Konsole, Telnet maupun NMS, baik secara OutBand maupun InBand
3. Manajemen jaringan yang dimaksud adalah kemampuan untuk melakukan fungsi-fungsi
manajemen atas jaringan, yang meliputi kemampuan untuk melakukan:
a. Fault Management
b. Configuration Management
c. Accounting Management
d. Performance Management
e. Security Management
4. Concurrent user minimal 5 user
5. Protokol manajemen jaringan harus menggunakan SNMP untuk memanage Network Element dan
Corba untuk interface ke sistem aplikasi yang lain
6. NMS harus dapat memanage seluruh ONT dan dapat memberikan informasi utilisasi Bandwidth
setiap port ONT
7. NMS harus dapat melakukan provisioning secara “Zero Touch” / AutoProvisioning
8. Kondisi setiap ONT harus dapat diMonitoring secara Real Time, dan ONT dapat mengirim SNMP
Trap ketika akan power off ( Dying Gasp ).
9. OLT harus dapat mengirim SNMP Trap ketika terjadi fiber cut maupun fiber degrade.
10. Sinyal Receive yang diterima oleh tiap2 ONT harus dapat dibaca oleh OLT.
11. Sinyal Receive yang diterima oleh OLT dari tiap2 ONT dapat dibaca oleh OLT
12. Support SNTP
13. Menyimpan database alarm history, event log dan sistem konfigurasi, baik di Gpon Node maupun
NMS
14. Memiliki Back dan Restore sistem konfigurasi, baik secara automatic dengan NMS maupun
manual menggunakan TFTP/FTP
15. Auto Upgrade semua ONTs secara serentak
16. RADIUS server support
17. TACACS+ with Accounting, Authentication and Authorization (AAA) support
18. Telnet and Secure Shell Version 2 (SSHv2) support

D. KEBUTUHAN ONT
1. ONT Tipe 1 ( Bridging )
a. 4GE + 2 PoTS ( SIP )
2. ONT Tipe 2 ( Home Gateway )
a. 4GE + 2 PoTS ( SIP ) + WiFi
b. Home GW : PPPoE, DHCP, NAT, IP Routing, DNS, DMZ, DoS, etc…
3. GE interface ( in ONT Type 1 and ONT Type 2 )

Hal : 37/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

a. Independent LAN Ports


b. TLS, QinQ, MTU 2000 Byte
c. 8K MAC, Multiple Data Service Profile

4. Input Power 220 AC, Indonesian Power Plug


5. Gpon Interface : SC / APC

E. KEBUTUHAN SWITCH
CE2.0 AGGR SWITCH SPEC REQ MANDATORY KETERANGAN
Non Blocking Switching √
MEF Carrier Ethernet (CE) 2.0 compliant √ Dilampirkan keterangan Sertifikasi
E-Line, E-LAN and E-Tree Services √
MEF 9 and 14 √
IPV6 Ready √
Power input DC -48 V Redundant OR DC and AC √
UPLINK min 4*10G Dapat Box Switched terpisah, max 2 Box 3U
DNLINK min 24*GE 16*GE SFP + 8*GERJ45 w/ PoE+
Support LAG 10G and GE √ 802.3ad, MEF Comply
G.8032 Ethernet Ring Protection Switching √ ITU 8031, 8032. Support Virtual Ring
MPLS-TP √
IP MTU min 9000 Byte √
ETH MTU min 9016 Byte √
Eth Port LoopBack w/ MAC Swapp √
Port monitoring √
L2CP handling √
Port mirroring √
1+1 Protection √
MAC Table min 32 K
Transparant Relay of IGMP, DHCP, PPPoE, ARP, BPDU, Dot1X, LACP, CDP,

VTP, UDLD, PAGP
VLAN Active 4096 VLAN
IEEE 802.1Q VLAN (C-VLAN) √
IEEE802.ad VLAN stacking (QinQ, S-VLAN) √
802.1ad VLAN stacking (Q-in-Q) support √
E-LMI √
LLDP √
802.3ah Link OAM with Dying Gasp √
802.1ag Connectivity Fault Management √
Y.1731 OAM functions and mechanisms for Ethernet based networks √
ITU-T Y.1564 service activation test √
RFC2544 performance test suite √
Traffic prioritization based on L2 802.1P and L3 DSCP √
Committed and excess information rate (CIR and EIR) √
MEF-compliant 3-color policing with color-aware and color-blind mode √
Configurable weighted random early detection (WRED) per queue √
( SP, WRR, SP+WRR,DRR,SP+DRR )
Service classification per CoS (DSCP) √
Marking : COS, TOS, DSCP, Port Priority
Scheduling : SP, WRR, SP+WRR, WRED √
Bandwidth throttling per port √
Bandwidth throttling per VLAN √
Bandwidth throttling per CoS (DSCP) √
CIR/EIR per flow √
Ingress Hierarchical bandwidth profile √
IGMP snooping v2/v3 √
DHCP Client & Snooping w/ option 82 √
SFP digital diagnostic management (DDM) √
Temperature and CPU monitoring √
Voltage and temperature monitoring √
Storm control (broadcast, multicast, DLF) √
LoopBack Detection and Avoidance based on Port and VLAN √
ACL based on VLAN, CoS, MAC, EtherType, IPv4, IPv6, or user-define

combinations
Auto Port ShutDown when Loopback occurence √

Hal : 38/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

Bagian G :Uji Terima


A. UMUM
1. Tujuan pelaksanaan uji terima pekerjaan adalah untuk mengetahui mutu pekerjaan apakah telah
dikerjakan sesuai dengan ketentuan minimal dalam RKS, gambar desain maupun petunjuk/saran
yang disampaikan oleh pengawas lapangan baik dari sisi kualitas material maupun dari sisi Fungsi.
2. Uji terima pekerjaan dilaksanakan dalam rangka pengetesan terakhir, sebelum hasil pekerjaan
tersebut diserahterimakan dari Pelaksana Pekerjaan kepada LINTASARTA.
3. Apabila dalam pelaksanaan uji terima pekerjaan diperlukan alat ukur/test, alat tulis atau alat
bantu lainnya, maka penyediaan semua peralatan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Pelaksana Pekerjaan.
4. Berita Acara Uji Terima (BAUT) pelaksanaan uji terima diterbitkan setelah semua item uji terima
selesai dilaksanakan, dengan dilampirkan form-form hasil pelaksanaan uji terima.
5. Isi Berita Acara Uji Terima (BAUT) merupakan kesimpulan hasil pelaksanaan uji terima, yang
menyatakan apakah pekerjaan tersebut ditolak atau diterima.
6. Apabila hasil pekerjaan dinyatakan ditolak, maka Pelaksana Pekerjaan wajib memperbaiki
pekerjaannya hingga sesuai persyaratan, kemudian baru dilakukan uji terima kembali. Segala
biaya maupun resiko yang timbul karena pekerjaan perbaikan sebagai akibat dari ketidaksesuaian
seperti dalam persyaratan, menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan.

