Anda di halaman 1dari 4

R3, RASIO 1:1

I 1 (A) 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0
I 2 (A) 0.12 0.21 0.29 0.36 0.43 0.51 0.6 0.68 0.75
F 1 (%) 64 43 38 39 40 37 33 32 33
KN 1.6 1.43 1.38 1.38 1.40 1.37 1.33 1.32 1.33

Perhitungan:

K N ×( I 2−I 1 )
F i= ×100 %
I1

- I1 0.2
1.6 × ( 0.12−0.2 )
F i= × 100 %=64 %
0.2

- I1 0.3
1.43 × ( 0.21−0.3 )
F i= × 100 %=43 %
0.3

- I1 0.4
1.38 × ( 0.29−0.4 )
F i= ×100 %=38 %
0.4

- I1 0.5
1.38 × ( 0.36−0.5 )
F i= ×100 %=39 %
0.5

- I1 0.6
1.4 × ( 0.43−0.6 )
F i= × 100 %=40 %
0.6

- I1 0.7
1.37 × ( 0.51−0.7 )
F i= ×100 %=37 %
0.7

- I1 0.8
1.33 × ( 0.6−0.8 )
F i= ×100 %=33 %
0.8

- I1 0.9
1.32 × ( 0.68−0.9 )
F i= × 100 %=32 %
0.9
- I1 1.0
1.33 × ( 0.75−1 )
F i= × 100 %=33 %
1

LOAD

Load (%) 0 25 50 75 100


U 2 (V) 0.47 10.32 11 11.14 11.20

Analisa :

Dari data yang didapat pada rasio transformasi arus 1:1 dengan resistansi R3, I 2 lebih kecil
dibanding I1 seperti contoh ketika nilai I1 = 0.5 A maka nilai I2 = 0.36 A. Hal ini dapat
disebabkan dari pengaruh rasio transformasi arus dengan perbandingan 1:1 dan besarnya nilai
resistansi pada R3. Setelah didapat nilai I1 dan I2, untuk menghasilkan nilai Gangguan Arus
(Fi) diperlukan terlebih dahulu nilai Rasio Transformasinya (KN). Rasio Transformasi (KN)
I1 0.2
didapat dari nilai perbandingan seperti contoh =1.6 dan kemudian didapat nilai
I2 0.12
Gangguan Arus (Fi). Pada rasio transformasi arus 1:1 dengan resistansi R3, semakin kecil
nilai KN maka semakin kecil juga nilai Gangguan Arus (Fi) seperti contoh ketika nilai I 1 = 0.3
A dan I2 = 0.21 A serta KN = 1.43 maka nilai Fi = 43 %. Ketika adanya beban, semakin besar
nilai beban semakin besar nilai tegangan (U2) seperti contoh saat nilai beban = 75 maka nilai
U2 = 11.14.

R3, RASIO 5:1

I 1 (A) 0.1 1.5 2.0


I 2 (A) 0.12 1.59 2.07
F 1 (%) 17 6 3
KN 0.83 0.94 0.96

Perhitungan:

K N ×( I 2−I 1 )
F i= ×100 %
I1

- I1 0.1
0.83× ( 0.12−0.1 )
F i= × 100 %=17 %
0.1
- I1 1.5
0.94 × ( 1.59−1.5 )
F i= ×100 %=6 %
1.5

- I1 2.0
0.96× ( 2.07−2 )
F i= ×100 %=3 %
2

Analisa :

Untuk rasio transformasi arus 5:1 dengan resistansi R7, nilai I2 lebih besar dibanding I1 seperti
contoh ketika nilai I1 =10.5 A maka nilai I2 = 1.59 A. Hal ini berbanding terbalik dengan rasio
transformasi arus ketika 1:1 dengan resistansi R3, maka dapat disebabkan dari pengaruhnya
rasio transformasi arus yang berubah dengan perbandingan 5:1 dan nilai resistansi pada R7.
Pada rasio transformasi arus 5:1 dengan resistansi R7, nilai Gangguan Arus (Fi) juga
berbanding terbalik ketika rasio transformasi arus 1:1, semakin besar nilai K N maka semakin
besar juga nilai Gangguan Arus (Fi) seperti contoh ketika nilai I1 = 1.5 A dan I2 = 1.59 A serta
KN = 0.94 maka nilai Fi = 6 %

OVER VOLTAGE (V M )

R Relay (V) U load (V) T (s)


R4 242 210
R3 242 222
R2 242 234
R1 242 240 10

UNDER VOLTAGE (V m)

R Relay (V) U load (V) T (s)


R4 198 210
R5 198 202
R6 198 124 8.64
R7 198 100 9.29

Analisa :
Pada over voltage protection system dengan tegangan maksimal (Relay) = 242, semakin
besar nilai resistansi yaitu R1 > R4 maka semakin besar pula tegangan beban (Uload) seperti
contoh ketika nilai resistansi ditunjukkan pada R3 maka nilai tegangan beban yang didapat
adalah 222 V dan timer aktif (ON) ketika nilai resistansi ditunjukkan pada R1 dengan nilai
tegangan beban yang didapat adalah 240 V. Saat waktu telah tercapai maka alarm akan
berbunyi. Dalam hal ini seharusnya timer akan aktif ketika tegangan beban (U load) melebihi
tegangan maksimalnya (Relay), ini dapat disebabkan karena terjadinya human error atau
kondisi dari peralatan yang kurang baik.

Pada under voltage protection system dengan tegangan minimum (Relay) = 198, semakin
kecil nilai resistansi yaitu R7 < R4 maka semakin kecil pula tegangan beban (U load) seperti
contoh ketika nilai resistansi ditunjukkan pada R6 maka nilai tegangan beban yang didapat
adalah 124 V dan timer aktif (ON) ketika nilai resistansi ditunjukkan pada R6 dan R7 dengan
nilai tegangan beban pada R6 = 124 V dan R7 = 100 V. Saat waktu telah tercapai maka alarm
akan berbunyi.

Anda mungkin juga menyukai