B. UJI TERIMA PENGADAAN DAN PEMASANGAN FIBER OPTIC


1. Pemeriksaan Kedalaman Galian.
a. Pelaksanaan pemeriksaan galian dilakukan secara acak (sampling), pada lokasi-lokasi tertentu
sesuai keinginan Petugas Uji Terima, untuk mengetahui apakah kedalaman galian telah
sesuai dengan persyaratan RKS maupun ketentuan dari instansi SDPU Pemda setempat.
b. Jumlah lokasi yang diperiksa tidak dibatasi, minimal 20% dari seluruh lokasi galian Duct.
Apabila dalam pemeriksaan sampling ini didapat hasil yang menyimpang dari ketentuan RKS
(kedalaman kurang, kelengkapan kurang tanpa ada keterangan kronologis mengapa hal
tersebut terjadi, yang diperkuat dengan Berita Acara Lapangan sebelumnya), maka Lintasarta
berhak untuk memeriksa semua titik galian, pekerjaan (100%).
c. Kontraktor wajib menyediakan tenaga kerja untuk menggali dan menutup kembali setelah uji
terima selesai, serta alat-alat ukur/bantu lainnya yang diperlukan.
d. Disarankan pemeriksaan kedalaman galian ini dilakukan sebelum pekerjaan pelapisan
kembali permukaan bekas galian.
e. Pengukuran kedalaman galian dilakukan dari permukaan lapisan terluar sampai dengan dasar
galian, dengan cara mengukur kedalaman galian dengan tongkat pengukur/stik. Standard
kedalaman galian sesuai RKS adalah 1,1 meter.
f. Apabila dalam pelaksanaan pemeriksaan ini ditemukan kedalaman yang tidak sesuai dengan
persyaratan, maka kondisi tersebut terlebih dahulu harus dicocokan dengan kronologis
pekerjaan yang terdapat di dalam Log Book Kegiatan Harian yang dikuatkan dengan Berita
Acara Lapangan kronologis pekerjaan yang dibuat. oleh pengawas lapangan.
g. Apabila dalam Log Book tidak tercatat kronologis yang mengakibatkan tidak dapat
dipenuhinya persyaratan kedalaman galian di lokasi tersebut, maka kontraktor wajib
mengulang pekerjaan pembangunan duct tersebut.
h. Segala biaya maupun resiko yang timbul karena pekerjaan pengulangan pembangunan duct
seperti tersebut diatas, menjadi tanggungjawab kontraktor.

2. UJI TERIMA HANDHOLE

Hal : 39/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

a. Pelaksanaan pemeriksaan mutu beton dilakukan dengan memberi tekanan pada


permukaanjdinding hand hole, pull box, dan joint box dengan kekuatan tekan tertentu sesuai
spesifikasi mutu beton (Hammer Test).
b. Pemeriksaan/pengetesan dapat dilakukan terhadap seluruh handhole, pull box, dan joint box
dapat pula dilakukan secara acak saja (minimal 20% dari jumlah keseluruhan, bila jumlahnya
banyak).
c. Kontraktor wajib menyediakan tenaga pelaksana dan semua peralatan test yang diperlukan.
d. Apabila dalam pelaksanaan pengetesan, dinding handhole, pull box, ataupun joint box
tersebut rusak/jebol, berarti telah terjadi penyin,pangan spesifikasi mutu beton.
e. Apabila kondisi seperti item 4) tersebut terjadi, maka khusus untuk handhole, pull box,dan
joint box tersebut harus dibongkar keseluruhannya dan harus diganti baru.
f. Segala biaya maupun resiko yang timbul akibat. pembongkaran dan penggantian baru
tersebut, menjadi tanggung jawab kontraktor.
g. Pengetesan ulang dilaksanakan setelah pembangunan ulang tersebut selesai.
h. Pemeriksaan/pengetesan Ukuran Dimensi
• Pemeriksaan/pengetesan sebaiknya dilakukan terhadap seluruh handhole, pull box, dan
joint box.
• panjang bersih bagian dalam, diukur pada 3 tempat yaitu atas, tengah dan bawah.
• Lebar bersih bagian dalam, diukur pada 3 tempat yaitu atas, tengah dan bawah.
• Tinggi bersih bagian dalam, diukur dari dasar sampai leher bagian dalam.
• Ketebalan dinding.
• Ukuran dan ketebalan tutup.
• Ukuran dan ketebalan Frame (untuk tutup).
• Jarak lubang pipa duct dengan bagian dasar, kiri dan kanan dinding juga jarak antar
lubang pipa tersebut.
• Jarak antar plat Bearer.
i. Apabila terdapat ketidaksesuaian ukuran handhole, pull box, dan joint box dengan spesifikasi
yang terdapat dalam RKS ini, maka khusus untuk handhole, pull box, dan joint box tersebut
harus dibongkar keseluruhannya dan diganti baru.
j. Segala biaya maupun resiko yang timbul akibat pembongkaran dan penggantian baru
tersebut, menjadi tanggungjawab Kontraktor.
k. Pengukuran ulang handhole, pull box, dan joint box yang tidak sesuai RKS akan dilaksanakan
setelah pembangunan utang tersebut selesai.
l. Pemeriksaan Kerapihan Finishing Dinding
m. Pemeriksaan/pengetesan dilakukan terhadap seluruh handhole, pull box, dan joint box.
n. Pemeriksaan kerapihan finishing dinding meliputi :
• Pemeriksaan kondisi plesteran semen pada seluruh permukaan dinding.
• Ketebalan plesteran semen harus merata pada seluruh permukaan dinding.
• Pemeriksaan posisi lubang pipa duct dan penempatan Bearer. Posisi lubang pipa duct
o. Pemeriksaan kelengkapan
• Semua kelengkapan seperti tangga, label, bearer, tambang plastik, klem kabel dan
Endcap duct/subduct harus sudah terpasang di dalam handhole, pull box, dan joint box.
• Pemeriksaan kondisi Frame dan Tutup
• Frame untuk tutup harus terpasang kokoh dan rapi, tidak diperkenankan adanya frame
yang menganga atau bengkok.
• Tutup harus dapat dengan lancar dibuka dan ditutup, celah antar tutup tidak boleh
terlalu rapat maupun renggang.
• Finishing cor-coran dan plesteran semen pada kedua sisi tutup harus rapi dan rata.

3. Uji Terima Pengadaan dan Pemasangan ODC serta Kelengkapannya


a. Spesifikasi ODC
b. Penempatan ODC

Hal : 40/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

c. Spesifikasi Pondasi
d. Spesifikasi Kerangkeng
e. Kelengkapan ODC:
f. KWH Meter
g. Rectifier
h. Grounding System
i. Change Over Switch
j. Kerapihan Instalasi.

C. Uji Terima Perangkat GPON , Switch , Router


1. Item Item Acceptance Test dibuat oleh peserta tender dan akan ditambahkan oleh Lintasarta
2. Peserta tender akan memimpin pelaksanaan uji terima dengan disaksikan oleh pengawas
lapangan (waspang) dari PT Aplikanusa Lintasarta.
3. Peserta tender harus menyediakan alat ukur untuk keperluan uji terima ini, minimal terdiri dari :
Ethernet BER and RFC 2544 Tester, PON Meter / GPON Meter dan Variable Attenuator
4. Item Item Acceptance Test dibuat oleh peserta tender dan akan ditambahkan oleh Lintasarta
5. Peserta tender akan memimpin pelaksanaan uji terima dengan disaksikan oleh pengawas
lapangan (waspang) dari PT Aplikanusa Lintasarta.
6. Peserta tender harus menyediakan alat ukur untuk keperluan uji terima ini, minimal terdiri dari :
Ethernet BER and RFC 2544 Tester, PON Meter / GPON Meter dan Variable Attenuator
7. Uji Terima atas hasil kerja dilakukan oleh peserta tender setelah proses instalasi, interkoneksi dan
pengujian awal diselesaikan. Uji Terima tersebut tidak akan dimulai tanpa persetujuan terlebih
dahulu dari PT Aplikanusa Lintasarta atas jadwal dan prosedur yang diajukan sebelumnya oleh
peserta tender. Peserta tender akan memimpin pelaksanaan uji terima dengan disaksikan oleh
pengawas lapangan (waspang) dari PT Aplikanusa Lintasarta.
8. Peserta tender harus memberikan daftar item uji terima yang harus dilakukan untuk memberikan
bukti bahwa perangkat yang dipasang memenuhi spesifikasi dan dilampirkan pada proposal.
9. Semua hasil pengujian harus digabungkan dan didokumentasikan oleh peserta tender setelah
semua uji diselesaikan. Dua buah salinan hasil tes harus diberikan kepada PT Aplikanusa
Lintasarta untuk mendapat persetujuan dari pejabat proyek.
10. Dokumentasi dan Instruksi Manual yang diperlukan meliputi ( Node, ONT, NMS, Data, Voip and
Video Services ) :
a. Installation Drawing
b. Installation Procedures
c. Operational Procedures
d. Maintenance Procedures
e. Testing Procedures ( Acceptence and Commisioning )
f. Provisioning Procedures
g. Trouble Shooting Instructions
h. Error Code and Error Log Documents
i. Technical Documents
j. Peserta tender harus menyediakan alat ukur untuk keperluan uji terima ini, minimal terdiri
dari : Ethernet BER and RFC 2544 Tester, PON Power Meter dan Variable Attenuator untuk
memastikan Link Budget OLT sesuai dengan Spesifikasi .

D. Uji Terima Perangkat Passive Splitter


1. Pengukuran Signal Level pada input dan output masing-masing splitter
2. Pemeriksaan kerapihan Instalasi Splitter
3. Semua prosedur pengujian yang dilakukan pada Uji Terima Pengadaan dan pemasangan Fiber
Optic.

Hal : 41/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

Gambar 23 : Prosedur Pengujian Passive Splitter

Hal : 42/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

Bagian H :Garansi Pekerjaan


A. UMUM
1. Garansi pekerjaan berlaku untuk semua jenis pekerjaan yang termasuk dalam lingkup kerja.
2. Lama Garansi adalah 12 bulan sejak Berita Acara Serah Terima di tanda tangani kedua belah
pihak.

B. KEGIATAN SELAMA MASA GARANSI


1. Kegiatan Berkala
Kegiatan berkala adalah kegiatan phisik yang harus segera dilakukan rekananpelaksana
pekerjaan, setiap 4 bulan sekali bersama-sama dengan personil dimana hasil kegiatan ini harus
dibuatkan Berita Acara Lapangannya (biaya sepenuhnya menjadi tanggung jawab rekanan
pelaksana).

2. Kegiatan Insidentil
Kegiatan insidentil; adalah kegiatan phisik yang harus segera dilakukan rekanan pelaksana
pekerjaan, maksimal 1 X 24 jam setelah adanya pemberitahuan Secara tertulis dikarenakan
adanya :
a. Permukaan lahan hasil perbaikan kembali menga!ami penurunan /amblas mendadak dan
diprediksi akan membahayakan masyarakat umum (biaya perbaikan menjadi tanggung jawab
rekanan pelaksana).
b. Kabel FO yang diinstalasi terputus, akibat adanya kegiatan pihak ke 3, bila di lokasi tersebut
didapati hasil pekerjaan terpasang ternyata tidak memenuhi spesifikasi RKS(misal kedalaman
tidak sesuai, proteksi tidak sesuai, trace/jalan tidak sesuai as built drawing) serta tidak di
backup dengan Berita Acara Lapangan, maka biayanya menjadi tanggung jawab rekanan
pelaksana.
c. Tiang miring , pondasi rusak.
d. Sedang bila ternyata di lokasi tersebut hasil pekerjaan terpasang telah memenuhi
persyaratan instalasi RKS, maka biaya perbaikan akan diganti oleh Lintasarta
e. Kabel FO yang diinstalasi terputus akibat bencana alam, perbaikan akan diganti oleh
Lintasarta

C. KEGIATAN BERKALA
1. Pemeriksaan Kondisi Permukaan Hasil Perbaikan Bekas Galian.
a. Dilaksanakan setiap 4 bulan sekali untuk kegiatan yang terakhir (ke 3) sekaligus sebagai
kegiatan pemeriksaan lapangan untuk Serah Terima Terakhir.
b. Hasil pelaksanaan pemeriksaan dituangkan dalam form pemeriksaan, dibuatkan BA
Lapangannya yang ditandatangani bersama Lintasarta - Rekanan pelaksana.
c. Bila pada pemeriksaan bersama tersebut ternyata didapat lokasi-lokasi yang permukaannya
amblas turun atau menyimpang dari persyaratan standard, maka rekanan pelaksana dengan
biaya sendiri wajib memperbaiki kembali sesuai kondisi semula seperti yang
direkomendasikan Pemda setempat.
2. Pemeriksaan Kondisi Handhole.
a. Dilaksanakan setiap 4 bulan sekali, untuk kegiatan yang terakhir (ke-3) sekaligus sebagai
kegiatan pemeriksaan lapangan untuk Serah Terima Terakhir.
b. Hasil pelaksanaan pemeriksaan dituangkan dalam form pemeriksaan, dibuatkan BA
Lapangannya yang ditandatangani bersama Lintasarta - Rekanan pelaksana.
c. Pemeriksaan bersama tersebut meliputi pemeriksaan kondisi tutup dan framenya,
pemeriksaan permukaan dinding dalam handhole, pemeriksaan kelengkapan handhole.

Hal : 43/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

d. Bila pada pemeriksaan bersama tersebut ternyata didapat kondisi tutup cacat, dinding cacat
dan kelengkapan-kurang/hilang, maka rekanan pelaksana dengan biaya sendiri, wajib
memperbaiki kembali sesuai kondisi semula.
3. Pemeriksaan Kondisi Instalasi pada Jembatan.
a. Dilaksanakan setiap 4 bulan sekali, untuk kegiatan yang terakhir (ke-3), seka1igus sebagai
kegiatan pemeriksaan lapangan untuk serah terima terakhir.
b. Hasil pelaksanaan pemeriksaan dituangkan dalam form - pemeriksaan, dibuatkan BA
Lapangannya yang ditandatangani bersama Lintasarta – Rekanan pelaksana.
c. Pemeriksaan bersama tersebut berlaku untuk instalasi jaringan dengan konstruksi
menempel, berpenguatsendiri atau gantung.
d. Pemeriksaan bersama tersebut meliputi pemeriksaan kondisi badan jembatan (pipa IWF atau
galvanized), penguat/penyokong badan jembatan (pondasir klemtali baja dan tiang),
kelengkapan jembatan (kawat berduri, pagar, cat).
e. Bila pada pemeriksaan bersama tersebut ternyata didapat kondisi cacat atau kerusakan,
misal badan jembatan patah atau lendutan di tengah, pondasi turun atau miring, tali baja
ada yang putus, tiang miring, cat terkelupas, kawat berduri atau pagar hilang, dst, maka
rekanan pelakasana wajib memperbaiki kembali sesuai kondisi semula.

4. Pemeriksaan Kondisi Instalasi di Ruangan.


a. Dilaksanakan setiap 4 bulan sekali, untuk kegiatan yang terakhir (ke-3), sekaligus sebagai
kegiatan pemeriksaan lapangan untuk Serah Terima Terakhir.
b. Hasil pelaksanaan pemeriksaan dituangkandalam form pemeriksaan, dibuatkan BA
Lapangannya yang ditandatangani bersama Lintasarta - Rekanan pelaksana.
c. Pemeriksaan bersama tersebut meliputi pemeriksaan kondisi OTB, wiring pada tray.
d. Bila pada pemeriksaan bersama tersebut ternyata didapat kondisi cacat atau rusak, misal
tutup OTB rusak, OTB tidak bisa dikunci, penomoran core FO tidak ada, plat dudukan
connector goyang, instatasi pada tray tidak rapih,dst maka rekanan pelaksana wajib
memperbaiki kembali sesuai kondisi semula.

5. Pemeriksaan Kondisi Instalasi Tiang


a. Dilaksanakan setiap 4 bulan sekali, untuk kegiatan yang terakhir (ke-3), sekaligus sebagai
kegiatan pemeriksaan lapangan untuk Serah Terima Terakhir.
b. Hasil pelaksanaan pemeriksaan dituangkandalam form pemeriksaan, dibuatkan BA
Lapangannya yang ditandatangani bersama Lintasarta - Rekanan pelaksana.
c. Pemeriksaan bersama tersebut meliputi pemeriksaan kondisi penambatan kabel pada tiang ,
ketegangan kabel , kondisi tiang apakat korosi atau tidak , kondisi cat tiang , pondasi tiang.
d. Bila pada pemeriksaan bersama tersebut ternyata didapat kondisi cacat atau rusak, maka
rekanan pelaksana wajib memperbaiki kembali sesuai kondisi semula.

6. Pengetesan Redaman / attenuasi kabel FO.


a. Dilaksanakan setiap 4 bulan sekali, untuk kegiatan yang terakhir (ke-3), sekaligus sebagai
kegiatan pemeriksaan lapangan untuk Serah Terima Terakhir.
b. Hasil pelaksanaan pemeriksaan dituangkan dalam form pemeriksaan, dibuatkan BA
Lapangannya yang ditandatangani bersama Lintasarta - Rekanan pelaksana.
c. Pemeriksaan bersama tersebut meliputi pengetesan end to end test antar landing point,
pengukuran Jari 018 dengan OTDR Test terhadap core kabel FO yang belum terpakai.
Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui persentasi degradasi kabel FO tersebut
d. Hasil pengukuran tiap core FO tersebut kemudian dibandingkan dengan data redaman test
hasil uji terima. Bila ada hasil pengukuran yang mengalami degradasi lebih dari 1 % , maka
dibuat catatan khusus untuk pelaporannya.

Hal : 44/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

Bagian I : Daftar 106 Kota


Area Area Rencana Penempatan
No Kota Pulau
ODC/Perangkat Aktif
1 Brebes Jawa Dealer Yamaha Agung Motor, Jl. A. Yani
2 Pati Jawa Masjid Besar Pati, Jl. Jend. Sudirman
3 Boyolali Jawa Pasar Kota Boyolali, Jl. Pandanaran
4 Kendal Jawa Masjid Agung Kendal, Jl. Sukarno-Hatta
5 Batang Jawa Masjid Agung Kab. Batang, Jl. A. Yani
6 Banjarnegara Jawa Masjid Agung Banjarnegara, Jl. Pemuda
7 Wonosobo Jawa Wonosobo Plaza, Jl. A. Yani
8 Jepara Jawa Masjid Agung Jepara, Jl. RA. Kartini
9 Kroya Jawa Pasar Kroya, Jl. A. Yani
10 Blora Jawa Masjid Jami Baitun Nur, Jl. Alun2
11 Cepu Jawa Komp. Pertokoan, Jl. Aryo Jipang
12 Kebumen Jawa SMK Batik, Jl. A. Yani
13 Sukoharjo Jawa Amigo Sukoharjo, Jl. Jend. Sudirman
14 Kartosuro Jawa Swalayan Laris, Jl. A. Yani Kartosuro
15 Wonogiri Jawa Komp. Pertokoan, Jl. A. Yani
16 Sleman Jawa Menggunakan Node Eksisting di ISAT Concat
17 Gombong Jawa SMP2 Gombong, Jl. Kartini
Pertigaan Jl. Pangeran Geusan Ulun-Tegal Kalong
18 Sumedang Jawa
Sumedang
19 Ciamis Jawa Perempatan Jl. Sudirman - Rumah sakit Ciamis
20 Banjar Jawa Perempatan Jl. Banjar - Pangandaran
21 Kuningan Jawa Perempatan Jl. Puspalubis No.1 Kuningan
22 Indramayu Jawa ODC eksisting BTS Indosat Indramayu
23 Cirebon Jawa Perempatan Jl. Karanggetas - Winaon Cirebon
24 Tasikmalaya Jawa ODC eksisting BTS Indosat Sukamenak Tasikmalaya
25 Sangatta Kalimantan Hotel Mesfa Mulia, Jl. Yos Sudarso
26 Tanjung Redeb Kalimantan Hotel Berau Plaza, Jl. Pangeran Antasari
27 Kuala Kapuas Kalimantan Telkom (Sewa) Jl. Arteri
28 Sampit Kalimantan Hotel Meridien Jl. Ahmad
29 Barabai Kalimantan Hotel Bouraq Indah Jl. PHM Noor
30 Banjarbaru Kalimantan Isat (Eksisting) CT BANJARBARU
31 Amuntai Kalimantan Masjid Raya Amuntai, Jl. Ahmad Yani
32 Pelaihari Kalimantan Masjid Al Hijrah, Jl. Ahmad Yani
33 Pangkalan Bun Kalimantan Plasa Telkom Pangkalan Bun, Jl. Pangeran Antasari
34 Singkawang Kalimantan Ponpes Ushuluddin, Jl. Ali Anyang
35 Bontang Kalimantan Telkom (Eksisting) CT BONTANG
36 Tarakan Kalimantan Isat (Eksisting) CT TARAKAN
37 Sanggau Kalimantan Telkom (Sewa) Jl. A. Yani
38 Tenggarong Kalimantan Hotel Fatma, Jl. KHA Muksin
39 Tanjung Tabalong Kalimantan Hotel Jelita Tanjung, Jl. IR PM Noor
40 Magelang Jawa Menggunakan Node Eksisting CT-Magelang Pos
41 Cilacap Jawa Menggunakan Node Eksisiting CT-Cilacap
42 Cianjur Jawa ODC eksisting BTS Indosat Jl. Rumah Sakit Cianjur
43 Klaten Jawa Menggunakan Node Eksisiting CT-Klaten
44 Garut Jawa Sebrang Toko Ek Bouw Jaya Jl.A.Yani Garut
45 Subang Jawa Samping Danamon Jl. Letjen Suprapto Subang
46 Majalengka Jawa ODC eksisting BTS Indosat Majalengka Kota
47 Sragen Jawa Pasar Sragen, Jl. Raya Sukowati
48 Wates Jawa King's Hotel, Jl. Khudori
49 Lasem Jawa Masjid Agung Lasem, Jl. Sunan Bonang
50 Tanjung Balai Asahan Sumatera BANK SUMUT, JALAN NO SUDIRMAN - TANJUNG BALAI
51 Kisaran Asahan Sumatera BANK MESTIKA , JLN CHOKROAMINOTO - KISARAN
52 Sigli Sumatera BANK ACEH SIGLI, Jl. Tgk. Chik Ditiro No. 3 SIGLI
BTS INDOSAT Jl. Nias No.28 Rt.20/07 LK III Kel.Ganjar Asri
53 Metro Lampung Sumatera
METRO

Hal : 45/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

Area Rencana Penempatan ODC/Perangkat


No Kota Pulau
Aktif
54 Tulang Bawang Sumatera BPD Lampung Jl. Raya Agung unit2 tulang bawang
BANK BSB CAB. PANGKALAN BALAI JL. MERDEKA NO. 3.
55 Banyuasin Sumatera
Pangkalan Balai, Banyuasin
56 Pringsewu Sumatera BPD Lampung , Jl. A. Yani No. 12 Pringsewu
57 Solok Sumatera BANK NAGARIJl. KH. Ahmad Dahlan No. 165, Solok - 27322
58 Bengkalis Sumatera BANK RIAU, JL PAHLAWAN NO. 15, BENGKALIS
59 Payakumbuh Sumatera BANK NAGARI, Jl. Sudirman No.17A, Payakumbuh - 26213
Depan Bank BRI Bireun, Jln Medan - Banca Aceh Simpang
60 Bireun Sumatera
Takengon
SSA Gedung BPD SUMSEL BABEL Jl. Sekolah No.2 Tanjung
61 Tanjung Pandan Sumatera
Pandan Belitung
BANK JAMBI JL LINTAS SUMATERA NO.04 PASAR
62 Sarolangun Sumatera
SAROLANGUN
BTS ISAT Jl. Danar Rt 08 RW 06 Kel. Pasir Putih Muaro
63 Muara Bungo Sumatera
Bungo
64 Lubuk Linggau Sumatera BPD SUMSEL Jl.JL GARUDA NO. 43 Lubuk linggau
Gedung Cab. BPD Sumsel Syariah Baturaja, Jl. Admad Yani
65 BATURAJA Sumatera
No. 1 Baturaja
66 Padang Sidempuan Sumatera BTS INDOSAT JLN MERDEKA - PEMATANG SIANTAR
67 BUKITTINGGI Sumatera BANK NAGARI, Jl. Yos Sudarso No.2, Bukittinggi - 26113
BANK SUMUT, SIMPANG 5 RANTAU PARAPAT, JLN
68 Rantau Prapat Sumatera
SUDIRMAN
69 Dumai Sumatera BTS INDOSAT, JLN PULAU MAMPU
BANK SUMSEL GEDUNG CAB KAYU AGUNG JL. MUCHTAR
70 Kayu Agung Sumatera
HASYIM, KAYU AGUNG
BTS ISAT RABA KOTA - RT1 RW1 KEL RABA KEC RASANAE
71 BIMA BaliNusra
TIMUR KOTAMADYA RABA BIMA
NODE GPON Eksisting Malang kartika Graha ( jarak 20 Km dri
72 Lawang Jawa
Node Kartika Graha)
BTS INDOSAT (22ATB001) Jl.Melati RT01 RW02,Desa
73 ATAMBUA BaliNusra
Tanah,Kel Atambua – Kab. Belu – NTT
CT Eksisting ( Progres Pembangunan ),BTS MERI JL Tropodo
74 Mojokerto Jawa
RT4 RW 2 Mojokerto
CT EKSISTING GRSTGP ,Jl Gubernur Suryo telaga pojok
75 Gresik Jawa
Gresik
76 Ubud BaliNusra CT Eksisting BTS INDOSAT (21GIN003 ) ,JL GAUTAMA UBUD
CT EKSISTING Pasuruan Kraton,Tunggaan II RT01/04 Ds
77 Pasuruan Jawa
Kraton Pasuruan
CT EKSISTING BNWRIN ( Site ID 20BWI002 ),Jl.Rinjani
78 Banyuwangi Jawa
banyuwangi
BTS INDOSAT (20KDR003 ) JL. KAMBOJA, DESA TULUNGREJO,
79 PARE Jawa
KEC. PARE, KAB. KEDIRI
BTS INDOSAT (20NJK009 ) JL. CITARUM 3 RT03 RW05 KEL.
80 NGANJUK Jawa
KAUMAN KEC. NGANJUK - NGANJUK
81 MAGETAN Jawa BTS INDOSAT (20MGT002) JL. AHMAD YANI MAGETAN
BTS INDOSAT (20BDO001 ) JL.KIRONGGO GG.PURBASARI
82 BONDOWOSO Jawa
NO.5 BONDOWOSO
BTS INDOSAT (20BKN015 ) JL. NUSA INDAH KEL. MLAJAH RT.
83 BANGKALAN Jawa
02 / RW. 02 BANGKALAN – MADURA
84 BATU Jawa TELKOM BATU JL.DIPONEGORO
BTS INDOSAT ( 20SIT002) JL. WIJAYA KUSUMA, KEL.
85 SITUBONDO Jawa
DAWUHAN, KEC. SITUBONDO, KAB. SITUBONDO
BTS INDOSAT (20BTU004)
86 KEPANJEN Jawa ,JL.RAYASUMEDANG216A,DEPANSDNKEPANJEN7,KEPANJEN
,MALANG
87 NGAWI Jawa BTS INDOSAT (20NWI001) ,JL. HASANUDDIN 52 NGAWI
BTS INDOSAT (20PMN001),JL. TRUNOJOYO GG. 1 DESA BARU
88 PAMEKASAN Jawa
RAMBAT PAMEKASAN MADURA
BTS INDOSAT (20LMJ012) JL. BARITO RT07 RW09 KEL. JOGO
89 LUMAJANG Jawa
TRUNAN, LUMAJANG
BTS INDOSAT (22LRT002 ) ,Jl.Lalamentik Rt.05/03
90 LARANTUKA BaliNusra
Kel.Lohayang Kec.Larantuka

Hal : 46/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

Area Rencana Penempatan ODC/Perangkat


No Kota Pulau
Aktif
91 SUMENEP Jawa TELKOM Sumenep Jl.Urip Sumoharjo Sumenep
92 SAMPANG Jawa TELKOM Sampang Jl.Pahlawan Sampang
93 TRENGGALEK Jawa TELKOM Trenggalek,JlAhmad Yani
BTS INDOSAT ( 20NJK042) JL. DIPONEGORO 27 KUTOARJO,
94 KERTOSONO Jawa
KERTOSONO
BTS INDOSAT BELAKANG HOTEL TAMBORA SUMBAWA
95 SUMBAWA BaliNusra
BESAR
NODE GPON Eksisting Malang kartika Graha ( jarak 14 Km dri
96 Singosari Jawa
Node Kartika Graha)
97 BITUNG Sulawesi BPD SULUT Jl Yos Sudarso No 13 Bitung
98 BONE Sulawesi BPD BONE Jl Andalas no 27 Watampone
99 GOWA Sulawesi BPD SULSEL Jl KH Wachid Hasyim no 140 ,Gowa
100 MANOKWARI Papua BPD PAPUA ,Jl Yos Sudarso no 57 A ,Manokwari
101 MERAUKE Papua BPD PAPUA Jl Raya Mandala no 69,Merauke
102 PALOPO Sulawesi BPD SULSEL,Jl Flamboyan no 1,Palopo
103 ABEPURA Papua BPD PAPUA JL SENTANI ABEPURA KC ABEPURA JAYAPURA
104 SORONG Papua BPD PAPUA Jl Ahmad Yani no 18,Sorong
105 TIMIKA Papua BPD PAPUA Jl Belibis no 22 A,timika
BTS ISAT Krakatau Waja tama Jl.Raya Anyer Cilegon -
106 Cilegon Jawa
Cilegon

Hal : 47/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

Bagian J : Perkiraan BoQ Fiber Optic


A. BoQ BACKBONE
NO DESCRIPTION UNIT VOLUME TOTAL

PERKIRAAN PANJANG JALUR 63,600

A. INDIRECT COST
1 Survey and Design ls -
2 Permits (Dinas PU) ls -
3 Permits (Jasa Marga) m
4 Right of Way acquisition (Dinas Pertamanan) m
5 Project Management ls -
6 Permit PJKA track
7 Permit private area ls
9 Dokumentasi ls -

B. DIRECT COST
1 Trench & Backfill works, 110 cm depth
a. Normal Soil m
b. Macadam / Trotoar m
c. Asphalt m
d. Hotmix m
e. ConBlock / Paving Block m -
f. Concrete (Floor / beton tak bertulang) m
g. Concrete (beton bertulang) m
h. Rocky soil m
i. Rock m
j. Kansteen m
k. Garden / Taman m
l. Keramik m
m. Koral Sikat m
n. Batu Basal m
2 Reinstatement works:
a. Normal Soil m
b. Macadam/Trotoar m
c. Asphalt m
d. Hotmix m
e. ConBlock / Paving Block m -
f. Concrete (Floor / beton tak bertulang) m
g. Concrete (beton bertulang) m
h. Rocky soil m
i. Rock m
j. Kansteen m
k. Garden / Taman m
l. Keramik m
m. Koral Sikat m
n. Batu Basal m
Boring Manual-Directional, 1-Way HDPE pipe 5" OD, 7.4 mm with 4 HDPE sub-duct
3 m
28/32 icld. Accessories
Boring Manual-Directional, 1-Way HDPE pipe 5" OD, 7.4 mm with 3 HDPE sub-duct
4 m
28/32 icld. Accessories
5 Boring Manual-Directional, with 1 HDPE sub-duct 28/32 icld. Accessories m
Boring Machine-Crossing, 1-Way HDPE pipe 5" OD, 7.4 mm with 4 HDPE sub-duct
6 m
28/32 icld. Accessories
Boring Manual-Crosing, 1 way with 1 HDPE sub-duct 40mm OD, 3,5mm WT icld
7 m
Accessories
Supply & Install Galvanized Pipe 5", PVC 4'', attachement Bridge with HDPE sub-
8 m
duct 28/32 icld. Accessories
Supply & Install Galvanized Pipe 5", PVC 4'', attachement Bridge with 4 HDPE sub-
9 m
duct 28/32 icld. Accessories
Supply & Install Galvanized Pipe 5", PVC 4'', attachement Bridge with HDPE sub-
10 m
duct 32/40 WT icld. Accessories
11 Supply & install GVS Pipe 2", attachment bridge with 1 HDPE pipes 28/32 include m
Supply & Install 1 PVC pipe 5'' OD, 5,5mm WT with 4 HDPE pipe 28/32mm, icld.
12 m
Accessories.
Supply & Install 1 PVC pipe 4'' OD, 5,5mm WT with 3 HDPE pipe 28/32mm, icld.
13 m
Accessories.
Supply & Install Galvanized Pipe 5", PVC 4'', attachement Bridge with 3 HDPE sub-
14 m
duct 28/32 2mm WT icld. Accessories
Supply & Install Galvanized Pipe 5", PVC 4'', attachement Bridge with 3 HDPE sub-
15 m
duct 28/32 icld. Accessories
Supply & Install Galvanized Pipe 5", PVC 4'', Self Supported Bridge with 3 HDPE sub-
16 m
duct 32/40 mm OD 2mm WT icld. Accessories
17 Supply and install Duct Slump with concrete encasement m
18 Supply & Install 1 HDPE pipe 40mm OD, 4mm WT m -
19 Supply & Pulling Optical Fiber cable 96 Core (Aerial) m 76,702
20 Supply & Pulling Optical Fiber cable 96 Core m
21 Supply & Pulling Optical Fiber cable 48 Core (Aerial) m
22 Supply & Pulling Optical Fiber cable 48 Core m
23 Supply & Pulling Optical Fiber cable 24 Core (Aerial) m
24 Supply & Pulling Optical Fiber cable 24 Core m
25 Supply & Pulling Optical Fiber cable 12 Core (Aerial) m

Hal : 48/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

26 Supply & Pulling Optical Fiber cable 12 Core m


27 Supply and Install Steel Poles 7 m For Aerial Cable & Include Accessories. pcs 1,293
28 Supply and Install Steel Poles 9 m For Aerial Cable & Include Accessories. pcs 254
29 Supply & Install Warning Tape 4” Metalized m
30 Supply & Install Marking Post m
32 Riser Pipe 2'' m 318
Supply & Install of HH 100cm (L) x 100cm (W) x 150cm (H) Inner dimension, icld.
33 unit
Accessories
Supply & Install of HH 80cm (L) x 80cm (W) x 100cm (H) Inner dimension, icld.
34 unit 106
Accessories
Supply & Install of HH 80cm (L) x 70cm (W) x 120cm (H) Inner dimension, icld.
35 unit
Accessories
36 Supply splice closure for 48 Core FO cable 3M/NWC unit
37 Supply splice closure for 24 Core FO cable 3M/NWC unit
38 Supply splice closure for 96 Core FO cable 3M/NWC unit -
39 Supply splice Aerial closure for 24 Core FO cable pcs
40 Service - Fusion splice incl. accs. in MH/HH and Termination Block Core -
Transportation cost from Warehouse to site (for Optical Fiber cable, Warning Tape,
41 ls -
etc.)
42 Testing ( end to end ) ls 106
43 Supply and Install OTB 12 core include pigtail unit
44 Supply and Instal OTB 24 core include pigtail unit
45 Supply and Instal OTB 48 core include pigtail unit
46 Supply and Instal OTB 96 core include pigtail unit -
47 Service - Fusion splice incl. accs. In Termination Block / OTB Core 1,272
66 Pengadaan dan Instalasi Passive Splitter Incl.Aksesoris set 636
75 Optical Distribution Point 24 core (Pole) unit 106
77 Drive Test titik

Hal : 49/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

B. BoQ LASTMILE/SPLITTER
NO DESCRIPTION UNIT VOLUME TOTAL

PERKIRAAN PANJANG JALUR 63,600

A. INDIRECT COST
1 Survey and Design ls -
2 Permits (Dinas PU) ls -
3 Permits (Jasa Marga) m
4 Right of Way acquisition (Dinas Pertamanan) m
5 Project Management ls -
6 Permit PJKA track
7 Permit private area ls
9 Dokumentasi ls -

B. DIRECT COST
1 Trench & Backfill works, 110 cm depth
a. Normal Soil m
b. Macadam / Trotoar m
c. Asphalt m
d. Hotmix m
e. ConBlock / Paving Block m -
f. Concrete (Floor / beton tak bertulang) m
g. Concrete (beton bertulang) m
h. Rocky soil m
i. Rock m
j. Kansteen m
k. Garden / Taman m
l. Keramik m
m. Koral Sikat m
n. Batu Basal m
2 Reinstatement works:
a. Normal Soil m
b. Macadam/Trotoar m
c. Asphalt m
d. Hotmix m
e. ConBlock / Paving Block m -
f. Concrete (Floor / beton tak bertulang) m
g. Concrete (beton bertulang) m
h. Rocky soil m
i. Rock m
j. Kansteen m
k. Garden / Taman m
l. Keramik m
m. Koral Sikat m
n. Batu Basal m
Boring Manual-Directional, 1-Way HDPE pipe 5" OD, 7.4 mm with 4 HDPE sub-duct
3 m
28/32 icld. Accessories
Boring Manual-Directional, 1-Way HDPE pipe 5" OD, 7.4 mm with 3 HDPE sub-duct
4 m
28/32 icld. Accessories
5 Boring Manual-Directional, with 1 HDPE sub-duct 28/32 icld. Accessories m
Boring Machine-Crossing, 1-Way HDPE pipe 5" OD, 7.4 mm with 4 HDPE sub-duct
6 m
28/32 icld. Accessories
Boring Manual-Crosing, 1 way with 1 HDPE sub-duct 40mm OD, 3,5mm WT icld
7 m
Accessories
Supply & Install Galvanized Pipe 5", PVC 4'', attachement Bridge with HDPE sub-
8 m
duct 28/32 icld. Accessories
Supply & Install Galvanized Pipe 5", PVC 4'', attachement Bridge with 4 HDPE sub-
9 m
duct 28/32 icld. Accessories
Supply & Install Galvanized Pipe 5", PVC 4'', attachement Bridge with HDPE sub-
10 m
duct 32/40 WT icld. Accessories
11 Supply & install GVS Pipe 2", attachment bridge with 1 HDPE pipes 28/32 include m
Supply & Install 1 PVC pipe 5'' OD, 5,5mm WT with 4 HDPE pipe 28/32mm, icld.
12 m
Accessories.
Supply & Install 1 PVC pipe 4'' OD, 5,5mm WT with 3 HDPE pipe 28/32mm, icld.
13 m
Accessories.
Supply & Install Galvanized Pipe 5", PVC 4'', attachement Bridge with 3 HDPE sub-
14 m
duct 28/32 2mm WT icld. Accessories
Supply & Install Galvanized Pipe 5", PVC 4'', attachement Bridge with 3 HDPE sub-
15 m
duct 28/32 icld. Accessories
Supply & Install Galvanized Pipe 5", PVC 4'', Self Supported Bridge with 3 HDPE sub-
16 m
duct 32/40 mm OD 2mm WT icld. Accessories
17 Supply and install Duct Slump with concrete encasement m
18 Supply & Install 1 HDPE pipe 40mm OD, 4mm WT m -
19 Supply & Pulling Optical Fiber cable 96 Core (Aerial) m 76,702
20 Supply & Pulling Optical Fiber cable 96 Core m
21 Supply & Pulling Optical Fiber cable 48 Core (Aerial) m
22 Supply & Pulling Optical Fiber cable 48 Core m
23 Supply & Pulling Optical Fiber cable 24 Core (Aerial) m
24 Supply & Pulling Optical Fiber cable 24 Core m
25 Supply & Pulling Optical Fiber cable 12 Core (Aerial) m
26 Supply & Pulling Optical Fiber cable 12 Core m
27 Supply and Install Steel Poles 7 m For Aerial Cable & Include Accessories. pcs 1,293
28 Supply and Install Steel Poles 9 m For Aerial Cable & Include Accessories. pcs 254
29 Supply & Install Warning Tape 4” Metalized m
30 Supply & Install Marking Post m
32 Riser Pipe 2'' m 318
Supply & Install of HH 100cm (L) x 100cm (W) x 150cm (H) Inner dimension, icld.
33 unit
Accessories
Supply & Install of HH 80cm (L) x 80cm (W) x 100cm (H) Inner dimension, icld.
34 unit 106
Accessories
Supply & Install of HH 80cm (L) x 70cm (W) x 120cm (H) Inner dimension, icld.
35 unit
Accessories
36 Supply splice closure for 48 Core FO cable 3M/NWC unit
37 Supply splice closure for 24 Core FO cable 3M/NWC unit
38 Supply splice closure for 96 Core FO cable 3M/NWC unit -
39 Supply splice Aerial closure for 24 Core FO cable pcs
40 Service - Fusion splice incl. accs. in MH/HH and Termination Block Core -
Transportation cost from Warehouse to site (for Optical Fiber cable, Warning Tape,
41 ls -
etc.)
42 Testing ( end to end ) ls 106
43 Supply and Install OTB 12 core include pigtail unit
44 Supply and Instal OTB 24 core include pigtail unit
45 Supply and Instal OTB 48 core include pigtail unit
46 Supply and Instal OTB 96 core include pigtail unit -
47 Service - Fusion splice incl. accs. In Termination Block / OTB Core 1,272
66 Pengadaan dan Instalasi Passive Splitter Incl.Aksesoris set 636
75 Optical Distribution Point 24 core (Pole) unit 106
77 Drive Test titik

Hal : 50/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

Bagian K : Perkiraan BoQ Perangkat


A. GPON

NO ITEMS QTY / KOTA QTY TOTAL SATUAN

A GPON NODE
1 CHASIS SYSTEM (Redundant Power Supply -48DC) 1 120 UNIT
2 COMMON MODULE 1 120 UNIT
3 OLT CARD (8 Port OLT) 1 120 UNIT
4 LICENSE UNLIMITED OLT,ONT,CONNECTION
5 XFP/SFP+ 10G 10Km 1310 nm 4 480 UNIT
6 SFP OLT 8 960 UNIT
B ONT
1 TIPE 1 (4GE + 2 Voip (Bridging) 8 960 UNIT
2 TIPE 2 (TIPE 1 (4GE + 2 Voip + WIFI/ 3Play Home GW) 8 960 UNIT
C NMS
1 SERVER HW Win2008 64 Bit 2 SET
2 SERVER SW 2 SET
3 CLIENT HW 10 SET
4 CLIENT SW 20 SET
5 LICENCE NODE 200 NODE
6 LICENCE SERVICE UNLIMITED
D TRAINING
1 LOKAL 3 30 Person
2 OVERSEAS 1 10 Person
E WARRANTY 1 BASIC YEAR
F MAINTENANCE 2 BASIC YEAR

B. OUTDOOR CABINET

CABINET QTY / KOTA QTY TOTAL SATUAN

CABINET 1 120 SET


KWH METER 1 120 UNIT
GROUNDING SYSTEM 1 120 SET
BATTERY 1 120 BANK
AC to DC RECTIFIER w/ Sensor & SNMP Monitoring
1 System120 SET
AC PDB 1 120 SET
DC PDB 1 120 SET
AC ( Air Conditioning ) 1 120 SET
Battery Cooling System 1 120 SET
Lampu Penerang 1 120 UNIT
OTB LC/APC 96 core 2 240 UNIT
TRAINING
LOKAL 3 10 Person
WARRANTY 1 BASIC YEAR
MAINTENANCE 1 BASIC YEAR

Hal : 51/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

C. SPLITTER dan ACCESSORIES


NO ITEMS QTY / KOTA QTY TOTAL SATUAN

A SPLITTER
SPLIITER 2*8 10 1200 UNIT
Installed in Outdoor Pole / Wall Box
B PATCH CORD
1 LC/UPC - LC/UPC 3 meter 5 600 UNIT
2 SC/UPC - LC/APC 3 meter 10 1200 UNIT
3 LC/UPC - LC/APC 3 meter 5 600 UNIT
4 SC/APC - SC/APC 3 meter 10 1200 UNIT
C KABEL LAN
1 CAT5 3 meter 10 1200 UNIT
2 CAT6 3 meter 10 1200 UNIT
D WARANTY

D. SWITCH
ITEMS QTY / KOTA QTY TOTAL SATUAN

SWITCH
SWITCH 1 150 SET
min : 4*10G SFP+/XFP + 8*GE SFP
8*GE RJ45 + 8*GE RJ45 PoE
DDM, ROHS,LASSER CLASS 1,Hardened Temperature
XFP/SFP+ 10G 10Km 1310nm 2 300 UNIT
XFP/SFP+ 10G 40Km 1550nm 2 300 UNIT
SFP GE 10Km 1310nm 5 750 UNIT
SFP GE RJ45 5 750 UNIT

TOOLS
Camera w/ POE input 1 120 SET
IP Phone w/ POE input 1 120 SET
3G Router w/ POE input 1 120 SET
SIM Card Paket Internet 1 120 SET
NMS
LICENCE NODE 200 NODE
LICENCE SERVICE UNLIMITED
LICENCE CONNECTIONs UNLIMITED
TRAINING
LOKAL 3 30 Person
OVERSEAS 1 10 Person
WARRANTY 1 BASIC YEAR
MAINTENANCE 2 BASIC YEAR

Hal : 52/53
Seluruh informasi di dalam dokumen ini adalah RAHASIA, dan tidak dapat disebarluaskan
ke pihak manapun tanpa seijin PT APLIKANUSA LINTASARTA

E. ROUTER dan Accessories


NO ITEMS QTY / KOTA QTY TOTAL SATUAN

A ROUTER INTERNET
1 MIKROTIK RB CCR1009-8G-1S-1S+ 1 150 UNIT
Mikrotik S+31DLC10D
2 300 UNIT
(SFP 10G 10Km 1310nm)
B NMS
1 SERVER HW 2 SET
2 SERVER SW 2 SET
3 CLIENT SW 20 SET
4 LICENCE NODE 200 NODE
5 LICENCE SERVICE UNLIMITED
C TRAINING
1 LOKAL 3 30 Person
D WARRANTY 1 BASIC YEAR
E MAINTENANCE 2 BASIC YEAR

Hal : 53/53

Anda mungkin juga menyukai